Analisis Strategi Penerjemahan Kata Mudo’af Dalam Al-Qur’an Pada Surat Al-Waqi’ah

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Al-Quran terdiri dari 114 surah termasuk didalamnya surat Al-Wᾱqi’ah. Surat Al-Wᾱqi’ah terdiri atas 96 ayat dan termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah surah ﻪﻁ/tha ha/. Dinamakan dengan Al-Wᾱqi’ah “Hari Kiamat”, diambil dari perkataan Al-Wᾱqi’ah yang terdapat pada ayat pertama surat ini, ( Naf’an, 2007:880). Al-Wᾱqi’ah adalah salah satu nama hari kiamat. Disebutkan demikian karena hari kiamat itu pasti terjadi dan pasti ada, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah:

ﺔﻌﻗﺍﻮﻟﺍ ﺖﻌﻗﻭ ﺬﺌﻣ ﻮﻴﻓ

/Fayaumaiẕin waqaatil-wāqi’ah/ 'maka pada hari itu terjadilah Al-Wᾱqi’ah” hari Kiamat'' ( QS. Al-Haqqah:15).

Surat Al-Wᾱqi’ah juga menjelaskan tentang alam kubur, surat ini menjelaskan bagaimana kejadian-kejadian setelah memasuki alam kubur, manfaat dari surat ini merupakan utama untuk menarik kekayaan dan juga berbagai kemampuan supranatural dari makhluk yg memiliki ruh, namun tidak banyak yang mengetahui apa makna dan inti dari surat ini sehingga mereka mengatakan surat ini adalah sebagai surat yang mampu menjauhkan pengamalnya dari kemiskinan, sedangkan tidak satupun dari ayatnya menyebutkan kekayaan. Tidak ditemui satupun terjemahan dan tafsiran dari surat tersebut yang menceritakan kekayaan, oleh karna itu muncullah pertanyaan, mengapa surat ini bisa menjauhkan seorang pembaca rutinnya dari kekurangan harta. Untuk itulah di


(2)

perlukan pengetahuan tentang inti dari surat ini februari 2015).

Strategi penerjemahan merupakan bagian dari proses penerjemahan. Strategi penerjemahan diterapkan pada saat proses penerjemahan berlangsung, baik pada tahap analisis teks bahasa sumber maupun pada tahap pengalihan pesan. Lorscer (2005) mendefenisikan strategi penerjemahan sebagai prosedur yang digunakan penerjemahan dalam memecahkan permasalahan penerjemahan. Lorscer membagi strategi penerjemahan menjadi tiga: (1) struktur dasar (2) struktur perluasan (3) struktur kompleks.

Penerjemahan merupakan suatu proses pergantian atau mempertukarkan sebuah teks ataupun kalimat dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Dalam kajian terjemahan, bahasa asli disebut bahasa sumber (BSu) sedangkan bahasa kedua disebut bahasa sasaran (BSa). Larson (1984: 3) menyatakan bahwa terjemahan terdiri atas pentransferan makna bahasa sumber (BSu) ke dalam bentuk bahasa sasaran (BSa) dengan memperhatikan struktur semantiknya.

Menurut Nida (1964: 12) yang disebutkan dalam Silalahi (2012: 11) menerjemahkan berarti menghasilkan pesan yang paling dekat, sepadan dan wajar dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, baik dalam hal makna maupun gaya. Jika kita menerjemahkan, yang diterjemahkan itu bisa terdiri atas kata, rangkaian kata (frasa), kalimat, alinea, tulisan yang terdiri atas beberapa alinea, atau tulisan yang lebih panjang lagi. Sementara, Beekman dan Callow (1974: 19) mengatakan bahwa penerjemahan adalah mengkomuni-kasikan satu pesan dari satu bahasa ke bahasa yang berbeda.


(3)

Adapun Newmark (1981) bahwa penerjemahan adalah pengalihan pesan tulis dari teks bahasa sumber ke dalam teks bahasa sasaran. Larson (1984: 17) memandang penerjemahan sebagai proses pengalihan amanat dari teks bahasa sumber ke dalam teks bahasa sasaran dengan menggunakan bentuk gramatikal dan leksikal bahasa sasaran yang wajar. De Groot (1997) mendefenisikan penerjemahan sebagai kegiatan merumuskan kembali teks tulis bahasa sumber dalam teks tulis bahasa sasaran.

