Kata Jihad Dalam Terjemahan Al-Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia: Analisis Strategi Penerjemahan

(1)

KATA

JIHAD

DALAM TERJEMAHAN AL-QUR’AN DEPARTEMEN

AGAMA RI.: ANALISIS STRATEGI PENERJEMAHAN

SKRIPSI SARJANA

Disusun oleh :

SUTAN GEMBIRA HASIBUAN

080704001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN SASTRA ARAB

MEDAN


(2)

KATA JIHAD DALAM TERJEMAHAN AL-QUR’AN DEPARTEMEN AGAMA RI.: ANALISIS STRATEGI PENERJEMAHAN

SKRIPSI SARJANA DISUSUN

O L E H

SUTAN GEMBIRA HASIBUAN NIM. 080704001

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. M. HUSNAN LUBIS

NIP. NIP.

Drs. SUWARTO, M.Hum

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA HUMANIORA dalam Bidang Ilmu Bahasa Arab

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTASILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB MEDAN


(3)

Disetujui oleh:

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN SASTRA ARAB

Ketua,

19621204198703 2 001 Dra. Pujiati, M.Soc., Ph.D. Sekretaris,

196501121990032001 Dra. Fauziah, M.A.


(4)

PENGESAHAN:

Diterima oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA HUMANIORA dalam Ilmu Bahasa pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, pada: Tanggal :Mei 2013

Hari :

Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan,

NIP. 19511013 197603 1 001 Dr. Syahron Lubis, M.A.

No. Nama Tanda Tangan

Panitia Ujian

1. Dra. Pujiati, M.Soc., Ph.D. (...) 2. Dra. Fauziah, M.A. (...) 3. Dra. Rahlina Muskar Nst, M.Hum (...) 4. Drs. Mahmud Khudri, M.Hum (...) 5. Dra. Rahimah, M.Ag (...)


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.

Apabila pernyataan yang saya perbuat tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Juli 2013


(6)

KATA PENGANTAR

Al-Hamdulillahi rabbi l-‘ālamīn, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah subḥānahu wa ta’ala karena berkat rahmat, rezeki, pertolongan, hidayat dan taufik-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam atas nabi besar Muhammad Ṣalla l-lāhu ‘alaihi wa sallam sang pelopor kebenaran, yang membawa manusia dari zaman kegelapan kepada zaman yang terang benderang yang disinari Iman dan Islam. Mudah-mudahanan dengan memperbanyak shalawat kepada beliau kita mendapatkan syafaatnya dihari akhir nanti.

Skripsi yang penulis susun ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam mendapatkan gelar sarjana sastra pada Program Studi Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Berkaitan dengan hal tersebut maka penulis menyusun sebuah skripsi yang berjudul “Kata Jihad Dalam Terjemahan Al-Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia: Analisis Strategi Penerjemahan”

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan mungkin masih jauh dari kesempurnaan, demikian itu karena masih kurangnya ilmu, dan keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata pengantar ini penulis berharap kepada Allah semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Amin yā Rahman

Medan, U10 Juni 2013 M 01 Syawal 1434 H Penulis,

U

SUTAN GEMBIRA HASIBUAN


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Al-Hamdulillah, segala puji hanya bagi Allah, yang kami memuji-Nya, memohon pertolongan-Nya, selalu mengharapkan Ampunan-Nya, dan kami berlindung kepada Allah dari segala keburukan yang datangnya dari diri kami sendiri dan keburukan dari perbuatan kami. Siapa yang disesatkan Allah maka tidak akan ada satu makhlukpun yang dapat menunjukinya dan jika Allah memberi petunjuk-Nya maka tidak satupun makhluk yang dapat menyesatkannya. Shalawat dan salam atas nabi yang mulia Muhammad Ṣallallāhu ‘Alaihi Wa Sallam seraya membacakan ٍﺪﱠﻤَﺤُﻣ ِﻝﺁ ﻰَﻠَﻋ َﻭ ٍﺪﱠﻤَﺤُﻣ ﻰَﻠَﻋ ﻰﱢﻠَﺻ ﱠﻢُﻬﱠﻠﻟَﺍ / Allāhumma ṣalli ‘ala Muhammadin wa ‘ala ali Muhammadin.

Pada penulisan skripsi ini telah banyak mendapat petunjuk, arahan dan bantuan, baik itu bantuan secara moril maupun material. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berjasa dalam mensukseskan penulisan skripsi ini. Sebagai ungkapan rasa syukur penulis ucapkan Alhamdulillah, dengan berkat rahmat dan pertolonganAllah Subhanahu wa Ta’ala, penulis telah sanggup menyelesaikan penulisan skripsi ini walau harus melewati banyak halangan dan rintangan yang menerpa. Dan juga ungkapan terima kasih penulis haturkan juga kepada:

1. Kedua orang tua saya yang tercinta, yang selalu memotivasi penulis dengan kasih sayang mereka yang tulus, mengajari dan menanamkan nilai-nilai agama kepada penulis dari sejak dini supaya menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua, ta’at kepada Allah dan rasul-Nya, berguna bagi agama dan bangsa, bermanfaat bagi orang lain dan selalu berbuat baik kepada sesama makhluk. Mereka berdua juga yang telah membesarkan, memelihara penulis mulai dari alam kandungan hingga sekarang dan akan datang, Insya Allah. Mengajari penulis membaca al-Qur’an dari sejak dini, dan masih sangat banyak hal lainnya yang tak mungkin penulis sanggup menuliskannya satu-parsatu. Pada akhirnya, berkat kasih sayang mereka semua itu penulis dapat sekolah dan menduduki bangku kuliah di Perguruan Tinggi Negeri Universitas Sumatera Utara Medan, sampai akhirnya menyelesaikan kuliah dan mendapat gelar strata satu (S-1). Penulis selalu berharap dan bermohon kepada Allah, semoga Allah selalu melimpahkan rahmat, ampunan, memberi kesehatan, kebahagiaan, kemudahan rezeki dan hidayah-Nya kepada kedua orang tua penulis. Amin ya Allah

2. Bapak Dr. Syahran Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, beserta Bapak Pembantu Dekan I, II dan III.


(8)

3. Ibu Dra. Pujiati, M. Soc, sc Ph. D selaku Ketua Jurusan Program Studi Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Faujiah, M.A selaku Sekretaris jurusan Program Studi Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Muhammad Husnan Lubis yang menjadi Dosen Pembimbing I penulis dan Bapak Drs. Suwarto M. Hum selaku Dosen Pembimbing II. Mereka berdua telah banyak membantu dengan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk menyelesaikan dan menjadikan skripsi ini menjadi skripsi yang bermutu dan berprestasi. Mereka juga membimbing penulis dengan penuh rasa sabar yang tinggi dan pengertian yang banyak.

6. Seluruh Dosen Bahasa Arab yang telah banyak berjasa dalam mendidik penulis selama duduk dibangku perkuliahan sehingga penulis bertambah ilmu dan pengalaman kuliah dan lebih dewasa dalam menyikapi suatu masalah. Tak lupa terimakasih penulis kepada bang Andika selaku tata usaha Jurusan Bahasa Arab. 7. Kakak-kakak dan abangku tercinta: Arbuana Hsb, S.E, Sati Miswal Hsb, S. PdI,

Safriana Hsb, Am. Keb. mereka adalah sang motivator bagi saya, dengan dukungan dan motivasi dari mereka saya dapat menyelesaikan skripsi dan kuliah. Mereka bagaikan Orang tua bagi saya dan juga tak lupa kekasihku Putri Ristia yang senantiasa memberi semangat dikala saya merasa jenuh dalam mengerjakan skripsi ini.

8. Adik-adikku yang tersayang: Sangap Hagiotku Hsb yang masih menimba ilmu di Universitas Negeri Medan (UNIMED), Marroan Rajoki Hsb yang baru lulus sekolah menengah atas atau aliyah di Ma’had Nurul Huda Desa Bangai dan Insya Allah akan melanjutka kuliah di Perguruan Tinggi Negeri dan adik saya yang paling kecil namanya Sampurna Tua Hsb yang sekarang ini masih menimba ilmu di ma’had Nurul Huda Desa Bangai. Mereka adalah adik-adik aku yang tercinta dan yang sangat ku sayang dan mereka yang membuat diri ini berjuang keras untuk lulus/tamat kuliah dan semoga sukses, agar dapat membantu mereka selama hayat dikandung badan. Aku berharap dan memohon kepada Allah, semoga hati kami sekeluarga selalu terikat dan penuh kasih sayang satu sama-lain selama-lamanya serta selalu mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat. Amin

9. Kawan-kawan seperjuangan yang sudah aku anggap seperti saudaraku sendiri: M. Ibnu Sina Lubis, Aman Syaputra, Ahmad Zuhri Sir dan Kakanda Zulfan M. Hum,


(9)

10.Juga sahabat-sahabatku stambuk 2008; Syahrizki, Aman, Ibnu, Zuhri, Taufiq, Nurul, Nurul Ummi, Bulan, Saidah, Hidayati, Nisa, Rimta, Yusuf, Adi, Dll.

11.Adik-adik stambuk saya, 2009, 2010; Annur, Dyki, Rodiyah, Nurul, Oza, Nurul Fitri, Dida,dll. yang tak mungkin saya ucapkan satu persatu.

12.Teman-teman IMBA dan semua pihak yang turut membantu saya ucapkan Jazakumullahu Khairan.

