KURIKULUM DI INDONESIA Disusun Oleh PROG

KURIKULUM DI INDONESIA
(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Prespektif
Pendidikan
Sekolah Dasar)
Dosen pengampu : Mega Febriani Sya, M.Pd

Disusun Oleh:

Hesty Wahyu Agustin
Tri Rahayu

(H. 1610907)
(H. 1611078)

1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR
2017


KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat, serta hidayah, dan pertolongannya sehingga makalah ini
dapat diseelesaikan. Makalah tentang ”Kurikulum Di Indonesia” yang telah kami
laksanakan pada April 2017 di Universitas Djuanda Jl. Tolciawi no.1 Bogor, Telp
( 0251 ) 8240773 Fax. ( 0251 ) 8240985
Makalah ini disusun sebagai salah satu pengetahuan untuk lebih mengetahui
tentang “Prespektif Pendidikan” dan kami mengucapkan terima kasih karena
dorongan dalam penyelesaian makalah ini diantaranya:
Mega Febriani Sya, M.Pd, selaku dosen mata kuliah Prespektif Pendidikan di
Universitas Djuanda.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi penyusun.
Penyusun menerima saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Akhir kata peyusun ucapkan terima kasih.

Bogor, 23 April 2017

Penyusun


2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI

ii

BAB I. PEMBUKA

1

A. Pokok Pembahasan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan


1
1
1

BAB II. PEMBAHASAN

2

A. Sejarah kurikulum di Indonesia
B. Hakikat kurikulum
C. Karakteristik mata pelajaran

2
13
14

BAB II. PENUTUP

20


A. Kesimpulan
B. Saran

20
20

DAFTAR PUSTAKA

21

3

BAB I
PEMBUKA
A. LATAR BELAKANG
Kurikulum adalah Suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan
ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan
secara sistematik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman
dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk

mencapai tujuan pendidikan. Dalam kurun waktu, kurikulum mengalami perubahan
atau revisi untuk mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas di Indonesia.
Kurikulum juga memiliki sejarah, kerana hampir setiap dekade kurikulum dan
peraturannya dirubah atau direvisi. Kurikulum dalam pendidikan di Indonesia juga
mempunyai fungsi yang sangat penting di dunia pendidikan. Maka dari itu hakekat
kurikulum tidak pernah lepas dari sistem pembelajaran di sekolah.
Kurikulum juga berpengaruh besar pada setiap mata pelajaran di Indonesia,
trutama dalam pendidikan Sekolah Dasar, maka dari itu karakteris mata pelajaran di
Sekolah Dasar berbeda jauh dengan karakteristik mata pelajaran di jenjang sekolah
lainnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah kurikulum di Indonesia ?
2. Apa hakikat kurikulum di Indonesia ?
3. Apa saja karakteristik mata pelajaran di sekolah dasar ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui sejarah dan perkembangan kurikulum di Indonesia.
2. Mengetahui hakikat dan fungsi kurikulum di Indonesia.

4


3. Mengetahui karakteristik mata pelajaran di sekolah dasar.

BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH KURIKULUM DI INDONESIA
1. Pengertian Kurikulum.
Kurikulum adalah Suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan
ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan
secara sistematik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman
dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk
mencapai tujuan pendidikan. Unsur-unsur dalam defenisi kurikulum ada 4 yaitu:
a. Seperangkat Rencana. Seperangkat rencana ini berisikan berbagai rencana yang
berhubungan dengan proses pembelajaran. Segala sesuatu yang direncanakan
dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi.
b. Peraturan Mengenai Isi dan Bahan Pelajaran. Bahan pelajaran ada yang diatur
oleh pusat (kurnas) dan oleh daerah setempat (kurmulok).
c. Pengaturan Cara yang Digunakan. Cara mengajar yang dipergunakan ada
berbagai macam, misalnya; ceramah, diskusi, demonstrasi, inguiri, resitasi, dan
membuat laporan portofolio.

d. Sebagai Pedoman Kegiatan Belajar Mengajar. Didalam penyelenggara kegiatan
belajar mengajar terdiri atas tenaga kependidikan. Yang dimaksud dengan tenaga
kependidikan, yaitu anggota masyarakat yang bertugas membimbing dan atau
melatih peserta didik.
Banyak defenisi kurikulum yang satu dengan yang lain saling berbeda
dikarenakan dasar filsafat yang dianut oleh para penulis berbeda-beda. Walaupun
demikian ada kesamaan satu fungsi, yaitu bahwa kurikulum adalah alat untuk

5

mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum yang disusun dipusat berisikan beberapa
mata pelajaran pokok dengan harapan agar peserta didik diseluruh Indonesia
mempunyai standar kecakapan yang sama.
2. Kurikulum 1947
Kurikulum pertama yang lahir setelah Indonesia merdeka disebut rencana
pelajaran atau dalam bahasa belanda leer plan. Perubahan orientasi pendidikan lebih
bersifat politis dari orientasi pendidikan Belanda kepada kepentingan nasional.
Kurikulum 1947 dilandasi dengna semangat zaman dan suasana kehidupan
berbangsa, pendidikan pada masa ini lebih menekankan kepada pembentuka karakter
manusia indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.

Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian dan kehidupan sehari-hari serta
memberikan perhatian terhadap pendidikan kesenian dan pendidikan jasmani.
Kurikulum 1947 baru secara resmi dilaksanakan di sekolah-sekolah mulai tahun
1950. Bentuk kurikulum ini memuat dua hal pokok yaitu daftar mata pelajaran dan
jam pelajarannya, disertai dengan garis-garis besar pengajaran.
3. Kurikulum 1952
Setelah Rencana Pelajaran 1947 , pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia
mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini, pemerintah Indonesia melalui
Kementrian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan menerbitkan buku pedoman
kurikulum SD yang lebih merinci setiap mata pelajaran kemudian diberi nama
Rencana Pelajaran Terurai 1952 yang berfungsi membimbing para guru dalam
kegiatan mengejar di SD. Di dalamnya tercantum jenis-jenis pelajaran yang harus
menjadi kegiatan murid dalam belajar di sekolah.
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang
paling menonjol dan sekaligus ciri kurikulum 1952 ini bahwa setap rencana pelajaran
sehari-hari. Silabus mata pelajarannya jelas sekali. Seorang guru mengajar satu mata
pelajaran.
4. Kurikulum 1964
Di penghujung era pemerintahan presiden Soekarno menjelang tahun 1964,
pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kurikulum ini

diberi nama Rencana Pendidikan 1964 atau kurikulum 1964. Pokok-pokok pikiran
kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerinah
mempunyai keinginaan agar rakyat mendapat penegetahuan akademik untuk
pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana.
6

Fokus kurikulum 1964 ini pada pengemabangan Pancawardhana, yaitu : Daya
cipta, Rasa, Karsa, Karya, dan Moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima
kelompok bidang studi yaitu ; moral, kecerdasan, emosional, keterampilan, dan
jasmaniah. Pendidikan Dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan
fungsional praktis.
5. Kurikulum 1968
Lahirnya kurikulum 1968 sebagai perubahan dari kurikulum 1964 dipengaruhi
oleh perubahan sistem politik dari pemerintahan rezim orde lama ke pemerintahan
rezim orde baru.
Kurikulum

1968


melakukan

perubahan

struktur

kurikulum

dari

Pancawardhana dan menekankan pendekatan organisasi mata pelajaran menjadi
kelompok pembinaan Jiwa Pancasila, pengetahuan dasar , dan kecakapan khusus.
Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Jumlah jam pelajarannya 9 mata pelajaran.
Titik berat kurikulum ini pada materi apa saja yang dapat diberikan kepada siswa di
setiap jenjang pendidikan.
Dari segi tujuan pendidikan, kurikulum 1968 diarahkan pada upaya untuk
membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, moral, budi pekerti,
dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan kepada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.

6. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 disusun dengan berorientasi kepada tujuan pendidikan. ini
berarti bahwa segala bahan pelajaran dan kegiatan belajar-mengajar dipilih,
direncanakan, dan diorganisasikan sesuai dengan tujuan pendidikan yang hendak
dicapai. Dengan pendekatan ini dimaksudkan agar segala kegiatan belajar-mengajar
dapat secara intensif dan efisien diarahkan bagi tercapainya tujuan pendidikan.
Sebagai konsekuensi dari pendekatan yang berorientasi kepada tujuan,
kurikulum 1975 memandang situasi belajar-mengajar sebagai suatu sistem yang
meliputi komponen-komponen tujuan pelajaran, bahan ajar, alat pelajaran, alat
evaluasi dan metode pengajaran.
Dengan cara memandang demikian setiap pengajar diajak untuk menjadi
perencana dari kegiatan belajar-mengajar di samping sebagai pengelola, dan salah
satu dari proses belajar itu sendiri. Sebagai alat untuk melaksanakan pola
pengembangan dan pelaksanaan program pengajaran ini dianjurkan kepada setiap

7

guru untuk menggunakan Prosedur Pengembangan Sistem Intruksonal ( PSSI ) dalam
menyusun satuan-satuan pelajaran.
7. Sistem Penyajian dengan pendekatan PPSI ( Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional)
Sistem PPSI berpandangan bahwa proses belajar-menagajar merupakan suatu
sistem yang senantiasa diarahkan pada pencapaian tujuan. Sistem pembelajaran
dengan pendekatan sistem instruksional inilah yang merupakan pembaharuan dalam
sistem pengajaran di Indonesia.
Sistem Penilaian dengan melaksanakan PPSI, penilaian diberikan pada setiap
akhir pelajaran atau pada akhir satuan pelajaran tertentu. Inilah yang membedakan
dengan kurikulum sebelumnya yang memberikan penilaian pada akhir semester atau
akhir tahun saja.
8. Kurikulum 1984
Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak relevan
lagi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan . Dalam
GBHN 1983 hasil sidang umum MPR 1983 menyiratkan keputusan yang
menghendaki perubahan kurikulum dari kurikulum 1975 kepada kurikulum 1984.
Karena itulah pada tahun 1984 pemerintah menetapkan pergantian kurikulum 1975
menjadi kurikulum 1984. Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 ke
kurikulum 1984 diantaranya sebagai betrikut:
a. Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung dalam
kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
b. Terdapat ketidakserasian terhadap kurikulum berbagai bidang studi dengan
kemampuan anak didik.
c. Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya dalam
sekolah.
d. Terlalu padatnya pada kurikulum yang harus diajarkan hampir disetiap
jenjang.
Atas dasar perkembangan itu maka menjelang tahun 1983 antara kebutuhan
dan perkembangan IPTEK terhadap kurilkulum 1975 dianggap sudah tidak relevan
karena itu diperlukan perubahan kurikulum.
Kurikulum 1984 lahir sebagai revisi kurikulum 1975. Kurikulum 1984
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

