PENGARUH TAKARAN PUPUK KANDANG SAPI DAN

PENGARUH TAKARAN PUPUK KANDANG SAPI DAN CMA
TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT DI
PRE-NURSERY PADA MEDIA TANAH PMK

ARTIKEL ILMIAH

OLEH:
SAHATA PATUAN RUNGGA SINAGA
NIM. C51112128

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017

ARTIKEL ILMIAH
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA

Nama


: SAHATA PATUAN RUNGGA SINAGA

NIM

: C51112128

Program Studi

: AGROTEKNOLOGI

Judul

: Pengaruh Takaran Pupuk Kandang Sapi dan CMA
terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Pre –
Nursery Pada Media Tanah PMK.

Pembimbing

: 1. Ir. Dini Anggorowati, M.Sc.
2. Dra. Sri Rahayu, M.Sc.


Penguji

: 1. Ir. Siti Hadijah, M. Sc
2. Ir. Mulyadi Safwan, MMA

PENGARUH TAKARAN PUPUK KANDANG SAPI DAN CMA
TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT
DI PRE-NURSERY PADA MEDIA TANAH PMK
Sahata Patuan Rungga Sinaga (1), Dini Anggorowati (2), Sri Rahayu (2)
(1)
Mahasiswa Fakultas Pertanian dan
(2)
Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura
Pontianak

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh takaran dan interaksi pupuk
kandang sapi dan CMA terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis
guineensiss Jacq) pre – nursery pada media tanah podsolik merah kuning.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 November 2016 sampai dengan
tanggal 25 Maret 2017 di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Tanjungpura Pontianak. Penelitian ini menggunakan pola Faktorial Rancangan
Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari faktor pertama 3 taraf pupuk kandang sapi
dan faktor kedua 2 pemberian CMA dan tidak diberi CMA, diperoleh 6 kombinasi
perlakuan yang diulang sebanyak 4 kali, setiap ulangan terdiri dari 4 tanaman
sampel. Faktor pertama yaitu p1= tanah + pasir (3:1) + pupuk kandang sapi 200
g/polybag setara (10%), p2 = Tanah + Pasir (3:1) + pupuk kandang sapi 600
g/polybag setara (30%), p3 = Tanah + Pasir (3:1) + pupuk kandang sapi 1000
g/polybag setara (50%). Faktor kedua pemberian CMA 10 g/polybag yaitu m1=
dengan CMA dan m0 = tanpa CMA. Variabel yang diamati dalam penelitian ini
meliputi tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, volume akar, panjang akar,
berat kering akar, berat kering tajuk dan persentase infeksi (%). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa interaksi dengan takaran 10% pupuk kandang sapi dengan
diberi CMA memberikan pengaruh yang efektif menghasilkan tinggi bibit kelapa
sawit dan jumlah daun lebih baik. Takaran pupuk kandang sapi sebanyak 50%
yang tidak diberi CMA juga memberikan hasil pertumbuhan bibit lebih tinggi
terhadap variabel diameter batang, volume akar, panjang akar, berat kering akar,
dan berat kering tajuk.
Kata kunci :bibit kelapa sawit, cma, podsolik merah kuning, pupuk kandang sapi.


THE EFFECT OF COW MANURE AND CMA ON GROWTH
OIL PALM SEEDLING IN THE PRE-NURSERY
ON RED YELLOW PODZOLIC SOIL
Sahata Patuan Rungga Sinaga (1), Dini Anggorowati (2), Sri Rahayu (2)
(1)
Faculty of Agriculture and
(2)
Lecturer in the Faculty of Agriculture, University of Tanjungpura
Pontianak

