Magister Pendidikan Bahasa Indonesia NOSI Volume 5, Nomor 4, Agustus 2017

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS NEGOSIASI DENGAN
MENGGUNAKAN TEKNIK BERJENJANG SISWA KELAS X AKUNTANSI
SMK PGRI CEPU TAHUN PELAJARAN 2016-2017
Azis Amrulloh
Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Unisma
azizamrullah67@gmail.com
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan menulis teks negosiasi siswa kelas X Akuntansi SMK
PGRI Cepu. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang
dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru kelas.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X Akuntansi yang
berjumlah 21 siswa di SMK PGRI Cepu tahun pelajaran 2016/2017 dan
objek penelitian ini adalah kemampuan menulis teks negosiasi.
Prosedur pelaksanaan tindakan penelitian ada empat tahap yaitu,
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik
pengumpulan data dengan menggunakan angket, tes, wawancara,
catatan lapangan, dan alat perekam gambar. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis kualitatif. Kriteria keberhasilan tindakan
ditentukan
berdasarkan proses dan produk. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan teknik latihan berjenjang dapat

meningkatkan kemampuan menulis teks negosiasi siswa kelas X
Akuntansi SMK PGRI Cepu, baik secara proses maupun hasil. Pada
proses, peningkatan tampak pada proses pembelajaran yang semakin
baik dan menyenangkan. Siswa menjadi lebih aktif dan kreatif
dalam pembelajaran. Pada hasil, kemampuan menulis teks negosiasi
siswa mengalami peningkatan pada setiap siklus. Keberhasilan ini,
ditunjukkan setelah implementasi tindakan selama dua siklus,
kemampuan rata-rata siswa dalam menulis puisi menjadi berkategori
baik.
Kata-kata Kunci: menulis, teks negosiasi, teknik latihan berjenjang
PENDAHULUAN
Pengajaran bahasa Indonesia mempunyai ruang lingkup dan tujuan
menumbuhkan kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan
menggunakan bahasa yang baik dan
benar. Pada hakikatnya pembelajaran
bahasa Indonesia diarahkan untuk
mempertajam kepekaan perasaan siswa.

Guru dituntut mampu memotivasi siswa
agar mereka dapat meningkatkan minat

tulis.
Guru
adalah
orang
yang
bertanggung jawab akan perkembangan
bahasa Indonesia. Berhasil tidaknya
pengajaran bahasa Indonesia memang
ditentukan oleh faktor guru, di samping
faktor lainnya, seperti faktor murid,

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________

metode pembelajaran, kurikulum, serta
bahan pengajaran dan buku panduan.
Aktivitas menulis merupakan suatu
bentuk manifestasi kemampuan dan
keterampilan berbahasa yang paling
akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa
setelah kemampuan mendengarkan,

berbicara, dan membaca. Dibandingkan
dengan tiga kemampuan berbahasa yang
lain, kemampuan menulis lebih sulit
dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa
yang bersangkutan sekalipun. Hal ini
disebabkan
kemampuan
menulis
menghendaki penguasaan berbagai unsur
kebahasaan dan unsur di luar bahasa
yang akan menjadi isi tulisan. Baik
unsur bahasa maupun unsur isi haruslah
terjalin sedemikian rupa sehingga
menghasilkan tulisan yang runtut dan
padu.
Menulis bukan pekerjaaan yang
sulit, melainkan juga tidak mudah.
Untuk memulai menulis, setiap penulis
tidak perlu belajar menunggu menjadi
seorang penulis yang terampil. Belajar

teori menulis itu mudah, tetapi
untukmempratikannya
tidak cukup
sekali dua kali. Frekuensi latihan
menulis akan menjadikan seseorang
terampil dalam bidang tulis-menulis.
Pada kenyataannya di dalam
praktik pembelajaran menulisdi SMK
PGRI Cepu, guru masih menggunakan
model pembelajaran yang konvensional
dengan metode ceramah dan tanya jawab
saja. Dalam proses pembelajaran
menulis hanya berlangsung satu arah
saja, tidak terjalin komunikasi antara
guru dan siswa. Guru menjadi pusat