Seterusnya Simatupang (1993: 48) kewajaran dalam penerjemahan berkaitan erat dan dapat dicapai dengan penguasaan seseorang penerjemah terhadap bahasa sumber dan bahasa sasaran, yaitu dalam hal penguasaan gramatika dan kosa kata bahasa tersebut. Kridalaksana (1993: 128) terjemahan harus memeperlihatkan bahwa penerjemahnya mempunyai kemampuan yang tinggi dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran, pengetahuan yang cukup tentang materi yang diterjemahkannya, tentang konteks sosio-kultural bahasa sumber dan bahasa sasaran, dan menguasai metode dan teknik penerjemahan.

Selanjutnya Silalahi (2000) menyimpulkan bahwa penerjemahan adalah mengalihkan pesan tulis yang ada dalam bahasa sumber ke bahasa sasaran yang berbeda, sesuai dengan isi pesan bahasa sumber, dan dengan menggunakan cara-cara pengungkapan atau pengekspresian yang wajar pada bahasa sasaran. Astika (1993: 66) pendefenisisan penerjemahan adalah prinsip dasar penerjemahan bahwa masalah makna merupakan hal pokok yang harus dipertimbangkan.

Nida (1964) Proses penerjemahan yang dimaksudkan merujuk pada a linguistic operation yang dilakukan oleh penerjemah dalam usahanya


(4)

mengalihkan pesan teks bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran , dan diwujudkan ke dalam tiga tahapan, yaitu: (1) tahap analisis teks bahasa sumber, dalam rangka memahami pesannya, (2) tahap pengalihan pesan, dan (3) tahap restrukturisasi. Bell (1991: 45-60) proses penerjemahan bersifat siklus, yang dapat diulang-ulang hingga penerjemah yakin bahwa dia sudah berhasil menemukan padanan teks bahasa sumber dalam bahasa sasaran.

Menurut Zabalbeascoa (2000) dalam pengertian luas, proses penerjemahan terdiri atas tiga tahapan utama, yaitu: (1) perencanaan dan penjadwalan, (2) penerjemahan dan pengujian, dan (3) pemroduksian dan pendistribusian. Tahap perencanaan menyangkut penemuan tim penerjemah, penentuan calon pembaca, penentuan pedoman penerjemah dan pengembangan daftar kosa kata bagi penerjemah. Sementara itu tahap penjadwalan terkait dengan penetapan batas waktu terjemahan harus diselesaikan dan pengujian calon penerjemah. Seringkali pengujian kualitas terjemahan dilakukan dengan menerapkan teknik terjemahan balik (back-translation). Tahap terakhir adalah pemroduksian dan pendistribusian. Pada tahap pemroduksian ditentukan ukuran kertas, jenis dan ukuran huruf, sedangkan pada tahap pendistribusian diputuskan apakah terjemahan dikirimkan melalui jaringan internet atau dikirimkan langsung ke klien dengan bantuan jasa pengiriman. (Silalahi, 2012: 11-14).

Adapun Gutt (1991) menjelaskan bahwa penerjemahan merupakan kegiatan penafsiran teks dan mengalihkannya ke dalam media lain dalam bentuk yang paling berkaitan dengan situasi. Sementara (Hadi: 1999: 23) mengatakan terjemahan ialah menjelaskan apa yang diinginkan oleh kalimat dalam bahasa


(5)

asalnya, untuk dialihbahasakan kedalam teks penerjemah, tidak hanya memindahkan makna hakiki atau majazi suatu lafazh.

Sebuah kata bisa dimengerti ketika berada dalam susunan kalimat. Oleh karena itu syarat penerjemah ialah mengerti dua bahasa untuk bisa mengartikulasikan secara mendetail maksud dari kalimat yang dialihbahasakan dengan sempurna. Ringkasnya naskah hasil terjemahan harus mencerminkan naskah aslinya secara sempurna agar tidak terjadi kekurangan sedikit pun.

