SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM DAN PROBLEMATIK

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM DAN
PROBLEMATIKA DALAM PENDIDIKAN ISLAM
A. SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
 Latar belakang.
Sejarah pendidikan Islam di Indonesia, terdapat persoalan – persoalan
yang mendasari kajian tersebut, yaitu meliputi apa objek yang akan
dibahas ? bagaimana membahasnya ? untuk apa pembahasan itu
dilakukan ?
Persoalan pertama tentang aspek ontologism, yaitu wilayah dan objek
kajian yang dibahas: persoalan kedua tentang apsek epistemologis, yaitu
metode yang dipakai oleh metode tersebut; persoalan yang ketiga tentang
aksiologi, yaitu tujuan dan kegunaan yang diharapkan dari sebuah kajian.
 Pengertian
Ada dua pandangan tentang arti sejarah, yaitu tarikh dan history.
Dalam bahasa Arab, pengertian sejarah dapat dirujuk pada makna tarikh
yaitu “ keterangan yang terjadi …. Pada masa lampau atau masa yang masih
ada.” ( H. Munawar Cholil, 1969;15). Dalam abahsa inggris sejarah artinya
history yang secara umum, beararti “ pengalaman masa silam manusia “
( the past experience of man kind). Perkataan history menurut Louis
bottshalk (Supardi dan Soekarno, 1985;3)berasal dari kata Yunani istoria
yang berarti ilmu.

Dari pengertian – pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
sejarah adalah rangkaian peristiwa yang dapat dipahami dengan ‘’cara’’
tertentu. Oleh karena itu sejarah dapat juga diartikan sebagai peristiwa dan
kisah dari peristiwa. (Noto Susanto, t. t.:10).
Dalam pengertian materi ini, sejarah adalah “suatu pengetahuan yang
berguna untuk mengetahui keadaan – keadaan atau kejadian – kejadian yang
telah lampaumaupun yang sedang terjadi dikalangan umat.’’(Munawar
Cholil, 1969;15).
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Sejarah
Pendidikan Islam Indonesia adalah ilmu yang membahas pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan islam dari masa ke masa sejak masuknya Islam
ke Indonesia sampai sekarang.
Adapun pembahasannya diarahkan pada persoalan ;
1. Perjalanan sejarah pendidikan Islam, sejak pertama kali Islam disyariatkan
di Indonesia sampai sekarang.

2. Persoalan – persoalan yang terkait erat dengan ide, konsep, institusi dan
operasionalisasi pendidikan Islam di Indonesia dari sudut kesejarahan.
 Objek
Objek kajian sejarah pendidikan Islam adalah fakta – fakta sejarah

pendidikan Islam berupa informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan
pendidikan Islam di Indonesia, baik formal, informal, ataupun
nonformal(Depag 1986;2), yaitu “proses dan pengembangan budaya
manusia yang bersumber dan berpedoman ajaran Islam sebagaimana yang
termaktub dalam Al – Qur’an dan terjabarkan dalam sunnah”(Depag 1986;
2).
 Metode
Metode yang dipakai adalah keterpaduan antara metode deskriptif,
metode komparatif, dan metode analisis sintensis (Depag 1986: 4).
Dalam metode deskriptif ajaran – ajaran Islamyang dibawa oleh
Rasulullah SAW, yang termaktub dalam Al – Qur’an dijelaskan dalam AsSunnah khususnya yang langsung berkaitan dengan pendidikan Islam, dapat
dilukiskan dan dijelaskan sebagaimana adanya.
Metode komparatif mencoba membandingkan antara tuntunan ajaran
Islam tentang pendidikan dan tuntunan fakta – fakta pendidikan yang hidup
dan berkembang pada masa dan tempat tertentu. Dimetode ini dapat dapat
diketahui persamaan dan perbedaan yang ada pada dua hal diatas ,
sehingga dapat diajukan pemecahan yang mungkin dilaksanakan dalam
menjelaskan keduanya, apabila terjadi kesenjangan.
Sedangkan metode analisis sintesis digunakan untuk memberikan
analisis terhadap istilah – istilah atau pengertian – pengertian yang diberikan

