CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM P (1)

MAKALAH
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM

PRAKTEK PEMBELAJARAN
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas dosen mata kuliah Teori Belajar
Dosen Pengampu: Dr. Ali Muhtadi, M.Pd

Disusun Oleh:
Ence Surahman, S.Pd
14707251039

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah, berkat rahmat Tuhan Yang Maha
Kuasa, makalah yang berjudul Contextual Teaching And Learning Dalam Praktek
Pembelajaran ini dapat diselesaikan sebagaimana yang ditugaskan dosen
pengampu mata kuliah teori belajar Program Studi Teknologi Pendidikan Program

Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Shalawat serta salam semoga
dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini mencoba menyajikan tema tentang model contextual teaching
and learning, meliputi penjelasan konsep, teori yang melandasi, komponen dan

karakteristik, rencana pelaksanaan pembelajaran, hingga implementasi dalam
proses pembelajaran.
Penyusun menyadari pemaparan dalam makalah ini terdapat banyak
kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu adanya kritik dan masukan dari
berbagai pihak untuk penyempurnaan makalah ini sangat penyusun nantikan.
Demikian pengantar dari penyusun, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

Yogyakarta, 10 Desember 2014

Penyusun

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ....................................................................................................... 2
1.4 Tujuan Penulisan....................................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penulisan ..................................................................................................... 3
BAB II................................................................................................................................. 4
2.1

Konsep dan Landasan Teori Munculnya Contextual Teaching and Learning........ 4

2.2

Komponen Model Contextual Teaching and Learning ......................................... 7

2.4


Model Contextual Teaching and Learning dalam Praktek Pembelajaran............ 10

BAB III ............................................................................................................................. 17
PENUTUP ........................................................................................................................ 17
3.1

Simpulan ........................................................................................................... 17

3.2

Saran ................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 19

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa

anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami secara langsung apa yang
dipelajarinya, bukan hanya mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi
pada penugasan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka
pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam
kehidupan jangka panjang (Zainal Aqib dalam Model-model, Media, dan
Strategi Pembelajaran Kontekstual/Inovatif).
Disamping itu tuntutan kurikulum 2013 yang mengedepankan konsep
belajar siswa aktif, sehingga belajar tidak lagi hanya bersumber dari guru
(teacher centered) melainkan menuntut siswa yang aktif mencari dan

mengkonstruksi pengetahuannya sendiri (student centered). Hal tersebut
menuntut kerjasama dari semua elemen baik, guru, siswa, orang tua, tenaga
kependidikan (pustakawan, laboran) untuk mendukung tercapainya target dan
tujuan dari kurikulum 2013 khususnya umumnya tujuan pendidikan nasional
yakni berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab (UU Sisdiknas No 20 Tahun 2013 pasal 3).
Perkembangan model pembelajaran yang sangat beragam seharusnya

memudahkan guru untuk memilih model mana yang tepat digunakan untuk
materi pelajaran yang akan diajarkan kepada para siswanya. Namun
demikian, kadang guru kurang aktif mengkaji dan memahami perbedaan
masing-masing model, kurang memahami langkah-langkah dalam sebuah
model, mengakibatkan keputusasaan yang pada akhrinya guru tidak mau

1

berinovasi dalam mengemas proses pembelajaran sehingga kembali ke
model-model yang konvensional. Hal tersebut berdampak pada kurang
efektifnya proses pembelajaran. Terkadang siswa kurang bisa memahami
materi, tujuan pembelajaran tidak tercapai, muncul perasaan bosan dalam diri
siswa bahkan gurunya sendiri merasa jenuh dengan kegiatan pembelajaran
Maka dari itu, penjelasan tentang masing-masing model pembelajaran
secara rinci namun tidak bertele-tele dan dikemas secara praktis diharapkan
mampu mempermudah guru untuk mempelajari dan memahami sebuah model
pembelajaran. Dan ketika sudah paham diharapkan guru termotivasi untuk
berinovasi dalam merangcang inovasi kegiatan pembelajarannya.
Dalam rangka mengkaji, mendalami, menganalis tentang model
pembelajaran


kontekstual,

menjabarkan

konsep,

melalui

landasan

makalah

teori,

ini,

komponen,

penulis


bermaksud

bentuk

rancangan

pembelajaran, implementasi hingga evaluasi model contextual teaching and
learning pada praktek pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, maka rumusan
masalah dalam makalah ini yakni sebagai berikut :
1.

