74112281 Skripsi Penelitian Tindakan Kelas PTK Metode Eksperimen SMP

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada proses belajar mengajar, khususnya pelajaran kimia diharapkan tidak hanya memberikan kemampuan supaya siswa dapat memecahkan soal-soal kimia, tetapi secara konkrit dapat membentuk cara berpikir kritis, logis dapat memecahkan masalah dengan kreatif dan inovatif. Pelajaran kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan SMP dan SMA di Indonesia. Kimia merupakan bagian dari sains yang mempelajari fenomena dan gejala alam secara empiris, logis, sistematis dan rasional yang melibatkan proses dan sikap ilmiah. Ketika belajar kimia, siswa akan dikenalkan tentang produk kimia berupa materi, konsep, asas, teori, prinsip dan hukum-hukum kimia. Siswa juga akan diajarkan untuk bereksperimen di dalam laboratorium atau di luar laboratorium sebagai proses ilmiah untuk memahami berbagai materi pembelajaran dalam kimia. Hal yang juga dikembangkan selama berlangsungnya proses belajar mengajar kimia adalah sikap ilmiah seperti

jujur, obyektif, rasional, skeptis 1 , kritis, dan sebagainya. Selama ini, antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran kimia di

sekolah tidak seperti mengikuti pelajaran lainnya. Bagi siswa, konsep dan prinsip kimia menjadi sulit dipahami dan dicerna oleh kebanyakan mereka. Hal ini berdampak pada rendahnya minat siswa untuk belajar kimia. Masalah ini merupakan salah satu masalah klasik yang kerap dijumpai oleh para guru kimia di sekolah. Ditambah pula kebiasaan guru yang lebih

1 Skeptis merupakan sikap keragu-raguan yang dimiliki seseorang. Tetapi skeptis disini bukan sikap yang hanya pasrah pada keraguan tersebut. Skeptis yang dimaksud disini merupakan

suatu upaya yang dilakukan untuk melihat sesuatu secara menyeluruh sampai mendalam sehingga kita dapat berpikir untuk memperoleh pengetahuan dari hal itu. Seperti halnya yang dilakukan oleh Descartes, dia menggunakan paham skeptisme hanya sebagai sebuah metode (skeptisme metodologis). Lihat : Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta : Tiara Wacana, 1996), hlm. 151.

sibuk memfokuskan pada siswa dengan rumus-rumus yang tidak mudah dipahami. Sains yang sebenarnya bisa dieksplorasi dari keseharian anak- anak, malah menjadi semakin berjarak dan tidak menarik. Dengan hal ini siswa masih enggan untuk senantiasa mempelajari sains secara konsisten, sehingga penguasaan sains pada diri siswa di Indonesia masih kurang. Ini juga senada dengan riset yang dilakukan oleh Programme of International Students Assessment pada acara Science Competencies for Tommorow’s World bulan Desember 2007 yang menjelaskan kondisi siswa Indonesia

pada usia 15 tahun (SMP) yang dibedakan menjadi 5 level. 2 Siswa di Indonesia pada level 1 (siswa yang mempunyai pengetahuan sains

terbatas) terdapat 61,1%, level 2 (siswa yang bisa melakukan penelitian sederhana) 27,5%, level 3 (siswa yang mampu mengidentifikasi masalah- masalah ilmiah) 9,5%, level 4 (siswa yang dapat memanfaatkan sains dalam kehidupan) 1,4%. Bahkan siswa Indonesia belum ada sama sekali yang menembus level tertinggi, dimana siswa mampu mengidentifikasi, menjelaskan, serta mengaplikasikan pengetahuan dan sains dalam berbagai situasi kehidupan yang kompleks secara konsisten.