Medan,

01 Syawal 1434 H 10 Juni 2013 M

Penulis,

080704001

SUTAN GEMBIRA HASIBUAN


(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

UCAPAN TERIMA KASIH ii

DAFTAR ISI v

ABSTRAKSI vi

PEDOMANA TRANSLITERASI vii

BAB I : PENDAHULUAN 1

1.1Latar belakang 2

1.2Perumusan masalah 5

1.3Tujuan penelitian 5

1.4Manfaat penelitia 5

1.5Metodologi Penelitian 6

1.6Tinjauan Pustaka 7

BAB II : KERANGAKA TEORI 9

2.1Jihad

2.1.1 Pengertian jihad 9

2.1.2 Variasi-variasi bentuk kata jihad dalam al-Qur’an 10

2.2Pengertian terjemah 11

2.3Strategi penerjemahan 12

2.3.1 Pengertian strategi penerjemahan 12 2.3.2 Klasifikasi strategi penerjemahan 13

BAB III : VARIASI KATA JIHAD DAN TERJEMAHANNYA 18

3.1 Pengantar Bab 18

3.2 Variasi kata jihad dan terjmahannya dalam bentuk Fi’il Maḍi 19 3.3 Variasi kata jihad dan terjmahannya dalam bentuk Fi’il Muḍāri’ 25 3.4 Variasi kata jihad dan terjmahannya dalam bentuk Fi’il Amar 28 3.5 Variasi kata jihad dan terjmahannya dalam bentuk Isim Masdar 31 3.6 Variasi kata jihad dan terjmahannya dalam bentuk Isim Fā’il 36

BAB IV : STRATEGI PENERJEMAHAN KATA JIHAD 38

4.1 Pengantar Bab 38

4.2 Strategi penerjemahan kata jihad pada bentuk Fi’il Maḍi 38 4.3 Strategi penerjemahan kata jihad pada bentuk Fi’il Muḍāri’ 46 4.4 Strategi penerjemahan kata jihad pada bentuk Fi’il Amar 49 4.5 Strategi penerjemahan kata jihad pada bentuk Isim Masdar 52 4.6 Strategi penerjemahan kata jihad pada bentuk Isim Fāil 57

BAB V : PENUTUP 59

5.1 Pengenalan Bab 59


(11)

ABSTRAK

Penelitian ini membahas dan menganilisis variasi-variasi kata jihad yang terdapat dalam al-Qur’an dan Strategi Penerjemahan yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan kata jihad dalam terjemahan al-Qur’an Depag RI.

Permasalahan yang diteliti adalah macam-macam variasi kata jihad dan terjemahannya, dan juga menganalisis strategi penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan kata jihad yang terdapat dalam terjemahan al-Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia.

Tujuan dari penelitian ini untuk menemukan variasi kata jihad dan bagaimana bisa terjemahannya bervariasi, dan juga menganalisis strategi penerjemahan yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan kata jihad dalam terjemahan al-Qur’an Depag RI.

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka dan dilaporkan dengan cara deskriptif kualitatif dengan objek pengkajiannya adalah terjemahan al-Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwasanya terdapat 41 populasi data dan semuanya dijadikan sampel. Strategi yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan kata jihad adalah; Harfiyah, Komunikatif, Tafsiriyah dan Semantis. Di antara ke-empat strategi ini penerjemah lebih cenderung menggunakan strategi penerjemahan harfiyah.


(12)

ABSTRAK

Penelitian ini membahas dan menganilisis variasi-variasi kata jihad yang terdapat dalam al-Qur’an dan Strategi Penerjemahan yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan kata jihad dalam terjemahan al-Qur’an Depag RI.

Permasalahan yang diteliti adalah macam-macam variasi kata jihad dan terjemahannya, dan juga menganalisis strategi penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan kata jihad yang terdapat dalam terjemahan al-Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia.

Tujuan dari penelitian ini untuk menemukan variasi kata jihad dan bagaimana bisa terjemahannya bervariasi, dan juga menganalisis strategi penerjemahan yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan kata jihad dalam terjemahan al-Qur’an Depag RI.

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka dan dilaporkan dengan cara deskriptif kualitatif dengan objek pengkajiannya adalah terjemahan al-Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwasanya terdapat 41 populasi data dan semuanya dijadikan sampel. Strategi yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan kata jihad adalah; Harfiyah, Komunikatif, Tafsiriyah dan Semantis. Di antara ke-empat strategi ini penerjemah lebih cenderung menggunakan strategi penerjemahan harfiyah.


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1LATAR BELAKANG

Allah adalah tuhan yang bersifat pemurah, di antara kemurahan Allah terhadap manusia adalah bahwa Dia tidak saja memberikan sifat yang bersih yang dapat membimbing dan memberi petunjuk kepada mereka ke arah kebaikan, tetapi juga dari waktu ke waktu Allah mengutus seorang rasul kepada umat manusia hingga akhir zaman dan rasul terakhir yang diutus ke muka bumi ini adalah Muhammad Ṣallallahu ‘Alaihi Wasallam. Para rasul-Nya dibekali kitab suci yang menyuruh manusia hanya beribadah kepada-rasul-Nya saja, menyampaikan kabar gembira dan memberi peringatan. Agar demikian menjadi bukti bagi manusia.

Pada surat an-Nisa ayat 165, Allah mengingatkan manusia dengan informasi yang terdapat dalam al-Qur’an, yang artinya:”Rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada hujjah (alasan) bagi manusia untuk membantah Allah sesudah rasul-rasul itu diutus”.

Perkembangan dan kemajuan berfikir manusia senantiasa disertai oleh wahyu yang dapat memecahkan problem-problem yang dihadapi oleh kaum pada saat itu, sampai perkembangan itu mengalami kematangannya. Allah menghendaki agar risalah Muhammad SAW. muncul di dunia ini, maka diutuslah beliau di saat manusia sedang mengalami kekosongan para rasul. Muhammad SAW. diutus untuk menyempurnakan syari’t-syari’at pendahulunya yaitu para rasul sebelumnya, dengan membawa syari’at yang universal dan abadi serta dengan kitab yang diturunkan kepadanya, yaitu al-Quranul Karim. (Manna’ Khalil alQattan, 1973:10)

Al-Qur’anul Karim adalah kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ṣallallahu ‘alaihi wasallam sebagai petunjuk bagi umat manusia. Al-Quran menurut bahasa berarti “bacaan” yang asal katanya “qara’a”. kata al-Quran berbentuk masdar dengan arti isim maf’ul yaitu maqru’ (dibaca), (al-Qur’an dan terjemahnya Depag. RI: 15)

Al Qur’an al-Karim diturunkan dalam bahasa Arab, karena itu pada umumnya orang-orang Arab dapat mengerti dan memahaminya dengan mudah. Namun berbeda halnya dengan orang-orang yang selain Arab khususnya Indonesia. Orang Indonesia banyak yang tidak


(14)

mampu memahami makna yang terkandung dalam al Qur’an dikarenakan kurangnya kemampuan dalam berbahasa Arab. Sebagai seorang muslim semestinyalah memahami al-Qur’an sebagai pedoman hidup.Imam Syafi’i, (tt:) adalah seorang ulama besar dan populer pernah mengatakan “Manusia menjadi buta agama, bodoh dan selalu berselisih paham lantaran mereka meninggalkan bahasa Arab dan lebih mengutamakan konsep Aristoteles”

Seperti yang kita maklum bahwa al-Qur’an Karim adalah mukjizat nabi Muhammad Ṣallallahu ‘Alaihi Wa Sallamuntuk umat Islam yang kekal dan mukjizat yang selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturunkan Allah kepada nabi Muhammad SAW. untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka kejalan yang lurus, (Manna’ Khalil al-Qattan, 1973:1).

Seiring dengan kemajuan zaman, banyak terdapat kesalah pahaman dalam memahami agama (ajaran) Islam, misalnya jihad. Kita tahu bahwa nabi Muhammad SAW. pernah berkata bahwa beliau meninggalkan dua perkara yang sangat besar, jika berpegang teguh kepadanya tidak akan pernah tersesat dan akan selamat dunia dan akhirat, itulah dia al-Quran dan Hadits Rasul.

Namun pada kenyataannya umat Islam masih banyak yang tidak dapat mengambil manfaat dari al-Quran dan hadist rasul, karena ketidakmampuannya memahami teks al-Quran dan hadist yang berbahasa Arab tanpa adanya terjemahan sebagai pendekatan pemahaman. Oleh karena itu tidak heran jika terdapat perselisihan dan perbedaan pendapat, itu semata-mata karena ketidak mampuan mereka dalam memahami al-Quran dan Hadist yang berbahasa Arab. Seperti yang kita maklum bahwa nabi Muhammad SAW. pernah bersabda, jika kamu berbeda (berselisih) pendapat dan tidak menemukan kesepakatan, maka kembalikanlah kepada Kitabullah al-Quran dan Hadist rasulullah Muhammad SAW.

Kemudian karena dipandang pentingnya untuk memahami makna yang terkandung dalam al-Quran yang merupakan pedoman hidup umat Islam maka dilakukanlah penerjemahan al-Qur’an. Pada pertengahan abad ke 17 oleh Abdul Ra’uf Fansuri seorang

ulama besar dan juga seorang Qādi kerajaan Aceh sekitar tahun 1641-1699 M. telah memulai kegiatan menerjemah al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia. Walaupun hasil terjemahannya itu belum sebaik yang diharapkan, namun ia telah menjadi pembuka jalan bagi penerjemah al-Quran yang lain, (al-Qur’an dan terjemahnya Depag RI, 1430 H:36).


(15)

Pemerintah Indonesia juga menaruh perhatian besar terhadap penerjemahan al-Qur’an. Hal ini terbukti bahwa penerjemahan al-Qur’an ini termasuk dalam pola I Pembangunan Semesta Berencana, sesuai dengan keputusan MPR RI. Untuk melaksanakan pekerjaan ini oleh Menteri Agama telah membentuk satu lembaga yang diketuai oleh Prof. R.H.A. Soenarjo, S.H dan beranggotakan para ulama dan sarjana-sarjana Islam yang mempunyai keahlian dalam bidang masing-masing, (al-Qur’an dan terjemahnya Depag RI:36).

Kebaikan dan kerja keras para penerjemah al-Quran dalam menerbitkan terjemahan-terjemahan al-Qur’an khususnya Departemen Agama Republik Indonesia, maka sekarang kaum muslimin sangat mudah untuk mendapatkan al-Qur’an berikut terjemahnya. Kehadiran al-Quran dan terjemahnya mendatangkan faedah yang sangat luar biasa karena dapat memudahkan masyarakat muslim untuk memahami makna dan maksud yang terkandung dalam al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam dan pedoman dalam kehidupan.

