PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN (1)

PANCASILA DALAM KONTEKS
KETATANEGARAAN

Dosen Pembimbing
Disusun Oleh
Ketua
(502016261)
Moderator
(502016254)
Notulen
(502016207)
Anggota
(502016266)
(502016259)
(502016294)
(502016260)

: Mona Wulandari, SH.MH

: KELOMPOK III
: Ari Saputra

: Dzalzabilla
: Liza Andhani Moulina
: Anggy Marcelia
Yelfina
Bagas Putra
Prana Apriansyah

Tahun Ajaran
2016/2017
Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah
Palembang
A. Undang-Undang Dasar di Indonesia
1. Pengertian UUD
Undang-Undang Dasar Negara adalah perturan perundangundangan yang tertinggi tingkatnya dalam negara dan
merupakan hukum dasar negara yang tertulis.
Hukum
Dasar
Negara
meliputi

keseluruhan
sistem
ketatanegaraan berupa kumpulan peraturan-peraturan yang
membentuk negara dan mengatur atau memerintahinya. Hukum
ini mengatur susunan organisasi suatu negara, membatasi tugas
dan wewenang lembaga-lembaga negara serta hubunganhubungan baik vertikal maupun horizontal antara lembagalembaga negara.
Pada umumnya Undang-Undang Dasar itu tidak memuat
peraturan yang mendetail tentang urusan negara, melainkan
hanya norma fundamental saja yang harus dilengkapi dengan
Undang-Undang Peraturan Peraturan Pemerintah, instruksi dan
sebagainya. Tidak mungkin disusun suatu Undang-Undang Dasar
yang bersifat universal karena adanya berbagai perbedaan
dalam masing-masing negara, misalnya dalam bidang
kepercayaan, tradisi susunan penduduk, taraf kulturil dan
sebagainya. Undang-Undang Dasar harus memuat ketentuanketentuan hukum yang mengatur hal-hal berikut.
a. Bentuk negara dan organisasinya.
b. Susunan pengangkatan dan wewenang pemerintah dalam
arti luas.
c. Hak-hak fundamental warganegara dan badan-badan
hukum termasuk bidang politik.

d. Dan lain-lain yang bersifat mendasar.
2. Beberapa Cara Terjadinya Undang-Undang Dasar
Negara-negara modern memperoleh Undang-Undang Dasar
mereka dengan melalui salah satu cara sebagai berikut.
a. Cara Pemberian (Grant)

Undang-Undang Dasar yang diperoleh dengan cara
pemberian terdapat pada negara-negara yang berbentuk
Kerajaan. Negara-negara Monarki yang mula-mula bersifat
absolute, lambat laun sebagai akibat timbulnya paham
demokrasi berubah sifatnya menjadi negara Monarki yang
Konstitusional.
b. Melalui Suatu Revolusi
Salah satu cara untuk menggulingkan suatu pemerintahan
yang tidak disenangi rakyatnya ialah melalui revolusi
dengan mengadakan perebutan kekuasaan (coup de ‘Etaf).
Pemerintahan yang baru akibat revolusi lalu membuat
Undang-Undang Dasar yang diusahakan mendapat
persetujuan masyarakatnya.


c. Dengan Pembuatan (Deliberate Creation)
Dalam hal ini pembuatan Undang-Undang Dasar dilakukan
setelah suatu negara baru dilahirkan (walaupun konsep
disusun sebelum negara resmi berdiri). Negara Amerika
Serikat adalah negara yang pertama membuat UndangUndang Dasar tertulis.
3. Undang-Undang Dasar yang Pernah Berlaku di Republik
Indonesia
Semenjak Proklamasi 17 Agustus 1945 sampai sekarang
Negara Republik Indonesia telah mengalami 3 macam UndangUndang Dasar dalam 4 masa berikutnya, yaitu sebagai beikut :
Pertama:
UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945
dinyatakan berlaku diseluruh Wilayah Indonesia. Sejak tanggal
tersebut sampai dengan mulai berlakunya Konstitusi RIS pada
saat pengakuan kedaulatan pada 27 Desember 1949, jelas UUD
1945 tidak dapat dilaksanakan dengan baik, karena kita sedang
dalam pancaroba, dan usaha membela dan mempertahankan
kemerdekaan yang baru saja kita proklamasikan, sedang pihak
kolonialis Belanda justru ingin menjajah kembali bekas
jajahannya yang telah merdeka itu. Segala perhatian bangsa dan
negara diarahkan untuk memenangkan perang kemerdekaan.

