Magister Pendidikan Bahasa Indonesia NOSI Volume 5, Nomor 4, Agustus 2017

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA LISAN PEMBINA UPACARA
DALAM AMANAT PEMBINA UPACARA DI SEKOLAH DASAR NEGERI
KECAMATAN WAGIR KABUPATEN MALANG
Gatot Suparto
Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Unisma
gatot.suparto@yahoo.co.id
Abstrak: Setiap tuturan, ujaran, kalimat, dan bahasa yang digunakan
penutur termasuk tuturan pembina upacarapasti mengungkapkan
makna tertentu secara legkap berdasarkan konteksnya dan memiliki
fungsi tertentu bagi penutur dan audiens. Terkait dengan hal tersebut
kajian tentang fungsi penggunaan bahasa tersebut dalam fokus
peneltian tentang jenis-jenis tindak bahasa pembina upacara dalam
amanat pembina upacara bendera di SDN Kecamatan Wagir menjadi
bagian yang menarik untuk dikaji. Pendekatan ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif. Data penelitian berupa data verbal
yang berupa transkripsi data hasil rekaman pidato pembina upacara
dalam bentuk teks wacana. Analisis data penelitian inidilakukan
dengan model alir sebagaimana dikemukakan oleh Miles dan
Huberman. Hasil penelitian menunjukkan, fungsi bahasa yang
diwujudkan penggunaan Bahasa Indonesia lisan pembina upacara
dalam amanat pembina upacara di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan

Wagir Kabupaten Malang yang berupa jenis tindak Bahasa dapat
dikelompokkan dalam empat jenis tindak ilokusi menurut pandangan
Austin (1962), yaitu (1) tindak verdiktif (verdictives), (2) tindak
eksersitif (exercitives), (3) tindak behavitif (behavitives), dan (4)
tindak ekspositif (expositives). Tindak bahasa yang digunakan
pembina upacara dalam amanat pembina upacara Sekolah Dasar di
Kecamatan Wagir Kabupaten Malang adalah (1) tindak verdiktif
(verdictives) meliputi tindak: tindak memperjelas maksud, tindak
memberikan informasi, tindak mengungkapkan rasa puas, dan tindak
mengungkapkan kritik; (2) tindak eksersitif (exercitives) meliputi
tindak: tindak meminta informasi, tindak memberi saran, tindak
meminta perhatian, tindak mengingatkan, tindak pengharapan, tindak
menyuruh, dan tindak mengancam; (3) tindak behavitif (behavitives)
meliputi tindak: tindak memberi contoh; (4) tindak ekspositif
(expositives) meliputi tindak: tindak pinjam leksikon.
Kata-kata kunci:Bahasa Indonesia lisan, ujaran, tindak bahasa,
wacana, dan amanat pembina upacara

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________


PENDAHULUAN
Kehidupan manusia tidak terlepas
dari kegiatan berbahasa. Bahasa
memiliki fungsi yang sangat penting.di
dalam tataran kehidupan bermasyarakat.
Fungsi-fungsi bahasa tersebut antara
lain: (1) untuk menyatakan ekspresi diri,
(2) sebagai alat komunikasi, (3) sebagai
alat untuk mengadakan integrasi dan
adaptasi sosial, dan (4) alat untuk
mengadakan kontrol sosial. Dapat
dikatakan kehidupan manusia tidak
terlepas dari kegiatan komunikasi baik
sebagai adaptasi sosial maupun untuk
memenuhi kebutuhan.
Bahasa merupakan sarana untuk
berkomunikasi dalam rangka memenuhi
kebutuhan manusia sebagai makhluk
sosial yang perlu berinteraksi dengan
sesama manusia. Sejalan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, manusia dituntut untuk
mempunyai kemampuan berbahasa yang
baik.
Seseorang yang mempunyai
kemampuan berbahasa yang memadai
akan lebih mudah menyerap dan
menyampaikan informasi, baik secara
lisan maupun tulisan.
Dalam
kehidupan
sehari-hari
manusia dihadapkan dengan berbagai
kegiatan yang menuntut keterampilan
berbicara. Agar pembicaraan itu
mencapai tujuan, pembicara harus
memiliki kemampuan dan keterampilan
untuk menyampaikan informasi kepada
orang lain. Dengan kata lain, pembicara
harus memahami betul bagaimana cara

berbicara yang runtut dan efektif,
sehingga orang lain (pendengar) dapat
menerima informasi yang disampaikan