Selanjutnya dalam terjemahan al-Qur’an banyak terdapat ragam dan pilihan kata sehingga sering berlainan antara kata yang satu dengan kata yang lainnya. Misalnya saja kata jihad yang terdapat dalam Terjemahan al-Qur’an Departemen Agama RI. terbitan tahun 1430 H. Adapun kata jihad yang dimaksudkan peneliti di sini adalah seluruh kata yang diberasal dari akar kata ja-ha-da berikut dengan bentuk-bentuk perubahannya. kata jihad kadang-kadang ia diterjemahkan dengan “perang”, “berjuang”, “sungguh-sungguh” dan sering juga katajihadhanyaditerjamahkan sebagaimana kata asalnya saja ke dalam bahasa sasaran (bahasa Indonesia). Seperti yang terdapat dalam al-Qur’an surat Ali Imran, 3:142









/ Am hasibtum an tadhulū l-jannata wa lammā yaʻlami l -lāhu l-lażīna jāhadū minkum wa yaʻlama ṣ-ṣābirīn /

Artinya: Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, Padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar. (al-Qur’an dan terjemahnya Depag RI., 1430:99)

Kata Jihad, pada ayat di atas dapat berarti: 1. berperang untuk menegakkan Islam dan melindungi orang-orang Islam; 2. memerangi hawa nafsu; 3. mendermakan harta benda untuk


(16)

kebaikan Islam dan umat Islam; 4. Memberantas yang batil dan menegakkan yang hak, (al-Qur’an dan terjemahnya Depag RI., 1430:99).

Dalam ayat lain, terjemahan kata jihad tidak sama seperti yang terdapat pada al-Qur’an surat at-Tahrim 66:9, Allah berfirman:









/ Yā ayyuha n-nabiyyu jāhidi l-kuffāra wa l-munāfiqīna wa gluẓ ʻalaihim wa ma’wāhum jahannam wa bi’sa l-maṣīru /

Artinya: Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah Jahannam dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali, (al-Qur’an dan terjemahnya Depag RI., 1430:952 ).

Bila diteliti dan diamati pada kedua-dua ayat di atas kita melihat dua yang memiliki akar kata sama yaitu jāhada, namun pada hasil terjemahan kedua-dua kata tersebut terdapat perbedaan makna (hasil terjemah). Pada ayat yang pertama kata, diterjemahkan dengan “berjihad”, sedangkan pada ayat yang kedua kata  diterjemahkan dengan “perangilah”. Secara penerjemahan boleh dikatakan bahwa penerjemah tidak konsisten dalam menerjemahkan kata jihad pada kedua-dua ayat tersebut. Menurut makna kamus konsisten adalah tetap (tidak berubah-ubah), taat asas dan selaras, (KBBI Luring, 2008).

Perbedaan terjemahan kata padanan ke dalam bahasa sasaran (Indonesia) kemungkinan sekali terjadi oleh beberapa faktor, seperti keperihalan keadaan satu kata, struktur bahasa sumber dan bahasa sasaran, strategi terjemah yang digunakan, makna dan faktor pendidikan seorang penterjemah, (M. Husnan Lubis, 2004:10).

Dari beberapa faktor yang termaktub di atas dan keberagaman makna/terjemahan kata jihad yang terdapat dalam terjemahan al-Qur’an Depag RI., maka peneliti mencoba untuk meneliti kata jihad dalam terjemahan al-Qur’an terjemahan Depag RI terbitan tahun 1430 H. melalui kajian ilmu terjemah. Peneliti meyakini bahwa terjadinya keberagaman terjemahan kata jihad dikarenakan atau disebabkan oleh penggunaan starategi penterjemahan yang berubah-ubah dan konteks kalimat suatu ayat yang berbeda.


(17)

1.2PERUMUSAN MASALAH

Untuk memudahkan dan menghindarkan kekeliruan/penyimpangan dari pokok bahasan yang dikehendaki dalam penelitian ini, maka dilakukanlah suatu perumusan/pernyataan masalah yang akan di teliti.

1. Terdapat berbagai macam variasi terjemahan dan kata jihad dalam terjemahan al-Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia.

2. Strategi Penerjemahan yang digunakan dalam menerjamahkan kata jihad dalam terjemahan al-Qur’an Departemen Agama Republik Agama berbeda-beda ataupun berubah-ubah.

1.3TUJUAN PENELITIAN

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Untuk menemukan variasi kata jihad danbagaimana terjemahan kata jihad bisa menjadi bervariasi dalam terjemahan al-QuranDepartemen Agama Republik Indonesia.

2. Menganalisis berbagai strategi yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan kata jihad dalam terjemahan al-Quran Departemen Agama Republik Indonesia.

1.4MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat menambah, mamperluas dan meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang terjemah khususnya dalam bahasa Arab.

1. Penelitian ini akan memperjelas Bagaimana konsistensi penerjemahan kata Jihad dalam terjemahan al-Qur’an Departeman Agama RI.

2. Penelitian ini akan memperjelas bagaimana strategi penerjemahan kata Jihad dalam terjemahan al-Qur’an Departemen Agama RI.

3. Penelitian ini akan memberikan informasi dan pengetahuan tentang terjemahan kata jihad yang sesungguhnya dalam al-Qur’an. Penelitian ini juga akan


(18)

memperjelas penggunaan strategi penerjemahan kata Jihad dalam terjemahan al-Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia.

1.5 METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka, karena data yang dijadikan sabagai objek, diambil dari dokumen-dokumen yaitu al-Qur’an dan terjemahnya. Penelitian ini dilaporkan dengan cara deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi, atau berbagai fenomena realita sosial. Penelitian ini juga berupaya menarik realita tersebut ke permukaan sebagai satu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situsi, ataupun fenomena tertentu, (Bungin, 2007:68).

1.5.1 Data dan teknik pengumpulan data

Data penelitian ini adalah kata jihad yang terdapat dalam al-Quran dan terjemahnya oleh Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia, yang kemudian diterbitkan oleh Mujamma’ Khadim Al-Haramain Asy-Syarifain Al-Malik Fahd Li Tibấ’ah Al-Mushaf Asy-Syarif di Madinah tahun 1430 H. Namun dalam hal ini untuk memudahkan peneliti mendapatkan data yang ada dalam al-Qur’an maka peneliti memanfaatkan kitab ﻢﻳﺮﻜﻟﺍ ﻥﺍﺮﻘﻟﺍ ﻅﺎﻔﻟﺍﻷ ﺱﺮﻬﻔﻤﻟﺍ ﻢﺠﻌﻤﻟﺍ /al mu’jamu l-mufahras lialfāẓi l-qur’ani l-karīmi/ yang tulis oleh Ahmad Fu’ad Baqi (1428 H:224-225)

Adapun jumlah data yang ditemukan sebanyak 41 kata (jihad) dari 19 surat yaitu: QS.(2:218), (3:142), (4:95, 95, 95) (5:35, 45, 53), (6:109) (8:72, 74, 75), (9:16, 19, 20, 24, 41, 44, 73, 79, 86, 88), (16:38, 110), (22:78, 78), (24:53) (25:25, 52), (29:6, 6, 8, 69), (31:15), (35:42), (47:31), (49:15), (60:1), (61:11), (66:9). Data yang 41 ini adalah merupakan populasi data. dan seluruh pupulasi dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini.

Setelah data terkumpul dilakukanlah satu analisis data. Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan data (Moeloeng, 2010:280).


(19)

Selanjutnya, dalam menganalisis data ini, peneliti menggunakan teori strategi penerjemahan yang digariskan Newmark yang telah diringkaskan Syihabudin (2002) dan teori strategi penerjemahan yang dipaparkan Manna’ Khalil al-Qatan. Objek teori ini adalah kata jihad yang terdapat dapat dalam al-Quran terjemahan Depag RI, karena diyakini teori ini mampu menangani penerjemahan dalam kajian ini.

1.6 TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian dan tulisan tentang terjemah tentunya sudah pernah dikaji dan diteliti oleh beberapa Mahasiswa Bahasa Arab USU dan begitu juga dosen. Berikut ini paparan tentang literatur tentang terjemah yang pernah diteliti.

1. Skripsi Baihaqi Hasibuan yang berjudul Analisis Prosedur Transfer Dalam Terjemahan Surah Al-Baqarah Pada Syamil Al-Quran. Permasalahan yang diteliti adalah prosedur Transfer Dalam penerjemahan Surah Baqarah Pada Syamil Quran, dan konsistensinya dalam penerjemahan Surah Baqarah Pada Syamil Al-Quran. Dari penelitiannya didapati hasil bahwasanya terdapat 54 data yang berupa terjemahan menurut prosedur transfer yang terdri dari kata, frase, dan juga kalimat. dan juga ada ketidak konsistenan prosedur transfer dalam menerjemahkan surah al-baqarah. Maka dari hasil penelitiannya tidak ditemukan pembahasan tentang strategi penerjemahan dan juga tidak menyinggung sedikitpun tentang kata jihad dalam pembahasannya.

2. Skripsi Saiful Bahri Sidabalok dengan judul Analisis Teknik Penerjemahan Surah Al-Kahfi Sabagai Penjabaran Ekuavalensi Pada Al-Quran Terjemahan Departemen Agama Republik Indonesia. Penelitian ini untuk mengetahui teknik yang digunakandalan dalam menerjemahkan surah al-kahfi dari penjabaran prosedur ekuivalensi dan mendiskripsikan ketetapan makna surah al-kahfi. Dari penelitian beliau bahwa semua tenik dan pola yang ada pada prosedur ekuivalensidipakai dalam penerjemahan surat al-kahfi, kecuali satu pola. Dari pemaran ini, maka dalam penelitian tersebut juga tidak ditemukan pembahasan tentang strategi penerjemahan dan yang menyinggung tentang kata jihad dalam pembahasannya.

3. Tesis yang disusun oleh M. Husnan Lubis Ph. D dengan judul Pemilihan Kata Bahasa Indonesia Yang Asalnya Bahasa Arab Dalam Tiga Teks Terjemahan Al-Quran Bahasa Indonesia: Analisis Perbandingan Dan Strategi Penterjemahan. Membandingkan tiga teks terjemahan al-Quran secara umum. Tiga teks terjemahan


(20)

yang dimaksud adalah a. Mahmud Yunus, b. Depag RI., c. Hamka. Dalam penelitian ini peneliti terdahulu juga meneliti tentang strategi penerjemahan tetapi dalam kajiannya beliau tidak ada menganalisis kata jihad.