pembelajaran dan sering sebagai penentu
segalanya di dalam kelas. Tidak lepas
dari itu saja, pembelajaran yang terjadi
disesuaikan dengan kondisi psikologis

guru yang mengajar. Selain itu dengan
kondisi semacam itu siswa dalam kelas
cenderung pasif, kurang tanggap, dan
hanya menggantungkan semua kepada
guru. Karena pembelajaran hanya terjadi
searah maka siswa cenderung mengobrol
dengan teman daripada mendengarkan
pelajaran dari guru. Tidak terjalinnya
komunikasi dalam pembelajaran, baik
hanya sekedar tatap mata, sentuhan
maupun teguran halus dan pujian
menyebabkan timbulnya jarak antara
guru dan siswa yang semakin jauh. Dari
kenyataan semacam ini menyebabkan
hasil belajar siswa cenderung rendah.
Terbukti dari hasil penilaian formatif
yang dilakukan di kelas X Akuntansi
terhadap pembelajaran materi teks
negosiasi dan ternyata hasilnya sangat
mengejutkan hanya 38,11% dari 21

siswa (perempuan semua)
yang
mencapai ketuntasan belajar, sedangkan
61,89% dari 21 siswa mendapatkan nilai
di bawah kriteria ketuntasan dengan
Kriteria ketuntasan Minimal (KKM) 75.
Dari kenyataanya tersebut ternyata
model pembelajaran yang diterapkan
guru selama ini kurang efektif. Guru
hanya menggunakan model ceramah
tanpa menggunakan media. Guru jarang
memberikan kesempaatan siswa untuk
bertanya dan berpendapat. Tidak ada
interaksi antara siswa dengan siswa
lainya dalam bentuk kerjasama serta
strategi mengaitkan tema dalam

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 2

pembelajaran belum tercapai dengan

baik, sehingga pencapaian pembelajaran
kurang. Siswa belum memahami materi
dan siswa tidak aktif.
Peneliti melakukan observasi
pada waktu pelaksanaan pembelajaran
bahasa Indonesia di SMK PGRI Cepu,
serta berdasarkan wawancara guru yang
mengajar bahasa Indonesia di sekolah
tersebut bahwa rata-rata nilai ulangan
harian bahasa Indonesia siswa pada
tahun ajaran 2016/2017 pada materi teks
negosiasi masih banyak yang di bawah
rata-rata. Nilai rata-rata tersebut kurang
dari nilai KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimum), yang diharapkan yaitu 75.
Dalam hal ini guru telah melakukan
berbagai usaha agar nilai ulangan harian
bahasa Indonesia siswa tersebut dapat
meningkat, namun usaha yang dilakukan
belum menunjukkan hasil yang optimal.

Berdasarkan hasil observasi awal dan
wawancara peneliti dengan guru bidang
studi bahasa Indonesia pada tanggal 1
Februari 2017 di SMK PGRI Cepu
Tahun Pelajaran 2016/2017 tersebut
bahwa materi teks negoisasi masih sulit
dipahami oleh siswa. Masih banyak
siswa yang mengalami kesulitan dalam
memahami konsep teks negoisasi yang
telah diajarkan. Siswa juga masih
kesulitan dalam memahami struktur
penulisan pada materi teks negoisasi.
Siswa masih kurang mampu menuliskan apa yang diketahui, ditanyakan dan
menentukan struktur yang tepat untuk
menyelesaikan masalah dalam materi
teks negoisasi.

Selain itu, ada juga permasalahan
kurangnya keberanian siswa untuk
mengungkapkan kesulitan yang dialaminya kepada guru dalam memahami

materi yang diajarkan, sehingga siswa
bersifat pasif dalam menerima materi
pelajaran dan akhirnya siswa merasa
malas untuk belajar. Dalam hal ini guru
harus
mampu
memilih
model
pembelajaran yang sesuai dengan materi
pelajaran dan mampu menyajikan model
pembelajaran yang menarik. Saat ini
penggunaan bermacam-macam metode
dan model mengajar di sekolah masih
sangat terbatas. Berbagai metode
mengajar menyajikan sejumlah usaha
yang dapat ditempuh oleh guru dalam
merancang lingkungan belajar mengajar
agar murid dapat menggunakan strategi
yang lebih baik.Untuk memecahkan
masalah keterampilan menulis yang