Kegiatan penerjemahan mempunyai peranan penting dalam berbagai bidang kehidupan seperti bidang agama, sosial politik, ekonomi, dan budaya. Kegiatan tersebut memberikan andil yang cukup besar dalam alih teknologi, penyebaran informasi, dan peningkatan sumber manusia. Proses penerjemahan me libatkan berbagai aspek akademik yang perlu dipenuhi agar terjemahan tercapai tu juannya. Begitu pula dengan kegiatan penerjemahan pada ayat-ayat surat Wᾱqi’ah , seorang penerjemah dituntut melibatkan aspek akademik yang perlu dipenuhi ag ar sebuah terjemahan mencapai fungsinya. Aspek tersebut diantaranya metode penerjemahan, penguasaan dua bahasa atau lebih oleh penerjemah, penguasaan disiplin ilmu yang diterjemahkan, dan hal lain yang berkaitan dengannya.

Dalam surat Al-Wᾱqi’ah terdapat kata-kata muḍᾱ’af yakni kata-kata al-asham (keras) sebab bertasdid seperti kata

ﺪﻣ

/madda/'memanjangkan'. (Anwar 2014:55).


(6)

ﺮﻓﻭ ﺪﻤﻛ ﺪﺣﺍﻭ ﺲﻨﺟ ﻦﻣ ﻪﻣﻻﻭ ﻪﻨﻴﻋ ﺖﻧﺎﻛ ﺎﻣﻭ ﺎﻔﻌﻀﻣ

)

ﺐﻳﺩ

:

1997

:

44

(

/Muḍa’afan wamᾱ-kānat ‘ainuhu walā-muhu min jinsin wāḥidin ka madda wa faara. Muḍᾱ’af yaitu apabila ‘ain fi’l dan lam fi’il suatu kalimat terdiri dari satu jenis seperti contoh

ﱠﺪﻣ

/madda/ 'memanjangkan',

ﱠﺭﻓ

/farra/ 'lari'. (Dayab: 1997:44).

Selanjutnyan contoh ini mengatakan, muḍᾱ’af dari ṡulāṡi mujarrad adalah apabila huruf kedua dan huruf ketiga sama, seperti

ﱠﺪﻣ

/madda/ 'memanjangkan'dan

ﱠﺭﻓ

/farra/ 'lari'. Muḍᾱ’af ruba’i adalah apabila fa fi’il dan lam fi’il yang pertama terdiri dari huruf yang sama sedangkan ‘ain fi’il dan lam fi’il yang kedua juga terdiri dari huruf yang sama, contoh

ﻞﺯﻟﺯ

/zalzala/ 'menggoncangkan' dan

ﺲﻭﺳﻭ

/waswasa/ 'menghasut', (Dayab: 1997: 45).

Dalam surat Al-Wᾱqi’ah terdapat kata-kata muḍᾱ’af yang kadang-kadang diterjemahkan tidak sesuai dengan makna kamus akan tetapi diterjemahkan dengan makna konteks. Salah satu contoh adalah firman Allah dalam surat Al-Wᾱqi’ah ayat 30 yang berbunyi:

ِﻅَﻭ

ٍﺩﻭُﺪْﻤﱠﻣ ﱟﻞ

-۳۰

-/waẓillim mamdūdin/. 'Dan naungan yang terbentang luas' (Depag RI 2005: 535).

Kalimat

ٍﺩﻭُﺪْﻤﱠﻣ

/mamdūdin/ merupakan isim maf’ul dari kata

ﺍّﺪﻣ

-

-

ّﺪﻤﻳ

-

ّﺪﻣ

/madda-yamuddu-maddan/ mengikuti wazan

ﻝﻮﻌﻔﻣ

/maf’ūlun/ dan tidak ada di dalamnya proses pengidghaman karena tidak bertemu dua huruf yang sukun dan


(7)

sejenis, (Anwar, 2014: 62). Arti kamus dari kalimat

ٍﺩﻭُﺪْﻤﱠﻣ

-

ﺍّﺪﻣ

-

ّﺪﻤﻳ

-

ّﺪﻣ

/madda-yamuddu-maddan-mamdūdin adalah memanjangkan, (Munawir, 2002: 1318). Akan tetapi dalam penerjemahan kalimat

ٍﺩﻭُﺪْﻤﱠﻣ

/

mamdūdin/ menggunakan makna konteks yaitu terbentang luas, unsur yang mempengaruhi perbedaan makna kata

ٍﺩﻭُﺪْﻤﱠﻣ

/mamdūdin/ dengan makna kamus dalam firman Allah di atas adalah kata

ﱟﻞِﻅ

/ẓillin/ yang di artikan naungan.

