Analisis pola data sebagai alternatif dalam penentuan orde intervensi multi input

ANALISIS POLA DATA SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENENTUAN ORDE INTERVENSI MULTI INPUT

oleh

DEWI ANUGERAHENI SAHARI

M0106035

SKRIPSI

ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika

JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

TUGAS AKHIR ANALISIS POLA DATA SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENENTUAN ORDE INTERVENSI MULTI INPUT

yang disusun oleh DEWI ANUGERAHENI SAHARI NIM. M0106035 dibimbing oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Winita Sulandari, M. Si Drs. Siswanto, M. Si NIP. 19780814 200501 2 002

NIP. 19670813 199203 1 002

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada hari Senin, 8 Maret 2010 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Anggota Tim Penguji Tanda Tangan

1. ..................... NIP. 19690116 199402 2 001

1. Dra. Sri Sulistijowati H, M. Si

2. Drs. Sugiyanto, M. Si

2. ..................... NIP. 19611224 199203 1 003

3. Drs. Muslich, M. Si

3. ..................... NIP. 19521118 197903 1 001

Disahkan oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Dekan Ketua Jurusan Matematika

Prof. Drs. Sutarno, M.Sc, Ph. D Drs. Sutrima, M. Si NIP. 19600809 198612 1 001

NIP. 19661007 199302 1 001

MOTO

Awali segala hal dengan niat yang baik

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk Ibu, Bapak dan keluargaku tercinta, terimakasih atas kasih sayang, doa, nasehat dan pengorbanan yang

kalian berikan, serta untuk teman-temanku, terimakasih atas semuanya

ABSTRAK

Dewi Anugeraheni Sahari, 2010. ANALISIS POLA DATA SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENENTUAN ORDE INTERVENSI MULTI INPUT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret.

Model intervensi adalah suatu model runtun waktu yang digunakan untuk menyelidiki dampak pada data yang berasal dari faktor-faktor eksternal, sehingga dapat digunakan untuk mengestimasi variabel-variabel yang diamati. Dalam menyusun model intervensi, ketepatan mengidentifikasi orde intervensi sangat diperlukan. Proses identifikasi dapat dibantu dengan melakukan pengamatan langsung pada data asli yang menunjukkan pola efek yang disebabkan oleh kejadian yang diketahui dan sebagai tambahannya adalah melakukan pemeriksaan terhadap residu model sebelum intervensi. Terdapat beberapa penelitian yang mengkaji lebih lanjut tentang penentuan orde intervensi melalui residu model. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis terhadap pola data untuk menentukan orde intervensi yang diharapkan lebih mudah dan efisien. Untuk menentukan orde intervensi melalui pola data, harus diketahui karakteristik orde terhadap pola data. Karakteristik tersebut diperoleh dari beberapa pola respon hasil simulasi beberapa orde intervensi. Selanjutnya, orde intervensi dapat ditentukan dengan menyesuaikan pola data dengan karakteristik yang diperoleh.

Hasil dari penelitian ini diterapkan pada data IHK Surakarta periode Januari 2000 November 2009 dan IHK Nasional periode Januari 1995 Juli 1998. Dalam penerapan ini, orde intervensi diidentifikasi dengan dua metode, yaitu menggunakan pola residu dan pola data. Hasilnya menunjukkan bahwa identifikasi orde intervensi menggunakan pola data lebih mudah dan efisien.

Keyword: Runtun waktu, intervensi, model intervensi multi input, orde intervensi, pola data, pola residu, pola respon.

ABSTRACT

Dewi Anugeraheni Sahari, 2010. DATA PATTERN ANALYSIS AS AN ALTERNATIVE TO DETERMINE THE INTERVENTION ORDER IN MULTIPLE INTERVENTION INPUTS MODEL. Mathematic and Natural Sciences Faculty, Sebelas Maret University.

Intervention model is a model in time series which is used to explore the impact on the series from external factors which gives an estimate to the observed variables. In developing intervention models, the accuracy of identifying the order of the interventions is needed. The identification may be aided by direct inspection of the data to suggest the form of effect due to the known event, and supplementary evidence may sometimes be available from examination of the reseals from a model fitted before the intervention term is introduced. There was some research that studied more about the determination of the intervention order through the residual model. This research will analyze the data pattern to determine the orders of the intervention. To determine intervention orders through data pattern, it must be known about the characteristics of intervention order. To get the characteristics, some of response pattern with some intervention orders will be simulated. Furthermore, the intervention orders can be determined by adjusting the data pattern with the characteristics pattern to be obtained.

The result of this study is applied to CPI (Consumer Price Index) data of Surakarta in January 2000 November 2009 and the national CPI in January 1995 July 1998. In this application, the intervention orders are identified by two methods, through the residual pattern and data pattern. The results showed that the identification of the order of interventions through data pattern is easier and more efficient.

Keyword: Time series, intervention, multiple intervention inputs model, intervention order, data pattern, residual pattern, response pattern.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, khususnya kepada

1. Drs. Sutrima, M. Si, selaku ketua Jurusan Matematika.

2. Winita Sulandari, M. Si dan Drs. Siswanto, M. Si selaku pembimbing, atas kesediaan dan kesabaran yang diberikan dalam membimbing penulis

3. Seluruh dosen Jurusan Matematika yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang matematika teori dan penerapan bagi penulis yang sangat bermanfaat dalam penulisan skripsi ini.

4. Orang tua, atas doa dan motivasi yang diberikan selama proses penyusunan skripsi ini

5. Teman-teman angkatan 2006, atas kerjasama dan motivasi yang diberikan saat penulis menghadapi kendala dalam penyusunan skripsi ini

6. Semua pihak yang membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Surakarta, Februari 2010 Penulis

DAFTAR NOTASI

: determinan : sigma

: proses stokastik pada waktu ke t : indeks berupa waktu : ruang sampel : mean proses : fungsi autokorelasi : fungsi autokorelasi parsial pada lag k : autokovariansi pada lag k : operator Backsift

( ) : ekspektasi dari variabel random : parameter Moving Average (MA) : parameter Autoregressive : residu model ARIMA pada waktu ke t : standar deviasi deret : variansi deret : tingkat signifikansi pada waktu ke t : variabel intervensi pada waktu ke t : eror model intervensi pada waktu ke t : parameter model intervensi ke-j yang ditentukan orde : parameter model intervensi ke-j yang ditentukan orde r

DAFTAR TABEL

4.1. Karakteristik gerak respon dengan beberapa nilai orde intervensi dengan penundaan efek b satuan waktu ....................................................... 30

