KAJIAN SIFAT FISIK SIFAT KIMIA DAN SIFAT

KAJIAN SIFAT FISIK, SIFAT KIMIA DAN SIFAT BIOLOGI TANAH PASKA TAMBANG GALIAN C PADA TIGA PENUTUPAN LAHAN

(Studi Kasus Pertambangan Pasir (Galian C) di Desa Gumulung

Tonggoh, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat) NUR HIKMAH UTAMI E44050712 DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

KAJIAN SIFAT FISIK, SIFAT KIMIA DAN SIFAT BIOLOGI TANAH PASKA TAMBANG GALIAN C PADA TIGA PENUTUPAN LAHAN

(Studi Kasus Pertambangan Pasir (Galian C) di Desa Gumulung

Tonggoh, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat)

Oleh : Nur Hikmah Utami

Skripsi

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPRTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul ” Kajian Sifat Fisik, Sifat Kimia dan Sifat Biologi Tanah Paska Tambang Galian C pada Tiga Penutupan Lahan (Studi Kasus Pertambangan Pasir (Galian C) di Desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat)” adalah benar-benar karya saya sendiri dengan bimbingan Dr. Ir. Basuki Wasis, MS. dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2009

Nur Hikmah Utami E44050712

Judul Penelitian : Kajian Sifat Fisik, Sifat Kimia dan Sifat Biologi Tanah Paska Tambang Galian C pada Tiga Penutupan Lahan (Studi Kasus Pertambangan Pasir (Galian C) di Desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat)

Nama Mahasiswa : NUR HIKMAH UTAMI

NRP

: E44050712

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Basuki Wasis, MS NIP 19651002 199103 1 003

Mengetahui, Dekan Fakultas Kehutanan

Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP 19611126 198601 1 001

Tanggal :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 23 Februari 1988 di Cirebon, Jawa Barat sebagai anak pertama dari 2 bersaudara dari pasangan Drs. Masnui dan Aning Suryaningsih, BA.

Pada tahun 1992 penulis mengikuti jenjang pendidikan di TK Cempaka Putih Cirebon yang kemudian di tahun 1993-1994 penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SD Purwawinangun II Cirebon dan pada tahun 1995 penulis pindah bersekolah ke SD Jatiwarna IV hingga tahun 1999. Setelah lulus pendidikan Sekolah Dasar, penulis bersekolah di SMP Negeri 128 Halim Perdana Kusuma Jakarta Timur dari tahun 1999-2002. Sedangkan untuk Sekolah Menengah Umum, penulis mengikutinya di SMU Negeri 67 Halim Perdana Kusuma Jakarta Timur dari tahun 2002 hingga 2005. Setelah lulus dari SMU Negeri 67 Jakarta Timur, pada tahun 2005 tersebut penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Kemudian ketika memasuki tingkat kedua penulis memilih Program Studi Silvikultur, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB.

Selama kuliah di Fakultas Kehutanan, penulis cukup aktif dalam organisasi salah satunya Himpunan Profesi Mahasiswa Silvikultur Tree Grower Community (TGC) sebagai Bendahara di Bussines Development Department (2007-2008).

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi berjudul ”Kajian Sifat Fisik, Sifat Kimia dan Sifat Biologi Tanah Paska Tambang Galian C pada Tiga Penutupan Lahan (Studi Kasus Pertambangan Pasir (Galian C) di Desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat)” dengan bimbingan Dr. Ir. Basuki Wasis, MS.

Kajian Sifat Fisik, Sifat Kimia dan Sifat Biologi Tanah Paska Tambang Galian C pada Tiga Penutupan Lahan (Studi Kasus Pertambangan Pasir (Galian C) di Desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat)

Oleh :

Nur Hikmah Utami dan Basuki Wasis

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumberdaya alam seperti bahan galian, mineral, minyak bumi, gas, flora dan fauna baik yang berada di tanah, air maupun udara. Salah satu bahan galian yang cukup banyak dikandung bumi Indonesia ini yaitu pasir. Pemanfaatan pasir dilakukan dengan penambangan pasir yang pada umumnya menggunakan sistem penambangan terbuka. Kegiatan penambangan pasir dengan sistem tambang terbuka memberikan manfaat antara lain sebagai sumber bahan baku bangunan sipil, sumber mata pencaharian penduduk lokal, dan menambah pendapatan daerah. Akan tetapi penambangan pasir dengan sistem tambang terbuka juga menimbulkan kerugian seperti keterbukaan lahan, hilangnya vegetasi penutup tanah mengganggu kehidupan flora dan fauna, serta kerusakan tanah. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian pengaruh penambangan pasir terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

METODOLOGI. Penelitian dilakukan pada kawasan penambangan pasir (Galian C) di desa Gumulung Tonggoh, kecamatan Astanajapura, kabupaten Cirebon, provinsi Jawa Barat. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain cangkul, kantung plastik, kamera, kalkulator, program SPSS 13.0. Data yang digunakan adalah data primer untuk jenis struktur tanah dan data sekunder untuk analisis sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan pengambilan sampel secara purposive sampling yang dilakukan oleh Tim Kementerian Negara Lingkungan Hidup tahun 2006, serta data statistik wilayah lokasi penelitian. Kemudian dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji F pada karakteristik sifat tanah yang diamati untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang nyata atau tidak dari kegiatan penambangan pasir dan setelah dilakukan uji lanjut (uji Duncan) dapat diketahui lokasi mana yang memberikan perbedaan secara nyata.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kegiatan penambangan pasir telah merubah sifat fisik, kimia, biologi tanah pada lokasi lahan paska penambangan pasir desa Gumulung Tonggoh. Terbukti dari adanya

perubahan yang signifikan terhadap nilai bulk density yang meningkat, porositas rendah, pori drainase sangat cepat menurun. Begitu pula dengan sifat kimia tanah, terdapat karakteristik tanah yang dipengaruhi secara nyata oleh adanya kegiatan penambangan pasir yaitu menurunnya KTK, meningkatnya kandungan pospor, menurunnya kandungan kalsium, dan magnesium. Sedangkan untuk sifat biologi tanah, hanya jumlah mikroorganisme tanah sajalah yang dipengaruhi secara nyata oleh kegiatan penambangan pasir. Hal tersebut dianalisa berdasarkan nilai signifikansinya yang ternyata karakteristik sifat tanah tersebut memiliki nilai signifikansi < taraf nyata 0,05. Sedangkan untuk karakteristik sifat tanah khususnya permeabilitas, pH, BO, nitrogen, kalium, natrium, jumlah fungi tanah, bakteri pelarut posfat, dan respirasi tanah juga mengalami perubahan tetapi menurut hasil uji statistik tidak dipengaruhi secara nyata oleh kegiatan penambangan pasir. Perubahan karakter sifat tanah dalam penelitian ini terjadi karena pemadatan tanah akibat penggunaan alat- alat berat selama proses penambangan.