Kedua:
Konstitusi RJS yang berlaku dari 27 Desember 1949 sampai
dengan 17 Agustus 1950. Belanda mengakui Kemerdekaan
Indonesia namun kita, pihak Republik Proklamasi terpaksa
menerima berdirinya Negara Indonesia yang lain dari yang kita
proklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 yang didirikan
berdasarkan UUD 1945 yang kita tetapkan pada tanggal 18
Agustus 1945. Negara Kesatuan Republik Indonesia terpaksa
menjadi negara Federal Republik Indonesia Serikat berdasarkan
kostitusi RIS. Untunglah negara Federasi RIS ini hanya
berlangsung sangat singkat. Berkat kesadaran Pemimpin RIS
dengan dipelopori oleh pimpinan-pimpinan yang republic, maka
pada tanggal 17 Agustus 1950 Negara Federasi RIS menjadi
Negara Kesatuan Republik Indonesia, tetapi dengan landasan
UUD lain dari UUD 1945. Negara Kesatuan RI (NKRI) telah
menetapkan UUD Sementara (UUDS) 1950.
Ketiga:
UUDS 1950 yang berlaku dari 17 Agustus 1950 sampai 5 Mei
1959. Menurut UUD ini sistem pemerintahan yang dianut adalah
sistem Pemerintahan Parlementer, bukan sistem Presidentil.

Menurut Sistem Pemerintahan Parlementer itu maka presiden
dan wakil presiden adalah sekedar Presiden Konstitusional dan
tidak dapat diganggu gugat.

Keempat:
UUD 1945 berlaku kembali sejak 5 Mei 1959 sampai sekarang,
Dekrit Presiden 5 Mei 1959 dapat dilihat sebagai usaha
mengadakan koreksi terhadap masa lampau yaitu masa
berlakunya Konstitusi RIS dan UUDS 1950.
Adapun pertimbangan untuk kembali ke UUD 1945 (melalui
Dekrit Presiden 5 Juli 1959) antara lain adalah, sebagai berikut.
 UUD 1945 merupakan Dokumen Historis atas dasar mana
perjuangan dimulai dan yang dapat dipakai untuk
landasan guna menyelesaikan perjuangan pada tingkatan
sekarang (yaitu dalam tahun 1959);
 UUD 1945 adalah cukup demokratis dan sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia;
 UUD 1945 menjamin ada pemerintahan yang stabil selama
5 tahun;
 UUD 1945 unsur golongan fungsional dapat dimasukkan

dalam MPR dan DP A.
Pelaksanaan UUD 1945 sejak 15 Juli 1959 sampai sekarang
dapat dibedakan dalam 3 kurun waktu, yaitu :
 Kurun waktu antara 1959-1965 dikenal Orde Lama;
 Kurun waktu antara 1966 sampai 21 Mei 1998 dikenal
dengan Orde Baru;
 Kurun waktu antara Mei 1998 sampai dengan sekarang
dikenal dengan Orde Reformasi.
Dalam masa Orde Lama maupun Orde Baru banyak
terdapat penyimpangan-penyimpangan terhadap UUD
1945 :
 Lembaga-lembaga seperti MPR, DPR, DPA, dan BPK belum
dibentuk berdasarkan undang-undang seperti ditentukan
dalam UUD 1945 (bersifat sementara);
 Presiden selaku pemegang kekuasaan eksekutif dan
pemegang kekuasaan legislatif bersama dengan DPR telah
menggunakan kekuasaan itu dengan tidak semestinya
(membentuk undang-undang tanpa persetujuan DPR);
 MPRS telah mengambil keputusan untuk mengangkat
seseorang sebagai Presiden seumur hidup (Pasal 7 UUD

