Gambaran Perilaku Diet Penurunan Berat Badan Anggota Fitness Center New Life Gym Lippomall Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku
Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang
sangat luas. Dari segi biologis, perilaku merupakan aktivitas organisme yang
mempunyai bentangan yang luas. Menurut Sarwono (1993), perilaku manusia
merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.
Dengan demikian, perilaku adalah respons/reaksi seorang individu terhadap
sitimulus yang berasal atau dari dalam dirinya.
Para ahli mengatakan bahwa perilaku sama dengan tindakan atau
aktivitas yang dilakukan individu akibat adanya stimulus atau rangsangan dari
luar. Menurut Walgito (2003), perilaku itu sebagai aktivitas, aktivitas yang
merupakan manifestasi kehidupan psikis. Perilaku (aktivitas) yang ada dalam
individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari adanya
rangsangan yang mengenai individu itu. Perilaku merupakan jawaban terhadap
rangsangan yang mengenai dan perilaku organism itu tidak dapat lepas dari
pengaruh lingkungan dan organisme itu sendiri.

2.1.1 Bentuk Perilaku

Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap
rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut. Secara
garis besar bentuk perilaku ada dua macam (Notoatmodjo, 2007), yaitu:

9
Universitas Sumatera Utara

10

a. Perilaku pasif
Perilaku pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi di dalam diri
manusia dan tidak secara langsung dapat dilihat oleh orang lain, misalnya
berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Seperti seorang anggota
fitness tahu bahwa konsumsi kalori berlebihan dapat menyebabkan kegemukan.

Tetapi anggota fitness masih mengonsumsi kalori berlebih.
b. Perilaku aktif
Perilaku aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasikan secara
langsung. Misalnya anggota sudah bisa mengatur jumlah asupan kalori harian
sesuai kegiatan, sehingga berat badan tetap terjaga. Bloom yang dikutip oleh

Sarwono (1993), membedakan perilaku menjadi tiga, yaitu: perilaku kognitif
(yang menyangkut kesadaran atau pengetahuan), afektif (emosi), dan psikomotor
(tindakan/gerakan).

2.1.2 Domain perilaku
2.1.2.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan
seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan
tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Ada empat macam pengetahuan
(Widodo, 2006), yaitu:
a.

Pengetahuan Faktual (Factual knowledge)
Pengetahuan yang berupa potongan - potongan informasi yang terpisah-

pisah atau unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan

Universitas Sumatera Utara


11

faktual pada umumnya merupakan abstraksi tingkat rendah. Ada dua macam
pengetahuan faktual yaitu pengetahuan tentang terminologi (knowledge of
terminology) mencakup pengetahuan tentang label atau simbol tertentu baik yang

bersifat verbal maupun non verbal dan pengetahuan tentang bagian detail dan
unsur-unsur (knowledge of specific details and element) mencakup pengetahuan
tentang kejadian, orang, waktu dan informasi lain yang sifatnya sangat spesifik.
a.

Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan antara unsur-unsur

dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi bersama - sama.
Pengetahuan konseptual mencakup skema, model pemikiran, dan teori baik yang
implisit maupun eksplisit. Ada tiga macam pengetahuan konseptual, yaitu
pengetahaun tentang kelasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip dan
generalisasi, dan pengetahuan tentang teori, model, dan sruktur.
b.


Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuatu, baik yang bersifat

rutin maupun yang baru. Seringkali pengetahuan prosedural berisi langkahlangkah atau tahapan yang harus diikuti dalam mengerjakan suatu hal tertentu.
c.

Pengetahuan Metakognitif
Mencakup pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan

tentang diri sendiri. Penelitian-penelitian tentang metakognitif menunjukkan
bahwa seiring dengan perkembangannya siswa menjadi semakin sadar akan
pikirannya dan semakin banyak tahu tentang kognisi, dan apabila siswa bisa

Universitas Sumatera Utara

12

mencapai hal ini maka mereka akan lebih baik lagi dalam belajar. Dimensi proses
kognitif dalam taksonomi yang baru yaitu:

a.

Menghafal (Remember )
Menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang.

Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya. Untuk
mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas
mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas
dan bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua
macam proses kognitif: mengenali (recognizing) dan mengingat (recalling).
b.

Memahami (Understand)
Mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang

dimiliki, mengaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan yang telah
dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang
telah ada dalam pemikiran siswa. Karena penyususn skema adalah konsep, maka
pengetahuan konseptual merupakan dasar pemahaman. Kategori memahami
mencakup tujuh proses kognitif: menafsirkan (interpreting), memberikan contoh

(exemplifying), mengkelasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing),
menarik inferensi (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan
(explaining).
c.

Mengaplikasikan (Applying)
Mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau

mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan berkaitan erat dengan
pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai

Universitas Sumatera Utara

13

untuk pengetahuan prosedural saja. Kategori ini mencakup dua macam proses
kognitif: menjalankan (executing) dan mengimplementasikan (implementing).
d.

Menganalisis (Analyzing)

Menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsurunsurnya dan

menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut dan struktur
besarnya. Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis:
membedakan (differentiating), mengorganisir (organizing), dan menemukan
pesan tersirat (attributting).
e.

Mengevaluasi
Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada.

Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa
(checking) dan mengritik (critiquing).
f.

Membuat (create)
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden (Notoatmodjo, 2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain:
a.

Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang

lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi
dan pada akhirnya makin banyak pengetahuan yang mereka miliki.

Universitas Sumatera Utara

14

b.

Pekerjaan
Lingkungan

pekerjaan


dapat

menjadikan

seseorang

memperoleh

pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
c.

Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek

fisik dan psikologis (mental), dimana pada asfek psikologi ini, taraf berpikir
seseorang semakin matang dan dewasa.
d.

Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi

terhadap seseuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba menekuni suatu
hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang mendalam.
e.

Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik

dari dalam dirinya ataupun dari lingkungannya. Pada dasarnya pengalaman
mungkin saja menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu yang
melekat menjadi pengetahuan pada individu secara subjektif.
f.

Informasi
Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu

mempercepat

seseorang


untuk

memperoleh

pengetahuan

yang

baru

(Wahid, 2007).

