PERAN KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM KEBAHAGIA

PERAN KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM KEBAHAGIAAN
WANITA LANSIA PASCA GEMPA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Choirul Anam
Ahmad Muhammad Diponegoro
Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan
Abstract
Various services for older people in order to make them live in happiness should keep to
develop. This research tried to find out whether or not role of religious activity on older people’s
life happiness. Religious activity included religious knowledge and religious acts. Life happiness
included affect and satisfaction on life. This research will benefit if it is found proper service in
older people to achieve life happiness.
Sample was randomly obtained from praying groups in five villages and four regencies
and one city of Special Province of Yogyakarta. It was expected to be able to describe condition
in older people at Special Province of Yogyakarta. Using questionnaire and scale delivered
individually, it was obtained data on level activity and religious knowledge and happiness from
131 older women. Quantitative data analysis used canonic correlation, it will be obtained
separated or joint correlation between two independent and dependent variable.
Conclusion of this research was that there was significant role level of activity and
happiness and there was significant roel between religious knowledge level and happiness. As
well as it could be concluded that axctive older women in religious activity were happier than

those that has inactive religious activity.
Keyword: religious activity, religious kwowledge, affect, life happiness, happiness.

Abstrak
Berbagai kegiatan yang bertujuan untuk membuat mereka hidup lebih kebahagiaan
perlu terus dikembangkan. Penelitian ini dilakukan untuk menemukan ada tidaknya peran
aktivitas religius dengan kebahagiaan hidup para lansia. Aktivitas religius mencakup
pengetahuan religius dan perilaku religius. Kebahagiaan hidup mencakup kesejahteraan subjektif
dan kepuasan hidup.
Sampel diambil secara acak yang diperoleh melalui kelompok-kelompok pengajian di
lima desa, empat kabupaten dan satu kotamadya Yogyakarta. Hal ini diharapkan agar
mampu menguraikan kondisi sesungguhnya dari para lansia di Yogyakarta. Penelitian ini
menggunakan daftar pertanyaan dan skala yang diberikan secara individual. Sebanyak 131
wanita lanjut usia terlibat dalam penelitian ini. Analisa data menggunakan korelasi kanonik,
untuk memperoleh korelasi antara dua variabel bebas dan dua variabel tergantung.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya peran penting tingkat aktivitas religius
dengan kebahagiaan. dan juga ada hubungan antara tingkatan pengetahuan religius dengan
kebahagiaan. Dapat disimpulkan bahwa wanita-wanita lansia yang aktif di dalam kegiatan
\ 126[
[


HUMANITAS Vol. 3 No. 2 Agustus 2006

religius ternyata lebih bahagia dibanding mereka yang tidak banyak terlibat dalam aktivitas
religius.
Kata kunci : aktivitas religius, pengetahuan religius, afek positif, kebahagiaan
hidup, dan kebahagiaan.

Pendahuluan
Gempa yang terjadi pada 27 Mei 2006
telah memakan ribuan orang meninggal di
Daerah Istimewa Yogykarta terutama yang
tersebar di Bantul, Sleman dan kota
Yogyakarta. Situasi bencana seperti itu,
pertolongan yang utama terhadap korban
diberikan kepada anak-anak, wanita dan
lansia. Namun sesungguhnya dari ketiga
kategori itu, yang paling tidak mendapat
perhatian adalah lansia. Sedangkan anak-anak
dan wanita biasanya masih memiliki orang

dekat yang dapat memberi pertolongan. Anak
ditolong oleh orang tuanya. Jika wanita muda
ditolong oleh suami atau saudaranya. Bagi
lansia, karena ketuaannya, cenderung tidak
punya saudara, tidak lagi punya suami atau
istri, atau bahkan tidak punya anak lagi. Wanita
lansia menjadi orang yang sangat tidak
diperhatikan, dan tersingkir dalam situasi pasca
bencana.
Partodimulyo (2001) menyebutkan
bahwa Daerah Istimewa Yog yakarta
merupakan daerah dengan penduduk lansia
terbesar di Indonesia, sedangkan terendah
berada di wilayah Irian Jaya. Berdasar data Biro
Pusat Statistik (2002) komposisi penduduk
Daerah Istimewa Yogyakarta didominasi oleh
kelompok usia dewasa yaitu umur 20- 24 tahun
sebesar 10, 39 % dan kelompok umur lanjut
usia yaitu umur 60 tahun ke atas sebesar
14, 52 %. Besarnya proporsi mereka yang

berusia lanjut mengisyaratkan tingginya usia
harapan hidup penduduk DIY.