terjadi di kelas X Akuntansi SMK PGRI
Cepu, maka dilakukan penelitian
tindakan kelas yang diharapkan dapat
memperbaiki kondisi pembelajaran dan
agar dapat mencapai tujuan peningkatan
hasil belajar siswa. Salah satu alternatif
adalah dengan menggunakan model
pembelajaran teknik latihan berjenjang
berjenjang. Dengan ini diharapkan
interaksi aktif antar siswa dalam
memahami materi dapat mencapai jalan
keluar, sehingga kekurangpahaman
siswa akan standar kompetensi dapat
teratasi secara menyeluruh. Dengan ini
peneliti mencoba menerapkan dalam
penelitian tindakan kelas yaitu metode
latihan berjenjang.

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 3


Metode
latihan
berjenjang
merupakan cara yang digunakan dalam
proses pembelajaran dengan menggunakan cara berjenjang sebagai titik
fokus pelaksanaannya. Dengan penerapan metode ini diharapkan dalam
proses pembelajaran menulis lebih
meningkatkan motivasi, kemampuan,
dan kompetensi siswa terhadap materi
menulis di kelas X Sekolah Menengah
Kejuruan.
Berdasarkan pandangan di atas
jelas bahwa pendidikan menuntut
adanya keterkaitan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata
siswa. Jadi guru dituntut mampu
mengembangkan pembelajaran bahasa
Indonesia yang berdasarkan pada
kompetensi yang harus dikuasai siswa,
serta mampu menumbuhkan kreatifitas
siswa. Salah satunya adalah pengajaran
dengan teknik latihan berjenjang.
Berdasarkan
masalah
yang
telah dikemukakan di atas, ada dua
tujuan dalam penelitian ini yaitu,
mendeskripsikan peningkatan pembelajaran menulis teks negoisasi dengan
menggunakan teknik berjenjang siswa
kelas X Akuntansi SMK PGRI Cepu dan
mendeskripsikan hasil belajar menulis
teks negoisasi dengan menggunakan
teknik berjenjang siswa kelas X
Akuntansi SMK PGRI Cepu.
Ada
dua
manfaat
dalam
penelitianini, yaitu manfaat teoritis
dan manfaat praktis. Manfaat teoritis
yaitu bagi akademisi atau lembaga
pendidikan menjadi bahan informasi
dalam pembangunan ilmu pengetahu-

an, dalam meningkatkan keterampilan
menulis, khususnya bidang pendidikan. Bagi peneliti, menjadi masukan
dalam meneliti dan meningkatkan
keterampilan menulis melalui teknik
latihan berjenjang.
Manfaat yang kedua adalah
manfaat Praktis, yaitu bagi sekolah
dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran. Memiliki siswa yang
mengalami peningkatan hasil belajar dan
lebih menguasai materi pembelajaran
khususnya pembelajaran menulis dan
memiliki guru yang selektif dalam
memilih strategi pem-belajaran. Bagi
guru sebagai pertim-bangan mengajar
pelajaran
bahasa
Indonesia
dan
merupakan cara alter-natif untuk
meningkatkan proses dan hasil belajar
siswa. Dapat meningkat-kan kualitas
pembelajaran menulis dan termotivasi
untuk lebih kreatif dalam menentukan
strategi pembel-ajaran. Bagi siswa
meningkatkan minat, kreativitas, dan
hasil
belajar
siswa
dalam
pembelajaran
menulis.
METODE
Penelitian tindakan kelas yang
dilakukan
menggunakan
metode
diskriptif kualitatif, yaitu prosedur
penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa uraian atau tulisan dan
perilaku orang-orang yang diamati. Yang
dilakukan pertama kali oleh peneliti
adalah mengidentifikasi permasalahan
yang muncul di kelas yang diteliti
bersama-sama guru dengan mendis-