8

a. Berorientasi kepada tujuan pembelajaran, maksudnya sebelum memilih atau
menentukann bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa
yang harus dicapai siswa.
b. Pendekatan pembelajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar
siswa aktif.
c. Materi dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah
pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan
kedalaman dan keluasan materi pelajaran.
d. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
e. Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan dan kematangan siswa.
f. Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah
pendekatan belajar dan pembelajaran yang memberi tekanan kepada proses
pembentukan

keterampilan

mengkomunikasikan

memperoleh

perolehannya.

Pendekatan

pengetahuan

dan

keterampilan

proses

diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan
pelajaran.
9. Kurikulum 1994
Pada tahun sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses pembelajaran
menekankan pada pola pembelajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar,
kurang memperhatikan muatan pelajaran. Hal ini terjadi karena sesuai dengan
suasana pendidikan diLPTK (Lembaga Penidikan tenaga Kependidikan) yang lebih
mengutamakn teori tentang proses belajar mengajar. Akibatnya pada saat itu
dibentuklah tim Basic Science yang salah satu tugasnya ikut mengembangkan
kurikulum disekolah. Tim ini memandang bahwa materi pelajaran harus diberikan
cukup banyak kepada siswa, sehingga siswa selesai mengikuti materi pelajarn yang
cukup banyak.
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurna kurikulum 1984 dan
dilaksanakan sesuai dengan undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang sistem
pendidikan nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran yaitu
dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem
caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap, diharapkan

9

dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup
banyak.
Terdapat ciri ciri yang menonjol dari pembentukan kurikulum 1994, antara
lain sebagai berikut :
a. Penbentukan tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan.
b. Pembelajaran disekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat.
c. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang meberlakukan satu sistem
kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia.
d. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan
strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik
dan sosial.
e. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan
kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga
diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan
kepada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan
menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
f. Pengajaran dari hal yang konkret kehal yang abstrak, dari hal yang mudah ke
hal yang sulit, dari hal yang sederhana kehal yang kompleks.
g. Pengulangan pengulangan materi yang di anggap sulit perlu dilakukan
pemantapan pemahaman siswa.
Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan,
terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi
diantaranya sebagai berikut :
a. Belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya
materi setiap mata pelajaran.
b. Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kuranganya relevan dengan
tingkat perkembangan berpikir siswa. Dan kurang bermakna karena kurang
terkait dengan aplikasi kehidupan sehari hari.
Permasalahan diatas terasa saat berlangsungnya pelaksanaan kurikulum 1994.
Hal ini mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum
tersebut. Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip
penyempurnaan kurikulum, yaitu :
10

a. Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan
kurikulum

dengan

perkembangan

IPTEK,

serta

tuntutan

kebutuhan

masyarakat.
b. Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proposi yang tepat
antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan
keadaan lingkungan serta sarana pendukung.
c. Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran substansi
materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.
d. Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan berbagai aspek terkait, seperti
tujuan materi, pembelajaran, evaluasi, dan sarana/prasarana termasuk buku
pelajaran.
e. Penyempurnaan

kurikulum

tidak

mempersulit

guru

dalam

mengimplementasikannya dan tetap dapat menggunakan buku pelajaran dan
sarana prasarana pendidikan lainnya yang tersedia di sekolah.
Penyempurnaan kurikulum1994 pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
dilaksanakan bertahap penyempurnaan jangka pendek dan penyempurnaan jangka
panjang.
10. Kurikulum Tahun 2004 ( KBK )
Kemunculan KBK seiring dengan munculnya semangat reformasi pendidikan,
diawali dengan munculnya kebijakan pemerintah diantaranya lahirnya Undangundang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang No. 25
Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintahan dan Kewenangan Provinsi sebagai
Daerah Otonom serta lahirnya Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang Arah Kebijakan
Pendidikan di Masa Depan.
Dalam rangka mempersiapkan lulusan pendidikan memasuki era globalisasi
yang penuh tangtangan dan ketidakpastian,diperlukan pendidikan yang dirancang
berdasarkan kebutuhan nyata di lapangan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
diperlukan perubahan yang mendasar dalam sistem pendidikan nasional, yang
dipandang sudah tidak efektif dan tidak mampu lagi mempersiapkan anak didik untuk
dapat bersaing dengan bangsa lain didunia. KBK sebagai sebuah kurikulum memiliki
tiga karakteristik utama :
1) KBK memuat sejumlah kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa

11

2) Implementasi pembelajaran dalam KBK menekankan kepada proses
pengalaman dengan memerhatikan keberagaman setiap individu.
3) Evaluasi dalam KBK menekankan pada evaluasi hasil dan proses belajar.
Depdiknas (2002) mengemukakan karakteristik KBK secara lebih rinci :
1) Menekankan kepada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal. Ini mengandung pengertian bahwa Kurikulum Berbasis
Kompetensi menekankan kepada ketercapaian kompetensi.
2) Berorientasi pada hasil belajar (Learning outcomes) dan keberagaman. Ini
artinya, keberhasilan pencapaian kompetensi dasar diukur oleh indikator hasil
belajar. Indikator inilah yang selanjutnya dijadikan acuan apakah kompetensi
yang diharapkan sudah tercapai atau belum. Proses pencapaian hasil belajar
itu tentu saja sangat tergantung pada kemapuan siswa. Sebab diyakini, siswa
memiliki kemampuan dan kecepatan yang berbeda. KBK memberikan
peluang yang sama kepada seluruh siswa untuk dapat mencapai hasil belajar.
3) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi. Artinya, sesuai dengan keberagaman siswa, maka metode yang
digunakan dalam proses pembelajaran harus bersifat multimetode.
4) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif. Artinya, sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi.
5) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi. Artinya, keberhasilan pembelajaran KBK
tidak hanya diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai isi atau materi
pelajaran, akan tetapi juga bagaimana cara mereka menguasai pelajaran
tersebut.
Tujuan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah memandirikan atau
memberdayakan sekolah dalam mengembangkan kompetensi yang akan disampaikan
kepada peserta didik, sesuai dengan kondisi lingkungan. KBK memberi peluang bagi
kepala sekolah , guru , dan peserta didik untuk melakukan inovasi dan improvisasi di
sekolah, berkaitan dengan masalah kurikulum ,pembelajaran , manajerial , dan lain
sebagainya yang tumbuh dari aktivitas, kreativitas , dan profesionalisme yang
dimiliki.Tujuan Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah mengembangkan potensi

12

peserta didik untuk menghadapi perannya dimasa datang dengan mengembangkan
sejumlah kecakapan hidup. Asumsi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) :
Dalam kurikulum berbasis kompetensi, asumsi merupakan parameter untuk
menetukan tujuan dan kompetensi yang akan di spesifikasikan. Kosistensi dan
validitas setiap kompetensi harus sesuai dengan asumsi, meskipun tujuannya selalu di
uji kembali berdasarkan masukan yang memungkinkan terjadinya perubahan.
Sedikitnya terdapat tujuh asusmsi yang mendasari kurikulum berbasis
kompetensi. Ketujuh asumsi tersebut adalah sebagai berikut.
a. Pertama, banyak sekolah yang memiliki sedikit guru profesional dan
tidak mampu melakukan proses pembelajaran secara optimal. Karena itu
penerapan kurikulum berbasis kompetensi menuntut penungkatan
kemampuan profesional guru.
b. Kedua, banyak sekolah yang hanya mengoleksi sejumlah mata pelajaran
dan pengalaman, sehingga mengajar di artikan sebagai kegiatan
menyajikan materi yang terdapat dalam setiap mata pelajaran.
c. Ketiga, peserta didik bukanlah tabung kosong atau kertas putih bersih
yang dapat diisi atau di tulis sekehendak guru, nelainkan individu yang
memiliki sejumlah potensi yang perlu di kembangkan.
d. Keempat, peserta didik memiliki potensi yang berbeda dan bervariasi,
dalam hal tertentu memiliki potensi tinggi, tetapi dalam hal lain mungkin
biasa – biasa saja, bahkan rendah. Disamping itu, mereka memiliki
tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru, sehingga guru
harus dapat membantu menghubungkan pengalaman yang sudah
dimilikiu dengan situasi baru.
e. Kelima, pendidikan berfungsi mengindentifikasikan lingkungan untuk
membantu peserta didik mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki
secara optimal.
f. Keenam, kurikulum sebagai rencana pembelajaran harus berisi
kompetensi – kompetensi potensial yang tersusun secara sistematis,
sebagai jabaran dari seluruh aspek kepribadian peserta didik, yang
mencerminkan keterampilan yang dapat di terapkan dalam kehidupan.
g. Ketujuh, kurikulum sebagai proses pembelajaran harus menyediakan
berbagai

kemungkinan

kepada

seluruh

peserta

didik

untuk

mengembangkan berbagai potensinya secara optimal. Dalam hal ini
tugas guru adalah memberikan kemudahan dan kesempatan belajar
kepada peserta didik untuk menetukan ide dan menerapkan strategi

