RESIKO DALAM PROYEK KONSTRUKSI

RESIKO DALAM PROYEK KONSTRUKSI

Pendahuluan
Proyek konstruksi merupakan suatu bidang yang dinamis dan mengandung risiko.
Risiko dapat memberikan pengaruh terhadap produktivitas, kinerja, kualitas dan batasan
biaya dari proyek. Risiko dapat dikatakan suatu akibat yang mungkin terjadi secara tak
terduga. Walaupun suatu kegiatan telah direncanakan sebaik mungkin, namun tetap
mengandung ketidak pastian bahwa nanti akan berjalan sepenuhnya sesuai rencana.
Risiko pada proyek konstruksi bagaimanapun tidak dapat dihilangkan tetapi dapat
dikurangi atau ditransfer dari

satu pihak kepihak lainnya(Kangari,1995). Bila risiko

terjadi akan berdampak pada terganggunya kinerja proyek secara keseluruhan sehingga
dapat menimbulkan kerugian terhadap biaya, waktu dan kualitas pekerjaan. Para pelaku
dalam industry konstruksi sekarang ini makin menyadari akan pentingnya memperhatikan
risiko pada proyek proyek yang ditangani karena kesalahan dalam memperkirakan dan
menangani risiko akan menimbulkan dampak negatif, baik secara langsung maupun tidak
langsung pada proyek konstruksi. Resiko dapat menyebabkan pertambahan biaya dan
keterlambatan jadwal penyelesaian proyek.
A. Risiko

Risiko merupakan variasi dalam hal ini yang mungkin terjadi secara
alami didalam suatu

situasi

(Fisk,1997).

Risiko

adalah

ancaman

terhadap

kehidupan property atau keuntungan finansial akibat bahaya yang terjadi (Duffield
dan Trigunarsyah, 1999). Secara umum risiko dikaitkan dengan kemungkinan
(probabilitas) terjadinya peristiwa diluar yang diharapkan (Soeharto, 1995).
Jadi risiko adalah variasi dalam halhal yang mungkin terjadi secara alami
atau kemungkinan terjadinya peristiwa diluar yang diharapkan yang merupakan

ancaman terhadap properti dan keuntungan finansial akibat bahaya yang terjadi.
Secara umum risiko dapat diklasifikasikan menurut berbagai sudut pandang yang
tergantung dari kebutuhan dalam penanganannya (Rahayu, 2001) :

1. Resiko murni dan risiko spekulati (Pure risk and speculative risk) yaitu
dimana risiko murni dianggap sebagai suatu ketidakpastian yang dikaitkan
dengan adanya suatu luaran (outcome) yaitu kerugian. Contoh risiko murni
kecelakaan kerja di proyek. Karena itu risiko murni dikenal dengan nama
risiko statis. Risiko spekulatif mengandung dua keluaran yaitu kerugian
(loss)

dan keuntungan (gain). Risiko spekulatif dikenal sebagai risiko

dinamis. Contoh risiko spekulatif pada perusahaan asuransi jika risiko yang
dijamin terjadi maka pihak asuransi akanmengalami kerugian karena harus
menanggung uang pertanggungan sebesar nilai kerugian yang terjadi tetapi
bila risiko yang dijamin tidak terjadi maka perusahaan akan

meperoleh


keuntungan.
2. Resiko terhadap benda dan manusia, dimana risiko terhadap benda adalah
risiko yang menimpa benda seperti rumah terbakar sedangkan risiko
terhadap manusia adalah risiko yang menimpa manusia seperti risiko hari
tua, kematian dan sebagainya.
3. Resiko fundamental dan risiko khusus (fundamental risk and particular risk)
adalah risiko yang kemungkinannya dapat timbul pada hampir

sebagian

besar anggota Masyarakat dan tidak dapat disalahkan pada seseorang atau
beberapa orang sebagai penyebabnya, contoh risiko fundamental: bencana
alam, peperangan. Risiko khusus adalah risiko yang bersumber dari
peristiwa peristiwa yang mandiri dimana sifat dari risiko ini adalah
tidak selalu bersifat bencana, bisa dikendalikan atau umumnya dapat
diasuransikan. Contoh risiko khusus: jatuhnya kapal terbang, kandasnya
kapal dan sebagainya.

