HUBUNGAN OBESITAS DAN SINDROM PRA MENSTRUASI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMAN 2 NGAWI TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMAN 2 NGAWI

TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan OLEH : INTAN AGRIA RATNANINGTYAS S541008048 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMAN 2 NGAWI

TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan OLEH : INTAN AGRIA RATNANINGTYAS S541008048 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMAN 2 NGAWI

Disusun Oleh : INTAN AGRIA RATNANINGTYAS

S541008048

Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan

Nama

Tanda tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Bhisma Murti, dr.,MPH, M.Sc.,Ph.D

NIP. 195510211994121001

Pembimbing II Putu Suriyasa, dr.,MS, PKK, Sp.OK

NIP. 194811051981111001

Mengetahui, Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMAN 2 NGAWI

Disusun Oleh : INTAN AGRIA RATNANINGTYAS

S541008048

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada Tanggal : 9 Januari 2012

Dewan Penguji

Jabatan

Nama

Tanda tangan

Ketua Dr. Nunuk Suryani, M.Pd. NIP. 196611081990032001

Sekretaris

Ir. Ruben Dharmawan, dr. Ph.D NIP. 195111201986011001

Anggota Prof. Bhisma Murti, dr.,MPH, M.Sc.,Ph.D

NIP. 195510211994121001

Putu Suriyasa, dr.,MS, PKK, Sp.OK

NIP. 194811051981111001

Mengetahui, Direktur PPS UNS

Surakarta, Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Nama : Intan Agria Ratnaningtyas NIM : S541008048

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Hubungan Obesitas dan Sindrom Pra Menstruasi Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa SMAN 2 Ngawi adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Januari 2012 Yang membuat pernyataan,

Intan Agria Ratnaningtyas

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul “Hubungan Obesitas dan Sindrom Pra Menstruasi Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa SMAN 2 Ngawi”.

Tesis ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat magister kesehatan program studi magister kedokteran keluarga minat utama pendidikan profesi kesehatan.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan Tesis ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak, baik berupa bimbingan, dorongan dan nasehat-nasehat. Oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, Drs., M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr., MM, M.Kes., PAK, selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Prof. Bhisma Murti, dr., MPH, M.Sc, PhD, selaku pembimbing pertama yang sabar dan penuh tanggung jawab.

dan penuh tanggung jawab.

6. Seluruh Dosen, karyawan dan karyawati Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Universitas Sebelas Maret yang telah membantu dalam penyusunan Tesis ini.

7. Kepala sekolah SMAN 2 Ngawi yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di SMAN 2 Ngawi.

8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Universitas Sebelas Maret yang selalu bersama dalam suka maupun duka.

9. Siswa SMAN 2 Ngawi yang bersedia menjadi responden. Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga dengan rendah hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun semoga Allah SWT memberikan balasan yang melimpah kepada Bapak atau Ibu, Saudara atau Saudari. Amin.

Surakarta, November 2011

Penulis

3. Prestasi Belajar ..................................................................

4. Hubungan Obesitas dan Sindrom Pra Menstruasi Dengan Prestasi Belajar ...................................................................

B. Penelitian Yang Relevan ……………………………………

C. Kerangka Berpikir …………………………………………..

D. Hipotesis Penelitian …………………………………………

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian …………………………………

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………….

C. Populasi Penelitian ………………………………………….

D. Sampel Penelitian …………………………………………..

E. Rancangan Penelitian ……………………………………….

F. Variabel Penelitian ………………………………………….

G. Definisi Operasional Variabel ………………………………

H. Instrumen Penelitian ………………………………………

I. Teknik Pengumpulan Data ………………………………….

46 J. Teknik Analisis Data .............................................................

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ……………………………………………...

B. Analisis Data ………………………………………………..

C. Pembahasan …………………………………………………

A. Simpulan ……………………………………………………

63

B. Implikasi …………………………………………………….

64

C. Saran ………………………………………………………...

64

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

66

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir ......................................................................

36

Gambar 3.1. Rancangan Penelitian ..................................................................

40

Gambar 4.1. Distribusi Frekuensi Indeks Massa Tubuh Untuk Mengetahui

Status Obes …………………………………………………….

51

Gambar 4.2. Distribusi Frekuensi Sindrom Pra Menstruasi ………………….

51

Gambar 4.3. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar …………………………..

52

Gambar 4.4. Korelasi Siswa Yang Mengalami Obes dan Tidak Obes Dengan

Prestasi Belajar…….…………………………………………….

54

Gambar 4.5. Korelasi Siswa Yang Mengalami Sindrom Pra Menstruasi

Dan Yang Tidak Mengalami Sindrom Pra Menstruasi Dengan Prestasi Belajar ...........................................................................

55

Halaman

Tabel 2.1. Klasifikasi BMI/IMT Menurut WHO (2003) ..................................

Tabel 2.2. Klasifikasi BMI/IMT Menurut WHO Untuk Orang Asia Dewasa ..

Tabel 3.1. Kisi-kisi Item Pernyataan Kuesioner Motivasi Belajar Sebelum

Uji Reliabilitas ……………………………………………………

Tabel 3.2. Hasil Tes Reliabilitas Instrumen Motivasi Belajar .........................

Tabel 3.3. Kisi-kisi Item Pernyataan Kuesioner Motivasi Belajar Setelah

Uji Reliabilitas ……………………………………………………

Tabel 4.1. Statistik Deskriptif Data Penelitian ……………………………….

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Obesitas, Sindrom Pra Menstruasi, Prestasi

Belajar dengan Mengontrol Intelegensi dan Motivasi Belajar …….

