Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Jual Daging Sapi di Pasar Tradisional Kota Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Kandungan Gizi Daging Sapi
Daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk
hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak
menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya. Otot merupakan
komponen utama penyusun daging, otot hewan berubah menjadi daging setelah
pemotongan karena fungsi fisiologisnya telah terhenti. Faktor yang mempengaruhi
kondisi ternak sebelum pemotongan akan mempengaruhi tingkat konversi otot
menjadi daging dan juga kualitas daging yang dihasilkan (Soeparno, 2005).
Tabel 2. Komposisi Kandungan Gizi Daging Sapi
No.

Komponen Gizi

Satuan

Kandungan Gizi

(per 100 g Daging Sapi)

1.

Kolesterol

Mg

55-66

2.

Protein

g

23,2

3.


Lemak

g

2,8

4.

Energi

KJ

498

5.

Vitamin A

mcg


< 5,0

6.

Vitamin B12

mcg

2,5

7.

Riboflavin

mg

0,18

8.


Calcium

mg

4,5

9.

Iron

mg

1,8

10.

Phospor

mg


215

11.

Sodium

mg

51,0

Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, 2009

Universitas Sumatera Utara

Daging sebagai bahan makanan memiliki komponen utama otot lemak
intramuskuler, sejumlah jaringan ikat serta pembuluh darah epitel dan syaraf.
Daging merupakan sumber utama untuk mendapatkan asam amino esensial.
Daging sapi mengandung asam amino leusin, lisin, dan valin yang lebih tinggi
daripada daging babi atau domba (Lawrie, 2003).
Menurut


Winarno

(1999),

lemak

sapi

separuhnya

terdiri

dari

monounsaturated atau lemak tak jenuh tunggal tetapi sisa seluruhnya terdiri atas

lemak jenuh sehingga bersifat kurang baik. Sementara Soeparno (2005)
menyatakan bahwa kandungan lemak pada daging menentukan kualitas daging
karena lemak menentukan cita rasa dan aroma daging.

Kelebihan daging sapi selain cita rasanya yang enak, juga memiliki kaitan
dengan aspek budaya yang seringkali tidak dapat disubstitusi oleh daging lainnya.
Bahkan pada hari-hari besar keagamaan, permintaan akan daging sapi masih tetap
tinggi walaupun harganya meningkat tajam (Ilham, 2006).
2.1.2. Jumlah Daging Sapi yang Dijual
Jumlah daging sapi yang dijual (penawaran) daging sapi dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang di antaranya adalah populasi sapi dan kualitas sapi. Kualitas
sapi yang baik akan tercermin dari berat per ekor dan persentase karkas yang
semakin tinggi. Upaya peningkatan kualitas sapi identik dengan peningkatan
produktivitas daging sapi. Semakin besar populasi dan semakin tinggi
produktivitas daging sapi maka kemampuan penyediaan daging sapi akan
cenderung semakin tinggi. Tingkat keberhasilan pemerintah dalam program
peningkatan populasi dan kualitas sapi pada akhirnya akan menentukan tingkat
keberhasilkan program nasional swasembada daging sapi. Populasi sapi tersebar

Universitas Sumatera Utara

di berbagai wilayah Indonesia dan di berbagai peternakan sapi dengan jumlah
yang variatif (Ditjennak, 2010).
Jumlah daging sapi yang harus disediakan, ditentukan oleh kebutuhan

konsumsi daging sapi penduduk secara nasional. Sementara kebutuhan konsumsi
daging sapi nasional ditentukan oleh jumlah penduduk dan konsumsi daging sapi
per kapita masyarakat Indonesia (Dwiyanto, 2008).
2.1.3. Harga Beli Daging Sapi
Daging sapi merupakan produk dari ternak sapi potong. Kenaikan harga
pada ternak sapi akan mempengaruhi penawaran ternak sapi. Harga beli daging
sapi ditentukan oleh jumlah produksi daging sapi yang diperoleh dari pemotongan
ternak sapi (Putong, 2010).
Sementara Ensminger (1976) dalam Maharany (2002) menyatakan bahwa
khusus untuk komoditi peternakan, harga ditentukan oleh jumlah suplai ternak,
permintaan konsumen, variasi biaya pemasaran dan kebijaksanaan pemerintah.
2.1.4. Harga Daging Kambing
Pindyck dan Daniel (2003) menyatakan bahwa dua barang disebut sebagai
substitusi jika kenaikan pada harga yang satu mengakibatkan kenaikan jumlah
permintaan untuk yang lain. Kemudian dijelaskan oleh Kariyasa (2005) dalam
penelitiannya yang berjudul “Analisis Penawaran dan Permintaan Daging Sapi di
Indonesia Sebelum dan Saat Krisis Ekonomi: Suatu Analisis Proyeksi
Swasembada Daging Sapi 2005” bahwa daging ayam merupakan barang
komplementer dari daging sapi, sementara komoditas ikan, telur dan daging
kambing merupakan barang subsitusi dari daging sapi.