4. Skiripsi yang disusun oleh Surya Kencana dengan judul Analisi Kedudukan Jahada Dalam Al-Quran. Penelitian tersebut mengkaji tentang kedudukan kata jahada dalam al-Quran dengan menggunakan teori sintaksis dan morfologi. Tujuan dari penelitian beliau adalah hanya untuk mengetahui kedudukan kata jahada dalam al-Quran secara tata bahasa Arab, bukan secara makna atau penrjemahan.

Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut, maka sampai saat ini peneliti belum menemukan kajian yang membahas tentang strategi penerjemahan kata jihad dalam al-Qur’an, walau terdapat objek sama yang diteliti yaitu al-Quran. Oleh sebab itu peneliti akan melakukan penelitian tentang strategi penerjemahan kata jihad dalam al-Quran terjemahan Depag RI tahun 1430 H.


(21)

BAB II

KERANGKA TEORI

Kerangka teori ini berisikan tentang konsep-konsep teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian jihad; (2) variasi kata jihad; (3) konsep terjemah; (4) strategi terjemah; (5) klasifikasi strategi terjemah.

2.1Jihad

2.1.1 Pengetian Jihad

Secara etimologi dalam kamus Mahmud Yunus (1392 H:92) kata

ﺩﺎﻬﺟ

/jihād/ berasal dari kata

ﺪﻬﺟ

/jaḥada/ yang berartikan “bersungguh-sungguh”. Louis Ma’luf dalam Chirzin (2001:60) mengemukakan bahwa kata jihad berasal dari bahasa Arab, berbentuk isim masdar dari fi’il maḍi

ﺪﻬﺟ

/jahada/“mencurahkan kemampuan”. Sedangkan kata

ﺩﺎﻬﺟ

/jihād/ itu sendiri bermakna “perjuangan, jihad”, (Ahmad Warson Munawir: 1984:217)

Adapun secara terminologi pengertian jihad sangat bermacam-macam, di antaranya adalah: Menurut Hasan al-Banna dalam Chirzin (1997:12), Jihad adalah suatu kewajiban muslim yang berkelanjutan hingga hari kiamat, tindakan terendahnya adalah berupa penolakan hati atas keburukan atau kemungkaran dan yang tertinggi adalah berupa perang dijalan Allah Subḥanahu wa ta’āla”. Jihad juga diartikan sebagai perang suci, (Philip K. Hitti: 2002:155)

Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri mengatakan, (1430: bab Jihad, hal:3), “Jihad di jalan Allah adalah mengerahkan segala kemampuan dan tenaga untuk memerangi orang-orang kafir dengan tujuan mengharap ridha Allah Subḥanahu wa ta’āla dan meninggikan kalimat-Nya”, (Ensiklopedia Fiqih Islam, bab Jihad, 1430 H:3). dikutip dari

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terdapat beberapa pengertian tentang jihad yang tidak jauh berbeda dengan yang lain, yaitu: (1) upaya dengan segala daya upaya untuk mencapai kebaikan. (2) usaha sungguh-sungguh membela islam dengan mengorbankan harta benda, raga dan jiwa. (3) perang suci melawan orang kafir untuk mempertahankan Islam. Namun jika kata jihad diawali dengan awalan ber-, maka maknanya berbeda seperti yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu berperang (di jalan Allah); berjuang.


(22)

2.1.2 Variasi-variasi bentuk kata jihad dalam al-Qur’an

Dalam kitab ﻢﻳﺮﻜﻟﺍ ﻥﺍﺮﻘﻟﺍ ﻅﺎﻔﻟﺍﻷ ﺱﺮﻬﻔﻤﻟﺍ ﻢﺠﻌﻤﻟﺍ /al mu’jamu l-mufahras lialfāẓi l-qur’ani l-karīm/ yang tulis oleh Ahmad Fu’ad Baqi (1428 H:224-225) terdapat 41 kata jihad dari 37 ayat 19 surat.

Jumlah Kata Surat dan Ayat Transliterasi Kata

2 Qs (9:19), (29:6) Jāhada

ﺪﻫﺎﺟ

2 Qs (29:8), (31:15) Jāhadāka

ﻙﺍﺪﻫﺎﺟ

11

Qs (2:218), (3:142), (8:72-74-75),

(9:16-20-88), (16:110), (29:69), (49:15) Jāhadū

ﺍﻭﺪﻫﺎﺟ

1 Qs (61:11) Tujāhidūna

ﻥﻭﺪﻫﺎﺠﺗ

1 Qs (29:6) Yujāhidu

ﺪﻫﺎﺠﻳ

2 Qs (9:44), (9:81) Yujāhidū

ﺍﻭﺪﻫﺎﺠﻳ

1 Qs (5:54) Yujāhidūna

ﻥﻭﺪﻫﺎﺠﻳ

2 Qs (9:73), (66:9) Jāhidi

ﺪﻫﺎﺟ

1 Qs (25:52) Jāhidhum

ﻢﻫﺪﻫﺎﺟ

4 Qs (5:35), (9:41), (9:86), (22:78) Jāhidū

ﺍﻭﺪﻫﺎﺟ

5

Qs (5:53), (6:109), (16:38), (24:53),

(35:52) Jahda

ﺪﻬﺟ

1 Qs (9:79) Juhdahum

ﻢﻫﺪﻬﺟ

1 Qs (9:24) Jihādin

ﺩﺎﻬﺟ

2 Qs (25:52), (60:1) Jihādan

ﺍﺩﺎﻬﺟ

1 Qs (22:78) Jihādihi

ﻩﺩﺎﻬﺟ

1 Qs (4:95) al-Mujāhidūna

ﻥﻭﺪﻫﺎﺠﻤﻟﺍ


(23)

2.2Pengertian Terjemah

Dalam bahasa Indonesia, istilah terjemah dipungut dari bahasa Arab, tarjamah. Bahasa Arab sendiri memungut istilah tersebut dari bahasa Armenia, turjuman (Didawi, 1992:37). Kata turjuman sebentuk dengan tarjaman dan tarjaman yang berarti orang yang mengalihkan tuturan dari satu bahasa ke bahasa lain, (Manzhur, t.t: 66) dalam Sihabuddin (2002:6).

Menurut Az-Zarqoni dalam Sihabuddin (2002: 6), secara etimologis istilah terjemah digunakan untuk mengacu pada empat makna.

a. Menyampaikan tuturan kepada orang yang tidak menerima tuturan itu, makna ini terdapat dalam puisi berikut ini:

ٍﻥﺎَﻤُﺟْﺮُﺗ ﻰَﻟِﺇ ْﻲِﻌْﻤَﺳ ْﺖﱠﺟَﻮْﺣﺃ ِﺪَﻗ

ﺎ َﻬُﺘْﻐﱢﻠُﺑ َﻭ

َﻦْﻴِﻧﺎَﻤﱠﺴﻟﺍ ﱠﻥِﺇ

/ inna s-samānīna wa bullagtuhā qadi ḥwajjat samʻī ‘ila turjumānin /

Usia 80, dan aku telah mencapainya, pendengaranku memerlukanU penerjemah

b. Menafsirkan tuturan dengan bahasa yang sama dengan bahasa tuturan itu. misalnya bahasa Arab dijelaskan dengan basaha Arab atau bahasa Indonesia dijelaskan dengan bahasa Indonesia pula. sekaitan dengan terjemah yang berarti penjelasan, Ibnu Abbas diberi gelar ﻥﺍﺮﻘﻟﺍ ﻥﺎﻤﺟﺮﺗ yang berarti penerjemah al-Quran.

c. Menafsirkan pembicaraan atau tuturan dengan bahasa yang berbeda. misalnya bahasa Arab dijelaskan lebih lanjut dengan bahasa Indonesia ataupun sebaliknya. Dengan demikian, penerjemah disebut juga penjelas atau penafsir tuturan.

d. Memindahkan tuturan dari satu bahasa ke bahasa yang lain seperti mengalihkan bahasas Arab ke bahasa Indonesia. karena itu, penerjemah disebut juga pengalih bahasa.

Menurut Az-Zarkasyi (t.t) yang termaktub dalam kitab Ulumul Qur’an oleh Rosihon Anwar (2006:211) mengatakan, “Tafsir adalah ilmu yang digunakan untuk memahami dan menjelaskan makna-makna kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya Muhammad Ṣallallahu ‘alaihi Wasallama serta menyimpulkan kandungan-kandungn hukum dan hikmahnya”.


(24)

Makna etimologis di atas memperlihatkan adanya satu karakteristik yang menyatukan ke empat makna tersebut, yaitu bahwa menerjemahkan berarti menjelaskan dan menerangkan tuturan, baik penjelasan itu sama dengan tuturan yang dijelaskan maupun berbeda, (Sihabuddin. 2002: 7).

Adapun secara terminologis, menerjemah didefenisikan seperti berikut,

َﻭ ِﻪﱢﻴِﻧﺎَﻌَﻣ ِﻊْﻴِﻤَﺠِﺑ ِءﺎَﻓَﻮْﻟﺍ َﻊَﻣ ﻯَﺮَﺧُﺃ ٍﺔَﻐُﻟ ْﻦِﻣ َﺮَﺧَﺍ ٍﻡ َﻼَﻜِﺑ ٍﺔَﻐُﻟ ﻰِﻓ ِﻡ َﻼَﻛ ﻰَﻨْﻌَﻣ ْﻦَﻋ ُﺮْﻴِﺒْﻌﱠﺘﻟَﺍ

ِﻩِﺪِﺻﺎَﻘَﻣ

/ at-taʻbīru ʻan maʻna kalāmi fī lugatin bikalāmin ʹakhara min lugatin ʹukhara ma’a l-wafāʹi bijamī’i ma’āniyyihi wa maqāṣidihi / Menerjemah berarti mengungkapkan makna tuturan suatu bahasa di dalam bahasa lain dengan memenuhi seluruh makna dan maksud tuturan itu,(Sihabuddin 2002: 7)

Menurut Newmark (1988) dalam Rochayah Machali (2000:5) bahwa menerjemah adalah "rendering the meaning of a texs into another language in the way that the author intended the text", yaitu menerjemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai dengan yang dimaksud pengarang.Tetapi secara luas, terjemah dapat diartikan sebagai semua kegiatan manusia dalam mengalihkan seperangkat informasi atau pesan baik verbal maupun non verbal, dari informasi asal atau informasi sumber ke dalam informasi sasaran (Suhendra Yusuf, 1994: 8).

