STUDI KELAYAKAN PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DITINJAU DARI ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN

DITINJAU DARI ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh: EVA RHISNA ANDRETTI NIM. F0307101 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

commit to user

Skripsi dengan judul :

STUDI KELAYAKAN PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DITINJAU DARI ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN

commit to user

Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, guna melengkapi tugas-tugas dan dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, 17 Desember 2011

Tim Penguji Skripsi :

1. (Dr. Payamta, M.Si., Ak.) NIP. 19660925 199203 1 002

2. Muhammad Syafiqurrahman, S.E., M.M., Ak. NIP. 19800604 200501 1 001

3. (Sri Hanggana, M.Si., Ak.) NIP. 19661125 199402 1 001

commit to user

Karya ini aku persembahkan untuk :

Mama dan Papaku Rhesa, Pipin dan Yaya Keluarga Besarku Sahabat-sahabatku

Semua orang yang pernah hadir dalam hidupku

Masa depanku

commit to user

Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak.

(Mazmur 37:5)

Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang. (Amsal 23:18)

Write your plan in pencil, but give God the eraser. His way is much better than we could have chosen. Trust Him!

(Awanama)

commit to user

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerah-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Kelayakan Peternakan Ayam Ras Petelur Ditinjau dari Aspek Ekonomi dan Keuangan”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada penyusunan skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik. Namun, penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Tetapi, berkat adanya bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, maka akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih atas segala bimbingan dan bantuan kepada:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Wisnu Untoro, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Santoso Tri H, M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Sri Hanggana, M.Si, Ak., selaku dosen pembimbing yang selama ini telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan, dan dukungan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

commit to user commit to user

6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta seluruh staf dan karyawan yang telah memberikan ilmu, bimbingan, arahan, serta pelayanan kepada penulis.

7. Mama dan Papaku tersayang, Mama Dalyanti dan Papa Andre Sugiyanto yang selalu memberiku kasih sayang, perhatian, dukungan, didikan serta doa di setiap waktu.

8. Adik-adikku, Rhesa Rhisma Andrean, Yosephin Rhistra Andretti dan Chintia Rizta Andretti, yang memberiku dukungan dan doa.

9. Keluarga besarku yang selalu mendukung dan mendoakanku.

10. Sahabat-sahabatku, Putri, Cui, Ninuk, Dina, dan Nia yang selalu membantu, mendukung, dan mendoakanku serta mengisi hari-hariku. Kebersamaan dengan kalian akan selalu menjadi kenangan. J

11. Sahabat doaku, Terezia Mei Indriarti Pinto, yang selalu mendukungku dalam keseharian lewat motivasi dan doa serta terimakasih bantuan laptopnya. J

12. Mas-mbak dan adek-adek keluarga besar PMK FE UNS terkasih, yang telah mengisi hari-hariku dengan memberikan keceriaan, motivasi, dan dukungan doanya untukku. Selamanya kita bersaudara dalam JC. J

13. Kakak rohaniku, Meyka Fatmawati, yang mengajar serta membimbingku untuk menjadi seorang yang takut akan Tuhan dan melayani-Nya.

14. Sahabatku terkasih, Maria Kristin Pancawati, yang selalu mendukung dan mendoakanku meskipun jarak kita jauh.

commit to user commit to user

16. Rekan seperjuanganku, Fajrika Cahyaning Dewi, yang telah bersama-sama berjuang untuk menyelesaikan skripsi ini dan terimakasih untuk kebersamaan kita selama ini. J

17. Teman-teman Akuntansi’07, yang melewati suka dan duka di jurusan Akuntansi bersama semasa kuliah.

18. Semua kawan yang pernah singgah dalam hidupku dan mengisi hari-hari bersama, terimakasih untuk setiap kenangan dan pelajaran hidup yang telah kalian berikan.

19. Semua pihak yang turut membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis tulis satu per satu.

Pembuatan skripsi ini telah memberikan pengalaman dan manfaat yang besar bagi penulis, dan penulis pun berharap semoga skripsi ini juga dapat bermanfaat bagi orang lain. Sesungguhnya penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan pada skripsi ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat menjadi lebih baik lagi.

Surakarta, 9 November 2011

Penulis

commit to user

A. Populasi dan Sampel….......…..…..…..…..…..…..…......…….

B. Jenis Data..........................................................................…….

C. Metode Pengumpulan Data.…..…..…..…..…..................…….

D. Metode Analisis Data.......................…..…..…..…..….....…….

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN…..…..…..…....….........

A. Pelaksanaan Penelitian.............................…..…..…..….....……

B. Pembahasan Hasil Penelitian..............................................……

BAB V PENUTUP…..…..…..….....…....…....…....…....…....….......

A. Simpulan…………………………………………................

B. Keterbatasan Penelitian..….....…....…...…....…..............…......

C. Saran............…………………………………………..............

DAFTAR PUSTAKA……………………………….......…………..

LAMPIRAN DAFTAR TABEL

Halaman Tabel III.1

Populasi Ayam Petelur di Eks-Karesidenan Surakarta Tahun 2010...............................................................

19 Tabel III.2

Distribusi Sampel.........................................................

20 Tabel IV. 1

Investasi Peternakan Ayam Ras Petelur Per 100 Ekor Ayam per 31 Juli 2011……….....…………………

commit to user

Tabel IV. 2 Ayam Per Bulan……….......…....….........…....…....

28 Tabel IV. 3

Perincian Biaya Depresiasi Kandang Per 100 Ekor Ayam Per Bulan...….......….........….................…....

30 Tabel IV. 4

Perincian Biaya Depresiasi Bangunan Per 100 Ekor Ayam Per Bulan....…....….........………............…...

30 Tabel IV. 5

Perincian Biaya Depresiasi Mobil Per 100 Ekor Ayam Per Bulan.....…..….........….......….........…....…......