ABSTRACT
This study aims to determine of measure and interaction amounts of cow manure
and cma on growth of seeds oil palm ( Elaeis guineensiss Jacq) in pre – nursery
on a red-yellow podzolic soil. This study had been conducted for 4 months, from
November 25th 2016 up to March 25rd 2017 in the experiment garden Faculty of
Agriculture University Tanjungpura Pontianak. This field experimental study used
a Completely Randomized Design (CRD) consisting of the first 3 treatments of
cow manure and second factors 2 treatment of the provision of by cma and
deprived of by cma, to obtained 6 combination treatment that is 4 times of 4

sample. The firts factor was cow manure (p) : p1 = soil + sand (3:1) + cow manure
200 g/polybag (10%), p2 = soil + sand (3:1) + cow manure 600 g/polybag (30%),
p3 = soil + sand (3:1) + cow manure 1000 g/polybag (50%). The second factor
was cma 10 gr/polybag (m) : gave cma (m1) and without cma (m0). Variables
measured is study include the height plant, number of leaves, diameter of stem,
roots volume, roots lenght, dried weight of roots, dried weight of crown plant and
the precentage roots infected (%). The result showed: there is an interaction
between the cow manure a rate 10% with cma gives an effective influence toward
the height plant and leaves are best more, and the treatment by cow manure with
50% measure can boost the development of the diameter of stem, root volume,
lenght of root, dried weight of root, and crown plant.
Keywords: seeds palm oil, cma, red-yellow podzolic, cow manure.

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor minyak kelapa sawit
terbesar didunia. Peranan Indonesia dalam produksi minyak dunia sangat besar
sehingga industri kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang pesat, karena
pentingnya kelapa sawit bagi kebutuhan manusia juga berpotensi dalam
meningkatkan pendapatan devisa negara, menciptakan lapangan pekerjaan dan
mensejahterakan masyarakat. Kelapa sawit ( Elaeeis guineensiss Jacq) merupakan

tanaman tahunan dari suku pinang – pinangan Palm seperti halnya kelapa dalam,
tanaman ini berasal dari negeri Guenea di benua Afrika Barat yang dikenal
dibeberapa negara dengan sebutan Oil Palm atau Afican Oil Palm (Inggris), Aceite
de palma (Spanyol), Oilepalm Van Guinea (Belanda), Elaeis de Guinee
(Perancis), Oelpalme atau Guineische Palmae (Jerman) dan Palmeire Andim
(Portugis).
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah
Belanda tahun 1848, kemudian tanaman kelapa sawit mulai dikembangkan dan
dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia tahun 1911 hingga sekarang. Kelapa
sawit sebagai kebutuhan pangan yang dibutuhkan bagi manusia dalam memenuhi
kebutuhan minyak pangan sehari - hari. Permintaan minyak kelapa sawit semakin
meningkat akibat dari terus bertambahnya angka pertumbuhan populasi manusia
di dunia. Permintaan akan minyak kelapa sawit yang terus meningkat ini
mendorong wilayah Kalimantan Barat untuk melakukan perluasan areal kelapa
sawit. Faktanya dengan adanya perluasan areal kelapa sawit ini lahan – lahan yang
akan digunakan akan semakin habis terpakai, padahal dengan produktivitas yang
tinggi dalam satuan hektar dapat menghemat penggunaan lahan.
Berdasarkan data publikasi Badan Pusat Statistik (2014), luas areal yang
ditanami tanaman kelapa sawit di wilayah Kalimantan Barat mencapai. Rerata
produktivitas kelapa sawit yang dihasilkan 3-4 ton per hektar, hasil tersebut relatif

masih rendah. Apabila dilakukan perbaikan pada tahapan pembibitan kelapa
sawit, sejumlah pihak memperkirakan potensi hasilnya bisa mencapai 8,6 ton per
hektar (Henson,1990 dalam Kariasa dan Ardana, 2015).
Luas tanah PMK khususnya di Kalimantan Barat sekitar 8.367.807 ha
(Badan Pusat Statistik, 2010). Dilihat dari luasnya tanah PMK ini berpotensi
untuk pengembangan lahan pertanian khususnya tanaman kelapa sawit. Namun
tanah PMK ini tergolong tanah yang memiliki beragam permasalahan diantaranya,
memiliki kemasaman tanah yang tinggi dan kandungan unsur hara N, P, K, Ca,
Mg, S, dan Mo yang rendah dan juga mengandung unsur Al yang tinggi, dimana
dapat menyebabkan pemberian pupuk P, banyak yang terfiksasi dan tidak tersedia
bagi tanaman serta dapat meracuni tanaman (Hairiah, 1994).
Perbaikan pada tahapan pembibitan di Pre-Nursery dapat dilakukan
dengan kegiatan intensifikasi dengan penggunaan benih unggul. Benih unggul
diperoleh dari hasil Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat. Kelebihan benih ini
dapat memperoleh hasil yang lebih tinggi. Kemampuan Benih unggul untuk
memproleh produktivitas yang tinggi tentunya juga tidak telepas dari perbaikan
dari kegiatan ekstentifikasi dengan memperbaiki tingkat kesuburan media tumbuh.
Pupuk kandang sapi merupakan pupuk yang berasal dari kotoran ternak
sapi yang berbentuk padat maupun cair. Pupuk kandang sapi berperan dalam
memperbaiki sifat fisik, biologi dan kimia tanah. Selain itu dapat meningkatkan