ajaran Islam secara kritis, sehingga menunjukkan kelebihan dan kekhasan
pendidikan Islam. Metode ini dapat digunakan untuk kepentingan proses
pewarisan dan pengembangan budaya umat manusia yang Islami.
 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami fakta – fakta pertumbuhan serta
perkembangan sejarah pendidikan Islam sejak masuknya Islam ke
Indonesia sampai sekarang.
2. Mengambil manfaat dari proses pendidikan, yang memecahkan
problematika pendidikan Islam masa kini.
3. Memiliki sikap positif terhadap perubahan – perubahan dan
pembaharuan – pembaharuan system pendidikan Islam di
Indonesia.
Dari hal diatas, dapat diketahui bahwa penelitian dan pengetahuan
sejarah pendidikan Islam di Indonesia tidak terbatas hanya pada signifikansi

teoretis untuk dijadikan bahan kajaina lebih lanjut, tetapi juga mempunyai
signifikansi praktis, yaitu untuk dijadikan sebagai dasar kebijakan dalam
masalah pendidikan Islam di Indonesia.

 Kegunaan

Pendidikan Islam itu sendiri berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an
yang mengandung cukup banyak nilai kesejarahan. Sejarah pendidikan Islam
Indonesia memiliki kegunaan tersendiri, di antaranya sebagai factor
keteladanan, cermin, pembandingan, dan perbaikan keadaan (Depag,
1986;4). Sebagai factor keteladanan, dapat dimaklumi karna Al-Qur’an
sebagai sumber ajaran Islam, banyak mengandung nilai kesejarahan yang
berfungsi sebagai teladan. Hal ini tersirat dalam Al-Qur’an :

Artinya ; “ sesungguhnya, pada (diri) Rasulullah itu adalah contoh teladan
yang baik bagi kamu sekalian.”(Q.S Al-Ahzab [33]; 21)

Artinya : “ Katakanlah, jika kamu benar – benar mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa – dosamu….”(Q.S. Ali ‘Imran
[3];31)

Artinya: “….dan hendaklah ikutilah dia (Nabi Muhammad) supaya kamu
mendapatkan petunjuk.”(Q.S. Al-A’raf [7]; 158).
Sebagai cermin, sebagaimana telah dijelaskan pada awal tulisan ini,
ilmu sejarah berusaha menafsirkan pengalaman masa lampau manusia
dalam berbagai kegiatan. Akan tetapi, sejalan dengan perkembangan vahwa

tidak semua kegiatan manusia berjalan mulus, maka kita perlu bercermin
atau dengan kata lain mengambil pelajaran dari kejadian – kejadian masa
lampau, sehingga “tarikh itu bagi masa menjadi cermin”(Depag, 1986; 6),

dan dapat diambil manfaatnya, khususnya bagi perkembangan pendidikan
Islam di Indonesia.
Sebagai perbandingan, suatu peristiwa yang berlangsung dari masa ke
masa tentu memiliki kesamaan dan kekhususan. Dengan demikian, hasil
proses pembandingan antara masa silam, sekarang, dan yang akan datang
diharapkan dapat memberikan andil bagi perkembangan pendidikan Islam di
Indonesia, karena, “sesungguhnya tarikh itu menjadi cermin perbandingan
bagi masa yang baru”.(Depag, 1986; 6)
Sebagai perbaikan, setelah berusaha menafsirkan pengalaman masa
lampau manusia dalam berbagai kegiatan, kita berusaha pula untuk
memperbaiki keadaan yang sebelumnya kurang konstruktif menjadi lebih
konstrutif.
 Periodesasi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia
Sejarah pendidikan Islam pada hakikatnya tidak terlepas dari sejarah
Islam. Selanjutnya, pembahasan tentang lintasan atau periode sejarah
pendidikan Islam mengikuti tahapan perkembangan sebagai berikut :

