Pengaruh Tata Ruang Dan Lingkungan Rumah Sakit Terhadap Kenyamanan Pasien Se Menerima Perawatan Di Rsu Dr. R.M. Djoelham Binjai Tahun 2012

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Faktor-faktor Penggunaan dan Pengelolaan Tata Ruang dan Lingkungan
Rumah Sakit
Rumah sakit (hospital) dalam arti sebenarnya adalah suatu tempat tinggal di
mana orang yang dinyatakan sedang sakit diperiksa, diobati, untuk kemudian dirawat
supaya mendapat kepulihan dari penyakit yang diderita. Tidak semua pasien yang
diobati atau dirawat mendapat kepulihan penyakitnya, justru ada juga yang semakin
parah lalu meninggal dunia. Rumah sakit idealnya dikelola oleh setidak-tidaknya
kelompok dokter, kelompok perawat dan bidan, kelompok pelayanan diagnostik,
pelayanan terapi khusus, pelayanan ambulan, pelayanan kerohanian dan pelayanan
katering / gizi. Semua mereka diawasi secara ketat oleh pemerintah untuk melindungi
konsumen (pasien) supaya tidak mendapat dampak negatif dari masalah malpraktek.
Pernyataan ini diresume dari UU RI No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
2.1.1. Faktor Tata Ruang
Faktor tata ruang adalah penampilan fisik tata letak dari ruangan-ruangan dan
fasilitas-fasilitas yang ada di rumah sakit. Tata ruang yang baik ditujukan untuk
memberi kenyamanan yang optimal pada penghuni atau pengguna fasilitas. Tata
ruang suatu rumah sakit misalnya, dikatakan baik bila disediakan sesuai dengan
standar-standar yang disediakan oleh pihak pengendali standar perumah sakitan yaitu

Departemen Kesehatan. Pernyataan ini diresume dari Kepmenkes RI No.
1203/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Universitas Sumatera Utara

Bila dilihat dari sudut pemasaran jasa rumah sakit, dinyatakan oleh
Parasuraman dkk bahwa faktor tangibilitas (tangibility) itu adalah penting. Pihak
pengguna jasa rumah sakit secara umum akan selalu menilai tata ruang dan fasilitas
bangunan sebagai suatu aspek dari penentu mutu pelayanan jasa di rumah sakit
tersebut. (Kotler;2000).
Tata ruang itu dapat diulas melingkupi aspek-aspek :
(1). Pandangan mata terhadap bentuk bangunan, apakah serasi dengan selera dari
pihak masyarakat yang ada di sekitar bangunan.
(2). Tata letak bangunan dibuat bertingkat atau melebar di suatu lahan yang cukup
luas dengan berbagai macam konsekwensi negatif atau positif. Pada ruangan
yang tertata pada rumah mendatar (tidak bertingkat) lebih memudahkan
transportasi atau mobilitas orang sakit dari suatu ruangan ke ruangan lain. Bila
gedung bertingkat mobilitas dan transportasi itu dapat terganggu bila terlalu
tinggi, terlalu terjal atau sistem lift yang selalu terganggu oleh arus listrik
yang labil.

(3). Suhu yang terkendali di dalam ruangan sehingga sesuai dengan kebutuhan
orang sakit.
(4). Luas ruangan yang rata-rata tidak terlalu padat penghuni. Bila ruangan terlalu
padat, konsekwensinya akan menimbulkan rasa tidak nyaman.

Universitas Sumatera Utara

(5). Ventilasi ruangan perlu diperhatikan kecukupannya karena ventilasi dapat
menimbulkan suasana dalam ruangan pengap, terasa sesak dan lain-lain.
(6). Aspek penerangan di dalam ruangan dapat menimbulkan kesan psikologis
buruk bagi penghuninya bila terlalu gelap atau terlalu silau. Silau di siang hari
perlu dapat diredupkan dengan pemasangan kain jendela atau kaca yang
gelap. Penerangan yang redup dapat dikoreksi dengan pemakaian lampu
dengan watt yang sesuai.
(7). Suplai air minum dan air mandi juga merupakan hal yang penting karena dapat
memberikan efek kemudahan atau kesulitan pada sistem kebersihan di dalam
ruangan orang sakit.
2.1.2. Aspek-aspek Faktor Lingkungan Rumah Sakit
Faktor lingkungan di dalam suatu lokasi rumah sakit adalah multi komplek.
Faktor lingkungan sendiri berarti apa saja yang dikondisikan oleh apa saja yang ada