53 Tabel 4.3. Hasil Analisis Regresi Linier GandaTentang Hubungan

Obesitas dan Sindrom Pra Menstruasi Dengan Prestasi Belajar Dengan Mengontrol Intelegensi dan Motivasi Belajar ……………

ACOG

= American College of Obstetric and Ginecology BB = Berat Badan

BBR

= Berat Badan Relatif

BMI

= Body Mass Index

CO2

= Carbondioksida CI = Confident Interval

GMAT

= Graduate Management Admission Test

GRE

= Graduate Record Examination IMT = Indeks Massa Tubuh

IMTAK

= Iman dan Takwa

IPTEK

= Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

IQ

= Intelligence Quotient

PMS

= Pre Menstrual Syndrome

SMAN

= Sekolah Menengah Atas Negeri

SPAF

= Shortened Premenstrual Assesment Form

SPSS

= Statistical Products and Solution Sevices

TB

= Tinggi Badan

TPA

=Tes Potensi Akademik

WHO

= World Health Organization

Lampiran 1. Surat Permohonan Ke Responden Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3. Kuesioner Penelitian Obesitas dan Sindrom Pra Menstruasi Dengan

Prestasi Belajar Pada Siswa SMAN 2 Ngawi

Lampiran 4. Tes Potensi Akademik Untuk Mengukur Intelegensi (IQ) Lampiran 5. Kuesioner Untuk Mengukur Motivasi Belajar Sebelum Uji

Reliabilitas Lampiran 6. Kuesioner Untuk Mengukur Motivasi Belajar Setelah Uji Reliabilitas

Lampiran 7. Kunci Jawaban Test Potensi Akademik Untuk Mengukur Intelegensi (IQ)

Lampiran 8. Skoring Dari TPA (Test Potensi Akademik) Lampiran 9. Nilai Konversi TPA, GMAT/GRE, dan IQ Lampiran 10. Skoring Motivasi Belajar Sebelum Uji Reliabilitas Lampiran 11. Skoring Motivasi Belajar Setelah Uji Reliabilitas Lampiran 12. Lembar Jawaban Tes Potensi Akademik Lampiran 13. Data Untuk Uji Reliabilitas Kuesioner Motivasi Belajar Lampiran 14. Hasil Pengumpulan Data Lampiran 15. Reliability Lampiran 16. Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS Lampiran 17. Daftar Riwayat Hidup Lampiran 18. Jadwal Kegiatan Penelitian

Ngawi

Lampiran 21. Lembar Konsultasi Pembimbing

Intan Agria Ratnaningtyas. S541008048. 2012. Hubungan Obesitas Dan Sindrom Pra Menstruasi Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa SMAN 2 Ngawi . Tesis. Komisi Pembimbing I : Prof. Bhisma Murti, dr.,MPH, M.Sc.,Ph.D, Komisi Pembimbing II : Putu Suriyasa, dr.,MS, PKK, SpOk. Pascasarjana Program Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Obesitas dan sindrom pra menstruasi termasuk faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar. Siswa obesitas yang kurang melakukan aktifitas fisik mempunyai prestasi akademik yang lebih rendah. Sindrom pra menstruasi bisa cukup parah sehingga memiliki pengaruh negatif pada prestasi belajar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara obesitas dan sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik, dengan desain penelitian cross sectional. Populasi sumbernya adalah siswa putri SMAN 2 Ngawi kelas XI, selama bulan Agustus 2011 sampai dengan Januari 2012. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling, Diperoleh jumlah sampel sebanyak 85 siswa. Pengumpulan data menggunakan timbangan berat badan, mikritois, rapor, dan kuesioner. Analisis data menggunakan regresi linier ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara obesitas (IMT ≥ 25) dengan prestasi belajar yang secara statistik signifikan. Siswa obes memiliki prestasi belajar 1,20 point lebih rendah daripada siswa yang tidak obes (IMT < 25) (b = -1,20, CI 95% -2,13 hingga -0,28). Koefisien tersebut sudah mengontrol pengaruh sindrom pra menstruasi, inteligensi, dan motivasi belajar. Sedangkan secara substantif tidak signifikan antara obesitas dengan prestasi belajar, karena perbedaan prestasi belajarnya sangat kecil. Terdapat hubungan negatif antara sindrom pra mensruasi dengan pretasi belajar, yang secara statistik signifikan. Siswa yang mengalami sindrom pra menstruasi memiliki prestasi belajar 0,56 point lebih rendah daripada siswa yang tidak mengalami sindrom pra menstruasi (b = -0,56, CI 95% -1,27 hingga 0,14). Koefisien tersebut sudah mengontrol pengaruh obesitas, inteligensi, dan motivasi belajar. Sedangkan secara substantif tidak signifikan antara sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar, karena perbedaan prestasi belajarnya sangat kecil.

Simpulan penelitian ini mendukung hipotesis bahwa ada hubungan negatif antara obesitas dan sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar, dengan mengontrol inteligensi dan motivasi belajar. Dengan demikian untuk meningkatkan prestasi belajar dapat dilakukan dengan mengatasi permasalahan pada obesitas dan sindrom pra menstruasi.

Intan Agria Ratnaningtyas. S541008048. 2012. The Relationship Between Obesity and Pre-Menstrual Syndrome and Learning Achievement among Students of SMAN 2 Ngawi . Thesis. The First Commision Mentor : Prof. Bhisma Murti, dr.,MPH, M.Sc.,Ph.D, The Second Supervisor : Putu Suriyasa, dr.,MS, PKK, SpOk. Graduate Mastery Program Family Medicine, the main interest of Health Proffesions Education University Sebelas Maret Surakarta.

Learning achievement is affected by internal and external factors. Obesity and pre-menstrual syndrome belong to internal factor affecting the learning achievement. The obese students who do less physical activity have lower academic achievement. Premenstrual symptom can be severe enough that affects negatively the learning achievement. This study aimed to analyze the relationship of obesity and pre-menstrual syndrome to learning achievement.