1. Periode pembinaan pendidikan Islam, berlangsung pada zaman Nabi
Muhammad SAW. Selama lebih kurang 23 tahun, yaitu sejak beliau
menerima wahyu pertama sebagai tanda kerasulannya sampai
wafatnya.
2. Periode pertumbuhan pendidikan Islam, berlangsung sejak wafatnya
Nabi Muhammad SAW. Sampai akhir kekuasaan Bani Umayah, yang
diwarnai oleh penyebaran Islam kedalam lingkungan budaya bangsa
diluar bangsa Arab dan berkembangnya ilmu-ilmu naqli.
3. Periode kejayaan pendidikan Islam, berlangsung sejak permulaan
Daulah Bani Abbasiyah sampai jatuhnya kota Bagdad yang diwarnai
oleh perkembangan secara pesat ilmu pengetahuan dan
kebudayaan Islam yang mencapai puncak kejayaannya.
4. Tahap kemuduran pendidikan, berlangsung sejak jatuhnya Kota
Bagdad sampai jatuhnya Mesir oleh Napoleon pada sekitar abad ke18 M yang ditandai oleh lemahnya kebudayaan Islam dan
berpindahnya pusat – pusat pengembangan kebudayaan dan
peradaban manusia ke dunia Barat.
5. Tahap pembaharuan pendidikan Islam yang berlangsung sejak
pendudukan Mesir atau Napoleon di akhir abad ke-18 M sampai
sekarang, yang ditandai oleh masuknya unsur – unsur budaya dan
pendidikan modern dari dunia Barat ke dunia Islam.


Adapun fase – fase yang dilalui sejarah pendidikan Islam di Indonesia,
secara periodic, dibagi menjadi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Periode
Periode
Periode
Periode
Periode
Periode
Periode

masuknya Islam ke Indonesia

pengembangan melalui proses adaptasi
kekuasaan kerajaan – kerajaan Islam ( proses politik )
penjajahan Belanda
penjajahan Jepang
kemerdekaan I ( Orde Lama ), dan
kemerdekaan II ( Orde Baru / pembangunan )

BAB 1
PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA

A. KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA SEBELUM DATANGNYA
ISLAM
Menurut ahli etnologi, asal – usul keturunan bangsa Indonesia berasal dari
rumpun bangsa Austronesia dari Hindia Belanda. Kehidupan penduduk bangsa
Indonesia pada waktu itu masih bergantung pada alam. Nama ” Indonesia ‘’
pertama – tama disebutkan oleh orang Inggris yang bernama Richard Legan. Ia
sebut ‘Indonesi’ dengan maksud member sinonim bagi istilah India atau kumpulan
Indonesia.
Sebelum agama Islam datang, bangsa Indonesia sudah memeluk bermacam –
macam kepercayaan dan agama. Kepercayaan itu disebut animisme dan

dinamisme, sedangkan agamnya adalah Hindu dan Budha.

B. MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA DAN
PEMBAWAANNYA.
Kedatangan agama Islam ke Indonesia umumnya dihubungkan dengan
masalah perdagangan dan pelayaran. Dua factor utama yang menyebabkan
Indonesia mudah dikenal oleh bangsa – bangsa lain, khususnya oleh bangsa
– bangsa di Timur dan Timur jauh, yaitu :
1. Factor letak geografis yang strategis, yaitu Indonesia barada
dipersimpangan jalan raya internasional dari jurusan Timur Tengah,
Tiongkok, melalui lautan dan jalan menuju Benua Amerika dan
Australia.

2. Factor kesuburan tanahnya yang menghasilkan bahan – bahan
keperluan hidup yang dibutuhkan oleh bangsa – bangsa lain.
Misalnya, rempah – rempah.
Sejarah membuktikan bahwa Islam telah masuk ke Indonesia pada
abad ke-7 M / 1 H ( Sidi Ibrahim Boechari, 1981; 1), tetapi baru meluas pada
abad ke-13 M. Perluasan Islam ditandai adanya kerajaan Islam tertua di
Indonesia, seperti Perlak pada tahun 1292 dan samudra Pasai di Aceh pada

tahun 1297. Melalui pusat – pusat perdagangan didaerah pantai samudera
utara dan urat nadi perdagangan di Malaka, agama Islam kemudian
menyebar ke Pulau Jawa dan seterusnya ke Indonesia bagian Timur.
Mukti Ali mengatakan bahwa suksesnya penyiaran Islam di Indonesia,
selain karena ajaran – ajaran Islam itu gampang dimengerti, juga karena
kesanggupan pembawa Islam dalam memberikan konsensi terhadap yang
ada dan hidup dalam masyarakat. Sementara itu, Fachry Ali dan Bachtiar
Effendy menguraikan, tiga factor utama yang mempercepat proses
penyebaran Islam di Indonesia.
1. Ajaran Islam melaksanakan prinsip ketauhidan dalam system
ketuhananannya, suatu prinsip yang secara tegas menekankan
ajaran untuk mempercayai Tuhan Yang Mahatunggal. Hal ini
merupakan ajaran baru yang betentangan, secara diametral,
dengan hubungan kemasyarakatan pada waktu itu, yaitu system
kasta yang berasal dari ajaran Hindu. Dengan memilih Isla, pada
dasarnya, mereka telah menempatkan diri pada suatu kehidupan
keagamaan yang mempunyai asas persamaan, kebebasan, dan
keadilan.
2. Daya lentur ( fleksibilitas ) ajaran Islam, dalam pengertianbahwa ia
merupakan kodifikasi nilai – nilai yang universal. Ajran Islam begitu