4.2. Pengaruh setiap parameter dalam variabel input terhadap pola respon ......... 32

4.4. Model data IHK kota Surakarta untuk setiap intervensi ............................... 36

4.6. Model intervensi dengan orde yang diperoleh melalui pola data asli dan melalui pola residu ...................................................................................... 44

4.25. Plot data IHK nasional pada saat intervensi ............................................... 43

4.28. Plot residu hasil peramalan data IHK nasional ........................................... 44

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Model intervensi merupakan suatu model time series yang dapat digunakan untuk memodelkan dan meramalkan data yang mengandung goncangan atau intervensi baik dari faktor eksternal maupun internal. Analisis intervensi merupakan pengembangan dari konsep MARIMA (Multivariat Autoregresif Integrated Moving Average). Model intervensi diterapkan di berbagai bidang. Salah satunya di bidang ekonomi yang dijelaskan pada artikel berjudul “Intervention Analysis with Applications of Economic and Environmental Problems ” yang ditulis oleh Box Tiao (1975). Box Tiao mengusulkan suatu pendekatan untuk mengenali adanya intervensi variabel bebas pada variabel tak bebas (Makridakis et. al, 1995). Aplikasi lain analisis intervensi yang menarik ditemukan di bidang hukum, seperti pada jurnal statistik yang berjudul “ Intervention Time Series Analysis of Crime Rates ” oleh Sridharan et. al (2003). Pada jurnal tersebut, mereka menganalisis dampak penghapusan jaminan dan pembuatan hukuman untuk semua kejahatan sejak 1 Januari 1995 terhadap tingkat kejahatan di Virginia. Penerapan analisis intervensi di bidang pariwisata dapat dijumpai pada jurnal yang berjudul “Forecasting Japanese Tourism Demand in Taiwan using An Intervention Aanalysis” (Min, 2003). Dalam jurnal tersebut dilakukan peramalan banyaknya wisatawan dari Jepang yang datang ke Taiwan setelah adanya peristiwa gempa bumi pada tahun 1999 dan adanya Severe Acute Respiratory Syndrome pada tahun 2003. Suatu hal yang menarik dalam tulisan ini adalah adanya variabel intervensi lebih dari satu (multi input). Analisis intervensi yang melibatkan lebih dari satu variabel input juga dijumpai pada tulisan Nuvitasari et. al. pada tahun 2008 yang berjudul “Analisis Intervensi Multi Input Fungsi step dan pulse untuk Peramalan Kunjungan Wisatawan ke Indonesia ”. Dalam tulisan tersebut dikatakan bahwa sampai saat ini, penelitian tentang analisis intervensi terbatas hanya memasukkan satu jenis goncangan (single input) yaitu fungsi step Model intervensi merupakan suatu model time series yang dapat digunakan untuk memodelkan dan meramalkan data yang mengandung goncangan atau intervensi baik dari faktor eksternal maupun internal. Analisis intervensi merupakan pengembangan dari konsep MARIMA (Multivariat Autoregresif Integrated Moving Average). Model intervensi diterapkan di berbagai bidang. Salah satunya di bidang ekonomi yang dijelaskan pada artikel berjudul “Intervention Analysis with Applications of Economic and Environmental Problems ” yang ditulis oleh Box Tiao (1975). Box Tiao mengusulkan suatu pendekatan untuk mengenali adanya intervensi variabel bebas pada variabel tak bebas (Makridakis et. al, 1995). Aplikasi lain analisis intervensi yang menarik ditemukan di bidang hukum, seperti pada jurnal statistik yang berjudul “ Intervention Time Series Analysis of Crime Rates ” oleh Sridharan et. al (2003). Pada jurnal tersebut, mereka menganalisis dampak penghapusan jaminan dan pembuatan hukuman untuk semua kejahatan sejak 1 Januari 1995 terhadap tingkat kejahatan di Virginia. Penerapan analisis intervensi di bidang pariwisata dapat dijumpai pada jurnal yang berjudul “Forecasting Japanese Tourism Demand in Taiwan using An Intervention Aanalysis” (Min, 2003). Dalam jurnal tersebut dilakukan peramalan banyaknya wisatawan dari Jepang yang datang ke Taiwan setelah adanya peristiwa gempa bumi pada tahun 1999 dan adanya Severe Acute Respiratory Syndrome pada tahun 2003. Suatu hal yang menarik dalam tulisan ini adalah adanya variabel intervensi lebih dari satu (multi input). Analisis intervensi yang melibatkan lebih dari satu variabel input juga dijumpai pada tulisan Nuvitasari et. al. pada tahun 2008 yang berjudul “Analisis Intervensi Multi Input Fungsi step dan pulse untuk Peramalan Kunjungan Wisatawan ke Indonesia ”. Dalam tulisan tersebut dikatakan bahwa sampai saat ini, penelitian tentang analisis intervensi terbatas hanya memasukkan satu jenis goncangan (single input) yaitu fungsi step

Ada beberapa cara dalam menentukan orde intervensi. Menurut Box dan Reinsell (2008), dengan melihat struktur atau pola data asli dan melakukan pemeriksaan terhadap residu model sebelum intervensi dapat membantu dalam mengidentifikasi orde intervensi. Pada tulisan Ismail et. al (2009) dan Nuvitasari et. al (2008) dibahas lebih lanjut tentang penentuan orde intervensi melalui residu model sebelum intervensi. Akan tetapi, ada kelemahan pada cara tersebut, yaitu jika terdapat lebih dari satu intervensi dengan waktu yang berdekatan, maka sulit untuk menentukan salah satu orde intervensi. Cara tersebut kurang efisien jika diterapkan pada model intervensi multi input, karena banyak tahap yang harus dilakukan.

Sepengetahuan penulis, belum ada penelitian yang mengkaji lebih lanjut tentang penentuan orde intervensi melalui pola data asli. Oleh karena itu, dalam skripsi ini akan dilakukan analisis terhadap pola data asli untuk menentukan orde intervensi. Metode penentuan orde intervensi dari pola data asli ini diharapkan lebih efisien daripada penentuan orde intervensi menggunakan residu model sebelum intervensi.

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini akan diterapkan pada data IHK Surakarta periode Januari 2000 November 2009 dan IHK Nasional periode Januari 1995 Juli 1998. Dalam penerapan tersebut, penentuan orde intervensi dilakukan dengan dua metode, yaitu dengan melakukan pemeriksaan terhadap residu model sebelum intervensi dan menggunakan pola data asli sesuai dengan hasil penelitian.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimana prosedur pemodelan data runtun waktu yang dipengaruhi oleh lebih dari satu kejadian intervensi menggunakan model intervensi multi input.