Kata muḍᾱ’af dalam ayat-ayat surat Al-Wᾱqi’ah juga kadang-kadang datang dengan mengulang kata yang sama walau dari sigat yang berbeda. Seperti contoh Al-Wᾱqi’ah ayat 4 yang berbunyi:

ﺎًّﺟَﺭ ُﺽْﺭﻷﺍ ِﺖﱠﺟُﺭ ﺍَﺫِﺇ

/

Iżᾱ rujjatil-arḍu rajjᾱ/ 'apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya'.

Kata muḍᾱ’af yang terdapat pada data ini adalah

ّﺝﺭ

/rujjᾱ/ 'tergoyang, terguncang' (Yunus. 1990: 138), kata ini merupakan fi’il madhi mabni majhul yang berasal dari lafazh

ﺎّﺟﺭ

-

ّﺝﺮﻳ

-

ّﺝﺭ

/rajja-yarujju-rajjan/ dan

ﺎﺟﺮ

/rajjan/ 'bergoyang, berayun-ayun,bergerak/ merupakan masdar dari lafazh

ﺝﺮ

/rajja/ (Munawir. 2002: 474).

Ayat tersebut menjelaskan tentang kejadian hari kiamat. Pada hari kiamat manusia terbagi kepada tiga golongan, yaitu: golongan kanan (para penghuni surga), golongan kiri (para penghuni neraka), dan golongan orang-orang yang paling dahulu beriman (seluruh ummat nabi-nabi sebelum nabi Muhammad


(8)

SAW). Ketika terjadi hari kiamat, bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya dan gunng-gunung dihancurluluhkan sehancur-hancurnya seperti debu yang beterbangan, ketika kiamat terjadi, orang-orang yang mendustakannya akan tertunduk tak berdaya, serta mengakui kebenarannya, namun sudah terlambat.

Kata ini diterjemahkan dengan bergoyang, berayun-ayun dan bergerak, sedangkan dalam penerjemahan keseluruhan ayat kata itu bermakna digoncangkan. Pada data hasil penerjemahan menurut kamus berbeda dengan hasil penerjemahan keseluruhan tetapi masih memiliki keterkaitan makna yaitu menggetarkan atau menggoyangkan dan digoncangkan merupakan suatu peristiwa yang sama-sama bergerak, bergetar, bergoyang ataupun bergoncang. Oleh karena itu maka strategi penerjemahan yang diaplikasikan pada data di atas merupakan strategi produksi asosiasi spontan dan reformulasi (merupakan padanan makna yang dilakukan penerjemah dalam mencari makna yang sesuai antara BSu kepada BSa) karena penerjemah dianggap hanya mencari padanan kata yang sepadan dengan konteks dari teks sumber sehingga makna yang terkandung pada teks dapat disampaikan dengan baik. Pada contoh ini tidak terjadi pergeseran makna kalimat, karena makna yang terdapat di dalam kamus sama dengan makna yang diterjemahkan. Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas, penelitian ini akan menganalisis penerjemahan kata muḍᾱ’af dalam al-qur’an pada surat Al-Wᾱqi’ah.


(9)

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini terkait dengan analisis penerjemahan muḍᾱ’af dalam Al-Quran padasurat Al-Wᾱqi’ah, maka fokus penelitian tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Strategi penerjemahan apa yang digunakan dalam penerjemahan kata muḍᾱ’af pada Al-Qur’an surat Al-Wᾱqi’ah?

2. Bagiamanakah pergeseran makna yang terjadi pada penerjemahan kata muḍᾱ’af pada Al-Qur’an surat Al-Wᾱqi’ah?

1.3. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan masalah penelitian, tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui strategi penerjemahan kata muḍᾱ’af dalam surat

Al-Wᾱqi’ah.