Universitas Sumatera Utara

2.2. Landasan Teori
2.2.1. Teori Harga Jual
Menurut Supriyono (2001), harga jual adalah jumlah moneter yang
dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atas barang yang dijual. Harga
jual menunjukkan jumlah uang yang diperlukan untuk memperoleh sejumlah
barang yang diinginkan.
Penawaran adalah berbagai jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual
pada suatu tingkat harga tertentu yang menganggap hal-hal lain sama. Permintaan
adalah jumlah barang yang diminta pembeli pada tingkat harga tertentu dengan
asumsi hal-hal lainnya sama. Pertemuan antara kurva penawaran dan permintaan
menghasilkan suatu keseimbangan yang menunjukkan besarnya harga (harga
jual). Bentuk pasar yang dihadapi produsen dan konsumen juga sangat
mempengaruhi keseimbangan harga pada kurva penawaran dan permintaan.
Carter dkk (2004) menyatakan bahwa

kebijakan


penentuan harga

jual oleh produsen idealnya memastikan pemulihan atas semua biaya dan
mencapai laba yang diinginkan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh
Magdalena (2010), bahwa faktor yang menjadi perhatian khusus bagi produsen
dalam penentuan harga jual adalah biaya. Dalam penentuan harga jual, faktor
biaya digunakan sebagai batas bawah karena dalam kondisi wajar harga jual harus
dapat menutup semua biaya yang bersangkutan dengan produk dan dapat
menghasilkan laba yang diharapkan. Maka dapat diasumsikan bahwa harga jual
yang ditetapkan harus lebih tinggi dari total biaya yang telah dikeluarkan supaya
menguntungkan bagi produsen.

Universitas Sumatera Utara

2.2.2. Teori Penawaran
Penawaran adalah jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual/produsen
pada berbagai tingkat harga pada waktu tertentu. Hukum penawaran menyatakan
bahwa apabila harga naik maka jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual akan
meningkat dan sebaliknya jika harga turun maka jumlah barang yang ditawarkan
juga akan turun dengan asumsi faktor-faktor lain dianggap tetap (Aziz, 2003).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran, yaitu:
1. Harga Komoditi Itu Sendiri
Terjadi hubungan yang positif antara harga komoditi dengan jumlah yang
ditawarkan. Hal ini berarti semakin tinggi harga komoditi tersebut maka akan
semakin besar jumlah yang ditawarkan, ceteris paribus. Bila harga komoditi
tersebut meningkat maka keuntungannya akan bertambah. Itu sebabnya
produsen akan menambah jumlah komoditi yang akan ditawarkan untuk
memperbesar keuntungan yang diperoleh (Djojodipuro, 1991).
2. Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan salah satu faktor yang menentukan besarnya
tingkat produksi. Semakin tinggi harga faktor-faktor produksi, maka akan
mengakibatkan semakin tingginya biaya produksi, sehingga menjadi kendala
untuk meningkatkan jumlah produksi. Hal ini dapat mengakibatkan semakin
rendahnya penawaran suatu barang. Demikian sebaliknya, jika harga faktorfaktor produksi menurun mengakibatkan biaya produksi menjadi rendah,
sehingga perusahaan akan lebih untung dengan memproduksi dalam jumlah
yang besar. Ini dapat mengakibatkan jumlah penawaran suatu barang akan
meningkat (Bangun, 2007).

Universitas Sumatera Utara

3. Tujuan Perusahaan
Pada umumnya perusahaan akan berusaha memaksimumkan keuntungan,
sehingga mereka akan memanfaatkan kapasitas produksinya pada tingkat
kapasitas yang memaksimumkan keuntungannya. Meskipun demikian, ada
perusahaan yang melakukan kegiatan yang lebih mementingkan faktor
keselamatan dan tidak mau terlalu menantang resiko. Di samping itu, ada pula
perusahaan pemerintah yang lebih menekankan pencapaian produksi yang
maksimal daripada keuntungan yang maksimal. Dengan demikian, perbedaan
tujuan perusahaan menimbulkan pengaruh yang berbeda pada penentuan
tingkat produksi, sehingga penawaran suatu komoditi akan berbeda-beda
sifatnya tergantung pada tujuan perusahaan (Sugiarto dkk, 2000).
4. Harga Barang Substitusi
Apabila terjadi peningkatan harga terhadap suatu produk subtitusi maka akan
meningkatkan jumlah penawaran komoditi. Hal ini disebabkan adanya
hubungan elastisitas penawaran yang negatif antara komoditas dengan produk
subtitusinya.
5. Tingkat Teknologi
Teknologi yang digunakan oleh produsen akan untuk menurunkan biaya
produksi dan meningkatkan keuntungan. Artinya, semakin berkembang teknologi
yang digunakan dalam suatu proses produksi maka semakin besar kemampuan
memproduksi dan menawarkan komoditi tersebut, dengan anggapan asumsi