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 4

kusikan masalah yang sangat penting
untuk segera diatasi.
Sedangkan jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu
penelitian
yang
mengombinasikan
prosedur penelitian dengan tindakan
substantif,
suatu
tindakan
yang
dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau
suatu usaha seseorang untuk memahami
apa yang sedang terjadi, sambil terlibat
dalam proses perbaikan dan perubahan.
PTK
adalah
penelitian
yang
memaparkan terjadinya sebab akibat
dari perlakuan, sekaligus memaparkan
apa saja yang terjadi ketika perlakuan
diberikan dan memaparkan seluruh
proses sejak awal pemberian perlakuan
sampai dengan dampak dari perlakuan
yang diberikan kepada subjek tindakan
(Arikunto dkk, 2016:4).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian tindakan kelas yang
dilakukan yakni mengimplementasikan teknik latihan berjenjang dalam
meningkatkan kemampuan menulis teks
negosiasi. Kegiatan yang dilaksanakan
meliputi empat hal yaitu perencanaan
tindakan,
pelaksanaan
tindakan,
observasi dan refleksi. Sebelum pelaksanaan
tindakan dimulai,
peneliti
mengadakan penilaian tes awal menu-lis
teks negosiasi
untuk mengetahui
kemampuan awal siswa kelas X SMK
PGRI Cepu
dalam
menulis teks
negosiasi.
Hasil tes pada pada pra tindakan
dapat dilihat pada tabel di atas. Siswa

yang memperoleh nilai ≥75 sebanyak 8
siswa dari 21 siswa. Dengan demikian
ketuntasan belajar setelah melaksanakan pembelajaran adalah 38,11% yang
berarti kelas tersebut belum mencapai
ketuntasan belajar secara klasikal.
Sedangkan siswa yang mendapat nilai ≤
75 sebanyak 13 siswa dari 21 siswa
dengan demikian siswa yang tidak tuntas
adalah 61,9%.
Pelaksanaan tindakan siklus I
yang terdiri atas perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan
dan refleksi. Pada tahap perencanaan,
peneliti bersama guru kolaborator
yaitu guru Bahasa Indonesia, Ibu Nia
Noor Illa melakukan diskusi untuk
merencanakan langkah-langkah yang
akan dilakukan pada siklus pertama.
Pada tahap pelaksanaan tindakan,
dilakukan dua kali pertemuan sesuai
dengan
kesepakatan
pada
tahap
perencanaan yaitu hari Rabu, 8
Februari 2016 dan hari Sabtu, 11
Februari 2016. Pada pelaksanaan hari
Rabu, 8 Februari 2016 siswa terlihat
menyimak denganseksama penjelasan
dari guru. Dilanjutkan dengan menjelaskan materi menulis teks negosiasi,
siswa terlihat penuh semangat dalam
mendengarkan penjelasan dari guru.
Siswa terlihat antusias sekali ketika guru
membagikan LKS penulisan teks
negosiasi dan
menunjukkan
rasa
penasaran untuk segera mengerjakan.
LKS penulisan teks negosiasi tersebut
dibagikan
secara
individu kepada
siswa. Dengan penuh semangat siswa
segera mengisi LKS penulisan teks

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 5

negosiasi yang terdiri dari, struktur,
kaidah, karakteristik dan isi. Guru
kolaborator mendampingi siswa dalam
pengisian kolom tersebut sedangkan
peneliti melakukan pengamatan selama proses pembelajaran. Pembelajaran
usai, guru dan peneliti berdiskusi
untuk menyiapkan pembelajaran pada
pertemuan berikutnya. Pada pelaksanaan
hari Sabtu, 11 Februari 2016 dimulai
dengan menjelaskan kembali materi
teks negosiasi. Guru kolabolator dan
peneliti menyiapkan lembar kerja di
meja guru untuk memudahkan dalam
melanjutkan pembelajaran menulis teks
negosiasi. Para siswa mulai menyiapkan diri untuk menerimapembelajaran
serta siswa diberikan kesempatan untuk
bertanya sebelum LKS dibagikan. Selama proses pembelajaran ini berlangsung, peneliti dan guru kolabolator
melakukan pengamatan dan mendampingi siswa dalam pengisian aplikasi
penulisan
puisi.
Waktu pelajaran
usai,kegiatan belajar mengajar diakhiri
dengan berdoa.
Pada tahap pengamatan hasil
penelitian tindakan siklus I ini
dibedakan
menjadi
dua,
yakni
pengamatan proses dan pengamatan
produk. Pengamatan proses meliputi
aktivitas siswa selama pelaksanaan
menulis teks negosiasi. Pengamatan
produk berupa skor siswa berdasarkan
hasil menulis teks negosiasi di dalam
kelas.
Dalam pengamatan
proses
ditemukan siswa menyimak penjelasan
guru dengan baik. Suasana kelas pada
siklus I, siswa tampak antusias dalam