pembicara secara efektif.
Menurut
Budiman (2015: 18) ada enam hal yang
perlu dipersiapkan dalam berbicara di
depan umum agar efektif, yaitu sebagai
berikut (1) menetapkan sasaran pembicaraan, gunanya untuk menentukan arah
pembicaraan dan memilih bahan yang
sesuai, (2) mengetahui apa dan siapa
pendengarnya, gunanya untuk mempersiapkan dan menyakinkan diri bahwa
bahan yang akan disampaikan sesuai
dengan pendengar yang tepat, (3)
mengetahui dan memperhatikan tempat
pembicaraan akan dilaksanakan, (4)
berapa lama waktu yang diperlukan
dalam pembicaraan, (5) agar sasaran
pembicaraan dapat tercapai, maka

persiapan bahan perlu dilakukan, (6)
keberhasilan dalam pembicaraan tidak
hanya ditentukan dari penggunaan katakata saja, tetapi justru penggunaan
nonkata,misalnya nada, suara, ekspresi
muka, bahasa tubuh, dan gerakan tubuh.
Pidato sebagai salah satu bentuk
keterampilan berbicara, sebenarnya merupakan
representasi
kompetensi
komunikatif. Karenanya, sang orator
perlu menguasai berbagai hal yang telah
dijelaskan di atas. Demikian pula dalam
pidato seorang pembina upacara di
sekolah.
Pidato sebagai salah satu bentuk
wacana lisan, merupakan wujud
pemakaian bahasa yang dipergunakan
sebagai media penyampaian informasi,
yang mencakup isi yang disampaikan,
bahasa, dan konteks situasinya. Isi dan

bahasanya dapat tercakup dalam wujud
wacana atau teks itu sendiri, sedangkan
konteksnya
adalah
situasi
yang

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

menyertainya.
Holliday dan Hasan
(dalam Mujianto, 1998) menyatakan
bahwa teks adalah bahasa yang memiliki
fungsi. Selain itu, meskipun teks itu bila
kita tuliskan tampak seakan-akan terdiri
dari kata-kata dan kalimat-kalimat,
sesungguhnya terdiri dari makna-makna.
Dalam kaitannya dengan konsep
makna dalam bahasa, Kress (dalam
Mujianto, 1998) menempatkan definisi

makna sebagai fungsi dalam konteks dan
menerima ciri-ciri multifungsi bahasa
yang meliputi fungsi interpersonal,
ideasional, dan tekstual dikaitkan dengan
berbagai perwujudan fungsi bahasa.
Bahasa dalam wacana pidato di
samping merupakan perwujudan fungsi
ideasional dan interpersonal juga
merupakan wujud nyata fungsi tekstual.
Fungsi tekstual berperan memberikan
kemungkinan bagi pembicara/penulis
untuk menghasilkan teks atau wacana
yang runtut berdasarkan tautan suatu
situasi. Dalam kaitannya dengan fungsi
tekstualini Mujianto (1998) menyatakan
bahwa fungsi tekstual dalam pidato
mencakup organisasi tematis serta
struktur informasi dari suatu proporsi.
Selain
itu,

Wahab
(dalam
Mujianto, 1988) menyatakan bahwa
fungsi utama bahasa terdiri atas fungsi
transaksional dan fungsi interaksional.
Fungsi transaksional ialah fungsi bahasa
untuk menyatakan isi kalimat, sedangkan
fungsi interaksional ialah fungsi yang
melibatkan hubungan sosial dan sikap
personal. Dalam fungsi interaksional ini,
bahasa harus dapat mewujudkan
interaksi dua komunikator atau lebih

yang diselingi bermacam-macam faktor
seperti keraguan, bergumam, dan
sebagainya. Walaupun demikian, interaksi antardua komunikator atau lebih itu
dapat berjalan dengan tercapainya tujuan
masing-masing karena adanya konteks.
Sejalan dengan hal di atas, Dik
(1981) menyatakan bahwa (dalam

pandangan
interaksional)
bahasa
diartikan sebagai alat interaksi sosial
antarindividu
atau
antarkelompok
individu dalam masyarakat. Penggunaan
bahasa sebagai alat interaksi sosial
dipandang sebagai bentuk kerja sama
anatar individu atau antar kelompok
yang terstruktur dengan mendasarkan
diri pada kaidah, norma, serta konvensi
sosial. Penelaahan bahasa dengan
pendekatan interaksional dapat diarakan
untuk
mendeskripsikan
kaidah
interaksional yang mendasai kegiatan
kerja sama antar individu atau