Bagaimana konsep, landasan teori, komponen, karakteristik dari model
pembelajaran contextual teaching and learning?

2.


Bagaimana praktek model contextual teaching and learning dalam
kegiatan pembelajaran?

1.3 Batasan Masalah
Makalah ini hanya menjelaskan tentang konsep, landasan teori, komponen,
karateristik, hingga praktek dari model contextual teaching and learning dalam
kegiatan pembelajaran dijalur pendidikan formal.

2

1.4 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memahami :
1.

Konsep, landasan teori, komponen, karakteristik dari model pembelajaran
contextual teaching and learning.

2.


Praktek model contextual teaching and learning dalam kegiatan
pembelajaran.

1.5 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yakni untuk memberikan
pencerahan tentang model contextual teaching and learning dalam praktek
pembelajaran kepada para pembaca khususnya mahasiswa pascasarjana
program studi teknologi pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta angkatan
2014 yang akan menjadi partisifan diskusi makalah ini.

3

BAB II
MODEL CONTEXTUAL TEACHING LEARNING
DALAM PRAKTEK PEMBELAJARAN

2.1 Konsep dan Landasan Teori Munculnya Contextual Teaching and
Learning
Menurut Elaine B. Johnson (2007:42-43) pada mulanya contextual teaching
and learning lahir dipenghujung abad ke 20 dimulai dari adanya sebuah wacana


reformasi sistem pendidikan di Amerika. Tepatnya pada tahun 1983 muncul
sebuah makalah yang berjudul A Nation at Risk : The Imperative for Educational
Reform (Negara dalam Bahaya: Perlunya dilakukan Reformasi Pendidikan).

Kemudian diikuti dengan pertemuan tingkat tinggi mengenai pendidikan tahun
1989 di Charlottesville Virginia yang dihadiri para gubernur negara bagian dan
presiden Amerika Serikat. Dalam pertemuan tersebut tersusun beberapa target
pendidikan yang sudah harus tercapai ditahun 2000. Dan semua target tersebut
yang akhirnya menginisiasi munculnya contestual teaching and learning.
Contextual teaching and learning adalah suatu strategi pembelajaran yang

menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan
nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
mereka (Wina Sanjaya 2006:255).
Menurut Driver et all,1994, Johnson, 2002, dan Morel 2003 (Shawn:2004),
contextual teaching and learning is a contructivist approach to learning in that it
focus on knowledge that is highly contextualized and relevant to students. Artinya


belajar dan mengajar kontekstual adalah sebuah pendekatan konstruktivis untuk
pembelajaran yang memusatkan pada pengetahuan yang sangat kontekstual dan
relevan dengan para siswa.

4

Departemen Pendidikan Amerika Serikat; 2001 dalam Bettye P. Smith: 2006
menerangkan definisi contextual teaching and learning is defined as a conception
of teaching and learning that help teachers relate subject mater content to real
world situation. Artinya belajar dan mengajar kontekstual adalah sebuah konsep

belajar dan mengajar yang membantu guru menghubungkan materi pelajaran pada
situasi yang sesungguhnya.
Sementara itu Bern and Erickson (Bettye,2001) menerangkan definisi
contextual teaching and learning as inovative instructional process that helps
students connect the content they are learning to the life contexts in which that
content could be use. Yang artinya CTL merupakan sebuah proses inovasi

pembelajaran yang membantu siswa menghubungkan materi yang mereka pelajari
pada konteks dimana materi tersebut digunakan.
Robert G. Berns and Fatricia M. Ericson (2001), mendefinisikan contextual
teaching and learning.

