ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SC (1)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN SCABIES
Posted on September 18, 2013 by mikimikiku
Standar
SISTEM INTEGUMEN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Parasit adalah organisme yang hidup dari makhluk hidup lainnya. Manusia adalah tuan rumah
bagi banyak parasit, yang dapat hidup di dalam tubuh atau pada kulit. Parasit ini menggunakan
tubuh manusia untuk mendapatkan makanan dan untuk mereproduksi, dan dalam tawar-menawar
menyebabkan masalah kesehatan manusia yang terinfeksi. Parasit terdapat di seluruh dunia dan
banyak orang menderita infeksi parasit kulit. Sebagai contoh, sekitar 6 untuk 12 juta orang di
seluruh dunia mendapatkan kutu setiap tahun dan di Amerika Serikat. Banyak penyakit kulit
yang disebabkan oleh parasit contohnya yaitu scabies.
Skabies adalah penyakit pada kulit yang disebabkan oleh kuman Sarcotes scabie yaitu seperti
tungau yang memparasitkan diri pada kulit manusia yang mengakibatkan rasa gatal pada kulit
dan menimbulkan papul, vesikel bahkan menyebabkan ulkus dan erosi pada kulit. Insidensnya di
Indonesia masih cukup tinggi, terendah di Sulawesi Utara dan tertinggi di Jawa Barat. Amiruddin
dkk., dalam penelitian skabies di Rumah Sakir Dr. Soetomo Surabaya, menunjukkan insidens
penderita skabies selama 2008-2010 adalah 2,7%. Abu A dalam penelitiannya di RSU Dadi
Ujung Pandang mendapatkan insidens skabies 0,6% pada tahun 1995-1998.
Perawat merupakan bagian dari tim kesehatan yang memiliki lebih banyak kesempatan untuk
melakukan intervensi kepada pasien, sehingga fungsi dan peran perawat dapat dimaksimalkan
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap penderita seperti memenuhi kebutuhan dasar
dan meningkatkan kesehatan fisik, perawat juga dapat melakukan pendekatan spiritual,
psikologis dan mengaplikasikan fungsi edukatornya dengan memberikan penyuluhan kesehatan
terhadap penderita sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan penderita dan
keluarga yang nantinya diharapkan dapat meminimalisir resiko maupun komplikasi yang
mungkin muncul dari skabies tersebut.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat materi skabies dalam penulisan makalah
ilmiah.
1.2 Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan pada pasien
dengan scabies.
2.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini, yaitu :
1. Menjelaskan anatomi fisiologi kulit.
2. Menjelaskan pengertian Skabies.
3. Menjelaskan etiologi Skabies.
4. Menjelaskan manifestasi klinis Skabies.
5. Menjelaskan patofisiologi Skabies.
6. Menjelaskan penatalaksanaan medis dan keperawatan Skabies.
7. Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan Skabies.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. A. ANATOMI FISIOLOGI
Kulit
1. Epidermis (Kutilkula) Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit, yang memiliki
struktur tipis dengan ketebalan sekitar 0,07 mm terdiri atas beberapa lapisan, antara lain
seperti berikut :
1. Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk. Letak lapisan ini berada
paling luar dan merupakan kulit mati. Jaringan epidermis ini disusun oleh 50
lapisan sel-sel mati, dan akan mengalami pengelupasansecara perlahan-lahan,
digantikan dengan sel telur yang baru.
2. Stratum lusidum, yang berfungsi melakukan “pengecatan” terhadap kulit dan
rambut. Semakin banyak melanin yang dihasilkan dari sel-sel ini, maka warna
kulit akan menjadi semakin gelap. Jika dikaitkan dengan hal ini apa yang terjadi
pada kulit dari kedua suku tersebut? Selain memberikan warna pada kulit,
melanin ini juga berfungsi untuk melindungi sel-sel kulit dari sinar ultraviolet
matahari yang dapat membahayakan kulit. Walaupun sebenarnya dalam jumlah
yang tepat sinar ultraviolet ini bermanfaat untuk mengubah lemaktertentu di kulit
menjadi vitamin D, tetapi dalam jumlah yang berlebihan sangat berbahaya bagi
kulit. Kadang-kadang seseorang menghindari sinar matahari di siang hari yang
terik, karena ingin menghindari sinar ultraviolet ini. Hal ini disebabkan karena
ternyata sinar ultraviolet ini dapat membuat kulit semakin hitam. Berdasarkan
riset, sinar ultraviolet dapat merangsang pembentukan melanosit menjadi lebih
banyak untuk tujuan perlindungan terhadap kulit. Sedangkan jika kita lihat
seseorang mempunyai kulit kuning langsat, ini disebabkan orang tersebut
memiliki pigmen karoten.
3. Stratum granulosum, yang menghasilkan pigmen warna kulit, yang disebut
melamin. Lapisan ini terdiri atas sel-sel hidup dan terletak pada bagian paling
bawah dari jaringan epidermis.
4. Stratum germinativum, sering dikatakan sebagai sel hidup karena lapisan ini
merupakan lapisan yang aktif membelah. Sel-selnya membelah ke arah luar untuk
membentuk sel-sel kulit teluar. Sel-sel yang baru terbentuk akan mendorong selsel yang ada di atasnya selanjutnya sel ini juga akan didorong dari bawah oleh sel
yang lebih baru lagi. Pada saat yang sama sel-sel lapisan paling luar mengelupas
dan gugur.