antarkelompok
melalui
pengkajian
pragmatik.
Allan dan Guy (1978) menyatakan
bahwa
interaksi
pada
dasarnya
merupakan
bentuk
kerja
sama
antarindividu yang dilakukan dengan
menggunakan media verbal, nonverbal,
atau gabungan keduanya. Dalam
kegiatan interaksi terjadi pertukaran
tinggkah laku yang kompleks, bersifat
sistematis, dan dipengaruhi oleh tempat
dan waktu. Kegiatan interaksi dibentuk

oleh tiga komponen pokok, yaitu media
yang digunakan, pelaku interaksi, dan
konteks yang melatarinya. Media verbal
yang dimaksud adalah penggunaan
bahasa dalam bentuk kalimat maupun
ujaran, sedangkan media nonverbal

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

dapat berupa gerak mata, gerak fisik, dan
ekspresi wajah. Konteks dapat berupa
konteks fisik dan konteks nonfisik.
Konteks fisik meliputi tempat, waktu,
dan situasi; sedangkan konteks nonfisik
berupa budaya, norma, serta konvensikonvensi sosial.
Ujaran-ujaran
verbal
dalam
interaksi bukan saja berupa kalimat,
tetapi dapat berbentuk tindakan sosial.
Apabila kalimat digunakan dalam
konteks tertentu, ia tidak saja memiliki
maknanya sendiri, tetapi juga suatu
makna atau fungsi yang disebut ilokusi
berdasarkan niat, kepercayaan, penilaian
penutur,
atau
hubungan
penutur
pendengar. Hal ini menunjukkan
penerapan pragmatig dalam analisis
wacana.
Berbagai pendapat inilah yang
melatarbelakangi pemikiran perlunya
kajian penggunaan Bahasa Indonesia
lisan pembina upacara dalam amanat
pembina upacara, dalam hal ini upacara
di Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan
Wagir Kabupaten Malang.
Terkait dengan upacara di Sekolah
Dasar, upacara bendera bagi sekolah
berdasarkan Permendiknas No. 39 tahun
2008 tentang Pembinaan Kesiswaan,
khususnya butir ketiga “Pembinaan
kepribadian
unggul,
wawasan
kebangsaan, dan bela Negara, antara lain
yang terdapat pada poin 1 melaksanakan
upacara
bendera pada hari senin,
dan/atau hari Sabtu, serta hari-hari besar
nasional”. Refleksi pola pikir profesi
keilmuan para pembicara/penulisnya dan
kompetensi
kebahasaannya
akan

menghasilkan struktur dan kualitas
wacana yang memiliki karakteristik
tersendiri.
Walaupun
analisis
bahasa
berdasarkan
ancangan
fungsional
dianggap paling tepat untuk menjelaskan
fenomena bahasa karena bahasa yang
sesungguhnya adalah bahasa yang
digunakan dalam peristiwa komunikasi
dengan berbagai fungsinya, tidak berarti
bahwa analisis formal terhadap bahasa
dianggap tidak penting.Oleh karena itu
penelitian penggunaan Bahasa Indonesia
lisan pembina upacara dalam amanat
pembina upacara ini juga dilakukan
dengan ancangan formal dalam rangka
melihat wujud kalimat-kalimat bahasa
Indonesia lisan yang digunakan Pembina
upacara tersebut.
METODE
Pendekatan ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif. Menurut
pendapat Bogdan &Taylor (dalam
Moeloeng, 2000), pendekatan ini
merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif yang
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.
Adapun jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif. Deskriptif dalam
artian prosedur pemecahan fokus
penelitian dilakukan dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek
atau obyek penelitian pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak
atau
sebagaimana
adanya.
Data
dikumpulkan berupa kata-kata dari hasil
transkripsi amanat pembina upacara.