di lingkungan tertentu. Bila dikaitkan dengan rumah sakit maka faktor lingkungan itu
dapat berupa masalah-masalah :
1. Lingkungan Fisik seperti temperatur, ukuran luas lantai, tinggi ruangan,
kelicinan latai, masalah suplai air, kelembaban udara, ventilasi bangunan dan
lain-lain.
2. Lingkungan Kimia seperti bau dari kamar mandi, paparan dari alergen
3. Lingkungan Biologis seperti serangga, tikus, nyamuk, lalat, lipas dan lainlain

Universitas Sumatera Utara

4. Lingkungan Sosial seperti kehadiran orang lain di ruangan tempat dirawat,
perawat, dokter dan lain-lain
5. Lingkungan Psikologis seperti suasana lingkungan banyaknya orang sakit,
ketinggian bangunan tempat pasien dirawat, disiplin ruang rawat inap.
Prinsip lingkungan hidup (Darpito; 2000)
Dari semua faktor lingkungan tersebut, faktor yang menonjol dapat
diobservasi dimiliki oleh RSU Dr. Djoelham adalah adalah masalah bau, masalah
ketinggian, kesesakan hunian dan masalah kebisingan kendaraan di depan rumah
sakit. Terhadap faktor lingkungan tersebut : (1) bau; (2) ketinggian dan (3) bising
suara akan diteliti bagaimana tanggapan pasien terhadap kenyaman yang mereka

alami. Faktor lain diabaikan karena pada penelitian awal dicermati tidak menonjol.
Pendapat ahli mengenai aspek lingkungan di rumah sakit khusus mengenai
hal-hal yang biasa terpapar di sana dikaitkan dengan penggunaan dan pengendalian
terhadap : suara bising dari mesin-mesin, polusi udara dengan bau tidak nyaman, zat
kimia dan ventilasi dan temperatur di lingkungan rumah sakit, serta hal-hal lain
terkait pelayanan kesehatan. Upaya yang dipertanggung jawabkan pada pihak
pengelola adalah pengendalian : (1) kebersihan lingkungan dan ruangan, (2) ventilasi
ruangan, (3) polusi udara oleh bau-bau kimiawi, (4) paparan bising suara dari mesinmesin, (5) radiasi kalau ada, (6) penyebaran uap-uap zat yang mudah terbakar. Semua
hal-hal tersebut perlu dicermati dan diproteksi supaya tidak mengganggu kenyamanan
pasien. (Rowland and Rowland; 1984).

Universitas Sumatera Utara

Masalah kesehatan lingkungan juga menjadi bagian yang dijadikan target oleh
Pemerintah melalui peraturan pengolan limbah padat dan limbah cair yang harus
diterapkan di lingkungan rumah sakit. Faktor keselamatan dan kenyamanan pasien,
rumah sakit dan lingkungan, sebenarnya jauh hari sudah dilindungi dari masalah yang
dapat mencederai semua orang di lingkungannya, tapi tidak semua pengelolaan
tersebut sudah dalam taraf mampu membuat rasa nyaman pada pasien.
Hal yang dapat langsung mengganggu kenyaman pasien sebenarnya bukan

hanya bising suara, tapi juga bau-bauan zat kimiawi dan uap limbah, lantai licin dan
kotor, ketinggian tempat unit rawat inap pada beberapa kasus. Pemeriksaan tingkat
pengaruh lingkungan di RSU Dr. Djoelham pada penelitian ini akan dibatasi hanya
terhadap masalah yang potensil ada di lingkungan tersebut.
2.1.3. Ukuran Kualitatif dan Kuantitatif Tata Ruang dan Lingkungan Rumah
Sakit
Perihal parameter tentang lingkungan rumah sakit, Pemerintah RI melalui
Kepmenkes RI No.: 1204 /Menkes/ SK / X / 2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit. Pada buku panduan yang diterbitkan oleh Dirjen
Penyehatan Lingkungan Dijen PP & L Depkes tersebut dipaparkan nilai-nilai
kuantitatif dari parameter-parameter lingkungan rumah sakit. Semua diatur /
distandarisasi oleh pemerintah (Kepmenkes RI; 2006).
Parameter-parameter yang dicermati sebagai indikator penting pada
lingkungan rumah sakit secara “kualitatif” adalah :