This was an analytic-observational study used cross sectional approach. The source population was the female students of SMAN (Public Senior High School) 2 of Ngawi in the XI grade, from August 2011 to January 2012. The sampling technique used was simple random sampling. The sample consisted of

85 students. The data collection was done using weight, micritoice, report, and questionnaire. The data analysis was done using a linear regression. The result showed that there was a negative statistically significant relationship between obesity (IMT ≥ 25) and learning achievement. The obese student has learning achievement of 1.20 point lower than the non-obese student (IMT < 25) (b = -1.20, 95% CI, -2.13 to – 0.28). Such the coefficient had controlled the effect of pre-menstrual syndrome, intelligence, and learning motivation. Substantively, insignificant between obesity and learning achievement, because very small differences in academic achievement There is a negative statistically significant relationship between pre-menstrual syndrome and learning achievement. The student with pre-menstrual syndrome learning achievement of 0.56 point lower than the one with no pre-menstrual syndrome (b = -0.56, 95% CI, -1.27 to 0.14). Such the coefficient had controlled the effect of obesity, intelligence, and learning motivation. Substantively, insignificant the relationship between pre-menstrual syndrome and learning achievement, because very small differences in academic achievement.

In, conclusion, this study supports the hypothesis that there is a negative relationship of obesity and pre-menstrual syndrome to learning achievement. Thus, improving the learning achievement can be done by coping with the problems of obesity and pre-menstrual syndrome.

Keywords: Obesity, Pre-menstrual Syndrome, Learning Achievement

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perubahan sosial ekonomi yang meliputi pengetahuan, sikap, perilaku hidup, gaya hidup dan konsumsi makan serta peningkatan faktor pendapatan, mampu mempengaruhi perubahan dalam hal pemilihan jenis makanan dan jumlah makanan yang dikonsumsi (Sjarif, 2003).

Obesitas merupakan keadaan patologis sebagai akibat dari konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhan (psychobiological cues for eating) sehingga terdapat penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh (Suandi, 2007).

Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, memperkirakan terdapat 2,3 miliar orang dewasa yang memiliki berat badan berlebih pada 2015. Sebanyak 700 juta diantaranya tergolong obes. Angka tahun 2005 memperlihatkan 1,6 milyar dewasa dengan berat badan berlebih dan 400 juta tergolong obes (Adinda, 2009).

Semakin hari semakin banyak orang Indonesia yang menderita kegemukan. Penelitian yang dilakukan oleh Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) tahun 2004, diketahui sebanyak 20,18% dari penduduk dewasa (25 tahun ke atas) di Indonesia menderita obesitas, dan lebih dari setengahnya (11,02 %) adalah kaum wanita (Femina, 2011).

Data obesitas di Indonesia belum bisa menggambarkan data obesitas di Data obesitas di Indonesia belum bisa menggambarkan data obesitas di

Sindrom pra menstruasi (premenstrual syndrome) merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita, gejala biasanya timbul 6 – 10 hari sebelum menstruasi dan menghilang ketika menstruasi dimulai (Halbreich et al., 2007).

Sindrom pra menstruasi mempengaruhi jutaan wanita selama tahun reproduktifnya. Gangguan ini di tandai dengan timbulnya gejala selama fase luteal siklus menstruasi. Gejala ini terutama muncul antara umur 25-35 tahun. Gejala akan menurun secara cepat sesuai dengan berlangsungnya menstruasi, sekitar 85% wanita menstruasi melaporkan mempunyai satu atau lebih gejala premenstrual dan

2- 10% melaporkan gejala yang mengganggu hidup (Dickerson et al., 2003).

Di Amerika, gejala Sindrom pra menstruasi berefek pada 75% wanita usia reproduktif dan terkadang berlangsung sepanjang hidupnya. Hampir 30% wanita mengalami Sindrom pra menstruasi sekitar 10% mengalami gejala sangat parah (Morena, 2006). Gejala premenstrual dirasakan lebih dari 80 persen wanita usia reproduktif. Gejala merupakan hal yang normal berhubungan dengan fungsi ovarium (Mortola, 2000).

Penelitian yang dilakukan oleh Corney & Stanton (1991) yang disitasi oleh Lu (2000), mengatakan ada perbedaan tingkat prevalensi antara negara barat Penelitian yang dilakukan oleh Corney & Stanton (1991) yang disitasi oleh Lu (2000), mengatakan ada perbedaan tingkat prevalensi antara negara barat

Sebanyak 80% wanita dengan Sindrom pra menstruasi melaporkan berkurangnya produktifitas kerja selama sekitar satu minggu per bulan akibat gejala premenstruasi, dan lebih jauh lagi wanita dengan Sindrom pra menstruasi memiliki tingkat ketidakhadiran yang lebih tinggi akibat premenstuasi (Halbreich et al ., 2007).

Prestasi belajar adalah kemampuan aktual dan dapat diukur langsung dengan alat ukur prestasi, sehingga prestasi dapat dikatakan sebagai hasil konkrit yang dicapai pada suatu saat, hasil tes dapat dilihat secara nyata dan dapat dicapai oleh individu pada saat tertentu, (Winkal 1991, disitasi oleh Syah 2004).

Pengenalan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal terdiri faktor non sosial dan faktor sosial. Sedangkan faktor internal terdiri dari faktor fisik dan faktor psikologis (Ahmadi dan Supriyono, 2004).

SMA Negeri 2 Ngawi adalah salah satu sekolah negeri favorit di Kabupaten SMA Negeri 2 Ngawi adalah salah satu sekolah negeri favorit di Kabupaten

Ada keterkaitan antara obesitas dan tingkat prestasi belajar. Hubungan negatif telah ditemukan antara obesitas dengan prestasi akademik, yaitu siswa obesitas yang kurang melakukan aktifitas fisik mempunyai prestasi akademik yang lebih rendah (Byrd, 2007).