13

belajar sesuai dengan kemampuan dan kecepatan belajar masing –
masing.
11. Kurikulum 2006 (KTSP)
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional
yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Dalam
Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksnakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP diakukan
oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi
serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP).
KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-undang No 20 tahun
2003 tantang Sistem Pendidikan Nasiional pasal 36 ayat 1), dan 2) sebagai berikut.
1) Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan
untuk mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional.
2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan
prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan
peserta didik.
Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan KTSP adalah
sebagai berikut:
1) KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi
dan karakteristik daerah, serta sosial budaya masyarakat setrempat dan
peserta didik.
2) Sekolah dan komite sekolah mengembangkan KTSP dan silabusnya
berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di
bawah supervisi dinas pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama
yang bertanggungjawab di bidang pendidikan.
3) Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi
diperguruan tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing
perguruan tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.
KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan
sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru
pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan
14

pendidikan, dan pelibata masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar
mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar satuan pendidikan dan sekolah memiliki
keleluasaan dalam mengelola sumber daya sumber dana, sumber belajar, dan
mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap
kebutuhan setempat.
Secara umum tujuan diterpkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada
lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan
keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Secara khusus tujuan
diterapkannya KTSP adalah untuk:
1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam mengembangkan kurikulum.
2) Meningkatkan

kepedulian

warga

sekolah

dan

masyarakat

dalam

pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
3) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan yang akan
dicapai.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh undang-undang dan
peraturan pemerintah sebagai berikut:
1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
2) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
3) Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Stanadar Isi
4) Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Stanadar kompetensi Lulusan
5) Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan permendiknas no.
22, dan 33.
Karakteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan
satuan pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan
sumber belajar, profesionalisme tenaga kependidikan, seta sistem penilaian.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikemukakan beberapa karakteristik KTSP sebagai
berikut:
1) Pemberian Otonomi Luas Kepada Sekolah dan Satuan Pendidikan

15

KTSP memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan,
disertai seperangkat tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan
kondisi setempat. Sekolah dan satuan pendidikan juga diberi kewenangan dan
kekuasaan yang luas untuk mengembangkan pembelajaran sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan peserta didik serta tuntutan masyarakat. Melalui otonomi yang luas, seolah
dapat meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dengan menawarkan partisipasi
aktif mereka dalam pengambilan keputusan dan tanggungjawab bersama dalam
pelaksanaan keputusan yang diambil secara proporsional dan profesional.
2) Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua yang Tinggi
Orang tua peseta didik dan mayarakat tidak hanya mendukung sekolah
melalui bantuan keuangan, tetapi melalui komite sekolah dan dewan pendidikan
merumuskan serta mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran. Masyrakat dan orang tua menjalin kerja sama unntuk
membantu sekolah sebagai nara sumber pada berbagai kegiatan sekolah untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
3) Kepemipinan yang Demokratis dan Profesional
Kepala sekolah dan guru-guru sebagai tenaga pelaksana kurikulum, kepala
sekolah adalah manajer pendidikan profesional yang direkrut komite sekolah untuk
mengelola segala kegiatan sekolah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan. Guru-guru
yang direkrut sekolah adalah pendidik profesional dalam bidangnya masing-masing.
4) Tim-Kerja yang Kompak dan Transparan
Dalam dewan pendidikan dan komite sekolah misalnya, pihak-pihak yang
terlibat bekerja sama secara harmonis sesuai dengan posisinya masing-masing untuk
mewujudkan suatu sekolah yang dapat dibanggakan. Mereka tidak saling menunjukan
kuasa atau paling berjasa, tetapi masing-masing berkontribusi terhadap upaya
peningkatan mutu dan kinerja sekolah secara keseluruhan.

B.

HAKIKAT KURIKULUM

1. Fungsi Kurikulum
Sebelum kita bicara mengenai fungsi kurikulum, terlebih dahulu akan
dijelaskan, apa yang dimaksud dengan fungsi. Kata fungsi berasal dari bahasa inggris
function yang mempunyai banyak arti, yang diantaranya berarti jabatan, kedudukan,
kegiatan, dan sebagainya. Yang terkait dalam kurikulum sekolah secara langsung

16

adalah: Guru, Kepala Sekolah, para penulis buku ajar, dan masyarakat. Berikut ini
akan dipaparkan seberapa jauh keterlibatan dalam melaksanakan kurikulum1 :
a. Fungsi kurikulum bagi para penulis
Para penulis harus mempelajari terlebih dahulu kurikulum yang berlaku pada
waktu itu. Untuk membuat berbagai pokok bahasan maupun subpokok bahasan. Para
penulis harus membuat analisis intruksional, menyusun garis-garis besar program
pembelajaran untuk mata pelajaran tertentu dan mencari berbagai sumber bahan yang
relevan.
b. Fungsi kurikulum bagi guru
Guru tidak hanya berfungsi sebagai pelaksana kurikulum sesuai dengan
kurikulum yang berlaku,tapi juga sebagai pengembangan kurikuulm dalam rangka
pelaksanaan kurikulum tersebut.
c. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah
Bagi kepala sekolah, kurikulum merupakan barometer atau alat pengukur
keberhasilan program pendidikan disekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah
dituntut untuk menguasai dan mengontrol, apakah proses pendidikan yang
dilaksanakan itu berpijak pada kurikulum yang berlaku.
d. Fungsi kurikulum bagi mayarakat
Melalui kurikulum sekolah yang bersangkutan, mayarakat bias mengetahui
pengetahuan, sikap dan nilai setra keterampilan yang dibutuh karya relevan atau tidak
dengan kurikulum sekolah. Kurikulum adalah alat produsen dari sekolah, sedangkan
mayarakat adalah konsumennya.
12. Tujuan Kurikulum
Tujuannya adalah segala sesuatu yang ingin dicapai. Tujuan kurikulum dibagi
menjadi 3 yaitu:
a. Tujuan-tujuan sekolah dasar adalah untuk mendidik kecerdasar ilmu
pengetahuan, budi pekerti, keterampilan, akhlak untuk hidup mandiri dan
melanjutkan kependidikan yang lebih tinggi.
b. Tujuan sekolah menengah pertama adalah untuk meningkatkan aspek-aspek
pengetahuan dari sekolah dasar.
c. Tujuan sekolah menengah atas adalah untuk meningkatkan aspek-aspek dari
sekolah menengah pertama, tetapi sesuai dengan jurusan.
C. KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN SEKOLAH DASAR