1. Jaringan dermis memiliki struktur yang lebih rumit daripada epidermis, yang terdiri atas
banyak lapisan. Jaringan ini lebih tebal daripada epidermis yaitu sekitar 2,5 mm. Dermis
dibentuk oleh serabut-serabut khusus yang membuatnya lentur, yang terdiri atas kolagen,
yaitu suatu jenis protein yang membentuk sekitar 30% dari protein tubuh. Kolagen akan
berangsur-angsur berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Itulah sebabnya seorang
yang sudah tua tekstur kulitnya kasar dan keriput. Lapisan dermis terletak di bawah
lapisan epidermis. Lapisan dermis terdiri atas bagian-bagian berikut.
1. Akar Rambut
Di sekitar akar rambut terdapat otot polos penegak rambut (Musculus arektor pili), dan ujung
saraf indera perasa nyeri. Udara dingin akan membuat otot-otot ini berkontraksi dan
mengakibatkan rambut akan berdiri. Adanya saraf-saraf perasa mengakibatkan rasa nyeri apabila
rambut dicabut.
1. Pembuluh Darah
Pembuluh darah banyak terdapat di sekitar akar rambut. Melalui pembuluh darah ini akar-akar
rambut mendapatkan makanan, sehingga rambut dapat tumbuh.
1. Kelenjar Minyak (glandula sebasea)
Kelenjar minyak terdapat di sekitar akar rambut. Adanya kelenjar minyak ini dapat menjaga agar
rambut tidak kering.
1.
Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)
Kelenjar keringat dapat menghasilkan keringat. Kelenjar keringat berbentuk botol dan bermuara
di dalam folikel rambut. Bagian tubuh yang banyak terdapat kelenjar keringat adalah bagian
kepala, muka, sekitar hidung, dan lain-lain. Kelenjar keringat tidak terdapat dalam kulit tapak
tangan dan telapak kaki.
1. Serabut Saraf
Pada lapisan dermis terdapat puting peraba yang merupakan ujung akhir saraf sensoris. Ujungujung saraf tersebut merupakan indera perasa panas, dingin, nyeri, dan sebagainya.
Jaringan dermis juga dapat menghasilkan zat feromon, yaitu suatu zat yang memiliki bau khas
pada seorang wanita maupun laki-laki. Feromon ini dapat memikat lawan jenisDermis (Kulit
Jangat).
1. B.
PENGERTIAN
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi (kepekaan) terhadap
Sarcoptes scabiei var. Humini.s (Adhi Djuanda. 2007).
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah menular dari
manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Penyebabnya scabies adalah
Sarcoptes scabiei (Isa Ma’rufi, Soedjajadi K, Hari B N, 2005).
Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah menular dari manusia ke
manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan di
seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite) Sarcoptes scabiei (Buchart, 1997).
Jadi menurut kelompok scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi kuman
parasitik (Sarcoptes scabiei) yang mudah menular manusia ke manusia, dari hewan ke manusia
atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan yang ada dimuka bumi ini. Skabies
adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei
varian hominis dan produknya. Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig, budukan,
dan gatal agogo. Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal
Sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli
atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.
1. C.
ETIOLOGI
Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei. Secara morfologik sarcoptes scabei
merupakan tungau kecil berbentuk oval punggungnya cembung dan bagian perutnya rata
berwarna putih kotor dan tidak memiliki mata. Sarcoptes betina yang berada di lapisan kulit
stratum corneum dan lucidum membuat terowongan ke dalam lapisan kulit. Di dalam
terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut menetas
menjadi hypopi yakni sarcoptes muda. Akibat terowongan yang digali Sarcoptes betina dan
hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu, penderita mengalami rasa gatal.(Keperawatan
Medikal Bedah, 2002). Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, super
famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scbiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S.
Scabiei yang lain, misalnya kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian
perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna puith kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang
betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil,
yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang
kaki di depan sebagai alat untuk melekat, dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan
rambut, sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat
berakhir dengan alat perekat. Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi
(perkawinan) yang terjadi diatas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup
beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh betina. Tungau betina yang telah dibuahi
menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 mm sehari dan sambil
meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina
yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5
hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam
terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai
2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur
sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.
Faktor resiko dari skabies ini adalah :
1. Skabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak
tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga
terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di muka.
1. Skabies yang ditularkan oleh hewan
Sarcoptes scabiei varian canis dapat menyerang manusia yang pekerjaanya berhubungan erat
dengan hewan tersebut. Misalnya peternak dan gembala. Gejalanya ringan, rasa gatal kurang,
tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat-tempat kontak. Dan akan sembuh
sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-bersih.
1. Skabies inkognito
Obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda skabies, sementara
infestasi tetap ada. Sebaliknya, pengobatan dengan steroid toikal yang lama dapat menyebabkan
lesi bertambah hebat. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan respon imun seluler.
1. Skabies terbaring di tempat tidur (bed ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat tidur dapat
menderita skabies yang lesinya terbatas.
Cara penularan (transmisi) :
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan
hubungan seksual.
2. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lainlain.
Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atai kadang-kadang
oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var. animalis yang kadang-kadang dapat
menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak memelihara binatang peliharaan misalnya
anjing.
1. D.
MANIFESTASI KLINIS
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardial berikut ini :
1. Pruritus (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang
lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga
biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan
diserang tungau tersebut.
3. Kunikulus (adanya terowongan) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung
terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulit
menjadi polimorfi (pustula, ekskoriasi, dll). Tempat predileksi biasanya daerah dengan
stratum korneum tipis, yaitu sela-sela jari tangan, peregelangan tangan bagian volar, siku
bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, areola mammae (wanita) dan lipatan glutea,
umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat
menyerang telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja
dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
4. Terdapat agen parasitik satu atau lebih stadium hidup agen parasitik ini, merupakan hal
yang paling diagnostik.
Pada pasien yang menjaga hygiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis
kadangkala sangat sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi,
impetigo, da furunkulosis.
1. E.
PATOFISIOLOGI
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga oleh penderita
sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit
yang kuat,menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan leh
sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah
infestasi. Pada saat it kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel,
dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan
kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.
1. F.
PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
Pencegahan skabies dapat dilakukan dengan berbagai cara:
1. Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara direbus, handuk, seprai
maupun baju penderita skabies, kemudian menjemurnya hingga kering.
2. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
3. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk memutuskan
rantai penularan.
4. Mandi dengan air hangat dan sabun untuk menghilangkan sisa-sisa kulit yang
mengelupas dan kemudian kulit dibiarkan kering.
5. Gunakan pakaian dan sprei yang bersih, semua perangkat tidur, handuk dan pakaian yang
habis dipakai harus dicuci dengan air yang sangat panas kalau perlu direbus dan
dikeringkan dengan alat pengering panas.
6. Cegah datangnya lagi skabies dengan menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat,
ruangan jangan terlalu lembab dan harus terkena sinar matahari serta menjaga kebersihan
diri anggota keluarga dengan baik.
Jika pencegahan tidak dilakukan dengan baik dan efektif, maka dapat dilakukan
penatalakasanaan medis.
Syarat obat yang ideal ialah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi
dan tidak toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh
dan murah. Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk
penderita yang hiposesitisasi).
Jenis obat topikal:
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20 % dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi
dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman efektif.
Kekurangannya ialah pemakaian tidak boleh kurang dari tiga hari karena tidak efektif
terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian, dan dapat menimbulkan iritasi.
2. Emulsi benzil-benzoat 20-25 % efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam
selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang
semakin gatal setelah dipakai.
3. Gama benzena heksaklorida (gameksan=gammexane) 1 % dalam bentuk krim atau
losio tidak berbau dan tidak berwarna, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap
semua stdium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Pemberiannya hanya
cukupt sekali setiap 8 jam. Jika masih ada gejala ulangi seminggu kemudian.
Pengguanaan yang berlebihan dapat menimbulkan efek pada sistem saraf pusat. Pada
bayi dan anak-anak jika digunakan berlebihan , dapat menimbulkan neurotoksisitas. Obat
ini tidak aman digunaka untuk ibu menyusui dan wanita hamil.
4. Benzilbenzoat (krotamiton) Tersedia 10 % dan 25% dalam krim atau losio mempunyai
dua efek sebagai antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
Krim (eurax) hanya efektif pada 50-60 % pasien. Digunakan selama 2 malam beruturutturut dan dibersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir, kemudian digunakan lagi 1
minggu kemudian. Obat ini disapukan ke badan dari leher ke bawah. Penggunaan
berlebihan dapat menyebabkan iritasi. Bila digunakan untuk bayi dan anak-anak harus di
tambahkan air 2-3 bagian.
5. Permethrin. Dalam bentuk krim 5 % sebagai dosis tunggal. Pengguanaanya selama 8-12
jam dan kemudian dicuci bersih-bersih. Merupakan obat yang paling efektif dan aman
karena sangat mematikan untuk parasit S. Scabiei dan memiliki toksisitas rendah pada
manusia. Pengobatan pada skabies krustosa sama dengan skabies klasik, hanya perlu
ditambahkan salep keratolitik. Skabies subungual susah diobati. Bila didapatkan infeksi
sekunder perlu diberikan antibiotik sistemik.
1. G. ASUHAN KEPERAWATAN
2. A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Warna Kulit
Pengkajian terhadap masalah kebersihan kulit meliputi penilaian tentang keadaan kulit, misalnya
warna kulit untuk mengetahui adanya pig mentasi kulit. Warna kulit yang tidak normal dapat
disebabkan oleh melanin pada kulit: warna coklat dapat menunjukkan adanya penyakit Addison
atau tumor hipofisis, warna biru kemerahan dapat menunjukkan adanya polisitemia, warna
merah menunjukkan adanya alergi dingin, hipertermia, psikologis, alcohol atau inflamasi local,
warna biru (sianosis) perifer akibat kecemasan/kedinginan atau sentral karena penurunan
kapasitas darah dalam membawa oksigen yang meliputi bibir, mulut, dan badan. Selanjutnya,
warna kuning menunjukkan icterus yang menyertai penyakit hati, hemolisis sel darah merah,
obstruksi saluran empedu/infeksi berat yang dapat dilihat pada sclera, membrane mukosa dan
abdomen; apabila terdapat pada telapak tangan, kai, dan muka menunjukkan dampak atas
konsumsi wortel/kentang; apabila pada area kulit terbuka (bukan pda sklera dan membran
mukosa) menunjukkan adanya penyakit ginjal kronis. Warna pucat (kurang merah muda pada
orang kulit putih) atau warna abu-abu pada kulit hitam menunjukkan adanya sinkop, demam,
syok atau anemia. Kekurangan warna secara umum dapat menunjukkan albinisme.