daya simpan air lebih lama, meningkatkan ketersediaan hara lebih tinggi serta
memperbaiki sistem aerasi dan draenasi tanah PMK menjadi lebih baik sebagai
media tumbuh tanaman. Berdasarkan hasil analisis Laboratorium Kimia dan
Konservasi Tanah di Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak
(2016), pupuk kandang yang digunakan dalam penelitian ini mengandung 2.15%
N, 0. 0,80% P, 0.30 % K, 2,39% Ca dan 0,28 Mg.
CMA dapat berasosiasi pada akar tanaman. Bagi tanaman inang
pemanfaatan CMA dapat meningkatkan serapan hara Fosfor, air, memperbaiki
kualitas tanaman dan meningkatkan toleransi tanaman terhadap cekaman
kekeringan. Uraian dari beberapa hal diatas mendorong penulis mengambil
alternatif dalam melakukan percobaan. Diharapkan pemberian pupuk kandang
sapi dan CMA, dapat mengatasi permasalahan yang ada pada tanah PMK yang
dapat menghasilkan pertumbuhan bibit kelapa sawit yang berkualitas baik dan
siap untuk ditanam.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Tanjungpura Pontianak. Waktu penelitian berlangsung selama 4 bulan, dimulai
dari sejak penanaman sampai tanaman dapat tumbuh dengan baik yaitu tanggal 25
November 2016 sampai tanggal 25 maret 2017. Bahan dan alat yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu benih kelapa sawit, tanah podsolik merah kuning, pasir,
polybag ukuran 12 x 23 cm dengan daya tampung 3 kg, paranet 75%, plastik UV,
pupuk kandang sapi, CMA stock, pupuk dasar yang digunakan yaitu urea dan
pupuk phonska dengan perbandingan 15 – 14 – 6 - 4, dan pestisida yang
digunakan insektisida berupa matador. Alat yang digunakan yaitu alat pertanian
cangkul dan parang, alat laboratorium berupa oven, tabung reaksi, mikroskop,
cawan petridist, Erlenmeyer , cover glass, saringan, ayakan, timbangan analitik,
kertas saring, gunting, alat ukur penggaris, meteran, termometer, higrometer, dan
alat tambahan berupa ember, gembor, kantong plastik, paku palu, drum, papan,
alat dokumentasi, dan alat tulis. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen
dengan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari dua Faktor
perlakuan, faktor pertama 3 taraf perlakuan dan faktor kedua 2 taraf perlakuan.
sehingga didapat 6 kombinasi perlakuan yang terdiri dari 4 ulangan, setiap
ulangan terdiri dari 4 tanaman sampel sehingga tanaman berjumlah 96. Perlakuan
yang diberikan yaitu faktor pertama p1= tanah + pasir (3:1) + pupuk kandang sapi
200 g/polybag setara (10%), p2 = Tanah + Pasir (3:1) + pupuk kandang sapi 600
g/polybag setara (30%), p3 = Tanah + Pasir (3:1) + pupuk kandang sapi 1000
g/polybag setara (50%). Faktor kedua pemberian CMA 10 g/polybag yaitu m1=
dengan CMA dan m0 = tanpa CMA. Variabel yang diamati dalam penelitian ini
meliputi tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, volume akar, panjang akar,