Sindrom pra menstruasi secara tidak langsung berperan terhadap keberhasilan siswa dalam meraih prestasi belajarnya. Gejala premenstrual bisa cukup parah sehingga memiliki pengaruh negatif pada aktivitas sehari-hari yang berhubungan dengan anggota keluarga, fungsi sosial dan pribadi, prestasi kerja atau prestasi belajar, aktivitas keluarga dan sosial (Halbreich et al., 2007).

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan obesitas dan sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar siswa SMAN 2 Ngawi.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan antara obesitas dengan prestasi belajar pada siswa SMAN 2 Ngawi?

2. Apakah ada hubungan antara sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar pada siswa SMAN 2 Ngawi? 2. Apakah ada hubungan antara sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar pada siswa SMAN 2 Ngawi?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Menganalisis hubungan antara obesitas dan sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar pada siswa SMAN 2 Ngawi.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan antara obesitas dengan prestasi belajar siswa SMAN 2 Ngawi.

b. Mengetahui hubungan antara sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar siswa SMAN 2 Ngawi.

c. Mengetahui hubungan antara obesitas dan sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar pada siswa SMAN 2 Ngawi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini digunakan sebagai pertimbangan masukan dalam bidang ilmu kesehatan dan pendidikan.

b. Bagi peneliti lainnya, dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan penelitian lanjutan tentang obesitas, sindrom pra menstruasi dan prestasi belajar pada kelompok masyarakat lainnya.

a. Bagi Siswa Diharapkan hasil Penelitian ini dapat memberikan manfaat serta menambah wawasan kepada siswa tentang obesitas dan sindrom pra menstruasi hubungannya dengan prestasi belajar. Sehingga siswa dapat mengatasi permasalahan tersebut agar tidak mengganggu prestasi belajarnya.

b. Bagi Sekolah, Guru, Orang tua dan Masyarakat Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi sekolah, guru, orang tua dan masyarakat supaya memahami tentang dampak obesitas dan sindrom pra menstruasi terhadap prestasi belajar siswa, sehingga lebih peduli dan melakukan intervensi terhadap dampak obesitas dan sindrom pra menstruasi terhadap prestasi belajar siswa.

c. Bagi Peneliti Dapat dijadikan pengalaman dan menambah pengetahuan bagi penulis serta dapat dijadikan acuan untuk mendapatkan teori-teori baru sehingga dapat diaplikasikan untuk mengurangi atau mengantisipasi dampak obesitas dan sindrom pra menstruasi yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Obesitas

a. Definisi Obesitas Obesitas (obesity) berasal dari bahasa latin yaitu od adalah akibat dari, sedang esum diartikan sebagai makan. Jadi obesitas adalah akibat dari makan. Secara definisi obesitas adalah suatu keadaan dimana ditemukan kelebihan lemak dalam tubuh. Seorang dikatakan obesitas bila lemak dalam tubuh berakumulasi lebih dari 20 persen diatas jumlah normal. Bila lemak berlebih itu antara 10-20 persen diatas jumlah normal, keadaan ini disebut overweight atau kelebihan berat badan (Wiramihardja, 2004).

Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan terjadinya kelainan yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan (WHO, 2000).

Seseorang disebut menderita obesitas bila memiliki berat badan lebih 15% pada anak laki-laki dan 20% pada anak perempuan bila dibandingkan dengan berat badan normal (Sediaoetama, 2000)

Obesitas dan overweight adalah dua istilah yang digunakan untuk menyatakan kelebihan berat badan. Kedua istilah ini sebenarnya Obesitas dan overweight adalah dua istilah yang digunakan untuk menyatakan kelebihan berat badan. Kedua istilah ini sebenarnya

b. Etiologi dan Patologi Obesitas Menurut Sjarif (2003), berdasarkan etiologinya, maka pada umumnya kejadian obesitas dibagi dalam 2 bagian yaitu:

1) Obesitas primer

Obesitas primer disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat mempengaruhi masukan makanan, yaitu masukan makanan berlebihan dibandingkan dengan kebutuhan energi yang dibutuhkan.

2) Obesitas sekunder

Obesitas sekunder disebabkan oleh adanya penyakit/kelainan seperti adanya kelainan kongenital dan kelainan endokrin seperti sindrom Cushing, sindrom Turner dan sindrom Down.

Menurut hukum termodinamika, energi yang masuk ke dalam suatu sistem dikurangi energi yang keluar dari sistem sama dengan energi yang disimpan dalam sistem tersebut. Bila hukum ini diterapkan dalam tubuh manusia, maka hal di atas identik dengan masukan energi makanan yang lebih besar dari energi yang Menurut hukum termodinamika, energi yang masuk ke dalam suatu sistem dikurangi energi yang keluar dari sistem sama dengan energi yang disimpan dalam sistem tersebut. Bila hukum ini diterapkan dalam tubuh manusia, maka hal di atas identik dengan masukan energi makanan yang lebih besar dari energi yang

Asupan energi yang tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan yang berlebihan, sedangkan rendahnya keluaran energi disebabkan oleh rendahnya metabolisme tubuh, rendahnya aktivitas fisik dan efek termogenis makanan. Efek termogenis makanan ditentukan oleh komposisi makanan. Lemak memberikan efek termogenis lebih rendah dibandingkan dengan karbohidrat dan protein (Sjarif, 2003).

Struktur tubuh manusia tersusun oleh air 60-65 persen, protein 15-18 persen, lemak 10-28 persen, mineral 6 persen, karbohidrat 1,5 persen dan sedikit vitamin. Lemak terbagi dalam lemak esensial dan lemak simpanan. Kisaran persentase lemak pada pria normal adalah 10-18 persen dari berat badan dan pada wanita normal adalah 18-27 persen dari berat badan. Bila keseimbangan energi terganggu, baik itu karena defisit atau karena surplus energi, yang berubah adalah lemak simpanan energi. Tubuh akan menyimpan kelebihan energi dalam bentuk glikogen dan lemak. Glikogen cadangan energi dari karbohidrat tersimpan dalam hati dan otot, namun kemampuan otot dan hati terbatas, sedang kemampuan tubuh dalam menampung lemak simpanan sangat besar (Wiramihardja, 2004).