1. Kelembapan kulit
Dalam keadaan normal, kulitagak kering dan dalam
keadaan patologis dapat dijumpai kekeringan pada daerah bibir. Kekeringan pada tangan dan
genital dapat menunjukkan adanya dermatitis kontak. Keadaan normal pada membrab mukosa
adalah lembab, dan bila terjadi kekeringan menunjukkan adanya dehidrasi
1. Tekstur kulit
Penilaian tekstur kulit dapar dilakukan melalui pengamatan dan palpasi, contoh tekstur abnormal
adalah pengelupasan atau sisik pada jari tangan dan kaki. Perhatikan juga turgor, yaitu
kembalinya kulit secara semula tanpa meninggalkan tanda ketika cubit dalam keadaan normal.
Selain itu, perhatikan juga ada apa tidaknyaedema/lesi ( mapula, kapula, nodul, tumor, lesikula,
bula, pustula).
1. B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan kulit rusak
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa gatal
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema
1. C.
No Dp
1.
RENCANA KEPERAWATAN
Hari / tgl
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1×24 jam
diharapkan klien tidak
terjadi resiko infeksi
Rencana
1. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
2. Inspeksi kulit dan
rasionalisasi
TTD
dengan kriteria hasil:
kalien bebas dari tanda dan
gejala infeksi,menun
jukkan kemampuan untuk
mencegah timbulnya
infeksi, menunjukkan
perilaku hidup sehat
2.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1×24 jam
diharapkan tidur klien
tidak terganggu dengan
kriteria hasil mata klien
tidak bengkak lagi, klien
tidak sering terbangun di
malam hari, klien tidak
pucat lagi
membrane mukosa
terhadap kemerahan,
panas
3. Inspeksi kondisi luika
4. Ajarkan cara
menghindari infeksi
5. Berikan terapi
antibiotik
1. Kaji tidur pasien
2. Berikan kenyamanan
pada klien
(kebersihan tempat
tidur klien)
3. Catat banyaknya
klien terbangun di
malam hari
4. Berikan music klasik
sebagai pengantar
tidur
3.
Setelah dilakukan tindakan
asuhan keperawatan
selama …. X24jam
diharapkan klien tidak
terjadi resiko infeksi
dengan KH :
1. Klien bebas dari
tanda dan gejala
infeksi
2. Menunjukan
kemampuan untuk
mencegah
timbulnya infeksi
3. Menunjukkan
perilaku hidup
sehat
5. Kolaborasi dengan
dokter pemberi
analgetik
1. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
2. Batasi pengunjung
bila perlu
3. Instruksikan pada
pengunjung untk
mencuci tangan
saatberkunjung dan
setelah meninggalkan
pasien
4. Berikan perawatan
kulit pada area
epidema
5. Inspeksi kulit dan
membrane mukosa
terhadap
kemerahan,panas
6. Inspeksi kondisi luka
7. Berikan terapi
anibiotik bila perlu
8. Ajarkan cara
menghindari infeksi
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan elama ….
X24jam diharapkan
lapisan kulit klien terlihat
normal, dengan KH :
1. Integritas kulit
yang bak dapat
dipetahankan
(sensasi,
elastisitas,
temperatur)
2. Tidak ada luka
atau lesi pada kulit
1. Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembapan kulit
serta perawatan alami
2. Perfusi jaringan baik
– Anjurkan pasien
menggunakan
pakaian yang longgar
3. Jaga kebersihan kulit
agar tetap bersih dan
kering
4. Monitor kulit akan
adanya kemerahan
5. Mandikan pasien
dengan air hangat dan
sabun
1. D.
EVALUASI KEPERAWATAN
Masalan gangguan rasa nyaman nyeri dikatakan teratasi apabila :
1. nyeri terkontrol
2. gatal mulai hilang
3. puss hilang
4. kulit tidak memerah – kaji TTV
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal sarcoptes scabei tersebut,
kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus
atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.
Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema yang disebabkan oleh
garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina panjangnya 0,3 sampai 0,4 milimeter
dengan empat pasang kaki, dua pasang di depan dengan ujung alat penghisap dan sisanya di
belakang berupa alat tajam. Sedangkan, untuk kutu jantan, memiliki ukuran setengah dari
betinanya. Dia akan mati setelah kawin. Bila kutu itu membuat terowongan dalam kulit, tak
pernah membuat jalur yang bercabang.
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi
dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan
harganya murah.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED : 3 jilid : 1.
Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal.
Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis
Anonim. 2007. Skabies (kulit gatal bikn sebel).
Anonim. 2008. Skabies.