“Contextual teaching and learning is conception of teaching and learning
that help teachers relate subject mater content to real word situation, and
motivates students to make connections between knowledge and its
applications to their lives as familly members , citizens, and workers and

engage in the hard work that learning requaires”.
Menurut Zainal Aqib (2006 : 1) pembelajaran kontekstual adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata. Disamping itu pembelajaran kontekstual juga diartikan suatu
proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa. Pembelajaran
digunakan untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan
mengaitkan materi tersebut dalam konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks
pribadi, sosial dan kultural).
Menurut Elaine B. Johnson (2007 :14) contextual teaching and learning
adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu
5

menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis
yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah
jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman
yang sudah mereka miliki sebelumnya.
Contextual teaching and learning merupakan pengembangan dari model-

model pembalajaran yang baru, yakni model pembelajaran yang tidak lagi
memposisikan siswa sebagai subjek statis, yang hanya diam dan menerima materi
dari gurunya, melainkan siswa dituntut aktif, mencari, mengkaji, mengobservasi
fenomena kontekstual yang terkait dengan masalah atau topik yang sedang
dipelajarinya.
Pendekatan contextual teaching and learning muncul didasari oleh teori
belajar konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark Baldwin dan selanjutnya
dikembangkan oleh Jean Piaget. Piaget berpendapat bahwa sejak kecil setiap anak
sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan “skema” yang
terbentuk karena pengalaman. Disamping itu contextual teaching and learning
berpijak pada aliran psikologi kognitif dimana proses belajar terjadi karena
pemahaman individu akan lingkungan (Wina Sanjaya; 2003 : 256-257).
Dari dasar teori diatas, contextual teaching and learning menekankan pada
proses keterlibatan siswa secara langsung untuk menemukan materi yang
dipelajari, kemudian mendorong siswa agar mampu menghubungkan antara
materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata sehari-hari dan berikutnya
mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Inilah
puncak dari contextual teaching and learning yakni siswa belajar tidak hanya
sampai pada tahap memahami materi melainkan sampai kepada aplikasi dari
materi yang dipahaminya.

6

2.2 Komponen Model Contextual Teaching and Learning
Elaine B. Johnson (2007:65) membagi komponen contextual teaching and
learning menjadi delapan komponen diantaranya:

1.

Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna

2.

Melakukan pekerjaan yang berarti

3.

Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri

4.

Bekerja sama

5.

Berpikir kritis dan kreatif

6.

Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang

7.

Mencapai standar yang tinggi

8.

Menggunakan penilaian autentik.

Sementara itu Wina Sanjaya (2003:264) menyebut komponen-komponen
contextual teaching and learning sebagai asas-asas yang melandasi pelaksanaan

proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL, berikut ini intisari
tentang komponen CTL menurut Wina Sanjaya dan Zainal Aqib, diantaranya :
1. Konstruktivisme yaitu siswa membangun pemahaman mereka sendiri dari
pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal dan pembelajaran harus
dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan.
2. Inquiry,

dimana

proses

perpindahan

dari

pengamatan

menjadi

pemahaman, disamping itu siswa belajar menggunakan keterampilan
berpikir kritis
3. Questioning

(bertanya),

yakni

kegiatan

guru

untuk

mendorong,

membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa, sementara bagi
siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis
inquiry.

4. Learning Community (komunitas belajar), dimana sekelompok orang yang
terikat dalam kegiatan belajar, bekerja sama dengan orang lain lebih baik
daripada belajar sendiri, bisa tukar pengalaman dan berbagi ide

7

5. Modeling (pemodelan), yakni proses penampilan suatu contoh agar orang
lain berpikir, bekerja dan belajar dan mengerjakan apa yang guru tugaskan
agar siswa mengerjakannya.
6. Reflection (refleksi) yakni cara berpikir tentang apa yang telah dipelajari,
mencatat apa yang dipelajari dan membuat jurnal, karya seni, diskusi
kelompok.
7. Authentic assessment (penilaian yang sebenarnya) yakni mengukur
pengetahuan dan keterampilan siswa, penilaian produk dan tugas-tugas
yang relevan dan konstekstual.

2.3 Karakteristik Model Contextual Teaching and Learning
Dalam buku Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Wina Sanjaya (2009) menuliskan terdapat lima karakteristik penting dalam proses
pembelajaran yang menggunakan model contextual teaching and learning
diantaranya:
1.

Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
(activing knowledge), artinya yang akan dipelajari tidak terlepas dari
pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang
akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki
keterkaitan satu sama lain.