Menurut Purwati, et.al (2002), ada beberapa faktor utama yang menyebabkan obesitas, antara lain :

1) Faktor Genetik.

Faktor genetik yang dimaksud adalah faktor keturunan dari orang tuanya.

2) Faktor Psikologik

Emosi seseorang dapat menyebabkan perubahan perilaku bahkan mungkin perilaku yang salah. Manifestasi stres seseorang juga berbeda-beda, ada yang justru nafsu makannya meningkat dan merasa lapar terus, tapi ada yang sebaliknya tidak nafsu makan. Seseorang yang ”rajin makan” cenderung lari ke makanan jika mengalami tekanan, apalagi jika tidak diimbangi dengan aktivitas fisik,tentunya akan menimbulkan obes.

3) Pola hidup yang kurang tepat.

Kebiasaan yang dilakukan terus-menerus dalam waktu relatif lama akan menjadi suatu pola hidup. Kebiasaan kurang baik yang dapat menimbulkan kegemukan antara lain : makan berlebihan, makan terburu-buru, menghindari makan pagi, waktu makan tidak teratur, salah memilih dan mengolah makanan, kebiasaan ngemil makanan ringan.

5) Faktor lain yang dapat menjadi pemicu kegemukan antara lain : metabolisme basal yang lambat, peranan enzim tubuh, peranan hormon.

d. Kriteria Obesitas Ada beberapa cara pengukuran lemak tubuh, baik dengan cara langsung maupun tak langsung. Pengukuran antropometrik salah satu cara pengukuran lemak tak langsung dapat dilakukan dengan cara body mass index , berat badan relatif (BBR) dan skin fold. Dari ketiga jenis pengukuran antropometrik ini, BMI yang paling tinggi berkorelasi dengan jumlah lemak tubuh (Samsirun et al., (1994).

BMI (Body Mass Index) atau IMT (Indeks Massa Tubuh) adalah suatu parameter yang banyak digunakan untuk mengukur lemak dalam tubuh. Dengan mengukur BMI/IMT maka dapat ditentukan kelebihan berat badan seseorang. Keterbatasan BMI/IMT adalah tidak dapat digunakan bagi : bayi, anak-anak dalam masa pertumbuhan, wanita hamil, orang yang sangat berotot, contohnya atlet.

Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter kuadrat (IMT=kg/m²). Klasifikasi yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) tahun 2000, nilai IMT >30 kg/m² menunjukkan obesitas dan nilai IMT 25-29,9 kg/m² menunjukkan tahap Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter kuadrat (IMT=kg/m²). Klasifikasi yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) tahun 2000, nilai IMT >30 kg/m² menunjukkan obesitas dan nilai IMT 25-29,9 kg/m² menunjukkan tahap

Rumus Penghitungan BMI/IMT adalah sebagai berikut :

䱀ra 逸

Berat Badan Kg Tinggi Badan m

Tabel 2.1 Klasifikasi BMI/IMT Menurut WHO (2003)

Clasification

BMI (Kg/m2)

Risk of comorbidities Underweight

Low, but risk other clinical Problem

Normal range

Pre Obese

25.0 -29.9

Increased

Obese clas I

30.0-34.9

Moderate

Obese clas II

35.0-39.9

Severe

Obese clas III

Very severe

Sumber Data : WHO (2000) Karena postur tubuh orang Asia berbeda dengan orang barat atau Amerika yang cenderung mempunyai BMI/IMT tinggi, maka untuk Negara orang Asia, WHO menentukan standar BMI untuk orang Asia, seperti dilihat dalam tabel 2.2. (Wiramihardja, 2004).

Dewasa Clasification

BMI (Kg/m2)

Risk of comorbidities Underweight <18.5

Low, but risk other clinical Problem Normal range

Pre Obese

23.0 -24.9

Increased

Obese clas I

25.0-29.9

Moderate

Obese clas II > 30.0

Severe

Sumber Data : Wiramihardja (2004) Hal yang penting dicermati bahwa batas BMI untuk obesitas menurut baku WHO adalah 30, tetapi menurut baku Asia dikatakan obes jika BMI lebih dari 25. Hal ini sangat penting peranannya karena berhubungan erat dengan faktor risiko yang terjadi.

Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi dari standar baku Asia, berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian beberapa negara berkembang.

e. Dampak Obesitas Hasil Penelitian membuktikan bahwa kegemukan menimbulkan banyak masalah dan memperbesar risiko terserang penyakit degenerative (penyakit yang timbul akibat ada perubahan atau kerusakan tingkat seluler yang meluas ke jaringan yang sama).

Dampak yang sering menyertai penderita obesitas, antara lain :

1) Penyakit jantung koroner (kardiovaskuler)

Overweight dan obesitas pada anak-anak menyebabkan Overweight dan obesitas pada anak-anak menyebabkan

2) Diabetes mellitus tipe-2

Mekanisme lain yang menjelaskan penurunan fungsi kognitif pada obesitas adalah terganggunya hantaran reseptor insulin, kadar leptin di otak rendah, dan berubahnya metabolisme glukosa. Tingkat leptin yang rendah didalam otak akan mengakibatkan kemunduran dalam proses kognitif dan mengingat (Farr et al., 2006). Secara fisiologis hiperinsulinemia berhubungan dengan gangguan metabolisme glukosa dan hantaran insulin. Hal ini akan mempengaruhi beberapa bagian otak, termasuk yang terkait dalam perencanaan dan organisasi misalnya lobus frontalis dan hippocampus, bagian otak ini merupakan bagian dari tugas desain blok.