2.3 Strategi Penerjamahan

2.3.1 Pengertian Strategi Penerjemahan

Kata strategi mempunyai beberapa pengertian. Dalam Newmark (1988:81) seperti yang dicatatkan oleh Rokiah Awang:

Strategiy refers to methods as the overall textual apporoach to translating, which he contrasts with translation procedures that deal with problems at sentence levels and smaller unit. (M. Husnan Lubis, 1426 H:19)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:854) disebutkan bahwa, Strategi adalah rencana cermat mengenai suatu kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.


(25)

Pada kamus Dewan Bahasa Dan Pustaka (1989:1305) strategi juga didefenisikan sebagai berikut: “ ...aturan atau rancangan yang digunakan setelah memperhitungkan berbagi faktor untuk mencapai satu metlumat atau kerjaya. Dari bebera tinjauan di atas, dalam kata strategi terdapat beberapa makna utama seperti: metode, operasi, prosedur, seni merancang, dan aturan untuk mencapai suatu pesan yang terkandung (M. Husnan Lubis: 1426:20).

2.3.2 Klasifikasi Strategi Penerjemahan

Manna’ al-Qattan (1393 H.) dalam Ismail Lubis (2001:60) mengklasifikasikan Strategi penerjemahan dalam dunia Arab terbagi kepada dua jenis yaitu secara harfiyah dan tafsiriyah. (1) Terjemah harfiyah ialah pengalihan bahasa yang dilakukan sesuai urutan-urutan kata bahasa sumber. Menurut az-Zarqani (1399 H), terjemahan seperti ini tak ubahnya dengan kegiatan mencari padanan kata. Maka terjemahan seperti ini disebut juga terjemahan lafziah atau musawiyah. (2) Adapun terjemah tafsiriyah atau maknawiah ialah alih bahasa tanpa terikat dengan urutan-urutan kata atau susunan kalimat bahasa sumber. Terjemahan seperti ini mengutamakan ketepatan makna dan maksud secara sempurna dengan konsekuensi terjadi perubahan urutan-urutan kata atau susunan kalimat. Oleh sebab itu terjemahan semacam ini disebut juga terjemahan maknawiah, karena mengutamakan kejelasan makna.

Kemudian daripada itu, dalam literatur Barat strategi penerjemahan dikaji dan klasifikasikan lebih jelas dan rinci. Newmark (1988) dalam Sihabuddin (2002:64-66), misalnya, memandang bahwa strategi penerjemahan dapat ditilik dari segi: (1) penekanan terjemahan terhadap bahasa sumber, dan (2) penekanan terjemahannya pada bahasa sasaran.

(1) Penerjemahan yang BerorientasiPada Bahasa Sumber:

(a) Penerjemahan Kata Demi Kata

Penerjemahan jenis ini dianggap yang paling dekat dengan bahasa sumber. Urutan kata dalam teks bahasa sumber tetap dipertahankan, kata-kata diterjemahkan menurut makna dasarnya diluar konteks. Kata-kata yang bermuatan budaya diterjemahkan secara harfiah. Terjemahan kata demi kata berguna untuk memahami mekanisme bahasa sumber atau untuk menafsirkan teks yang sulit sebagai proses awal penerjemahan. Pada strategi ini tidak digunakan dalam terjemahan al-Quran Departemen Agama Republik Indonesia.


(26)

(b) Penerjemahan Harfiah

Terjemahan ini juga disebut terjemahan struktural. Dalam terjemahan ini konstruksi gramatikal bahasa sumber dikonversikan ke dalam padanannya dalam bahasa sasaran, sedangkan kata-kata diterjemahkan di luar konteks. Sebagaimana proses penerjemahan awal terjemah harfiah ini dapat membantu melihat masalah yang perlu diatasi.

contoh:









/ Yā ayyuha n-nabiyyu jāhidi l-kuffāra wa l-munāfiqīna wa gluẓ ʻalaihim wa ma’wāhum jahannam wa bi’sa l-maṣīr /

Hai nabi, berjihadlah terhadap orang-orang kafir dan munafiq dan keraslah terhadap mereka dan tempat mereka dalam neraka jahanam. itulah tempat kembali yang jahat, (H. Mahmud Yunus: 1984)

Kata jāhidi merupakan kata perintah dari Allah kepada nabi Muhammad SAW. Kata tersebut diterjemahan secara harfiyah, ini dibuktikan dengan adanya proses pengambilan padanan secara langsung dari kamus oleh penerjemah tanpa dan memperhatikan konteks kata, dan juga diberikannya padanan dari bahasa sumber kepada bahasa sasaran berupa bentuk translitrasi saja.

(c) Penerjemahan Setia

Terjemahan ini mencoba menghasilkan kembali makna kontekstual walaupun masih terikat oleh struktur gramatikal bahasa sumber. Ia berpengang teguh pada tujuan dan maksud bahasa sumber sehingga terkesan kaku. Terjemahan ini bermanfaat sebagai proses awal tahap pengalihan.

Contoh:










(27)

/ Yā ayyuha n-nabiyyu jāhidi l-kuffāra wa l-munāfiqīna wa gluẓ ʻalaihim wa ma’w āhum jahannam wa bi’sa l-maṣīr /

Wahai nabi, perangilah oleh mu orang-orang kafir dan orang-orang munafiq dan bersifat kasarlah engkau atas mereka. dan tempat mereka adalah neraka jahanam. dan itulah sejelek-jelek tempat kembali.

Seperti apa yang menjadi tujuan strategi penerjemahan setia, bahwa starategi ini berusaha mengeluarkan makna yang dimaksudkan kata tersebut. Kata jāhididalam ayat ini diterjemahkan perangilah oleh mu, terjemahannya terkesan kaku, namun sudah dapat mewakilimakna yang terkandung dalam kata tersebut.

(d) Penerjemahan Semantis

Terjemahan semantis berbeda dengan terjemahan setia. Terjemahan semantis lebih memperhitungkan unsur estetika teks bahasa sumber, dan kreatif dalam batas kewajaran. Selain itu terjemahan setia sifatnya masih terkait dengan bahasa sumber, sedangkan penerjemahan semantis lebih fleksibel. seperti pada (Q.S At-tahrim: 9)









/ Yā ayyuha n-nabiyyu jāhidi l-kuffāra wa l-munāfiqīna wa gluẓ ʻalaihim wa ma’wāhum jahannam wa bi’sa l-maṣīr /

Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. tempat mereka adalah Jahannam dan itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.

Strategi penerjemahan ini dapat dikatakan penerjemahan semantis, karena kata padanan yang diberikan telah sesuai dengan konteks kalimat dan tetap mengikut struktur bahasa sumber.

(2) Penerjemahan yang Berorientasi Pada Bahasa Sasaran:

(a) Penerjemahan Adaptasi

Terjemahan inilah yang dianggap paling bebas dan paling dekat kepada bahasa sasaran, terutama untuk jenis terjemahan drama dan puisi, tema, karakter dan alur biasanya dipertahankan. Dalam karangan ilmiah logikanya diutamakan, sedangkan contoh dikurangi atau ditiadakan. Maka dari itu, seperti yang dijelaskan di atas bahwa bentuk penerjemahan


(28)

yang ini merupakan penerjemahan yang banyak digunakan hanya untuk nas-nas yang sifatnya kurang formal. Al-Qur’an adalah nas agama pedoman bagi seluruh manusia terutama umat Islam yang di dalamnya berisikan aturan-aturan, baik perintah maupun larangan tentunya kurang tepat digunakan dalam menerjemahkan al-Quran. Ternyata dalam al-Qur’an dan tejemahnya oleh Depag RI. peneliti belum menemukan contoh terjemahan sejenis ini.

(b) Penerjemahan Bebas

Penerjemahan mereproduksi masalah yang dikemukakan dalam bahasa sumber tanpa menggunakan cara tertentu. Isi bahasa sumber ditampilkan dalam bentuk bahasa penerima yang benar-benar berbeda. Metode ini bersifat parafrastik, yaitu mengungkapkan amanat yang terkandung dalam bahasa sumber diungkapkan dengan ungkapan penerjemah sendiri di dalam bahasa penerima sehingga terjemahan bisa menajadi lebih panjang daripada aslinya.

Terjemahan jenis ini juga tidak ada ditemukan oleh peneliti. Dalam menerjemahkan nas agama seperti al-Qur’an tidaklah sembarangan, oleh karena itu dalam mengambil maknanya mestilah menyesuaikan terjemahan dengan konteks keadaan suatu kata atau kalimat.

(c) Penerjemahan Idiomatik

Penerjemahan dilakukan dengan mereproduksi pesan bahasa sumber, tetapi cenderung mengubah nuansa makna karena penerjemah menyajikan kolokasi dan idiom-idiom yang tidak terdapat dalam nas sumber. Dalam al-Quran terjemah kata jihad tidak ada ditemukan dalam terjamahannya yang menggunakan metode ini.

(d) Penerjemahan Komunikatif

Terjemahan ini hampir serupa dengan terjemahan tafsiriyah, yang berusaha menyampaikan makna kontekstual dari bahasa sumber sedemikian rupa, sehingga isi dan bahasanya berterima dan dapat dipahami oleh dunia pembaca bahasa sasaran. Terjemahan ini biasanya dianggap terjemahan yang ideal.

Contoh: QS: at-Tahrim: 9










(29)

/ Yā ayyuha n-nabiyyu jāhidi l-kuffāra wa l-munāfiqīna wa gluẓ ʻalaihim wa ma’wāhum jahannam wa bi’sa l-maṣīr /

Wahai nabi, berjuanglahmelawan orang-orang kafir yang melanggar perjanjian damai dengan senjata dan orang-orang munafiq dengan hujah dan ancaman

Terjemahan ini terkesan lebih panjang dan penerjemah berusaha menyampaikan makna konteks yang ada dalam bahasa sumber.

. lakukanlah tindakan keras kepada kaum kafir dan munafiq. Tempat tinggal mereka adalah neraka jahanam, dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal, (Muhammad Thalib: 2012).