2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya pergeseran penerjemahan kata muḍᾱ’af pada surat Al-Wᾱqi’ah.

1.4. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan menyuguhkan apa adanya. Penelitian deskriptif kualitatif menafsirkan dan menuturkan data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang terjadi di dalam masyarakat, pertentangan 2 keadaan / lebih,


(10)

hubungan antara variabel, perbedaan antara fakta, pengaruh terhadap suatu kondisi, dan lain-lain. Masalah yang diteliti dan diselidiki oleh penelitian deskriptif kualitatif mengacu pada studi kuantitatif, studi komparatif, serta dapat juga menjadi sebuah studi korelasional 1 unsur bersama unsur lainnya. Biasanya kegiatan penelitian ini meliputi pengumpulan data, menganalisis data, meginterprestasi data, dan diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang mengacu pada penganalisisan data tersebut, (http://www.Informasipendidikan.Com/2013/08/pen elitian-deskriptif-kualitatif.html

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan strategi penerjemahan dalam surat Al-Wᾱqi’ah dan untuk mengetahui makna muḍᾱ’af menurut konteks, yaitu kata-kata muḍᾱ’af dicatat satu persatu mulai awal sampai akhir, kemudian dibandingkan makna kamus dengan makna konteks setelah itu baru dianalisis. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library reseach). Data bersumber dari terjemahan surat Al-Wᾱqi’ah (Depag RI 2005: 534) berjumlah 9 kata muḍᾱ’af .

).

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data dengan cara mengumpulkan kata muḍᾱ’af dalam terjemahan surat Al-Wᾱqi’ah

2. Mengklasifikasikan kata-kata yang mengandung muḍᾱ’af dalam terjemahan tersebut

3. Menganalisis dengan membandingkan makna kata muḍᾱ’af yang terdapat dalam kamus dengan makna konteks


(11)

4. Menganalisis strategi yang digunakan dalam menerjemahkan muḍᾱ’af dalam terjemahan surat Al-Wᾱqi’ah

5. Menganalisis penerjemahan makna muḍᾱ’af dalam terjemahan surat Al-Wᾱqi’ah

6. Setelah analisis dilaksanakan maka selanjutnya dibuat laporan dalam bentuk skripsi

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Diketahui strategi penerjemahan makna muḍᾱ’af yang terdapat pada surat Al-Wᾱqi’ah.

2. Diketahui penyebab pergeseran makna muḍᾱ’af pada surat Al-Wᾱqi’ah. 3. Menambah pengetahuan dan memberikan sumbangan pemikiran kepada

pembaca agar mengetahui penerjemahan makna muḍᾱ’af pada surat Al-Wᾱqi’ah.


(1)

ﺮﻓﻭ ﺪﻤﻛ ﺪﺣﺍﻭ ﺲﻨﺟ ﻦﻣ ﻪﻣﻻﻭ ﻪﻨﻴﻋ ﺖﻧﺎﻛ ﺎﻣﻭ ﺎﻔﻌﻀﻣ

)

ﺐﻳﺩ

:

1997

:

44

(

/Muḍa’afan wamᾱ-kānat ‘ainuhu walā-muhu min jinsin wāḥidin ka madda wa faara. Muḍᾱ’af yaitu apabila ‘ain fi’l dan lam fi’il suatu kalimat terdiri dari satu jenis seperti contoh

ﱠﺪﻣ

/madda/ 'memanjangkan',

ﱠﺭﻓ

/farra/ 'lari'. (Dayab: 1997:44).

Selanjutnyan contoh ini mengatakan, muḍᾱ’af dari ṡulāṡi mujarrad adalah apabila huruf kedua dan huruf ketiga sama, seperti

ﱠﺪﻣ

/madda/ 'memanjangkan'dan

ﱠﺭﻓ

/farra/ 'lari'. Muḍᾱ’af ruba’i adalah apabila fa fi’il dan lam fi’il yang pertama terdiri dari huruf yang sama sedangkan ‘ain fi’il dan lam fi’il yang kedua juga terdiri dari huruf yang sama, contoh

ﻞﺯﻟﺯ

/zalzala/ 'menggoncangkan' dan

ﺲﻭﺳﻭ

/waswasa/ 'menghasut', (Dayab: 1997: 45).