3) Obstructive sleep apneu Peningkatan BMI berkaitan dengan peningkatan risiko obsructive apnea pada anak dan remaja (Amin et al., 2002). Sering dijumpai pada anak obesitas dengan tidur mengorok. Penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak di daerah dinding dada dan perut. Keadaan tersebut dapat mengganggu pergerakan dinding dada dan diagfragma, sehingga terjadi penurunan volume dan perubahan pola ventilasi paru-paru serta meningkatkan beban kerja otot pernafasan.

Selain itu penurunan tonus otot yang mengatur pergerakan lidah yang menyebabkan lidah jatuh ke arah dinding belakang faring yang mengakibatkan obstruksi saluran nafas intermiten dan menyebabkan tidur gelisah, sehingga keesokan harinya cenderung mengantuk dan hipoventilasi.

Loke (2002) mengatakan bahwa anak obesitas mempunyai gangguan tidur yaitu sulit bernapas saat tidur, mendengkur dan tersedak akibat obstruktif lemak yang berlebihan di leher. Kualitas tidur yang buruk sering menyebabkan mengantuk pada siang hari, dengan efek neurokognitif termasuk berkurangnya konsentrasi, daya ingat dan fungsi belajar.

4) Gangguan ortopedik

Obesitas juga memiliki risiko penyakit sendi pada ekstremitas bawah. Penyakit ortopedik yang dapat terjadi adalah vara tibia bilateral (tungkai yang melengkung, sehingga menyebabkan nyeri lutut dan mengganggu mobilitas). Lebih jauh lagi, penyakit tersebut mengganggu kemampuan berolahraga, sehingga menciptakan lingkaran setan yang memperburuk obesitas dan penyakit sendi (Loke, 2002).

5) Pseudomotor serebri

Pseudotumor serebri akibat peningkatan ringan tekanan Pseudotumor serebri akibat peningkatan ringan tekanan

6) Nilai ekonomis.

Sampai saat ini di Indonesia dan negaranegara berkembang yang lain belum tersedia data tentang besarnya nilai ekonomi dari obesitas, akan tetapi dari berbagai studi diketahui bahwa obesitas merupakan salah satu komponen terbesar dan budget nasional di bidang kesehatan (WHO, 2000).

7) Konsekuensi psikososial

Obesitas dapat

menyebabkan konsekuensi-konsekuensi psikososial yang signifikan. Anak-anak dan remaja yang mengalami obesitas dapat mengalami prasangka dan diskriminasi. Pada remaja putri yang obes dan kelebihan berat badan merasa malu karena berat badan mereka, merasa tidak modis, merasa rendah diri sehingga menarik diri dari pergaulan (WHO, 2000).

2. Sindrom pra menstruasi (premenstrual syndrome)

a. Definisi Sindrom pra menstruasi American College of Obstetricians and Gynecologists , telah mengusulkan definisi Sindrom pra menstruasi yang lebih ketat yang mensyaratkan paling sedikit satu gejala dari daftar gejala emosional dan fisik yang dialami oleh wanita selama lima hari sebelum menstruasi dan a. Definisi Sindrom pra menstruasi American College of Obstetricians and Gynecologists , telah mengusulkan definisi Sindrom pra menstruasi yang lebih ketat yang mensyaratkan paling sedikit satu gejala dari daftar gejala emosional dan fisik yang dialami oleh wanita selama lima hari sebelum menstruasi dan

Menurut Dickerson et al. (2003), Premenstrual syndrome adalah suatu gangguan siklus menstruasi pada wanita muda dan usia pertengahan, yang ditandai dengan gejala emosional dan fisik secara konsisten yang muncul saat fase luteal siklus menstruasi. Sindrom ini lebih mudah terjadi pada wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus menstruasi, dalam kondisi normal, seharusnya menstruasi tidak sampai menyebabkan perubahan pada mental serta mengganggu fungsi fisik wanita.

Premenstrual syndrome ialah kumpulan gejala yang mempunyai karakteristk berupa perubahan tingkah laku dan gejala fisik, terjadi secara berulang tiap kali pada fase luteal (Mortola, 2000). Jadi premenstrual merupakan kumpulan gejala fisik, emosional dan perilaku yang terjadi pada minggu-minggu menjelang menstruasi (Simon dan Edwin, 2003). Dalam keadaan normal, menstruasi tidak seharusnya sampai mengganggu fungsi mental dan fisik wanita, namun demikian adanya fluktuasi hormonal dalam siklus menstruasi membawa efek pada beberapa wanita

b. Etiologi Sindrom pra menstruasi Etiologi dari Sindrom pra menstruasi belum dapat diketahui dengan b. Etiologi Sindrom pra menstruasi Etiologi dari Sindrom pra menstruasi belum dapat diketahui dengan

Penyebab premenstrual syindrome ini masih kontroversi, beberapa ahli mengatakan penyebabnya karena faktor lain, termasuk karena rendahnya masukan kombinasi dari seng dan tembaga, tidak normalnya fungsi serotinin, defisiensi progesteron, beberapa neurotransmitters, bahan gizi seperti vitamin E, kalsium, asam linoleat dan magnesium (Connolly, 2001). Kekurangan vitamin, kalsium, magnesium, seng dan tembaga serta progesteron merupakan faktor risiko untuk terjadinya premenstrual syndrome.

c. Gejala Sindrom pra menstruasi Sekitar 100 gejala diidentifikasikan sebagai gejala PMS. Secara garis besar gejala premenstrual syndrome menurut Dickerson et al. (2003) dan Simon dan Edwin (2003) terbagi dalam :

1) Gejala fisik

Payudara bengkak dan keras, perut terasa sebah, konstipasi dan diare, jerawat, sakit atau nyeri kepala, alkohol intolerens, retensi Payudara bengkak dan keras, perut terasa sebah, konstipasi dan diare, jerawat, sakit atau nyeri kepala, alkohol intolerens, retensi

2) Gejala emosional atau psikologis

Depresi, tiba-tiba cemas dan panik, ganguan tidur (insomnia), mudah tersinggung, mudah marah, curiga, delusi dan halusinasi (jika gejala sangat berat dapat merupakan gangguan psikologis), iritabilitas, menangis dan sedih, cemas, tegang, perubahan perasaan, kurangnya konsentrasi, bingung, pelupa, kurang istirahat menyendiri dan penurunan kepercayaan diri.