lentur ketika berhadapan dengan berbagai bentuk situasi
kemasyarakatan. Islam tidak secara serentak mengganti tatanan
nilai yang telah berkembang dalam kehidupan masyarakat
Indonesia sebelum datangnya Islam.
Namun demikian, tidak semua nilai lama yang telah ada itu secara
keseluruhan sesuai dengan ajaran Islam. Ajaran lama yang tidak
sesuai dengan ajran Islam langsung diislamisasi.
3. Islam oleh masyarakat Indonesia dianggap sebagai institusi yang
amat dominan unuk menghadapi dan melawan ekspansi pengaruh
Barat melalui kekuatan – kekuatan bangsa Portugis dan Belanda
ysng mengorbankan penjajahan dan penyebaran agama Kristen.

Professor Mahmud Yunus merinci beberapa factor yang
memungkinkan agama Islam tersebar dengan cepat di Indonesia :
o

o
o

Agama Islam tidak sempit dan aturan – aturannya pun tidak
memberatkan, bahkan mudah dituruti oleh segala golongan umat
Islam, bahkan untuk masuk Islam cukup dengan mengucapkan dua
kalimat syahadat.
Tugas dan kewajiban dalam Islam itu sedikit.
Penyiaran Islam itu dilakukakan dengan perkataan yang mudah
dipahami umum, dapat dimengerti oleh segala golongan bawah
sampai atas, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW. Yang artinya “
Berbicaralah kamu dengan manusia menurut kadar akal mereka “.
(Mahmud Yunus, 1993: 14)

Itulah beberapa factor yang menyebabkan mudahnya proses
Islamisasi di Indonesia sehingga, pada gilirannya, Islam menjadi agama
utama dan mayoritas dinegeri ini. Adapun cara dan pembawa agama Islam
ke Indonesia pada masa permulaan, para pengemat sejarah berbeda
pendapat.
Ada tiga teori yang mencoba memberikan pendapat tentang
masuknya agama Islam ke Indonesia :
1. Teori Gujarat.
Peletak dasar teori Gujarat adalah Snouck Hurgronje dalam
bukunya L’ Arabiee et les Indes Neerlandaies. Snouck Hurgronje lebih
menitiberatkan pandangannya ke Gujarat berdasarkan :
- Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab
dalam penyebaran Islam ke Nusantara.
- Hubungan dagang Indonesia-India telah lama terjalin.
- Inskripsi tertua tentang Islam yang terdapat di Sumatra
dengan Gujarat ( T. W . Arnold, 1963; 370 )
Sejalan dengan pendapat diatas, W. F. Stutterheim dalam
bukunya De Islam enzijn komst In de Archinpel, menyatakan bahwa
masuknya Islam ke Indonesia berasal dari Gujarat dengan alas an relif
nisan Sultan pertama kerajaan samudera, yakni Malik Al – Saleh yang
wafat pada 1297 bersifat Hinduistis yang mempunyai kesamaan
dengan nisan yang terdapat di Gujarat ( W. F. Stutterheim, 1962: 35 )
J.C Van Leur dalam bukunya Trade and Society, menyatakan
bahwa tahun 674 di pantai barat Sumatra telah ada perkampungan