B. Jenis resiko
Resikoresiko yang terdapat pada proyek konstruksi sangat banyak, namun tidak

semua resiko tersebut perlu diprediksi dan diperhatikan untuk memulai suatu proyek
karena hal itu akan memakan waktu yang lama. Oleh karena itu pihak pihak

didalam proyek kontruksi perlu untuk memberi

prioritas

pada

risiko

risiko

yang penting yang akan memberikan pengaruh terhadap keuntungan proyek.
Menurut (Wideman, 1992) risikorisiko tersebut adalah:
1. Resiko External, tidak dapat diprediksi (tidak dapat dikontrol) yaitu :
a. Perubahan peraturan perundang undangan,
b. Bencana alam : badai, banjir, gempa bumi,
c. Akibat kejadian pengrusakan dan sabotase,
d. Pengaruh lingkungan dan sosial, sebagai akibat dari proyek,

e. Kegagalan penyelesaian proyek
External, dapat diprediksi (tetapi tidakb dapat dikontrol) contohnya :








Resiko pasar,
Operasional (setelah proyek selesai),
Pengaruh lingkungan,
Pengaruh sosial,
Perubahan mata uang,
Inflasi,
Pajak

2. Resiko Internal, non teknik (tetapi umumnya dapat dikontrol) yaitu;
a. Manajemen;

b. Jadwal yang terlambat;
c. Pertambahan biaya;
d. Cash flow potensi;
e. Kehilangan atas manfaat dan keuntungan teknik (dapat dikontrol) misalnya :

Perubahan teknologi dan desain;

Resiko- resiko spesifikasi atas teknologi proyek;

Hukum , timbulnya kesulitan akibat dari :
1. Lisensi
2. Hak paten
3. Gugatan dari luar
4. Gugatan dari dalam
5. Hal – hal tak terduga
Manajemen Resiko dalam Kontruksi (Mastura Labombang) menurut flanagan dan
Norman(1993), resikoresiko dalam proyek konstruksi adalah :
1.

Penyelesaian yang gagal sesuai desain yang telah ditentukan atau penetapan


2.

waktu konstruksi.
Kegagalan untuk memperoleh gambar perencanaan, detail perencanaan atau
ijin dengan waktu yang tersedia.

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Kondisi tanah yang tak terduga.
Cuaca yang sangat buruk.
Pemogokan tenaga kerja.
Kenaikan harga yang tidak terduga untuk tenaga kerja danbahan.

Kecelakaan yang terjadi dilokasi yang menyebabkan luka.
Kerusakan yang terjadi pada struktur akibat cara kerja yang jelek.
Kejadian tidak terduga (banjir, gempa bumi, dan lain–lain).
Klaim dari kontraktor akibat kehilangan dan biaya akibat keterlambatan

produksi karena detail desain oleh tim desain.
11. Kegagalan dalam penyelesaian proyek dengan budget yang telah ditetapkan.
Sumber–sumber resiko (Flanagan & Norman, 1993) :





Timbulnya inflasi,
Kondisi tanah yang tidak terduga,
Keterlambatan material,
Detail desain yang salah, seperti ukuran yang salah dari gambar yang
dibuat oleh arsitek.
Sedangkan risiko itu sendiri adalah suatu kegagalan atau kerusakan yang mungkin


terjadi dalam suatu aktifitas yang dilakukan pada masa lampau (Flanagan dan
Norman, 1996). Risiko proyek merupakan suatu kejadian atau kondisi yang tidak
terduga di luar apa yang telah direncanakan (Mills, 2001) dan dapat memberikan
pengaruh positif ataupun negatif pada tujuan proyek (Anonim, 2000), atau suatu
kesempatan keterbukaan terjadinya peristiwa baik yang tidak diinginkan

maupun

yang menguntungkan dan mempengaruhi tujuan proyek (Bahar dan Crandal, 1990).
Menurut Chapman dan Cooper faktor yang menunjang ketidakpastian dalam
proyek konstruksi antara lain adalah (Kumar, 2002):
1.
2.
3.
4.