3) Gejala mental dan tingkah laku

Perubahan emosi, konsentrasi tidak stabil dan beberapa memori hilang, marah dengan orang lain, cemas, cenderung mudah mendapat kecelakaan, letargi dan kelelahan, perubahan minat berhubungan sexual kecanduan makanan tertentu dan makan berlebihan.

d. Diagnosis Sindrom pra menstruasi American College of Obstetric and Ginecology (ACOG) merekomendasikan kriteria diagnosa yang dikembangkan oleh University of California at San Diego dan National Institute of Mental Health yaitu SPAF (Conolly, 2001). The Premenstrual Shortened Form (SPAF) yaitu kriteria diagnosa dengan penilaian sederhana yang terdiri dari 10 item. Wanita ditanya tanda-tanda yang dialami menjelang haid antara lain :

3) Merasa tertekan,

4) Mudah tersinggung dan marah,

5) Sedih, depresi,

6) Nyeri otot,

7) Berat badan naik,

8) Merasa tidak enak badan, tidak nyaman atau nyeri abdomen,

9) Bengkak atau terjadi retensi cairan,

10) Merasa gemuk (mengembung). Masing-masing item mempunyai nilai maksimal 6, terentang pada gejala yang tidak dirasakan sampai gejala yang sangat berat (Simon dan Edwin, 2003).

Diagnosa premenstrual syndrome dapat ditegakkan kalau wanita mengalami paling sedikit 5 dari tanda dalam SPAF dalam derajat 5, salah satunya harus nomor 2, 3, 4 dan 5 atau sama dengan skore ≥ 30 (Simon dan Edwin, 2003).

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi Sindrom pra menstruasi

Beberapa dari hasil penelitian mengungkapkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi premenstrual syndrome, adalah :

1) Usia

Keluhan premenstrual syndrome lebih banyak dirasakan pada wanita muda, biasanya dimulai sekitar pertengahan 20 tahunan, 88

pengobatan ketika berumur 30 tahun. (Simon dan Edwin, 2003). Studi lain melaporkan adanya perbedaan gejala premenstrual syndrome pada wanita dibawah 40 tahun dengan wanita diatas 40 tahun. Kelompok wanita dibawah 40 tahun mempunyai gejala premenstrual syndrome berupa gangguan dalam kehidupan sosial, kurangnya aktivitas dan mudah tersinggung sedang pada kelompok wanita diatas 40 tahun mengeluhkan gejala gangguan tidur dan insomnia (Kuan et al., 2004).

2) Stress

Peranan stress pada wanita dengan premenstrual syndrome adalah memperberat gejala premenstrual syndrome yang berdampak pada perubahan suasana hati dan gejala fisik (Beck et al., 1990).

3) Genetik

Penelitian terhadap wanita kembar mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap premenstrual syndrome (Freeman, 2007).

4) Obesitas

Pada wanita obesitas terjadi peningkatan kadar serotinin. Ketidaknormalan serotinin dalam neurotransmitter berhubungan dengan depresi, marah, tersinggungg (Dickerson et al., 2003).

Defisiensi yang berkaitan dengan rendahnya konsumsi kalsium dan magnesium berhubungan dengan rasa tidak nyaman saat mentsruasi (Daugherty, 1998).

6) Siklus menstruasi

Beberapa studi tidak secara konsisten menerangkan adanya abnormalitas sekresi hormon ovarium selama fase luteal. Perubahan kadar hormonal pada fase luteal ini menjadi penyebab terjadinya premenstrual syndrome (Dickerson et al., 2003).

7) Perubahan hormonal

Perubahan kadar hormon mempengaruhi neurotransmitter seperti serotinin. Berkaitan dengan peningkatan sensitivitas terhadap progesteron pada wanita dengan defisiensi serotonin (Dickerson, et al., 2003).

8) Penggunaan KB hormonal

Dosis rendah pil kombinasi dapat mengurangi atau menghilangkan gejala premenstrual syndrome (Shoupe dan Daniel, 2000). Penelitian lain mengungkapkan pemberian kontrasepsi oral tidak bermanfaat menurunkan gejala PMS. Beberapa wanita justru melaporkan gejala yang memburuk setelah minum kontrasepsi oral (Simon dan Edwin, 2003).

a. Definisi Prestasi Belajar Belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan. Selama belajar mendayagunakan semua potensi yang dimiliki baik fisik, mental dan, panca indera, otak dan bagian tubuh lainnya, demikian pula aspek-aspek kejiwaan, seperti intelegensi, bakat, motivasi, minat dan sebagainya (Sukmadinata, 2008).

Pengertian prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar yang dilihat dari nilai ketuntasan belajar pada akhir semester (SK Dirjen Mandikdasmen no 12/2008).

Prestasi belajar adalah kemampuan aktual dan dapat diukur langsung dengan alat ukur prestasi, sehingga prestasi dapat dikatakan sebagai hasil konkrit yang dicapai pada suatu saat. Hasil tes dapat dilihat secara nyata dan dapat dicapai oleh individu pada saat tertentu. Prestasi belajar siswa biasanya dituangkan dalam bentuk skor atau angka dalam rapor yang diberikan setiap akhir semester atau triwulan sebagai bentuk pengungkapan kemampuan yang telah dimiliki oleh seorang siswa (Winkal 1991, dalam Syah 2004).

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Berhasil atau tidaknya seseorang dalam mencapai prestasi belajar b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Berhasil atau tidaknya seseorang dalam mencapai prestasi belajar

Faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam individu, meliputi:

1) Faktor fisik (Kesehatan)

Kesehatan jasmanani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar, bila seseorang selalu tidak sehat dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar. Pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap siswa, agar pikiran selalu segar dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar (Sukmadinata, 2008).

Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar karena ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, kurang semangat dan pikiran terganggu. Karena hal-hal tersebut, maka penerimaan dan respon pelajaran berkurang. Saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal memproses, mengelola, menginterpretasi pelajaran melalui inderanya. Perintah dari otak yang langsung kepada saraf motoris yang berupa ucapan, tulisan, hasil pemikiran atau lukisan menjadi lemah juga (Ahmadi dan Supriyono, 2004).

mempunyai kemampuan yang rendah dari sistem jantung, paru-paru dan pembuluh darah dalam mengalirkan oksigen dan zat gizi ke sekelompok otot saat melakukan tugas atau pekerjaan sehari-hari dalam waktu yang lama.

2) Faktor psikologis Faktor psikologis terdiri dari :

a) Inteligensi

Secara klasik intelligence quotient (IQ) merupakan hasil bagi umur mental (mental age) dan umur kronologis (chronological age), yang kemudian dikalikan dengan angka 100 (Tim Psiko Kuantum, 2003).

Mental age adalah suatu tipe angka yang menyatakan perkembangan mental yang berkaitan dengan tingkat usia yang dicapai oleh seorang anak. Sedangkan chronological age adalah ukuran umur ataupun kedewasaan seseorang berdasarkan jumlah tahun yang telah dilampauinya sejak lahir (Tim Psiko Kuantum, 2003).

IQ rata-rata didefinisikan dengan nilai 100, hal ini berarti nilai di bawah 100 menunjukkan IQ di bawah normal, sedangkan nilai di atas 100 berarti seseorang mempunyai IQ di atas nilai rata-rata (Tim Psiko Kuantum, 2003).

kemampuan belajar. Seseorang yang memiliki inteligensi baik, umumnya mudah belajar dan hasilnya cenderung baik. Sebaliknya individu yang inteligensinya rendah cenderung mengalami kesukaran dalam belajar sehingga prestasi belajar rendah (Sukmadinata, 2008).

b) Sikap

Sikap yaitu gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya baik secara positif maupun negatif (Syah, 2004).

c) Bakat (aptitude)

Bakat yaitu kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2004).

d) Minat

Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Syah, 2004).

e) Motivasi belajar

Motivasi adalah keadaan internal organisme (baik manusia ataupun hewan) yang mendorong untuk berbuat tertentu (Syah, 2004).

dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar, seperti: perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar, yang berupa: pujian, penghargaan, hukuman, peraturan atau tata tertib sekolah, suri teladan orangtua dan guru. Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses pembelajaran materi-materi pelajaran baik di institusi pendidikan maupun di rumah.

Syah (2005) menambahkan bahwa dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk masa depan, umpamanya, memberi pengaruh lebih kuat dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan

1) Faktor non sosial

Faktor non sosial termasuk didalamnya adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa, lingkungan rumah dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan (Syah, 2004).

Keadaan sekolah tempat belajat turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode mengajar, fasilitas, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas dan tata tertib, semua ini turut mempengaruhi keberhasilan anak (Sukmadinata, 2008).

2) Faktor sosial

Faktor-faktor sosial disini adalah faktor manusia (sesama manusia), baik manusia itu hadir maupun tidak langsung hadir. Kehadiran orang atau orang lain banyak sekali mengganggu belajar. Kehadiran tidak langsung seperti potret, suara nyanyian lewat radio, tape juga merupakan representasi dari seseorang sehingga mengganggu konsentrasi, perhatian tidak tertuju penuh kepada hal- hal yang dipelajari (Suryabrata, 2004).

Faktor sosial yang juga banyak mempengaruhi kegiatan belajar mengajar adalah :

a) Orang tua

Kasih sayang dari orang tua, perhatian atau penghargaan Kasih sayang dari orang tua, perhatian atau penghargaan

Pendidikan orang tua. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan belajar anaknya. Orang tua yang mempunyai pendidikan tinggi, mempunyai pandangan yang lebih tinggi terhadap kemajuan prestasi anaknya. Pola asuh orang tua yang memeliki pendidikan cukup berbeda dengan pola asuh orang tua yang kurang berpendidikan.

b) Suasana rumah atau keluarga

Suasana yang sangat gaduh/ramai akan mengganggu konsentrasi anak sehingga sulit belajar. Hendaknya suasana rumah dibuat menyenangkan, tenteram, damai, harmonis agar anak betah tinggal di rumah dan akan terjadi kemajuan belajar (Ahmadi dan Supriyono, 2004).

c) Keadaan ekonomi keluarga

Lochner (2005) menyatakan bahwa keluarga dengan Lochner (2005) menyatakan bahwa keluarga dengan

Sebaliknya keadaan ekonomi yang berlebihan akan menjadi segan belajar karena ia terlalu banyak bersenang-senang. Mungkin juga anak dimanjakan oleh orang tuanya, orang tua tidak tahan melihat anaknya belajar dengan bersusah payah sehingga juga akan menghambat kemajuan belajar (Ahmadi dan Supriyono, 2004).

d) Masyarakat

Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar (Sukmadinata, 2008).

4. Hubungan Obesitas dan Sindrom Pra Menstruasi Dengan Prestasi Belajar

Menurut Henry (2006) bahwa obesitas dapat mempengaruhi prestasi belajar selain itu juga dipengaruhi oleh tingkat aktifitas, pengetahuan dan asupan gizi.

Penyakit yang disebabkan oleh obesitas adalah sulit bernapas saat tidur, mendengkur dan tersedak akibat obstruktif lemak yang berlebihan di leher. Kualitas tidur yang buruk sering menyebabkan mengantuk pada siang hari, dengan efek neurokognitif termasuk berkurangnya konsentrasi, daya ingat dan fungsi belajar (Loke, 2002).