2.1.2.2 Sikap
Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon yang
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap juga

Universitas Sumatera Utara

15

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan juga merupakan
pelaksanaan motif tertentu.
Menurut Gerungan (2002), sikap merupakan pendapat maupun pendangan
seseorang tentang suatu objek yang mendahului tindakannya. Sikap tidak
mungkin terbentuk sebelum mendapat informasi, melihat atau mengalami sendiri
suatu objek.
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:
1. Menerima (receiving). Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespon (responding). Memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan
atau menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (valuing). Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (responsibility). Bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang
paling tinggi.
Menurut Ahmadi (2003), sikap dibedakan menjadi :
a. Sikap negatif yaitu : sikap yang menunjukkan penolakan atau tidak
menyetujui terhadap norma yang berlaku dimana individu itu berada
b. Sikap positif yaitu : sikap yang menunjukkan menerima terhadap norma
yang berlaku dimana individu itu berada.
Sedangkan fungsi sikap dibagi menjadi 4 golongan yaitu:
a.

Sebagai alat untuk menyesuaikan.

Universitas Sumatera Utara

16

Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable, artinya sesuatu yang
mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama.

Sikap bisa

menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompok atau dengan kelompok
lainnya.
b.

Sebagai alat pengatur tingkah laku.
Pertimbangan dan reaksi pada anak, dewasa dan yang sudah lanjut usia

tidak ada. Perangsang pada umumnya tidak diberi perangsang spontan, akan tetapi
terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsangan-perangsangan
itu.
c.

Sebagai alat pengatur pengalaman.
Manusia didalam menerima pengalaman-pengalaman secara aktif. Artinya

semua berasal dari dunia luar tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi
manusia memilih mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi
semua pengalaman diberi penilaian lalu dipilih.
d.

Sebagai pernyataan kepribadian.
Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang ini disebabkan karena sikap

tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan
melihat sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi
orang tersebut. Jadi sikap merupakan pernyataan pribadi (Notoatmodjo, 2005).
Manusia dilahirkan dengan sikap pandangan atau sikap perasaan tertentu, tetapi
sikap terbentuk sepanjang perkembangan. Peranan sikap dalam kehidupan
manusia sangat besar. Bila sudah terbentuk pada diri manusia, maka sikap itu
akan turut menentukan cara tingkahlakunya terhadap objek-objek sikapnya.

Universitas Sumatera Utara

17

Adanya sikap akan menyebabkan manusia bertindak secara khas terhadap
objeknya. Sikap dapat dibedakan menjadi :
a. Sikap Sosial
Suatu sikap sosial yang dinyatakan dalam kegiatan yang sama dan
berulang-ulang terhadap objek sosial. Karena biasanya objek sosial itu dinyatakan
tidak hanya oleh seseorang saja tetapi oleh orang lain yang sekelompok atau
masyarakat.
b. Sikap Individu
Sikap individu dimiliki hanya oleh seseorang saja, dimana sikap individual
berkenaan dengan objek perhatian sosial. Sikap individu dibentuk karena sifat
pribadi diri sendiri. Sikap dapat diartikan sebagai suatu bentukkecenderungan
untuk bertingkah laku, dapat diartikan suatu bentuk respon evaluativ yaitu suatu
respon yang sudah dalam pertimbangan oleh individu yang bersangkutan.
Sikap mempunyai beberapa karakteristik yaitu; selalu ada objeknya, biasanya
bersifat evaluative, relatif mantap, dan dapat diubah.
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulus tertentu. Menurut Allport (1954), bahwa sikap itu
mempunyai 3 komponen pokok yaitu :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak

Universitas Sumatera Utara

18

Ketiga komponen ini akan membentuk sikap yang utuh (Total Attitude),
dalam penentuan berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.
Sikap adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negatif
terhadap orang lain, objek atau situasi. Sikap tidak sama dengan perilaku dan
kadang-kadang sikap tersebut baru diketahui setelah seseorang itu berperilaku.
Tetapi sikap selalu tercermin dari perilaku seseorang (Ahmadi, 2003).

2.1.2.3 Tindakan atau Pratik
Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap suatu perbuatan
nyata. Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimilus dalam bentuk
nyata atau terbuka (Notoatmodjo, 2007).
Suatu rangsangan akan direspon oleh seseorang sesuai dengan arti
rangsangan itu bagi orang yang bersangkutan. Respon atau reaksi ini disebut
perilaku, bentuk perilaku dapat bersifat sederhana dan kompleks. Dalam peraturan
teoritis, tingkah laku dapat dibedakan atas sikap, di dalam sikap diartikan sebagai
suatu kecenderungan potensi untuk mengadakan reaksi (tingkah laku). Suatu sikap
belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya sikap agar
menjadi suatu tindakan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu
kondisi fasilitas yang memungkinkan (Ahmadi, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2007), tindakan adalah gerakan atau perbuatan dari
tubuh setelah mendapat rangsangan ataupun adaptasi dari dalam maupun luar
tubuh suatu lingkungan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan
banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap
stimulus tersebut. Secara biologis, sikap dapat dicerminkan dalam suatu bentuk

Universitas Sumatera Utara

19

tindakan, namun tidak pula dapat dikatakan bahwa sikap tindakan memiliki
hubungan yang sistematis. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam
bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau
dilihat oleh orang lain. Oleh karena itu disebut juga over behavior. Menurut
Notoatmodjo (2007), empat tingkatan tindakan adalah :
1. Persepsi (Perception), Mengenal dan memiliki berbagai objek sehubungan
dengan tindakan yang diambil.
2. Respon terpimpin (Guided Response), dapat melakukan sesuatu sesuai
dengan urutan yang benar.
3. Mekanisme (Mechanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu
dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu merupakan kebiasaan.
4. Adaptasi (Adaptation), adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
Menurut Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2002), faktor-faktor yang
merupakan penyebab perilaku menurut Green dipengaruhi oleh tiga faktor yaotu
faktor predisposisi seperti pengetahuan, sikap keyakinan, dan nilai, berkanaan
dengan motivasi seseorang bertindak. Faktor pemungkin atau faktor pendukung
(enabling) perilaku adalah fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau

yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Terakhir faktor
penguat seperti keluarga, petugas kesehatan dan lain-lain.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang
kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan

Universitas Sumatera Utara

20

sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu,
ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap
kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Seperti
halnya pengetahuan dan sikap, praktik juga memiliki tingkatan-tingkatan, yaitu :
1. Persepsi, yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sesuai dengan
tindakan yang akan dilakukan.
2. Respons terpimpin, yaitu individu dapat melakukan sesuatu dengan urutan
yang benar sesuai contoh.
3. Mekanisme, individu dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis atau sudah menjadi kebiasaan.
4. Adaptasi, adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dan dimodifikasi
tanpa mengurangi kebenaran.
2.2 Diet Penurunan Berat Badan
Dewasa ini banyak defenisi diet yang berkembang di masyarakat, namun
seringkali terdapat kesalahan dalam mengartikan defenisi diet. Defenisi diet itu
adalah makanan atau minuman yang secara teratur dikonsumsi; makanan yang
diresepkan, diatur, atau dibatasi jenis dan jumlahnya, untuk terapi atau tujuan
tertentu (Licker, 2002). Adapun pengertian lain menyebutkan diet sebagai asupan
makanan yang disesuaikan oleh seseorang atau kelompok dalam periode waktu
tertentu atau diet juga diartikan sebagai sebuah rencana atau metode untuk
mengonsumsi zat gizi untuk mewujudkan spesifikasi tertentu (Licker, 2002).
Dalam kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga Persatuan Ahli Gizi
Indonesia (2009), diet memiliki arti sebagai pengaturan pola dan konsumsi
makanan serta minuman yang dilarang, dibatasi jumlahnya, dimodifikasi, atau