2. Bagaimana cara mengidentifikasi orde intervensi melalui pola data asli.

3. Bagaimana pemodelan intervensi multi input pada data IHK kota Surakarta dan IHK Nasional dengan identifikasi orde intervensi melalui residu dan pola data.

1.3 Batasan Masalah

Setiap orde intervensi dalam simulasi dibatasi maksimal 2 karena dalam penerapan nyata, setiap variabel intervensi yang sering dijumpai adalah variabel intervensi yang memiliki orde tidak lebih dari 2 dan waktu kejadian intervensi ditentukan dari pola data.

1.4 Tujuan Penulisan

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut.

1. Menentukan prosedur pemodelan data runtun waktu yang dipengaruhi oleh lebih dari satu kejadian intervensi dengan menggunakan model intervensi multi input.

2. Mampu mengidentifikasi orde intervensi melalui plot data asli.

3. Memodelkan data IHK kota Surakarta dan IHK Nasional menggunakan model intervensi multi input.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan metode alternatif yang lebih mudah dan efisien dalam identifikasi orde intervensi multi input.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Pada penelitian ini diperlukan teori-teori yang relevan sebagai dasar dalam pembahasan. Berikut ini diberikan beberapa teori, yaitu proses stokastik, fungsi autokovariansi, fungsi autokorelasi, fungsi autokorelasi parsial, proses white noise , metode Box Jenkins, dan Indeks Harga Konsumen (IHK) terutama dalam penyamaan tahun dasar.

2.1.1 Runtun Waktu dan Proses Stokastik

Suatu runtun waktu adalah himpunan observasi berurut dalam waktu. Jika dari pengalaman yang lalu, keadaan yang akan datang dari suatu runtun waktu dapat diramalkan secara pasti, maka runtun waktu tersebut disebut deterministik. Jika pengalaman yang lalu hanya dapat menunjukkan struktur probabilistik keadaan yang akan datang dari suatu runtun waktu, maka runtun waktu semacam ini dinamakan stokastik (statistik) (Soejoeti,1987). Suatu proses stokastik adalah suatu keluarga variabel random yang diberi indeks berupa waktu atau dinyatakan sebagai

, dengan berada dalam ruang sampel dan t berada dalam suatu himpunan indeks (Wei,1994). Suatu runtun waktu stokastik dapat dipandang sebagai realisasi (fungsi sampel) dari proses stokastik (Soejoeti,1987). Suatu proses stokastik

dan barisan dari variabel random

biasa dinyatakan dengan

atau

disebut suatu proses stokastik. Fungsi distribusi bersama suatu himpunan variabel random dari suatu proses stokastik

atau

didefinisikan sebagai = (Wei,1994).

2.1.2 Stasioneritas

Suatu proses stokastik dikatakan stasioner orde ke-n jika

(2.1) untuk k integer. Suatu proses dikatakan strictly stationarity jika berlaku

persamaan (2.1) untuk sejumlah besar . Jika persamaan (2.1) berlaku untuk

, dengan adalah sebarang bilangan bulat, maka persamaan (2.1) juga akan berlaku untuk

karena fungsi distribusi orde ke-m menentukan semua fungsi distribusi orde yang lebih kecil dari , artinya jika suatu proses dikatakan stasioner pada orde ke-m, maka proses tersebut juga stasioner pada orde ke

(Wei,1994). Dalam penelitian ini, stasioneritas diperlukan dalam memodelkan data sebelum intervensi menggunakan metode ARIMA Box Jenkins. Pada tahap identifikasi diperlukan fungsi autokorelasi (Autocorelation Function/ ACF) dan fungsi autokorelasi parsial (Parcial Autocorelation Function/ PACF).

2.1.3 Fungsi Autokovariansi dan Autokorelasi

Kovariansi antara dan

adalah

dan korelasi antara dan

adalah

kor untuk semua

. (Wei,1994).

dengan

2.1.4 Fungsi Autokorelasi Parsial

Pada runtun waktu yang stasioner , fungsi autokorelasi parsial dari lag adalah korelasi antara

setelah menghilangkan efek dari variabel

dan

yang dinotasikan dengan

atau dinyatakan

Dapat dikatakan bahwa adalah koefisien korelasi dari distribusi bivariat dan

dengan syarat (Cryer, 1986). Jika adalah himpunan autokorelasi parsial, maka dapat dirumuskan

dengan

adalah matriks autokorelasi

yaitu yaitu

sehingga diperoleh

(Wei, 1994).

2.1.5 Metode ARIMA Box Jenkins

Metode ARIMA Box Jenkins merupakan suatu pendekatan pembentukan model yang kuat untuk analisis runtun waktu (Makridakis et. al, 1995). Metode ini terdiri dari tiga tahap, yaitu identifikasi, estimasi dan verifikasi. Model yang diperoleh digunakan untuk melakukan peramalan beberapa waktu ke depan.

2.1.5.1 Identifikasi Model

Proses identifikasi model ARIMA Box Jenkins memerlukan dua tahap berikut.

1. Menstasionerkan data runtun waktu jika data tersebut belum stasioner. Untuk mengetahui kestasioneran data dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan terhadap plot data atau ACF dari data. Jika plot autokorelasi turun secara eksponensial, maka data belum stasioner. Untuk menstasionerkan data yang tidak stasioner terhadap mean dilakukan dengan differencing orde satu atau dua, sedangkan untuk menstasionerkan data yang tidak stasioner terhadap variansi sering dilakukan dengan transformasi logaritma (Makridakis et.al , 1995).

2. Membuat plot ACF dan PACF dari runtun waktu yang telah distasionerkan masing-masing dengan batas 2SE( ) dan 2SE(

). Dari plot tersebut dapat ditentukan model sementara. Penentuan tersebut didasarkan pada kriteria berikut.

a. Jika

(plot PACF terputus pada lag ), maka data runtun waktu memiliki model AR(p) atau ARIMA (p, 0, 0).

untuk

b. Jika

adalah korelasi sampel pada lag untuk

dengan (plot ACF terputus pada lag q), maka data runtun waktu memiliki model MA(q) atau ARIMA(0,0, q).

c. Jika tidak terputus pada lag dan tidak terputus pada lag , maka

data runtun waktu memiliki model ARMA(p,q) atau ARIMA(p, 0, q). (Soejoeti,1987).