1 H. Dakir. 2010. Perencanaan Pengembangan. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm : 13

17

1. PPKN
Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan terdiri atas: (1)
Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa diperankan dan
dimaknai sebagai entitas inti yang menjadi sumber rujukan dan kriteria keberhasilan
pencapaian tingkat kompetensi dan pengorganisasian dari keseluruhan ruang lingkup
mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan; (2) substansi dan jiwa
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, nilai dan semangat
Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia
ditempatkan sebagai bagian integral dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
yang menjadi wahana psikologis-pedagogis pembangunan warganegara Indonesia
yang berkarakter Pancasila.
2. Bahasa Indonesia.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar,
baik secara lisan maupun tulis, sekaligus mengembangkan kemampuan beripikir
kritis dan kreatif. Peserta didik dimungkinkan untuk memperoleh kemampuan
berbahasanya dari bertanya, menjawab, menyanggah, dan beradu argumen dengan
orang lain.
Kegiatan berbahasa Indonesia mencakup kegiatan produktif dan reseptif di
dalam empat aspek berbahasa, yakni mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis. Kemampuan berbahasa yang bersifat reseptif pada hakikatnya merupakan
kemampuan untuk memahami bahasa yang dituturkan oleh pihak lain. Pemahaman
terhadap bahasa melalui sarana bunyi merupakan kegiatan menyimak dan
pemahaman terhadap bahasa penggunaan sarana tulisan merupakan kegiatan
membaca.
Kegiatan reseptif membaca dan menyimak memiliki persamaan yaitu samasama kegiatan dalam memahami informasi. Perbedaan dua kemampuan tersebut yaitu
terletak pada sarana yang digunakan yaitu sarana bunyi dan sarana tulisan.
Mendengarkan adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseptif.
Berbicara adalah keterampilan bahasa lisan yang bersifat produktif, baik yang
interaktif, semi interaktif, dan noninteraktif. Adapun menulis adalah keterampilan
produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis merupakan keterampilan berbahasa
yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya, karena
menulis bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga
mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang
18

teratur. Kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, inovatif, dan bahkan inventif
peserta didik perlu secara sengaja dibina dan dikembangkan.
3.

Matematika
Matematika dapat didefinisikan sebagai studi dengan logika yang ketat dari

topik seperti kuantitas, struktur, ruang, dan perubahan. Pada struktur kurikulum
SD/MI, mata pelajaran matematika dialokaskan setara 5 jam pelajaran ( 1 jam
pelajaran = 35 menit) di kelas I dan 6 jam pelajaran kelas II – VI per minggu, yang
sifatnya relatif karena di SD menerapkan pendekatan pembelajaran tematik-terpadu.
Guru dapat menyesuaikannya sesuai kebutuhan peserta didik dalam pencapaian
kompetensi yang diharapkan. Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per
minggu

sesuai

dengan

kebutuhan

satuan

pendidikan

tersebut.

Cangkupan materi matematika di SD meliputi bilangan asli, bulat, dan pecahan,
geometri dan pengukuran sederhana, dan statistika sederhana serta kompetensi
matematika dalam mendukung pencapaian kompetensi lulusan SD ditekankan pada:
a. Menunjukkan sikap positif bermatematika: logis, kritis, cermat dan teliti,
jujur, bertanggung jawab, dan tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan
masalah, sebagai wujud implementasi kebiasaan dalam inkuiri dan eksplorasi
matematika
b. Memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan pada matematika,
yang terbentuk melalui pengalaman belajar
c. Menghargai perbedaan dan dapat mengidentifikasi kemiripan dan perbedaan
berbagai sudut pandang
d. Mengklasifikasi berbagai benda berdasar bentuk, warna, serta alasan
pengelompokannya
e. Mengidentifikasi dan menjelaskan informasi dari komponen, unsur dari
benda, gambar atau foto dalam kehidupan sehari-hari
f. Menjelaskan pola bangun dalam kehidupan sehari-hari dan memberikan
dugaan kelanjutannya berdasarkan pola berulang
g. Memahami efek penambahan dan pengambilan benda dari kumpulan objek,
serta memahami penjumlahan dan pengurangan bilangan asli, bulat dan
pecahan.
h. Menggunakan diagram, gambar, ilustrasi, model konkret atau simbolik dari
suatu masalah dalam penyelesaian masalah
i. Memberikan interpretasi dari sebuah sajian informasi/data
4. IPA