Dalam surat Al-Wᾱqi’ah terdapat kata-kata muḍᾱ’af yang kadang-kadang diterjemahkan tidak sesuai dengan makna kamus akan tetapi diterjemahkan dengan makna konteks. Salah satu contoh adalah firman Allah dalam surat Al-Wᾱqi’ah ayat 30 yang berbunyi:

ِﻅَﻭ

ٍﺩﻭُﺪْﻤﱠﻣ ﱟﻞ

-۳۰

-/waẓillim mamdūdin/. 'Dan naungan yang terbentang luas' (Depag RI 2005: 535).

Kalimat

ٍﺩﻭُﺪْﻤﱠﻣ

/mamdūdin/ merupakan isim maf’ul dari kata

ﺍّﺪﻣ

-

-

ّﺪﻤﻳ

-

ّﺪﻣ

/madda-yamuddu-maddan/ mengikuti wazan

ﻝﻮﻌﻔﻣ

/maf’ūlun/ dan tidak ada di dalamnya proses pengidghaman karena tidak bertemu dua huruf yang sukun dan


(2)

sejenis, (Anwar, 2014: 62). Arti kamus dari kalimat

ٍﺩﻭُﺪْﻤﱠﻣ

-

ﺍّﺪﻣ

-

ّﺪﻤﻳ

-

ّﺪﻣ

/madda-yamuddu-maddan-mamdūdin adalah memanjangkan, (Munawir, 2002: 1318). Akan tetapi dalam penerjemahan kalimat

ٍﺩﻭُﺪْﻤﱠﻣ

/

mamdūdin/ menggunakan makna konteks yaitu terbentang luas, unsur yang mempengaruhi perbedaan makna kata

ٍﺩﻭُﺪْﻤﱠﻣ

/mamdūdin/ dengan makna kamus dalam firman Allah di atas adalah kata

ﱟﻞِﻅ

/ẓillin/ yang di artikan naungan.

Kata muḍᾱ’af dalam ayat-ayat surat Al-Wᾱqi’ah juga kadang-kadang datang dengan mengulang kata yang sama walau dari sigat yang berbeda. Seperti contoh Al-Wᾱqi’ah ayat 4 yang berbunyi:

ﺎًّﺟَﺭ ُﺽْﺭﻷﺍ ِﺖﱠﺟُﺭ ﺍَﺫِﺇ

/

Iżᾱ rujjatil-arḍu rajjᾱ/ 'apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya'.

Kata muḍᾱ’af yang terdapat pada data ini adalah

ّﺝﺭ

/rujjᾱ/ 'tergoyang, terguncang' (Yunus. 1990: 138), kata ini merupakan fi’il madhi mabni majhul yang berasal dari lafazh

ﺎّﺟﺭ

-

ّﺝﺮﻳ

-

ّﺝﺭ

/rajja-yarujju-rajjan/ dan

ﺎﺟﺮ

/rajjan/ 'bergoyang, berayun-ayun,bergerak/ merupakan masdar dari lafazh

ﺝﺮ

/rajja/

(Munawir. 2002: 474).

Ayat tersebut menjelaskan tentang kejadian hari kiamat. Pada hari kiamat manusia terbagi kepada tiga golongan, yaitu: golongan kanan (para penghuni surga), golongan kiri (para penghuni neraka), dan golongan orang-orang yang paling dahulu beriman (seluruh ummat nabi-nabi sebelum nabi Muhammad


(3)

SAW). Ketika terjadi hari kiamat, bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya dan gunng-gunung dihancurluluhkan sehancur-hancurnya seperti debu yang beterbangan, ketika kiamat terjadi, orang-orang yang mendustakannya akan tertunduk tak berdaya, serta mengakui kebenarannya, namun sudah terlambat.