mengisi LKSyang telah diberikan oleh
guru. Pengamatan produk dilakukan
oleh peneliti dengan memberikan skor
pada pratindakan. Keberhasilan tindakan dalam proses pembelajaran terlihat
dari hasil skor tes kemampuan menulis
puisisiswa siklus I. Peneliti melakukan
penskoran
dengan
menggunakan
instrumen lembar penilaian pada tiap
siswa. Kegiatan menulis teks negosiasi
yang dilakukan dengan menggunakan
teknik latihan berjenjang menunjukkan
peningkatan dibanding kegiatan awal
sebelum dikenai tidakan. Siswa yang
sebelumnya pada saat pratindakan
kurang aktif dalam kegiatan penemuan
kata, siswa kesulitan mencari kata-kata
baru yang banyak makna, siswa
kurang berani melakukan percobaan
dengan bunyi-bunyi kata pada siklus I
ini sudah aktif dalam penemuan kata,
berani memunculkan kata-kata baru
yang banyak makna serta berani
melakukan percobaan bunyi kata-kata.
Pada tahap refleksi, kendala yang
dihadapi selama kegiatan siklus I ini
adalah siswa menulis teks negosiasi
terlihat kurang
persiapan
matang,
sehingga kesulitan dalam menulis teks
negosiasi. LKS teks negosiasi yang
disediakan guru kolaborator dan peneliti
belum digunakan secara maksimal.
Aspek penguasaan materi juga menjadi
salah satu kendala dalam menulis teks
negosiasi.
Langkah tindakan yang akan
dilakukan padasiklus II adalah memperbaiki dan meningkatkan kemampuan menulis teks negosiasi siswa. Guru

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 6

akan memberikan
penjelasan
dan
contoh-contoh lebih detail untuk
mengolah kemampuan menulis teks
negosiasi siswa.Pelaksanaan tindakan
siklus II yang terdiri atas perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan
dan refleksi. Perencanaan
tindakan siklus II ini bertujuan untuk
meningkatkan aspek-aspek yang belum
tercapai pada siklus I. Adapun aspekaspek yang masih perlu ditingkatkan,
yakni aspek struktur, kaidah, karakteristik dan isi. Aspek-aspek tersebut
masih perlu ditingkatkan lagi untuk
mencapai hasil yang lebih maksimal.
Pada
tahap
pelaksanaan
tindakan dilakukan dua kali pertemuan
yaitu hari Rabu, 15 Februari 2016 dan
hari Sabtu, 18 Februari 2016. Pelaksanaan tindakan pada hari Rabu, 15
Februari 2016 diawali dengan guru
kolaborator menjelaskan kembali halhal yang perlu diperhatikan dalam
menulis teks negosiasi yaitu aspek
struktur, kaidah, karakteristik dan isi.
Pada pelaksanaan tindakan hari Rabu,
15 Februari 2016 melanjutkan menulis
teks negosiasi dengan menggunakan
teknik berjenjang. Guru kolabolator
menyapa peneliti dengan semangat
dan siap menilai kemampuan menulis
teks negosiasi siswa. Pelajaran dimulai dengan berdoa, sejumlah 21 siswa
terlihat bersiap-siap dan tidak sabar
ingin mengisi LKS teks negosiasi.
Keberanian dan keaktifan siswa untuk
menulis teks negosiasi semakin meningkat. Jam pelajaran berakhir ditutup
dengan pemberian reward pada tiga