2.1.5.2 Estimasi Parameter

Setelah satu atau beberapa model sementara diperoleh, langkah selanjutnya adalah mencari estimasi terbaik untuk parameter-parameter dalam model. Metode yang digunakan adalah metode MLE (Maximum Likelihood Estimation ). Model ARIMA(p,d,q) dinyatakan

operator AR operator MA

Asumsi dari model adalah berdistribusi normal identik independen dengan mean nol dan variansi

. Fungsi kepadatan bersama dari adalah (2.3) Misal

: vektor parameter : vektor parameter

Dari persamaan (2.2), diperoleh (2.4)

Persamaan (2.4) dipandang sebagai hubungan berulang antara yang berturutan. Jika nilai parameter dan

dapat dihitung sebagai fungsi parameter dan observasi. Dengan mensubstitusikan persamaan (2.4) ke

diketahui, maka setiap nilai

dalam persamaan (2.3), diperoleh fungsi kepadatan bersama sebagai berikut.

(2.5) Dari persamaan (2.5) diperoleh fungsi Likelihood untuk parameter model sebagai

(2.6) Dari persamaan (2.6) dapat dinyatakan bahwa nilai parameter akan diperoleh dengan meminimumkan

. Setelah diperoleh nilai parameter hasil estimasi, selanjutnya dilakukan uji signifikansi parameter. Uji yang digunakan adalah uji Sudent-t yang dinyatakan sebagai berikut (Soejoeti,1987). Berikut adalah uji Sudent-t untuk parameter model ARIMA Box Jenkins.

1. Menentukan hipotesis

H 0 : (parameter dalam model signifikan tidak berbeda dengan nol)

H 1 : (parameter dalam model signifikan berbeda dengan nol) dengan λ : parameter dalam model ARIMA

2. Menentukan tingkat signifikansi

3. Menghitung nilai dari statistik uji

atau , dengan adalah banyaknya observasi

4. Menentukan daerah kritis : H 0 ditolak jika

5. Mengambil kesimpulan (Box dan Reinsell, 2008)

2.1.5.3 Verifikasi Model

Setelah dilakukan estimasi parameter pada model ARIMA, tahap selanjutnya adalah verifikasi, yaitu menguji apakah model yang diestimasi cukup cocok dengan data. Tahap ini meliputi uji kenormalan dan autokorelasi pada residu. Uji kenormalan yang digunakan adalah uji Kolmogorov Smirnov, sedangkan untuk menguji ada tidaknya autokorelasi pada residu digunakan uji Box Pierce. Berikut adalah beberapa langkah yang dilakukan pada masing-masing uji.

1. Uji Kolmogorov Smirnov

a. H 0 : residu berdistribusi normal

H 1 : residu tidak berdistribusi normal

b. Tingkat signifikansi

c. Statistik uji

dengan fungsi distribusi kumulatif normal standar dari variabel

random fungsi distribusi empiris dari

d. Daerah kritis : H 0 ditolak jika

kuantil ke kuantil ke

2. Uji Box Pierce

a. H 0 : (tidak ada autokorelasi hingga lag ke-K )

H 1 : paling tidak terdapat 1 pasang lag yang berautokorelasi

b. Tingkat signifikansi

c. Statistik uji dengan n adalah banyaknya observasi

dengan adalah banyaknya parameter yang diestimasi

d. Daerah kritis : H 0 ditolak jika

e. Mengambil kesimpulan (Box dan Reinsell, 2008)

2.1.5.4 Peramalan

Langkah terakhir dalam pembentukan model adalah peramalan. Dalam tahap ini misal

, maka nilai peramalan yang akan datang adalah

untuk

dan untuk

dengan adalah observasi yang sebenarnya jika . Untuk setiap proses stasioner, nilai ramalannya akan mendekati mean proses (Soejoeti,1987).

2.1.6 Indeks Harga Konsumen (IHK)

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data IHK kota Surakarta periode Januari 2000 November 2009 dan IHK nasional periode Januari

1995 Juli 1998. Pada periode tersebut, pola data menunjukkan adanya goncangan, sehingga dapat dimodelkan menggunakan model intervensi.

Angka indeks yang memperhitungkan semua barang yang dibeli oleh konsumen pada setiap harganya disebut IHK. Angka ini digunakan sebagai dasar dalam perhitungan besarnya laju kenaikan harga-harga secara umum dalam periode tertentu (Wijayanta dan Aristanti, 2007).

Menurut Syamsuddin (2005), rumus menghitung indeks harga adalah

(2.7) dengan

: IHK pada tahun (yang dihitung) : Jumlah harga-harga pada tahun : Jumlah harga-harga pada tahun dasar

Data IHK yang digunakan pada penelitian ini dihitung berdasarkan tahun dasar yang berbeda-beda. Oleh karena itu, harus dilakukan penyamaan tahun dasar. Dari persamaan (2.7), rumus penyamaan tahun dasar dapat diturunkan sebagai berikut. Misal diketahui nilai IHK pada tahun n yang dihitung menggunakan 2 tahun dasar, a dan b, maka

dengan : IHK pada tahun yang dihitung menggunakan tahun dasar a : IHK pada tahun yang dihitung menggunakan tahun dasar b

: Jumlah harga-harga pada tahun : Jumlah harga-harga pada tahun dasar a

: Jumlah harga-harga pada tahun dasar b dari persamaan (2.9) dan (2.10) diperoleh

2.10 Jika suatu nilai IHK pada tahun m yang dihitung menggunakan tahun dasar a dan

nilai tersebut akan diubah menjadi bertahun dasar b, maka

(2.11) Dengan mensubstitusikan persamaan (2.11) ke persamaan (2.12), diperoleh

Sebaliknya jika suatu nilai IHK pada tahun m yang dihitung menggunakan tahun dasar b dan nilai tersebut akan diubah menjadi bertahun dasar a, maka

Dengan demikian, dapat diperoleh langkah-langkah penyamaan tahun dasar data IHK dapat dituliskan sebagai berikut.

1. Mengambil 1 data yang dihitung menggunakan 2 tahun dasar, misalnya tahun dasar a dan b, kemudian menghitung nilai

, disebut .

, misal disebut

dan nilai

2. Jika semua data yang bertahun dasar a ingin diubah menjadi data bertahun dasar b, maka semua data dikalikan dengan .

3. Jika semua data yang bertahun dasar b ingin diubah menjadi data bertahun dasar a, maka semua data dikalikan dengan .

2.2 Kerangka Pemikiran

ARIMA merupakan model runtun waktu linear nonstasioner. Namun, model ARIMA tidak cukup merepresentasikan pola data runtun waktu yang mengandung satu atau lebih intervensi. Oleh karena itu, dalam memodelkan data yang demikian digunakan model intervensi (single input maupun multi input).