Seligman (1998; 2002), dalam berbagai
pernyataannya mengemukakan bahwa nilainilai yang terkandung dalam ajaran berbagai
agama merupakan hal yang cukup penting
dalam mengatasi berbagai masalah psikologi,
yaitu dengan cara membangun emosi positif
yang erat hubungannya dengan moral afek. Hal
ini dikuatkan dengan berbagai temuan empiris
(contoh:Emmons dan McCullough, 2003;
Myers, 2000). Nenek moyang bangsa Amerika
khususnya dan bangsa-bangsa lain dahulu
memiliki perabot spiritual untuk duduk dengan
nyaman tatkala mereka mengalami kegagalan,
yaitu kedekatan dengan Tuhan (Seligman,
1998; Seligman, 1999; Seligman &
Csikszentmihalyi, 2000).
Lansia di DIY cukup banyak dan akan
cenderung meningkat di masa depan. Sebagian

besar dari lansia tersebut adalah wanita.
Keluhan-keluhan baik yang berasal dari para
lansia itu sendiri maupun dari keluarga dan
orang yang berusaha memberikan pelayanan,
menandai adanya persolaan yang menyangkut
kebahagiaan hidup mereka. Persoalan ini akan
makin meningkat di masa depan, disebabkan
antara lain oleh jumlah para lansia yang makin
banyak dan kehidupan masyarakat yang
cenderung tidak peduli pada mereka.
Ini membutuhkan banyak perhatian dan
pelayanan bagi kebahagiaan hidup mereka di
akhir usia. Oleh karena itu diperlukan suatu
bentuk dan pola pelayanan yang tepat agar
tujuan tersebut dapat dicapai. Mencari pola dan
bentuk pelayanan yang tepat bagi kebahagiaan

Peran Kegiatan Keagamaan........ (Choiurl Anam, AM. Diponegoro)

\ 127[

[

lansia, terutama wanitanya, dibutuhkan
informasi tentang berbagai sumber yang
berperan dalam menentukan kebahagiaan
hidup para wanita lansia.
Sumber kebahagian dapat berasal dari
berbagai hal, namun banyak peneliitian yang
lalu mengindikasikan pentingnya kegiatan
agama sebagai sumber kebahagiaan hidup para
lansia. Fenomena di Indonesia umumnya, dan
DIY khususnya, kegiatan keagamaan sangat
banyak diminati oleh orang tua. Ini terlihat dari
membanjirnya pengajian-pengajian, dhikir
akbar dan kegiatan lain yang sejenis, termasuk
jamaah masjid umumnya juga didominasi oleh
lansia. Mungkin kegiatan keagamaan inilah,
yang dapat diajukan sebagai bentuk pelayanan
yang tepat bagi para wanita lansia pada masa
pasca gempa.

Saat setelah terjadi gempa, apakah
model kebahagiaan wanita lansia dapat
dijelaskan dari aktivitas keagamaan,
pengetahuan agama wanita lansia? Apakah
pengetahuan agama dan aktivitas keagamaan
wanita lansia berperan terhadap kebahagiaan
wanita lansia ? Apakah ada perbedaan dalam
kebahagiaan antara wanita lansia yang aktif
dalam kegiatan agama dengan wanita lansia
yang kurang aktif dalam kegiatan lain?
Tinjauan Pustaka
Kebahagiaan, Indikator dan Sumbersumbernya
Banyak istilah yang dipergunakan untuk
menggambarkan keadaan bahagia. Kepuasan
(satisfaction) sering dipakai untuk menunjukkan
suatu perasaan senang dan menyenangkan
terhadap sesuatu. Ada yang menggunakan
istilah ini untuk kebahagiaan dalam rumah
tangga, dan untuk mengukur kualitas hidup
(quality life). Rupanya istilah kepuasan, selalu

memiliki arti terbatas dalam suatu hal. Jika
kepuasan itu menyangkut seluruh hidup, maka
disebutnya kepuasan hidup. Bahagia tidak
\ 128[
[

khusus menunjuk kepada dalam hal apa
seseorang itu bahagia. Ini berarti sama dengan
kepuasan hidup, yang artinya menunjukkan
puas dalam semua aspek hidup. Persis seperti
yang dilukiskan oleh David G Myers (1999),
bahwa kebahagiaan itu tidak berkaitan dengan
suatu hal yang spesifik: bahagia merupakan
perasaan gembira atas sesuatu apapun dalam
kehidupannya.
Kebahagiaan menurut Myers (1999)
merupakan bagian dari hidup dan perilaku
sehat, lawan dari gangguan dan kesehatan
mental. Bahagia (happy) sering digambarkan
sebagai kondisi perasaan yang berlawanan

dengan sedih (sad) atau depresi. Orang tidak
mungkin bahagia jika ia mengalami
ketegangan, ada rasa takut, atau mengalami
kecemasan. Kebahagiaan berarti suatu
keadaan perasaan yang terbebas dari emosi
negatif, seperti takut, sedih, cemas dan tegang.
Tidak mungkin ada kebahagiaan jika masih ada
rasa takut, cemas, sedih dan tegang. Bahagia
tidak dapat bercampur dengan emosi negatif.
Hilangnya emosi negatif, akan memunculkan
kebahagiaan. Banyak ahli, diantaranya Baron
dan Byrne (1994), David G Myers (994), David
Sears dkk (1993), menggambarkan kebahagian
sebagai munculnya perasaan positif, karena
seseorang telah bebas dari ketakutan ,
ketegangan, dan kesusahan.
Kesimpulan dari uraian tersebut di atas
adalah bahwa kebahagiaan itu merupakan
tingkat kondisi emosioanl positif yang
dirasakan secara subjektif baik yang