2.

Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh
dan menambah pengetahuan baru (acqiring knowledge). Pengetahuan baru
itu diperoleh dengan cara deduktif yakni pembelajaran dimulai dengan
mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya

3.

Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan
yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini.

4.

Mempraktikkan

pengetahuan

dan

pengalaman

tersebut

(applying

knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh harus

8

dipraktika dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubhan perilaku
siswa
5.

Melakukan

refleksi

(reflecting

knowledge)

terhadap

strategi

pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk
proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.
Sementara itu Zainal Aqib (2006: 8) dalam bukunya Model-model, Media,
dan Strategi Pembelajaran Konstekstual mengemukakan beberapa karakteristik

dari model contextual teaching and learning diantaranya:
1. Kerja sama
2. Saling menunjang
3. Menyenangkan, tidak membosankan
4. Belajar dengan penuh gairah
5. Pembelajaran terintegrasi
6. Mengggunakan berbagai sumber
7. Siswa aktif, tidak pasif
8. Sharing dengan teman belajar
9. Siswa kritis guru kreatif
10. Dinding dan lorong-lorong sekolah penuh dengan hasil karya kerja siswa,
berupa peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain
11. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa,
laporan praktikum, observasi, karangan siswa dan lain-lain.
Dengan demikian, proses belajar lebih dinamis, produktif, penuh semangat,
kolaboratif, kompetitif, kreatif, dan yang lebih penting adalah bermakna serta
berdampak pada pengalaman baru siswa yang bertambah banyak dan penuh
makna. Sehingga pengetahuan baru tidak hanya sebatas pada tataran kognitif,
melainkan sampai pada aspek psikomotorik.
Sementara itu untuk memberikan gambaran yang utuh tentang karakteristik
model pembelajaran kontekstual, Zainal Aqib (2013) menjelaskan perbedaan
mendasar antara model CTL dengan model tradisional.

9

No
Model CTL
1. Pemilihan informasi berdasarkan
kebutuhan siswa
2. Siswa terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran
3. Pembelajaran dikaitkan dengan
kehidupan nyata/masalah yang
disimulasikan
4. Selalu mengaitkan informasi
dengan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa
5. Cenderung
mengintegrasikan
beberapa bidang
6. Siswa
menggunakan
waktu
belajarnya untuk menemukan,
menggali, brdiskusi, berpikir
kritis, atau mengerjakan proyek
dan pemecahan masalah (melalui
kerja kelompok)
7. Perilaku dibangun atas kesadaran
sendiri
8. Keterampilan dikembangkan atas
dasar pemahaman
9. Hadiah dari perilaku baik adalah
kepuasan diri
10. Siswa tidak melakukan hal yang
buruk karena sadar hal tersebut
keliru dan merugikan
11. Perilaku
baik
berdasarkan
motivasi intrinsik
12. Pembelajaran terjadi di berbagai
tempat, konteks dan setting
13. Hasil belajar diukur melalui
penerapan penilaian autentik

Tradisional
Pemilihan informasi ditentukan
oleh guru
Siswa secara pasif menerima
informasi
Pembelajaran sangat abstrak dan
teoritis
Memberikan tumpukan informasi
kepada siswa sampai saatnya
diperlukan
Cenderung terfokus pada satu
bidang (displin) tertentu
Waktu belajar siswa sebagian besar
dipergunakan untuk mengerjakan
buku tugas, mendengar ceramah,
dan
mengisi
latihan
yang
membosankan
(melalui
kerja
individual)
Perilaku dibandung atas kebiasan
Keterampilan dikembangkan atas
dasar latihan
Hadiah dari perilaku baik adalah
pujian atau nilai (angka) rapor
Siswa tidak melakukan sesuatu
yang buruk karena takut akan
hukuman
Perilaku
baik
berdasarkan
motivasi ekstrinsik
Pembelajaran hanya terjadi dalam
kelas
Hasil belajar diukur melalui
kegiatan akademik dalam bentuk
tes/ujian/ulangan