Carpenito, Linda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
DENGAN SCABIES
Posted on September 18, 2013 by mikimikiku
Standar
SISTEM INTEGUMEN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Parasit adalah organisme yang hidup dari makhluk hidup lainnya. Manusia adalah tuan rumah
bagi banyak parasit, yang dapat hidup di dalam tubuh atau pada kulit. Parasit ini menggunakan
tubuh manusia untuk mendapatkan makanan dan untuk mereproduksi, dan dalam tawar-menawar
menyebabkan masalah kesehatan manusia yang terinfeksi. Parasit terdapat di seluruh dunia dan
banyak orang menderita infeksi parasit kulit. Sebagai contoh, sekitar 6 untuk 12 juta orang di
seluruh dunia mendapatkan kutu setiap tahun dan di Amerika Serikat. Banyak penyakit kulit
yang disebabkan oleh parasit contohnya yaitu scabies.
Skabies adalah penyakit pada kulit yang disebabkan oleh kuman Sarcotes scabie yaitu seperti
tungau yang memparasitkan diri pada kulit manusia yang mengakibatkan rasa gatal pada kulit
dan menimbulkan papul, vesikel bahkan menyebabkan ulkus dan erosi pada kulit. Insidensnya di
Indonesia masih cukup tinggi, terendah di Sulawesi Utara dan tertinggi di Jawa Barat. Amiruddin
dkk., dalam penelitian skabies di Rumah Sakir Dr. Soetomo Surabaya, menunjukkan insidens
penderita skabies selama 2008-2010 adalah 2,7%. Abu A dalam penelitiannya di RSU Dadi
Ujung Pandang mendapatkan insidens skabies 0,6% pada tahun 1995-1998.
Perawat merupakan bagian dari tim kesehatan yang memiliki lebih banyak kesempatan untuk
melakukan intervensi kepada pasien, sehingga fungsi dan peran perawat dapat dimaksimalkan
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap penderita seperti memenuhi kebutuhan dasar
dan meningkatkan kesehatan fisik, perawat juga dapat melakukan pendekatan spiritual,
psikologis dan mengaplikasikan fungsi edukatornya dengan memberikan penyuluhan kesehatan
terhadap penderita sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan penderita dan
keluarga yang nantinya diharapkan dapat meminimalisir resiko maupun komplikasi yang
mungkin muncul dari skabies tersebut.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat materi skabies dalam penulisan makalah
ilmiah.
1.2 Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan pada pasien
dengan scabies.
2.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini, yaitu :
1. Menjelaskan anatomi fisiologi kulit.
2. Menjelaskan pengertian Skabies.
3. Menjelaskan etiologi Skabies.
4. Menjelaskan manifestasi klinis Skabies.
5. Menjelaskan patofisiologi Skabies.
6. Menjelaskan penatalaksanaan medis dan keperawatan Skabies.
7. Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan Skabies.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. A. ANATOMI FISIOLOGI
Kulit
1. Epidermis (Kutilkula) Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit, yang memiliki
struktur tipis dengan ketebalan sekitar 0,07 mm terdiri atas beberapa lapisan, antara lain
seperti berikut :
1. Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk. Letak lapisan ini berada
paling luar dan merupakan kulit mati. Jaringan epidermis ini disusun oleh 50
lapisan sel-sel mati, dan akan mengalami pengelupasansecara perlahan-lahan,
digantikan dengan sel telur yang baru.
2. Stratum lusidum, yang berfungsi melakukan “pengecatan” terhadap kulit dan
rambut. Semakin banyak melanin yang dihasilkan dari sel-sel ini, maka warna
kulit akan menjadi semakin gelap. Jika dikaitkan dengan hal ini apa yang terjadi
pada kulit dari kedua suku tersebut? Selain memberikan warna pada kulit,
melanin ini juga berfungsi untuk melindungi sel-sel kulit dari sinar ultraviolet
matahari yang dapat membahayakan kulit. Walaupun sebenarnya dalam jumlah
yang tepat sinar ultraviolet ini bermanfaat untuk mengubah lemaktertentu di kulit
menjadi vitamin D, tetapi dalam jumlah yang berlebihan sangat berbahaya bagi
kulit. Kadang-kadang seseorang menghindari sinar matahari di siang hari yang
terik, karena ingin menghindari sinar ultraviolet ini. Hal ini disebabkan karena
ternyata sinar ultraviolet ini dapat membuat kulit semakin hitam. Berdasarkan
riset, sinar ultraviolet dapat merangsang pembentukan melanosit menjadi lebih
banyak untuk tujuan perlindungan terhadap kulit. Sedangkan jika kita lihat
seseorang mempunyai kulit kuning langsat, ini disebabkan orang tersebut
memiliki pigmen karoten.
3. Stratum granulosum, yang menghasilkan pigmen warna kulit, yang disebut
melamin. Lapisan ini terdiri atas sel-sel hidup dan terletak pada bagian paling
bawah dari jaringan epidermis.
4. Stratum germinativum, sering dikatakan sebagai sel hidup karena lapisan ini
merupakan lapisan yang aktif membelah. Sel-selnya membelah ke arah luar untuk
membentuk sel-sel kulit teluar. Sel-sel yang baru terbentuk akan mendorong selsel yang ada di atasnya selanjutnya sel ini juga akan didorong dari bawah oleh sel
yang lebih baru lagi. Pada saat yang sama sel-sel lapisan paling luar mengelupas
dan gugur.