menyangkut dirinya (fisik dan psikis) dan
lingkungan (sosial dan non sosial).
Diener (2000) dan Myers (2000),
menyebut subjective well being sebagai “ilmu
pengetahuan tentang kebahagiaan “ (science of
happiness). Mereka menyatakan bahwa
kebahagiaan adalah evaluasi manusia secara
kognitif dan afektif terhadap kehidupan
mereka. Oleh karena itu, setidaknya
kebahagiaan itu memiliki dua komponen:
HUMANITAS Vol. 3 No. 2 Agustus 2006

kognitif dan afektif. Komponen kognitif
merupakan
pandangan
terhadap
kehidupannya, sehinga disebut juga sebagai
kepuasan hidup. Menurut Diener dan Scollon
(2003) ada dua komponen utama kebahagiaan,
yaitu kepuasan hidup (kognitif) dan afektif.

Terdapat berbagai pendapat mengenai
pengertian kepuasan hidup. Hurlock (1997)
menyatakan bahwa kepuasan hidup adalah
keadaan bahagia dan adanya kepuasan hati.
Keadaan ini menggambarkan adanya
terpenuhinya kebutuhan dan harapan tertentu
individu terpenuhi. Kesesuaian itu dapat
menyangkut prestasi atau dimensi lain dalam
kehidupan ini.
Komponen afeksi, mencakup kondisi
umum dari perasaan (feeling) dan emosi
(emotion). Menurut Myers (2003) afek dapat
dibagi dua, afek positif dan afek negatif. Afek
positif menunjuk pada pengertian bahwa
seseoang merasa bersemangat, aktif, dan
waspada. Afek positif yang tinggi ditandai oleh
energi yang tinggi, penuh konsentrasi dan
kenyamanan; sedangkan afek positif yang
rendah ditandai oleh kesedihan dan keletihan.
Afek, dengan demikian
adalah
gambaran perasaan, suasana hati dan emosi
secara keseluruhan yang menyertai kesadaran
dan bervariasi antara sangat menyenangkan
sampai sangat tidak menyenangkan. Afek yang
menyenangkan sering disebut dengan afek
positif dan afek yang tidak menyenangkan
disebut afek negatif. Afek dalam keadaan
tertentu dapat mempengaruhi individu dalam
memberikan penilaian terhadap kepuasan
hidupnya.
Jenis kelamin merupakan faktor yang
dilihat membawa pengaruh terhadap
kesehatan sekalipun dengan cara yang masih
sulit diketahui. Menurut Pramantara (2001)
ada perubahan yang nyata dalam status
kesehatan usia lanjut berdasarkan jenis
kelamin (gender differences). Perbedaan
tersebut meliputi perbedaan dalam umur

harapan hidup, mortalitas, morbiditas fisik
maupun mental, kondisi kronik dan
keterbatasan serta pengalaman subyektif
terhadap kesehatan.
Banyak data yang menunjukkan adanya
perbedaan umur harapan hidup antara laki- laki
dan perempuan. Hal tersebut tergambar baik
Umur Harapan Hidup Penduduk Amerika
Serikat antara tahun 1900- 1997, maupun di
Indonesia. Agka harapan hidup menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahun dan
perempuan selalu lebih besar daripada angka
harapan hidup laki- laki. Data tentang Umur
Harapan Hidup penduduk di DIY, DKI Jakarta
dan di Indonesia secara keseluruhan dan angka
harapan hidup terlihat perbedaannya antara
kedua jenis kelamin, angka harapan hidup
perempuan lebih besar daripada angka harapan
hidup laki- laki.
Lansia telah mengalami berbagai
pengalaman, baik yang mengenakkan maupun
tidak mengenakkan dan akan mempengaruhi
afeknya sehari- hari. Kehidupan lansia satu
dengan lansia yang lain terdapat keragaman.
Ada yang menikmati masa tua dengan bahagia
dan tetap aktif. Infokes. Com (2000)
mengambil contoh figur Titik Puspa sebagai
lansia yang masih tetap aktif, cantik dan ceria
di usia yang semakin tua. Lansia yang lain
mungkin akan menghadapi masa tua dengan
sakit- sakitan sehing ga meng gang gu
aktivitasnya sehari- hari.
Hung (2003) menyatakan bahwa kondisi
mental dan emosi yang baik berpengaruh
positif pada kesehatan dan kebahagiaan
lansia; jika terserang penyakit maka
penyembuhan akan cepat tercapai. Infokes.
com (2000) juga memberikan resep agar tetap
prima di usia tua adalah dengan tertawa dan
menghindari stres. Tertawa membantu untuk
memandang hidup lebih positif dan memiliki
kemampuan untuk menyembuhkan. Sarafino
(1998) mengemukakan bahwa emosi yang
positif seperti kegembiraan menjadikan