31 Tabel IV. 6

Perincian Biaya Depresiasi Sepeda Motor Per 100 Ekor Ayam Per Bulan.….........................…....….....

31 Tabel IV. 7

Perincian Biaya Amortisasi Ayam Afkir Per 100 Ekor Ayam Per Bulan…....................................…....….....

33 Tabel IV. 8

Perincian Biaya Gaji Pegawai Kantor Per 100 Ekor Ayam Per Bulan....…………………………….......

34 Tabel IV. 9

Perincian Biaya Gaji Pegawai Kandang Per 100 Ekor Ayam Per Bulan.........................................................

34 Tabel IV. 10 Perincian Biaya Listrik Per 100 Ekor Ayam Per

Bulan...…................................................................... ..

Tabel IV. 11 Perincian Biaya Tetap Peternakan Ayam Ras Petelur

Per 100 Ekor Ayam Per Bulan…...……...….............

36 Tabel IV. 12 Perincian Biaya Pakan Per 100 Ekor Ayam Per

Hari....….........…....…................................................ ..

Tabel IV. 13 Perincian Biaya Vaksin dan Obat Per 100 Ekor Ayam

Per Hari.......…..........…....…....….........…....….......

Tabel IV. 14 Perincian Biaya Variabel Peternakan Ayam Petelur Per

100 Ekor Ayam Per Hari…......…....…....….............

40 Tabel IV. 15 Laba Peternakan Ayam Petelur Per 100 Ekor Ayam

Per Bulan…..….........…....…....….........…....….......

Tabel IV. 16 ROI Peternakan Ayam Petelur Per 100 Ekor Ayam Per

Bulan..….....…....…....……....…....….........…....….. .....

commit to user

Tabel IV. 17 PBP Peternakan Ayam Petelur Per 100 Ekor Ayam Per

Bulan..….....…....…....….......…....….........…....…... ....

44

Tabel IV. 18 BEP Peternakan Ayam Petelur Per 100 Ekor Ayam Per

Bulan..….....…....…....…....……....….........…....….. .....

46

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran I Kuesioner Penelitian............................................................. 53 Lampiran II Rekap Data Kuesioner …………………….................…… 55

commit to user

commit to user

STUDI KELAYAKAN PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DITINJAU DARI ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN

Eva Rhisna Andretti NIM. F0307101

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan dari peternakan ayam ras petelur jika ditinjau dari aspek ekonomi dan keuangannya. Penelitian ini mengambil sampel lima peternakan ayam ras petelur yang tersebar di beberapa area eks-Karesidenan Surakarta. Data diperoleh dengan melakukan wawancara kuesioner terhadap pemilik atau pengelelola peternakan, dan data yang digunakan seperti data keuangan peternakan bulan Juli 2011. Dalam penelitian ini telah digunakan analisis kriteria investasi, yang dilihat dari nilai ROI.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh sampel termasuk dalam usaha yang layak untuk diteruskan, karena nilai rata-rata ROI yang dihasilkan sampel lebih besar dari tingkat suku bunga bank per bulan. ROI yang dihasilkan sampel adalah 2,56% dan suku bunga bank 1,05%. Selain itu, penulis juga memperhitungkan PBP dan BEP di mana hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel peternakan membutuhkan rata-rata PBP selama 3 tahun 3 bulan untuk dapat menutup keseluruhan biaya investasinya. Selanjutnya, untuk dapat mencapai BEP sampel peternakan harus melakukan penjualan sebanyak 1.302 butir atau 81,37kg per 100 ekor ayam layer.

Kata kunci : kelayakan, peternakan ayam ras petelur, ROI, PBP, BEP

commit to user

FEASIBILITY STUDY OF LAYER CHICKEN FARM OBSERVED FROM ECONOMICS AND FINANCIAL ASPECT

Eva Rhisna Andretti NIM. F0307101

The purpose of this researsch is to find out about feasibility of layer chicken farm if being observed from economics and financial aspect. The research use five layer farms for sample which spread in some areas of ex-Karesidenan Surakarta. Data was collected by doing questionnaire interview to the owner or manager of the farm, and data which be used like farm’s financial data on July 2011. In this research have used the analysis of investment criteria, which was seen from value of ROI.

The results of this research showed that all of the samples were categorized as feasible to be forwarded, because the average value of ROI was bigger than their bank interest rate per month. It means that ROI was 2,56% and interest rate was 1,05%. Besides, the writer also calculated PBP and BEP where the results of this research showed that samples need average of PBP for 3 years and 3 months to cover all of the invenstment costs. Moreover, to reach BEP samples must sale 1.083 piece of eggs or 81,37 kg per 100 layers.

Keywords : feasibility, layer farm, ROI, PBP, BEP

commit to user

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan zaman yang diikuti peningkatan dalam gerak kemajuan pembangunan, peningkatan pendapatan masyarakat, perbaikan tingkat pendidikan, perubahan gaya hidup (lifestyle), perkembangan jumlah penduduk dan kesadaran akan arti penting peningkatan gizi berdampak pada pola makanan yang terus meningkat pada masyarakat (Daryanto, 2008). Daging, susu dan telur adalah produk pangan asal ternak yang sangat penting dalam memenuhi gizi dan mencerdaskan masyarakat, di samping itu juga adalah komoditas ekonomi yang strategis. Daging asal ternak diperoleh dari berbagai sumber yaitu unggas, ruminansia besar, ruminansia kecil dan ternak lain. Sementara itu susu diperoleh dari ruminansia besar dan ruminansia kecil, dan telur diperoleh dari unggas.