KESIMPULAN . Kegiatan penambangan pasir (Galian C) di desa Gumulung Tonggoh telah merubah beberapa karakteristik sifat fisik, kimia dan biologi tanah karena terjadinya pemadatan tanah yang

disebabkan oleh penggunaan alat-alat berat saat kegiatan penambangan berlangsung. Berdasarkan uji statistik, karakter yang dipengaruhi secara nyata adalah nilai bulk density, porositas tanah, pori drainase sangat cepat, KTK, kandungan pospor, kalsium, magnesium dan jumlah mikroorganisme tanah. Perubahan karakteristik sifat tanah tersebut saling berpengaruh satu sama lain.

Kata Kunci : Pertambangan pasir, pemadatan tanah, perubahan sifat tanah.

Study of Physical, Chemical and Biological Soil Characteristics Pasca-Mining Dig C in Three Closedland (Case study sand mining (Galian C) in Gumulung Tonggoh village, Astanajapura subdistict, Cirebon Regency, West Java Province)

by :

Nur Hikmah Utami and Basuki Wasis

Introduction : Indonesia is a country that has abundance natural resources like dig substance, mineral, petroleum, gas, flora and fauna residing in the land. Sand is one of dig substance which is quite abundant on

this country. This dig substance is usually exploited by open mining. Open mining has benefits for building materials, local’s occupations and increasing the local income. However, Open mining has negative impacts for wildlife, land cover loss, and land quality degradation. Because of these negative impacts, it needs to conduct a research about the effect of sand mining toward physical, chemistry, and biology soil characteristics.

Methodology : Research was conducted on sands open mining at Gumulung Tonggoh village, Astanajapura district, Cirebon regency, West Java province. Instrument that used for this research are hoe,

plastic poke, camera, calculator, SPSS 13.0 software. The data are primary data for land structure and secondary data for soil’s physical, chemistry, and biology characteristic. The method of this research was survey with purposive sampling which has done by ministry of state environment year 2006 and statistical data on site. Then conducted some statistical F test on soil characteristic to know whether there is significant or not from sand mining activity and after continued by Duncan’s test, locations that has significant difference can be showed.

Result and Discussion : Sand Mining activities have altered soil’s physical, chemical, biology characteristics on after-mining sites in Gumulung Tonggoh village. It has been proved by significant change of bulk density value, low porosity, and rapid decrease of drainage pore. Soil’s chemical characteristic has significant change as well. There is some soil characteristic that is influenced by mining activities like change cation capability (KTK), calcium and magnesium decreasing and the increasing of phosphor inside the soil. For soil biology characteristic, only amount of soil’s microorganism that influenced by sand mining activities. It has been analyzed by significant value and have significant value < 0,05 actual rate as a result. Permeability, pH, BO, nitrogen, kalium, natrium, amount of soil’s fungi, phosphate-dissolved bacteria and soil respiration have change but not really significant as a results of statistic test. The changes of soil characteristic on this research happens because soil’s condensation as a result of using of heavy instruments.

Conclusion : Sand Mining activity ( Dig C) in Gumulung Tonggoh village have altered some characteristic changes of soil’s physical, chemical and biology characteristic because of land condensation by heavy

equipment use on mining activity. Based on statistical test, character that significant is bulk density value, land porosity, drainage pore very quickly, KTK, phosphor, calcium, magnesium and amount of soil microorganism. Characteristic changes on soil characteristics affect one and each other.

Key Words : Sand mining, land condensation, land denaturing

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya bagi seluruh ciptaan-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada suri tauladan, junjungan, nabi besar kita Rasulullah Muhammad SAW dan seluruh umatnya yang senantiasa istiqamah sampai akhir zaman. Penelitian ini dengan judul ” Kajian Sifat Fisik, Sifat Kimia dan Sifat Biologi

Tanah Paska Tambang Galian C pada Tiga Penutupan Lahan (Studi Kasus Pertambangan Pasir (Galian C) di Desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan

Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat)”. Dalam penelitian ini dikemukakan mengenai hasil analisa pengaruh kegiatan pertambangan pasir terhadap sifat-sifat tanah.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Cirebon dalam upaya rehabilitasi dan pengelolaan lingkungan agar terciptanya kelestarian hidup serta dapat berguna bagi berbagai pihak yang membutuhkan informasi yang ada di dalam skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini perlu dikembangkan lagi untuk kesempurnaannya, oleh karena itu diharapkan kritik dan saran demi perkembangan penelitian selanjutnya. Akhirnya, penulis berharap karya kecil ini tidak mengurangi hakikat kebenaran ilmiahnya dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Amin.

Bogor, Mei 2009

Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah ikut mendukung dan memberi bantuan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua penulis Drs. Masnui dan Aning Suryaningsih, BA yang senantiasa melimpahkan kasih sayang, semangat dan doa restu.

2. Eska Putra Dwitama (adik yang paling penulis cintai dan banggakan), terima kasih atas segala motivasi dan kasih sayang yang diberikan.

3. Nenek Anoni Sukaesih, Hj. Sophiah dan Kakek Dul Hamid yang telah memberikan dukungan, semangat, doa dan motivasi.

4. Keluarga besar penulis (Hj. Cholidjah; Drs. Armadi, MM; Desi Arianti, SE; Arum Surya Ningrum, Ampuh Surya Komariah, Asep Nana Suryamana, Aman Surya Santosa, Aida Surya Sophiah, Lili Murtiasih, Nina Nuraina, Mama Yeni, Papa Yudi, Anisa Mariana, Maria Khusnul Khotimah, Nopy Kresnawati, Berliani Cornelia Azahra, Nabila Intan Mutmainah, Reza Rahadian Noor, Fahriansyah Noor).

5. Dr. Ir. Basuki Wasis selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran serta perhatian dengan penuh kesabaran kepada penulis.