Universitas Sumatera Utara

1. Penyehatan Ruang bangunan dan Halaman Rumah Sakit.
(1) Pada parameter ini diterangkan mengenai ada pagar pembatas rumah sakit
dan kelengkapannya digunakan khusus untuk keperluan kegiatan rumah

sakit. Arus lalu lintas pasien masuk dan keluar pasien dengan pintu masuk
dan keluar di buat terpisah. Pintu keluar masuk ambulans dari dan ke
rumah sakit di buat satu arah. Artinya ambulans masuk dari pintu pertama
lalu keluar dari pintu kedua.
(2) Pencahayaan di diruang kerja harus dapat di atur menurut keperluan unit
rawat inap supaya sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan diperlukan
pemakai ruangan
(3) Penghawaan dalam ruang bangunan harus memiliki aliran udara segar yang
memadai. Kondisi yang diperkirakan nyaman adalah hangat, tidak terlalu
dingin, tidak pengap karena polusi udara rokok dan bau-bauan gas lainnya.
(4) Ruangan terhindar dari bunyi (bising suara) yang mengganggu.
Mengganggu intensitas artinya tingkat kebisingan melebihi intensitas 45
atau 60 dBA (decibel). Kebisingan juga dapat disebabkan oleh jenis suara
yang monoton dan tidak nyaman dari sumber suara tertentu termasuk
percakapan tamu-tamu yang sering berlangsung seperti di pasar pagi.
(5) Halaman dari RS terbebas dari masalah timbunan sampah yang
memungkinkan terjadi infeksi silang (nosokomial). Halaman itu terbebas
dari kemungkinan kebakaran akibat timbunan bahan bakar atau jumlah

Universitas Sumatera Utara


kendaraan parkir yang padat. Mobilitas dari kendaraan parkir harus bebas
sewaktu-waktu ada bahaya mengancam.
Halaman RS harus dapat dipergunakan sewaktu-waktu, cukup luas sebagai
tempat briefing (berkumpul) dari pengunjung, bila ada masalah gempa
bumi ataupun kebakaran yang mengancam. Untuk memperlengkapi
masalah keselamatan pasien dan keselamatan kerja seperti ini, di RS
diwajibkan ada sistem safety rumah sakit yang memiliki cukup fire
hydrant, safety blanket, fire exringuisher , sistem pelatihan staf RS, fire

alarm, pintu kecemasan, tanda-tanda petunjuk serta halaman tempat
briefing area tersebut.

(6) Diterangkan lebih jauh bahwa rumah sakit terbebas dari polusi termasuk
asap rokok, debu, becek saluran air domestik terbuka dan yang bau. Di
tempat parkir, halaman, tempat ruang tunggu harus terbebas genangan air,
sampah domestik dan kotoran lain.
Ruangan dan lingkungan rumah sakit harus terbebas dari gangguan akibat
serangga seperti nyamuk, lalat, tikus, lipas. Lingkungan RS terbebas dari
kerumunan binatang domestik seperti kucing, ayam, bebek, anjing ataupun

binatang pengganggu lainnya.
(7) Gangguan pengunjung dapat terjadi akibat kelalaian petugas di dalam
mengendalikan arus dan waktu berkunjung ke ruang rawat inap. Pihak
keluarga yang berkerumun dapat mengganggu ketenangan istirahat pasien
yang sedang sakit. Untuk itu pihak rumah sakit membuat pembatasan jam

Universitas Sumatera Utara

berkunjung sesuai dengan jadwal yang diperkirakan nyaman buat pasien
dan petugas yang melayani.
(8) Gangguan keamanan di lingkungan rumah sakit dapat memberi efek yang
langsung atau tidak langsung pada pasien unit rawat inap. Gangguan
pencurian pada barang-barang pribadi pasien akan mengganggu rasa
nyaman yang dibutuhkan pasien di dalam proses penyembuhan
kesakitannya.
2. Konstruksi rumah sakit diberi parameter tentang :
(1) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata tapi tidak
licin, warna cerah dan mudah dibersihkan.
(2) Dinding harus kuat, berwarna terang, menggunakan cat tidak luntur serta
tidak menggunakan cat yang mengandung logam berat.