Newmark (1981) dalam Husnan Lubis (2008:20) juga menguatkan dan menggariskan dua strategi terjemahan yang dapat digunakan unutk mencapai makna yang tepat, yaitu: terjemahan semantik dan terjemahan komunikatif.

Firth dan Malinowski sebagaimana yang disebutkan dalam Palmer (1989) mengatakan bahwa dalam menerjemah dipandang perlu memperhatikan konteks keperihalan keadaan. Menurut beliau untuk menginterpretasikan sesuatu maksud atau makna, perlu dilihat dan diperhatian konteks keperihalan keadaan budaya dan aspek praktikal kehidupan seharian. Dengan demikian makna suatu kata ucapan erat kaitannya dengan suatu masalah yang dimaksudkan melalui ucapan tersebut. Dalam hal ini penterjemah semestinya menimbangkan kesan perkataan terhadap kesemua kata dan seluruh teks untuk memastikan penyelewengan makna tidak terjadi, (M. Husnan Lubis, 2008:11)

Secara etimologi, kata konteks berasal dari kata benda bahasa Inggris yaitu context yang di-Indonesiakan dengan kata ”konteks”. Dalam (Kamus Besar Bahasa Indonesia-Luring: 2008) kata ini setidaknya memiliki dua arti:(1) Bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna.(2) Situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian, sehingga dapat dipahami bahwa kontekstual adalah menarik suatu bagian atau situasi yang ada kaitannya dengan suatu kata/kalimat sehingga dapat menambah dan mendukung makna kata atau kalimat tersebut.

Kridalaksana, (1984:120) mengatakan makna kontekstual atau situasional ialah hubungan ujaran dan situasi di mana ujaran itu dipakai. Dengan kata lain, makna kontekstual ialah makna suatu kata yang dikaitkan dengan situasi penggunaan bahasa. (M. Rudalf Nababan, 2003:49).

Dari beberapa teori yang telah dipaparkan di atas, teori strategi penterjemahan yang digariskan Newmark yang telah diringkaskan Syihabudin (2002) dan teori strategi penerjemahan yang paparkan Manna’ al-Qatan (2009) edisi terjemah, akan digunakan dalam


(30)

penelitian ini yang objeknya untuk kata jihad yang terdapat dapat dalam al-Quran terjemahan Depag RI, karena diyakini teori ini mampu menangani penerjemahan dalam kajian ini.


(31)

BAB III

VARIASI KATA JIHAD DAN TERJEMAHANNYA 3.1 Pengantar

Bab ini membincangkan tentang variasi-variasi kata jihad dan terjemahannya. Peneliti akan menguraikan semua bentuk kata jihad yang terdapat dalam al-Qur’an terjemahan Departemen Agama RI. Kata jihad yang dimaksud di sini adalah seluruh kata yang berasal dari kata dasar ja-ha-da. Kemudian peneliti juga akan melihat terjemahan kata jihad tersebut sebagai padanan kata dari bahasa sumber kepada bahasa sasaran. Maka untuk memudahkan peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini, juga agar lebih sistematis, maka peneliti akan melihat variasi bentuk kata jihad dan terjemahannya dengan mengelompokkan kata sesuai dengan jenis ataupun bentuk katanya dalam al-Qur’an, seperti; kata jihad yang berbentuk fi’il (maḍi, muḍāri’, amar) dan isim (masdar dan isim fā’il). Kesemua tindakan ini dilakukan dan dibincangkan tentunya dengan tujuan untuk menjawab permasalahan yang terdapat pada bab I bagian (1.3) poin (1). Pada bab ini juga peneliti akan memaparkan sekilas makna asal, kata jihad dalam kamus dan pengertian jihad dalam pandangan Islam, sebagaimana berikut:

Jihad berasal dari kata “juhd” yang berarti sungguh-sungguh, sedangkan makna jihad sendiri adalah perjuangan. Apabila kata jihad bersambung dengan kata fi sabilillah akan mempunyai makna berjuang dijalan Allah atau berperang. (Ahmad Warson Munawwir, 1984:217).

Menurut Fairuzabi dalam Qamus al-Muhit (1998) beliau menyatakan kata jihad secara morfologis berasal dari kata juhd yang mengandungi arti al-Taqoh (daya upaya), yadom (menghimpum), dan masyaqqah (kesulitan dan kesukaran). Katajihad sendiri secara bahasa mempunyai makna al-Qital (perang). Louis Ma’luf menyatakan dalam Qamus Munjid bahwa juhd berarti kekuatan dan kemampuan, sedangkan jihad berarti perang membela agama. (Louis Ma’luf, (t.t) hal: 105-106)

Ulama-ulama fiqih juga memberikan penjelasan makna dan tujuan daripada jihad. sebagimana yang dijelaskan ulama fiqih mazhab Hanafi, al-Kasani (t.t) menyatakan secara literal, “jihad” adalah ungkapan tentang pengerahan seluruh kemampuan. Menurut pengertian


(32)

syariat pula“jihad” bermakna pengerahan seluruh kemampuan dan tenaga dalam berperang dijalan Allah SWT., baik dengan jiwa, harta, lisan ataupun yang lain, (al-Kasani dalam Qardhawi (t.t).

Pengertian yang serupa dinyatakan Muhammad Ilyas, seorang ahli fiqih yang bermazhab Maliki mengatakan bahwa “jihad” adalah perang seorang muslim melawan orang kafir yang tidak mempunyai perjanjian damai dalam rangka menjunjung tinggi kalimat Allah SWT. atau kehadirannya di sana (yaitu perang), atau dia memasuki wilayah tanah kafir untuk berperang, (Yusuf Qordhawi, (t.t).

Al-Bujairimi seorang fuqaha mazhab Syafi’i mendefenisikan jihad dengan berperang dijalan Allah SWT., juga dengan pengertian yang sama disampaikan oleh al-Dimyati dalam kitab I’anatu al-Talibin beliau menyatakan bahwa jihad bermakna al-qital fi sabilillah (perang dijalan Allah). (al-Dimyati, 1997: juz IV:180).

3.2 Variasi Kata Jihad dan Terjemahannya Dalam Bentuk Fi’il Maḍi

Variasi dimaksud dalam penelitian ini adalah bentuk-bentuk kata yang berbeda ataupun jenis kata yang bermacam-macam tapi diambil dari dasar kata yang sama. Dalam al-Qur’an terdapat banyak variasi kata jihad, diantaranya adalah kata jihad yang berbentuk fi’il maḍi. Bentuk fi’il maḍi ini dijumpai sebanyak tiga yaitu; (1) ﺪﻫﺎﺟ (jāhada), (2) ﺍﺪﻫﺎﺟ (jāhadā), dan (3) ﺍﻭﺪﻫﺎﺟ (jāhadū). Pada bentuk maḍi yang pertama (jāhada) dalam al-Qur’an terdapat 2 (dua) kata, dapat kita lihat pada Qur’an surat (9:19 dan 29:6). kemudian pada bentuk maḍi yang ke dua (jāhadā) ada dua kata juga, yaitu pada Qur’an surat (29:8 dan 31:15).Adapun bentuk maḍi yang terakhir (jāhadū) jauh lebih banyak dibanding dengan bentuk maḍi yang sebelumnya. Bentuk fi’il maḍi terdapat sebanyak sebelas kali, yaitu pada al-Qur’an surat (U2:218U, U3:142U, U8:72-74-75U, 9:16-20-88U U, U16:110U, U29:69U, U49:15U).

Oleh karena itu untuk mendapatka hasil yang maksimal dan penelitian yang lebih sistematis, maka peneliti akan mengadakan penganalisisan kata jihad berikut terjemahannya dalam al-Qur’an terjmemahan Departemen Agama Republik Indonesia yang akan dimulai dari bentuk fi’il maḍi yang pertama hingga yang terakhir.


(33)

3.2.1 Fi’il Maḍi / ﺪﻫﺎﺟ /jāhada













/ Aja’altum siqāyata l-ḥajji wa ‘imāratal l-masjidi l-harāmi kaman āmana billāhi wa l-yaumi l-akhiri wa jāhada fīsabīlillahi lā yastawūna inda l-lāhi. wa l-lāhu lā yahdī l-qawma ẓ -ẓalimīna./ Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta Ubejihad Udi jalan Allah? mereka tidak sama di sisi Allah; dan

Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.(QS. at-Taubah, 9:19)







/ wa man kāna jāhada fainnamā yujāhidu linafsihī, inna l-lāha laganiyyun ‘ani l-‘ālamīna / Dan barangsiapa yang UberjihadU, Maka Sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya

sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam, (QS. al-Ankabut, 29:6).

Kata jāhada adalah fi’il maḍi ṡulāṡi mazid fīhi timbangan dari kata fā’ala. Pada timbangan tersebut mengandungi arti al-musyarakah (saling).Ṡulāṡi mazid fīh adalah kata asal yang sudah bertambah hurufnya.Adapun tandanya adalah pada maḍinya terdiri dari empat huruf dan satu merupakan huruf tambahan, yaitu alifyang berada diantara huruf (ﺝ)jindan (ﻩ)ha'.Kemudian pada ayat ini penerjemah telah menerjemahkan kata jihad ini dengan Uberjihad,Udemikianlah penerjemahmenjadikannya sebagai padanan untuk kata

tersebut ke dalam bahasa sasaran, sebagaimana yang tercantum dalam terjemahan ayat tersebut.

Ahmad al-Hasyimi (2009:14) memberikan defenisi mengenai fi’il maḍi dalam kitab al-qawā’idu l-asāsiyatu lillugati l-‘arabiyati beliau mengatakan:

ﻡﻠﻛﺗﻟﺎﻧﺎﻣﺯﻠﺑﻘﯩﺫﻟﺎﻧﺎﻣﺯﻟﺎﯩﻔﻌﻗﻭﺛﺩﺣﯩﻠﻌﻟﺩﺎﻣﯩﺿﺎﻣﻟﻼﻌﻔﻟﺍ

/ Al-fi’lu l-māḍi mā dalla ‘ala ḥadasin waqa’a fi z-zamāni l-lażī qabla zamānu t -takallumi / Fi’il maḍi adalah satu kata yang menunjukkan adanya kejadian atau perbuatan yang telah lalu yang bukan pada masa perbincangan itu sedang berlangsung.