6. Sahabat-sahabat penulis (Yohana,S.Hut; Hendry Ramadani,S.Hut; Dodi Juli Irawan,S.Hut; Mba Tini, Mike, Wita, Anjun, Cany, Sina, Mba Dani, Mba Dian, Mba Inda, Mba Cici, Hildalita, Muharmansyah, Rhomi Ardiansyah, Hendra Prasetia, Ka Resa Irnano, Ka Zacky, Manda, Ka Lukas, Ka Lingga), BSEC (Ka Derry, Om Igor, Kiky, Ka Yudis, Ka Aji, Ka Roni, Meisya), teman-teman Silvikultur (42,43,44,45 dan kakak kelas) serta teman-teman TPB (Andri, Adi Prawoko). Terima kasih karena berkat kalian, hal biasa menjadi luar biasa.

7. Kanda yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian yang tulus, dukungan moril maupun materiil dan selalu sabar dalam menghadapi Dinda.

ii

8. Keluarga besar Lab. Pengaruh Hutan yang senantiasa membantu dan memberikan motivasi (Ibu Atikah; Veve Ifana Pramesti,S.Hut; Desty,S. Hut).

9. Dosen-dosen dan staf pengajar Fakultas Kehutanan, Keluarga besar KPAP Departemen Silvikultur, staf Rektorat atas segala petunjuk, motivasi dan kemudahan dalam pengurusan administrasi selama di kampus.

10. Serta pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuannya pada penulis. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Mei 2009 Penulis

iii

4.3 Sifat Biologi Tanah ...............................................................................60

4.3.1 Total Mikroorganisme Tanah....................................................61

4.3.2 Jumlah Bakteri Pelarut Posfat...................................................63

4.3.3 Jumlah Fungi Tanah...................................................................64

4.3.4 Total Respirasi Tanah................................................................65

V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................67

5.1 Kesimpulan...........................................................................................67

5.2 Saran.....................................................................................................67

VI. DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................68

Penelitian...............................................................................60 Tabel 27 Hasil Sidik Ragam untuk Jumlah Mikroorganisme Tanah.....................................................................................62 Tabel 28 Hasil Uji Duncan untuk Jumlah Mikroorganisme Tanah.....62 Tabel 29 Hasil Sidik Ragam untuk Jumlah Bakteri Pelarut Posfat….64 Tabel 30 Hasil Sidik Ragam untuk Jumlah Fungi Tanah.....................65 Tabel 31 Hasil Sidik Ragam untuk Total Respirasi Tanah...................66

Penelitian…………………………………………………...64 Gambar 22 Perbandingan Nilai Total Respirasi Tanah pada Lokasi Penelitian............................................................................. 66

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumberdaya alam seperti bahan galian, mineral, minyak bumi, gas alam, flora dan fauna baik yang berada di tanah, air maupun udara yang merupakan salah satu modal dasar dalam

pembangunan nasional. Pembangunan berwawasan lingkungan menjadi suatu kebutuhan penting bagi setiap bangsa dan negara yang menginginkan kelestarian sumberdaya alam. Sumberdaya alam perlu dijaga dan dipertahankan untuk kelangsungan hidup manusia kini, maupun untuk generasi yang akan datang (Arif, 2007).

Salah satu bahan galian yang cukup banyak dikandung bumi Indonesia ini yaitu pasir. Pasir merupakan salah satu bahan baku utama untuk bangunan sipil seperti rumah, gedung, jalan, jembatan, pelabuhan, bendungan dan lain-lain, baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal maupun komoditi keluar daerah tempat penambangan dilakukan (Dinas Lingkungan Hidup Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Cirebon, 2005). Kabupaten Cirebon, Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang memiliki kekayaan alam berupa bahan galian pasir yang cukup melimpah.

Pemanfaatan pasir dilakukan dengan penambangan pasir yang pada umumnya menggunakan sistem penambangan terbuka. Menurut Tim Puslitbang Tekmira 2004, penambangan terbuka adalah kegiatan penambangan atau penggalian bahan galian yang prosesnya langsung berhubungan dengan udara terbuka. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.17 tahun 2001 tentang pengelolaan pertambangan dan berdasarkan izin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah maka ada beberapa pengusaha pertambangan yang beroperasi di wilayah Kabupaten Cirebon. Beberapa lokasi penambangan pasir di wilayah Kabupaten Cirebon antara lain di Desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan Astanajapura; Desa Cikalahang, Kecamatan Dukupuntang; Desa Buntet, Kecamatan Astanajapura; Desa Susukan Tonggoh, Kecamatan Susukan Lebak; Desa Picungpugur, Kecamatan Lemahabang; Desa Ciuyah, Kecamatan Waled;

Desa Palimanan Barat, Kecamatan Palimanan dan di Desa Ciperna, Kecamatan Beber.

Kegiatan penambangan secara umum terdiri atas pembersihan lahan, pengupasan tanah penutup, pembongkaran, pemilihan, pemuatan, pengangkutan, pengecilan ukuran, pencucian/pemurnian, pemasaran, dan reklamasi (Dinas Lingkungan Hidup Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Cirebon, 2005). Kegiatan penambangan pasir dengan sistem penambangan terbuka memberikan manfaat antara lain sebagai sumber bahan baku bangunan sipil, sumber mata pencaharian penduduk lokal, kesempatan kerja akan lebih terbuka serta sekaligus akan menambah pemasukan ekonomi dan menambah pendapatan daerah. Tetapi jika tidak dikelola dengan baik, maka dapat menimbulkan dampak negatif, baik yang diderita oleh lingkungan setempat maupun mencakup wilayah yang lebih luas dalam jangka waktu pendek maupun dalam jangka waktu yang panjang.

Dampak negatif dari penambangan pasir dengan sistem penambangan terbuka ini terutama diakibatkan oleh degradasi lingkungan, perubahan geologi lingkungan antara lain kondisi estetika, topografi, kemiringan lereng, elevasi ketinggian, tersingkapnya batuan dasar, erosi, sedimentasi, kualitas dan kuantitas air tanah serta air permukaan, tata guna lahan, kestabilan batuan/ tanah, penurunan produktivitas tanah, kesuburan tanah, jumlah mikroorganisme tanah dan daya serap/permeabilitas; gangguan terhadap flora dan fauna; perubahan iklim mikro, serta berbagai permasalahan sosial. Hal tersebut menjadi salah satu penyokong dampak negatif bagi pembangunan di masa mendatang. Jika daya dukung lingkungan telah dilampaui, maka fungsi ekosistem menjadi terganggu (Dinas LHKP Kab. Cirebon 2005).