(3) Ventilasi dibuat cukup luas untuk menjamin proses aliran udara yang
nyaman. Luas ventilasi > 15 % luas lantai, atau bila ventilasi awal normal
tidak cukup, ruangan dilengkapi dengan peralatan pendingin atau kipas
angin.
(4) Atap harus kuat (tidak bocor), dan dilengkapi penangkal petir bila
ketinggiannya melebihi ukuran 10 meter.
(5) Langit-langit harus dibuat dari materi yang kuat, berwarna terang, mudah
dibersihkan. Ketinggian langit-langit > 2,70 meter dari lantai. Kerangka
langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus dibuat anti rayap.

Universitas Sumatera Utara

3. Jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas, listrik, sarana
komunikasi dan lain-lain memenuhi persyaratan teknis.
4. Instalasi listrik di RS Indonesia pada umumnya perlu didukung dengan power
suply alternatif yang cukup sewaktu-waktu aliran listrik PLN mati. Perlu

disediakan setidak-tidaknya genset dengan daya 100 KWH lebih untuk dapat
menunjang kegiatan RS minimal.
5. Sarana lalulintas pergerakan penghuni, pengunjung antar ruangan didesain

dengan kelengkapan petunjuk arah dan tata letak ruangan yang cukup dan
mudah terlihat Penggunaan tangga, elevator atau lift

harus tertata baik

dilengkapi oleh sarana pencegahan kecelakaan yang mudah dipahami oleh
pemakai sarana termasuk pengunjung RS.
6. Bangunan berlantai lebih dari 1 harus cukup dilengkapi pintu dan tangga darurat
kebakaran atau sistem kerekan manual yang mampu menurunkan penghuni dari
setiap lantai ke area briefing.
7. Ruangan harus dilengkapi dengan fasilitas komunikasi, alat-alat pemadam
kebakaran, racun api, kampak pemadam kebakaran (fire axe), fire blanket, dan
pipa hidran air pemadam kebakaran.
(Kepmenkes RI No 1204 ; 2006)
2.1.4. Perasaan Nyaman pada Diri Manusia
Perasaan nyaman (feeling of comfort) adalah kondisi emosi yang kualitasnya
menyenangkan individu. Kutipan Webster’s menuliskan arti harfiah comfort = “a

Universitas Sumatera Utara


feeling of relief or encouragement“. Artinya bahwa kenyamanan itu adalah perasaan

yang menyembuhkan atau memberikan penghiburan. (Webster’s Dictionary;2000).
Perasaan nyaman dapat diperoleh berdasarkan toleransi dari seseorang
terhadap nilai yang diperolehnya dari pengalaman yang dibandingkan dengan apa
yang ia harapkan. Perasaan nyaman setiap individu dapat berbeda – beda sekalipun
menilai suatu pengalaman yang serupa dalam pelayanan rumah sakit.
Bila seseorang dapat menoleransi apa yang ia peroleh dalam pengalaman,
dibandingkan dengan apa yang sebenarnya ia targetkan sebagai yang memuaskan,
maka individu tersebut dapat menyatakan ada kenyamanan. Faktor persepsi yang
terjadi di alam pikiran seseorang ketika menanggapi sesuatu dalam pengalamannya,
ketika dibandingkan dengan apa yang ia harapkan sebelumnya bernilai memuaskan,
maka individu itu memperoleh kenyamanan. Sebaliknya bila tanggapan itu bernilai
jauh dari apa yang diharapkan, maka individu tersebut mengalami kekecewaan.
Kekecewaan dapat disebut ketidak-nyamanan.
Terkait dengan nilai kenyamanan yang dijadikan sebagai variabel dependent
pada penelitian ini, kenyamanan itu ada, bila nilai perolehan pada pengalamannya
terpapar tata ruang dan lingkungan rumah sakit, dapat ditoleransi seimbang atau patut
seperti apa yang ia harapkan. Sebaliknya perasaan nyaman itu akan sirna bila nilai
dalam pengalaman di rumah sakit tidak sebanding dengan apa diharapkan
sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