Arab Islam. Dengan pertimbangan bangsa Arab mendirikan
perkampungan perdaganganya, Tahun – tahun berikutnya,
perkampungan tersebut mulai mempraktikkan ajaran islam.
Pendapat J.C van Leur ini berbeda dengan sejarahwan
sebelumnya, ia mempunyai kesamaan dengan pendapat T.W. Arnold
ataupun J.C van Leur yang dapat melepaskan pandangannya dari
pengaruh Gujarat tentang masuknya Islam ke Indonesia. Selain itu J.C
van Leur dan T.W. Arnold menyetujui adanya bangsa Arab yang
melepori penyebaran agama Islam.
Akan tetapi, itu tidak berarti bahwa teori Gujarat secara mutlak
menolak bangsa Arab. Teori Guajrat ini tentu memilki kelemahan, bila
disbanding dengan teori Mekkah ( Ahmad Mansur Suryanegara, 1996:
81).
2. Teori Mekkah
Hamka menolak pandangan bahwa agama Islam masuk ke
Indonesia pada abad ke-13 dan berasala dari Gujarat. Hamka lebih
mendasarkan pandangan pada peranan bangsa Arab sebagai
pembawa agama Islam ke Indonesia, pada abad ke-7. Adapun Gujarat
dinyatakan sebagai tempat singgah semata, Mekkah sebagai pusat,
atau Mesir sebagai tempat pengambilan ajaran islam.
Hubungan Arab dengan Negara – Negara Asia lainnya telah
berlangsung lama. Hal ini terbukti dengan adanya perkampungan
perdagangan Arab Islam di pantai Barat Sumatra pada abad ke 674 M,
yang bersumber dari berita Cina, diantaranya hubungan Arab dengan
Cina telah terjadi jauh lebih lama melalui jalan darat menggunakan “
kapal sahara” jalan darat ini sering disebut “ jalan sutera “,
berlangsung sejak 500 SM.
Adanya fakta berupa mata uang yang terbesar dikota – kota
Eropa memberi tanda luas pengaruh kebudayaan Islam. Besarnya
pengaruh Islam dapat diukur dari kata – kata bahasa Arab yang
memperkaya pembendaharaan bahasa Inggris atau belanda. Hamka
berpendapat, diantaranya: masuknya agama Islam ke Indonesia terjadi
pada abad ke-1 Hijiriyah atau abad ke-7 M.
Disamping dibawa oleh pedagang Arab, Hamka juga
menyatakan orang Indonesia mengambil inisiatif untuk belajar dengan
berlayar ke luar daerah, seperti Cina, Hindustan, laut merak, Pantai
Jedah, bahkan membangun Negara baru di Malagasi ( Madagaskar )

sehingga bangsa Indonesia bukan sebagai bangsa yang pasif, tetapi
sebagai bangsa aktif yang bergerak luar.
3. Teori Persia
P.A. Hoesein Djajadinigrat adalah pembangun teori Persia di
Indonesia. Teori ini lebih menitiberatkan tinjauannya pada kebudayaan
yang hidup dikalangan masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan
mempunyai persamaan dengan Persia(P.A. Hoesein Djajadinigrat,
1963: 140 ).
Kesamaan kebudayaan ini dapat dilihat pada masyarakat Islam
Indonesia antara, lain :
1. Peringatan 10 Muharam atau Assura sebagai hari peringatan
Syiah atas kematian syahidnya Husain.
2. Adanya kesamaan ajaran Syaikh Siti jenar dengan ajaran sufi
Iran Al – Hallaj.
3. System mengeja huruf Arab, untuk tanda – tanda bunyi
harkat dalam pengajian Al – Qur’an tingkat awal.
Bahasa Iran
Jabar-zabar
Jer-zeer
P`es – Py`es

bahasa Arab
fathah
kasrah
dhammah

Huruf sin yang tidak bergigi berasal dari Persia, sedangkan sin
yang bergigi bergigi berasal dari Arab.
K.H. Saepuddin Zuhri sebagai salah seorang peserta seminar
(1963) menolak pendapat bahwa kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari
Persia. Menurutnya, bila berpedoman pada masuknya Islam ke Indonesia
pada abad ke-7 M, hal ini berarti terjadi pada masa kekuasaan Khalifah
Umayah. Pada saat itu, kepemimpinan Islam di bidang politik, ekonomi, dang
kebudayaan ada ditangan bangsa Arab, sedangkan pusat perkembangan
Islam berkisar di Mekkah, Madinah, Damaskus dan Bagdad. Jadi, tidak
mungkin Persia menduduki kepemimpinan dunia Islam.
Dari uraian diatas, dapat dilihat perbedaan dan persamaan teori
Gujarat, Mekkah, dan Persia.
Akhirnya, teori Mekkah yang dikemukakan oleh Hamka,
mendapat perhatian dan pembenaran dalam seminar – seminar seperti
seminar Sejarah Islam ke Indonesia (1963), sejarah Islam di Minangkabau
(1969) dan lain – lain.

BAB 2