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan oleh Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Cirebon, ditemukan berbagai pelanggaran dan penyalahgunaan izin yang dilakukan oleh pengusaha pertambangan yang beroperasi di wilayah Kabupaten Cirebon terutama di desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan Astanajapura sehingga memberikan dampak berupa kerusakan lingkungan. Kerusakan yang terlihat paling parah secara kasat mata adalah mengenai kondisi tanahnya, oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai pengaruh kegiatan penambangan pasir (galian C) terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang Berdasarkan pengkajian yang dilakukan oleh Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Cirebon, ditemukan berbagai pelanggaran dan penyalahgunaan izin yang dilakukan oleh pengusaha pertambangan yang beroperasi di wilayah Kabupaten Cirebon terutama di desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan Astanajapura sehingga memberikan dampak berupa kerusakan lingkungan. Kerusakan yang terlihat paling parah secara kasat mata adalah mengenai kondisi tanahnya, oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai pengaruh kegiatan penambangan pasir (galian C) terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian pengaruh penambangan pasir (galian C) terhadap sifat tanah di desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon ini adalah :

1. Menganalisa pengaruh penambangan pasir terhadap sifat fisik tanah pada tiga penutupan lahan (kebun campuran, sawah dan lahan bekas penambangan pasir (galian C) desa Gumulung Tonggoh).

2. Menganalisa pengaruh penambangan pasir terhadap sifat kimia tanah pada tiga penutupan lahan (kebun campuran, sawah dan lahan bekas penambangan pasir (galian C) desa Gumulung Tonggoh).

3. Menganalisa pengaruh penambangan pasir terhadap sifat biologi tanah pada tiga penutupan lahan (kebun campuran, sawah dan lahan bekas penambangan pasir (galian C) desa Gumulung Tonggoh).

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah menyajikan informasi mengenai perubahan sifat fisik, sifat kimia, dan biologi tanah pada lokasi kebun campuran, sawah di sekitar galian C dan pada areal bekas tambang galian C itu sendiri (tanah yang rusak) di Desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon sehingga dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi terhadap upaya reklamasi lahan bekas penambangan pasir khususnya di desa Gumulung Tonggoh.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Mulyanto (2008) kegiatan penambangan adalah kegiatan mengekstraksi bahan tambang terencana dengan menggunakan berbagai metode sesuai dengan karakteristik bahan tambang. Menurut Tim Puslitbang Tekmira 2004, penambangan ialah kegiatan untuk menghasilkan bahan galian yang dilakukan baik secara manual maupun mekanis yang meliputi pemberian, pemuatan, pengangkutan, penimbunan (stock filling) dan reklamasi. Salah satu penambangan yang menjadi sumber pendapatan negara adalah penambangan pasir. Penambangan pasir termasuk ke dalam penambangan terbuka. Penambangan terbuka adalah usaha penambangan dan penggalian bahan galian yang kegiatannya dilakukan langsung berhubungan dengan udara terbuka (Tim Puslitbang Tekmira 2004).

2.1 Tanah Pasir dan Tanah Sawah

Pasir terbentuk dari hasil proses rombakan batuan, sedimen, dan metamorf oleh alam, kemudian proses pengangkutan oleh air, selanjutnya diendapkan di suatu tempat yang lebih rendah, misalnya hilir sungai, daratan, cekungan, danau, pantai dan sebagainya. Butiran pasir dapat berukuran kasar sekali sampai halus tergantung dari jauh dekatnya terhadap sumber batuan. Pada tanah pasir kandungan lempung, debu, dan zat hara sangat minim. Akibatnya, tanah pasir mudah mengalirkan air, sekitar 150 sentimeter per jam. Sebaliknya, kemampuan tanah pasir menyimpan air sangat rendah, 1,6-3 persen dari total air yang tersedia (Anonim 2003).

Berdasarkan keterdapatan, ada 2 macam pasir yaitu pasir sungai dan pasir darat (pasir purba). Umumnya pasir bercampur dengan lumpur atau lempung terutama pasir aluvium. Mutu pasir dianggap baik apabila kadar lempungnya sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. Sedangkan, dari seri kegunaannya, bahan galian pasir dimanfaatkan untuk berbagai keperluan bahan bangunan, seperti untuk bahan pemasangan batu atau bata, plesteran dan sebagainya (Tim Puslitbang Tekmira 2004). Berdasarkan segi tiga tekstur pada Gambar 1, tekstur kasar terdiri dari lempung liat berpasir, lempung berpasir, pasir berlempung, berpasir dan pasir (Hardjowigeno 2007).

Sifat fisik pasir darat antara lain : berbutir sedang hingga kasar, berwarna abu kecoklatan, memiliki porositas tinggi, bentuk butir membulat hingga membulat tanggung, pemilahan (sorting) sedang, hubungan antar butir lepas hingga agak padu. Bila tanah terlalu mengandung pasir, tanah ini kurang baik untuk pertumbuhan tanaman. Tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan (specific surface) yang kecil, sehingga sulit menyerap atau menahan air dan unsur hara, sehingga pada musim kemarau mudah kekurangan air. Bila jumlah pasir tidak terlalu banyak, pengaruhnya terhadap tanah akan baik, karena cukup longgar, air akan mudah meresap, dan jumlahnya cukup dikandung tanah,

udara tanah mudah masuk dan tanah mudah diolah (Hasibuan 2006).

Sumber : Hardjowigeno 2007

Gambar 1 Diagram Segitiga Tekstur Tanah dan Sebaran Besar Butir

Dalam kaitannya dengan daya simpan air, tanah pasir mempunyai daya pengikatan terhadap lengas tanah yang relatif rendah, karena permukaan kontak antara permukaan tanah dengan air pada tanah yang teksturnya lebih halus dan tanah pasir tersebut didominasi oleh pori makro (Islami dan Istomo, 1995). Oleh Dalam kaitannya dengan daya simpan air, tanah pasir mempunyai daya pengikatan terhadap lengas tanah yang relatif rendah, karena permukaan kontak antara permukaan tanah dengan air pada tanah yang teksturnya lebih halus dan tanah pasir tersebut didominasi oleh pori makro (Islami dan Istomo, 1995). Oleh

Tanah pasir tidak memiliki kemampuan menjerap air dan hara sehingga tanah pasir tidak subur dan mudah kering. Tanah pasir juga sedikit mengandung liat, kapasitas tukar kation yang rendah dan miskin bahan organik atau humus. Pasir merupakan mineral sisa pelapukan yang mempunyai daya tahan terhadap pelapukan yang tinggi sehingga menjadi sukar lapuk. Hal ini menjadikan tanah berpasir menjadi media untuk tumbuh yang sangat jelek. Tanah pasir memerlukan granulasi. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan penambahan bahan organik (Soepardi, 1983).