berat kering akar, berat kering tajuk dan persentase infeksi akar (%). Selain itu
dilakukan pula pengamatan terhadap kondisi lingkungan meliputi : suhu udara,
dan kelembaban udara relatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil variabel pengamatan diantaranya tinggi tanaman dan jumlah daun serta
parameter pengamatan terhadap diameter batang, volume akar, panjang akar, berat
kering akar, berat kering tajuk dan presentase akar terinfeksi adalah sebagai
berikut:
1. Tinggi Tanaman (cm)
Perlakuan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit kelapa
sawit pada umur 4 – 18 mst, sedangkan pemberian CMA juga berpengaruh nyata
terhadap tinggi bibit kelapa sawit pada umur 14 dan 16 mst, serta interaksi antara
keduanya juga berpengaruh tehadap tinffi bibit pada umur 16 dan 18 mst.
Selanjutnya untuk mengetahui masing – masing perbedaan perlakuan interaksi
antara pupuk kandang sapi dan CMA maka dlakukan uji Beda Nyata Jujur yang
hasilnya dapat dilihat Tabel 1.
Tabel 1. Uji BNJ Pengaruh Interaksi antara Pupuk Kandang Sapi dan CMA
terhadap Rerata Tinggi Bibit Kelapa Sawit Umur 14, 16, dan 18 MST.

Pupuk Kandang
Sapi (%)
10
30
50
BNJ 5%
Rerata
Pupuk Kandang
Sapi (%)
10
30
50
BNJ 5%
Rerata
Pupuk Kandang
Sapi (%)
10
30
50
BNJ 5%
Rerata

14 mst
CMA
M0
20,65 a
12,16 b
13,55 b
1,49
15,46

M1
21,20 a
14,11 b
19,92 b
1,22
18,41
16 mst
CMA

M0
24,06 a
15,12 b
16,56 b
1,72
18,58

M1
24,81 a
17,08 b
23,63 a
1,41
21,84
18 mst
CMA

M0
28,68 a
20,31 c
21,26 bc
3,01
23,42

M1
27,58 ab
20,22 c
28,51 a
2,45
25,44

Rerata
20,93
13,14
16,74

Rerata
24,43
16,10
20,09

Rerata
28,13
20,27
24,89

Keterangan :Nilai yang diikuti huruf yang sama dalam baris menunjukkan tidak
ada beda nyata berdasarkan Uji Beda Nyata Jujur taraf 5 %.

2. Jumlah Daun (helai)
Perlakuan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah
daun bibit kelapa sawit pada umur 4, 12, dan 16 mst, faktor CMA juga
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun bibit kelapa sawit umur 4, 8, dan 16 mst
dan juga interaksi antara pupuk kandang sapi dan CMA yang berpengaruh nyata
terhadap jumlah daun umur 12 mst. Selanjutnya untuk melihat perbedaan
perlakuan masing-masing interaksi antara pupuk kandang sapi dan CMA terhadap
jumlah daun maka dilakukan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) yang hasilnya dapat
dilhat pada Tabel 2.
Tabel 2. Uji BNJ Interaksi antara Pupuk Kandang Sapi dan CMA terhadap
Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit pada umur 12 mst.
Jumlah Daun (Helai)
Pupuk Kandang
Rerata
Sapi (%)
M0
M1
4,37
10
4,18 b
4,56 ab
4,37
30
4,37 b
4,37 b
4,72
50
4,50 b
4,93 a
BNJ 5%
0,17
0,14
Rerata
4,35
4,63
Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama dalam baris menunjukkan tidak
ada beda nyata berdasarkan Uji Beda Nyata Jujur taraf 5 %.
3. Parameter Pengamatan (Diameter Batang, Volume Akar, Panjang Akar, Berat
kering Akar dan Berat Kering Tajuk dan Presentase Akar Terinfeksi (%).
Pengaruh pupuk kandang sapi dan CMA terhadap pertumbuhan bibit kelapa
sawit pada media tanah PMK pada parameter pengamatan yang meliputi diameter
batang dan parameter akar meliputi: volume akar, panjang akar, berat kering akar,
dan berat kering tajuk. Hasil penelitian disimpulkan bahwa pemberian pupuk
kandang sapi berpengaruh nyata terhadap variabel diameter batang, panjang akar,
volume akar, berat kering bagian atas, berat kering bagian bawah, dan berat kering
tajuk, pemberian CMA berpengaruh tidak nyata terhadap variabel pengamatan
dan interaksi antara pupuk kandang sapi dan CMA juga berpengaruh tidak nyata
terhadap semua variabel pengamatan tersebut. Selanjutnya untuk melihat
perbedaan perlakuan pupuk kandang sapi terhadap parameter pengamatan
diameter batang, volume akar, panjang akar, berat kering akar dan berat kering
tajuk maka dilakukan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) yang hasilnya dapat dilhat pada
Tabel 3.