1945 masa jabatan Presiden adalah 5 tahun);
 Hak budget DPR tidak berjalan, artinya pemerintah tidak
mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) APBN
untuk mendapat persetujuan DPR sebelum berlakunya
tahun anggaran yang bersangkutan;
 Dalam rangka memperkokoh kekuasaanya, Presiden telah
mengangkat para Ketua/Wakil Ketua MPRS, DPR-GR,
Mahkamah Agung, dan Ketua/Wakil ketua DPA sebagai
Menteri, padahal menteri adalah jabatan esekutif dan
merupakan pembantu Presiden.

Masa Orde Baru: Penyimpangan-penyimpangan terhadap
UUD 1945, antara lain:
 Telah menyalahi komitmen, bahwa Orde Baru akan
menjalankan UUD 1945 secara murni dan konsekuen;
 Telah menempatkan ABRI di MPR/DPR melalui peraturan
perundang-undangan yang mengingkari UUD 1945
(anggota MPR/DPR adalah dipilih bukan diingkari);
 Membatasi kebebasan warganegara dalam berpolitik dan
berpendapat antara lain kepada yang berpandangan

berbeda dengan Orde Baru. Partai Komunis Indonesia (PKI)
pimpinan Aidit yang dikenal dengan peristiwa G-30-S/PKI
yang dilanjutkan dengan meningkatnya tuntunan rakyat
dengan Tri Tuntunan Rakyat (Tritura) yaitu :
1) Bubarkan PKI.
2) Bersihkan Kabinet dari unsur-unsur.
3) Turunkan harga.
Puncak penyelenggaraan Orde Baru ditandai oleh
meningkatnya
demonstrasi
yang
menamkan
Orde
Reformasi dengan tuntunan antara lain :
1) Mundur dan adili Soeharto beserta kroni-kroninya.
2) Bersihkan pemerintah dari KKN.
3) Hapus Dwifungsi ABRI.
4. Pancasila Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia
Yang dimaksud dengan Tertib Hukum (Legal Order,
Reehtsordnung) adalah keseluruhan peraturan hukum secara

bersama yang mengajukan atau memenuhi empat syarat, yaitu :
 Adanya kesatuan subjek (penguasa) yang mengadakan
peraturan-peraturan hukum;
 Adanya kesatuan asas kerohanian yang meliputi (menjadi
dasar daripada) keseluruhan peraturan-peraturan hukum
itu;
 Ada kesatuan wilayah dimana keseluruan hukum itu
berlaku;
 Ada kesatuan waktu dalam mana keseluruhan peraturanperaturan hukum itu berlaku.
Dalam tertib hukum dapat diadakan pembagian susunan yang
hierarkis (bertingkat-tingkat), dimana Undang-Undang Dasar
(UUD) tidak merupakan peraturan hukum yang tertinggi. Diatas
UUD masih ada dasar pokok bagi Undanf-Undang Dasar atau
hukum dasar yang tidak tertulis. Adapun yang dimaksud dengan
suatu Pokok Kaidah Negara yang fundamental adalah suatu
pertanyaan lahir sehubungan terbentuknya negara yang dalam
hal terjadinya dibentuk oleh Pembentuk Negara.
Suatu pokok kaidah negara yang fundamental dari suatu
negara itu, dalam pengertian hukum mempunyai HAKIKAT dan