Sanchez (1992) membagi profil tanah sawah atas 4 (empat) bagian sebagai berikut:

1. Tanah sawah lapisan air

2. Tanah sawah lapisan oksidasi

3. Tanah sawah lapisan olah yang mengalami reduksi

4. Tanah sawah lapisan subsoil yang bersifat oksidatif dan kadang-kadang reduktif. Morfologi tanah sawah berdasarkan perbedaan kedalaman air tanah oleh Kanno (1978) dinyatakan bahwa semakin dalam air tanahnya, sifat morfologi tanah menunjukan adanya perkembangan horizon yang lebih lengkap dibandingkan dengan horizon pada tanah dangkal. Tanah sawah dibagi menjadi 3 (tiga) tipe yaitu :

1. Tipe air permukaan

2. Tipe intermediat

3. Tipe air tanah Tanah sawah dengan tipe air permukaan dijumpai pada tanah berdrainase baik; tanah sawah dengan tipe intermediat dijumpai pada tanah berdrainase sedang, tanah sawah dengan tipe air tanah dijumpai pada tanah berdrainase jelek. Jenis dan sifat horizon penciri tanah sawah berbeda dengan tanah bukan sawah, pada tanah sawah dijumpai adanya lapisan tapak bajak, horizon glei, dan lapisan besi serta mangan, sedangkan pada profil bukan tanah sawah tidak dijumpai horizon- horison tersebut.

2.2 Regosol dan Vertisol

Tanah Regosol tergolong jenis tanah Entisol, dimana pada tanah yang tua sudah mulai terbentuk horizon Al lemah berwarna kelabu, mengandung bahan yang belum atau masih baru mengalami pelapukan. Tekstur tanah biasanya kasar, struktur kersai atau lemah, konsentrasi lepas sampai gembur dan pH 6-7. Makin tua umur tanah, struktur dan konsentrasinya padat, bahkan seringkali membentuk padas dengan drainase dan porositas terhambat. Umumnya jenis tanah ini belum membentuk agregat sehingga peka terhadap erosi, cukup mengandung unsur P dan K yang masih segar dan belum tersedia untuk diserap tanaman dan kandungan N rendah (Rachim dan Suwardi, 1999).

Faktor penting dalam pembentukan tanah Vertisol adalah adanya musim kering dalam setiap tahun, meskipun lamanya musim tersebut bervariasi (Hardjowigeno 2003). Menurut Darmawijaya (1997), ciri-ciri tanah vertisol adalah sebagai berikut : (1) Tekstur lempung, (2) tanpa horizon eluvial dan iluvial, (3) struktur lapisan atas granular dan lapisan bawah gumpal pejal, (4) mengandung kapur, (5) koefisien expansi (pemuaian) dan kontraksi (pengerutan) tinggi jika dirubah kadar airnya, (6) seringkali mikroreliefnya gilgai (peninggian- peninggian setempat yang teratur), (7) konsistensi luar biasa liar (extremely plastic ), (8) bahan induk kapur dan berlempung sehingga kedap air (impermeable), (9) dalam solum rata-rata 75 cm, dan (10) warna kelam atau chroma kecil.

2.3 Sifat Fisik Tanah

2.3.1 Tekstur Tanah

Tekstur tanah menunjukan perbandingan butir-butir pasir (2mm - 50 μ), debu (2 μ-50 μ), dan liat (< 2μ) di dalam fraksi tanah halus (Hardjowigeno, 2007). Ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur yang mengacu pada kehalusan atau kekasaran tanah (Foth 1994).

Menurut Hanafiah (2007), tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro (besar) disebut lebih poreus, tanah yang didominasi debu akan banyak mempunyai pori-pori meso (sedang) agak poreus, sedangkan yang didominasi liat akan mempunyai pori-pori mikro (kecil) atau tidak poreus.

Menurut Hardjowigeno (2003) tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit menahan air.

Menurut Hanafiah (2007), berdasarkan kelas teksturnya maka tanah digolongkan menjadi:

1. Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir, berarti tanah yang mengandung minimal 70% pasir : bertekstur pasir atau pasir berlempung.

2. Tanah bertekstur halus atau kasar berliat, berarti tanah yang mengandung minimal 37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir.

3. Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung, terdiri dari:

a. Tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur lempung berpasir (sandy loam) atau lempung berpasir halus.

b. Tanah bertekstur sedang meliputi yang bertekstur berlempung berpasir sangat halus, lempung (loam), lempung berdebu (silty loam) atau debu (silt).

c. Tanah bertekstur sedang tetapi agak halus mencakup lempung liat (clay loam ), lempung liat berpasir (sandy clay loam), atau lempung liat berdebu (sandy silt loam).

2.3.2 Struktur Tanah

Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil alami dari tanah, akibat melekatnya butir-butir primer tanah satu sama lain. Satu unit struktur disebut ped (terbentuk karena proses alami). Struktur tanah memiliki bentuk yang berbeda-beda yaitu Lempeng (plety), Prismatik (prismatic), Tiang (columnar), Gumpal bersudut (angular blocky), Gumpal membulat (subangular blocky), Granular (granular), Remah (crumb) (Hardjowigeno 2003).

Arsyad (2005) mengemukakan, struktur adalah kumpulan butir-butir tanah disebabkan terikatnya butir-butir pasir, liat dan debu oleh bahan organik, oksida besi dan lain-lain. Struktur tanah yang penting dalam mempengaruhi infiltrasi adalah ukuran pori dan kemantapan pori. Pori-pori yang mempunyai diameter besar (0,06 mm atau lebih) memungkinkan air keluar dengan cepat sehingga tanah beraerasi baik, pori-pori tersebut juga memungkinkan udara keluar dari tanah sehingga air dapat masuk.