penulis teks negosiasi terbaik. Guru
mengakhiri
pembelajaran
dengan
mengucap rasa bangga kepada seluruh
siswa yang mampu menulis teks
negosiasi dengan baik. Pada
tahap
pengamatan siklus II peneliti mengamati proses pembelajaran dengan
menggunakan
instrumen penelitian
yang sebelumnya telah disepakati dan
didiskusikan
dengan
kolabolator.
Instrumen yang digunakan peneliti
meliputi lembar penilaian menulis teks
negosiasi, catatan lapangan, disertai
dengan dokumentasi berupa foto. Hasil
penelitian
tindakan
siklus II ini
dibedakan
menjadi
dua,
yakni
pengamatan proses dan pengamatan
produk. Melalui pengamatan proses
ditemukan
peningkatan
aktivitas
pembelajaran.
Melalui hasil tabel penggunaan teknik berjenjang 95% siswa memusatkan pembelajarannya, karena
dengan adanya teknik berjenjang terutama dari komponen tersebut siswa
menjadi mudah mengi-kuti pembelajaran
dan pembelajarannya lebih terfokus.
Sementara 97% siswa menyusun dan merencanakan pembelajarannya. Hal tersebut diwujudkan melalui
catatan kecil dan kata kunci yang
disusunnya. 81% siswa mengevaluasi
pembelajarannya melalui tahap penyuntingan
dan
publikasi.
Pada
tahapan tersebut siswa mempunyai
kesempatan untuk menyempurnakan
teks negosiasinya. Dapat disimpulkan,
kemampuan
menulis teks negosiasi
siswa meningkat dengan mengguna-

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 7

kan teknik latihan berjenjang. Pengamatan produk ditunjukkan melalui
hasil produk siswa. Produk siswa
mengalami peningkatan pada tiap
aspeknya dari pratindakan hingga siklus
II. Pada siklus II. Refleksi dilakukan
peneliti dengan kolabolator setelah
pengamatan
selesai. Peneliti
dan
kolabolator berdiskusi tentang apa yang
telah dilaksanakan pada siklus II.
Kegiatan refleksi didasarkan pada
pencapaian
indikator keberhasilan
penelitian. Secara proses, pada siklus
II ini siswa sudah aktif dalam
membuat teks negosiasi dengan struktur,
kaidah, karakteristik dan isi.
Tes kemampuan menulis teks
negosiasi siswa dilakukan di kelas.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui
menulis teks negosiasi siswa sebelum
implementasi/pelaksanaan
tindakan.
Skor rata-rata kelas tiap aspek pada
tahap pratindakan ialah (a) aspek
struktur sebesar 2,08, (b) aspek kaidah
sebesar 2,13, (c) aspek karakteristik 2.
12 (d) aspek isi sebesar 1,97. Secara
keseluruhan, skor rata-rata kelas tiap
aspek kurang. Situasi pembelajaran di
kelas masih pasif. Siswa tampak tidak
apresiatif dalam pembelajaran menulis
teks negosiasi dan cenderung bingung
apa yang akan ditulis dalam kolom
penulisan puisi terstruktur. Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, peneliti dan guru selaku kolabolatorsepakat untuk menerapkan teknik
latihan berjenjang untuk meningkatkan
kemampuan menulis teks negosiasi.