KEDUDUKAN yang TETAP, KUAT dan TAK BERUBAH bagi negara
yng dibentuk.
5. Pembentukan UUD 1945 Merupakan Pokok kaidah Negara Yang
Fundamental
Pembentukan UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18
Agustus 1945 berlandaskan Proklamasi 17 Agustus 1945
merupakan Pernyataan Kemerdekaan yang terpencil adalah
memenuhi syarat sebagai Pokok Kaidah Negara yang
Fundamentil. Pembukaan UUD 1945 itu menurut sejarah
terjadinya,ditendukan oleh Pembukaan NegARA (PPKI) sebagai
penjelmaan kehendaknya yang dalam hakikatnya dipisahkan
(rencananya dibahas oleh suatu Panitia Hukum Dasar) dari
Undang-Undang Dasar direncanakan oleh Panitia Perancang
Undang-Undang Dasar, dan menurut isinya memuat asas
kerohamiam Negara (Pancasila asas politik Negara Republik
yang berkedaulatan rakyat), tujuan Negara (melindungi
segennap bangsa Indonesian dan seluuh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial).
Semua penguasa negri yang di bentuk setelah negara ad
dibentuk hanya berkedudukan sebagai alat pelengkap negara
(termasuk MPR), maka kedudukanya atau derajatnya di baw
Pembentuk Negara.sehingga penguasa yang ada dalam
negara republic indinesia ini tidak berhak untuk meniagakan
atau
mengubah
Pembukaan
UUD.
Hal tidak dapat di ubah ini (pengertian ilmia) juga di anut oleh
mprs yang dengan ketetapanya No.XX /MPRS / 1966 yang
dinyatakan tetap berlaku oleh TAP MPR No. V/MPR/1973 jo.TAP
MPRA No.DC/MPR/1978 dengan tegas ditandaskan sebagai
berikut.
“Pembukaan Undang-Undamg Dasar 1945 sebagai Penyataan
Kemerdekaan yang terperinci yang mengandung cit-cita luhur
dari Proklamasi 17 gustus 1945 dan yang memuat Pancasila
sebagai Dasar Negara, merupakan satu rangkaian dengan
Proklamasi 17 Agustus 1945, dan oleh karena itu tidak dapat
diubah oleh siapapun juga, termasuk MPR hasil pemilihan
umum, yang berdasarkan Pasal 3 dan Pasal 37 Undang-Undang
Dasar, karena mengubah isi Pembukaan berarti pembubaran
negara”.
6. Undang-Undang Dasar 1945
a. Pengertian, Kedudukan dan Sifat UUD 1945
Yang dimaksud Undang-Undang Dasar 1945
keseluruhan naskah yang terdiri dari :
1) Pembukaan;

adalah

2) Batang Tubuh, yaitu pasal-pasal Undang-Undang Dsar 1945
yang terdiri dari 16 Bab yang terperinci dalam 37 pasal, 1
pasal aturan peralihan dan 2 ayat aturan tambahan;
3) Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945
Naskahnya yang resmi telah dimuat dan disarankan
dalam “Berita Republik Indonesia” suatu penerbitan resmi
Pemerintah Republik Indonesia yang terbit pada tanggal 15
Februari 1946 (Berita Republik Indonesia Tahun II Tahun1946
No.7).
Sebagaimana telah dijelaskan UUD itu telah disahkan
oleh Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
pada tanggal 18 Agustus 1945.
Undang-Undang
Dasar
bukanlah
hukum
biasa,
melainkan hukum biasa. Sebagai hukum dasar, maka UndangUndang Dasar itu sendiri merupakan sumber hukum. Setiap
produk hukum seperti undang-undang, peraturan atau
keputusan pemerintah, bahkan setiap tindakan kebijaksanaan
pemerintah haruslah berlandaskan, bersumberkan pada
peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya dapat
dipertanggungjawabkan pada ketentuan-ketentuan UndangUndang Dasar 1945.
Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 dijelaskan
oleh pembentukan Undang-Undang Dasar, mengapa UndangUndang Dasar bersifat singkat, hanya memuat 37 pasal,
ditambah dengan 4 pasal aturan peralihan dan 2 ayat Aturan
Tambahan. Sifat Undang-Undang Dasar yang singkat itu juga
dikemukakan dalam penjelasan, bahwa :
1) Undang-Undang Dasar itu cukup, apabilah telah memuat
aturan-aturan pokok saja, hanya memuat garis-garis besar
sebagai instruksi kepada Pemerintah dan lain-lain
penyelenggara Negara untuk menyelenggarakan tugasnya;
2) Undang-Undang Dasar yang singkat itu menguntungkan
bagi negara seperti Indonesia ini, yang masih harus terus
berkembang, harus terus hidup secara dinamis, masih akan
terus mengalami perubahan-perubahan;
Dengan aturan-aturan yang tertulis, yang hanya memuat
aturan-aturan pokok itu akan merupakan aturan yang luwes,
kenyal, tidak mudah ketinggalan zaman.
b. Makna Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
1) Makna Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bagi
Perjuangan Bangsa Indonesia.
Apabila
Undang-Undang
Dasar
1945
itu
merupakan sumber hukum tertinggi dari hukum yang
berlaku di Indonesia, maka Pembukaan UUD 1945
merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi perjuangan
dan tekad Bangsa Indonesia, yang merupakan sumber