Peran Kegiatan Keagamaan........ (Choiurl Anam, AM. Diponegoro)

\ 129[
[

individu kurang mudah terserang penyakit dan
kalau sakitpun akan sembuh lebih cepat dari
pada yang beremosi negatif.
Sebenarnya penelitian agama dalam
psikologi cukup penting (McCrae, 1999).
American Psychology Assosiation (APA)
mempunyai devisi khusus yang berkaitan
dengan agama. Penelitian agama dan
kesejahteraan subjektif untuk agama-agama
tertentu pernah dilakukan (Diener et al., 1999).
Myers (in press) menyatakan bahwa agamaagama yang bersifat komunal seperti Nasrani,
Yahudi dan Islam berpotensi untuk
meningkatkan kesejahteraan subjektif
individu. Ketiga agama ini mempunyai
kegiatan keagamaan yang mempunyai
kesamaan. Mereka mempunyai tempat ibadah
tertentu dan pada saat-saat tertentu
melakukan acara-acara yang dihadiri oleh
pemeluknya.
Beberapa ajaran lain yang berasal dari
agama-agama tersebut yang berpotensi untuk
meningkatkan kesejahteraan subjektif adalah
kepercayaan akan adanya hidup sesudah mati,
adanya surga dan takdir (segala sesuatu yang
telah ditentukan terhadap seseorang
mempunyai arti yang positif bagi individu
tersebut) (Diener et al., 1999). Agama-agama
ini juga mempunyai kitab suci yang dianggap
sebagai petunjuk untuk hidup secara positif.
Nilai-nilai ajaran agama yang terkandung
dalam berbagai kitab suci menurut Seligman
(1999) berpotensi untuk meningkatkan
kesejahteraan subjektif, karena mengandung
nilai hidup yang positif.
Studi yang dilakukan McCullough et al.
(2000) menemukan bahwa di antara kaum
lelaki hubungan aktivitas keagamaan dan umur
panjang berkorelasi kuat, dan bahkan lebih
kuat pada wanita. Oman dan Reed (1998)
yang meneliti 5286 orang Kalifornia selama
lebih dari 28 tahun menemukan bahwa
individu yang sering menghadiri upacara
peribadatan mempunyai angka kematian
\ 130[
[

kurang dari 36 persen dibanding mereka yang
tidak sering hadir. Dalam penelitian ini umur,
jenis kelamin, suku, dan pendidikan dikontrol.
Kegiatan Keagamaan, Pengetahauan
Agama dan Pengaruhnya.
Suatu agama, di dalamnya pastilah
terdapat kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
para pemeluknya, baik secara bersama
(jamaah) maupun sendiri-sendiri. Kegiatan
semacam itu merupakan bagian ritual dari
suatu agama. Demkianlah juga dalam agama
Islam. Banyak kegiatan agama yang dilakukan
oleh para pemeluknya. Kegiatan ini muncul
sebagai tanda ketaatan bagi pemelukpemeluknya. Sehingga aktivitas keagamaan
merupakan kegiatan yang didasarkan oleh
ajaran-ajaran agama Islam.
Aktivitas bersama merupakan kegiatan
keagamaan yang dilakukan oleh lebih dari satu
orang di suatu tempat dan di antara pelaku ada
saling berhubungan. Dalam sholat misalnya,
ada yang menjadi imam dan ada yang menjadi
makmum. Kegiatan bersama ini misalnya
sholat berjamaah di masjid, di lapangan (pada
waktu Hari Raya), pengajian atau istighosah
dan dhikir. Aktivitas semacam disamping
bersifat terbuka, mudah diketahui, juga mereka
saling mengetahui satu sama lain.
Aktivitas keagamaan dalam Islam ada
bersifat wajib, harus dilakukan oleh setiap
pemeluknya, namun ada juga yang bersifat
anjuran (sunat) saja. Meskipun diwajibkan
oleh agama tetapi tidak jarang pemeluknya
tidak melakukannya. Apalagi aktivitas
keagamaan yang bersifat sunat, pastilah lebih
sering tidak dilakukan oleh pemelukpemeluknya. Misalnya Sholat Lima Waktu
adalah wajib, tetapi tidak semua orang Islam
melakukan aktivitas ini. Jadi, tingkat ketaantan
seseorang terhadap agamanya, terlihat pada
ketaatan untuk melaksanakan kegiatan
kegamaan. Ada tingkatan dalam aktivitas
keagamaan. Telah lama diketahui bahwa suatu
HUMANITAS Vol. 3 No. 2 Agustus 2006