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

Kehadiran
peneliti
dalam
penelitian ini menandai bahwa peneliti
merupakan instrument utama dalam
melaksanakan
penelitian.
Dengan
kesadaran sebagai instrument utama,
peneliti berusaha mendapatkan data dan
menganalisis data secara induktif untuk
mewujudkan tujuan penelitian yaitu
mendeskripsikan karakteristik wacana
pidatopenggunaan Bahasa Indonesia
lisan pembina upacara dalam amanat
pembina upacara di Sekolah Dasar
Negeri Kecamatan Wagir Kabupaten
Malang.
Sumber data penelitian ini adalah
sejumlah rekaman amanat pembina
upacara pada Sekolah Dasar di
Kecamatan Wagir Kabupaten Malang.
Adapun
sekolah
dasar
yang
dimaksudkan adalah enam Sekolah
Dasar Negeri di Kecamatan Wagir yang
diambil pada kurun waktu bulan Januari
sampai dengan Maret 2017.
Keenam Sekolah Dasar tersebut
antara lain SDN Pandanglandung 02,
SDN Parangargo 01, SDN Sumbersuko
04, SDN Gondowangi 02, SDN Jedong
02, dan SDN Sitirejo 04 Kecamatan
Wagir.
Data penelitian berupa data verbal
yang berupa transkripsi data hasil
rekaman pidato pembina upacara dalam
bentuk teks wacana. Selain itu, catatan
observasi terkait dengan konteks
pelaksanaan upacara juga dijadikan
sebagai data pembantu.
Sesuai dengan tujuan penelitian,
yaitu penggunaan bahasa Indonesia lisan
Pembina
upacara,
maka
metode

pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi dan introspeksi. Data
utama dalam penelitian ini dikumpulkan
dalam observasi olep peneliti dengan
menggunakan alat bantu berupa tape
recorder dan catatan lapangan. Dengan
demikian pengumpulan data utama
penelitian ini dilakukan dengan (1)
mengobservasi penggunaan
bahasa
Indonesia lisan Pembina upacara dalam
amanat Pembina upacara, (2) merekam
data pidato amanat upacara, dan (3)
mentranskripsikan rekaman. Dilanjutkan,
(4) penyusunan instrument pemandu
yang meliputi panduan kodifikasi dan
panduan analisis.
Analisis
data
penelitian
inidilakukan
dengan
model
alir
sebagaimana dikemukakan oleh Miles
dan Huberman yang telah disesuaikan
berdasarkan
arahan
pembimbing
penelitian.
Dalam
analisis
data
kualitataif ini terdapat tiga alur kegiatan
yang terjadi sesara bersamaan, yaitu
reduksi data, penyajian data, dan
penarikan simpulan. Model tersebut
dapat dilihat dalam bagan berikut ini.
Analisis data dimulai sejak data
dikumpulkan.
Oleh
karena
itu,
bersamaan dengan pengumpulan peneliti
melakukan reduksi data. Kegiatan yang
dilakukan dalam reduksi data meliputi
identifikasi data, klasifikais data, dan
kodifikasi data.
Identifikasi data ini berupa
penentuan kalimat atau ujaran dari
amanat Pembina upacara. Kegiatan
penentuan kalimat atau ujaran itu
dilakukan dengan berpedoman pada

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

penanda
kalimat
seperti
yang
dikemukakan dalam difinisi operasional.
Hal ini dilakukan karena pada penelitian
yang diperoleh berupa kalimat-kalimat
dalam untaian yang disebut wacana
pidato. Kalimat inilah yang merypakan
bagian terkecil ujaran atau teks (wacana)
yang mengungkapkan pikiran secara
utuh
dalam
kajian
kebahasaan
(Moeliono, 1988). Dalam wujud lisan,
kalimat Pembina upacara diiringi dengan
penggunaan unsure suprasegmental
bahasa (alunan titinada, jeda, intonasi,
dan kesenyapan bunyi).

Pada dasarnya korpus data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
korpus data yang kemunculannya
berulang. Apabila ada data yang muncul
hanya satu kali, dalam analisis data
dilakukan,
(1)
penjaringan
data
introspeksi dari subjek penelitian dan (2)
diskusi dengan pakar bahasa Indonesia
tentang keterandalan korpus data
tersebut. Dari data introspeksi dan hasil
diskusi dengan pakar bahasa Indonesia
dapat disimpulkan keberadaan korpus
data tersebut.