faktor-faktor lain dianggap tetap (Lipsey, 1995).

Universitas Sumatera Utara

2.2.3. Teori Elastisitas Penawaran
Elastisitas penawaran adalah tingkat perubahan penawaran atas komoditi
yang diakibatkan karena adanya perubahan harga komoditi tersebut. Elastisitas
penawaran terhadap harga mengukur seberapa banyak penawaran komoditi
berubah ketika harganya berubah (Sukirno, 2003).
Menurut Sugiarto dkk (2000), terdapat dua faktor yang sangat penting
dalam menentukan elastisitas penawaran, yaitu:
1. Sifat Perubahan Biaya Produksi
Penawaran suatu komoditi merupakan penawaran yang tidak elastis bila
kenaikan penawaran hanya dapat dilakukan dengan mengeluarkan biaya
tambahan yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena:
a. Kapasitas telah mencapai tingkat yang tinggi sehingga untuk menambah
produksi harus dilakukan investasi baru.
b. Faktor-faktor produksi yang diperlukan untuk menaikkan produksi sangat
sukar diperoleh.
Sebaliknya penawaran suatu komoditi merupakan penawaran yang elastis bila
tambahan penawaran dapat dilakukan dengan mengeluarkan biaya tambahan
yang rendah.
2. Jangka Waktu Analisis
Dalam menganalisis pengaruh waktu kepada elastisitas penawaran dibedakan
menjadi tiga jangka waktu yaitu:
a. Masa amat singkat. Dalam masa yang amat singkat, para penjual tidak
dapat menambah penawarannya sehingga dengan demikian penawarannya
bersifat tidak elastis sempurna.

Universitas Sumatera Utara

b. Jangka pendek. Dalam jangka pendek kapasitas alat-alat produksi yang ada
tidak dapat ditambah, tetapi setiap perusahaan masih dapat menaikkan
produksi dengan kapasitas yang tersedia dengan cara menggunakan faktorfaktor produksi termasuk modal secara intensif.
c. Jangka panjang. Dalam jangka panjang, produksi dan jumlah komoditi
yang ditawarkan dapat dengan mudah ditambah dan oleh karenanya
penawaran bersifat elastis.
2.3. Kerangka Pemikiran
Daging sapi merupakan salah satu pangan yang termasuk dalam komoditi
pangan strategis di Indonesia. Daging sapi diupayakan untuk ditingkatkan
produksinya agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena daging sapi telah
menjadi indikator ketahanan pangan nasional. Namun perkembangan produksi
daging sapi tidak dapat mengimbangi peningkatan jumlah penduduk. Peningkatan
jumlah penduduk akan sejalan pula dengan terjadinya peningkatan konsumsi
daging sapi. Akibatnya harga jual daging sapi meningkat di pasaran. Maka perlu
dilakukan kajian untuk menjaga kestabilan harga daging sapi demi terjangkaunya
harga daging sapi di kalangan masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, dapat
disusun suatu kerangka pemikiran bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi harga
jual daging sapi adalah jumlah daging sapi yang dijual, harga beli daging sapi dan
harga daging kambing. Ilustrasi kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 1.

Universitas Sumatera Utara

Jumlah Daging Sapi
yang Dijual

Harga Beli
Daging Sapi

Harga Jual
Daging Sapi

Harga Daging
Kambing
Keterangan :
: Menyatakan Pengaruh

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Harga Jual Daging Sapi di Pasar Tradisional Kota Medan.

2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, maka hipotesis dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Terdapat peningkatan harga jual daging sapi di pasar tradisional Kota Medan
selama lima tahun terakhir.
2. Terdapat pengaruh jumlah daging sapi yang dijual, harga beli daging sapi dan
harga daging kambing terhadap harga jual daging sapi di pasar tradisional
Kota Medan.
3. Penawaran daging sapi di Kota Medan bersifat inelastis.

Universitas Sumatera Utara