Perencanaan dan desain
Adanya tekanan dari beberapa factor
Sumber daya
Keadaan ekonomi


Risiko biasanya dianalisis dengan salah satu dari tiga dimensi yaitu time, cost
dan performance (Chapman, 1994). Risiko dapat

memberikan efek terhadap

productivity, performance, quality, dan budget. Risiko tidak dapat dihilangkan namun
dapat dikurangi. Kategori risiko dibagi menjadi dua yaitu (Kangari, 1995):
1.

Most important didefinisikan safety, quality of work, defective design,
labor and equipment, and delay payment

2. Least important didefinisikan changes in goverment regulation, acts of
god, defensive engineer, and inflation
Menurut Bahar, A. F dan Crandal, F. C (1990) risiko juga merupakan suatu
bagian yang

tidak dapat dipisahkan dalam


semua aktifitas, risiko dicirikan oleh

komponen-komponen berikut :
1. Peristiwa yang berisiko merupakan suatu kejadian yang mungkin memberikan
keuntungan atau kerugian pada proyek.
2. Peristiwa ketidakpastian merupakan suatu kesempatan suatu peristiwa yang
mungkin terjadi dan memastikan bahwa peristiwa tersebut tidak menimbulkan
risiko baik yang menguntungkan maupun yang memberikan kerugian.
3. Potensial keuntungan dan kerugian, merupakan jumlah kerugian dan
keuntungan

yang

terlibat

akibat

terjadinya

suatu

peristiwa

atau

konsekuensi dari terjadinya peristiwa.
Dalam konteks

manajemen

risiko, risiko adalah suatu akumulatif

dari

terjadinya kejadian-kejadian yang tidak pasti dan bersifat adversal atau merugikan dan
mempengaruhi

tujuan proyek. Dengan kata lain risiko terbagi menjadi tiga

komponen yaitu (Wideman, 1992):
1. Kejadian perubahan yang tidak diinginkan (event)
2. Kemungkinan terjadi kejadian tersebut (uncertainty)
3. Dampak dari kejadian tersebut (damage)
Atau secara konseptual risiko dapat dirumuskan sebagai berikut (Kerzner, 1998):
Risk = f (event, uncertainty , damage)

Menurut Kerzner (1998) pada umumnya ketidakpastian dan risiko yang
dihadapi berbanding lurus, semakin tinggi ketidakpastian kerusakan semakin tinggi
pula risiko yang dihadapi. Maka ketidakpastian dan risiko harus dipertimbangkan serta
dilakukan analisis risiko dengan baik.
Di bawah ini merupakan berbagai macam risiko yang umum terjadi dalam suatu
proyek konstruksi yang dikelompokkan berdasarkan sumbernya menurut Project
Management Institute.
1. Eksternal yang Tak Terprediksi (dan Tak Terkontrol)
a. Peraturan, seperti halnya intervensi pemerintah yang tidak terantisipasi
 Pengadaan material
 Permasalahan lingkungan
 Standar desain
 Standar produksi
 Lokasi proyek
 Harga
 Ketentuan-ketentuan khusus
b. Bencana alam seperti yang disebabkan oleh alam antara lain banjir,
lokasi badai dan gempa bumi.
c. Kejadian-kejadian yang merupakan akibat dari maksud-maksud
tertentu seperti vandalism dan sabotase
d. Efek tidak langsung akibat dari proyek terhadap lingkungan dan sosial.
e. Tuntutan yang disebabkan oleh kegagalan dari sebuah proyek, seperti:
 Kegagalan dalam membuat infrastruktur
 Kegagalan desain, pengadaan kontrak yang disebabkan oleh
kebangkrutan
 Konsep proyek yang kurang memadai
 Kerusuhan yang bersifat politis
 Adanya perbedaan kesenjangan dalam penerimaan akhir proyek
2. Eksternal yang Terprediksi (dan Terkontrol)
a. Risiko pasar yang terdiri dari :
 Ketersediaan material
 Biaya material
 Permintaan pasar termasuk penolakan dari pelanggan
 Keekonomisan
 Nilai akhir dalam pasar
 Keinginan niat pembeli dalam memenuhi perjanjian pembeli
b. Operasional setelah proyek selesai, seperti

c.
d.
e.
f.
g.