Selanjutnya data yang sudah
diperoleh dari kegiatan identifikasi
dilakukan
diklasifikasi.
Klasifikasi
pertama dilakukan dengan memilah
kalimat berdasarkan jenis tindak yang
terkandung dalam ujaran. Kajian tentang
tindak bahasa ini terfokus pada kajian
ilokusi Austin (1962). Berdasarkan
kajian tersebut, data penelitian ini
diklasifikasikan menjadi (1) verdiktif
(verdictives), (2) eksersitif (exercitives),
(3) komisif (commissives), (4) behavitif
(behavitives),
dan
(5)
ekspositif
(expositives).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Fungsipenggunaan Bahasa Indonesia lisan pembina upacara dalam amanat
pembina upacara di Sekolah Dasar
Negeri Kecamatan Wagir Kabupaten
Malang. Kajian tentang fungsi tersebut
difokuskan pada temuan tentang jenis
tindak berbahasa Indonesia lisan
pembina upacara dalam amanat pembina
upacara Sekolah Dasar di Kecamatan
Wagir Kabupaten Malang.

Selanjutnya dilakukan kodifikasi
data dengan tujuan untuk menganalisis
fungsi kalimat bahasa Indonesia lisan
Pembina upacara dalam amanat Pembina
upacara sekolah dasar dan prinsip
penggunaannya
untuk
disimpulkan
sementara. Kegiatan ini dilakukan
berulang-ulang dalam bentuk verifikasi
data, baik menggunakan data baru,
diskusi dengan pakar bahasa, maupun
diskusi dengan teman sejawat sampai
diperoleh simpulan akhir.

Tindak Verdiktif
Verdiktif (verdictives), tindak tutur
yang ditandai oleh adanya keputusan
yang bertalian dengan benar-salah.
Tindak ini mengikat penuturnya pada
kebenaran tentang apa yang dikatakan.
Berdasarkan analisis data dapat
dikemukakan bahwa tindak verdiktif
yang diperankan dalam penggunaan
Bahasa Indonesia lisan pembina upacara
dalam amanat pembina upacara di
Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Wagir
Kabupaten Malang ditemukan tindak
meliputi (1) tindakmemperjelas maksud,

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

(2) tindak memberikan informasi, (3)
tindak mengungkapkan rasa puas, dan
(4) tindak mengungkapkan kritik.

TindakVerdiktifMemperjelas Maksud
Tindak
memperjelas
maksud
merupakan salah satu perwujudan tindak
verdiktif
karena dalam tindak ini
penutur mempresentasikan informasi
penjelasan atau informasi tambahan
kepada
penutur.
Ujaran
yang
memerankan
tindak
memperjelas
maksud ini digunakan apabila penutur
merasa bahwa informasi baru yang
disampaikan belum dapat dipahami oleh
audiens.
Penggunaan bahasa yang menandai
tindak memperjelas maksud dapat
diketahui dengan mengaitkan ujaran di
luar ujaran (ujaran sebelumnya) yang
bersangkutan ditandai dengan penggunaan kata berarti dan itu.

juga, nanti,
dankemudian.

tujuannya,

sekaligus,

TindakVerdiktifMengungkapkan Rasa
Puas
Tindak mengungkapkan rasa puas
merupakan wujud tindak verdiktif karena
penutur bermaksud agas ujarannya
dijadikan sebagai sebuah penilaian
mutlak atas apa yang dilakukan oleh
audiens sebagaimana yang disebutkan
dalam
ujarannya.
Dalam
tindak
mengungkapkan rasa puas, penutur
menganggap bahwa keputusan positif
yang diberikan merupakan hasil evaluasi
terhadap apa yang disebutkan dan akan
berdampak pada audiens.
Penanda ujaran yang dinyatakan
dalam ujaran yang menyatakan tindak
mengungkapkan rasa puas menggunakan
kata bagus dan terima kasih.
Tindak Verdiktif Mengungkapkan Kritik

TindakVerdiktifMemberikan Informasi
Tindak memberikan informasi
merupakan salam satu perwujudan
tindak verdiktif karena dalam tindak ini
penutur merepresentasikan informasi
kepada audiens. Penutur melakukan
tindak ini karena penutur beranggapan
bahwa audiens belum mengetahui
informasi
itu.
Informasi
yang
disampaikan penutur dapat berupa fakta,
opini, atau objek nyata.
Penggunaan bahasa yang menandai
tindak memberikan informasi berada di
luar ujaran yang bersangkutan ditandai
dengan penggunaan kata sebentar lagi,