dari cita-cita hukum dan cita moral yang ingin ditegakkan
baik dalam lingkungan nasional, maupun dalam hubungan
pergaulan bangsa-bangsa di dunia.
2) Makna alinea-alinea Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945
Alinea Pertama : dari Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945, yang berbunyi: “Bahwa sesungguhnya
Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab
itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan” menunjukkan keteguhan dan pendirian
bangsa Indonesia menghadapi masalah kemerdekaan
lawan penjajah. Dengan perkataan itu bukan saja bangsa
Indonesia yang bertekad untuk merdeka, tetapi Indonesia
akan berdiri di barisan depan untuk menentang dan
menghapuskan penjajahan di atas dunia.
Alinea ini juga mengandung suatu pernyataan
subjektif, yaitu aspirasi bangsa Indonesia sendiri untuk
membebaskan diri dari penjajahan.
Pendirian yang demikian itu yang tercantum dalam
Pembukaan UUD akan tetap menjadi landasan pokok
mengendalikan politik luar negri kita.
Alinea Kedua : “Dan perjuangan kemerdekaan
Indonesia telah sampai kepada ssat yang berbahagia
dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia
kedepan pintu gerbang Kemerdekaan Negara Indonesia,
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”.
Menunjukkan kebanggaan dan penghargaan kita atas
perjuangan bangsa Indonesia selama ini. Serta adanya
kesadaran bahwa keadaan sekarang tidak dapat
dipisahkan dari keadaan kemarin dan langkah yang kita
ambil sekarang akan menentukan keadaan yang akan
datang.
Alinea ini menunjukkan adanya ketepatan dan
ketazaman penilaian :
a) Bahwa perjuangan penggerakan di Indonesia, telah
sampai pada tingkat yang menentukan;
b) Bahwa momentum yang telah dicapai tersebut harus
dimanfaatkan untuk menyatakan kemerdekaan;
c) Bahwa kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan
akhir tetapi masih harus diisi dengan mewujudkan
negara Indonesia yang medeka, bersatu, berdaulat,
adil dan makmur.
Alinea Ketiga :

yang berbunyi “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha
Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.
Dengan ini digambarkan bahwa bangsa Indonesia
mendambakan
kehidupan
materiil
dan
spiritual,
keseimbangan kehidupan didunia akhirat.
Alinea Keempat :
berbunyi “Kemudian daripada itu untuk membentuk
suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa , dan ikut melaksanakan
ketertiban
dunia
yang
berdasarkan
kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk
dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat berdasarkan :
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil
dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Alinea ini merumuskan dengan padat sekali tujuan
dan prinsip-prinsip dasar untuk mencapai tujuan bangsa
Indonesia setelah menyatakan dirinya merdeka itu.

3) Pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945
Sesuai dengan penjelasan UUD 1945, Pembukaan UUD
1945 mempunyai fungsi atau hubungan langsung dengan
UUD 1945 itu sendiri, ialah bahwa Pembukaan UUD 1945
itu mengandung pokok-pokok pikiran yang diciptakan dan
dijelmakan dalam Batang Tumbuh UUD 1945, yaitu dalam
pasal-pasalnya.
Ada empat pokok pikiran yang sifat dan maknanya
sangat dalam yaitu:
a) Pokok pikiran pertama: “Negara … begitu bunyinya
… “ melindugi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh
tumpah
darah
Indonesia
dengan
berdasarkan atas persatuan dan mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
b) Pokok pikiran kedua: “Negara hendak mewujudkan
keadilan bagi seluruh rakyat”. Ini merupakan pokok
pikiran Keadilan Sosial.
c) Pokok pikiran ketiga, yang terkandung dalam
“Pembukaan” ialah negara berkedaulatan rakyat,
berdasarkan
atas
kerakyatan
dan
permusyawaratan/perwakilan.
d) Pokok pemikiran keempat yang terkandung dalam :
“Pembukaan” ialah negara berdasarkan atas
Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab. Ini menegaskan
pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa dan
Kemanusiaan Yang Adil dan beradab.
4) Hubungan Pembukaan dan Batang Tumbuh
Sesuai dengan penjelasan UUD 1945, Pembukaan UUD
1945 mempunyai fungsi atau hubungan langsung dengan
UUD 1945 itu sendiri. Pembukaan UUD itu sendiri
mengandung pokok-pokok pikiran yang kemudian pokok
pikiran tersebut diciptakan kedalam pasal-pasal UUD 1945
itu sendiri. Juga dengan memperhatikan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila, Pembukaan UUD 1945
memuat falsafah dasar negara Pancasila dan UUD 1945
adalah suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,
bahkan merupakan rangkaian kesatuan nilai dan norma
yang terpadu.
c. Batang Tubuh UUD 1945
Batang Tubuh UUD 1945 terdiri dari 16 Bab terperinci
dalam 37 pasal, 4 pasal Aturan Peralihan dan 2 ayat Aturan
Tambahan, seperti diputuskan dan disahkan dalam sidang
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal
18 Agustus 1945 dan diumumkan dengan resmi dalam Berita
Republik Indonesia 15 Februari 1946 (Tahun II No.7).

Sebagai contoh negara-negara yang menganut pemikiran
pertama adalah.
1) Konstitusi negara Myanmar (dahulu Birma) terdiri dari 234
pasal;
2) Konstitusi negara Panama 291 pasal;
3) Konstitusi negara India mencapai 395 pasal.
Seperti pendapat para ahli hukum dari Perancis sebagai
pelopor konstitusi di dunia yang
menyatakan bahwa
konstitusi merupakan karya manusia yang dihasilkan dari
penggalian dalam:
1) Filsafat oleh karena perumusan-perumusan dalam
konstitusi dapat dikembalikan kepada beberapa sendi
yang terletak di bidang filsafat;
2) Seni, oleh karena kata-kata atau bahasa hukum yang
digunakan haruslah demikian tegas, jelas dan gamblang.
3) Ilmu Pengetahuan, oleh karena memuat logika dan tidak
terdapat pertentangan-pertentangan didalamnya.
Diproyeksikan pada pengertian tersebut, maka jelas
Undang-Undang Dasar 1945 adalah sesuai dengan pendapat
ahli-ahli hukum tersebut, karena:
1) UUD 1945 Merupakan hasil yang diangkat dari filsafat
bangsa Indonesia, yaitu Pancasila;
2) Bahasa hukum yang digunakan dalam konstitusi Indonesia
(UUD 1945) dapat dipandang sebagai hasil seni;
3) Untuk melahirkan dan mengkristalisasi falsafah Pancasila
yang menjiwai UUD 1945, bangsa Indonesia telah menggali
telah menggunakan berbagai cabang ilmu pengetahuan,
misakiyah sejarah, kebudayaan, teknologi dan lain
sebagainya.
Adapun
tata
urutan
peraturan-peraturan
Republik
Indonesia sesuai dengan UUD 1945 sebagaimana ditegaskan
dalam ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 adalah sebagai
berikut.
1) Undang-Undang Dasar 1945 beserta
2) Ketetapan MPR
3) Undang-Undang Peraturan Pemerintah pengganti UU
4) Peraturan Pemerintah
5) Keputusan Presiden
6) Peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya, seperti:
a) Peraturan Menteri
b) Instruksi Menteri
c) Dll.
Penjelasan:
1) UUD 1945
Ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam pasal-pasal
UUD sebagaimana telah diubah oleh MPR tanggal 19