 Kebutuhan pemeliharaan
 Kesesuaian dengan keinginan
 Keamanan
Dampak lingkungan
Dampak social
Perubahan nilai mata uang
Inflasi
Pajak

3. Internal Non Teknikal (pada umumnya Terkontrol)
a. Manajemen, kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan :
 Tidak adanya integritas
 Tidak memiliki kapasitas
 Lepas kendali
 Tujuan yang tidak sesuai
 Perubahan susunan pegawai
 Kesenjangan susunan organisasi
 Kebijaksanaan dan prosedur yang tidak sesuai
 Perencanaan yang kurang tepat
 Penjadualan yang tidak realistis
 Kurangnya koordinasi
 Manajemen proyek yang tidak tepat
b. Jadual, keterlambatan jadual sehubungan dengan:
 Keterlambatan yang disebabkan oleh persoalan-persoalan di atas
 Proses persetujuan
 Kurangnya tenaga kerja
 Produktivitas tenaga kerja
 Pemogokan tenaga kerja
 Kurangnya material
 Keterlambatan pengiriman
 Kondisi lapangan uang tidak terlihat
 Perubahan scope pekerjaan
 Kecelakaan atau sabotase
 Permasalahan dalam memulai dan penyerahan proyek
 Sulitnya jalan masuk ke proyek
c. Biaya kenaikan biaya sehubungan dengan:
 Keterlambatan jadual seperti yang dijelaskan di atas
 Strategi pengadaan barang yang kurang tepat
 Negosiasi pembayaran
 Kurang pengalaman dalam manajemen
 Kurang mengerti akan tanggung jawab bersama
 Tuntutan kontraktor
 Estimasi yang terlalu rendah
 Faktor ekstenal lain seperti yang tercantum sebelumnya (inflasi pajak
dan lain-lain)

d. Aliran kas, seperti : pengetatan, terhenti, atau bermasalah
e. Kehilangan kesempatan, seperti kehilangan keuntungan atau laba
4. Internal Teknikal (pada umumnya Terkontrol)
a. Perubahan-perubahan dalam teknologi
 Teknologi yang digunakan dalam suatu proyek dianggap sudah kuno
 Pengenalan teknologi baru yang rumit
b. Kinerja
 Kualitas
 Tingkat produksi
 Tingkat kepercayaan
c. Risiko khusus dalam teknologi proyek
 Dalam membuat dan membangun suatu proyek
 Dalam mengoperasikannya
d. Perencanaan
 Ketidakcukupan data
 Kurang pengalamannya perencana
 Perencanaan yang kurang tepat
 Ketelitian dan kecocokan spesifikasi yang digunakan
 Perubahan-perubahan yang terjadi selama proyek berjalan akibat kondisi
lingkungan sekitar
 Metode pelaksanaan
e. Ukuran dan kompleksitas proyek
5. Hukum (pada umumnya Terkontrol)
a. Perijinan
b. Hak petani
c. Kontraktual permasalahan-permasalahan seperti:
 Salah dalam beriterprestasi
 Kesalahpahaman
 Tipe dan strategi kontrak yang tidak tepat
d. Tuntutan dari luar
e. Tuntutan dari dalam
f. Force majeure
Pendapat dari Wideman (1992), Murdoch (1992) juga mengklasifikasikan
risiko yang potensial muncul dalam proyek konstruksi terbagi menjadi :
1. Kondisi Fisik Lapangan
a. Kondisi fisik lapangan
b. Kondisi buatan yang disebabkan oleh rintangan atau halangan
c. Material cacat
d. Ketidakahlian (defective workmanship) sehingga menimbulkan
kerusakan
e. Biaya test dan benda uji