Tindak mengungkapkan kritik
merupakan wujud tindak verdiktif
karena
penutur
bermaksud
agar
ujarannya diartikan sebagai evaluasi
tentang hal yang disebutkan dlam
ujarannya.
Dalam
mengungkapkan
kritik, penutur menunjukkan kelemahan
tentang hal yang disebutkan dalam
ujaran
itu.
Tindak Eksertif (Exercitives)
Eksersitif (exercitives), tindak tutur
yang
merupakan
akibat
adanya
kekuasaan, hak, atau pengaruh yang
menjadi tanggung jawab penutur.
Tindakan ini dapat berupa perjanjian,

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

nasihat, peringatan dan sebagainya. Hal
akhir yang diharapkan pada tindak ini
adalah audiens berkenan melakukan
tindakan yang disebutkan dalam ujaran
penutur.
Dalam
penggunaan
Bahasa
Indonesia lisan pembina upacara dalam
amanat pembi-na upacara di Sekolah
Dasar Negeri Keca-matan Wagir
Kabupaten Malang ditemukan tindak
eksertif (1) tindak meminta informasi,
(2) tindak memberi saran, (3) tindak
meminta
perhatian,
(4)
tindak
mengingatkan, (5) tindak pengharapan,
(6) tindak menyuruh, dan (7) tindak
mengancam.

tindak mengevaluasi informasi dan
tindak
melakukan
tindakan
atau
melakukan sesuatu yang dimaksudkan
dalam ujaran itu. Kedua tindak ini terjadi
secara simultan. Di samping itu, dalam
tindak memberi saran, tindakan yang
berupa preilaku atau perbuatan tidak
bersifat wajib. Dalam amanat Pembina
upacara,
Pembina
memerankan
penggunaan tindak memberikan saran
dengan penanda ujaran yang menyatakan
tindak memberi saran menggunakan
bahasa bahasa berikut: agar …..dengan,
jangan..,
koreksi
saja,
harus
ditingkatkan
lagi,
dan
perlu
disempurnakan.

Tindak Eksessitif Meminta Informasi
Salah satu wujud tindak eksersitif
ialah tindak meminta informasi. Dalam
tindak ini penutur bermaksud agar
audiens melakukan tindakan , yaitu
memberikan informasi yang diperlukan
penutur karena penutur tersebut memang
belum mengetahui informasi yang
dimaksud. Dalam amanat Pembina
upacara,
Pembina
memerankan
penggunaan tindak meminta informasi.
sebagaimana tertuang berikut.

Tindak Eksersitif Meminta Perhatian
Tindak
meminta
perhatian
merupakan perwujudan tindak eksersitif
karena dalam tindak ini penutur
bermaksud agar audiens melakukan
tindakan
yang
berupa
tindak
memberikan
perhatian
sehingga
informasi yang disampaikan penutur
dapat diterima audiens dengan baik.
Pengguanaanbahasa
yang
menandai tindak meminta perhatian
berdasarkan ujaran di atas ditandai
dengan penerapan ya itu angan, ya
jangan, ingat, dan Ya sudah perhatikan.
Tindak Eksersitif Mengingatkan
Tindak mengingatkan merupakan
perwujudan tindak eksersitif karena
dalam tindak ini penutur bermaksud agar
audiens melakukan dan menyikapi apa
yang dituturkan penutur. Penutur menilai
bahwa sesuatu yang disebutkan dalam
ujaran itu mungkin dilakukan dan
mungkin tidak dilakukan oleh audiens
atau mungkin disikapi secara positif dan

Tindak Eksersitif Memberi Saran
Tindak memberi saran merupakan
perwujudan tindak eksersitif karena
dalam tindak ini penutur bermaksud agar
audiens melakukan tindakan yang
disebutkan dalam ujaran tersebut. Tindak
memberi saran didahului dengan tindak
memberi informasi kepada audiens
tentang apa yang telah dilakukannya.
Dengan ujaran ini diharapkan audiens
melakukan dua tindakan sekaligus, yaitu