2.1.5. Faktor Manusia adalah Sebagai Mahluk Penilai Kenyamanan
Kutipan mengenai karakteristik manusia dalam penelitian ini perlu diutarakan
secukupnya walau kemudian tetap tidak akan diperhitungkan ke dalam hitungan
statistik regresi multivariat. Manfaat dari pengutipan ini dipercaya membuka
wawasan ekstra yang perlu diperhitungkan dalam setiap penelitian perilaku ataupun
persepsi individu menanggapi objek tertentu. Pada umumnya penelitian sosial terkait
masalah persepsi dan komunikasi, variabel-variabel penentu yang tidak diikutkan ke
dalam hitungan statistik regresi disebut sebagai variabel pengantara (variabel
intervening). (Jalaludin; 1985)

Manusia adalah mahluk yang komplet di latar belakangi oleh konsep-konsep
psikologi. Konsepsi psikoanalisis mengatakan manusia adalah mahluk yang
digerakkan oleh keinginan-keinginan terpendam (homo volens). Teori behaviorisme
mengatakan manusia dipengaruhi oleh lingkungan (environment) – teori ini juga
menyebut manusaia homo mechaniscus. Teori manusia lain yaitu manusia sebagai
mahluk homo sapiens. adalah mahluk yang mampu mengolah stimuli berdasarkan
pengalaman sebelumnya. Bila manusia tersebut memakai pertimbangan yang beradab
dalam psikologi humanistis, maka manusia itu merumuskan strategi yang berimbang
sesuai dengan nilai falsafah yang ia miliki. Konsep ini

disebut homo ludens.

(Jalaludin; 1991).
Terkait dengan teori di atas tentang perangai, penyikapan apa yang dibuat
setiap individu sebelum melakukan suatu tindakan (perilaku), maka teori Precede
Model dari L. Green (1990) seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo menyatakan

Universitas Sumatera Utara

bahwa perilaku ditunjukkan oleh seseorang (termasuk menentukan pilihan)
adalah hasil proses dari faktor-fator fungsional yang ditulis seperti perumusan teori
tersebut di bagian berikut ini:
PRECEDE MODEL (GREEN, 1990)
Predisporing Factors

Enabling Factors

Behavior

Reinforcing Factors

Gambar 2.1. Preced Model (L.Green)
Dikutip dari (Notoatmodjo 2010)

Gambar di atas dapat dirumuskan dalam bentuk rumus matematik sebagai
berikut :
B = f (Pd, Ef, Rf)

B
f
Pf
Ef
Rf

= Behavior (Perilaku) sebagai variabel terikat
= Fungsi
= Predisposing factors
= Enabling factors
= Reinforcing factors
Menurut perumusan di atas bahwa variabel terikat perilaku (B = behavior )

adalah fungsi multivariat dari Pf (Predisposing factors), Ef (Enforcing factors) dan
Rf (Reinforcing factors). (Notoatmodjo, 2010)

Universitas Sumatera Utara

Konsep perilaku yang diaplikasikan pada penelitian ini adalah konsep
kenyamanan. Kenyamanan tersebut adalah kenyamanan dari hasil penyimpulan yang
dibuat responden mencermati kondisi yang dialami ketika menjalani proses tinggal
dan dilayani di RSU Dr. Djoelham Binjai. Aspek aspek yang diduga menciptakan
kondisi yang dialami tersebut adalah kondisi dari tata ruang bangunan dan aspek
lingkungan di rumah sakit. Kesimpulan itu sesungguhnya disimpan di dalam memori
dan siap dipanggil ulang. Kalau seseorang merasa perlu membuat suatu keputusan
memakai kembali jasa rumah sakit tertentu, informasi yang dimiliki tentang rumah
sakit tersebut dapat digunakan menjadi bahan pertimbangan. Indikator persepsi
kenyamanan yang ia miliki bila positif, dapat dibaca ketika ia melakukan kunjungan
ulang.
Faktor-faktor berpengaruh di dalam penilaian stimulus – stimulus lingkungan
(eksternal),