(34)

Secara ringkas maksudnya adalah kata kerja yang digunakan untuk menunjukkan atau menceritakan masa yang lalu.

3.2.2 Fi’il Maḍi /ﻙﺍﺪﻬﺟ / Jāhadāka











/ wa waṣṣainā l-insāna biwālidaihi husnan, wa in jāhadāka litusyrika bī mā laisa laka bihī ‘ilmun falā tuṫi’humā, ilayya marji’ukum faunabbiukum bimā kunutm ta’maluna /dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. dan jika keduanya UmemaksamuU untuk mempersekutukan aku dengan sesuatu yang tidak ada

pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya. hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu aku kabarkan kepadamu apa yang tekepada-Ku-lah kamu kerjakan. (QS. al-Ankabut, 29:8)















/ wa in jāhadāka ‘alā tusyrika bī mā laisa laka bihī ‘ilmun falā tuṫi’humā, wa ṣāḥibhuma fi d -dunyā ma’rūfan, wa ittabi’ sabīla man anāba ilayya, ṡumma ilayya marji’ukum

faunabbiukum bimā kunutm ta’malūna./ dan jika keduanya UmemaksamuU untuk

mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. Luqman, 31:15)

Kata ﻙﺍﺪﻫﺎﺟ/jāhadākapada kedua-dua ayat ini juga merupakan fi’il ṡulaṡi mazīd tambahan satu huruf yang diterjemahkan dengan “UmemaksamuU”. Bentuk kata ini sama

seperti yang ada pada ayat yang ada pada poin (3.2.1), namun terdapat perbedaan pada dua huruf terakhir yaitu huruf alif dan kaf, demikian itu terjadi dikarenakan adanya perbedaan konteks kalimat. Alif pada kata ini sebagai tanda taṡniyah untuk orang ketiga ghaib, dan fi’il maḍi ṡulaṡi mazid satu huruf ini dipakai untuk mengikut kata sebelumnya yaitu wālidaihi (kedua orang tua), sedangkankaf merupakan ḍamir untuk anta (engkau/orang kedua),


(35)

ayat ini kita dapat melihat bahwasanya penerjemah telah menerjemahkan kata jihad pada kedua-dua ayat ini dengan “memaksa”, dan kata inilah yang diberikan penerjemah sebagai padanan kata jihad dalam bahasa sasaran.

3.2.3 Fi’il Maḍi / ﺍﻭﺪﻫﺎﺟ / Jāhadū

Kata selanjutnya adalah jāhadū, kata ini tersebar dalam al-Qur’an sebanyak sebelas kali ada pada tujuh surat dan sebelas ayat, dan kesemuanya diterjemahan ke dalam bahasa Indonesia dengan “ berjihad” maka untuk lebih jelasnya peneliti akan menampilkan ayat-ayat jihad di bawah ini:











/ Inna l-lażīna āmanū wa l-lażīna hājarū wa jāhadū fi sabīlillāhi ulāika yarjūna raḥmata l-lāhi, wa l-lāhu gafūrun rahīmun./ Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan UberjihadU di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat

Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, (QS. al-Baqarah, 2:218)









/ Am hasibtum an tadhulū l-jannata wa lammā yaʻlami l -lāhu l-lażīna jāhadū minkum wa yaʻlama ṣ-ṣābirīn / Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, Padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang UberjihadU diantaramu dan belum nyata orang-orang yang

sabar. (QS. Ali Imran, 3:142)


























(36)

/ Inna l-lażīna āmanū wa hājarū wa jāhadū biamwālihim wa anfusihim fī ssabili l-lāhi wa l-lażīna āwaw wa naṣarū ulāika ba’ḍuhum awliyāu ba’ḍin, wa l -lażīna āmanū wa lam yuhājirū mā lakum walāyatihim min syaiin ḥattā yuhājirū, wa in istanṣarūkum fi d -dīni fa’alaikumu n-naṣru illā ‘alā qawmin bainakum wa bainahum mīṡāqun. wal-lāhu bimā ta’malūna baṣīrun./ Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad











wal-lażīna āmanū wa hajārū wa jahadū fi sabīli l-lāhi wa l-lażīna awaw wa naṣarū ulāika humu l-mu’minūna ḥaqqan, lahum magfiratun wa rizqun karīmun/ dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta UberjihadU pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi

tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka Itulah orang-orang yang benar-benar beriman, mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia. (QS. al-Anfal, 8:74)













/ wa l-lażīna āmanū min ba’du wa hājarū wa jāhadū ma’akum faulāika minkum wa ulu l -arḥāmi ba’ḍuhum awlābiba’ḍin fī kitābi l-lāhi, inna l-lāha bikulli syain ‘aliīm/ dan orang-orang yang beriman sesudah itu kemudian berhijrah serta UberjihadU bersamamu maka

orang-orang itu termasuk golonganmu (juga). Orang-orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu, (QS. al-Anfal, 8:75).














(37)

/ Am ḥasibtum an tutrakū wa lammā ya’lami l -lāhu l-lażina jāhadū minkum wa lam yattakhiżū min dūni l-lāhi wa lā rasūlihī wa lā l-mu‘minīna walījatan wa l-lāhu khabīrun bima ta’malūna./ Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan, sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang

dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, Maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, Maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. al-Anfal, 8:72)

berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan, (QS. at-Taubah, 9:16).











/ Al-Lażīna āmanū wa hājarū wa jāhadū fī ssabili l-lāhi biamwālihim wa anfusihim a’ẓamu darajatan ‘inda l-lāhi, wa ulāika humu l-fāizūna/ Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta UberjihadU di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi

derajatnya di sisi Allah; dan mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan, (QS. at-Taubah, 9:20).











/ Lākini r-rasūlu wa l-lażīna āmanū ma’ahū jāhadū biamwālihim wa anfusihim, wa ulāika lahumu l-khirātu, wa ulāika humu l-muflihūna/ Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama Dia, mereka UberjihadU dengan harta dan diri mereka, dan mereka itulah orang-orang

yang memperoleh kebaikan, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung, (QS. at-Taubah, 9:88).









/ Ṡumma inna rabbaka lillażīna hājarū min ba’di mā futinū ṡumma jāhadū wa abarū innna rabbaka min ba’dihā lagafūrun rahīmun./ dan Sesungguhnya tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah sesudah menderita cobaan, kemudian mereka UberjihadU dan sabar;

Sesungguhnya tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, (QS. an-Nahl, 16:110).








(38)

/ Wa l-lażīna jāhadū fīnā lanahdiyannahum subulanā, wa inna l-lāha lama’a l-muḥsinīna./ dan orang-orang yang berjihad













untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik, (QS. al-Ankabut, 29:69).

/ Innama l-muʹminūna l-lażīna āmanū billāhi wa rasūlihī ṡumma lam yartābū wa jāhadu biamwālihim wa anfusihim fī sabīli l-lāhi ulāika humu ṣ -ādiqūna./ Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang-orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka UberjihadU dengan harta dan jiwa

mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar, (QS. al-Hujurat, 49:15). Pada QS. Ali Imran, 3:142, Departemen Agama Republik Indonesia mengatakan Jihad dapat berarti: (1) berperang untuk menegakkan Islam dan melindungi orang-orang Islam; (2) memerangi hawa nafsu; (3) mendermakan harta benda untuk kebaikan Islam dan umat Islam; (4) Memberantas yang batil dan menegakkan yang hak.

Kata-kata jihad tersebut di atas terdapat sepuluh kata dan ini juga merupakan bentuk kata jihad yang paling banyak yang terdapat dalam al-Qur’an. Walau kata ini merupakan kata yang terbanyak namun tetap kata ini juga merupakan fi’il maḍiṡulaṡi mazīd satu huruf, tapi ada sedikit perbedaan, karena bentuk ini merupakan bentuk jamak dari kata jāhada. Tanda jamak yang terdapat pada kata jāhadū adalah waw(ﻭ) dan alif(ﺍ) yang terletak pada akhir kata. Sehingga boleh diterjemahkan dengan “Umereka berjihadU”

Dalam menerjemahkan kata-kata yang mengandungi makna jihad pada ayat-ayat di atas kesemuanya diterjemahkan dengan Uberjihad,Udan dalam hal ini dapat dikatakan bahwa

penerjemah konsisten dalam menerjemahkan kata jāhadūdengan mengutuhkan UberjihadU

sebagai padanan kata jihad dalam bahasa Indonesia pada bagian ini (3.2.3).

3.3 Variasi Kata Jihad dan Terjemahannya Dalam Bentuk Fi’il Muḍāriʹ

Pada bahagian ini peneliti akan membahas tentang kata jihad yang berbentuk fi’il muḍāri’. Adapun yang dimaksud dengan fi’il muḍāri’ sebagaimana dicatatkan Ahmad al-Hasyimi (2009:15)”:


(39)

Fi’il muḍāri’ itu adalah kata yang menunjukkan suatu kejadian pada saat percakapan itu sedang terjadi (berlangsung) maupun masa yang akan datang. Fi’il muḍāri’ adalah

merupakan fi’il yang dibentuk dari fi’il maḍi, tetapi pada fi’il muḍāri’ ditambahkan huruf di awal kata, itulah yang disebut huruf muḍāri’, hurufnya ada empat; alif, nun, ya, dan ta ( ﻱ ﻥ ﺍ

ﺕ). Huruf muḍāri’ ini selalu diletakkan di awal kata, misalnya; ﺪﻫﺎﺟﻱ / maka huruf “ya” yang di awal itulah yang disebut huruf muḍāri'.

Dalam al-Qur’an banyak kita jumpai kata-kata yang berbentuk fi’il muḍāri’, namun peneliti tidak mengungkap semua fi’il muḍārik yang ada dalam al -Qur’an, karena yang menjadi titik fokus peneliti adalah kata jihad dalam bentuk fi’il muḍāri’. Dalam hal ini peneliti menemukan beberapa kata jihad yang berbentuk muḍāri’ dalam al-Qur’an, yaitu;

ﺪﻫﺎﺠﻳ / ﻥﻭﺪﻫﺎﺠﻳ /ﺍﻭﺪﻫﺎﺠﻳ / ﻥﻭﺪﻫﺎﺠﺗ /.