f. Cuaca
g. Persiapan lapangan
h. Ketidakcukupan pegawai, buruh, peralatan, material, waktu dan biaya
2. Keterlambatan dan Perselisihan
a. Keberadaan di lapangan sehubungan dengan mulainya pekerjaan
b. Keterlambatan dalam pengadaan informasi
c. Pelaksanaan pekerjaan yang tidak efisien
d. Keterlambatan yang disebabkan pihak lain
e. Penempatan peralatan atau material yang dapat menimbulkan
keterlambatan atau perselisihan (layout dispute)
3. Pengarahan dan Pengawasan
a. Keinginan untuk mengutamakan diri sendiri atau ketamakan
b. Kurang ahli dalam melakukan pengarahan dan pengawasan
kompeten
c. Pengarahan dan pengawasan yang tidak efisien
d. Bersifat memihak
e. Kesenjangan komunikasi
f. Kesalahan dalam dokumentasi
g. Kesalahan perencana
h. Pemenuhan penjaminan yang disyaratkan
i. Ketidakjelasan spesifikasi
j. Ketidaktepatan dalam pemilihan konsultan atau kontraktor
k. Perubahan-perubahan persyaratan

tidak

4. Kerusakan pada Kepemilikan dan Kecelakaan Orang Lain
a. Pelanggaran jaminan
b. Tidak terasuransinya hal-hal diluar control pihak terkait
c. Kecelakaan
d. Risiko tidak terasuransikan
e. Kerugian-kerugian yang disebabkan risiko yang tidak terasuransikan di atas
f. Rentang dan batas waktu asuransi
5. Faktor-faktor Eksternal
a. Kebijakan pemerintah tentang pajak, tenaga kerja, keamanan dan
keselamatan kerja dan lain-lain
b. Keterlambatan atau penolakan perencanaan
c. Keterbatasan finansial
d. Keterlambatan pembayaran
e. Biaya perang atau kerusuhan
f. Kerusuhan yang diakibatkan oleh kejahatan, intimidasi dan lain-lain
g. Pemogokan tenaga kerja
h. Pemberhentian pekerja
6.Pembayaran
a. Devaluasi
b. Keterlambatan dalam mengajukan pembayaran
c. Keterlambatan dalam sertifikasi pembayaran

d. Keterbatasan hukum peraturan dalam pengembalian bunga
e. Ketidaksanggupan konstraktor, sub kontraktor atau pemilik dalam
membayar hutang
f. Keterbatasan dana
g. Kekurangan atau kesalahan dalam proses penghitungan
h. Fluktuasi penukaran nilai mata uang
i. Inflasi
j. Biaya pengantian peralatan
7. Hukum Peraturan dan Arbitrase
a. Keterlambatan dalam pemecahan masalah
b. Ketidakadilan
c. Ketidakpastian akibat kontrak atau dokumentasi lain yang
bermakna ganda sehingga menimbulkan perbedaan persepsi
d. Perubahan perundang-undangan
e. Pemahaman-pemahaman baru dalam hukum

C. Proyek konstruksi
Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali
dilaksanakan dan umumnya berjangka pendek serta jelas waktu awal dan akhir
kegiatannya. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, ada suatu proses yang mengolah
sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan berupa bangunan.
Proses

yang

terjadi

dalam

rangkaian

kegiatan

tersebut tentunya

melibatkan pihakpihak yang terkait baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Menurut Ervianto (2002), proyek konstruksi mempunyai tiga karakteristik yang
dapat dipandang secara tiga dimensi yaitu :
1. Bersifat unik : tidak pernah terjadi rangkaian kegiatan yang sama persis (tidak ada
proyek yang identik, yang ada adalah proyek sejenis), proyek bersifat sementara
dan selalu melibatkan buruh / pekerja yang berbedabeda.
2. Dibutuhkan sumber daya : setiap proyek konstruksi membutuhkan sumber
daya yaitu tenaga kerja, uang, peralatan, metode dan material.
3. Organisasi : setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan di dalamnya terlibat
sejumlah individu dengan
Langkah

awal

satu tujuan

yang

keahlian yang bervariasi.
harus

dilakukan

adalah

menyatukan fisi menjadi

yang ditetapkan organisasi dalam proses mencapai batasan /

kendala yaitu (triple constraint)

diantaranya besar biaya (anggaran) dan

yang dialokasikan, mutu dan jadwal yang harus dipenuhi.
D. Kesimpulan
1.