perilaku atau kegiatan berpengaruh terhadap
pelakunya. Disamping memang pelaku
menentukan perilaku, tetapi juga sebaliknya
perilaku mempengaruhi pelakunya. Tidak bisa
ditolak kebenarnya, jika seseorang yang
tadinya tidak suka merokok, akan menjadi
suka merokok jika ia suatu saat merokok.
Myers (1999) menggambarkan secara jelas
bagimana hubungan timbal balik antara sikap
dan perilaku. Sikap memicu perilaku, tetapi
perilakupun mempengaruhi terjadinya
perubahan sikap. Jadi suatu kegiatan agama
memang menandai suatu ketaatan seseorang,
tetapi juga memiliki pengaruh terhadap
kembali kepada si pelaku kegiatan tersebut.
Menurut Diener (1984), kebahagiaan
merupakan hasil samping (by product) kegiatan
seseorang. Kegiatan itu sendiri akan membuat
secara langsung seseorang yang melakukan
kegiatan itu menjadi berbahagia. Maka
menjadi masuk akal studi yang dilakukan
McCullough dkk. (2000) yang menemukan
bahwa ada hubungan yang lebih kuat antara
aktivitas keagamaan dengan umur panjang
pada wanita dibandingkan hubungan itu pada
laki-laki. Oman dan Reed (1998) yang
meneliti 5286 orang Kalifornia selama lebih
dari 28 tahun menemukan bahwa individu yang
sering menghadiri upacara peribadatan
mempunyai angka kematian kurang dari 36
persen dibanding mereka yang tidak sering
hadir. Dalam penelitian ini umur, jenis kelamin,
suku, dan pendidikan dikontrol. Penelitianpenelitian tersebut jelas akan dapat
menunjukkan betapa besar peran kegiatan
keagamaan dalam kebahagiaan hidup
seseorang, terutama wanita.
Pengetahuan ajaran Islam dalam
penelitian ini merupakan pengetahuan tentang
Akhlaqul karimah (Perilaku yang mulia) nabi
Muhammad. Pengetahuan akhlaqul karimah
tentang perilaku lahir dan batin Muhammad
yang harus diteladani individu muslim yang
mengharapkan kehidupan yang bahagia di

dunia dan di akhirat (Diponegoro, 2000).
Pengetahuan ini menjadi pedoman bagaimana
sebaiknya seseorang bersikap dan berperilaku
terhadap seluruh komponen kehidupan ini.
Sehingga isi dari pengetahuan ajaran Islam
adalah mencakup seluruh akhlaqul karimah
Nabi Muhammad mengenai lima dimensi :
akhlaq terhadap Allah, akhlaq terhadap sesama
manusia, akhlaq terhadap diri sendiri, akhlaq
terhadap keluarga, dan akhlaq terhadap
lingkungan.
Banyak penelitian yang dapat
menunjukkan adanya pengaruh pengetahuan
terhadap kebahagiaan seseorang. Diantaranya
Suh dkk (1998) berdasar penelitian mereka,
dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang
mempunyai pengetahuan yang lebih banyak,
lebih berbahagia dibandingkan dengan
mahasiswa mempunyai pengetahuan yang
sedikit. Crocker dkk (2003) menemukan
bahwa skor rendah dalam mata pelajaran di
universitas ternyata berhubungan dengan
ketidakbahagiaan seseorang.
Pengetahuan mengenai agama Islam,
membuat seseorang melihat ke masa lampau
ketika ia masih kecil atau bahkan sebelum itu.
Ini menurut Diponegoro (2004) akan
membuat seseorang merasa bersyukur
terhadap keadaannya sekarang, sehingga akan
mudah untuk bersyukur, dan pada akhirnya
akan merasa puas dan membahagiaakan.
Sesungguhnya telah jelas hubungan
antara aspek kognitif dan afektif. Pengetahuan
agama adalah aspek kogntif, yang tentu
memiliki pengaruh terhadap aspek afeksi
(kebahagiaan). Memang dapat saja
pengaruhnya negatif. Artinya suatu
pengetahuan menjadikan seseorang sedih dan
susah atau tidak bahagia. Tetapi pengetahuan
yang seperti ini pastilah pengetahuan yang
tidak diharapkan dan cenderung tidak
dipedulikan. Lebih umum terjadi bahwa
pengetahuan itu akan memperjelas sesuatu
apalagi jika suatu pengetahuan itu dibutuhkan

Peran Kegiatan Keagamaan........ (Choiurl Anam, AM. Diponegoro)