menurut Green adalah faktor predisposisi (demografis), faktor

pendukung yang memampukan (enabling),

faktor pendorong yang menguatkan

(enforcing) dan faktor yang penguat ulang (reinforcing). Faktor-faktor proceeding
tersebut berperan dalam diri individu untuk untuk menjustifikasi tindakan apa yang
kemudian ia lakukan. (Notoatmodjo; 2004).
Di dalam perubahan perilaku, banyak model yang diungkapkan para
psikologis untuk dicermati. Teori jarum hipodermis yang menyatakan bahwa manusia
adalah ibarat target dari bombardir stimulus-stimulus eksternal, akan berubah
perilaku sesuai dengan toleransinya terhadap stimulus-stimulus tersebut. Teori ini
diperjelas oleh teori agenda setting dan goal keeping bahwa manusia itu memiliki

Universitas Sumatera Utara

daya memilih apa yang ia agendakan di dalam tujuan falsafah hidupnya. Bila stimulus
atau pesan yang ia terima sesuai dengan persepsinya, individu memilih pesan itu
sebagai pedoman, tetapi bila pesan itu tidak sesuai, ia dapat menolak dan mencari
alternatif. (Jalaludin; 1991).
Di dalam aplikasi penelitian ini, terciptanya nilai nyaman atau tidak nyaman
yang dipersepsi individu pasien tentang keberadaan tata ruang dan lingkungan rumah
sakit, setiap individu pasien bebas menentukan pilihannya menurut pertimbangan
nilai-nilai proceeding yang ia miliki sendiri.

2.2. Perbandingan Tata Ruang dari 2 (dua) Rumah Sakit di Binjai
Rumah Sakit Umum Dr. Djoelham di masa lalu terdiri dari 2 bangunan awal
yaitu bangunan depan untuk menerima pasien di bagian registrasi kunjungan, ruangan
pemeriksaan oleh menteri kesehatan, ruangan pemeriksaan oleh dokter, ruangan
verban, ruangan suntik dan ruangan laboratorium terutama pemeriksaan darah rutin
dan pemeriksaan mikroskopik terhadap spesimen lainnya.
Pada masa lalu di era 1960 an, kondisi itu dapat dipertahankan seperti itu
karena jumlah orang yang berobat juga belum berapa banyak, sementara status rumah
sakit adalah rumah sakit pembantu di tempatkan di lokasi yang sepi, banyak
rerimbunan pohon yang teduh di sudut kota, dilokasi di mana RSUD Djoelham
berada sekarang. Pada masa tersebut RS cukup hening, dapat memberikan suasana
nyaman sementara jalan raya yang berada di depannya masih sangat jarang dilalui
oleh kendaraan bermotor.

Universitas Sumatera Utara

Menurut pengamatan peneliti bahwa tata ruang dari rumah sakit tersebut
sudahlah memadai memenuhi persyaratan arsitektur standar rumah sakit yang ada di
daerah karena izin pendirian dari suatu RS milik pemerintah kota seharusnya telah
melalui pemeriksaan yang ketat. Pencermatan ini dibuat berdasarkan pengalaman
mencermati beberapa rumah sakit modern masa kini yang ada di Binjai dan Sumatera
Utara pada umumnya. Tidak ada tata ruang yang dapat dikatakan terlalu buruk untuk
lulus memenuhi persyaratan minimal suatu rumah sakit. Pengecualian adalah masalah
kebisingan yang sungguh eksklusif tinggi dan tidak nyaman ada di ruangan rawat
inap dan perkantoran RS disebabkan jarak dari bangunan ke jalan raya utama kota
hanya beberapa meter.
Sebagai pesaing terdekat adalah RS. Bangkatan milik PTPN II dan RS.
Kesrem Binjai yang terletak tidak teralu jauh dari RSU Dr. RM. Djoelham, masih
tetap memakai bangunan yang ditinggalkan oleh perkebunan di zaman Belanda. RS
Bangkatan terlihat lebih hijau, lebih sepi dengan halaman yang lebih luas serta masih
menyisakan sejumlah pepohonan dan taman-taman yang tertata rapi.
Perbandingan kondisi tata letak dan lingkungan yang diterangkan di atas,
perlu dicantumkan. Diestimasi bahwa perbedaan nilai / mutu dari hal yang
diperbandingkan