Secara garis besar model intervensi terbagi menjadi dua bagian, yaitu model respon dan model dasar (model awal tanpa pengaruh intervensi yang merupakan model ARIMA). Pembentukan model respon dipengaruhi oleh orde intervensi. Pada penelitian sebelumnya, orde intervensi diidentifikasi melalui pola residu model sebelum intervensi. Hasil identifikasi orde yang berbeda pada setiap variabel input menghasilkan pola respon yang berbeda pula. Pola respon ekuivalen dengan pola data yang dipengaruhi intervensi. Dalam skripsi ini akan dilakukan pengamatan mengenai pengaruh orde intervensi terhadap pola respon, melalui simulasi beberapa orde intervensi dalam setiap variabel input Variabel input yang digunakan adalah fungsi pulse, step, dan ramp. Dari pengamatan dapat diperoleh karakteristik orde intervensi terhadap pola respon. Jika karakteristik ini dituliskan secara sistematik, maka hal ini dapat dijadikan dasar penentuan orde intervensi melalui plot data asli. Penentuan orde intervensi dengan metode ini diharapkan lebih efisien daripada melalui pemeriksaan residu.

Data IHK Surakarta periode Januari 2000 - November 2009 dan IHK Nasional periode Januari 1995 - Juli 1998 akan dijadikan sebagai contoh kasus dalam skripsi ini. Model intervensi akan diterapkan pada data tersebut dengan menggunakan dua metode dalam orde intervensinya, yaitu melalui plot data asli dan residu.

BAB III METODOLOGI

Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah studi literatur, simulasi, dan diterapkan pada contoh kasus dengan mengacu pada buku-buku analisis runtun waktu dan karya ilmiah tentang analisis intervensi yang meliputi hasil-hasil penelitian dan jurnal. Dengan metode tersebut, penulis dapat melakukan pendalaman materi tentang analisis intervensi multi input, terutama dalam menentukan orde intervensi melalui plot data asli.

Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini.

1. Kaji ulang model intervensi multi input menurut Wei (1994).

2. Analisis pola data untuk menentukan orde intervensi multi input.

a. Membuat plot respon dari setiap variabel input dengan beberapa kombinasi nilai orde intervensi dan mengamati gerak respon, sehingga dapat ditentukan perbedaannya. Simulasi dilakukan dengan bantuan software Minitab 15.

b. Membuat kesimpulan tentang ciri-ciri gerak respon dengan beberapa nilai orde intervensi, kemudian menjadikan ini sebagai dasar dalam menentukan orde intervensi melalui plot data asli.

3. Menerapkan model intervensi multi input pada kasus data IHK Surakarta periode Januari 2000 November 2009 dan IHK Nasional periode Januari 1995 Juli 1998 dengan identifikasi orde intervensi menggunakan pola residu dan hasil yang diperoleh pada langkah 2. Penerapan pada contoh kasus ini dilakukan dengan bantuan software SAS 9.1.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam skripsi ini akan dikaji lebih lanjut tentang model intervensi multi input dan penentuan orde intervensi melalui analisis pola data asli.

5.1 Model Intervensi Multi Input

Dalam model intervensi, goncangan atau intervensi disebut deret input yang bernilai diskrit, sedangkan data time series yang akan dimodelkan disebut sebagai deret output. Dengan model intervensi, dapat diketahui seberapa besar dan lama efek dari kejadian intervensi. Proses mengestimasi efek dari intervensi disebut analisis intervensi (intervention analysis or interrupted time series analysis) (SAS Help and Documantation). Model intervensi pertama kali dikemukakan oleh Box dan Tiao (1975) yang meneliti efek pemberlakuan undang-undang desain mesin terhadap tingkat polusi oxidant di daerah Los Angeles (Makridakis et. al, 1995).

Model intervensi multi input mempunyai dua bagian, yaitu model respon dan model dasar. Model respon menunjukkan besarnya pengaruh intervensi, sedangkan model dasar merupakan model data tanpa pengaruh intervensi.

Menurut Wei (1994), bentuk umum dari model intervensi multi input

adalah (4.1)

dengan, : variabel respon pada waktu t (deret output) : variabel intervensi ke j pada waktu t (deret input)

: eror, yaitu model ARIMA tanpa efek intervensi : orde pada model intervensi ke-j

dan didefinisikan sebagai berikut ,

4.1.1 Nilai Respon pada Model Intervensi

Model respon dari variabel intervensi dirumuskan sebagai (4.2)

dengan : besarnya respon (pengaruh) intervensi pada waktu t : orde pada model intervensi

dan suatu bentuk polinomial dari parameter-parameter model intervensi yang termuat pada respon, didefinisikan sebagai

Dengan substitusi persamaan (4.2) ke (4.1), bentuk umum model intervensi multi input menjadi

dengan menyatakan besarnya respon (pengaruh) intervensi ke-j pada waktu ke-t.

4.1.2 Variabel Intervensi

Terdapat tiga variabel intervensi yaitu fungsi pulse, step dan ramp (Mcleod dan Vingilis, 2005). Penulisan variabel intervensi atau disebut juga variabel input biasanya diikuti dengan ordenya (b, r, s).

4.1.2.1 Fungsi Pulse

Secara matematis bentuk intervensi fungsi pulse pada waktu T dinotasikan sebagai

Fungsi ini dapat digunakan untuk merepresentasikan pengaruh intervensi yang sifatnya temporer atau transien dan menghilang setelah waktu T (Box dan Reinsell, 2008).

Terdapat beberapa kemungkinan respon dalam intervensi pulse. Beberapa keadaan yang sering dihadapi yaitu

1. Dampak dari suatu intervensi terjadi b periode setelah waktu terjadinya intervensi yang berpengaruh terhadap respon secara langsung (tidak bertahap), pengaruhnya sebesar

(4.4) (Wei, 1994). Fungsi ini dituliskan sebagai fungsi pulse (b, 0, 0). Pola respon pada persamaan (4.4) disajikan pada Gambar 4.1.

Pola respon fungsi pulse (b, 0, 0)

Gambar 4.1. Pola respon yang dihasilkan fungsi pulse (b, 0, 0)

2. Dampak dari suatu intervensi terjadi b periode setelah waktu terjadinya intervensi yang berpengaruh terhadap respon secara bertahap, efeknya sebesar

(4.5) di mana

, persamaan (4.5) menjadi (4.4). Pada sebagian besar kasus dijumpai

. Untuk

dan intervensi berpengaruh terhadap respon secara bertahap. (Wei, 1994). Fungsi ini dituliskan sebagai fungsi pulse (b, 1, 0). Pola respon pada persamaan (4.5) disajikan pada Gambar 4.2.