Universitas Sumatera Utara

21

diperolehkan dengan jumlah tertentu untuk tujuan terapi penyakit yang diderita,
kesehatan, atau penurunan berat badan. Maka, sesuai dengan pengertian yang
telah dipaparkan, dapat disimpulkan diet penurunan berat badan adalah
pembatasan dan pengaturan makanan, atau perilaku pemilihan makanan yang
sengaja dilakukan untuk menurunkan berat badan. Diet dan pengontrolan asupan
energi

menjadi

kunci

pertama

dari

penurunan

berat

badan

(Wardlaw dan Kessel, 2002)
American Dietetics Assosiation dalam Brown (2005) menyebutkan bahwa

program penurunan berat badan yang sukses mencakup aktivitas fisik dan diet
yang dianjurkan, serta diet yang dapat diterima sebagai diet yang aman dan dapat
berlangsung lama untuk pengontrolan berat badan. Terdapat setidaknya 3
komponen dalam menurunkan berat badan, yaitu mengontrol asupan energi;
terutama asupan lemak; meningkatkan aktivitas fisik; dan perubahan kebiasaan
dalam jangka waktu yang lama (Wardlaw et al., 2004). Sama halnya seperti yang
dikemukakan oleh William (2002), Penjagaan berat badan dilakukan dengan
makanan dengan gizi seimbang dan aktivitas fisik yang cukup.
Karakteristik yang harus ada dalam program penurunan berat badan, yaitu
program harus dapat memenuhi kebutuhan energi. Dalam hal ini, pola makan
harus tetap dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang, yaitu memperbanyak makanan
rendah lemak atau nonlemak serta minum 8 gelas/hari atau 2 liter/hari
(Depkes RI, 2002). Pengontrolan makan juga harus dapat dinikmati dan
menyenangkan serta pogram harus disesuaikan dengan selera dan kebiasaan
individual (Wardlaw dan Kessel, 2002). Oleh karena itu, makanan sebaiknya

Universitas Sumatera Utara

22

adalah makanan biasa untuk mencegah kebosanan jika makanan pengganti seperti
bubuk khusus atau minuman khusus (Grogan, 2008).
Di Indonesia, gizi seimbang tertuang dalam Pedoman Umum Gizi
Seimbang yang terdiri dari 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang (Depkes, 2002). Dalam
13 Pesan Dasar Gizi Seimbang juga telah mencakup aktivitas fisik. Pertama,
dianjurkan memakan aneka ragam makanan. Kedua, dianjurkan memakan
makanan untuk memenuhi kecukupan energi. Selanjutnya dijelaskan bahwa
makanan sumber karbohidrat sebaiknya setengah dari kebutuhan energi. Setelah
itu harus membatasi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi.
Penggunaan garam beryodium juga dianjurkan dalam pesan tersebut. Selain itu,
sumber zat besi juga dianjurkan untuk dikonsumsi. Sarapan juga merupakan hal
yang dianjurkan dalam pesan ini. Terakhir, dalam pesan ini dianjurkan untuk
minum air bersih yang cukup dan aktivitas fisik secara teratur.
2.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Diet
Dalam menentukan diet, ada beberapa faktor yang mempengaruhi, hal
tersebut berkaitan dengan kebutuhan nutrisi atau zat gizi serta kebutuhan energi
saat diet tersebut dijalankan. Aulina (2001) berpendapat bahwa faktor-faktor
tersebut antara lain:
a. Pertumbuhan
Pertumbuhan ditandai dengan bertambahnya materi penyusun badan dan
bagian-bagiannya. Laju pertumbuhan tercepat terjadi sebelum kelahiran dan
sewaktu bayi. Dalam fase ini dibutuhkan banyak nutrisi yang bersifat esensial
dibanding fase lain dalam kehidupan. Fase berikutnya adalah pertumbuhan masa

Universitas Sumatera Utara

23

kanak-kanak. Kekurangan gizi pada kedua fase ini akan menyebabkan gangguan
fisik dan mental.
b. Umur
Semakin tua umur manusia kebutuhan energi dan nutrisi semakin
berkurang. Pada usia pertumbuhan sangat banyak diperlukan banyak nutrisi untuk
tumbuh kembang tubuh. Pada usia dewasa nutrisi dibutuhkan untuk perbaikan
jaringan yang rusak, serta energi diperlukan untuk aktivitas yang cukup tinggi di
usia produktif. Memasuki usia tua (manula), metabolisme tubuh berangsur-angsur
menurun, sehingga kebutuhan nutrisi dan energi semakin sedikit. Pada usia 65
tahun, kebutuhan energi seseorang berkurang hingga 20 % dari kebutuhan pada
usia 25 tahun.
c. Jenis Kegiatan Fisik dan Ukuran Tubuh.
Makin banyak aktivitas fisik yang dikerjakan, semakin banyak energi yang
diperlukan. Untuk melakukan aktivitas fisik yang sama, orang yang berbadan
besar membutuhkan energi yang lebih banyak daripada orang yang berbadan
kecil. Akan tetapi aktivitas fisik lebih berpengaruh terhadap pengeluaran energi
daripada perbedaan ukuran tubuh.
d. Keadaan Sakit dan Penyembuhan
Pada keadaan sakit (infeksi, demam, dan lain-lain) terjadi perombakan
protein tubuh. Oleh karena itu, agar kondisi tubuh kembali normal, maka pada
periode penyembuhan diperlukan peningkatan konsumsi protein. Kondisi sakit
tidak saja memerlukan peningkatan konsumsi protein tetapi juga peningkatan
asupan energi dan nutrisi lain, seperti air, vitamin, mineral karbohidrat dan lemak.