Istilah tekstur digunakan untuk menunjukan ukuran pertikel-partikel tanah. Tetapi, apabila ukuran partikel tanah sudah diketahui maka digunakan istilah struktur. Struktur menunjukan kombinasi atau susunan partikel-partikel tanah primer (pasir, debu dan liat) sampai pada partikel-partikel sekunder atau (ped) disebut juga agregat. Unit ini dipisahkan dari unit gabungan atau karena kelemahan permukaan. Struktur suatu horizon yang berbeda satu profil tanah merupakan satu ciri penting tanah, seperti warna, tekstur atau komposisi kimia.

Ada dua jenis tanah tanpa struktur, yakni butir tunggal (single grain) dan massive . Butir tunggal adalah apabila partikel-partikel tanah dalam keadaan lepas (tidak terikat) satu sama lainya. Keadaan ini sering dijumpai pada tanah-tanah yang banyak mengandung pasir. Sedangkan untuk tanah yang massive apabila partikel-partikel tanah dalam keadaan terikat satu sama lainnya (Hakim et al. 1986).

Gradasi dari struktur merupakan derajat agregasi atau perkembangan struktur. Istilah-istilah untuk gradasi struktur adalah sebagai berikut :

1. Tidak mempunyai struktur : Agregasi tidak dapat dilihat atau tidak tertentu batasnya dan susunan garis-garis alam semakin kabur. Pejal jika menggumpal, berbutir tunggal jika tidak menggumpal.

2. Lemah : Ped yang sulit dibentuk, dapat dilihat dengan mata telanjang.

3. Sedang : Ped yang dapat dibentuk dengan baik, tahan lama dan jelas, tetapi tidak jelas pada tanah yang tidak terganggu.

4. Kuat : Ped yang kuat, jelas pada tanah yang tidak terganggu satu dengan yang lain terikat secara lemah, tahan terhadap perpindahan dan menjadi terpisah apabila tanah tersebut terganggu (Foth 1994).

2.3.3 Kerapatan Limbak (Bulk Density)

C) suatu unit tanah terhadap volume total, yang sering dinyatakan dalam gr/cm 3 (Hillel,

Bulk density o merupakan rasio bobot kering mutlak (suhu 105

1980). Menurut Hardjowigeno 2007, Kerapatan Limbak atau Bulk Density (BD) adalah berat tanah kering per satuan volume tanah (termasuk pori-pori tanah). Bulk density dapat digunakan untuk menghitung ruang pori total (total porosity) tanah dengan dasar bahwa kerapatan zarah (particle density) tanah= 2,65 g/cc.

Menurut Sarief (1986) dalam Mustofa (2007) nilai bobot isi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pengolahan tanah, bahan organik, pemadatan oleh alat-alat pertanian, tekstur, struktur, kandungan air tanah, dan lain-lain. Pengolahan tanah yang sangat intensif akan menaikkan bobot isi. Hal ini disebabkan pengolahan tanah yang intensif akan menekan ruang pori menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan tanah yang tidak pernah diolah.

Besaran bobot isi tanah dapat bervariasi dari waktu ke waktu atau dari lapisan ke lapisan sesuai dengan perubahan ruang pori atau struktur tanah. Keragaman itu menunjukkan derajat kepadatan tanah (Foth 1994), karena tanah dengan ruang pori berkurang dan berat tanah setiap satuan bertambah menyebabkan meningkatnya bobot isi tanah. Tanah dengan bobot yang besar akan sulit meneruskan air atau sulit ditembus akar tanaman, sebaliknya tanah dengan bobot isi rendah, akar tanaman lebih mudah berkembang (Hardjowigeno 2007).

2.3.4 Porositas Tanah

Pori-pori tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara dan air). Pori tanah dapat dibedakan menjadi pori kasar (macro pore ) dan pori halus (micro pore). Pori kasar berisi udara atau air gravitasi (air yang mudah hilang karena gaya gravitasi), sedang pori halus berisi air kapiler dan udara (Hardjowigeno 2007). Ruang pori tanah yaitu bagian dari tanah yang ditempati oleh air dan udara, sedangkan ruang pori total terdiri atas ruangan diantara partikel pasir, debu, dan liat serta ruang diantara agregat-agregat tanah (Soepardi 1983).

Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara (Hanafiah 2007). Menurut Hardjowigeno (2007), porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur, dan tekstur tanah. Porositas tanah tinggi jika bahan organik tinggi. Tanah-tanah dengan struktur remah atau granular mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada tanah-tanah yang berstruktur pejal.

Agar tanaman dapat tumbuh baik diperlukan perimbangan antara pori- pori yang dibedakan menjadi pori berguna dan pori tidak berguna untuk ketersediaan air bagi tanaman. Pori berguna bagi tanaman yaitu pori yang Agar tanaman dapat tumbuh baik diperlukan perimbangan antara pori- pori yang dibedakan menjadi pori berguna dan pori tidak berguna untuk ketersediaan air bagi tanaman. Pori berguna bagi tanaman yaitu pori yang

Sedangkan pori tidak berguna bagi tanaman adalah pori yang diameternya kurang dari 0,2 mikron. Akar tanaman tidak mampu menghisap air pada pori ukuran kurang dari 0,2 mikron tersebut, sehingga tanaman menjadi layu. Untuk mengeluarkan air dari pori ini diperlukan tenaga tekanan atau isapan setara dengan 15 atmosfir (Hardjowigeno 2003).

2.3.5 Pori Drainase Sangat Cepat

Ukuran pori dan kemantapan pori berpengaruh terhadap daya infiltrasi, semakin besar dan mantap pori tersebut maka daya infiltrasi akan semakin besar (Syarief 1985 dalam Musthofa 2007). Tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori kasar lebih banyak daripada tanah liat. Tanah dengan banyak pori-pori kasar sulit menahan air sehingga tanaman mudah kekeringan. Tanah-tanah liat mempunyai pori total (jumlah pori-pori makro + mikro), lebih tinggi daripada tanah pasir. Tanah remah memberikan kapasitas infiltrasi akan lebih besar daripada tanah liat. Tanah dengan pori-pori jenuh air mempunyai kapasitas lebih kecil dibandingkan tanah dalam keadaan kering. Tanah pasir memiliki pori drainase yang baik sehingga infiltrasinya tinggi tetapi tidak dapat mengikat air tersebut (Hardjowigeno 2003).