Oktober 1999, adalah ketentuan-ketentuan yang tertinggi
tingkanya yang pelaksanaannya dilakukan dengan
ketetapan MPR, Undang-Undang atau Keputusan Presiden.
2) Ketetapan MPR
Ketetapan MPR adalah merupakan ketentuan-ketentuan
yang memuat garis-garis besar dalam bidang legislative
atau eksekutif
a) Ketetapan MPR yang dimuat garis-garis besar dalam
bidang legislatif dilaksanakan dengan Undang-Undang;
b) Ketetapan MPR yang memuat garis-garis besar dalam
bidang eksekutif dilaksanakan dengan Keputusan
Presiden (Keppres).
3) Undang-Undang (UU)
Undang-Undang adalah untuk melaksanakan UUD atau
Ketetapan MPR (dalam bidang-bidang legislative) dengan
ketentuan sebagai berikut.
a) Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan
DPR dalam persidangan yang berikut;
b) Jika tidak mendapat persetujuan, maka Peraturan
Pemerintah itu harus dicabut.
4) Peraturan Pemerintah (PP)
Adapun memuat aturan-aturan umum untuk melaksanakan
Undang-Undang;
5) Keputusan Presiden (Keppres)
Keputusan Presiden berisi keputusan yang bersifat khusus
(einbalig) adalah untuk melaksanakan ketentuan UUD yang
bersangkutan, Ketetapan MPR dalam bidang eksekutif atau
Peraturan Pemerintah;
6) Peraturan Pelaksanaan lainnya
Harus dengan tegas berdasar dan bersumber pada
peraturan perundang yang lebih tinggi sesuai dengan
prinsip hukum (dalam negara hukum). Prinsip hukum ini
terkenal
dengan
istilah/paham
“Stufenbau
der
Reechtsordnung” (Dari Hans Kelsen).
d. Tentang Konvensi
Konvensi adalah hukum dasar yang tidak tertulis yang
menurut penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan
“Aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam
praktik penyelengggaraan negara, meskipun tidak tertulis”.
Untuk dapat dikatakan sebagai suatu konvensi haruslah
memenuhi syarat sebagai berikut.