\ 131[
[

untuk memecahkan suatu masalah yang
sedang dihadapi. Sehingga pengetahuan itu
senderung membuat seseorang menjadi lebih
bahagia. Penelitian Diponegoro (2003)
menemukan peran yang signifikan
pengetahuan ajaran agama Islam dengan
kepuasaan hidup dan kebahagiaan.
Metode Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik purposive random sampling. Terlebih
dahulu dilakukan identifikasi terhadap ciri-ciri
sosiologis populasi, seperti demografi dan
geografis untuk mendapatkan sejumlah desa
atau kalurahan dari tiga kabupaten/kota yang
terkena gempa di DIY. Sejumlah desa yang
telah masuk nominasi akan dirandom untuk
ditentukan lima desa sebagai sampel.
Skala digunakann untuk mengukur
pengtahuan agama, tingkat keaktifan dan
tiangkat kebahagiaan seorang subjek. Hasil
analisis terhadap skala afek, menunjukkan
bahwa 40 butir aitem tersebut ada 25 butir
valid dan 15 butir gugur. Sedang hasil analisis
terhadap 16 aitem skala kepuasan hidup, ada
sembilan butir soal yang sahih, sisanya gugur.
Hasil analisis terhadap skala pengetahuan
agama, menunjukkan bahwa dari 27 butir item,
ada 19 butir valid dan 8 butir gugur. Pada skala
aktivitas keagamaan, hasil analisis nya
menunjukan dari 85 butir aitem tersebut ada
79 butir sahih dan 6 butir lainnya gugur.

Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Ada dua variabel terikat (kepuasan
hidup dan afek) dan dua variabel bebas
(pengetahuan agama dan aktivitas keagamaan)
dalam korelasi ini. Jika diambil jumlah terkecil,
terdapat angka dua yang akan membentuk dua
fungsi kanonik sebagaimana terlihat dalam
tabel 1. Tabel 1. Korelasi kanonik fungsi 1 dan
fungsi 2. Oleh karena ada dua variabel
dependen dan dua variabel independent,
maka jika diambil jumlah terkecil, terdapat
angka dua. Dengan demikian, akan terbentuk
dua CANONICAL FUNCTION. Dua
CANONICAL FUNCTION terlihat pada
bagian ROOT NO, dengan angka korelasi
kanonik (CANON COR) untuk Function 1
adalah 0,778 dan untuk function 2 adalah
0,117.
Terlihat angka signifikan (SIG OF F)
untuk ketiga prosedur semuanya di bawah
0,05 (yakni 0,00, 0,00 dan 0,00). Dengan
demikian, jika digabung secara bersama-sama,
canonical function 1 dan canonical function 2
akan signifikan dan bisa diproses lebih lanjut.
ada perbedaan antara pengujian individu dan
bersama (kolektif). Untuk itu, bisa dilihat pada
angka CANONICAL CORRELATION yang
ada di table pertama, dengan angka : function
1 adalah 0,778 dan function 2 adalah 0,117.
Dengan batas angka 0,5 untuk kekuatan
korelasi dua variable, maka function 2
mempunyai angka korelasi kenonik yang

Tabel 1. Eigenvalues and Canonical Correlations
Root No. Eigenvalue

\ 132[
[

Pct.

Cum. Pct

Cannon Cor

Sg. Cor

1

1,530

99,104

99,104

0,778

0,605

2

0,014

00,896

100,000

0,117

0,014

HUMANITAS Vol. 3 No. 2 Agustus 2006

Tabel 2. Dimension Reduction Analysis
Roots

Wilks L

F Hypoth

DF

Error DF

1 TO 2

,38983

38,20303

4,00

254,00

,00

2 TO 2

,98636

1,77029

1,00

128,00

,186

rendah sehingga bisa dikeluarkan untuk
analisis selanjutnya. Dengan demikian, hanya
function 1 yang akan dianalisis lebih lanjut,
karena selain signifikan secara individu dan
bersama-sama, juga mempunyai angka korelasi
kanonik yang tinggi.
Setelah diketahui Canonical Function 1
signifikan, langkah selanjutnya adalah
melakukan interpretasi terhadap hasil
Canonical Variates yang ada pada function 1
tersebut. Canonical Variates adalah kumpulan
dari beberapa variabel yang membentuk
sebuah variat. Dalam kasus ini, ada dua
canonical variates, yakni dependen canonical
variates kepuasan hidup dan afek, serta
independent canonical variates, yang berisi
sepuluh variable independent (pengetahuan
agama dan aktivitas keagamaan).
Memang ada hubungan yang signifikan
antara dependent variates dengan independent
variates. Atau, pengetahuan agama dan
aktivitas keagamaan memang berkorelasi
secara bersama-sama dengan kepuasan dan
afek atau kebahagiaan yang dimiliki wanita
lansia (kedua variabel independent). Semakin
tinggi kegiataan keagamaan (pengetahuan
agama dan aktivitas keagamaan), semakin
tinggi pula kebahagiaan (kepuasan hidup dan
afeknya). Sehingga hipotesis-hipotesis dalam
penenlitian ini diterima.
Pembahasan
Pengembangan kajian-kajian psikologi
positif untuk meningkatkan kepuasan hidup
dan afek individu banyak mengambil dari