Tabel 3. Uji BNJ Pengaruh Pupuk Kandang Sapi terhadap Diameter Batang,
Panjang Akar, Volume Akar, Berat Kering Akar dan Berat Kering Tajuk.
Pupuk Kandang
Sapi (%)
10
30
50
BNJ 5%

DB(cm)3

VA(cm3)

PA(cm)

BKA(g)

BKT(g)

1,19 b
1,50 a
1,54 a

7,91 b
11,38 a
12,01 a

26,75 b
32,50 a
34,62 a

0,96 b
1,46 a
1,57 a

1,87 b
2,67 ab
3,35 a

2,28

4,56

0,37

0,68

0,18

Keterangan :Nilai yang diikuti huruf yang sama dalam baris atau kolom
menunjukkan tidak ada beda nyata berdasarkan Uji Beda Nyata
Jujur taraf 5 %.
DB = Derajat Bebas
AT = Akar Terinfeksi
DB = Diameter Batang
VA = Volume Akar
PA= Panjang Akar
BKA = Berat Kering Akar
BKT = Berat Kering Tajuk
4. Presentase Akar Terinfeksi (%)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian CMA sebanyak 10g/
polybag berpengaruh nyata terhadap akar terinfeksi bibit kelapa sawit.
Selanjutnya untuk melihat perbedaan perlakuan masing-masing perlakuan pupuk
kandang sapi dan CMA terhadap presentase akar terinfeksi bibit kelapa sawit
maka dilanjutkan dengan analisis uji Beda Nyata Jujur (BNJ), dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Uji BNJ Pengaruh CMA Terhadap Persentase Akar Terinfeksi Pada
Akar Bibit Kelapa Sawit (%).
CMA
Tanpa CMA
Dengan CMA
BNJ 5%

Akar Terinfeksi (%)
1,33 b
87,75 a
2,85

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang beda pada satu kolom berbeda
nyata pada taraf uji BNJ 5 .
B. Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada umur 14, 16, dan 18 mst
media tanam bibit yang diberi bahan organik 50% pupuk kandang sapi dengan
diberi CMA, berbeda nyata dengan pupuk kandang sapi yang diberi sebanyak
30% dengan diberi CMA. Namun pupuk kandang sapi yang diberi sebanyak 10%
menghasilkan jumlah daun yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk
kandang sapi 50% dengan diberi CMA.
Pupuk kandang sapi yang diberi sebanyak 10% dengan diberi CMA
merangsang CMA lebih efektif dalam menyerap unsur hara P. hal ini diduga pada
perlakuan pupuk kandang sapi 10% dengan 50% menghasilkan tinggi bibit yang