Dalam setiap proyek konstruksi sangat penting dilakukan manajemen risiko
untuk

2.

untuk menghindari kerugian atas biaya, mutu dan jadwal proyek.

Manajemen resiko merupakan Pendekatan yang dilakukan terhadap risiko yaitu
dengan memahami, mengidentifikasi dan mengevaluasi resiko suatu proyek.
Kemudian mempertimbangkan apa yang akan dilakukan terhadap dampak yang
ditimbulkan dan kemungkinan pengalihan resiko kepada pihak lain atau
mengurangi resiko yang terjadi.

3.

Penilaian resiko yang dilakukan meliputi :
a)
b)
c)
d)
e)

4.

Identifikasi resiko,
Memahami kebutuhan atau
Mempertimbangkan resiko,
Menganalisis dampak dari risiko tersebut / evaluasi resiko,
Menetapkan siapa yang bertanggung jawab terhadap risiko tertentu (alokasi

resiko).
Melakukan tindakan penanganan yang dilakukan terhadap risiko yang mungkin
terjadi (respon resiko) dengan cara :
a) Menahan resiko (risk retention),
b) Mengurangi risiko (risk reduction),
c) Mengalihkanrisiko (risk transfer),
d) Menghindari resiko (risk avoidance)

Identifikasi Risiko ( Risk Identification ) Proyek Konstruksi
Setelah perencanaan manajemen risiko, tahapan selanjutnya adalah melakukan
identifikasi risiko. Pada tahapan ini, identifikasi risiko digunakan untuk menggali risikorisiko yang mungkin dapat mempengaruhi pelaksanaan proyek konstruksi.

Identifikasi risiko menurut Kasidi (2010) adalah kegiatan mengidentifikasi semua
risiko usaha yang dihadapi, baik risiko spekulatif maupun risiko yang sifatnya murni.
Segala informasi yang berkenaan dengan usaha dikumpulkan kemudian dianalisis.
Sedangkan Santoso (2009) mendefinisikan identifikasi risiko sebagai rangkaian
proses pengenalan yang seksama atas risiko dan komponen risiko yang melekat pada suatu
aktivitas atau transaksi yang diarahkan kepada proses pengukuran serta pengelolaan risiko
yang tepat.
Identifikasi risiko diawali dengan mengenali jenis-jenis risiko yang mungkin akan
dihadapi. Disini dilakukan pendifinisian risiko-risiko mana saja yang akan mempengaruhi
dan melakukan pendokumentasian karakteristik dari setiap risiko. Kasidi (2010)
mengelompokkan risiko secara umum menjadi 2 (dua), yaitu :
Risiko spekulatif (speculative risk) - Adalah risiko yang mengandung dua kemungkinan
yaitu kemungkinan yang menguntungkan atau kemungkinan yang merugikan. Biasanya
risiko ini berhubungan dengan usaha atau bisnis.
Risiko murni (pure risk) Adalah risiko yang hanya mengandung satu kemungkinan yaitu
kemungkinan rugi saja.
Sedangkan menurut Frame (2003), risiko dikelompokkan menjadi :
1. Risiko murni, Risiko yang hanya mengandung kemungkinan rugi saja.
2. Risiko bisnis, Risiko yang mempunyai peluang yang sama antara keuntungan dan
kerugian.
3. Risiko Proyek, Proyek biasanya mempunyai banyak risiko. Karena proyek
konstruksi bersifat unik, maka banyak sekali variasi risiko yang terjadi pada proyek
konstruksi. Risiko yang berkaitan dengan proyek konstruksi biasanya berkaitan
dengan estimasi. Estimasi ini terdiri dari estimasi biaya, waktu, mutu dan sumber
daya yang diperlukan.