19

Ruang lingkup materi mata pelajaran IPA SD mencakup Tubuh dan panca
indra, Tumbuhan dan hewan, Sifat dan wujud benda- benda sekitar, Alam semesta
dan kenampakannya, Bentuk luar tubuh hewan dan tumbuhan, Daur hidup makhluk
hidup, Perkembangbiakan tanaman, Wujud benda, Gaya dan gerak, Bentuk dan
sumber energi dan energi alternatif, Rupa bumi dan perubahannya, Lingkungan, alam
semesta, dan sumber daya alam, Iklim dan cuaca, Rangka dan organ tubuh manusia
dan

hewan,

Makanan,

rantai

makanan,

dan

keseimbangan

ekosistem,

Perkembangbiakan makhluk hidup, Penyesuaian diri makhluk hidup pada
lingkungan, Kesehatan dan sistem pernafasan manusia, Perubahan dan sifat benda,
Hantaran panas, listrik dan magnet, Tata surya, Campuran dan larutan.
5.

IPS
IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari tentang kehidupan manusia

dalam berbagai dimensi ruang dan waktu serta berbagai aktivitas kehidupannya. Mata
pelajaran IPS bertujuan untuk menghasilkan warganegara yang religius, jujur,
demokratis, kreatif, kritis, senang membaca, memiliki kemampuan belajar, rasa ingin
tahu,

peduli

dengan

lingkungan

sosial

dan

fisik,

berkontribusi

terhadap

pengembangan kehidupan sosial dan budaya, serta berkomunikasi secara produktif.
Ruang lingkup IPS terdiri atas pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang
dikembangkan dari masyarakat dan disiplin ilmu sosial. Penguasaan keempat konten
ini dilakukan dalam proses belajar yang terintegrasi melalui proses kajian terhadap
konten pengetahuan. Secara rinci, materi IPS dirumuskan sebagai berikut:
a. Pengetahuan: tentang kehidupan masyarakat di sekitarnya, bangsa, dan umat
manusia dalam berbagai aspek kehidupan dan lingkungannya
b. Keterampilan: berpikir logis dan kritis, membaca, belajar (learning skills,
inquiry), memecahkan masalah, berkomunikasi dan bekerjasama dalam
kehidupan bermasyarakat-berbangsa.
c. Nilai: nilai-nilai kejujuran, kerja keras, sosial, budaya, kebangsaan, cinta
damai, dan kemanusiaan serta kepribadian yang didasarkan pada nilai-nilai
tersebut.
d. Sikap: rasa ingin tahu, mandiri, menghargai prestasi, kompetitif, kreatif dan
inovatif, dan bertanggungjawab
Materi IPS mencakup kehidupan manusia dalam:
a. Tempat dan Lingkungan.
b. Waktu Perubahan dan Keberlanjutan.
c. Organisasi dan Sistem Sosial.

20

d. Organisasi dan Nilai Budaya.
e. Kehidupan dan Sistem Ekonomi.
f. Komunikasi dan Teknologi.
Pengemasan materi IPS disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Pada kelas I
– III (SD/MI) IPS sebagai bagian integral dari mata pelajaran lain yaitu bahasa
Indonesia, dan PPKn yang diajarkan secara tematik terpadu.
6. Seni Budaya dan Prakarya.
Mata pelajaran Seni Budaya merupakan aktivitas belajar yang menampilkan
karya seni estetis, artistik, dan kreatif yang berakar pada norma, nilai, perilaku, dan
produk seni budaya bangsa. Mata pelajaran ini bertujuan mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk memahami seni dalam konteks ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni serta berperan dalam perkembangan sejarah peradaban dan
kebudayaan, baik dalam tingkat lokal, nasional, regional, maupun global.
Pembelajaran seni di tingkat pendidikan dasar dan menengah bertujuan
mengembangkan kesadaran seni dan keindahan dalam arti umum, baik dalam domain
konsepsi, apresiasi, kreasi, penyajian, maupun tujuan-tujuan psikologis-edukatif
untuk pengembangan kepribadian peserta didik secara positif.
Mata pelajaran Seni Budaya di tingkat pendidikan dasar sangat kontekstual
dan diajarkan secara konkret, utuh, serta menyeluruh mencakup semua aspek (seni
rupa, seni musik, seni tari dan prakarya), melalui pendekatan tematik. Untuk itu para
pendidik seni harus memiliki wawasan yang baik tentang eksistensi seni budaya yang
hidup dalam konteks lingkungan sehari-hari di mana ia tinggal, maupun pengenalan
budaya lokal, agar peserta didik mengenal, menyenangi dan akhirnya mempelajari.
Dengan demikian pembelajaran seni budaya dan prakarya di SD harus dapat
7. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan pada hakikatnya adalah proses
pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik
dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan
utuh, makhluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah
kualitas fisik dan mentalnya.
Karakteristik Perkembangan Gerak Anak Usia SD, pada usia antara 7- 8
tahun, anak sedang memasuki perkembangan gerak dasar dan memasuki tahap awal
perkembangan gerak spesifik. Karakteristik awal perkembangan gerak spesifik dapat
diidentifikasi dengan makin sempurnanya kemampuan melakukan berbagai
21