Pola respon fungsi pulse (b, 1, 0)

Gambar 4.2. Pola respon yang dihasilkan fungsi pulse (b, 1, 0)

4.1.2.2 Fungsi Step

Secara matematis bentuk intervensi fungsi step pada waktu ke T dinotasikan sebagai

(4.6) Fungsi ini dapat menunjukkan efek intervensi yang permanen setelah waktu T .

Dari persamaan (4.3) dan (4.6) dapat dilihat bahwa fungsi pulse dapat diturunkan dari fungsi step, yaitu

Terdapat beberapa kemungkinan respon dalam intervensi step. Beberapa keadaan yang sering dihadapi dituliskan sebagai berikut.

1. Dampak dari suatu intervensi terjadi b periode setelah waktu terjadinya intervensi yang berpengaruh terhadap respon secara langsung (tidak bertahap), pengaruhnya sebesar

(4.7) (Wei, 1990). Fungsi ini dituliskan sebagai fungsi step (b, 0, 0). Pola respon pada persamaan (4.7) oleh fungsi ini disajikan pada Gambar 4.3.

Pola respon fngsi step (b, 0, 0)

Gambar 4.3. Pola respon yang dihasilkan fungsi step (b, 0, 0)

2. Dampak dari suatu intervensi terjadi b periode setelah waktu terjadinya intervensi yang berpengaruh terhadap respon secara bertahap, efeknya sebesar

(4.8) di mana

, persamaan (4.8) menjadi (4.7). Untuk , dampak dari intervensi akan naik secara linear tanpa loncatan. Pada sebagian besar kasus dijumpai

. Untuk

dan intervensi berpengaruh terhadap respon secara bertahap (Wei, 1994). Fungsi ini dituliskan sebagai fungsi step (b, 1, 0). Pola respon pada persamaan (4.8) disajikan pada Gambar

Pola respon fungsi step (b, 1, 0)

Gambar 4.4. Pola respon yang dihasilkan fungsi step (b, 1, 0)

4.1.2.3 Fungsi Ramp

Fungsi intervensi ramp adalah suatu fungsi intervensi kontinu yang naik secara linear setelah waktu terjadinya intervensi (SAS Help and Documantation). Fungsi ramp dinotasikan sebagai

(4.9) Dari persamaan (4.1) dan (4.9) dapat dilihat bahwa ramp dapat diturunkan

dari fungsi step, yaitu

atau

Dampak dari suatu intervensi terjadi b periode setelah waktu terjadinya intervensi yang berpengaruh terhadap respon secara secara linear setelah waktu terjadinya intervensi, pengaruhnya sebesar

(4.10) Fungsi ini dituliskan sebagai fungsi ramp (b, 0, 0). Pola respon pada persamaan (4.10) oleh fungsi ini disajikan pada Gambar 4.5.

Pola respon fungsi ramp (b, 0, 0)

Gambar 4.5. Pola respon yang dihasilkan fungsi ramp (b, 1, 0)

4.1.3 Keterkaitan Antar-Variabel Intervensi

Jika pola respon yang dihasilkan setiap variabel input berorde dengan nilai berbeda-beda digambarkan dalam satu sumbu koordinat, maka dapat diamati gerak respon dari nilai yang kecil (mendekati 0) sampai nilai yang besar (mendekati 1). Keadaan ini diilustrasikan pada Gambar 4.6. Dari pengamatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk orde

1. fungsi pulse akan menjadi fungsi step jika nilai

2. fungsi step akan menjadi fungsi ramp jika nilai

Fungsi Pulse (0,1,0) dengan berbagai nilai Delta menuju Fungsi Step

3.0 Variable delta =0.2

2.5 delta=0.4 delta=0.6

2.0 delta=0.8 delta=1

a ta 1.5 -D

delta=0.9 Y

Fungsi Step dengan berbagai nilai Delta menuju Fungsi Ramp

16 Variable 14

delta_0.2 12

delta_0.4 delta_0.6

10 delta_0.8 a ta 8

delta_0.9 delta_1

Gambar 4.6. Plot yang menyatakan hubungan antara fungsi pulse, step, dan ramp

4.1.4 Identifikasi Orde Intervensi Melalui Residu

Dalam mengidentifikasi orde intervensi (b, r, dan s) dapat dilakukan dengan melihat pola residu dari hasil peramalan data setelah intervensi menggunakan model sebelum intevensi. Misalkan residual dinotasikan sebagai , maka

Nilai ditentukan dengan melihat kapan efek intervensi mulai terjadi (nilai residual keluar dari batas

), nilai menunjukkan kapan gerak bobot respon mulai mengalami penurunan (nilai residual keluar dari batas

), dan menunjukkan pola dari residual. (Nuvitasari et. al, 2008 ). Namun, penentuan orde dengan prinsip ini memiliki kelemahan sebagai berikut.

1. Orde r akan sulit ditentukan ketika data mengandung lebih dari satu intervensi yang waktunya berdekatan.

2. Dalam model intervensi, pengaruh intervensi mulai muncul tepat ketika data mengalami lonjakan. Lonjakan ini jelas terlihat pada pola data asli, sehingga orde b dapat ditentukan secara langsung melalui pola data asli, tanpa harus melihat pola residu dari hasil peramalan data setelah intervensi menggunakan model sebelum intevensi.

4.1.5 Model Noise

Dalam model intervensi, model noise merupakan model ARIMA dari deret respon yang bebas dari intervensi, yaitu deret respon sebelum terjadi intervensi. Model noise dapat dinyatakan

dengan : parameter Moving Average (MA) : parameter Autoregresif (AR) : sesatan, yaitu variabel random independen berdistribusi normal dengan mean nol dan variansi

4.1.6 Estimasi Parameter Model Intervensi

Estimasi parameter untuk model intervensi multi input dapat menggunakan metode Maximum Likelihood Estimation (MLE). Model umum intervensi multi input pada persamaan 4.1 dapat dinyatakan sebagai

Dengan asumsi bahwa , maka dapat dituliskan fungsi kepadatan bersama dari

sebagai

(4.11) Dari persamaan (4.11) diperoleh fungsi Likelihood untuk parameter model

intervensi multi input, yaitu

Misal

dan

dengan , persamaan (4.1) menjadi

(4.12) Misal

dan , persamaan (4.12) menjadi (4.13) Sehingga diperoleh nilai Dari persamaan (4.13) dapat dinyatakan bahwa nilai parameter akan diperoleh

dengan meminimumkan

Sebagai contoh sederhana, jika dimisalkan model intervensi adalah ,

maka diperoleh (4.14) Nilai minimum dari

diperoleh pada saat turunan pertama dari persamaan (4.14) disamadengankan nol.