hampir sama. Namun diduga ketersediaan unsur hara P lebih sedikit pada pupuk
kandang sapi 10% dibanding yang diberi pupuk kadang sapi sebanyak 50%.
Artinya CMA efektif meningkatkan ketersediaan unsur hara dan mengabsorbsi
unsur hara yang diperlukan bagi perkembangan tanaman Sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Same (2011) bahwa pada lahan marginal yang miskin unsur
hara CMA mampu meningkatkan penyerapan hara makro (terutama P) dan hara
mikro melalui hifa eksternalnya.
Hasil ini dibuktikan bahwa pertumbuhan tinggi bibit yang diberi CMA,
pertambahan tinggi bibit mencapai 2 – 3 cm dalam dua minggu sekali,
pertumbuhan ini terjadi dimulai saat umur bibit 12 – 18 mst. Sedangkan tanpa
diberi CMA hanya diperoleh rerata pertambahan tinggi bibit 1,5 – 2 cm dalam 2
minggu sekali. Pada akhir penelitian tinggi bibit yang diperoleh dengan perlakuan
yang diberi CMA tinggi bibitnya mencapai 27,85 cm. Hasil ini lebih baik bila
dibandingkan dengan standar pertumbuhan bibit kelapa sawit yang berasal dari
data Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2011) dimana saat umur 4 bulan rerata tinggi
bibit kelapa sawit mencapai 25 cm.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan interaksi antara pupuk kandang sapi
dan CMA berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah daun, bertambahnya
jumlah daun berkaitan dengan kemampuan tanaman dalam melakukan proses
fotosintesis, hubungannya dengan fotosintesis ditentukan berdasarkan tingkatan
serapan hara dan ketersediaan hara dan air didalam tanah. Interaksi yang nyata
antara pupuk kandang sapi dan CMA yang mempengaruhi jumlah daun terjadi
pada umur 12 mst.
Hasil Penelitian ini rerata jumlah daun yang diperoleh dari interaksi
perlakuan pupuk kandang sapi 10% dengan diberi CMA jumlah daun yang
dihasilkan yaitu 4,93 helai daun. Hasil tersebut lebih efektif walaupun
menghasilkan jumlah daun bibit yang tidak berbeda jauh dengan perlakuan 50%
pupuk kandang sapi dengan diberi CMA. Hal tersebut diduga CMA tidak dapat
bekerja secara aktif pada pupuk kandang sapi yang diberi sebanyak 50%
disebabkan ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman juga lebih tinggi
dibanding dengan perlakuan lainnya. Sejalan dengan pendapat Schramm (1966)
dalam Purwaningsih (2015), mengatakan bahwa inokulum yang berlimpah
bukanlah faktor penentu keberhasilan asosiasi CMA dengan perakaran tanaman.
Pada akhir penelitian yang diberi pupuk kandang sapi 10% dengan diberi CMA
jumlah daun yang dihasilkan mencapai 6,43 helai daun. Hasil tersebut lebih baik
bila dibandingkan dengan standar pertumbuhan bibit kelapa sawit. Dikatakan
menurut data Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2011) bahwa pada umur 4 bulan
jumlah daun yang dihasilkan dengan rerata mencapai 4,25 helai daun.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan pemberian pupuk kandang
sapi berpengaruh nyata terhadap semua variabel pengamatan bibit. variabel
pengamatan diantaranya diameter batang, volume akar, panjang akar, berat kering
akar dan berat kering tajuk. Variabel tersebut yang dihasilkan dengan pupuk
kandang sapi yang diberi sebanyak 30% berbeda tidak nyata dengan 50% dan
berbeda nyata dengan pupuk kandang sapi yang diberi sebanyak 10%. Pemberian
pupuk kandang sapi yang diberi sebanyak 50% menghasilkan semua variabel
yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan 30% namun diperoleh jumlah rerata
pengamatan yang lebih baik.