Kata ini diterjemahkan dengan bergoyang, berayun-ayun dan bergerak, sedangkan dalam penerjemahan keseluruhan ayat kata itu bermakna digoncangkan. Pada data hasil penerjemahan menurut kamus berbeda dengan hasil penerjemahan keseluruhan tetapi masih memiliki keterkaitan makna yaitu menggetarkan atau menggoyangkan dan digoncangkan merupakan suatu peristiwa yang sama-sama bergerak, bergetar, bergoyang ataupun bergoncang. Oleh karena itu maka strategi penerjemahan yang diaplikasikan pada data di atas merupakan strategi produksi asosiasi spontan dan reformulasi (merupakan padanan makna yang dilakukan penerjemah dalam mencari makna yang sesuai antara BSu kepada BSa) karena penerjemah dianggap hanya mencari padanan kata yang sepadan dengan konteks dari teks sumber sehingga makna yang terkandung pada teks dapat disampaikan dengan baik. Pada contoh ini tidak terjadi pergeseran makna kalimat, karena makna yang terdapat di dalam kamus sama dengan makna yang diterjemahkan. Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas, penelitian ini akan menganalisis penerjemahan kata muḍᾱ’af dalam al-qur’an pada surat Al-Wᾱqi’ah.


(4)

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini terkait dengan analisis penerjemahan muḍᾱ’af dalam Al-Quran padasurat Al-Wᾱqi’ah, maka fokus penelitian tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Strategi penerjemahan apa yang digunakan dalam penerjemahan kata muḍᾱ’af pada Al-Qur’an surat Al-Wᾱqi’ah?

2. Bagiamanakah pergeseran makna yang terjadi pada penerjemahan kata muḍᾱ’af pada Al-Qur’an surat Al-Wᾱqi’ah?

1.3. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan masalah penelitian, tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui strategi penerjemahan kata muḍᾱ’af dalam surat

Al-Wᾱqi’ah.

2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya pergeseran penerjemahan kata muḍᾱ’af pada surat Al-Wᾱqi’ah.

1.4.Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan menyuguhkan apa adanya. Penelitian deskriptif kualitatif menafsirkan dan menuturkan data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang terjadi di dalam masyarakat, pertentangan 2 keadaan / lebih,


(5)

hubungan antara variabel, perbedaan antara fakta, pengaruh terhadap suatu kondisi, dan lain-lain. Masalah yang diteliti dan diselidiki oleh penelitian deskriptif kualitatif mengacu pada studi kuantitatif, studi komparatif, serta dapat juga menjadi sebuah studi korelasional 1 unsur bersama unsur lainnya. Biasanya kegiatan penelitian ini meliputi pengumpulan data, menganalisis data, meginterprestasi data, dan diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang mengacu pada penganalisisan data tersebut, (http://www.Informasipendidikan.Com/2013/08/pen elitian-deskriptif-kualitatif.html

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan strategi penerjemahan dalam surat Al-Wᾱqi’ah dan untuk mengetahui makna muḍᾱ’af menurut konteks, yaitu kata-kata muḍᾱ’af dicatat satu persatu mulai awal sampai akhir, kemudian dibandingkan makna kamus dengan makna konteks setelah itu baru dianalisis. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library reseach). Data bersumber dari terjemahan surat Al-Wᾱqi’ah (Depag RI 2005: 534) berjumlah 9 kata muḍᾱ’af .

).

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data dengan cara mengumpulkan kata muḍᾱ’af dalam terjemahan surat Al-Wᾱqi’ah

2. Mengklasifikasikan kata-kata yang mengandung muḍᾱ’af dalam terjemahan tersebut

3. Menganalisis dengan membandingkan makna kata muḍᾱ’af yang terdapat dalam kamus dengan makna konteks


(6)

4. Menganalisis strategi yang digunakan dalam menerjemahkan muḍᾱ’af dalam terjemahan surat Al-Wᾱqi’ah

5. Menganalisis penerjemahan makna muḍᾱ’af dalam terjemahan surat Al-Wᾱqi’ah

6. Setelah analisis dilaksanakan maka selanjutnya dibuat laporan dalam bentuk skripsi

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Diketahui strategi penerjemahan makna muḍᾱ’af yang terdapat pada surat Al-Wᾱqi’ah.

2. Diketahui penyebab pergeseran makna muḍᾱ’af pada surat Al-Wᾱqi’ah. 3. Menambah pengetahuan dan memberikan sumbangan pemikiran kepada

pembaca agar mengetahui penerjemahan makna muḍᾱ’af pada surat Al-Wᾱqi’ah.