Kebutuhan protein bagi manusia berbeda-beda tergantung kepada umur, jenis aktivitas, dan faktor lainnya. Protein asal hewan sangat penting bagi manusia karena komposisi asam aminonya lebih seimbang dibandingkan protein nabati. Selain itu, protein hewani merupakan sumber mineral penting, sumber vitamin B12 yang tidak terdapat dalam produk nabati, dan yang lebih penting adalah memiliki rasa yang lebih lezat. Kebutuhan protein dari hewani dapat dipenuhi hewan air, yaitu ikan dan produk air lainnya, serta hewan ternak, seperti ayam, kambing, dan sapi. Dari berbagai sumber protein tersebut, daging dan telur yang berasal dari ayam merupakan sumber protein yang mudah ditemukan dan memiliki harga yang mudah dijangkau. Namun jika melihat dari tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap daging dan telur

commit to user

Indonesia masih kekurangan asupan protein, padahal daging dan telur ayam merupakan sumber protein yang mudah paling didapatkan.

Telur merupakan jenis makanan bergizi yang sangat populer di kalangan masyarakat dan merupakan salah satu sumber protein hewani (Sanjaya, 2007). Telur dihasilkan oleh unggas seperti ayam, bebek, angsa, dll. Telur paling banyak dipasok oleh ayam ras petelur dan merupakan sumber protein hewani asal ternak termurah dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Ayam dapat diternakkan dengan mudah dengan modal yang relatif kecil. Telur merupakan sumber protein hewani yang paling tinggi nilai biologisnya, hal ini berarti telur merupakan sumber protein yang paling mudah dicerna.

Khomsan (2010) menyatakan bahwa tingkat konsumsi protein telur di Indonesia tertinggal jauh dibanding negara lain. Konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia masih jauh ketinggalan dibandingkan negara lain, seperti Jepang dan Inggris. Jumlah penduduk yang besar dengan konsumsi telur yang hanya 50 butir per kapita per tahun sangat kecil jika dibandingkan dengan Jepang yang sebanyak 269 butir dan Inggris yang mencapai angka 290 butir per kapita per tahunnya. Ali Khomsan juga menyatakan bahwa kurangnya asupan protein yang cukup akan membuat seseorang berpikir lambat dan memiliki perkembangan otak tidak optimal yang kemudian dapat berdampak pada minimnya SDM berkualitas. Bahkan dalam suatu studi pada tahun 2008 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia hanya menduduki peringkat 107, hal ini menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan bangsa Indonesia rendah (United Nation Development Programme - UNDP 2007/2008). Untuk mengatasi hal tersebut, konsumsi protein hewani bangsa Indonesia harus

commit to user commit to user

Selama ini masyarakat Indonesia makan hanya untuk menghilangkan rasa lapar saja bukan sebagai sarana pemenuhan nutrisi (Utoyo, 2008). Tetapi data standar nasional menunjukkan bahwa konsumsi protein per hari per kapita ditetapkan 55 gram, yang terdiri dari 80% protein nabati dan 20% protein hewani (Merdeka, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa hal yang harus diupayakan untuk pemenuhan gizi bagi masyarakat masih tinggi baik dalam hal pemberian pengetahuan dan penyediaan sumber protein bagi masyarakat salah satunya adalah telur ayam. Telur ayam selain dibutuhkan sebagai pemenuh kecukupan gizi juga memiliki sifat income estic demand. Artinya, jika pendapatan seseorang meningkat, maka konsumsi telur juga akan meningkat.

Beberapa tahun yang lalu industri perunggasan baik ayam pedaging maupun petelur mengalami krisis karena serangan virus Avian Influenza (AI). Namun demikian, banyak yang memprediksi bahwa pada tahun-tahun mendatang konsumsi telur akan meningkat. Rahimi et. Al (2007) menyatakan bahwa dengan pemberian antibodi kepada ayam serta pemeliharaan sistem pemeliharaan yang baik dapat menekan kemungkinan ayam terjangkit virus AI. Dengan kemungkinan untuk menekan penyebaran virus AI serta adanya pertambahan pada permintaan pasokan telur dari ayam ras ini berkorelasi secara positif pada usaha ternak ayam ras petelur yang telah ada di Indonesia karena dengan pertimbangan tersebut pengembangan usaha ternak ayam petelur akan menjadi lebih potensial di masa depan.

commit to user

untuk meningkatkan konsumsi tersebut merupakan suatu peluang bagi para pengusaha perunggasan untuk mendukung peningkatan konsumsi telur ayam di Indonesia. Hal tersebut didukung juga adanya keberhasilan atas upaya penekanan virus AI. Indonesia memiliki penduduk yang banyak, dan pendapatan masyarakat diperkirakan akan terus meningkat, tentunya faktor ini akan mendorong peningkatan konsumsi daging dan telur ayam. Merdeka (2010) menyatakan bahwa secara ekonomi pengembangan usaha ternak ayam ras petelur ini memiliki prospek bisnis menguntungkan, karena permintaan selalu bertambah. Hal tersebut dapat berlangsung ketika perekonomian berjalan secara normal. Peningkatan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat yang diikuti dengan kesadaran akan gizi menyebabkan permintaan produk hewani menjadi tinggi. Tentunya faktor tersebut akan mendorong peningkatan konsumsi telur ayam, dan hal ini merupakan indikasi yang baik bagi para pengusaha ternak untuk menjalankan usaha ternak.

Upaya pengembangan terhadap suatu usaha tentunya tidak lepas pada masalah kepentingan investasi yang harus diupayakan. Mengupayakan suatu investasi untuk sebuah usaha perlu melakukan studi kelayakan bisnis. Hal ini dilakukan untuk melihat peluang perusahaan dalam jangka panjang, mengingat bahwa kondisi yang akan datang dipenuhi dengan ketidakpastian.