Peneliti melakukan pengamatan terhadap pembelajaran menulis teks
negosiasi siswa kelas X Akuntansi SMK
PGRI Cepu melalui observasi awal.
Pada pelaksanaan siklus I,
proses yang dilakukan dari perencanaan
hingga refleksi didapati belum mendapatkan hasil yang maksimal. Sebagian siswa yang menulis teks negosiasi pada LKS penulisan teks negosiasi
masih kebingungan dikarenakan persiapan kurang matan, suasana kelas
juga tampak kurang terkendali. Namun
suasana sebagian besar siswa menikmati proses pembelajaran dengan baik.
Pada siklus I ini, masih terdapat siswa
mengalami kesulitan dalam menentukan
objek serta mengimajinasikan objek.
Berdasarkan hasil pelaksanaan siklus I
tersebut dapat diketahui bahwa masih
perlu dilaksanakan perbaikan pada
siklus
II. Perbaikan
pelaksanaan
tindakan akan mempengaruhi hasil
kemampuan menulis teks negosiasi.
Pelaksanaan
tindakan
siklus
II
dilakukan hampir sama seperti halnya
pada saat siklus I. Hanya saja, pada
siklus II ini lebih difokuskan pada
perbaikan dari hasil refleksi siklus I.
Pelaksanaan siklus II difokuskan pada
peningkatan aspek: tema dan diksi.
Kendala tersebut diantaranya, siswa
kesulitan
menentukan
tema,
menemukankata/merangkai kata dan
mengem-bangkan objek. Pada siklus
II ini, beberapa aspek mengalami
peningkatan
baik
secara
proses
maupun produk. Secara keseluruhan
pelaksanaan siklus II menunjukkan

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 8

hasil yang lebih baik dari siklus
sebelumnya. Padapelak-sanaan siklus
II
ini
aspek
struktur, kaidah,
karakteristik
dan
isi
mengalami
peningkatan dan telah melebihi target
keberhasilan yang telah ditentukan
yakni 83% siswa mendapatkan skor ≥
10. Dapat disimpulkan bahwa teknik
berjenjangdan pengintegrasian strategi
Metakognitifmampu “menyembuhkan”
dan meningkatkan kemampuan menulis teks negosiasi siswa SMK PGRI
Cepu.
Penilaian kemampuan menulis
teks negosiasi siswa dilakukan dengan
mengamati masing-masing siswa ketika siswa menulis teks negosiasi di
kelas. Penilaian kemampuan menulis
teks negosiasi siswa dilakukan untuk
mengukur kemampuan menulis teks
negosiasi siswa sebelum dan sesudah
pelaksanaan
tindakan. Peningkatan
kemampuan menulis teks negosiasi
siswa dapat dilihat pada hasil tes pada
siklus 2 dapat dilihat pada tabel. Dari
hasil tes siklus 2 ini diketahui bahwa
nilai yang diperoleh siswa meningkat
dari hasil data awal yang diperoleh.
Siswa yang diperoleh nilai ≥ 75
sebanyak 19 siswa dari 21 siswa.
Dengan demikian ketuntasan belajar
setelah melaksanakan pembelajaran
adalah 90,47% yang berarti kelas
tersebut telah mencapai ketuntasan
belajar secara klasikal. Sedangkan siswa
yang mendapat nilai ≤ 75 sebanyak 2
siswa, dengan demikian siswa yang
tidak tuntas adalah 9,52%. Dan pada
kriteria proses, data observasi dari 2

orang observer terhadap aktivitas
peneliti dan aktivitas siswa menunjukkan bahwa kegiatan guru dan siswa
berada pada kategori sangat baik. Hasil
observasi dari 2 pengamat dapat
diuraikan sebagai berikut diperoleh
persentase skor dari observer guru
adalah 95,83% pada kategori sangat
baik. Sedangkan persentase skor yang
diperoleh dari observer siswa adalah
97,22% sehingga berada pada kategori
sangat baik.
Berdasarkan analisis data yang
diuraikan di atas, disimpulkan bahwa
tindakan 2 siklus 2 telah mencapai
kriteria keberhasilan, baik dari segi
proses maupun hasil.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan tentang peningkatan keterampilan menulis teks negoisasi dengan
menggunakan teknik berjenjang siswa
kelas X Akuntansi SMK PGRI Cepu
Blora tahun ajaran 2016-2017, maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
Pada tahap penerapan teknik
berjenjang menulis teks negoisasi siswa
kelas X Akuntansi ditemukan bahwa,
siswa berminat pada pembelajaran
menulis teks negoisasi dan siswa mudah
memahami materi dengan menggunakan
teknik berjenjang. Penerapan teknik
berjenjang pada pelajaran bahasa
Indonesia sangat cocok di gunakan
dalam materi menulis teks negoisasi hal
ini dikarenakan siswa lebih memahami
materi yang diajarkan oleh guru. Hal ini