2.3.6 Permeabilitas Tanah

Menurut Hardjowigeno (2003), permeabilitas adalah kecepatan laju air dalam medium massa tanah. Sifat ini penting artinya dalam keperluan drainase dan tata air tanah. Bagi tanah-tanah yang bertekstur halus biasanya mempunyai permeabilitas lebih lambat dibanding tanah bertekstur kasar. Nilai permeabilitas suatu solum tanah ditentukan oleh suatu lapisan tanah yang mempunyai nilai permeabilitas terkecil. Selain itu menurut Foth (1994), permeabilitas merupakan kemudahan cairan, gas dan akar menembus tanah.

Tanah dengan struktur mantap adalah tanah yang memiliki permeabilitas dan drainase yang sempurna, serta tidak mudah didespersikan oleh air hujan. Permeabilitas tanah dapat menghilangkan daya air untuk mengerosi tanah, sedangkan drainase mempengaruhi baik buruknya peratukaran udara. Faktor tersebut selanjutnya akan mempengaruhi kegiatan mikroorganisme dan perakaran dalam tanah (Syarief 1985 dalam Musthofa 2007).

Permeabilitas merupakan parameter sifat fisika tanah yang dalam keadaan alamiah nilainya sangat bervariasi, baik untuk pergerakan secara vertikal maupun horizontal. Pengetahuan tentang permeabilitas ini sangat berguna di dalam pengelolaan lahan pertanian, drainase dan irigasi, budidaya perikanan dan pengawasan banjir. Permeabilitas tanah merupakan parameter sifat fisika tanah yang menentukan kecepatan pergerakan air dalam tanah. Tanah dengan permeabilitas rendah diinginkan untuk persawahan yang membutuhkan banyak air (Hillel, 1971). Tabel 1 Permeabilitas Tanah

Deskripsi Permeabilitas (cm/jam)

Sangat Cepat

Agak Cepat

Agak Lambat

Sangat Lambat

Sumber : Hardjowigeno (2003) Syarief (1985) dalam Musthofa (2007) juga mengatakan bahwa aliran

permukaan (erosi) dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kapasitas infiltrasi dan permeabilitas dari lapisan tanah. Apabila kapasitas infiltrasi dan permeabilitas besar dan mempunyai lapisan kedap yang dalam maka aliran permukaan rendah, sedangkan untuk tanah yang bertekstur halus maka penyerapan air akan semakin lambat dan aliran permukaan tinggi. Permeabilitas tanah ini disajikan pada Tabel

2.4 Sifat Kimia Tanah

2.4.1 Derajat Kemasaman Tanah (pH)

Reaksi tanah yang penting adalah masam, netral atau alkalin. Hal

tersebut didasarkan pada jumlah ion H - dan OH dalam larutan tanah. Reaksi tanah yang menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah dinilai

berdasarkan konsentrasi H + dan dinyatakan dengan nilai pH. Bila dalam tanah

ditemukan ion H - lebih banyak dari OH , maka disebut masam (pH <7). Bila ion

H - sama dengan ion OH maka disebut netral (pH=7), dan bila ion OH lebih banyak dari pada ion H + maka disebut alkalin atau basa (pH >7) (Hakim dkk,

1986). Pengukuran pH tanah dapat memberikan keterangan tentang kebutuhan kapur, respon tanah terhadap pemupukan, proses kimia yang mungkin berlangsung dalam proses pembentukan tanah, dan lain-lain (Hardjowigeno 2003).

Nilai pH berkisar dari 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan pH kurang dari 7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. Walaupun demikian pH tanah umumnya berkisar dari 3,0-9,0. Di Indonesia pada umumnya tanah bereaksi masam dengan pH berkisar antara 4,0 – 5,5 sehingga tanah dengan pH 6,0 – 6,5 sering telah dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya masih agak masam. Di daerah rawa-rawa sering ditemukan tanah-tanah sangat masam dengan pH kurang dari 3,0 yang disebut tanah sangat masam karena banyak mengandung asam sulfat. Di daerah yang sangat kering kadang-kadang pH tanah sangat tinggi (pH lebih dari 9,0) karena banyak mengandung garam Na (Anonim 1991). Menurut Hakim et al. (1986) faktor yang mempengaruhi pH antara lain : Kejenuhan basa, sifat misel (koloid), macam kation yang terjerap.

2.4.2 Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Kapasitas Tukar Kation (KTK) suatu tanah dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan koloid tanah menjerap dan mempertukarkan kation (Hakim et al 1986). Sedangkan menurut Hasibuan (2006), Kapasitas Tukar Kation merupakan banyaknya kation-kation yang dijerap atau dilepaskan dari permukaan koloid liat atau humus dalam miliekuivalen per 100 g contoh tanah atau humus. Dalam buku hasil penelitian (Anonim 1991), disebutkan bahwa satu miliekuivalen atau satu mili setara adalah sama dengan satu milligram hidrogen atau sejumlah Kapasitas Tukar Kation (KTK) suatu tanah dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan koloid tanah menjerap dan mempertukarkan kation (Hakim et al 1986). Sedangkan menurut Hasibuan (2006), Kapasitas Tukar Kation merupakan banyaknya kation-kation yang dijerap atau dilepaskan dari permukaan koloid liat atau humus dalam miliekuivalen per 100 g contoh tanah atau humus. Dalam buku hasil penelitian (Anonim 1991), disebutkan bahwa satu miliekuivalen atau satu mili setara adalah sama dengan satu milligram hidrogen atau sejumlah

Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir (Hardjowogeno 2007).