Studi kelayakan adalah penelitian yang menyangkut berbagai aspek baik itu dari aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi sampai dengan aspek manajemen dan keuangannya, dimana itu semua digunakan untuk dasar penelitian studi kelayakan dan hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu proyek atau bisnis dapat dikerjakan atau

commit to user

kelayakan bisnis perlu ditentukan aspek-aspek apa saja yang akan dipelajari. Faktor- faktor yang umumnya perlu dinilai dalam menyusun studi kelayakan bisnis adalah menyangkut dengan beberapa aspek antara lain aspek pemasaran, aspek teknik, aspek manajemen dan aspek keuangan. Apabila gagasan usaha yang telah dinyatakan layak secara segi ekonomi, dalam pelaksanaan jarang mengalami kegagalan kecuali disebabkan oleh faktor-faktor uncontrollable (seperti banjir, kebakaran, dan bencana alam lainnya). Studi kelayakan bisnis ini menjadi pedoman kinerja bukan saja dalam hal investasi tetapi juga pada proses produksi, pengeluaran biaya, pemasaran, hingga kepemimpinan dalam usaha yang dilakukan.

Banyaknya usaha ternak ayam ras petelur di wilayah surakarta yang masih mungkin untuk berkembang menjadi lebih besar lagi maka dalam skripsi ini penulis mengambil judul “Uji Kelayakan Peternakan Ayam Ras Petelur Menurut Aspek

Ekonomi dan Keuangan”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka perumusan masalah yang diambil adalah Apakah usaha peternakan ayam ras petelur layak dijalankan ditinjau dari aspek ekonomi dan keuangan?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisa kelayakan secara ekonomi dan finansial usaha peternakan ayam ras petelur yang ada.

commit to user

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan Dapat dijadikan sebagai masukan dan informasi dalam menghitung dan menganalisis kelayakan dari usaha peternakan yang telah dijalankan serta dapat berguna bagi perkembangan usaha yang terkait.

2. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan kajian dalam hal terkait, yaitu mengenai masalah kelayakan finansial agroindustri ayam ras petelur.

3. Bagi Peneliti Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah ke dalam praktik yang sesungguhnya serta memberikan tambahan wawasan yang lebih luas.

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA

A. PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR

Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar. Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi dapat diambil telur dan dagingnya maka arah dari produksi yang banyak dalam seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur. Selain itu, seleksi juga diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam petelur putih dan ayam petelur cokelat. Persilangan dan seleksi itu dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam petelur seperti yang ada sekarang ini. Dalam setiap kali persilangan, sifat jelek dibuang dan sifat baik dipertahankan (“terus dimurnikan”). Inilah yang kemudian dikenal dengan ayam petelur unggul. Jenis ayam petelur dibagi menjadi dua tipe:

1. Tipe Ayam Petelur Ringan. Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan ini mempunyai badan yang ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar. Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini berasal dari galur murni white leghorn. Ayam galur ini sulit dicari, tapi ayam petelur ringan

commit to user commit to user

2. Tipe Ayam Petelur Medium. Bobot tubuh ayam ini cukup berat. Meskipun itu, beratnya masih berada di antara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh karena itu ayam ini disebut tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus, tetapi juga tidak terlihat gemuk. Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang banyak. Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Karena warnanya yang cokelat, maka ayam ini disebut dengan ayam petelur cokelat yang umumnya mempunyai warna bulu yang cokelat juga. Meskipun terdapat perbedaan pada fisik telur, dari segi gizi dan rasa relatif sama.

Produksi telur yang baik dapat tercapai jika beberapa parameter dapat terpenuhi, seperti bobot badan dan keseragaman sebagai penentu kualitas serta sistem manajemen yang baik. Pedoman teknis budidaya ayam ras petelur:

a. Penentuan Lokasi Tiga syarat lokasi yang baik bagi peternakan adalah:

1. Lokasi yang jauh dari keramaian/perumahan penduduk.

2. Lokasi mudah dijangkau dari pusat-pusat pemasaran.

commit to user commit to user

1) Kandang Iklim kandang yang cocok untuk beternak ayam petelur meliputi persyaratan temperatur berkisar antara 32,2–35 oC, kelembaban berkisar antara 60–70%, penerangan dan atau pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang serta sirkulasi udara yang baik, jangan membuat kandang dengan permukaan lahan yang berbukit karena menghalangi sirkulasi udara dan membahayakan aliran air permukaan bila turun hujan, sebaiknya kandang dibangun dengan sistem terbuka agar hembusan angin cukup memberikan kesegaran di dalam kandang. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama. Selanjutnya perlengkapan kandang hendaknya disediakan selengkap mungkin seperti tempat pakan, tempat minum, tempat air, tempat ransum, tempat obat-obatan dan sistem alat penerangan.

2) Peralatan Hal yang harus diperhatikan adalah pentingnya peralatan teknis yang memadai dan lengkap untuk menunjang kelancaran proses produksi peternakan.

3) Penerangan dan pengaturan suhu Pengaturan temperatur disesuaikan sengan umur anak ayam. Pengaturan ini hanya dilakukan pada masa pemeliharaah stater.

commit to user

Kriteria dari bibit yang baik adalah berasal dari induk yang sehat, bulu tampak halus dan lembut, pertumbuhannya baik, punya nafsu makan yang bagus, tidak ada letakan kotoran di duburnya, gemuk, dan tidak ada cacat fisik.

5) Konversi ransum Ayam yang baik akan makan sejumlah ransum dan menghasilkan telur yang lebih baik dari sejumlah ransum yang dimakannya. Protein pada ransum yang diberikan pada ayam ras petelur akan berpengaruh pada performans produksi telur (Suprijatna, 2005).

c. Pemeliharaan Kualitas masa pemeliharaan pullet (calon petelur) akan menentukan kualitas layer (ayam ptelur dewasa). Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan adalah sebagai berikut:

1) Sanitasi dan Tindakan Preventif Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup.