2.4 Model Contextual Teaching and Learning dalam Praktek
Pembelajaran
Sebuah proses pembelajaran yang baik, apapun model dan strategi yang
digunakan yakni yang diawali dengan penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Hal ini bukan hanya sebatas formalitas melainkan memang

10

itu yang tertuang dalam standar proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran
minimal harus melalui tiga tahapan yakni persiapan, pelaksanaan dan penilaian.
Demikian juga model pembelajaran contextual teaching and learning ketika
ingin berhasil maka harus dibuat rancangannya, menurut Zainal Aqib (2013) pada
dasarnya tidak ada perbedaan yang mencolok antara rencana pembelajaran
contextual teaching and learning dengan rencana pembelajaran konvensional,

perbedaannya

hanya pada penekannya, dimana pada rencana pembelajaran

contextual teaching and learning berisi skenario pembelajaran yang akan

dilakukan oleh guru dengan siswanya.
Menurut Zainal Naqib (2013), susunan rencana pelaksanaan pembelajaran
model contextual teaching and learning adalah sebagai berikut:
a. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan
kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi ,
Kompetensi Dasar/Inti, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar.
b. Nyatakan tujuan umum pembelajarannya
c. Rincilah media dan sarana untuk mendukung kegiatan belajarnya
d. Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
e. Nyatakan authentic assesment-nya, yaitu dengan data apa siswa dapat
diamati pratisipasinya dalam kegiatan pembelajaran.
Sementara itu menurut Wina Sanjaya (2003), rencana pelaksanaan
pembelajaran model contextual teaching and learning terdiri dari tiga tahap yakni
pendahuluan, inti, dan penutup. Penjelasannya sebagai berikut:
a.

Pendahuluan
1. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari
proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan
dipelajari
2. Guru menjelaskan proses pembelajaran CTL;

11

3. Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan
oleh setiap siswa
b.

Inti
Di lapangan
1. Siswa melakukan observasi atau kegiatan langsung sebagaimana
skenario tugas yang diberikan oleh guru
2. Siswa melakukan pengamatan, dan mencatat hal-hal yang ditemukan
sesuai dengan tugas yang ditanyakan
Di kelas
1. Siswa mendiskusikan hasil temuannya dilapangan/laboratorium
2. Siswa melaporkan hasilnya
3. Siswa saling bertukar informasi melalui kegiatan tanya jawab
berkaitan dengan hasil temuannya dilapangan

c.

Penutup
1. Dengan bantuan guru, siswa menyimpulkan hasil observasinya
2. Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan atau laporan
kegiatan belajar langsung yang dialami siswa
Dari kedua contoh prosedur rencana pelaksanan pembelajaran diatas,

jelaslah bahwa rencana pelaksanan pembelajaran dengan model contextual
teaching and learning perbedaanya hanya pada skenario pembelajaran yang lebih

banyak melibatkan siswa untuk melakukan kegiatan langsung baik di lapangan
ataupun dikelas, kemudian siswa diberikan penugasan secara detail tentang apa
yang harus dilakukannya selama dilapangan, siswa juga diminta untuk mencatat
temuan-temuan di lapangan, kemudian siswa berbagi (sharing) pengalaman
dengan siswa lainnya untuk saling memperkaya pengalaman lapangan mereka dan
terakhir siswa diminta membuat laporan singkat berkaitan dengan pengalaman
lapangan yang sudah dilakukannya.

12

Adapun proses penilaian siswa dalam kegiatan pembelajaran yang
menggunakan model contextual teaching and learning