Sig of F

ajaran-ajaran agama besar dunia, seperti Islam,
Nasrani, Yahudi, Budha, dan Hindu (Emmons
dan McCullough, 2003; Tsang et al., 2004 ).
Emosi positif yang sekarang ini sedang
dikembangkan sebagai bagian dari psikologi
positif cukup banyak, seperti rasa takjub (awe),
elevasi (elevation), maaf, perhatian, kasih
sayang (mercy), dan terima kasih (gratitude;
syukur) (Watkins, 2004 ). Emosi-emosi
tersebut sebagai variabel psikologis jarang
dikaji dalam psikologi beberapa dasawarsa
yang lalu, tetapi sekarang menjadi kajian
penting di kalangan ahli psikologi pada akhir
abad 20 dan awal abad 21, terutama yang
termasuk sebagai anggota kelompok gerakan
psikologi positif. Contoh penelitian emosi
positif dalam psikologi positif tentang
kekaguman dan ketakjuban. Kekaguman
terhadap ciptaan Tuhan dapat meningkatkan
kebahagiaan individu melalui munculnya rasa
lapang (dilation) dan merangsang aktivitas akal
budi manusia. Agama Islam merupakan salah
satu agama yang diakui mengandung di
dalamnya emosi positif tentang kekaguman
dan ketakjuban (Haidt, 2003).
Individu yang memiliki nilai hidup yang
positif, akan mampu memuaskan kebutuhan
dasar (basic needs) dengan cara mengatur tujuan
hidup. Misalnya dengan melakukan
perbandingan ke bawah (downward comparison),
atau menikmati aktivitas yang ia lakukan yaitu
dengan melakukan aktivitas yang sesuai
dengan kemampuannya (flow). Manfaat yang
diperoleh individu di antaranya pemberian rasa
tenang tatkala mengingat Allah, khusus

Peran Kegiatan Keagamaan........ (Choiurl Anam, AM. Diponegoro)

\ 133[
[

mengenai ibadah berjamaah, dapat diperoleh
dukungan sosial dan rasa senang.
Kesejahteraan yang diperoleh dari aktivitas
keagamaan tidak memerlukan biaya yang
terlalu banyak. Menurut eksperimen yang
dilakukan Nozick, umumnya individu lebih
senang memperoleh kebahagiaan dari sesuatu
yang diusahakan dengan kekuatan, bukan yang
artifisial, seperti dengan Napza (Diener dan
Scollon, 2003). Semakin aktif individu
melakukan aktivitas agama, semakin tinggi
kepuasan hidup dan afeknya, dan semakin
panjang umurnya. (Comstock, 1999).
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kendler et al. (2003) bahwa
aktivitas keagamaan berpengaruh positif
terhadap kepuasan hidup dan afek. Hasil
penelitian ini secara otomatis mendukung
hipotesis yang menyatakan terdapat peran
pengetahuan agama dan aktivitas keagamaan
terhadap kepuasan hidup dan afek secara
bersama-sama (kebahagiaan).
Dalam komunitas yang mempunyai
kepercayaan yang sama, bahan pembicaraan
dapat menjadi lebih intim dan dukungan
sosialpun dapat lebih besar (Myers, 2003).
Argyle dan Lu (dalam Argyle, 2001) yang
menggunakan faktor analisis menemukan
bahwa aktivitas-aktivitas bersama individu
lain dapat menumbuhkan afek positif. Argyle
menemukan pula bahwa hubungan sosial yang
paling sering meningkatkan afek adalah
tersenyum dan nada suara yang bersahabat.
Menjadi mudah dipahami bila wanita lansia
yang aktif dalam kegiatan keagamaan akan
lebih bahagia dibandingkan dengan wanita
lansia yang tidak aktif dalam kegiatan
keagamaan.
Kesimpulan
a. Tingkat aktivitas keagamaan memiliki
peran yang signifikan dalam meningkatkan
hidup kebahagiaan wanita lansia pada
masa pasca bencana. Semakin tinggi
\ 134[
[

aktivitas keagamaan, maka akan membuat
semakin bahagia wanita lansia.
b. Tingkat pengetahuan agama memiliki
peran yang signifikan dalam meningkatkan
kebahagiaan hidup wanita lansia. Semakin
tinggi pengetahuan agama wanita lansia,
semakin tinggi pula kebahagiaan mereka.
c. Tingkat aktivitas keagamaan dan
pengetahuan agama memberikan andil
dalam kebahagiaan hidup wanita lansia.
Secara bersama, aktivitas kegamaan dan
pengetahuan agama yang semakin tinggi,
akan membuat kebahagiaan para wanita
lansia semakin tinggi pula. Para wanita
lansia yang aktif, memiliki kebahagiaan
yang lebih tinggi dari pada pra wanita yang
kurang aktif.
Daftar Pustaka
Argyle, M. (2001). The Psychology of Happiness.
New York: Taylor & Francis.
Boedhi-Darmodjo R. (1994). Sifat dan Pola
Penyakit pada Golongan Lanjut usia.
Dalam Boedhi-Darmodjo, R., Martono,
H.dan Pranarka, K.(eds.) Simposium
Geatri untuk Meneganatar Purna
Bhakti Prof. Dr. R. Boedhi Darmodjo.
Semarang: Fakultas Kedokteran
UNDIP.
_______,. (2001). Problema Kesehatan Para
Lanjut Usia Di Indonesia. dalam
Rochmah, W., Pramantara, I Putu D.
dan Probosuseno (eds.) Makalah
Seminar: Successful Aging. Jogja Aging
Center (JAC). Jogyakarta: MEDIKA
Fakultas Kedokteran UGM.
BPS. (1997). Estimasi Fertilitas, Mortalitas dan
Migrasi: Hasil Survei Penduduk Antar
Sensus (SUPAS) 1995. Jakarta: Biro
Pusat Statistik.
BPS. (2002). Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam
Angka. Yog yakarta: Biro Pusat
Statistik.
HUMANITAS Vol. 3 No. 2 Agustus 2006