1. Jaringan dermis memiliki struktur yang lebih rumit daripada epidermis, yang terdiri atas
banyak lapisan. Jaringan ini lebih tebal daripada epidermis yaitu sekitar 2,5 mm. Dermis
dibentuk oleh serabut-serabut khusus yang membuatnya lentur, yang terdiri atas kolagen,
yaitu suatu jenis protein yang membentuk sekitar 30% dari protein tubuh. Kolagen akan
berangsur-angsur berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Itulah sebabnya seorang
yang sudah tua tekstur kulitnya kasar dan keriput. Lapisan dermis terletak di bawah
lapisan epidermis. Lapisan dermis terdiri atas bagian-bagian berikut.
1. Akar Rambut
Di sekitar akar rambut terdapat otot polos penegak rambut (Musculus arektor pili), dan ujung
saraf indera perasa nyeri. Udara dingin akan membuat otot-otot ini berkontraksi dan
mengakibatkan rambut akan berdiri. Adanya saraf-saraf perasa mengakibatkan rasa nyeri apabila
rambut dicabut.
1. Pembuluh Darah
Pembuluh darah banyak terdapat di sekitar akar rambut. Melalui pembuluh darah ini akar-akar
rambut mendapatkan makanan, sehingga rambut dapat tumbuh.
1. Kelenjar Minyak (glandula sebasea)
Kelenjar minyak terdapat di sekitar akar rambut. Adanya kelenjar minyak ini dapat menjaga agar
rambut tidak kering.
1.
Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)
Kelenjar keringat dapat menghasilkan keringat. Kelenjar keringat berbentuk botol dan bermuara
di dalam folikel rambut. Bagian tubuh yang banyak terdapat kelenjar keringat adalah bagian
kepala, muka, sekitar hidung, dan lain-lain. Kelenjar keringat tidak terdapat dalam kulit tapak
tangan dan telapak kaki.
1. Serabut Saraf
Pada lapisan dermis terdapat puting peraba yang merupakan ujung akhir saraf sensoris. Ujungujung saraf tersebut merupakan indera perasa panas, dingin, nyeri, dan sebagainya.
Jaringan dermis juga dapat menghasilkan zat feromon, yaitu suatu zat yang memiliki bau khas
pada seorang wanita maupun laki-laki. Feromon ini dapat memikat lawan jenisDermis (Kulit
Jangat).
1. B.
PENGERTIAN
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi (kepekaan) terhadap
Sarcoptes scabiei var. Humini.s (Adhi Djuanda. 2007).
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah menular dari
manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Penyebabnya scabies adalah
Sarcoptes scabiei (Isa Ma’rufi, Soedjajadi K, Hari B N, 2005).
Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah menular dari manusia ke
manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan di
seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite) Sarcoptes scabiei (Buchart, 1997).
Jadi menurut kelompok scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi kuman
parasitik (Sarcoptes scabiei) yang mudah menular manusia ke manusia, dari hewan ke manusia
atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan yang ada dimuka bumi ini. Skabies
adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei
varian hominis dan produknya. Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig, budukan,
dan gatal agogo. Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal
Sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli
atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.
1. C.
ETIOLOGI
Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei. Secara morfologik sarcoptes scabei
merupakan tungau kecil berbentuk oval punggungnya cembung dan bagian perutnya rata
berwarna putih kotor dan tidak memiliki mata. Sarcoptes betina yang berada di lapisan kulit
stratum corneum dan lucidum membuat terowongan ke dalam lapisan kulit. Di dalam
terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut menetas
menjadi hypopi yakni sarcoptes muda. Akibat terowongan yang digali Sarcoptes betina dan
hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu, penderita mengalami rasa gatal.(Keperawatan
Medikal Bedah, 2002). Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, super
famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scbiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S.
Scabiei yang lain, misalnya kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian
perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna puith kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang
betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil,
yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang
kaki di depan sebagai alat untuk melekat, dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan
rambut, sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat
berakhir dengan alat perekat. Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi
(perkawinan) yang terjadi diatas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup
beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh betina. Tungau betina yang telah dibuahi
menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 mm sehari dan sambil
meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina
yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5
hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam
terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai
2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur
sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.
Faktor resiko dari skabies ini adalah :
1. Skabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak
tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga
terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di muka.
1. Skabies yang ditularkan oleh hewan
Sarcoptes scabiei varian canis dapat menyerang manusia yang pekerjaanya berhubungan erat
dengan hewan tersebut. Misalnya peternak dan gembala. Gejalanya ringan, rasa gatal kurang,
tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat-tempat kontak. Dan akan sembuh
sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-bersih.
1. Skabies inkognito
Obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda skabies, sementara
infestasi tetap ada. Sebaliknya, pengobatan dengan steroid toikal yang lama dapat menyebabkan
lesi bertambah hebat. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan respon imun seluler.
1. Skabies terbaring di tempat tidur (bed ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat tidur dapat
menderita skabies yang lesinya terbatas.
Cara penularan (transmisi) :
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan
hubungan seksual.
2. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lainlain.
Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atai kadang-kadang
oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var. animalis yang kadang-kadang dapat
menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak memelihara binatang peliharaan misalnya
anjing.
1. D.
MANIFESTASI KLINIS
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardial berikut ini :
1. Pruritus (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang
lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga
biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan
diserang tungau tersebut.
3. Kunikulus (adanya terowongan) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung
terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulit
menjadi polimorfi (pustula, ekskoriasi, dll). Tempat predileksi biasanya daerah dengan
stratum korneum tipis, yaitu sela-sela jari tangan, peregelangan tangan bagian volar, siku
bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, areola mammae (wanita) dan lipatan glutea,
umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat
menyerang telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja
dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
4. Terdapat agen parasitik satu atau lebih stadium hidup agen parasitik ini, merupakan hal
yang paling diagnostik.
Pada pasien yang menjaga hygiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis
kadangkala sangat sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi,
impetigo, da furunkulosis.
1. E.
PATOFISIOLOGI
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga oleh penderita
sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit
yang kuat,menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan leh
sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah
infestasi. Pada saat it kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel,
dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan
kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.
1. F.
PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
Pencegahan skabies dapat dilakukan dengan berbagai cara:
1. Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara direbus, handuk, seprai
maupun baju penderita skabies, kemudian menjemurnya hingga kering.
2. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
3. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk memutuskan
rantai penularan.
4. Mandi dengan air hangat dan sabun untuk menghilangkan sisa-sisa kulit yang
mengelupas dan kemudian kulit dibiarkan kering.
5. Gunakan pakaian dan sprei yang bersih, semua perangkat tidur, handuk dan pakaian yang
habis dipakai harus dicuci dengan air yang sangat panas kalau perlu direbus dan
dikeringkan dengan alat pengering panas.
6. Cegah datangnya lagi skabies dengan menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat,
ruangan jangan terlalu lembab dan harus terkena sinar matahari serta menjaga kebersihan
diri anggota keluarga dengan baik.
Jika pencegahan tidak dilakukan dengan baik dan efektif, maka dapat dilakukan
penatalakasanaan medis.
Syarat obat yang ideal ialah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi
dan tidak toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh
dan murah. Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk
penderita yang hiposesitisasi).
Jenis obat topikal:
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20 % dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi
dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman efektif.
Kekurangannya ialah pemakaian tidak boleh kurang dari tiga hari karena tidak efektif
terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian, dan dapat menimbulkan iritasi.
2. Emulsi benzil-benzoat 20-25 % efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam
selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang
semakin gatal setelah dipakai.
3. Gama benzena heksaklorida (gameksan=gammexane) 1 % dalam bentuk krim atau
losio tidak berbau dan tidak berwarna, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap
semua stdium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Pemberiannya hanya
cukupt sekali setiap 8 jam. Jika masih ada gejala ulangi seminggu kemudian.
Pengguanaan yang berlebihan dapat menimbulkan efek pada sistem saraf pusat. Pada
bayi dan anak-anak jika digunakan berlebihan , dapat menimbulkan neurotoksisitas. Obat
ini tidak aman digunaka untuk ibu menyusui dan wanita hamil.
4. Benzilbenzoat (krotamiton) Tersedia 10 % dan 25% dalam krim atau losio mempunyai
dua efek sebagai antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
Krim (eurax) hanya efektif pada 50-60 % pasien. Digunakan selama 2 malam beruturutturut dan dibersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir, kemudian digunakan lagi 1
minggu kemudian. Obat ini disapukan ke badan dari leher ke bawah. Penggunaan
berlebihan dapat menyebabkan iritasi. Bila digunakan untuk bayi dan anak-anak harus di
tambahkan air 2-3 bagian.
5. Permethrin. Dalam bentuk krim 5 % sebagai dosis tunggal. Pengguanaanya selama 8-12
jam dan kemudian dicuci bersih-bersih. Merupakan obat yang paling efektif dan aman
karena sangat mematikan untuk parasit S. Scabiei dan memiliki toksisitas rendah pada
manusia. Pengobatan pada skabies krustosa sama dengan skabies klasik, hanya perlu
ditambahkan salep keratolitik. Skabies subungual susah diobati. Bila didapatkan infeksi
sekunder perlu diberikan antibiotik sistemik.
1. G. ASUHAN KEPERAWATAN
2. A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Warna Kulit
Pengkajian terhadap masalah kebersihan kulit meliputi penilaian tentang keadaan kulit, misalnya
warna kulit untuk mengetahui adanya pig mentasi kulit. Warna kulit yang tidak normal dapat
disebabkan oleh melanin pada kulit: warna coklat dapat menunjukkan adanya penyakit Addison
atau tumor hipofisis, warna biru kemerahan dapat menunjukkan adanya polisitemia, warna
merah menunjukkan adanya alergi dingin, hipertermia, psikologis, alcohol atau inflamasi local,
warna biru (sianosis) perifer akibat kecemasan/kedinginan atau sentral karena penurunan
kapasitas darah dalam membawa oksigen yang meliputi bibir, mulut, dan badan. Selanjutnya,
warna kuning menunjukkan icterus yang menyertai penyakit hati, hemolisis sel darah merah,
obstruksi saluran empedu/infeksi berat yang dapat dilihat pada sclera, membrane mukosa dan
abdomen; apabila terdapat pada telapak tangan, kai, dan muka menunjukkan dampak atas
konsumsi wortel/kentang; apabila pada area kulit terbuka (bukan pda sklera dan membran
mukosa) menunjukkan adanya penyakit ginjal kronis. Warna pucat (kurang merah muda pada
orang kulit putih) atau warna abu-abu pada kulit hitam menunjukkan adanya sinkop, demam,
syok atau anemia. Kekurangan warna secara umum dapat menunjukkan albinisme.