3.3.1 Fi’il Muḍāri’/ ﺪﻫﺎﺠﻳ / yujāhidu







/ Wa man jāhada fainnamā yujāhidu linafsihī, inna l-lāha laganiyyun ‘ani l-‘alamīna./ dan Barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya UjihadnyaU itu adalah untuk dirinya sendiri.

Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam, (QS. al-Ankabut, 29:6).

Kata ﺪﻫﺎﺠﻳ/yujāhiduadalahsalah satufi’il muḍāri’ untuk orang ketiga tunggal ghaib, yang dibentuk dari fi’il maḍi ṡulaṡi mazid satu huruf yaituﺪﻫﺎﺟ/jāhada, seperti yang kita lihat bahwa pada kata yujāhidu hanya ada tambahan huruf di awal kata yaitu ya, itulah yang disebut huruf muḍāri’. Kata jihad bentuk ini hanya satu dijumpai dalam al -Qur’an. Kata diterjemahkan oleh penerjemah dengan UjihadnyaU.

3.3.2 Fi’il Muḍāri’/ﻥﻭﺪﻬﺠﻳ/ Yujāhidūna














(1)

4.6.1 Isim Fā’il /

ﻥﻭﺪﻬﺠﻤﻟﺍ

/Al-Mujāhidūna



















/ Lā yastawi l-qā’idūna min l-mu’minīna gairu uli ḍ-ḍarari wa l-mujāhidūna fī sabīli l-lāhi biamwālihim wa anfusihim, faḍḍala l -lāhu l-mujāhidīna biamwālihim wa anfusihim ‘ala l-qā’idīna darajatan wa kullan wa ‘ada l-lāhu l-ḥusnā wa faḍḍala l-lāhu l-mujāhidīna ‘ala l-qā’idīna ajran ‘aẓīman./ Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang UberjihadU di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk[340] satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk[341] dengan pahala yang besar, (QS. An-Nisa, 4:95).

[340] Maksudnya: yang tidak berperang karena uzur. [341] Maksudnya: yang tidak berperang tanpa alasan. sebagian ahli tafsir mengartikan qaa'idiin di sini sama dengan arti qaa'idiin Maksudnya: yang tidak berperang karena uzur..

Secara konteks kalimat bahwa ayat ini adalah yang mengisahkan tentang perbedaan kedudukan disisi Allahantara orang yang berjihad (perang) dengan orang yang tidak ikut berjihad dijalan Allah.Depag RI dalam al-Qur’an terjemah (1430 H) pada foot notsurat Ali Imran, 3:142, menerangkan bahwa: Jihad dapat berarti: (1) Berperang untuk menegakkan Islam dan melindungi orang-orang Islam; (2) Memerangi hawa nafsu; (3) Mendermakan harta benda untuk kebaikan Islam dan umat Islam; (4) Memberantas yang batil dan menegakkan yang hak. Jika demikian, terjemahan pada ayat ini dapat digolongkan kepada terjemahan harfiyah, karena penerjemah hanya memberi padanan secara translitrasi dan makna jihad pada ayat ini terasa umum dan mengambang.

4.6.2 Isim Fā’il /ﻦﻳﺪﻬﺠﻤﻟﺍ/Al-Mujāhidīna

Karena kata al-Mujāhiduna dengan al-Mujāhidīna adalah sama atau serupa, hanya berbeda kedudukan dalam struktur kalimat pada ayat ini dan juga pada ayat yang sama serta


(2)



















/ Lā yastawi l-qā’idūna min l-mu’minīna gairu uli ḍ-ḍarari wa l-mujāhidūna fī sabīli l-lāhi biamwālihim wa anfusihim, faḍḍala l -lāhu l-mujāhidīna biamwālihim wa anfusihim ‘ala l-qā’idīna darajatan wa kullan wa ‘ada l-lāhu l-ḥusnā wa faḍḍala l-lāhu l-mujāhidīna ‘ala l-qā’idīna ajran ‘aẓ īman/ Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan Uorang-orang yang berjihadU dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk[340] satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan Uorang-orang yang berjihadU atas orang yang duduk[341] dengan pahala yang besar, (QS. An-Nisa, 4:95).









/ Wa lanabluwannakum ḥattā na’lamu l -maujāhidīna minkum wa ṣ-ṣabirīna wa nabluwa akhbārakum./ Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui Uorang-orang yang berjihadU dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.(QS: Muhammad, 47:31)


(3)

BAB V

di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus.

PENUTUP 5.1 Pengenalan

Skripsi ini telah mengkaji kata jihad dalam Terjemahan al-Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia: analisis strategi penerjemahan. Untuk mencapai tujuan penelitian ini peneliti telah menggunakan beberapa teori yang dipilih secara elektik (mengikut keperluan). Pertama teori strategi penerjemahan oleh Newmark seperti yang telah diringkaskan Syihabudin (2002), kedua, menggunakan teori Manna’ Khalil al-Khaṭṭan (2009) edisi terjemah.

5.2 Dapatan Kajian

5.2.1 Strategi Penerjemahan Kata Jihad Dalam Bentuk Fi’il Maḍi

5.2.2 Strategi Penerjemahan Kata Jihad Dalam Bentuk Fi’il Muḍāri’ Strategi Penerjemahan Terjemahan Surat dan Ayat Transliterasi Kata

Harfiyah Berjihad Qs (9:19), (29:6) Jāhada

ﺪﻫﺎﺟ

Komunikatif/Tefsiriyah Memaksa Qs (28:8), (31:15) Jāhadāka

كاﺪﻫﺎﺟ

Harfiyah Berjihad

Qs (2:218), (3:142), (8:72-74-75), (9:16-20-88), (16:110), (29:69)

Jāhadū

اوﺪﻫﺎﺟ

Harfiyah Berjihad Qs (61:11) Tujāhidūna

نوﺪﻫﺎﲡ

Harfiyah Jihadnya Qs (29:6) Yujāhidu

ﺪﻫﺎﳚ

Harfiyah Berjihad Qs (9:44), (9:81) Yujāhidū

اوﺪﻫﺎﳚ

Harfiyah Mereka Berjihad Qs (5:45) Yujāhidūna

نوﺪﻫﺎﳚ


(4)

5.2.3 Strategi Penerjemahan Kata Jihad Dalam Bentuk Fi’il Amar

5.2.4 Strategi Penerjemahan Kata Jihad Dalam Bentuk Isim Masdar

5.2.5 Strategi Penerjemahan Kata Jihad Dalam Bentuk Isim Fā’il

5.3Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kata jihad dalam al-Qur’an diterjemahkan oleh penejemah dengan menggunakan strategi penerjemahan harfiyah, semantis, komunikatif dan tefsiriyah. Pada Bab V bagian 5.2 dapat dilihat bahwa strategi penerjemahan cenderung menggunakan strategi penerjemahan harfiyah.

Harfiyah & Semantis

Berjihadlah

(melawan) Qs (9:73) Jāhidi

ﺪﻫﺎﺟ

Komunikatif/Tafsiriyah Perangilah QS 66:9 Harfiyah

Berjihadlah terhadap

mereka Qs (66:9)

Jāhidhum

ﻢﻫﺪﻫﺎﺟ

Harfiyah

Berjihadlah Kamu

Qs (25:52), (9:41),

(9:86), (22:78) Jāhidū

اوﺪﻫﺎﺟ

Komunikatif/Tafsiriyah Sungguh-sungguh Qs (5:53), (16:38),

Jahda

ﺪﻬﺟ

Komunikatif/Tafsiriyah

Dengan segala

kesungguhan (6:109)

Semantis Sekuat-kuat (24:53 & 35:52) Semantis

Sekedar

kesanggupannya Qs (9:79) Juhdahum

ﻢﻫﺪﻬﺟ

Semantis Berjihad Qs (9:24) Jihādin

دﺎﻬﺟ

Harfiyah Jihad Qs (25:52)

jihādan

ادﺎﻬﺟ

Semantis Berjihad 60:1

Harfiyah Jihad Qs (22:78) jihādihi

ﻩدﺎﻬﺟ

Harfiyah

Orang-orang yang berjihad

Qs (4:95)

Al-mujāhidūna

نوﺪﻫﺎﻟا

Qs (4:95), (4:95),

(47:31)


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Warson Munawwir. (1984). al-Munawwir kamus Arab-Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Progressif

Ali al Jarimi, Musthafa Amin. (1951). ﺔﺤﺿﺍﻮﻟﺍ ﺔﻏﻼﺒﻟﺍ Mesir: Darul Ma’arif.

Bungin, Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana

Dewan Penerjemah al-Quran. (1430 H). al-Quran dan Terjemahnya. Madinah: Komplek Percetakan Al-Quran Raja Fahad.

Ismail Lubis. (2001). Falsifikasi Terjemahan al-Quran Departemen Agama Edisi 1990.

Yokyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI Luring). (2008). Kairo-Mesir: Dikti RI.-Pusat Bahasa. Muhammad Fu’ad Abdul Baqi. (1428 H). al-Mu’jamul Mufarras li ‘alfazil Qur’an. Kairo-Mesir: Darul Hadiṡ

Manna’ Khalil al-Qaṭṭan. (1393 H). Mabahis fi ‘ulumi al-Quran. ttp.: tp.

Manna’ Khalil al-Qaṭṭan. (2009) Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an /Edisi Terjemah. Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa.

M. Husnan Lubis. (2004).Tesis:Pemilihan Kata Bahasa Indonesia Yang Asalnya Bahasa Arab Dalam Tiga Teks Terjemahan Al-Quran Bahasa Indonesia: Analisis Perbandingan Dan Strategi Penterjemahan. Pulau Pinang-Malaysia.

---. (2008). Pengantar Ilmu Terjemah. Medan: Bartong Jaya.

M. Rudolf Nababan. (2003). Tiori Menerjemahkan Bahasa Inggris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(6)

Syihabuddin. (2002)Teori Dan Praktek Penerjemahan Arab-Indonesia. Bandung: Dikti. Suhendra Yusuf. (1994). Teori Terjemah: Pengantar ke-Arah Pendekatan Linguistik dan SosioIiunguistik. Bandung: Mandar Maju.