4. Risiko Operasional, Risiko ini berhubungan dengan kegiatan operasional dalam
perusahaan.
5. Risiko Teknis, Risiko ini bisa tejadi pada pertama kali bekerja. Risiko yang terjadi
yaitu tidak memenuhi anggaran, jadwal, atau target spesifikasi. Risiko ini biasa juga
dialami oleh pekerja yang berkaitan dengan teknologi tinggi. Hal tersebut terjadi
karena adanya perkembangan teknologi yang pesat.
6. Risiko Politis, Faktor politik mempengaruhi adanya pengambilan keputusan.
Setelah

melakukan

pendifinisian

risiko,

langkah

selanjutnya

adalah

mengidentifikasi resiko berdasarkan sumber resiko. Sumber risiko menurut Soeharto
(2001) adalah faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian yang bersifat negatif
atau posititf.

Sumber risiko menurut Santosa (2009) dibagi menjadi 2 yaitu :


Internal Risk (di bawah kontrol manajer proyek)
Contoh : non-technical risk (manusia, material, finansial), keterlambatan jadwal,
risiko teknis, desain.



Eksternal Risk (di luar kontrol manajer proyek)
Contoh : peraturan, bencana alam

Metode identifikasi risiko yang umum menurut Santosa (2009) yaitu :
1. Identifikasi risiko berdasarkan tujuan
2. Identifikasi risiko berdasarkan skenario
3. Identifikasi risiko berdasarkan taksonomi
4. Common-risk checking
Menampilkan beberapa daftar risiko dari kejadian yang biasa terjadi. Kemudian dilakukan
pemilihan sesuai dengan proyek yang akan dikerjakan.
Teknik yang digunakan dalam mengidentifikasi risiko yaitu :

1. Brainstorming, merupakan identifikasi awal dari semua risiko yang mungkin akan
terjadi. Brainstorming ini bertujuan untuk mendata semua kemungkinan risiko yang
terjadi. Disini dibuat daftar mengenai semua risiko yang akan terjadi dan
mengelompokkan risiko-risiko yang sama. Selain itu juga ditambahkan informasi
mengenai masalah-masalah yang terjadi dan cara penanganannya pada proyek yang
sama dimasa lalu.
1.

Dalam brainstorming ini, yang perlu terlibat antara lain :

 Manajer proyek
 Wakil-wakil daerah
 Engineers dari berbagai bidang
 Ahli-ahli dengan pengetahuan khusus.
2. Interviewing, Dilakukan pada para Stakeholder
3. Delphi Tecnique, merupakan teknik yang digunakan untuk mendapatkan masukan
dari para pakar yang relevan dengan proyek.
Disini ide-ide mengenai risiko yang akan timbul digali dengan menggunakan
kuisioner oleh fasilitator. Kemudian para pakar diminta untuk memberikan komentar
mengenai hasil rangkuman atas respon yang ada.
Tujuan digunakan delphi tecnique ini adalah :
1. Untuk mengurangi data yang tidak jelas
2. Untuk menghindari tanggapan-tanggapan yang kurang sesuai dari para pakar
3. Checklist, Digunakan untuk menyederhanakan identifikasi risiko.

Checklist mudah digunakan, dan dapat memberikan masukan pada proyekproyek sejenis yang akan dilaksanakan pada suatu wilayah. Masukan tersebut
berasal dari organisasi yang mempunyai pengalaman pada suatu daerah.
Checklist ini dapat berupa RBS (Risk Breakdown Structure). RBS
merupakan hirarki katagori sumber risiko yang berpotensi menyebabkan
terjadinya resiko. Penyusunan hirarki berdasarkan pengalaman masa lalu.
Setelah dilakukan identifikasi risiko, maka selanjutnya dilakukan analisis risiko.
Analisis risiko menurut Santosa (2009) adalah rangkaian proses yang dilakukan dengan
tujuan untuk memahami signifikansi dari akibat yang akan ditimbulkan suatu risiko, baik
secara individual maupun portofolio, terhadap ringkat kesehatan dan kelangsungan proyek.

23