yakni berupa format

penilaian yang autentik, yakni data yang bisa diamati dari partisipasi siswa dalam
kegiatan pembelajaran, karena boleh jadi ketika siswa diminta terjun secara
langsung ke lapangan, guru tidak selamanya mendampingi siswa, maka guru
harus membuat intrumen monitoring kegiatan lapangan siswa, bisa berupa
dokumentasi lapangan baik berupa foto maupun video dan detail lokasi serta
objek yang dijadikan lingkungan dan sumber serta objek belajar siswa. Dengan
begitu siswa tidak bisa melakukan manipulasi data lapangan untuk mengelabui
gurunya.
Penilaian Autentik
Dalam kaitannya dengan model contextual teaching and learning penilaian
autentik berfokus pada tujuan, melibatkan pembelajaran secara langsung,
mengharuskan membangun keterkaitan dan kerja sama dan menanamkan tingkat
berpikir yang lebih tinggi. Penilaian autentik mengajak para siswa untuk
menggunakan pengetahuan akademik dalam konteks dunia nyata untuk tujuan
yang bermakna (Elaine B. Johnson, 2007:297).
Penilaian autentik memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan
penilaian yang bersifat patokan. Pengujian standar bersifat eksklusif dan sempit
sedangkan penilaian autentik bersifat inklusif dan memberikan beberapa
keuntungan kepada siswa. Menurut Newman & Wehlage (Elaine B. Johnson,
2007:289) penilaian autentik memiliki beberapa keuntungan diataranya:
1. Mengungkapkan secara total seberapa baik pemahaman materi akademik
siswa.
2. Mengungkapkan dan memperkuat penguasaan kompetensi mereka seperti
mengumpulkan informasi, menggunakan sumber daya, menangani
teknologi, dan berpikir secara sistematis.

13

3.

Menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman mereka sendiri, dunia
mereka dan masyarakat luas.

4. Mempertajam keahlian berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi saat
mereka

menganalisis,

memadukan,

mengidentifikasi

masalah,

menciptakan solusi, dan mengikuti hubungan sebab akibat.
5. Menerima tanggungjawab dan membuat pilihan
6. Berhubungan dan bekerja sama dengan orang lain dalam mengerjakan
tugas
7. Belajar mengevaluasi tingkat prestasi sendiri
Secara umum penilaian autentik dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya
portofolio, pengukuran kinerja, penyelesaian proyek dan jawaban tertulis secara
lengkap. Untuk lebih jelasnya berikut penjelasan masing-masing jenis penilaian
autentiknya.
a. Portofolio
Menurut Brooks (Johnson: 2003) penilaian portofolio merupakan
bagian instrinsik dari prestasi harian kelas yang dilakukan secara terusmenerus. Saat melakukan berbagai jenis tugas, para siswa menilai dan
mengumpulkan tugas dan selama itu mereka melihat diri mereka sebagai
seorang yang kreatif dan memiliki kemampuan. Anak-anak memperoleh
kepercayaan diri dan rasa mengemban tugas denga mengumpulkan dan
menilai pekerjaan mereka sendiri. Mereka memiliki hasil karya mereka
sendiri.
Tugas yang diberikan kepada siswa harus jelas tujuan dan
targetnya agar mudah dipahami dan dicapai oleh siswa. Dalam portofolio
para siswa mengevaluasi pekerjaan mereka dengan mengacu pada tujuan
yang sudah ditetapkan, merenungkan kemajuan belajar, menetapkan
target-target pribadi yang lebih spesifik. Siswa tidak hanya menunjukan
materi yang telah merkea pelajari, tetapi juga materi apa yang mereka
senangi, bagaimana pendapat mereka dan bagaimana menilai kemampuan
mereka.
14

Menurut Danielson dan Abrutyn (Johnson: 2003) portofolio
memberikan pada siswa pilihan, membiarkan mereka menggunakan gaya
bahasa sendiri, dan memberikan kesempatan untuk maju, portofolio
mendorong dan memotivasi semangat belajar, umumnya portofolio dinilai
oleh guru bersama-sama dengan pihak lain disekolah atau masyarakat luas.
Para orang tua memperoleh pedoman wawasan dengan menggunakan
pedoman penilaian untuk mengevaluasi portofolio yang telah dibuat oleh
siswa.
b. Penyelesaian Proyek
Menurut Johnson (2003: 293) sistem CTL sangat bergantung pada
proyek