2) Pemberian Pakan Untuk pemberian pakan ayam petelur ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu). Pemberian pakan ini akan mempengaruhi kualitas dari telur yang akan dihasilkan.

commit to user

Vaksinasi merupakan salah satu cara pengendalian penyakit virus yang menulardengan cara menciptakan kekebalan tubuh. Pemberiannya secara teratur sangat penting untuk mencegah penyakit. Vaksin dibagi menjadi

2 macam, yaitu:

a) Vaksin aktif vaksin mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan lebih lama daripada dengan vaksin inaktif/pasif.

b) Vaksin inaktif vaksin yang mengandung virus yang telah dilemahkan atau dimatikan tanpa merubah struktur antigenic, hingga mampu membentuk zat kebal. Kekebalan yang ditimbulkan lebih pendek, keuntungannya disuntikan pada ayam yang diduga sakit.

B. VALUE CHAIN ANALYSIS

Womack et al. (1990) dalam Widarsono (2005) mendefinisikan Value Chain Analysis (VCA) sebagai berikut: “ …..is a technique widely applied in the fields of operations management, process engineering and supply chain management, for the analysis and subsequent improvement of resource utilization and product flow within manufacturing processes .”

commit to user

Widarsono (2005), mendefinisikan value chain analysis sebagai alat untuk memahami rantai nilai yang membentuk suatu produk. Rantai nilai ini berasal dari seluruh aktivitas yang dilakukan, mulai dari pengadaan bahan baku hingga sampai ke tangan konsumen, termasuk juga pelayanan purna jual.

Jika mengacu pada pengertian-pengertian tersebut, maka value chain analysis terhadap industri peternakan ayam adalah sebagai berikut:

1. Ayam yang diternak (baik untuk jenis pedaging maupun petelur) berasal dari telur.

2. Selanjuntnya ayam tersebut dierami dan ditetaskan, sehingga dihasilkan ayam DOC (Daily Old Chicken).

3. DOC yang sudah lahir, dipilih dan ditentukan untuk menjadi ayam ras pedaging ataupun ras petelur.

4. Para peternak akan memasok DOC sebagai bibit usaha ternak mereka, DOC yang dipilih sesuai dengan usaha peternak, DOC pedaging untuk usaha ayam broiler, dan DOC petelur untuk usaha ayam petelur.

5. Setelah dipelihara dan dikembangkan sebagai ayam pedaging atau petelur, kemudian ayam-ayam tersebut dapat dipanen dan diperoleh hasilnya. Hasil yang diperoleh adalah daging untuk ayam jenis pedaging, dan telur untuk ayam petelur.

6. Daging yang dihasilkan oleh ayam jenis pedaging akan dipasarkan dan dijual kepada masyarakat luas, yang akan mengkonsumsinya untuk memenuhi kebutuhan gizinya (protein hewani). Konsumsi ini dapat dilakukan oleh keluarga-keluarga, ataupun industri-industri seperti restaurant, catering,

commit to user commit to user

7. Jika daging ayam yang berasal dari ayam ras pedaging akan dikonsumsi oleh masyarakat, maka telur yang berasal dari ayam petelur juga akan dijual kepada masyarakat yang membutuhkan telur untuk memenuhi kebutuhan proteinnya, dan sama seperti ayam pedaging, konsumsi terhadap telur mungkin dilakukan oleh keluarga-keluarga ataupun usaha-usaha yang memerlukan telur.

C. STUDI KELAYAKAN USAHA

Studi kelayakan proyek atau bisnis adalah penelitian yang menyangkut berbagai aspek baik itu dari aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi sampai dengan aspek ekonomi dan keuangannya, di mana itu semua digunakan untuk dasar penelitian studi kelayakan dan hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu proyek atau bisnis dapat dikerjakan atau ditunda dan bahkan ditidakjalankan (Wikipedia, 2011). Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu ide usaha yang direncanakan (Ibrahim, 2009). Pengertian layak dalam penelitian ini adalah kemungkinan dari ide suatu usaha yang akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat (benefit), baik dalam aspek financial ataupun nonfinansial.

Aspek-aspek dalam studi kelayakan usaha terbagi menjadi dua bagian yaitu aspek primer dan aspek sekunder. Aspek primer merupakan aspek yang utama dalam penyusunan studi kelayakan. Aspek primer ini terdapat dalam semua

commit to user commit to user

D. ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN DALAM STUDI KELAYAKAN

Untuk melakukan uji kelayakan bisnis terhadap peternakan ayam petelur yang tersebar di eks-Karesidenan Surakarta, penulis akan menggunakan aspek ekonomi dan keuangan untuk menentukan kelayakan industri tersebut. Penilaian dari aspek ekonomi dan keuangan menyangkut dengan hal-hal berikut:

1. Investasi Jumlah dan investasi apa saja yang diperlukan dalam rencana kegiatan usaha atau proyek yang akan dikerjakan harus jelas, baik mengenai jumlah dan jenisnya, maupun harga dari masing-masing investasi. Biaya investasi adalah biaya yang diperlukan dalam pembangunan usaha atau proyek, terdiri dari pengadaan tanah, gedung, mesin, peralatan, biaya pemasangan, biaya feasibility study , dan biaya lainnya yang berhubungan dengan pembangunan proyek. Investasi juga dapat diartikan sebagai keseluruhan jumlah biaya pembangunan awal dan modal kerja yang dibutuhkan sampai suatu usaha dapat beroperasi dan menghasilkan produknya.

commit to user

Pendapatan merupakan arus masuk yang menambah harta bersih (ekuitas) dari seluruh transaksi yang bersifat peripheral atas kegiatan operasional pokok entitas dalam satu periode tertentu. Dalam SAK, IAI (2007:23.1) menyatakan bahwa pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalti, dan sewa. Jenis pendapatan yang diperoleh dari usaha peternakan ayam ras petelur adalah penjualan atas telur.