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

mungkin pula disikapi negatif oleh
audiens. Dengan ujaran ini, penutur
mengingatkan
bahwa
hal
yang
disebutkan dalam ujaran itu harus
dilakukan atau disikapi oleh audiens.
Tindak mengingatkan ini hampir
sama dengan tindak memberi saran
perbedannya, tindak memberi saran tidak
mengikat audiens untuk melakukannya,
sedangkan tindak mengingatkan ini
harus dilakukan dan disikapi oleh
audiens
Tindak Eksersitif Pengharapan
Tindak pengharapan merupakan
perwujudan tindak eksersitif karena
dalam tindak ini penutur mengharapkan
audiens melakukan sesuatu secara
eksplisit akan apa yang diujarkan
penutur.
Tindak Eksersitif Menyuruh
Tindak menyuruh merupakan
perwujudan tindak eksersitif karena
dalam tindak ini penutur mengharapkan
audiens melakukan tindakan yang
disebutkan dalam ujaran itu. Dalam
tindak menyuruh, tindakan yang
diharapkan penutur berupa perilaku atau
perbuatan. Dalam kondisi “wajar”
audiens melakukan sesuatu yang
dimaksudkan dalam ujaran itu.
Tindak Eksersitif Mengancam
Tindak mengancam merupakan
perwujudan tindak eksersitif karena
dalam tindak ini penutur mengharapkan
audiens melakukan tindakan yang
bersifat mengikat. Artinya dalam tindak
ini, penutur bermaksud akan
“memberikan sesuatu yang bersifat

negatif” terhadap audiens apabila
penutur tidak melakukan sesuatu yang
dikehendaki penutur. Dengan tindak itu,
ada keterikatan antara penutur dan
audiens atas dilakukannya tindakan
tersebut.
Tindak Behavitif
Tindak Behavitif (behavitives)
merupakan
tindak
tutur
yang
mencerminkan kepedulian sosial atau
rasa simpati. Tindak ini menunjukkan
bahwa penutur merasa menjadi satu
kesatuan rasa dengan audiens. Tindak ini
ditujukan agar pada diri penutur dan
audiens terjalin suatu ketenangan akan
isi tuturan yang disampiakan penutur.
Berdasarkan analisis data dapat
dikemukakan bahwa tindak behavitif
penggunaan Bahasa Indonesia lisan
pembina upacara dalam amanat pembina
upacara di Sekolah Dasar Negeri
Kecamatan Wagir Kabupaten Malang
ditemukan tindak ujaran
tindak
memberikan contoh.
Tindak Behavitif Memberi Contoh
Tindak memberi contoh
merupakan perwujudan tindak behavitif
karena dalam tindak ini penutur ingin
agar penutur melakukan sesuatu seperti
yang diharapkan, melakukan hal positif
dan mengetahui banyak hal sehingga
audiens menjadi lebih baik dalam
pandangan penutur dan masyarakat
lainnya. Artinya dalam tindak ini,
penutur bermaksud ”akan merasa senang
dan menjadikan audiens lebih baik”
apabila audiens melakukan sesuatu yang
dicontohkan.

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

Tindak Ekspositif
Ekspositif (expositives), tindak
tutur
yang
digunakan
dalam
menyederhanakan
pengertian
atau
definisi, misalnya “bail out” itu ibarat
seseorang yang utang-nya kepada
seseorang dibayari oleh orang lain yang
tidak dikenalrnya.”.
Berdasarkan analisis data dapat
dikemukakan bahwa tindak ekspositif
(expositives) yang diperankan dalam
penggunaan Bahasa Indonesia lisan
pembina upacara dalam amanat pembina
upacara di Sekolah Dasar Negeri
Kecamatan Wagir Kabupaten Malang
adalah tindak sinonimi.
Tindak Ekspositif Pinjam Leksikon
Tindak pinjam leksikonmerupakan
tindak bahasa yang diperankan dalam
komunikasi dengan pemakaian kata-kata
dari kode lain agar terjalin penyampaian
pesan secara baik antara penutur dan
udiens.Tindak pinjam leksikon ini bisa
dikategorikan sebagai tindak Ekspositif
(expositives) karena dalam tindak ini
penutur ingin menyeder-hanakan suau
istilah atau kata atau kosakata baru
kepada audiens agar mudah dipahami.
Keterbatasan
tindak
yang
diperankan dalam amanat Pembina
upacara seperti yang dikemukakan dalam
bagan di atas dapat dijelaskan dari kajian
pragmatik. Dalam upaya menjelaskan
prinsip-prinsip pragmatic, Leech (1983)
menyatakan bahwa pragmatik dapat
dipandang dari dua sisi, yaitu
pragmatikumum dan sosio pragmatic.
Prakmatik umum diartikan sebagai
kajian terkait dengan kondisi-kondisi
umum penggunaan bahasa secara

komunikatif, tidak mencakup kondisikondisi-kondisi
khusus
(lokal).
Sementara
itu,
sosio-pragmatik
didasarkan
pada
kebudayaankebudayaan masyarakat dan masyarakat
bahasa yang berbeda dalam situasisituasi sosial yang berbeda, dalam
konteks kelas-kelas sosial berbeda, dan
sebagainya. Dengan demikian, tindak
komisif
tidak
ditemukan
dalam
penelitian ini. Hal ini merupakan hal
yang wajar karena penutur tidak
mungkin melaksanakan perjanjian yang
mengakibatkan penutur melakukan
kegiatan sendiri.
SIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian menunjukkan
sebagai berikut.
1. Fungsi bahasa yang diwujudkan
penggunaan Bahasa Indonesia lisan
pembina upacara dalam amanat
pembina upacara di Sekolah Dasar
Negeri Kecamatan Wagir Kabupaten
Malang yang berupa jenis tindak
bahasadapat dikelompokkan dalam
empat jenis tindak ilokusi menurut
pandangan Austin (1962), yaitu (1)
tindak verdiktif (verdictives), (2)
tindak eksersitif (exercitives), (3)
tindak behavitif (behavitives), dan
(4) tindak ekspositif (expositives).
Untuk
tindak
komisif
tidak
ditemukan dalam penelitian ini.
2. Tindak bahasa yang digunakan
pembina upacara dalam amanat
pembina upacara Sekolah Dasar di
Kecamatan
Wagir
Kabupaten
Malang adalah (1) tindak verdiktif
(verdictives) meliputi tindak: tindak
memperjelas
maksud,
tindak

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

memberikan
informasi,
tindak
mengungkapkan rasa puas, dan
tindak mengungkapkan kritik. (2)
tindakeksersitif (exercitives) meliputi
tindak: tindak meminta informasi,
tindak memberi saran, tindak
meminta
perhatian,
tindak
mengingatkan, tindak pengharapan,
tindak menyuruh, dan tindak
mengancam. (3) tindakbehavitif
(behavitives) meliputi tindak: tindak
memberi contoh(4) tindakekspositif
(expositives) meliputi tindak: tindak
pinjam leksikon.
Selanjutnya hasil penelitian ini
juga dapat dijadikan sebagai tambahan
kajian pragmatik mengingat penelitian
ini berkaitan dengan penggunaan bahasa
dalam situasi sosial tertentu. Kepada
ilmuan bahasa yang mengaji fungsifungsi bahasa atau pengikut aliran
fungsional, penelitian ini diharapkan
dapat digunakan sebagai pelengkap
klasifikasi fungsi bahasa yang sudah ada.
Semoga para ilmuan juga dapat
melakukan penelitian terhadap fungsi
bahasa pada ragam-ragam bahasa yang
berbeda.

Mujianto, 1998. Retorika Wacana Orasi
Ilmiah Bahasa Indonesia. Malang:
IKIP Malang.
Quirk, R. Sidney, G.. Leech, G. dan
Svartvik, J. 1972 A Grammar of
Contemporary English. London:
Longman.
Ramlan, M. 1987. Sintaksis. Yogyakarta:
CV Karyono.
Samsuri. 1985. Tata Kalimat Bahasa
Indonesia. Jakarta: Sastra Hudaya.
Searle, JR, Kiefier, F, dan Bierwish, M.
(eds). 1980. Speech Act Theory and
Pragmatics. London: Reidel
Publising Company.
Stubbs, M. 1983. Discourse Analysis.
Chicago: The University of Chicago
Press.
Sumarna, Saleem Hardja. 2016. Super
Lengkap Naskah Pidato & MC.
Klaten: Cable Book.
Wahab, A. 1988. Linguistik: Dari PraSocrates ke Pragmatik. Malang:
IKIP Malang.
Wibowo, Imam Suwardi. 1996. Analisis
Wacana Iklan Baris Surat Kabar.
Malang: IKIP Malang.
Widdowson, HG. 1978. Teaching
Language as Comunication. Oxford:
Okford University Press.

DAFTAR RUJUKAN
Allan, D.E., dan Guy, R.F. 1978.
Conversation Analysis: The Sociology of Talk. Paris: Mouton.
Budiman, Arya. 2015. Kebut Semalam
Jago Pidato, MC, Penyiar, Presenter
Radio &Televisi. Yogyakarta: Araska
Publisher
Dik, S.C. 1981. Functional
Grammar.Dordrech: Foris
Publication.
Moeliono, A. dkk. 1988. Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:
Perum Balai Pustaka.
NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 12