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 9

juga di buktikan dengn nilai mereka
yang lebih baik dari sebelumnya.
Peningkatan keterampilan menulis
teks negoisasi dengan menggunkan
teknik berjenjang sangat baik, hal ini di
buktikan dengan nilai siswa kelas X
Akuntansi sebelum peneliti memberikan
materi dengan menggunkan teknik
berjenjang siswa mendapatkan nilai
yang kurang baik hal ini bisa dilihat dari
prosentase pada setiap siklus yang sudah
peneliti lakukan yaitu pada pra tindakan
siswa yang memperoleh nilai ≥ 75
sebanyak 8 siswa dari 21 siswa dengan
prosentase ketuntasan 38,09% sedangkan siswa yang mendapatkan nilai ≤ 75
sebanyak 13 siswa dari 21 siswa dengan
prosentase yang tidak tuntas 61,9%.
Pada siklus 1 pertemua 1 siswa yang
memperoleh nilai ≥ 75 sebanyak 10
siswa dari 21 siswa dengan ketuntasan
belajar 47,61% sedangkan siswa yang
mendapat nilai ≤ 75 sebanyak 11 siswa
dari 21 siswa dengan prosentase tidak
ketuntasan 52,38%. Pada sikkus 1
pertemuan 2 siswa yang memperoleh
nilai ≥ 75 sebanyak 18 siswa dari 21
siswa dengan ketuntasan belajar 85,71%
sedangkan siswa yang mendapat nilai ≤
75 sebanyak 3 siswa dari 21 siswa
dengan prosentase tidak ketuntasan
14,28%. Pada sikkus 2 pertemuan 1
siswa yang memperoleh nilai ≥ 75
sebanyak 16 siswa dari 21 siswa dengan
ketuntasan belajar 76,19% sedangkan
siswa yang mendapat nilai ≤ 75
sebanyak 5 siswa dari 21 siswa dengan
prosentase tidak ketuntasan 23,8%. Pada
sikkus 2 pertemuan 2 siswa yang

memperoleh nilai ≥ 75 sebanyak 19
siswa dari 21 siswa dengan ketuntasan
belajar 90,47% sedangkan siswa yang
mendapat nilai ≤ 75 sebanyak 2 siswa
dari 21 siswa dengan prosentase tidak
ketuntasan 9,52%.
Berdasarkan hasil tersebut secara
umum dapat ditarik kesimpulan jika
hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti memiliki kesesuaian dengan
ancangan dan batasan teori yang dipilih
dan digunakan oleh peneliti.
Beberapa saran yang dapat
disampaikan berdasarkan hasil penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi sekolah, sebaiknya meninjau
kembali
peningkatan
kualitas
pembelajaran. Sehingga memiliki
siswa yang mengalami peningkatan
hasil belajar dan lebih menguasai
materi pembelajaran khususnya
pembelajaran menulis dan memiliki
guru yang selektif dalam memilih
strategi pembelajaran.
2. Bagi guru bidang studi bahasa Indonesia khususnya di SMK PGRI Cepu
Blora hendaknya mengguna-kan
model pembelajaran berjenjang
sebagai
salah
satu
alternatif
pembelajaran yang diterapkan di
kelas khususnya pada materi teks
negoisasi.Bagi guru yang ingin
menerapkan model berjenjang untuk
pembelajaran
materi
teks
negoisasi,hendaknya mempersiapkan sarana yang diperlukan dengan
sebaik-baiknya.

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 10

3.

Bagi peneliti lain yang akan
melakukan penelitian di SMK PGRI
Cepu Blora maupun di sekolahsekolah lain disarankan untuk
menjadikan hasil penelitian ini
sebagai bahan rujukan dalam
penelitian.

Mulyasa, H.E. 2009. Praktik Penelitian
Tindakan Kelas. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi dkk. 2016, Penelitian Tindakan Kelas Edisi Revisi.
Jakarta: BumiAksara.
Depdikbud. 2007. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta:
Balai Pustaka.
Tarigan, Henry. Guntur. 2012. Menulis
SebagaiSuatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 11

NOSI Volume 5, Nomor 4 Agustus 2017 _________________________________________ Halaman 12