sebagai

cara

untuk

mencapai

tujuan

akademik

sambil

menyesuaikan perbedaan gaya belajar, minat, dan bakat dari tiap siswa.
Karena proyek menghubungkan muatan akademik dengan konsteks dunia
nyata. Proyek membangkitkan antusiasme para siswa untuk ikut
berpartisipasi.
Dalam prakteknya proyek yang dikembangkan bisa dilakukan
dengan cara menggabungkan antara beberapa guru mata pelajaran yang
memiliki beberapa irisan dalam pembuatan proyeknya. Sehingga siswa
cukup melakukan satu proyek untuk beberapa mata pelajaran. Hal itu
dilakukan karena proyek cenderung banyak membutuhkan waktu untuk
mengerjakannya dengan baik. Contohnya proyek pembuatan desain motif
batik untuk mata pelajaran desain grafis /TIK dengan mata pelajaran seni
rupa dan muatan lokal budaya.
c. Pengukuran Kinerja/Pertunjukan
Selain portofolio dan proyek, pertunjukan atau unjuk kerja juga
bisa di jadikan sebagai pendekatan pembelajaran maupun proses evaluasi
pembelajaran dalam CTL. Dalam pertunjukan para siswa diminta
mempertontonkan di hadapan khalayak bahwa mereka telah menguasai
tujuan belajar tertentu. Contohnya pertunjukan drama musikal, drama
cerita sejarah, penampilan bermain musik dan bernyanyi, demo
pembongkaran dan pemasangan mesin kendaraan dan lain-lain.

15

d. Tanggapan tertulis secara lengkap
Menurut Johnson (2003: 297), tanggapan tertulis lengkap
memungkinkan para siswa mempertunjukan penguasaan mereka atas
tujuan belajar sambil mempertajam keahlian berpikir dalam tingkatan yang
lebih tinggi. Tanggapan tertulis bisa diwujudkan dalam berbagai format,
diantaranya buku pedoman pelatihan teknis, brosur, studi kelayakan, esei
penelitian dan esei pendek.

16

BAB III
PENUTUP
3.1

Simpulan
Model pembelajaran contextual teaching and learning adalah sebuah

model pembelajaran yang menekankan pada keterlibatan siswa secara penuh
dalam mencari pengetahuan yang dipelajarinya dan menghubungkannya dengan
situasi dikehidupan nyata sehingga mampu mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Model pembelajaran ini didasari oleh teori belajar konstruktivisme dan
teori psikologi kognitif, dimana pengetahuan baru itu diperoleh dari proses
pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, karena pada dasarnya setiap anak sudah
memiliki pengetahuan atau yang disebut dengan skema yang terbentuk karena
pengalaman. Dan belajar itu terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan,
sehingga belajar bukanlah serangkaian peristiwa mekanis seperti keterkaitan
stimulus dan respon, melainkan proses belajar itu terjadi dengan melibatkan
proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi dan kemampuan
atau pengalaman.
Rencana pelaksanaan pembelajaran dengan model contextual teaching and
learning lebih menekankan pada penyusunan skenario belajar yang akan

dilakukan oleh guru dan siswa, dimana siswa diberikan porsi yang lebih dominan
agar aktif mencari, mengobservasi, mengamati dan mengkaji objek dilapangan
lalu menghubungkan dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari sehingga
dampak dari hasil belajar akan lebih nyata berupa perubahan perilaku setelah
proses belajar.

17

3.2

Saran
Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis memberikan saran kepada

para pendidik/pengajar berkaitan dengan penggunaan model pembelajaran
diantaranya:
1. Dalam rangka memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada
siswa, maka gunakan model pembelajaran contextual teaching and
learning

2. Buatlah skenario belajar yang lebih menarik agar motivasi dan gairah
belajar siswa senantiasa berada pada puncak penampilan terbaiknya (peak
performance).

18

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Z. (2013). Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Konstekstual
(Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
Glyn, S. M. (2004). Contextual Teaching and Learning of Science in Elementary
Schools. Journal Of Elementary Science Education, 51-63.
Ifraj Shamsid, B. P. (2006). Contextual Teaching and Learning on Familly and
Consumer Science Curriculum . Journal of Familly and Consumer Science
Education , 14-27.
Johnshon, E. B. (2007). Contextual Teaching and Learning : menjadikan kegiatan
belajar - mengajar mengasyikan dan bermakna . Bandung: Mizan
Learning Center.
Robert G. Berns, P. M. (2001). Contextual Teaching and Learning: Preparing
Students in The New Economy. Journall of The Highlight Zone Research
@work, 1-8.
Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003. (2008). Jakarta:
Sinar Grafika.

19