3. Biaya Biaya merupakan arus keluar yang mengurangi harta bersih (ekuitas) dari seluruh transaksi yang bersifat peripheral atas kegiatan operasional pokok entitas dalam satu periode tertentu. IAI (2007:13) mendefinisikan beban sebagai penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Istilah biaya dan beban yang tersebut di atas memiliki pengertian yang sama. Perhitungan biaya ini harus disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga tidak ada unsur biaya yang tertinggal.

Biaya operasi dan pemeliharaan terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost), dan biaya semi variabel (semi vaiable cost). Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu, contohnya adalah biaya depresiasi, asuransi, dan bahan bakar.

commit to user

secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan maka semakin tinggi jumlah total biaya variabel, semakin rendah volume kegiatan maka semakin rendah pula jumlah biaya variabelnya, contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku. Biaya semi variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, akan tetapi sifat perubahannya tidak sebanding, contohnya adalah biaya listrik. Karena perilaku biaya semi variabel mendekati perilaku biaya tetap, maka biaya semi variabel diasumsikan sebagai biaya tetap.

4. Laba Laba adalah keuntungan bersih yang diperoleh dari pengurangan jumlah keseluruhan pendapatan yang diperoleh dengan keseluruhan biaya operasional setiap periodenya. Laba usaha dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Laba

5. Analisis Kriteria Investasi Analisis kriteria yang dimaksud ini adalah mengadakan perhitungan mengenai layak (feasible) atau tidaknya usaha atau proyek yang dikembangkan dilihat dari segi kriteria investasi. Analisis ini sangat diperlukan apabila usaha yang direncanakan dalam bentuk jenis kegiatan produksi. Analisis kriteria dilihat dari segi berikut ini:

a. Return on Investment (ROI) Return on Investment (ROI) adalah kriteria investasi yang digunakan untuk menilai kompensasi keuangan kepada penyediaan

commit to user commit to user

b. Pay Back Period (PBP) Pay back period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas bersih (net cash flows). Dengan demikian PBP dari suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu yang dibutuhkan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya. Ibrahim (2009:154) menyatakan bahwa semakin cepat pengembalian biaya investasi sebuah proyek, semakin baik proyek tersebut, karena semakin lancar perputaran modalnya. Berikut ini adalah formula untuk menghitung pay back period :

commit to user

Analisa break-even adalah suatu teknik untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan, dan volume kegiatan (Rianto, 2010:359). Sedangkan break-even point adalah titik pulang pokok di mana total revenue = total cost, sehingga perusahaan tidak mendapatkan keuntungan atau menderita kerugian. Semakin lama sebuah perusahaan mencapai titik pulang pokok, semakin besar saldo rugi karena keuntungan yang diterima masih menutupi segala biaya yang telah dikeluarkan.

Perhitungan break-even point dapat dilakukan dengan menggunakan rumus aljabar, dan dapat dlakukan dengan dua cara, yaitu :

1) Break-even point atas dasar unit (Quantity)

2) Break-even point atas dasar sales dalam rupiah

BEP (Rupiah)

VC

FC -

Keterangan: Q = Kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual FC = Fixed Cost (Biaya tetap) P

= Harga jual per unit

V = Biaya variabel per unit

commit to user

METODE PENELITIAN

A. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan kelompok orang, peristiwa, atau hal yang ingin diteliti oleh penulis (Sekaran, 2006). Populasi yang diteliti oleh penulis adalah peternakan-peternakan ayam ras petelur yang berlokasi di wilayah eks- Karesidenan Surakarta, yaitu Karanganyar, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen, dan Klaten. Jumlah seluruh populasi peternakan ayam ras petelur di wilayah eks-Karisidenan Surakarta tersaji dalam tabel di bawah ini:

Tabel III.1

Populasi Ayam Petelur di Eks-Karesidenan Surakarta Tahun 2010

No.

Nama Kabupaten/ Kota

Jumlah (ekor)

1. Kabupaten Boyolali

2. Kabupaten Karanganyar

3. Kabupaten Sukoharjo

4. Kabupaten Klaten

5. Kabupaten Sragen

6. Kabupaten Wonogiri

7. Kota Surakarta

JUMLAH

4.699.148 Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah

Tabel III. 1 menunjukkan bahwa jumlah keseluruhan populasi ayam petelur yang berada di wilayah eks-Karesidenan Surakarta pada tahun 2010 adalah sejumlah 4.699.148 ekor ayam.

commit to user

Adalah sekelompok atau sebagian dari populasi, sampel terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi (Sekaran, 2006). Sampel yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah 5 peternakan ayam ras petelur yang tersebar di sentra peternakan yang ada di Kabupaten Karanganyar dan Boyolali dengan kriteria-kriteria di bawah ini:

a. Merupakan usaha Peternakan ayam ras petelur.

b. Berlokasi di wilayah eks-Karisidenan Surakarta.

c. Mampu memberikan data dan informasi yang wajar. Dari penyebaran kuesioner yang dilakukan di peternakan ayam ras petelur, penulis memperoleh 5 sampel peternakan yang bersedia memberikan data dan informasi. Berikut ini adalah distribusi sampel dalam penelitian ini:

Tabel III. 2 Distribusi Sampel

Nama Peternakan

Lokasi

Kapasitas (ekor)