1) Materi atau tindakan bertentangan dengan UUD 1945
dan biasanya merupakan aturan-aturan sebagai
pelengkap atau pengisi kekosongan yang timbul dan
praktik kenegaraan, karena aturan tersebut tidak
terdapat dalam UUD;
2) Telah dipraktikan secara berkali-kali dan terus
menerus dalam penyelenggaraan negara, untuk waktu
yang cukup lama;
3) Diterima
baik
dalam
masyarakat
hukumnya
(rechtmilieu).
Mengenai Konvensi selain pidato kenegaraan tersebut,
sampai sekarang dapat dikemukakan contoh-contoh
lainnya sebagai berikut.
1) Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah
untuk mufakat (bulat);
2) Penyampaian pertanggungjawaban Presiden pada
akhir masa jabatannya di depan Sidang MPR yang
telah berlangsung 6 kali serta penilaian atas
pertanggungjawaban tersebut;
3) Prakarsa presiden untuk menyiapkan bahan-bahan
GBHN jauh sebelum sidang MPR itu berlangsunguntuk
disampaikan kepada MPR pada waktu peresmiannya;
4) Ratifikasi perjanjian-perjanjian oleh DPR.
e. Isi Batang Tubuh UUD 1945
Batang Tubuh UUD 1945 mengandung isi pokok yang pada
dasarnya dibedakan dalam :
1) Pasal-pasal yang berisi pengaturan sistem Pemerintah
Negara, termasuk pegaturan tentang kedudukan, tugas,
wewenang, dan hubungan Kelembagaan Negara;
2) Pasal-pasal yang berisi tentang hubungan negara
dengan warganegara dan penduduknya;
3) Hal-hal lain, yang meliputi:
a) Pasal 35 tentang Bendera Negara Republik
Indonesia, yaitu Sang Merah Putih;
b) Pasal 36 tentang bahasa negara, yaitu bahasa
Indonesia;
c) Pasal 37 tentang kemungkinan untuk perubahan
Undang-Undang Dasar.
Penjabaran lebih lanjut dari Isi Batang Tubuh UUD 1945
adalah.
1) Sistem Pemerintahan Negara
Sistem Pemerintahan Negara Indonesia dijelaskan dengan
tentang dan sistematis dalam penjelasan UUD 1945 dan dikenal
sebagai tujuh kunci pokok sebagai berikut:
a) Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechts
stoat).
b) Sistem Konstitusional.

c) Kekuasaan Negara yang tertinggi di tangan MPR.
d) Presiden ialah penyelenggara Pemerintah Negara yang tertinggi
di bawah Majelis.
e) Presiden yang bertanggung jawab kepada DPR.
f) Menteri Negara ialah pembantu Presiden, Menteri Negara tidak
bertanggungjawab terhadap DPR.
g) Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas.
2) Kelembagaan Negara
a) Majelis Permusyawaratan Rakyat
(1)Kedudukan, Tugas, dan Wewenang Majelis
Majelis sesuai UUD 1945 mempunyai tugas :
(a) Menetapkan Undang-Undang Dasar (Pasal 3 UUD 1945);
(b)Menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara (Pasal 3 UUD
1945);
(c) Memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden
(Pasal 6 ayat 2); Selain itu Majelis juga mempunyai
wewenang sebagai berikut.
(d)Membuat putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh
Lembaga Negara yang lain.
(e) Memberikan penjelasan yang bersifat penafsiran terhadap
putusan-putusan Majelis;
(f) Menyelesaikan pemilihan dan selanjutnya mengangkat
Presiden dan Wakil Presiden;
(g)Meminta pertanggungjawaban dari Presiden mengenai
pelaksanaan garis-garis besar haluan negara dan menilai
pertanggungjawaban tersebut;
(h)Mencabut kekuasaan dan memberhentikan Presiden dalam
masa jabatannya apabila Presiden sungguh-sungguh
melanggar garis-garis besar haluan negara dan atau
Undang-Undang Dasar;
(i) Mengubah Undang-Undang Dasar;
(j) Menetapkan peraturan Tata Tertib Majelis;
(k) Menetapkan Pimpinan Majelis yang dipilih dari dan oleh
anggota;
b) Keanggotaan Majelis
Anggota Majelis adalah pengemban dan pengutaraan Amanat
Rakyat yang berbudi pekerti luhur serta setia kepada Pancasila
dan UUD 1945.
Menurut Pasal 2 ayat (1) UUD 1945, maka Majelis terdiri dari
seluruh anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ditambah
Utusan-utusan Daerah-daerah dan golongan-golongan, menurut
aturan yang ditetapkan dengan undang-undang.