Hasil pengamatan diperoleh dari perlakuan 50% yaitu 1,54 mm diameter
batang, 12,01 volume akar, 34,62 cm panjang akar, 1,57 g berat kering akar dan
3,35 g berat kering tajuk. hasil ini lebih baik bila dibanding dengan standar
pertumbuhan bibit kelapa sawit. Secara keseluruhan pupuk kandang sapi yang
diberi sangat membantu dalam merubah kualitas tanah PMK menjadi lebih baik.
Sejalan dengan pendapat Yuniarti (2012) mengatakan dimana pemberian pupuk
kandang sapi dosis yang tertinggi yaitu 225 g/polybag memberikan rerata tertinggi
pada berat basah, berat bagian atas, berat bunga dan keliling bunga, pemberian
pupuk kandang sapi 150 g/polybag memberikan rerata tertinggi pada volume akar
dan jumlah daun. Selain itu pupuk kandang sapi menyebabkan kualitas media
tanam yang dihasilkan menjadi lebih baik terutama kondisi aerasi dan draenasi,
juga mengakibatkan kondisi tanah menjadi lebih subur. Berdasarkan hasil analisis
Laboratorium Sifat Kima dan Kesuburan Tanah di Fakultas Pertanian Universitas
Tanjungpura Pontianak, pupuk kandang sapi yang digunakan didalam penelitian
ini mengandung unsur hara yang diantaranya 2.15% N, 0. 0,80% P, 0.30 % K,
2,39% Ca dan 0,28 Mg.
Semakin tinggi pupuk kandang sapi yang diberi maka akan semakin tinggi
juga kandungan unsur hara yang tersedia didalam pupuk kandang sapi yang
diperlukan bagi perkembangan vegetatif tanaman. Hasil penelitian ini sejalan
dengan pendapat oleh Sarief dan Suyono (1981) dikatakan unsur hara merupakan
salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman.
Ditambahkan oleh Foth (1991), bahwa pertumbuhan yang baik itu tidak hanya
memerlukan unsur-unsur hara dalam bentuk yang dikehendaki tanaman, tetapi
juga harus dalam keadaan yang seimbang dalam jumlah yang dibutuhkan oleh
tanaman.
Kondisi suhu di lahan penelitian berkisar 28 dan 290 Celcius sedangkan
kelembaban berikisar 79% - 85% sehingga mendukung tumbuh bibit kelapa sawit,
namun terdapat beberapa sampel tanaman yang tumbuhnya abnormal seperti helai
daun mengkerut dan bibit tampak kerdil serta adanya sampel tanaman yang
terkena penyakit dengan ciri awal dengan strip kuning bergaris putih kekuningan
seperti pita pada helai daun hingga menjadi layu fusarium.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh takaran pupuk kandang sapi dan
CMA terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit pre-nursery pada media tanah
PMK dapat disimpulkan bahwa :
1. Interaksi dengan takaran 10% pupuk kandang sapi dengan diberi CMA
memberikan pengaruh yang efektif menghasilkan tinggi bibit kelapa sawit
dan jumlah daun lebih baik.
2. Takaran pupuk kandang sapi sebanyak 50% dapat meningkatkan
perkembangan diameter batang, volume akar, panjang akar, berat kering
akar, dan berat kering tajuk.

DAFTAR PUSTAKA
Bernhard, MR. 2008. Pengaruh Pupuk Organik Kotoran Sapi terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa . Buletin Palma 34 : 33-41
BPS Kalimantan Barat. 2010. Kalimantan Barat Dalam Angka 2010. Kantor Biro
Pusat Statistik. Pontianak
Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat. 2003. Kalimantan Barat dalam angka ,
BPS Kalbar Pontianak.
Foth, Hendry D. 1991.Dasar-dasar Ilmu Tanah. Terjemahan Endang Dwi
Purbayanti. Gajah Mada University Press.Yogyakarta.
Hairiah, K. 1994. Aluminium Tolerance of Mucena. A tropical leguminous cover
crop. Institute for soil Fertility Research (IB-DLO) RA Haren. Netherland.
Same Made 2011. Serapan Phospat Dan Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Pada
Tanah Ultisol Akibat Cendawan Mikoriza Abuskula. Jurnal Penelitian
Pertanian Terapan Vol. 11 (2): 69-76 (2011).
Sarief, E,S,. dan A,D, Suyono. 1981. Ilmu Tanah Pertanian. Universitas Pdjajaran.
Bandung.
yuniarti 2012. Pengaruh Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Kubis Bunga Pada Tanah Gambut. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas
Tanjungpura. Pontianak.
PPKS, 2010. Teknologi Kultur teknis dan Pengolahan Kelapa Sawit . Pusat
Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
PPKS, 2011. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
Purwaningsih, S. 2015. Pengaruh Inokulasi Rhizobium Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Kedelai (Glycine max L) Varietas Wilis Di Rumah Kaca. Jurnal
Berita Biologi vol 14 (1) : 69 -76 (2015).
Laboratorium, (2016). Kimia dan Konservasi Tanah. Fakultas Pertanian
universitas Tanjungpura. Pontianak.
Purwaningsih, S. 2015. Pengaruh Inokulasi Rhizobium Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Kedelai (Glycine max L) Varietas Wilis Di Rumah Kaca. Jurnal
Berita Biologi vol 14 (1) : 69 -76 (2015).