Nilai KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada sifat dan ciri tanah itu sendiri. Menurut Hakim et al. (1986), besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh :

1. Reaksi tanah atau pH

2. Tekstur atau jumlah liat

3. Jenis mineral liat

4. Bahan organik

5. Pengapuran dan pemupukan. Tekstur tanah juga berpengaruh terhadap KTK tanah. Semakin halus tekstur tanah semakin tinggi pula KTK nya seperti terlihat pada Tabel 3. Tabel 2 Pengaruh Tekstur Tanah Terhadap Kapasitas Tukar Kation

Tekstur Kapasitas Tukar Kation (me/100 g)

Pasir

Lempung berpasir

Lempung dan lempung berdebu

Lempung berliat

Sumber : Hasibuan (2006) Pada tanah dengan nilai KTK relatif rendah, proses penjerapan unsur hara oleh koloid tanah tidak berlangsung intensif, dan akibatnya unsur-unsur hara tersebut akan dengan mudah tercuci dan hilang bersama gerakan air di tanah (infiltrasi, perkolasi), dan pada gilirannya hara tidak tersedia bagi pertumbuhan Sumber : Hasibuan (2006) Pada tanah dengan nilai KTK relatif rendah, proses penjerapan unsur hara oleh koloid tanah tidak berlangsung intensif, dan akibatnya unsur-unsur hara tersebut akan dengan mudah tercuci dan hilang bersama gerakan air di tanah (infiltrasi, perkolasi), dan pada gilirannya hara tidak tersedia bagi pertumbuhan

2.4.3 C-Organik

Bahan organik adalah segala bahan-bahan atau sisa-sisa yang berasal dari tanaman, hewan dan manusia yang terdapat di permukaan atau di dalam tanah dengan tingkat pelapukan yang berbeda (Hasibuan 2006). Bahan organik merupakan bahan pemantap agregat tanah yang baik. Sekitar setengah dari Kapasitas Tukar Kation (KTK) berasal dari bahan organik (Hakim et al 1986).

Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya tanaman. Hal ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik (Anonim 1991). Selain itu, menurut Mulyani (1997); Kohnke (1968) menyatakan bahwa fungsi bahan organik adalah sebagai berikut : (i) sumber makanan dan energi bagi mikroorganisme, (ii) membantu keharaan tanaman melalui perombakan dirinya sendiri melalui kapasitas pertukaran humusnya, (iii) menyediakan zat-zat yang dibutuhkan dalam pembentukan pemantapan agregat- agregat tanah, (iv) memperbaiki kapasitas mengikat air dan melewatkan air, (v) serta membantu dalam pengendalian limpasan permukaan dan erosi.

Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah. Musthofa (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2 persen, agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat berkaitan dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah. Tanpa pemberian bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah. Musthofa (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2 persen, agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat berkaitan dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah. Tanpa pemberian bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan

Secara umum karbon dari bahan organik tanah terdiri dari 10-20% karbohidrat, terutama berasal dari biomasa mikroorganisme, 20% senyawa mengandung nitrogen seperti asam amino dan gula aminom 10-20% asam alifatik, alkane, dan sisanya merupakan karbon aromatik. Karena fungsinya yang sangat penting, maka tidak mengherankan jika dikatakan bahwa faktor terpenting yang mempengaruhi produktifitas baik tanah yang dibudidayakan maupun tanah yang tidak dibudidayakan adalah jumlah dan kedalaman bahan organik tanah (Paul and Clark 1989).

2.4.4 N-Total

Nitrogen adalah unsur hara makro utama yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak, diserap tanaman dalam bentuk amonium (NH +

4 ) dan nitrat (NO +

3 ). Pada umumnya Nitrogen merupakan faktor pembatas dalam tanaman budidaya. Biomassa tanaman rata-rata mengandung N sebesar 1 sampai 2% dan mungkin sebesar 4 sampai 6%. Dalam hal kuantitas total yang dibutuhkan untuk produksi tanaman budidaya, N termasuk keempat di antara 16 unsur essensial (Gardner et al 1991).

Unsur Nitrogen penting bagi tanaman dan dapat disediakan oleh manusia melalui pemupukan. Nitrogen umumnya diserap oleh tanaman dalam bentuk NO -

dan NH +

4 walaupun urea (H 2 NCONH 2 ) dapat juga dimanfaatkan oleh tanaman karena urea secara cepat dapat diserap melalui epidermis daun (Leeiwakabessy 2003). Menurut Hardjowigeno (2003), nitrogen di dalam tanah terdapat dalam berbagai bentuk yaitu protein (bahan organik), senyawa-senyawa amino,

amonium (NH -

4 ) dan nitrat (NO 3 ). Bentuk N yang diabsorpsi oleh tanaman

berbeda-beda. Ada tanaman yg lebih baik tumbuh bila diberi NH

4 ada pula tanaman yang lebih baik diberi NO -

3 dan ada pula tanaman yang tidak terpengaruh oleh bentuk-bentuk N ini (Leiwakabessy 2003). Menurut Leiwakabessy (2003), pemberian N yang banyak akan menyebabkan pertumbuhan vegetatif berlangsung hebat sekali dan warna daun menjadi hiijau tua. Kelebihan N dapat memperpanjang umur tanaman dan memperlambat proses pematangan karena tidak seimbang dengan unsur lainnya 3 dan ada pula tanaman yang tidak terpengaruh oleh bentuk-bentuk N ini (Leiwakabessy 2003). Menurut Leiwakabessy (2003), pemberian N yang banyak akan menyebabkan pertumbuhan vegetatif berlangsung hebat sekali dan warna daun menjadi hiijau tua. Kelebihan N dapat memperpanjang umur tanaman dan memperlambat proses pematangan karena tidak seimbang dengan unsur lainnya

Proses perubahan dari nitrat menjadi nitrit dinamakan nitrifikasi. Secara sederhana perubahan enzimatik dari proses Nitrifikasi adalah sebagai berikut :

2NH +

4 + 3O 2 2NO 2 + 2H 2 O + 4H + energi

2NO -

2 + O 2 2NO 3 + energi

Sumber lain dari nitrogen di dalam tanah melalui air hujan dan melalui penambahan pupuk buatan seperti urea atau ZA. Sumber N yang berasal dari atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal dari aktifitas di dalam tanah sebagai sumber sekunder (Hasibuan 2006).

Hanafiah (2007) dalam bukunya menyatakan bahwa Nitrogen menyusun sekitar 1,5 % bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein. Nitrogen anorganik sangat larut dan mudah hilang dalam air drainase atau hilang ke atmosfer. Efek nitrogen terhadap pertumbuhan akan jelas dan cepat hal tersebut menyatakan bahwa nitrogen merupakan unsur yang berdaya besar sehingga tidak saja harus diawetkan tetapi juga perlu diatur pemakaiannya. Mengenai siklus dari Nitrogen dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Siklus Nitrogen

2.4.5 P-Bray (Fosfor)

Posfor bersama-sama dengan nitogen dan kalium, digolongkan sebagai unsur-unsur utama walaupun diabsorpsi dalam jumlah yang lebih kecil dari kedua