4.1.7 Uji Signifikansi Parameter

Dalam model intervensi multi input, setelah dilakukan estimasi parameter intervensi, akan diuji apakah terdapat pengaruh kejadian intervensi terhadap data yang bersangkutan. Uji yang digunakan adalah uji Student-t yang langkah-langkah meliputi

1. H 0 : (parameter dalam model signifikan tidak berbeda dengan nol)

H 1 : (parameter dalam model signifikan berbeda dengan nol) dengan

: parameter ke-i pada intervensi ke-j dalam model intervensi multi input

2. tingkat signifikansi

3. statistik uji

, dengan n adalah banyaknya data sampai intervensi ke-j

4. daerah kritis : H 0 ditolak jika

atau

(Box dan Reinsell, 2008). .

4.1.8 Uji Diagnostik

Dalam analisis intervensi multi input, uji diagnostik yang harus dilakukan adalah uji kenormalan dan autokorelasi pada residu. Uji kenormalan yang digunakan adalah uji Kolmogorov Smirnov, sedangkan untuk menguji ada tidaknya autokorelasi pada residu digunakan uji Box Pierce.

4.2 Prosedur Pemodelan Intervensi Multi Input

Berdasarkan beberapa referensi yang digunakan dalam skripsi ini, prosedur pemodelan intervensi multi input dapat dituliskan secara ringkas, yaitu

1. memodelkan deret menggunakan prosedur Box Jenkins

2. identifikasi orde setiap intervensi

3. estimasi parameter model intervensi multi input

4. uji signifikansi parameter

5. uji diagnostik yang meliputi uji kenormalan dan autokorelasi residu

4.3 Analisis Pola Data untuk Menentukan Orde Intervensi Multi Input

Pola respon pada model intervensi identik dengan pola data saat dipengaruhi intervensi. Hal ini menjadi dasar dalam identifikasi orde intervensi melalui pola data. Kombinasi nilai orde r dan s yang berbeda pada setiap variabel input menghasilkan pola respon yang berbeda. Pola respon dengan kombinasi nilai r dan s yang berbeda-beda pada setiap variabel input dapat dilihat pada Gambar 4.7. Jika dilakukan pengamatan pada Gambar 4.7, maka dapat diperoleh beberapa karakteristik pola respon dengan beberapa nilai orde intervensi. Karakteristik yang diperoleh dari hasil pengamatan ini dituliskan pada Tabel 4.1. Dari Tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa keberadaan parameter menunjukkan adanya gerak respon secara exponensial, baik mengalami kenaikan maupun penurunan.

Khusus untuk fungsi ramp, tidak dijumpai adanya pola gelombang sinus, walapun nilai

. Dari hasil pengamatan terhadap plot respon dari ketiga variabel intervensi dengan berbagai orde, dapat dituliskan secara umum tentang pengaruh dari setiap parameter terhadap pola respon. Hal ini disajikan dalam Tabel 4.2. Pengaruh parameter

terhadap pola respon dapat dilihat pada Gambar

4.8 .

abel 4.1. Karakteristik gerak respon dengan beberapa nilai orde intervensi dengan penundaan efek b satuan waktu

Karakteristik gerak respon fungsi

Pulse

Step

Ramp Data mengalami

lonjakan sebesar Data mengalami lonjakan 1

Data mengalami

pada waktu kali sebesar

lonjakan sebesar

pada waktu

diikuti , kemudian pola data

pada waktu

proses kenaikan 0,0 langsung kembali seperti pada pada nilai tersebut, bobot respon semula (tanpa ada proses

kemudian data stabil

(arah naik atau penurunan bobot respon membentuk pola seperti turun) secara secara eksponensial)

tetapi masih

semula

linear

Data mengalami

Data mengalami

lonjakan sebesar Data mengalami lonjakan 1 pada waktu

lonjakan sebesar

pada waktu kali mulai waktu

diikuti kemudian mengalami

diikuti proses kenaikan

bobot respon (arah naik proses kenaikan proses penurunan bobot

bobot respon 1,0 respon secara eksponensial eksponensial mulai

atau turun) secara

(arah naik atau mulai waktu

, kemudian turun) secara pola data kembali seperti

hingga waktu

eksponensial semula

data stabil pada pada

nilai tertentu dengan pola seperti data semula

Data mengalami

lonjakan Data mengalami lonjakan

Data mengalami

sebanyak kali sebanyak kali sebesar

lonjakan sebanyak

sebesar , dan

kali sebesar

dan

,,kemudian

kemudian mengalami proses

mengalami proses 1,1 penurunan bobot respon

kemudian mengalami

kenaikan bobot secara eksponensial mulai

proses kenaikan bobot

respon (arah naik waktu

respon (arah naik atau

hingga

atau turun) secara pola data kembali seperti

turun) secara

eksponensial semula

eksponensial mulai

waktu

mulai waktu

kemudian data stabil kemudian data stabil

Data mengalami

Data mengalami

lonjakan sebesar Data mengalami lonjakan 1

lonjakan 1 kali sebesar

pada waktu kali sebesar

mulai waktu

mulai

diikuti waktu

, kemudian mengalami

, kemudian

proses kenaikan mengalami proses

proses kenaikan bobot

bobot respon kenaikan bobot respon

respon (arah naik atau

(arah naik atau 2,0 dengan pola gelombang

turun) dengan pola

turun) secara sinus dilanjutkan dengan dilanjutkan dengan pola eksponensial pola eksponensial mulai

gelombang sinus

eksponensial mulai

waktu hingga pola

waktu

, kemudian

data kembali seperti

data stabil pada pada

semula

nilai tertentu dengan pola seperti data semula

Data mengalami

Data mengalami

lonjakan 2 kali sebesar

lonjakan

sebanyak kali Data mengalami lonjakan 2

dan

sebesar dan kali sebesar

mulai waktu

dan

, kemudian

mulai waktu

, kemudian , kemudian

mengalami proses

mengalami proses mengalami proses

kenaikan bobot respon

kenaikan bobot kenaikan bobot respon 2,1

(arah naik atau turun)