Cloninger, S.S. (1996). Personality: Description,
Dynamics and Development. New York:
Freeman and Company.
Crocker, J., Quinn, D.M., Karpinski, A., &
Chase, S.K. (2003). When Grades
determine self-worth: Consequences
of contingent welf-worth for male and
female engineering and psychology
majors. Journal of Personality and Social
Psychology, 85, 507-516.
Danner, D. D., Snowdon, D.A. dan Friesen, W.V.
(2001). Positive Emotion in Early Life
and Longevity: Findings From the Nun
Study. Journal of Personality and Social
Psychology. Vol. 80, No. 5, 804- 813.
Diener, E. (2000). Subjective well-being: The
science of happiness and a proposal for
a national index. American
Psychologist, 55, 34-43.
Diponegoro, M. (2000). Manajemen
Pengetahuan dan Modal Sosial dalam
Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Psikologika, 9, 17-20.

Kehidupan (Edisi Kelima). Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Infokes.com. (2003). Tetap Prima Di Usia Senja.
Tang gal akses 13 September
2003.http://www.infokes.com/today/
artikelview.html?item_ID=187 &
topic=usia lanjut
McCullough, M.E., David B., Larson, D.B.,
William T., Hoyt, W.T., Koenig, H.G.,
& Thoresen. C. E. (2000). Religious
Involvement and Mortality: A MetaAnalytic Review, Health Psychology, 19,
211-222.
Monks, F.J., Knoers, A.M.P., dan Haditono, S.R.
(1992). Psikologi Perkembangan : Pengantar
dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Myers, D.G. (2000). Funds, friends, and faith
of happy people. American Psychologist,
55, 56-67
Myers, D.G. (2003). Social Psychology. Boston:
McGraw-Hill.

———————, (2004). Peran Nilai Ajaran
Islam Dalam Kesejahteraan Subjektif
Remaja, Disertasi, UGM..

Oman, D. & Reed, D. (1998). Religion and
mortality among the communitydwelling elderly. American Journal of
Public Health, 88, 1469-1475.

Diener, E. & Scollon, C. (2003). Subjective
well being is desirable, but not the
summun bonum. Paper delivered at the
University
of
Minnesota
interdisciplinary Workshop on Well-Being,
October 23 - 25, 2003, Minneapolis.

Partodimulyo, S. (2001). Prospek Rumah Sakit
Lansia Di Indonesia. dalam Rochmah,
W., Pramantara, I Putu D. dan
Probosuseno (eds.) Makalah Seminar:
Succesfull Aging. Jogyakarta: MEDIKA
Fakultas Kedokteran UGM.

Feldman, R.S. (1999). Understanding Psychology.
Fifth- edition. McGraw- Hill
Companies Inc.

Pramantara, I. P. D. (2001). Kesehatan Pada
Usia Lanjut. dalam Rochmah, W.,
Pramantara, I Putu D. dan Probosuseno
(eds.) Makalah Seminar: Succesfull Aging.
Jog yakarta: MEDIKA Fakultas
Kedokteran UGM.

Ferdinand, A. (2000). Structural Equation
Modelling Dalam Penelitian Manajemen.
Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Hurlock, E.B. (1993). Psikologi Perkembangan :
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Sarafino, E. P. (1998). Health PsychologyBiopsychosocial Interactions. third edition.
John Wiley & Sons, Inc.

Peran Kegiatan Keagamaan........ (Choiurl Anam, AM. Diponegoro)

\ 135[
[

Sears. D. (1995). Psikologi Sosial . Terjemahan,
Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Suh, E., Diener, E., Oishi, S., & Triandis, H. C.
(1998). The shifting basis of life
satisfaction judgments across cultures:
Emotions versus norms. Journal of
Personality and Social Psychology, 74, 482-493.
Turner, B. S. (2000). The History of The
Changing Concept of Health and
Illness: Outline of A General Model
of Ilness Categories. dalam Albrecht,
G.L, Fitzpatrick, R. dan Scrimshaw, S.S.
(eds.). Handbook of Social Studies in
Health and Medicine. London, California,
New Delhi: Sage Publications, Ltd.

\ 136[
[

HUMANITAS Vol. 3 No. 2 Agustus 2006