kemampuan gerak dasar yang menuntut kemampuan koordinasi dan keseimbangan
agak kompleks. Oleh karenanya, keterampilan gerak yang dimiliki anak telah dapat
diorientasikan pada berbagai bentuk, jenis dan tingkat permainan yang lebih
kompleks.
Ruang lingkup materi mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Pola Gerak Dasar :
1) pola gerak dasar lokomotor atau gerakan berpindah tempat, misalnya;
berjalan, berlari, melompat, berguling, mencongklak.
2) pola gerak non-lokomotor atau bergerak di tempat, misalnya;
membungkuk, meregang, berputar, mengayun, mengelak, berhenti,
3) Pola gerak manipulatif atau mengendalikan/ mengontrol objek,
misalnya;

melempar

bola,

menangkap

bola,

memukul

bola

menggunakan tongkat, menendang bola.
b. Aktivitas Permainan dan Olahraga termasuk tradisional, misalnya;
rounders, kasti, softball, atletik sepak bola, bola voli, bola basket, bola
tangan, sepak takraw, tenis meja, bulutangkis, silat, karate. Kegiatan ini
bertujuan untuk memupuk kecenderungan alami anak untuk bermain
melalui kegiatan bermain informal dan meningkatkan pengembangan
keterampilan dasar, kesempatan untuk interaksi sosial. Menerapkannya
dalam kegiatan informal dalam kompetisi dengan orang. Juga untuk
mengembangkan keterampilan dan memahami dari konsep-konsep kerja
sama tim, serangan, pertahanan dan penggunaan ruang dalam bentuk
eksperimen/eksplorasi

untukmengembangkan

keterampilan

dan

pemahaman.
c. Aktivitas Kebugaran, meliputi pengembangan komponen keburan
berkaitan dengan kesehatan, terdiri dari; daya tahan (aerobik dan
anaerobik), kekuatan, kelenturan, komposisi tubuh, dan pengembangan
komponen kebugaran berkaitan dengan keterampilan, terdiri dari;
kecepatan, kelincahan, keseimbangan, dan koordinasi.
d. Aktivitas Senam dan Gerak Ritmik, meliputi senam lantai, senam alat,
apresiasi terhadap kualitas estetika dan artistik dari gerakan, tarian kreatif
dan rakyat. Konsep gerak berkaitan eksplorasi gerak dengan tubuh dalam
ruang, dinamika perubahan gerakan dan implikasi dari bergerak di
kaitannya dengan apakah orang lain dan /nya lingkungannya sendiri.

22

e. Aktivitas Air, memuat kompetensi dan kepercayaan diri saat peserta didik
berada di dekat, di bawah dan di atas air. Memberikan kesempatan unik
untuk pengajaran gaya-gaya renang (punggung, bebas, dada, dan kupukupu) dan juga penyediaan peluang untuk kesenangan bermain di air dan
aspek lain dari olahraga air termasuk pertolongan dalam olahraga air

BAB III
PENUTUP
A. SARAN KESIMPULAN
Dalam kurun waktu perubahan kurikulum diharapkan untuk mencapai mutu
pendidikan lebih berkualitas. Peran kurikulum dalam pendidikan sangat penting,
karena itu perubahan atau revisi pada kurikulum terus di perhatikan karena tujuan
kurikulum adalah sebagai berikut :
1. Tujuan-tujuan sekolah dasar adalah untuk mendidik kecerdasar ilmu
pengetahuan, budi pekerti, keterampilan, akhlak untuk hidup mandiri dan
melanjutkan kependidikan yang lebih tinggi.
2. Tujuan sekolah menengah pertama adalah untuk meningkatkan aspek-aspek
pengetahuan dari sekolah dasar.
3. Tujuan sekolah menengah atas adalah untuk meningkatkan aspek-aspek dari
sekolah menengah pertama, tetapi sesuai dengan jurusan.
23

Dari tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa kurikulum sangat berpengaruh
penting dalam dunia pendidikan.
B. SARAN
Penyusun mengakui makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu kami
mengharapkan keritik dan saran yang dapat membangun dari dosen pengampu dan
rekan-rekan supaya kami bisa lebih baik lagi, dan untuk menambah pengetahuan
kami tentunya.

DAFTAR PUSTAKA
Dakir. 2010. Perencanaan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Riena Cipta.
Purwanto, Ngalim. 2011. Ilmu Pendidikan Teoristis dan Praktis. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Hidayat, Sholeh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Jakarta: Rosda.
Mulyasa, E. 2010. Kurikulum Berbasis Kompetensi.Bandung: Remaja Rosdakarya.

24