Star Farm

Desa Pronasan, Karanganyar

THR Farm

Desa Gondangrejo, Karanganyar

Peternakan Yudianto

Desa Gondangrejo, Karanganyar

Peternakan Antonius

Desa Sambi, Boyolali

Peternakan Tulus

Desa Sambi, Boyolali

Tabel III.2 menunjukkan jumlah kapasitas masing-masing sampel peternakan ayam ras petelur yang ada di Kabupaten Karanganyar dan Boyolali. Jumlah kapasitas tersebut bila ditotal menjadi 102.000 ekor ayam. Jumlah kapasitas tersebut memang tidak dapat mewakili seluruh kapasitas total ayam yang ada di eks-Karisidenan Surakarta. Hal tersebut dikarenakan sulitnya akses bagi penulis unttuk memperoleh data dan informasi dari peternakan ayam ras

commit to user commit to user

B. JENIS DATA

1. Data Primer

Sekaran (2006) menyatakan bahwa data primer merupakan data mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik suatu studi. Penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan data primer yang dilakukan dengan penyebaran kuesioner kepada pemilik atau pengelola peternakan ayam ras petelur yang ada di Kabupaten Karanganyar dan Boyolali. Dengan dasar kuesioner yang ada dilakukan wawancara untuk mendapatkan data secara langsung dari peternak. Selain dengan menyebar kuesioner, penulis juga melakukan pengamatan terhadap peternakan ayam petelur yang diteliti.

2. Data Sekunder

Data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan oleh seseorang, dan bukan peneliti yang melakukan studi mutakhir (Sekaran, 2006). Data sekunder dapat berupa data internal atau eksternal organisasi dan diakses melalui internet, penelusuran dokumen, atau publikasi informasi. Data sekunder yang dipakai oleh penulis adalah literatur-literatur seperti buku, majalah, dan jurnal-jurnal ilmiah yang berhubungan dengan masalah yang diteliti penulis yang dapat diperoleh dari internet maupun perpustakaan.

commit to user

Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah dengan cara memberikan kuesioner kepada pemilik atau pengelola peternakan ayam ras petelur yang ada di Kabupaten Karanganyar dan Boyolali. Pengisian kuesioner dilakukan penulis dengan cara wawancara dengan dasar pertanyaan-pertanyaan yang tertera di kuesioner yang meliputi data inventaris peternakan, biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, dan penjualan yang terjadi.

D. METODE ANALISIS DATA

Agar dapat mengetahui kelayakan bisnis peternakan ayam petelur yang berlokasi di eks-Karesidenan Surakarta, penulis akan menggunakan salah satu aspek dalam studi kelayakan bisnis, yaitu aspek ekonomi dan keuangan. Dalam aspek ekonomi dan keuangan yang dianalisa adalah :

5. Kriteria investasi yang dilihat dari segi Return on Investment (ROI), Pay Back Period (PBP), dan Break-Even Point (BEP).

Untuk dapat menentukan kelayakan bisnis peternakan ayam petelur yang tersebar di Karesidenan Surakarta, penulis akan melakukan analisis dengan cara menghitung kriteria-kriteria investasi berikut ini :

commit to user

Semakin tinggi ROI sebuah usaha atau proyek, maka proyek tersebut semakin bagus kinerjanya, dan proyek tersebut semakin layak. Suatu usaha dikatakan layak apabila ROI lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku pada saat usaha tersebut diusahakan. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga pinjaman bank responden pada saat survey dilaksanakan. Apabila ROI > tingkat suku bunga pinjaman, berarti proyek layak, sedangkan jika ROI < tingkat suku bunga pinjaman, proyek tidak feasible (layak).

2. Pay Back Period (PBP) PBP dapat digunakan untuk menilai kualitas sebuah proyek, semakin cepat pengembalian investasi sebuah proyek, maka semakin baik proyek tersebut.

3. Break-Even Point (BEP) Semakin lama sebuah proyek mencapai break-even point, semakin besar saldo rugi karena keuntungan yang diterima masih menutupi segala biaya yang telah dikeluarkan. Sehingga akan lebih baik apabila sebuah proyek semakin cepat dalam mencapai BEP-nya.

commit to user

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menyebar kuesioner ke beberapa peternakan ayam ras petelur yang berada di daerah Kabupaten Karanganyar dan Boyolali yang mewakili seluruh peternakana ayam petelur di wilayah eks- Karisidenana Surakarta secara langsung. Penelitian ini mengambil 5 peternakan ayam ras petelur yang berlokasi di dua Kabupaten tersebut sebagai sampel. Peternakan-peternakan ayam ras petelur tersebut adalah Peternakan Tulus dan Peternakan Antonius yang berlokasi di Desa Sambi, Boyolali; Peternakan Yudianto dan THR Farm yang berlokasi di Desa Gondangrejo serta Star Farm yang berlokasi di Desa Pronasan, Karanganyar.

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Studi kelayakan merupakan cara yang dapat dilakukan untuk menentukan tingkat kelayakan suatu proyek sehingga dapat diketahui kelayakan dari proyek tersebut untuk dijalankan. Penelitian ini melihat kelayakan suatu proyek berdasarkan aspek ekonomi dan keuangan. Dalam penelitian ini, proyek yang dimaksudkan adalah usaha peternakan ayam ras petelur yang berlokasi di Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel dari kedua Kabupaten tersebut sebanyak 5 usaha peternakan. Berdasarkan data-data yang telah diperoleh dan diolah oleh penulis, berikut adalah

commit to user commit to user

1. Investasi Investasi yang diperlukan dalam usaha peternakan ayam petelur adalah aktiva-aktiva yang terkait dengan segala bentuk persiapan atas usaha peternakan tersebut mulai dari pembangunan hingga pelaksanaan kegiatan operasinya. Aktiva-aktiva yang terkait dengan pembangunan usaha antara lain adalah tanah, kandang ayam, pembangunan gudang penyimpanan dan mess untuk pegawai, sarana transportasi seperti mobil ataupun motor. Selain aktiva-aktiva tersebut, aktiva-aktiva yang dibutuhkan dalam pelaksanaan usaha setiap periodenya juga harus diperhitungkan, seperti kas yang digunakan untuk pembayaran gaji pegawai dan listrik, serta persediaan ayam siap telur (layer), konsentrat, katul, jagung, serta vaksin dan obat. Penelitian ini membagi aktiva-aktiva yang ada ke dalam dua kelompok yaitu aktiva tetap dan aktiva lancar. Jumlah dan jenis investasi yang dimiliki oleh peternakan sampel sangat dipengaruhi oleh kapasitas peternakan dan juga kemampuan pemilik peternakan dalam mendanai pembangunan peternakan. Penghitungan atas investasi ini sangat diperlukan untuk menentukan biaya, titik impas, menghitung laba, dan penghitungan keuangan serta pendanaan peternakan lainnya. Berikut ini disajikan rincian atas investasi peternakan ayam petelur yang ada di Kabupaten Karanganyar dan Boyolali dalam Tabel IV.1:

commit to user

Investasi Peternakan Ayam Petelur per 100 Ekor Ayam

Per 31 Juli 2011

Keterangan

Nama Peternakan

Total

THR Farm

Star Farm

Peternak

an Yudianto

Peternak

an Antonius

Peternak an Tulus

AKTIVA LANCAR

114.180.000 Persediaan Ayam Layer

Persediaan Pakan:

Persediaan vaksin & obat

Total Aktiva Lancar

AKTIVA TETAP

Total Aktiva Tetap

TOTAL INVESTASI

Jumlah Ayam Layer

102.000 Harga Ayam Layer

50.000 Kapasitas Kandang

commit to user

PER 100 EKOR

Sumber : data yang diolah

Tabel IV.1 merupakan perincian investasi yang diperlukan dalam usaha peternakan ayam ras petelur yang ada di Kabupaten Karanganyar dam Boyolali. Perincian di atas di dapatkan kesimpulan bahwa, untuk menjalankan sebuah usaha peternakan ayam petelur diperlukan investasi sebesar Rp11.030.884,00. Nilai total investasi yang diperlukan untuk peternakan dengan total kapasitas 102.000 ekor ayam siap telur (layer) adalah sebesar Rp11.251.502.000,00 yang terbagi atas aktiva lancar sebesar Rp6.803.752.000,00 dan aktiva tetap Rp4.447.750.000,00. Dapat dilihat pula di dalam tabel, bahwa dari kelima peternakan ayam petelur yangg menjadi sampel, Peternakan Tulus memiliki keperluan investasi yang paling tinggi yaitu sebesar Rp14.431.667,00 dengan kapasitas 6.000 ekor ayam layer.

2. Pendapatan Pendapatan merupakan aliran kas masuk yang diperoleh dari penjualan barang-barang hasil produksi atas kegiatan usaha yang dilakukan. Peternakan ayam ras petelur memiliki produk berupa telur ayam, jadi pendapatan yang diterimanya berasal dari penjualan telur yang dihasilkan. Peternakan ayam ras petelur dapat menghasilkan dan menjual produksi telurnya setiap hari. Jumlah pendapatan dalam usaha peternakan ayam ras petelur ini dapat dihitung dengan mengalikan nilai kilogram telur ayam yang diproduksi dengan harga jual telur tersebut. Perhitungan atas pendapatan ini dilakukan dalam masa satu bulan untuk setiap 100 ekor ayam siap telur

commit to user commit to user

Tabel IV. 2

Pendapatan Peternakan Ayam Petelur per 100 Ekor Ayam per Bulan

Keterangan

Nama Peternakan

Total

THR Farm

Star Farm

Peternak

an Yudianto

Peternak

an Antonius

Peternak an Tulus

Jumlah Ayam Layer

6.000 102.000 Persentase ayam bertelur per hari

73% 74% Jumlah Telur per hari (butir)

4.380 75.480 Jumlah Telur per hari (kg)

274 4.718 Harga Telur per kg

Penjualan Telur per hari

3.285.00 0 56.610.000 Penjualan Telur per bulan

1.698.300. 000 Pendapatan per 100 ekor per bulan

Asumsi: 1 kg telur = 16 butir

Sumber : data yang diolah

Data pada Tabel IV.2 di atas menunjukkan persentase ayam bertelur setiap harinya adalah 74% dari jumlah layer yang ada, hal ini berarti dalam

commit to user

100 ekor ayam atau sebanyak 4,62 kg telur per hari per 100 ekor. Hasil produksi dari total kapasitas 102.000 ekor ayam layer adalah 75.480 butir telur atau 4.718 kg telur. Jumlah telur tersebut menghasilkan pendapatan dalam periode satu bulan peternakan ayam petelur sebesar Rp1.665.000,00 atas penjualan produk telur yang dihasilkan dari 100 ekor ayam layer. Sedangkan untuk pendapatan yang mampu dihasilkan seluruh kapasitas (120.000 ekor ayam layer) adalah sebesar Rp1.698.300.000,00 dalam satu bulan. Peternakan yang memperoleh pendapatan paling tinggi adalah Star Farm yaitu Rp1.732.500,00 dengan tingkat persentase ayam bertelur 77% dari 12.000 ekor ayam layer, sedangkan peternakan yang pendapatannya paling sedikit adalah Peternakan Yudianto yaitu Rp1.575.000,00 dengan tingkat persentase ayam bertelur 70% dari kapasitas 10.000 ekor ayam layer.

3. Biaya Biaya merupakan seluruh pengeluaran kas yang dilakukan dalam proses pelaksanaan usaha peternakan ayam ras petelur ini. Biaya dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap terdiri atas biaya depresiasi aktiva tetap, biaya amortisasi ayam afkir, biaya gaji pegawai, dan biaya listrik. Biaya variabel dikeluarkan untuk melakukan pembelian pakan yang terdiri dari konsentrat, jagung dan katul serta biaya pembelian vaksin dan obat. Berikut merupakan perincian masing-masing biaya yang ada:

a. Biaya tetap (Fixed cost)

commit to user commit to user

Biaya depresiasi