1. Kelembapan kulit
Dalam keadaan normal, kulitagak kering dan dalam
keadaan patologis dapat dijumpai kekeringan pada daerah bibir. Kekeringan pada tangan dan
genital dapat menunjukkan adanya dermatitis kontak. Keadaan normal pada membrab mukosa
adalah lembab, dan bila terjadi kekeringan menunjukkan adanya dehidrasi
1. Tekstur kulit
Penilaian tekstur kulit dapar dilakukan melalui pengamatan dan palpasi, contoh tekstur abnormal
adalah pengelupasan atau sisik pada jari tangan dan kaki. Perhatikan juga turgor, yaitu
kembalinya kulit secara semula tanpa meninggalkan tanda ketika cubit dalam keadaan normal.
Selain itu, perhatikan juga ada apa tidaknyaedema/lesi ( mapula, kapula, nodul, tumor, lesikula,
bula, pustula).
1. B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan kulit rusak
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa gatal
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema
1. C.
No Dp
1.
RENCANA KEPERAWATAN
Hari / tgl
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1×24 jam
diharapkan klien tidak
terjadi resiko infeksi
Rencana
1. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
2. Inspeksi kulit dan
rasionalisasi
TTD
dengan kriteria hasil:
kalien bebas dari tanda dan
gejala infeksi,menun
jukkan kemampuan untuk
mencegah timbulnya
infeksi, menunjukkan
perilaku hidup sehat
2.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1×24 jam
diharapkan tidur klien
tidak terganggu dengan
kriteria hasil mata klien
tidak bengkak lagi, klien
tidak sering terbangun di
malam hari, klien tidak
pucat lagi
membrane mukosa
terhadap kemerahan,
panas
3. Inspeksi kondisi luika
4. Ajarkan cara
menghindari infeksi
5. Berikan terapi
antibiotik
1. Kaji tidur pasien
2. Berikan kenyamanan
pada klien
(kebersihan tempat
tidur klien)
3. Catat banyaknya
klien terbangun di
malam hari
4. Berikan music klasik
sebagai pengantar
tidur
3.
Setelah dilakukan tindakan
asuhan keperawatan
selama …. X24jam
diharapkan klien tidak
terjadi resiko infeksi
dengan KH :
1. Klien bebas dari
tanda dan gejala
infeksi
2. Menunjukan
kemampuan untuk
mencegah
timbulnya infeksi
3. Menunjukkan
perilaku hidup
sehat
5. Kolaborasi dengan
dokter pemberi
analgetik
1. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
2. Batasi pengunjung
bila perlu
3. Instruksikan pada
pengunjung untk
mencuci tangan
saatberkunjung dan
setelah meninggalkan
pasien
4. Berikan perawatan
kulit pada area
epidema
5. Inspeksi kulit dan
membrane mukosa
terhadap
kemerahan,panas
6. Inspeksi kondisi luka
7. Berikan terapi
anibiotik bila perlu
8. Ajarkan cara
menghindari infeksi
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan elama ….
X24jam diharapkan
lapisan kulit klien terlihat
normal, dengan KH :
1. Integritas kulit
yang bak dapat
dipetahankan
(sensasi,
elastisitas,
temperatur)
2. Tidak ada luka
atau lesi pada kulit
1. Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembapan kulit
serta perawatan alami
2. Perfusi jaringan baik
– Anjurkan pasien
menggunakan
pakaian yang longgar
3. Jaga kebersihan kulit
agar tetap bersih dan
kering
4. Monitor kulit akan
adanya kemerahan
5. Mandikan pasien
dengan air hangat dan
sabun
1. D.
EVALUASI KEPERAWATAN
Masalan gangguan rasa nyaman nyeri dikatakan teratasi apabila :
1. nyeri terkontrol
2. gatal mulai hilang
3. puss hilang
4. kulit tidak memerah – kaji TTV
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal sarcoptes scabei tersebut,
kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus
atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.
Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema yang disebabkan oleh
garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina panjangnya 0,3 sampai 0,4 milimeter
dengan empat pasang kaki, dua pasang di depan dengan ujung alat penghisap dan sisanya di
belakang berupa alat tajam. Sedangkan, untuk kutu jantan, memiliki ukuran setengah dari
betinanya. Dia akan mati setelah kawin. Bila kutu itu membuat terowongan dalam kulit, tak
pernah membuat jalur yang bercabang.
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi
dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan
harganya murah.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED : 3 jilid : 1.
Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal.
Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis
Anonim. 2007. Skabies (kulit gatal bikn sebel).
Anonim. 2008. Skabies.
Carpenito, Linda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.