dengan pola gelombang respon (arah naik dengan pola gelombang

atau turun) secara sinus dilanjutkan dengan

sinus dilanjutkan

eksponensial pola eksponensial mulai

dengan pola

mulai waktu waktu

eksponensial mulai

hingga pola

waktu

data kembali seperti

kemudian data stabil

semula

pada pada nilai tertentu dengan pola seperti data semula

Tabel 4.2. Pengaruh setiap parameter dalam variabel input terhadap pola respon

Variabel

input Pulse

Besarnya

Terlihat sangat

menentukan

jelas (semakin

besar dan lama

besar nilai

semakin Besarnya

tidaknya efek

besar amplitudo menentukan

dari variabel

gelombang, besarnya

input (semakin

sehingga lonjakan pada

besar akan

semakin lama awal mulai

semakin besar

Keberadaan menghilangnya) adanya efek,

efek dan

Step

Terlihat tidak banyaknya

semakin lama

menunjukkan terlalu jelas, parameter

mengalami

adanya pola nilai menentukan

pola

gelombang tidak terlalu banyaknya

exponensial,

sinus dalam berpengaruh lonjakan

sehingga

semakin lama

proses

dalam proses

data menjadi

exponensial exponensial

stabil kembali)

yang semakin

Ramp yang paling

Hampir tidak berpengruh

Sama seperti

lama

terlihat (hampir adalah

pada fungsi

besarnya

amplitudo tidak menunjukkan

yaitu step dan pulse,

gelombang berpengaruh besarnya

tetapi data

pada pola data) lonjakan yang

tidak pernah

semakin

stabil (kembali

kecil

pertama kali

mendekati pada respon,

pada pola data

awal)

nol

sedangkan untuk

yang lain hampir tidak berpengaruh pada pola respon

4.4 Contoh Kasus

4.4.1 Model Intervensi pada Data IHK Kota Surakarta

Contoh kasus yang digunakan adalah data IHK kota Surakarta periode Januari 2000 November 2009 berdasarkan tahun dasar 2007 100. Data terdapat pada Tabel 4.3 dalam lampiran. Plot data disajikan pada Gambar 4.9.

Plot data IHK kota Surakarta

60 Intervensi 3, 4, dan 5 50

waktu

Sumber: Badan Pusat Statistik

Gambar 4.9. Plot data IHK kota Surakarta periode Januari 2000 November 2009 berdasarkan tahun dasar 2007 = 10

Berdasarkan plot data pada Gambar 4.9, terlihat ada intervensi November 2002, Januari 2004, Mei 2005, Oktober 2005, Januari 2006, dan Juni 2008. Intervensi pada November 2002, Januari 2004, Oktober 2005, Januari 2006, Juni 2008 dapat digolongkan dalam itervensi step karena polanya menunjukkan adanya efek intervensi yang permanen setelah waktu intervensi. Intervensi pada Mei 2005 dapat digolongkan dalam itervensi pulse karena polanya menunjukkan adanya efek intervensi yang temporer.

Model deret , yaitu model data sebelum intervensi 1 adalah ARI (1,1), tercantum pada Tabel 4.4. Selanjutnya dilakukan identifikasi orde intervensi pada data. Pada kasus ini, identifikasi orde intervensi akan dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu melalui plot data asli dan melalui residu. Dalam identifikasi ini, orde

untuk semua intervensi.

Orde setiap intervensi dapat diidentifikasi menggunakan plot data asli yang disajikan lebih jelas pada Gambar 4.10 – 4.13. Pada Gambar 4.10 dan 4.11 terlihat data mengalami lonjakan sebanyak satu kali masing-masing pada waktu intervensi 1 dan intervensi 2. Selain itu data terlihat tidak menunjukkan adanya proses eksponensial. Hal ini menunjukkan bahwa orde

dan , sehingga diperoleh jenis intervensi 1 dan 2 adalah step (0, 0, 0). .

nilai

F13 Plot Intervensi 1 pada data IHK kota Surakarta 69.0

Gambar 4.10. Intervensi 1 pada data IHK kota Surakarta Gambar 4.10. Intervensi 1 pada data IHK kota Surakarta

Gambar 4.11. Intervensi 2 pada data IHK kota Surakarta

Pada Gambar 4.12 terlihat data mengalami lonjakan sebanyak satu kali pada waktu intervensi 3, 4, dan 5. Selain itu data terlihat tidak menunjukkan adanya proses eksponensial. Hal ini menunjukkan bahwa orde

dan , sehingga diperoleh jenis intervensi 3, 4, dan 5 masing-masing adalah step (0, 0, 0), step (0, 0, 0), dan pulse (0, 0, 0). Pada Gambar 4.13 terlihat data mengalami lonjakan sebanyak tiga kali pada waktu intervensi 6. Selain itu data terlihat tidak menunjukkan adanya proses eksponensial. Hal ini menunjukkan bahwa orde

dan , sehingga diperoleh jenis intervensi 6 adalah step (0, 0, 2).

nilai F13 Plot Intervensi 3, 4 dan 5 pada data IHK kota Surakarta 92

Gambar 4.12. Intervensi 3, 4 dan 5 pada data IHK kota Surakarta

F13 nilai Intervensi 6 pada data IHK kota Surakarta

Terdapat 3 lonjakan pada awal intervensi, maka

Gambar 4.13. Intervensi 6 pada data IHK kota Surakarta

Metode lain yang digunakan untuk mengidentifikasi orde intervensi adalah menggunakan plot residu. Untuk mendapatkan nilai residu yang digunakan untuk mengidentifikasi orde intervensi, dilakukan pemodelan pada data asli dengan batas waktu berbeda (sesuai kejadian intervensi). Model tersebut disajikan pada

Tabel 4.4 dengan estimasi parameter pada Output 4.1 4.6 dalam lampiran. Dari Output tersebut dihasilkan nilai parameter yang signifikan (

Tabel 4.4. Model data IHK kota Surakarta untuk setiap intervensi p-value

Batas Batas Residu

uji waktu Kenormalan

Model

Sebelum 1.1796 1.7694 >0.15 intervensi 1 Sebelum

Sebelum 0.9691 1.4537 >0.15 intervensi

Sebelum 0.9667 1.4500 >0.15 intervensi 6

Setiap residu model pada Tabel 4.4 memenuhi asumsi kenormalan dan tidak berautokorelasi. Uji kenormalan yang digunakan adalah uji Kolmogorof Smirnov dengan tingkat signifikansi 0.05. Plot probabilitas normal disajikan pada Gambar 4.14 (a-f) dalam lampiran, sedangkan plot autokorelasi disajikan pada Gambar 4.15 (a-f) dalam lampiran. Model tersebut digunakan untuk meramalkan data selanjutnya sampai sebelum terjadinya intervensi yang berikutnya. Dari peramalan yang diperoleh, dicari nilai residunya. Nilai residu ini yang akan digunakan untuk mengidentifikasi orde setiap intervensi sesuai dengan ketentuan.