Universitas Sumatera Utara

24

e. Keadaan Fisiologis Khusus (Hamil dan Menyusui)
Dalam keadaan hamil terjadi berbagai perubahan fisik dan kimia pada
tubuh manusia, seperti perubahan konsentrasi hemoglobin, fungsi pernafasan,
serta peningkatan serum alkali fosfatase dan enzim-enzim lain, yang harus
diperhatikan dalam diet pada kondisi ini adalah ibu hamil memerlukan tambahan
kalori sebesar 150 kalori di trisemester pertama, 300 kalori di trisemester
berikutnya, kemudian di tri semester akhir tambahan kalori tetap 300 kalori akan
tetapi ditambah asupan penting berupa besi, sedangkan dalam keadaan menyusui
tambahan kalori yang dibutuhkan lebih besar, sekitar 400-500 kalori.
2.2.2 Klasifikasi Diet Penurunan Berat Badan
Diet

dengan

tujuan

mengontrol

dan

menurunkan

berat

badan

diklasifikasikan menjadi 3, yaitu (Berg, et. Al, 2007) :
a. Sehat
Diet dapat diasosiasikan dengan perubahan ke arah yang lebih sehat,
seperti mengubah pola makan dengan mengonsumsi makanan rendah kalori atau
rendah lemak, dan menambah aktivitas fisik secara wajar. Diet sehat dapat
membuat seseorang memiiki tubuh ideal tanpa mendatangkan efek samping yang
berbahaya bagi tubuh. Diet sehat dapat dilakukan dengan mengurangi masukan
kalori ke dalam tubuh namun tetap menjaga pola makan yang dianjurkan oleh
pedoman gizi seimbang (Anwar, dalam Elga, 2007). Orang yang melakukan diet
untuk alasan kesehatan akan melakukan cara yang sehat pula, misalnya mengikuti
pola makan yang dianjurkan (Kim dan Lennon, 2006).

Universitas Sumatera Utara

25

Adapun pola makan sehat yang dianjurkan agar seseorang senantiasa
mendapatkan nutrisi yang seimbang bagi tubuh mereka adalah seperti buah dan
sayur paling sedikit lima porsi sehari, karbohidrat tetap dikonsumsi tetapi
sebaiknya yang mengandung serat tinggi, sumber protein dikonsumsi dalam
jumlah sedang dan mengandung lemak yang rendah, susu dan produk olahan
dikonsumsi dalam jumlah sedang, dan cemilan ynag mengandung gula dan garam
ynag tinggi sebaiknya dikurangi.
Pembatasan kalori yang sehat adalah tidak mengurangi energi di luar
batasan antara 800-1500 kkal/hari. Biasanya, pengurangan sebanyak 500-1000
kkal/hari dapat mengurangi berat badan sebanyak 0,5-1,0 kg/minggu dengan
disertai olahraga 30 menit hampir setiap hari dalam setiap minggu (Wardlaw dan
Kessel, 2002; Garrow, et al., 2004). Diet disesuaikan dengan mengurangi
makanan yang mengandung lemak dan gula. Pembatasan kalori juga dapat
dilakukan dengan mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat. Perilaku
diet yang tergolong sehat adalah juga dengan memperbanyak memakan sayur dan
buah (Berg, et al., 2007). Kebanyakan orang yang gemuk menganggap dirinya
memang gemuk dan melakukan usaha pengontrolan berat badan dengan cara yang
yang sehat. Sebanyak 85,4% remaja putri dan 69,9% remaja putra di Amerika
melakukan

cara

yang

sehat

selama

satu

tahun

ke

belakang

(Neumark-Stainer et al., 2002).
Sizer dan Whitney (2006) menjelaskan tentang indikator diet sehat sebagai
berikut:

Universitas Sumatera Utara

26

1. Asupan makanan tetap mengikuti pedoman piramida makanan.
2. Frekuensi makan tetap 3 kali sehari dan menghindari makan di malam
hari.
3. Penurunan berat badan tidak boleh terlalu cepat. Tidak boleh lebih dari
2 pon/minggu agar tidak menimbulkan stress pada tubuh.
4. Diet harus sesuai dengan kondisi individu, tidak menimbulkan rasa
lelah dan lapar. Kecukupan energi dipertahankan 1200 – 1500
kkal/hari agar tidak terjadi defisiensi vitamin dan mineral.
5. Menghindari produk – produk yang menjanjikan dapat menurunkan
berat badan dengan cepat.
6. Melakukan olahraga teratur yaitu 30 menit/ hari selama 5 hari/minggu.
7. Setelah

berat

badan

yang

diingikan

tercapai

sebaiknya

mempertahankan pola hidup sehat.
Berikut ini adalah jenis – jenis diet penurunan berat badan yang sehat :
1.

Diet energi rendah
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (2009) merekomendasikan diet energi

rendah untuk orang yang ingin menurunkan berat badan, karena diet energi rendah
merupakan diet yang bertujuan untuk mencapai dan mempertahankan status gizi
sesuai dengan umur, gender, dan kebutuhan fisik. Dengan menjalankan diet ini,
pelaku diet dapat mencapai IMT normal yaitu 18,5-25 kg/m2. Dengan mengurangi
asupan energi yang sesuai yaitu sebanyak 500 – 1000 kkal/hari, maka dengan diet
ini akan tercapai penurunan berat badan sampai 0,5 – 1 kg per minggu.

Universitas Sumatera Utara

27

Dalam mempraktikkan diet ini perlu dilakukan pengurangan konsumsi
energi secara bertahap dengan mempertimbangkan kebiasaan makan dari segi
kuantitas dan kualitas. Konsumsi energi yang dikurangi adalah sebanyak 500 1000 kkal/hari untuk menurunkan berat badan 1/5 - 1 kg/minggu. Konsumsi
protein sedikit lebih tinggi dibanding konsumsi harian biasanya, yaitu 1 - 1,5
g/kg/BB/hari atau 15 - 20% dari kebutuhan energi total. Kemudian lemak tetap
dikonsumsi tapi dalam ukuran sedang yaitu 20 - 25% dari kebutuhan energi total.
Adapun sumber lemak yang cocok untuk dikonsumsi berasal dari makanan yang
mengandung lemak tidak jenuh ganda yang kadarnya tinggi. Adapun untuk
konsumsi karbohidrat sedikit lebih rendah dari konsumsi harian biasanya, yaitu
55 - 65% dari kebutuhan energi total. Karbohidrat komplek adalah sumber
karbohidrat terbaik untuk dikonsumsi. Harus diperhatikan juga konsumsi vitamin
dan mineral tetap harus cukup sesuai kebutuhan. Frekuensi makan dianjurkan
tetap sama seperti biasanya yaitu 3 kali makan utama dan 2 - 3 kali makan
selingan. Dan yang terakhir konsumsi air harus cukup, yaitu 8 - 10 gelas/hari
(Persagi, 2009).
Diet ini cocok untuk orang dengan IMT >25 kg/m2 sesuai dengan
kemampuan dan dilakukan secara bertahap. Untuk itu perlu dilakukan konsultasi
perorangan agar tercapai berat badan normal (Persagi, 2009).
Pemberian diet rendah kalori seimbang sebesar 1000 Kkal/hari dengan
komposisi 55% karbohidrat, 20% protein dan 25% lemak selama 14 hari terbukti
dapat menurunkan secara bermakna berat badan, IMT, persentase massa lemak,
meningkatkan persentase massa bebas lemak, menurunkan rasio lingkar

Universitas Sumatera Utara

28

pinggang- lingkar panggul, respiratory quotient, kolesterol total, trigliserida,
kolesterol LDL dan kolesterol HDL serum pada perempuan obes (Asiah, 2003).
2.

Diet menu berserat
Konsumsi serat yang seimbang setiap hari mampu mengontrol badan

seseorang. Ini tentunya merupakan cara yang efektif dalam mengatasi kegemukan
(Sulistijani, 1999). Makanan dengan kandungan serat kasar yang tinggi dilaporkan
juga dapat menurunkan bobot badan. Makanan akan tinggal dalam saluran
pencernaan dalam waktu yang relatif singkat sehingga absorbsi zat makanan akan
berkurang. Selain itu makanan yang mengandung serat relatif tinggi akan
memberi rasa kenyang sehingga menurunkan konsumsi makanan. Makanan
dengan kandungan serat kasar yang tinggi biasanya mengandung kalori rendah,
kadar gula dan lemak rendah yang dapat membantu mengurangi terjadinya
obesitas (Ebookpangan, 2006)
Dalam mempraktekkan diet jenis ini yang harus dilakukan pengurangan
konsumsi gula, karbohidrat, dan lemak. Angka pengurangan tersebut antara 500 1000 kalori rendah di bawah kebutuhan normal. Kemudian sebaiknya
meningkatkan asupan protein sedikit lebih tinggi di atas kebutuhan normal.
Makanan yang dikonsumsi juga harus cukup mineral dan vitamin
Adapun sumber makanan berserat yang dapat dikonsumsi oleh pelaku diet
berserat bisa didapatkan dari golongan biji-bijian yang masih diselimuti kulit ari,
(misalnya beras tumbuk, beras merah, havermount, bulgur, dan jagung) dan dari
golongan kacang-kacangan yang masih diselimuti kulit ari (seperti kacang hijau,
kacang merah, kacang polong, dan kacang kedelai). Sumber lain adalah seperti

Universitas Sumatera Utara

29

roti yang kasar dan hindari makanan serat tinggi kalori seperti biskuit dan tart.
Sayuran dan buah-buahan segar juga merupakan sumber makanan yang baik
dikonsumsi dalam diet ini (Sulistijani, 1999).
3. Diet rendah karbohidrat
Diet ini bertujuan untuk mencegah lipogenesis (pembentukan jaringan
lemak) dari karbohidrat. Kalori yang diberikan rata-rata 1.300 kalori. Diet ini
dapat digunakan bagi obesitas derajat ringan sampai sedang. Dalam diet ini hanya
perlu mengurangi asupan karbohidrat. Sumber karbohidrat yang dianjurkan untuk
dikonsumsi adalah beras merah dan gandum. Akan tetapi, asupan protein dan
lemak tetap diperhatikan, namun tidak terlalu tinggi (Persagi, 2005).
Penelitian menunujukkan bahwa subjek yang diberikan diet rendah
karbohidrat mengalami penurunan selera makan dan secara otomatis terjadi
penurunan asupan total energi (Westman, 2002; Brehm, 2003). Rasa kenyang
yang lebih cepat muncul terjadi selama 4 minggu pertama menjalankan diet
rendah karbohidrat (Johnston, 2004). Selain menurunkan selera makan, diet
rendah karbohidrat juga lebih memicu pengeluaran energi (Korner, 2003).
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Samaha dkk, terhadap 132 wanita obese
yang dibagi dalam dua kelompok,satu kelompok diberi diet rendah karbohidrat
dengan kalori tak terbatas sedangkan kelompok kedua diberi diet rendah lemak
dengan pembatasan kalori. Hasil yang didapatkan setelah 6 bulan penelitian
adalah penurunan berat badan dan pengurangan berat badan dan penurunan
trigliserida lebih besar pada kelompok diet rendah karbohidrat dibandingkan
kelompok diet rendah lemak.

Universitas Sumatera Utara

30

Penurunan berat badan pada diet rendah karbohidrat akibat penurunan
selera makan terjadi karena protein yang dikonsumsi merupakan makronutrien
yang paling dapat menimbulkan rasa kenyang yang cepat dengan cara
menurunkan termogenesis, yang menghasilakan efek penurunan kecepatan absorsi
zat gizi (Albertsson, 2005).
Penurunan berat badan akibat diet rendah karbohidrat juga terjadi karena
aktivasi dan oksidasi asam lemak. Sebuah penelitian mengenai diet tinggi protein
dan rendah karbohidrat membuktikan bahwa terjadi kenaikan oksidasi asam
lemak pada respondennya, oksidasi asam lemak akan menyebabkan perasaan
kenyang lebih cepat ( Johnston, 2004).
4.

Diet rendah lemak
Metaanalisis menunjukkan terdapat hubungan yang tergantung pada dosis

antara penurunan asupan lemak dan penurunan berat badan. Untuk tiap 1%
penurunan energi dari lemak terdapat penurunan 0,28 kgBB. Bila hanya fokus
asupan lemak tanpa menghitung kalori, tampaknya tidak banyak mengurangi berat
badan (Suwandani, 2010).
5.

Diet tinggi protein
Diet tinggi protein mengandung lebih dari 20% protein dari total energi

yang dikonsumsi, sedang karbohidrat kurang dari 40% dari total energi. Contoh
diet Atkins. Protein tinggi, diet rendah kalori akan memicu ketogenesis dan
menurunkan berat badan karena kekurangan cairan, selain keton akan menekan
nafsu makan. Keadaan ini akan menurunkan asupan kalori sebagai faktor yang
menginduksi penurunan berat badan (Suwandani, 2010).

Universitas Sumatera Utara

31

b. Tidak Sehat
Jenis diet yang tergolong tidak sehat di antaranya adalah berpuasa atau
tidak makan di luar niat ibadah, memakan sangat sedikit makanan, melewatkan
salah satu atau beberapa waktu makan, dan lebih banyak mengkonsumsi rokok.
Tingkat kejadian melewatkan waktu makan meningkat pada usia remaja matang
(Brown, 2005). American School Health Assosiation dalam Brown 2005
menyebutkan bahwa hanya sebanyak 29% remaja putri yang sarapan setiap
harinya. Hal ini tentu tidak sehat karena melewatkan sarapan dapat menurunkan
secara drastis asupan energi, protein, serat, kalsium, dan asam folat karena tidak
memakan makanan yang biasa dikonsumsi pada saat sarapan (Brown, 2005).
Selain itu, menggunakan makanan pengganti atau minuman khusus seperti
bubuk khusus, biskuit khusus, atau minuman lainnya juga dikategorikan sebagai
perilaku tidak sehat (Berg et al., 2007; Neumark-Stainer et al., 2002). Mengganti
makanan dengan bubuk khusus atau makanan pengganti lainnya ini dirancang
untuk orang yang bertubuh gemuk. Jika diterapkan kepada orang yang normal
atau kurus tentu akan berbahaya. Ogden (1992) dalam Grogan (2008) mengatakan
bahwa diet ini akan menjadi membosankan sehingga kebanyakan akan menyerah
sebelum merasakan hasilnya dan hasilnya pun akan gagal.
Jenis diet yang tidak sehat sering dilakukan orang khususnya oleh para
remaja. Hal ini ternukti dari penelitian yang dilakukan Sari (2008), sebanyak 38%
yang menjalankan diet dari 50 orang yang pernah berdiet, melakukan praktik yang
tidak sehat di SMU Dharmawangsa

Medan. Adapun contoh – contoh diet

penurunan berat badan yang tidak sehat adala:

Universitas Sumatera Utara

32

1. Diet OCD (Obsessive Corbuzier’s Diet)
Diet OCD adalah suatu teknik diet baru oleh seorang mentalist IndonesiaDeddy Corbuzier. Teknik diet ini disebut Obsessive Corbuzier‟s Diet (OCD).
Teknik diet ini banyak menyita perhatian masyarakat dan bahkan mulai menjadi
tren diet masa kini. Diet ini memiliki prinsip diet yang berbeda dengan prinsip
diet yang lainnya. Ia memperkenalkan cara-cara baru untuk melakukan diet
seperti, puasa, tidak sarapan, jendela makan, dan olahraga ketika perut kosong.
Cara-cara baru ini sudah barang tentu menyebabkan munculnya kontroversi di
masyarakat, mengingat cara-cara tersebut sangat ekstrim dan berbeda dengan
cara-cara lama yang sudah dikenal dan diyakini oleh masyarakat, misal
sebelumnya mereka yakin bahwa sarapan pagi penting untuk kesehatan, tiba-tiba
dengan diet OCD sarapan menjadi sama sekali tidak penting.
Salah satu keunikan pada diet ini adalah istilah jendela makan. Jendela
makan adalah kegiatan yang harus dilakukan seperti kita melakukan puasa. Pelaku
diet mengatur jam-jam boleh makan, tetapi tetap bisa makan apapun yang
dikehendaki. Puasa yang dimaksud disini adalah tidak makan kalori apapun ketika
melakukan program ini. Pelaku program ini tidak dianjurkan untuk sarapan di
pagi hari, tidak boleh mengkonsumsi buah, susu, dan lainnya selama berpuasa.
Akan tetapi masih diperbolehkan minum air putih, the tanpa gula. Ini merupakan
syarat mutlak bagi keberhasilan program diet OCD. Kalau tidak program diet pun
akan gagal.
Menurut Corbuzier (2013), terdapat empat jenis jendela makan dalam
teknik diet OCD. Keempat teknik tersebut adalah: a) Puasa selama 16 jam, waktu

Universitas Sumatera Utara

33

untuk makan 8 jam. Pada teknik ini, pelaku diet berpuasa ala OCD selama 16 jam.
Namun pada saat tiba waktu makan, pelaku diet OCD hanya boleh makan
sebanyak 3 kali, tetapi harus dalam porsi normal. Misalkan, seorang pelaku diet
OCD memulai jendela makan dari pukul 12 siang sampai pukul 8 malam, selama
8 jam tersebut dia diperbolehkan makan apapun, namun setelah pukul 8 malam
sampai pukul 12 siang keesokan harinya dia harus berpuasa; b) puasa selama 18
jam, waktu untuk makan 6 jam. Untuk program OCD yang kedua ini, pelaku
program diet harus menahan lapar selama 16 jam, dan diberikan waktu makan
selama 6 jam. Misalkan pelaku program diet memulai puasa pukul 6 sore, maka ia
baru boleh makan pukul 12 siang keesokan harinya; c) puasa selama 20 jam,
waktu makan 4 jam. Ketika pelaku program diet memutuskan untuk
menggunakan jendela makan jenis ini, maka otomatis waktu untuk makan
menjadi semakin berkurang. Hanya 4 jam waktu yang dibolehkan untuk makan,
sisanya adalah waktu untuk berpuasa. Misalnya seorang pelaku diet OCD ingin
mulai jam makannya pukul 6 sore hari, maka ia diperbolehkan makan pukul 2
siang keesokan harinya; d). puasa selama 24 jam. Di antara keempat jenis jendela
makan dalam program diet OCD, jenis jendela makan inilah yang dirasa paling
berat. Pelaku diet OCD hanya diperbolehkan makan sekali sehari. Misal ia puasa
mulai pukul 12 siang, maka ia baru boleh makan pukul 12 siang keesokan
harinya. Puasa 24 jam ini sebaiknya dilakukan dua kali seminggu, dengan
mengkonsumsi makanan yang sewajarnya.
Cara cepat turunkan berat badan ala Deddy Corbuzier ini adalah dengan
cara meningkatkan Human Growth Hormone (HGH) dalam tubuh manusia. Para

Universitas Sumatera Utara

34

pakar medis menyebut HGH sebagai hormone pertumbuhan karena berfungsi
mengontrol dan memelihara banyak fungsi dalam tubuh. HGH meningkat pada
saat puasa, metode ini menurunkan berat badan ke porsi yang seharusnya.
2. Diet mayo
Diet mayo adalah sebuah program penurunan berat badan yang
diperkenalkan oleh situs kesehatan terkenal asal Amerika, Mayo Clinic. Prinsip
dari diet mayo adalah mengonsumsi kelompok makanan yang berada di level
bawah dan mengurangi konsumsi makanan yang berada si level atas. Jadi. Diet
mayo adalah diet yang berfokus pada konsumsi sayuran dan buah – buahan diikuti
dengan pengurangan konsumsi karbohidrat, lemak, dan gula (Sanjaya, 2015).
Sanjaya (2015) menambahkan sekarang ini banyak beredar artikel diet
mayo yang menyarankan diet tanpa konsumsi garam dan karbohidrat dalam menu
makanan. Prinsip ini tentu saja salah, karena tubuh kita membutuhkan takaran gizi
yang seimbang. Selain itu diet mayo membatasi asupan kaloru hanya 500 – 800
kalori per hari.
Indikator

diet

tidak

sehat

adalah

sebagai

berikut

(Sizer dan Whitney, 2006) :
1. Membatasi frekuensi makan, atau sengaja melewatkan salah satu waktu
makan seperti sarapan dan makan malam.
2. Membiarkan tubuh lapar dengan tujuan menurunkan berat badan.
3. Puasa diluar ibadah.
4. Asupan energi harian dibawah 1000 kkal.

Universitas Sumatera Utara

35

c. Ekstrim
Jenis diet yang tergolong ekstrim di antaranya adalah mengkonsumsi pil
diet, memuntahkan makanan dengan sengaja, menggunakan obat laksatif, dan
menggunakan obat diuretik. Obat diet sangat merugikan kesehatan (Brown, 2005).
Perilaku seperti ini bersamaan dengan pembatasan makanan yang ketat dibarengi
dengan episode binge, telah dapat dikategorikan ke dalam peyimpangan perilaku
makan (Ogden, 2010).
Komplikasi medis akibat penggunaan obat laksatif adalah dapat
menyebabkan kerusakan fisik dan saraf permanen, seperti dehidrasi, kram perut,
kram otot, ketidakseimbangan elektrolit yang dapat mempengaruhi kerja saraf.
Selain itu, dalam perkembangannya, jika perempuan yang fisiknya tidak pernah
tumbuh sempurna berisiko untuk melahirkan bayi berberat badan rendah
(Arisman, 2010). Pil diet yang dikonsumsi digunakan untuk menstimulus
penurunan berat badan melalui menekan nafsu makan atau menghambat
metabolisme, Selain itu, pil diet menyebabkan mual, konstipasi, dan kegelisahan
(Reba-Harrelson, 2008).
Indikator diet ekstrim adalah sebagai berikut (Sizer dan Whitney,2007):
1. Memuntahkan kembali makanan segera setelah mengonsumsinya.
2. Mengonsumsi obat laksatif/pencahar dengan tujuan menurunkan berat
badan.
3. Mengonsumsi obat diuretik (obat untuk meningkatkan laju urin)
dengan tujuan menurunkan berat badan.
4. Mengonsumsi pil diet diluar anjuran dokter.

Universitas Sumatera Utara

36

Bahaya dari mempraktikkan diet ekstrim adalah lemah konsentrasi,
mengalami gangguan tidur, periode menstruasi terganggu, retardasi pertumbuhan
fisik dan seksual, meningkatnya penggunaan rokok, alkohol dan obat-obatan serta
8 kali lebih beresiko mengalami perilaku makan menyimpang. Kasus perilaku
makan menyimpang yang umum terjadi adalah :
1.

Anorexia Nervosa

Menurut Wardlaw (1999) anorexia nervosa adalah suatu bentu perilaku
makan menyimpang, umumnya sisi psikologis penderita sudah mengalami distorsi
citra tubuh yang berasal dari berbagai macam tekanan sosial sehingga berdampak
pada perilaku makan atau tindakan menolak rasa lapar dan melaparkan diri.
Menurut Brown (2005) anoreksia nervosa adalah suatu keadaan dimana
penderitanya, biasanya perempuan, menolak untuk makan dalam jumlah yang
cukup untuk memelihara berat badan yang normal sesuai dengan tinggi badannya.
Berdasarkan American Psychiatric Association dalam Brown (2005) seseorang
dikatakan mengalami anorexia nervosa jika memenuhi kriteria sebagai berikut :
a.

Timbulnya rasa takut jika berat badan mengalami kenaikan, dan tetap
merasa gemuk walaupun tubuhnya dalam kondisi kurus.

b.

Menolak menjaga berat badan pada atau di atas batas minimal berat badan
untuk usia dan tinggi badan, penderita masih bercita-cita menjadi lebih
kurus dari IMT normal.

c.

Terjadi gangguan psikologis, menganggap kondisi kurus merupakan hal
yang wajar dan merupakan bentuk tubuh yang ideal, anggapan seperti ini

Universitas Sumatera Utara

37

membuat penderita menyangkal kondisi kurus merupakan masalah yang
serius.
d.

Mengalami gangguan haid (amenorrhea ), tidak haid selama 3 kali siklus
haid, berlaku bagi penderita yang sudah mengalami haid dan belum
memasuki masa menopause.

2. Bulimia Nervosa
Pengertian bulimia nervosa adalah suatu perilaku makan menyimpang
dimana penderitanya makan dengan jumlah yang sangat banyak yang dimakan
dalam satu waktu (binge eating) kemudian diikuti dengan perilaku purging
(dengan memuntahkan makanan, penggunaan laksatif, diuretis, enema dan
perilaku kompensasi lainnya) (Wardlaw,1999).
Menurut American Psychiatric Association dalam Brown (2005),
seseorang dikatakan mengalami bulimia nervosa , jika memenuhi kriteria sebagai
berikut :
a.

Mengalami episode binge eating yang berulang kali. Episode tersebut yaitu
makan dengan porsi makan yang lebih banyak dibandingkan ukuran normal
orang lain dengan periode yang tetap (contoh: setiap 2 jam) dan timbulnya
perasaan tidak dapat mengendalikan nafsu makan atau tidak dapat
menghentikan makan.

b.

Melakukan perilaku kompensasi yang tidak sehat (penggunaan laksatif,
diuretis, enema, muntah dengan sengaja, puasa, latihan fisik berlebihan), hal
ini dilakukan secara berulang kali supaya berat badan tidak naik.

Universitas Sumatera Utara

38

c.

Rata-rata episode binge eating dan perilaku kompensasi lainnya dilakukan
setidaknya dua kali seminggu dalam tiga bulan.
Penderita lebih cenderung merasa bersalah terkait dengan berat badan dan

bentuk tubuhnya, mereka mengevaluasi diri dengan memperhatikan bentuk tubuh.

2.3 Perilaku Diet Penurunan Berat Badan
Perilaku diet penurunan berat badan adalah perilaku yang berusaha
membatasi jumlah asupan makanan dan minuman yang jumlahnya diperhitungkan
untuk tujuan menurunkan berat badan. Tujuan diet sendiri bermacam-macam
tetapi tampaknya sebagian besar masyarakat mengasosiasikan diet sebagai
penurunan berat badan.
2.3.1 Motivasi perilaku diet penurunan berat badan
Menurut Wirakusumah (2001), ada tiga alasan yang ada di masyarakat
mengapa seseorang melakukan diet penurunan berat badan, yaitu :
a.

Keindahan penampilan
Tidak dapat dipungkiri bila tubuh yang proporsional dapat menunjang

pergaulan. Tubuh yang menarik dapat memunculkan kepuasan terhadap diri
sendiri dan perasaan puas tersebu akan mendatangkan cinta terhadap diri sendiri
sehingga orang lain dapat menghargai dirinya.
b.

Menghindari penyakit
Ada banyak penyakit yang ditemui pada individu yang mengalami

obesitas. Orang bertubuh gemuk memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk
terkena penyakit tidak menular.

Universitas Sumatera Utara

39

c.

Nilai budaya
Dulu orang yang gemuk dianggap sebagai orang yang sehat, subur atau

makmur. Tetapi sekarang nilai itu telah bergeser. Tubuh gemuk kini ditakuti oleh
banyak orang karena dianggap tidak menarik.

2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diet penurunan berat
badan
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diet menurut Menurut Wardle
dkk (1997) adalah :
a.

Jenis kelamin
Menurut Smet (1994), jenis kelamin mempengaruhi perilaku seseorang.

Pada tahun 1984 suatu perusahaan riset pasar melaporkan dengan pasti bahwa
sebanyak 30% dari wanita Amerika dan 16 % pria melakukan diet. Dan
berdasarkan hasil penelitian Vereecken dan Mae (Papalia, 2008). Pada usia 15
tahun lebih dari setengah remaja perempuan di enam belas negara melakukan diet
atau berpikir mereka harus melakukan hal tersebut. Pada umumnya, perempuan
memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan laki-laki.
b.

Status berat badan
Dwyer (1967) mengatakan bahwa orang yang memiliki berat badan lebih

memiliki perhatian lebih terhadap diet penurunan berat badan dibandingkan orang
yang memiliki berat badan normal. Oleh karena itu orang dengan berat badan
lebih cenderung melakukan diet.

Universitas Sumatera Utara

40

c.

Kelas sosial
Perilaku diet dan perhatian terhadap berat badan cenderung dilakukan oleh

orang dengan kelas sosial lebih tinggi (Dwyer, 1967). Hal ini terjadi karena
banyak dari proses diet itu sendiri yang memelurkan biaya besar. Dan orang
dengan kelas sosial tinggi lebih memperhatikan penampilan dibandingkan orang
dengan kelas sosial rendah.

2.3.3 Dampak perilaku diet penurunan berat badan
Menurut Hawks (2008), perilaku diet secara umum dapat menimbulkan
dampak bagi seseorang, yaitu :
a.

Dampak biologis
Peneliti mengatakan bahwa diet akan meningkatkan level systemic

cortisol. Cortisol merupakan pertanda dari timbulnya stress, yang rapuh yang
merupakan prediktor terhadap rasa lapar dan hal ini merupakan faktor yang
beresiko terhadap timbulnya tulang yang rapuh.
b.

Dampak psikologis
Individu yang melakukan diet biasanya akan lebih depresi dan emosional

daripada individu yang tidak melakukan diet, dan akan mengalami kecemasan
serta kurangnya penyesuaian yang baik pada area sosialisasi, kematangan,
tanggung jawab, dan struktur nilai intrapersonal
c.

Dampak kognitif
Kerusakan dalam working memory, waktu reaksi, tingkat perhatian, dan

performasi kognitif dipengaruhi oleh bentuk tubuh, makanan, dan diet, yang
disebabkan oleh kecemasan yang dihasilkan oleh efek stress terhadap diet.

Universitas Sumatera Utara

41

Adapun perilaku diet penurunan berat badan yang menyimpang akan
menyebabkan terganggunya pertumbuhan fisik, perkembangan psikososial,
ketidakcukupan asupan gizi (seperti kalsium, zat besi), mempengaruhi status
kesehatan, terganggunya kesehatan mental seseorang (capek, cemas, depresi dan
malas), perilaku diet juga merupakan awal indikasi dan berkembangnya perilaku
makan menyimpangan (eating disorder) (Neumark-Sztainer dan Hannan,2000).

2.4 Perilaku Diet Penurunan Berat Badan Anggota Fitness Center
2.4.1 Pengetahuan Anggota Fitness Center Tentang Diet Penurunan
Berat Badan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui mengenai berbagai hal.
Pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Peningkatan pengetahuan
tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku, namun ada hubungan positif antara
keduanya dalam sejumlah penelitian. Pengetahuan tertentu tentang kesehatan
mungkin penting sebelum suatu tindakan kesehatan terjadi, tetapi tindakan
kesehatan yang diharapkan mungkin tidak akan terjadi kecuali apabila seseorang
mendapat isyarat yang cukup kuat untuk memotivasinya bertindak atas dasar
pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan merupakan faktor penting dalam
menghasilkan perubahan namun tidak memadai dalam perubahan perilaku
kesehatan (Azwar, 2002).
Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2013) terhadap anggota fitness
center di Gadjah Mada Medical Center untuk melihat hubungan antara

pengetahuan diet terhadap IMT anggota, hasil dari penelitian tersebut adalah
terdapat hubungan yang siginifikan antara tingkat pengetahuan diet dengan Indeks
Massa Tubuh (IMT) Member Fitness Center di Gadjah Mada Medical Center

Universitas Sumatera Utara

42

(GMC) Health Center , pengetahuan diet memberikan sumbangan sebesar 31,8 %
terhadap indeks masaa tubuh, sisanya sebesar 68,2 % dipengaruhi faktor lain,
seperti aktivitas fisik, pola istirahat dan management stress. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Dwyer, et. al (1967) tentang pengetahuan yang
berkaitan dengan kontrol berat badan, remaja putri yang berdiet memiliki mean
score pengetahuan diet yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak berdiet dan

remaja putri yang berstatus obese memiliki mean score yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya. Pengetahuan mengajak manusia berpikir
dengan cara yang kompleks dan memberi landasan yang kuat bagi keyakinan kita
(Calhoun dan Acocella, 1995).
Pengetahuan tentang diet pada anggota fitness dipengaruhi oleh media
massa. Berbagai media massa memberikan informasi berbagai cara untuk
menurunkan berat badan dengan melakukan berbagai macam diet dan tipstipsnya. Semua

informasi tersebut mudah diakses dan diserap oleh anggota

fitness, pengetahuan tersebut merupakan acuan bagi mereka untuk menerapkan

diet penurunan b