tersebut

berperan

memberi

pengaruh

terhadap

nilai-nilai

kenyamanan pada masing-masing rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara

2.3. Penelitian Terdahulu
Referensi terdekat yang dapat di jumpai pada penelitian ini adalah milik
Muklis, FKM USU (2011) dengan judul Hubungan Desain Fisik dengan
Kenyamanan Instalasi Gawat Darurat di BPK RSUD Kota Langsa 2010.
Permasalahan mereka adalah penurunan angka kunjungan dari 10312 orang tahun
2007 menjadi hanya 3364 pada tahun 2008 penelitian ini dihubungkan pada masalah
kenyamanan pasien terhadap desain fisik berkenaan dengan suhu, cahaya, suara dan
kelembaban, dari hitung statistik chi kuadrat terhadap hasil kuesioner 97 orang
ditemukan bahwa ada hubungan bermakna dari masalah, suhu, cahaya, suara dan
kelembaban dengan kepuasan pasien.

2.4. Landasan Teori
Di rumah sakit ada 5 aspek penentu mutu pelayanan jasa yang dikatakan oleh
Parasuraman dan kawan-kawan. Prisnsip perhitungan dari terciptanya mutu, apakah
nyaman atau tidak nyaman tergantung pada bagaimana pihak pasien (pelanggan)
membuat penilaian. Ketika pihak pasien / pelanggan membuat penilaian tentang
mutu, ia menggunakan patokan harapan yang dimiliki sebagai tolok ukur. Hal yang
diukur adalah apa yang dirasakan pasien dalam pengalaman dilayani di sana. Bila
nilai (kualitas) dari pengalaman itu dapat mencapai keselarasan dengan tolak ukur
(harapan) yang dimiliki, kondisi emosi yang dirasakan adalah “nilai nyaman”.
Di dalam aplikasi teori dasar tersebut, tidak semua dari 5 aspek yang
dikatakan Parasuraman dkk ditelusuri pada penelitian ini. Peneliti membuat

Universitas Sumatera Utara

pembatasan penelitian hanya pada 1 aspek yaitu aspek tangibilitas. Aspek tersebut
melingkupi unsur-unsur tata ruang dan kondisi lingkungan saja. Alasan mengapa
pembatasan seperti itu dibuat adalah pertimbangan untuk membuat penelitan dapat
dilaksanakan menurut kemampuan dari peneliti sendiri.
Perasaan nyaman (feeling of comfort) seseorang adalah status emosi seseorang
sebagai akibat persepsi menilai apa yang ia alami pada saat tertentu adalah aman dan
menyenangkan atau sebaliknya. Perasaan nyaman dalam arti harfiah adalah suatu
perasaan yang mampu menenteramkan atau memberi semangat, sesuatu yang
membawa kebahagiaan, perasaan sejahtera, menghibur menguatkan pengharapan dll
(Websters’ Dictionary).

Universitas Sumatera Utara

2.5. Kerangka Konsep
Variabel Independent

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

TATA RUANG RS
Pandangan Mata
Bangunan Bertingkat
Suhu di Ruangan
Kepadatan Pasien
Ventilasi Ruangan
Penerangan
Suplai Air Bersih

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

LINGKUNGAN RS
Gangguan Bising Suara
Bau Polusi Udara
Temperatur Ruangan
Kebersihan Ruangan
Gangguan Serangga
Gangguan Pengunjung
Gangguan Keamanan

Variabel Dependent

RASA NYAMAN
Dipersepsi pasien
(responden)

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara