Magister Pendidikan Bahasa Indonesia NOSI Volume 5, Nomor 4, Agustus 2017

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK
SISWA KELAS VII DI MTS NURUL JADID KABUPATEN PROBOLINGGO
MELALUI TEKNIK STAD
Andriyanto
Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Unisma
andriyanto_aan88@yahoo.com
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi
objektif tentang pengikatan proses dan hasil keterampilan menulis teks
cerita pendek siswa kelas VII MTs Nurul Jadid Kabupaten Probolinggo
melalui teknik STAD. Rancangan penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Data penelitian yang
pertama berupa hasil pengamatan, kedua hasil wawancara dengan guru
bidang studi, dan ketiga hasil tes belajar siswa kelas VII MTS Nurul Jadid
secara individu. Berdasaarkan data hasil observasi, pelaksanaan
pembelajaran kooperatif dengan teknik STAD pada siklus I dan siklus II
menunjukkan bahwa siswa yang tadinya terlihat lelah dan bosan, mulai
tertarik dengan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil keterampilan
menulis teks cerita pendek MTS Nurul Jadid mengalami peningkatan
setelah mengikuti pembelajaran dengan teknik STAD. Hasil rata-rata nilai
menulis teks cerita pendek pratindakan yaitu 51 dan persentase ketuntasan
mencapai 30,43%. Pada siklus I rata-rata kelas mencapai 69,31 dengan

persentase ketuntasan 63,1%. Sedangkan pada siklus II rata-rata kelas
mencapai 76,3 dengan persentase ketuntasan 72,2%. Perolehan hasil ratarata nilai tes menulis teks cerita pendek menunjukkan bahwa
pembelajaran menulis teks cerita pendek dengan teknik STAD pada siswa
kelas VII MTS Nurul Jadid mengalami peningkatan.
Kata-kata Kunci: peningkatan, kemampuan menulis, cerpen, STAD
PENDAHULUAN
Pembelajaran menulis teks cerita
pendek penting bagi siswa sekolah
menengah tingkat pertama karena cerita
pendek dapat dijadikan sarana untuk
berimajinasi dan menuangkan pikiran.
Menurut Widya-marta (dalam Widyastuti: 2012:2) menulis cerita pendek ialah
menulis tentang sebuah peristiwa atau
kejadian pokok dan merupakan dunia
alternatif pengarang. Sedangkan Sumardjo (dalam Widyastuti 2012:2) berpendapat bahwa menulis cerita pendek
adalah seni, keterampilan menyajikan

cerita. Berdasarkan pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa menulis teks
cerita pendek merupakan seni/keterampilan menyaji-kan cerita tentang sebuah

peristiwa atau kejadian pokok yang
dapat dijadikan sebagai dunia alternatif
pengarang.
Keterampilan menulis teks cerita
pendek yang dimiliki siswa tidaklah
sama. Sebagian siswa mampu menulis
teks cerita pendek dengan baik dan
sebagian siswa lain masih belum mampu
menulis teks cerita pendek dengan baik.
Kondisi tersebut diperparah dengan

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

rendahnya minat siswa terhadap materi
tentang cerpen. Padahal, sebelum
menulis cerpen, siswa terlebih dahulu
harus memahami apa itu cerpen, serta
unsur-unsur yang ada didalamnya.
Setelah itu, baru siswa bisa menulis
cerpen dengan baik. Pendapat tersebut

diperkuat oleh pendapat Badudu (dalam
Widyastuti 2012:2) bahwa keterampilan
menulis siswa masih rendah ditandai
dengan (1) frekuensi kegiatan menulis
yang dilakukan oleh siswa sangat
rendah, (2) kualias karya siswa sangat
buruk, (3) rendahnya antusiasme dalam
mengikuti
pembelajaran
bahasa
Indonesia
pada umumnya dan
pembelajaran menulis pada khususnya,
dan (4) rendahnya kreatifitas belajar
siswa pada saat kegiatan belajar
mengajar menulis.
Berdasarkan hasil observasi di
MTS Nurul Jadid yang dilakukan di
kelas VII diketahui bahwasebagian besar
siswa di sana kurang tertarik jika

mendapatkan materi tentang cerpen. Hal
itu terlihat dari sikap siswa yang tidak
bersemangat ketika guru menerangkan
materi tentang cerpen. Akibatnya siswa
mengalami kesulitan dalam memahami
materi tentang cerpen. Jika hal itu terjadi
terus menerus maka akan berdampak
terhadap hasil keterampilan siswa dalam
menulis cerpen. Sebab, dalam menulis
cerpen hal yang perlu dipahami terlebih
dahulu yaitu mengerti apa itu cerpen dan
unsur-unsur di dalamnya setelah itu baru
siswa bisa menuangkan pikiran dan
perasaannya dalam bentuk cerpen. Tidak
sedikit siswa yang mengalami hambatan
dalam mengembangkan keterampilan

menulis cerpen. Hambatan-hambatan
tersebut yaitu menentukan tema,
menyusun kalimat demi kalimat serta

menghubungkan
paragraf
dengan
paragraf di dalam cerpen.
Pembelajaran menulis cerpen
harus mendapat porsi yang cukup karena
banyak unsur-unsur yang perlu diketahui
dan diajarkan secara terperinci agar
siswa lebih mudah memahami. Guru
hendaknya dapat menciptakan suasana
yang menyenangkan dan kreatif untuk
menarik minat siswa, menghargai hasil
karya siswa dengan memberikan penilaian dan pujian seperlunya atau
memberikan suatu penghargaan.
Melihat kenyataan yang ada
seperti yang terungkap di atas, peneliti
mencoba menerapkan pembelajaran
metode kooperatif teknik STAD (Student
Teams Achievement Division) dalam
upaya meningkatkan keterampil-an

menulis teks cerita pendek. Pembelajaran metode kooperatif teknik STAD
dapat membantu siswa mengembangkan
kemampuan
berpikir,
berinteraksi
dengan kelompok (Sakdiyah, 2010: 4).
Dengan teknik STAD, sebelum menulis
cerpen, siswa terlebih dahulu akan
memahami apa itu cerpen serta unsurunsurnya secara bersama-sama. Dengan
teknik STAD, setiap anggota kelompok
dituntut untuk saling bekerja sama.
Setiap anggota kelompok akan saling
mengajari teman yang dinilai kurang
mampu agar ketika dilakukan tes secara
individu, anggota kelompok tersebut
dapat memperoleh nilai yang tinggi dan
menyumbangkan nilai tersebut kepada
kelompoknya.

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________


Dengan teknik pembelajaran
permainan yang dikompetisikan, para
siswa akan termotivasi dalam mengikuti
proses pembelajaran. Semangat mereka
akan tumbuh dengan sendirinya sebab
mereka akan berusaha semaksimal
mungkin berkompetisi untuk menjadi
yang terbaik. Semua anggota kelompok
harus bekerja sama untuk menjadi yang
terbaik dan mendapatkan penghargaan.
Dengan teknik STAD, materi tentang
cerpen akan dengan mudah dipelajari
oleh siswa sebab selain siswa
mempelajari materi, siswa juga bermain.
Selain itu, dengan teknik STAD, rasa
social siswa akan tumbuh dengan
sendirinya,
serta
dengan

teknik
pembelajaran STAD ini diharapkan hasil
belajar siswa tentang menulis teks cerita
pendek akan meningkat.
METODE
Penelitian ini termasuk dalam
penelitian tindakan kelas (PTK).
Penelitian tindakan kelas merupakan
suatu upaya untuk mencermati kegiatan
belajar sekelompok peserta didik dengan
memberikan sebuah tindakan (treatment)
yang sengaja dimunculkan (Mulyasa,
2010: 11). Tujuan dari penelitian
tindakan kelas itu sendiri (PTK) adalah
untuk meningkatkan mutu pendidikan
yang ada di sekolah. Adapun prosedur
dalam penelitian tindakan meliputi
perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan, dan refleksi.
Penelitian tindakan kelas (classroom action reseach), yaitu penelitian

yang dilakukan oleh guru di kelas atau di
sekolah tempat mengajar dengan
penekanan pada penyempurnaan atau

peningkatan proses praktis pembelajaran (Arikunto dalam Sakdiyah, 2010: 30).
Dalam penelitian tindakan kelas secara
garis besar terdapat empat tahapan, yaitu
(1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
pengamatan, (4) refleksi. Berikut
paparan rancangan penelitian yang
dilakukan dalam penelitian ini.
1) Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan meliputi
pertemuan dengan guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia kelas VII MTS Nurul
Jadid untuk membicarakan mengenai
pelaksanaan pembelajaran yang dimulai
dengan (1)perencanaan yang meliputi
tindakan (a) menyusun silabus, (b)
menyusun RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran) (c) menyusun lembar

kerja siswa (LKS). (2) pelaksanaan,
pelaksanaan pembelajaran dilakukan
sesuai dengan skenario pembelajaran
yang telah disusun sebelumnya. (3)
pengamatan, dalam pengamatan, peneliti dan guru mencatat atau merekam
semua kegiatan yang dilakukan siswa
selama proses pembelajaran. (4) refleksi, dalam refleksi ini, hal yang dilakukan adalah mengevaluasi tindakan yang
telah dilakukan dalam proses belajar
mengajar, memperbaiki pelaksanaan
tindakan sesuai hasil evaluasi yang
nantinya akan digunakan pada siklus
berikutnya dengan catatan jika siklus
pertama tidak berhasil.
2) Pelaksanaan Tindakan
Dalam penelitian ini akan dilaksanakan beberapa siklus tindakan jika
siklus pertama hasil belajar dirasa
kurang maksimal. Setiap siklus dilaksanakan 3 kali pertemuan, waktu yang

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________


digunakan selama proses pembelajaran
setiap pertemuan 2 X 40 menit. Dalam
penelitian ini, Peneliti bertindak sebagai
pengamat, sedangkan guru bidang studi
bertindak sebagai penyaji materi.
3) Pengamatan
Pengamatan adalah segala upaya
merekam segala peristiwa dan kegiatan
yang terjadi selama tindakan perbaikan
itu berlangsung dengan atau tanpa alat
bantu (Suwandi, 2010: 38). Pada pengamatan penelitian ini dilakukan oleh
peneliti yang dibantu oleh guru bidang
studi dengan instrumen penelitian yang
telah disiapkan (lembar catatan lapang,
kamera digital, dan instrumen pengamatan).
4) Refleksi
Kegiatan refleksi merupakan
upaya untuk mengkaji suatu tindakan
yang telah dilakukan. Kegiatan ini
dilakukan pada akhir siklus oleh peneliti. Kegiatan reflesi ini bertujuan untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan
dalam proses belajar mengajar yang
dilakukan pada akhir siklus pertama dan
natinya digunakan sebagai dasar perencanaan siklus II. Siklus II akan dilaksanakan apabila hasil belajar yang didapat siswa masih rendah atau di bawah
standar ketuntasan minimal (SKM) yaitu
70.
Penelitian ini dilaksanakan di
kelas VII MTS Nurul Jadid Kabupaten
Probolinggo. Penelitian ini dilaksana-kan
pada semester 2 tahun pelajaran
2016/2017.Subjek penelitian dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VII
MTS Nurul Jadid yang berjumlah 23
siswa.

Data dan sumber data pada
penelitian ini yang pertama berupa hasil
pengamatan. pengamatan dilakukan saat
proses pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan instrumen penilaian yang
sudah disediakan sebelumnya. Kedua,
hasil wawancara dengan guru bidang
studi, dan ketiga, hasil tes belajar siswa
kelas VII MTS Nurul Jadid secara
individu. Tes diberikan kepada siswa
setelah siswa sebelumnya telah belajar
berkelompok.
Dari data yang terkumpul yaitu
hasil belajar siswa dengan menggunakan teknik STAD (Student Teams
Achievement Division) maka peneliti
akan mengolah data tersebut dan
mengambil suatu kesimpulan tentang
kriteria
tingkat
keberhasilan
pembelajaran.
Teknik yang dilakukan dalam
pengumpulan data dalam penelitian ini
antara
lain
dengan
melakukan
pengamatan,
wawancara,
membuat
catatan lapang dan dilengkapi dengan
tes.
a) Pengamatan
Pengumpulan data dengan teknik
pengamatan ini dilakukan dengan
menggunakan lembar pengamatan yang
telah dibuat. Pengamatan dilakukan pada
seluruh siswa dengan penilaian secara
menyeluruh yang meliputi segala
aktivitas siswa selama proses belajar
mengajar
berlangsung.
Lembar
pengamatan ada dua macam yaitu
lembar pengamatan untuk individu dan
lembar pengamatan untuk kelompok.
b) Wawancara

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

Wawancara pada penelitian ini
dilakukan pada saat awal masuk ke MA
Nurul Jadid. Wawancara dilakukan
untuk menggali informasi tentang proses
pembelajaran serta sikap siswa ketika
pelajaran
sedang
berlangsung.
Wawancara hanya dilakukan dengan
guru bidang studi Bahasa Indonesia
kelas VII Nurul Jadid dan siswa kelasa
VII MTS Nurul Jadid.
c) Tes
Tes diberikan kepada siswa di
akhir pertemuan dalam pembelajaran.
Tes ini dilakukan untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar yang dilakukan oleh siswa. Tes ini juga merupakan
serangkaian dari pembelajaran kooperatif teknik STAD yang nantinya akan
berguna dalam menentukan peningkat-an
individu dan kelompok. Tes yang
diberikan kepada siswa yaitu berupa tes
tulis.
Dalam penelitian ini teknik
analisis data yang digunakan adalah
teknik analisis data kualitatif.Miles dan
Huberman (dalam Sugiyono, 2008: 91)
mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatfi dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga datanya
sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis
data yaitu: reduksi data, penyajian data,
penarikan kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pratindakan
Pada observasi pertama saat
proses pembelajaran, saat guru menerangkan materi pelajaran, kebanyakan
dari siswa tidak memperhatikan apa

yang diterangkan oleh guru. Selainnya
itu jika guru menerangkan materi
pelajaran, masih banyak siswa yang
enggan untuk bertanya walalupun
mereka belum paham dengan apa yang
dijelaskan oleh guru dan siswa yang
berebut menjawab jika guru bertanya
masih sangat minim sekali. Sedangkan
nilai hasil tes pada observasi awal yang
didapatkan dari 23 siswa yaitu terdapat 7
siswa yang tuntas atau jika dipersentasekan sebesar 30,43%. Sedangkan 16
siswa lainnya masih belum tuntas atau
mendapatkan nilai di bawah 70 dengan
persentase mencapai 69,56%.
Hasil Siklus I
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan teknik STAD pada siklus
I menunjukkan bahwa siswa yang
tadinya terlihat lelah dan bosan, mulai
tertarik dengan pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Hal itu terlihat dari
semangat siswa ketika memperhatikan
dan mendengarkan dan mencatat materi
yang disampaikan oleh guru. Siswa yang
terbiasa
mengantuk
kini
mulai
memperhatikan menjelasan dari guru
meskipun
kadang-kadang
masih
berbicara sendiri dengan teman di
sebelahnya. Selain itu, terlihat beberapa
siswa untuk berebut menjawab ketika
guru memberikan pertanyaan kepada
siswa walaupun belum sepenuhnya
maksimal. Hal itu disebabkan karena
sebagian siswa masih malu-malu untuk
menjawab dan guru ketika menjelaskan
materi terlalu cepat dan suara guru masih
kurang keras sehingga sebagian siswa
tidak maksimal ketika menerima

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

penjelasan materi dari guru. Selain itu
dampak dari kejadian tersebut, terkadang
terlihat
sebagian
siswa
masih
kebingungan saat guru menerangkan
materi sehingga interaksi guru dengan
siswa masih dominan terhadap siswa
yang sama.
Pada saat berkelompok siswa
terlihat bersemangat dalam mengerjakan
tugas yang diberikan oleh guru. Namun,
semangat tersebut bukan semangat
sebuah tim, tetapi semangat secara
individu. Rasa individu masih sangat
terlihat pada diri siswa. Hal ini
disebabkan karena siswa yang meliki
kemampuan yang tinggi tidak bersedia
dikelompokkan dengan siswa yang
memiliki kemampuan yang rendah.
Sehingga komunikasi antara mereka
sangat minim.
Hal tersebut disebabkan karena
kebiasaan-kebiasaan yang terjadi pada
pembelajaran berkelompok sebelumnya
yaitu siswa yang memiliki kemampuan
lebih tinggi tidak bersedia belajar
bersama dengan siswa yang memiliki
kemampuan lebih rendah. Siswa yang
memiliki kemampuan yang lebih tinggi
beralasan tidak mau dikelompokkan
dengan siswa yang memiliki kemampuan
yang lebih rendah karena mereka
biasanya tidak mau diajak untuk bekerja
sama. Siswa yang memiliki kemampuan
yang lebih rendah biasanya hanya
mengandalkan siswa yang memiliki
kemampuan yang lebih tinggi jika ada
tugas dari guru. Mereka biasanya hanya
bergurau, atau tidur jika disuruh
berkelompok.

Selain
itu,
pada
saat
berkelompok, masih terlihat siswa yang
berkeliling dari kelompok satu ke
kelompok lainnya sehingga sedikit
membuat kegaduhan di dalam kelas.
Namun, pada pertemuan kedua siswa
mulai bisa berinteraksi dengan baik
dengan sesama anggotanya meskipun
belum sepenuhnya maksimal. Hal
tersebut terjadi karena siswa mulai
mengerti pentingnya dalam bekerja sama
dalam sebuah tim. Siswa yang memiliki
kemampuan rendah sudah mulai
berkomunikasi pada saat berkelompok.
Mereka bertanya jika ada hal-hal yang
mereka belum pahami. komunikasi antar
anggota kelompok sudah bisa dikatakan
semakin baik. Siswa yang memiliki
kemampuan tinggi dan siswa yang
memiliki kemampuan rendah sudah bisa
berbaur satu sama lainnya. Mereka
semakin termotivasi untuk belajar agar
ketika tes secara individu dapat
menyumbangkan nilai secara maksimal
dan mendapatkan penghargaan secara
bersama-sama.
Sedangkan dari hasil menulis
teks cerita pendek di siklus I ini
diketahui bahwa dari 19 siswa yang
mengikuti tes menulis teks cerita pendek
maka didapat 12 siswa bisa dikatakan
tuntas dan 7 siswa lainnya masih di
bawah SKBM atau dengan persentase
63,1% dengan kriteria sedang. Hal
tersebut masih tidak sesuai harapan yang
ingin digapai. Namun persentase tersebut
sudah mengalami peningkatan dari yang
awalnya 30,43% menjadi 63,1%.
Hasil Siklus II

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

Pada saat pembelajaran di siklus
II, siswa terlihat lebih bersemngat
disbanding dengan siklus I. hal itu
terlihat dari sikap yang ditunjukkan oleh
siswa.
Sebagian
besar
siswa
memperhatikan jika guru menjelaskan
materi. Tidak ada siswa yang terlihat
mengantuk atau bahkan tertidur. Selain
itu, pada saat guru memberikan
pertanyaan, siswa berebut untuk
menjawab. Interaksi guru dengan siswa
terjalin sangat baik.
Sedangkan pada saaat pembelajaran berkelompok siswa terlihat lebih
bersemangat dari pada pembelajaran
sebelumnya. Hal tersebut disebabkan
karena mereka ingin menjadi yang
terbaik seperti kelompok yang terjadi
sebelumnya. Pada siklus II ini,
pembelajaran berkooperatif dengan
teknik
STAD
(Student
Teams
Achievement Division) menunjukkan
bahwa siswa sudah aktif dalam bekerja
sama. Hal tersebut ditunjukkan dengan
sikap anggota tiap-tiap kelompok sudah
mulai dapat bekerjasama dengan adanya
komunikasi yang baik. Setiap anggota
kelompok
saling
memiliki
rasa
ketergantungan positif. Hal tersebut
terlihat ketika siswa yang memiliki
kemampuan lebih tinggi sudah bisa
berbaur dengan siswa yang memiliki
kemampuan rendah. Hal tersebut
terbukti ketika siswa yang memiliki
kemampuan tinggi memberikan bantuan
pemahaman materi pelajaran kepada
teman yang memiliki kemampuan yang
lebih rendah. Dengan bimbingan dan
arahan guru setiap siswa mulai mengerti
pentingnya bekerjasama dalam sebuah

tim untuk menjadi yang terbaik. Namun
terkadang masih ada sedikit perselisihan
tetapi dapat diselesaikan dengan
bimbingan dan arahan guru.
Dari hasil tes yang dilakukan
pada pembelajaran siklus II, didapat
sebagian besar siswa sudah mencapai
standar ketuntasan minimal (SKM).
Dari 18 siswa yang mengikuti tes
menulis teks cerita pendek, 13 siswa
yang sudah mencapai standar ketuntasan
minimal atau dengan persentase 72,2%
siswa sudah tuntas. Hal tersebut
dikarenakan sebagian besar siswa sudah
mengerti
dengan
materi
yang
disampaikan oleh guru dan pembelajaran
secara berkooperatif berjalan lebih baik
dari sebelumnya. Adapun siswa yang
belum mencapai ketuntasan minimal
berjumlah 5 siswa. Hal tersebut
dikarenakan siswa merasa kurang tidak
enak badan.
SIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian ini menunjukkan, terjadi peningkatan baik proses
maupun hasil belajar siswa kelas VII
MTS Nurul Jadid dalam menulis cerita
pendek.
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan teknik STAD pada siklus
I menunjukkan bahwa siswa yang
tadinya terlihat lelah dan bosan, mulai
tertarik dengan pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Sedangkan hasil menulis
teks cerita pendek di siklus I didapat 12
siswa bisa dikatakan tuntas dan 7 siswa
lainnya masih di bawah SKBM atau
dengan persentase 63,1% dengan kriteria
sedang.

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

Pada saat pembelajaran di siklus
II, siswa terlihat lebih bersemangat
disbanding dengan siklus I. Dari hasil tes
yang dilakukan pada pembelajaran siklus
II, didapat sebagian besar siswa sudah
mencapai standar ketuntasan minimal
(SKM). Dari 18 siswa yang mengikuti
tes menulis teks cerita pendek, 13 siswa
yang sudah mencapai standar ketuntasan
minimal atau dengan persentase 72,2%
siswa sudah tuntas.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. dkk. 2011.
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Bumi Aksara.
Mulyasa, H.E. 2009. Praktik Penelitian
Tindakan Kelas. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.
Sakdiyah, Halimatus. 2010. Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Model
STAD (Student Teams Achievement
Division) Untuk Meningkatkan
Kemampuan Menulis Puisi Siswa
Kelas X SMA ZAHA 1 Genggong
Probolinggo. Skripsi tidak
diterbitkan. Malang: UMM.
Suwandi, Sarwiji. 2010. Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dan
Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta:
Yuma Pustaka.
Tarigan, Henry Guntur. 1987. Menulis
Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Widyastuti, Anis. 2012. Peningkatan
Keterampilan Menulis Cerpen
dengan Strategi Copy The Master
Melalui Media Audio Visual pada
Siswa Kelas IX SMP Negeri 2
Dampit. Malang. UNISMA

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 9