Ketidaksukaan pada pelajaran kimia, dapat berdampak pula pada sikap siswa terhadap guru kimianya. Tidak sedikit guru kimia yang kurang mendapat simpati dari para muridnya karena ketidakberhasilan siswa dalam belajar kimia. Nilai yang jelek dalam tes formatif dan sumatif kimia menempatkan guru sebagai penyebab kegagalan di mata siswa dan orang tua. Sikap siswa akan sangat berbeda pada guru kesenian atau olah raga misalnya, pelajaran yang menjadi favorit bagi kebanyakan siswa. Untuk itu, guru perlu menerapkan metode-metode pembelajaran yang dapat menghasilkan belajar yang efektif, yaitu menyenangkan dan bermakna, sehingga ketidaksukaan siswa pada pelajaran kimia dapat direduksi perlahan-lahan.

2 Ester Lince Napitupulu, Belajar Sains Jadi Asyik dan Menyenangkan, Kompas , edisi 23

Tidak ada satu metode pembelajaran yang cocok untuk semua pembelajaran. 3 Hal senada juga dikemukakan oleh Nasution, bahwa tiap

jenis belajar menginginkan cara belajar dan metode yang khas. 4 Tidak ada satu metode pembelajaran yang serasi bagi semua jenis belajar. Metode

pembelajaran yang efektif untuk mencapai tujuan tertentu tergantung pada kondisi masing-masing unsur yang terlibat dalam proses belajar mengajar secara faktual. Mungkin untuk satu program pembelajaran pada suatu saat dipandang lebih efektif penyampaiannya dengan metode ceramah, pada saat lain mungkin diskusi kelompok, dan pada saat lain mungkin tanya jawab.

Penggunaan metode pembelajaran yang tepat, yang bersifat mengajak akan memberi kesempatan pada siswa untuk berperan aktif dalam proses belajar mengajar sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Ketepatan penggunaan metode pembelajaran tersebut sangat bergantung pada tujuan dan isi proses belajar mengajar dan

kegiatan mengajar. 5 Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa

pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai nara sumber utama pengetahuan, kemudian ekspositori menjadi pilihan utama metode pembelajaran. Pandangan tersebut harus diubah, untuk itu diperlukan metode pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa yaitu metode pembelajaran yang mengharuskan siswa tidak menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah metode pembelajaran yang mendorong siswa

mengkonstrusikan pengetahuan di benak mereka sendiri. 6 Melalui

3 Dra. Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), hlm, 2.

4 Prof. Dr. S. Nasution, Teknologi Pendidikan, (Bandung : Jemmars, 1982), hlm. 64.

5 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1989), hlm. 76.

6 Anita Lie, Coopertaive Learning, (Jakarta: Grasindo, 2004), hlm. 3.

pembelajaran eksperimen dipromosikan menjadi alternatif dari pemecahan masalah tersebut, siswa diharapkan belajar melalui mengalami, bukan menghafal.

landasan 7 konstruktivisme, metode

Metode pembelajaran eksperimen merupakan metode pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai subyek yang aktif. 8 Metode

pembelajaran eksperimen melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, logis, analitis, kritis melalui eksperimen.

Metode pembelajaran eksperimen memang lebih mudah diterapkan pada siswa SMP. Pada usia ini siswa lebih condong untuk mencari tahu apa yang belum mereka ketahui. Karena mempunyai rasa keingintahuan dan daya fantasi yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh masa transisi kedewasaan yang melekat pada diri mereka sehingga hal ini terjadi. Tetapi terkadang, beberapa sekolah kurang memperhatikan hal tersebut. Tak jarang beberapa sekolah tidak pernah mengadakan kegiatan praktikum yang terapkan pada kegiatan belajar di sekolah. Di lain pihak, memang sarana dan prasarana sekolah yang kurang terpenuhi. Tetapi terkadang guru juga masih enggan menggunakan metode tersebut lantaran malas untuk mempersiapkan bahan ajar.

Pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru-guru kimia di SMPI al-Azhar 14 Semarang menunjukkan kecenderungan masih berorientasinya proses pembelajaran pada materi yang ada pada buku teks. Apalagi pelajaran kimia ini baru diterapkan pada kurikulum SMP semenjak kurikulum 2006. Adanya

kecenderungan mempertahankan dan membangkitkan

7 Landasan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan

merevisinya apabila aturan-aturan tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan mendapatkan menerapkan pengetahuan, merek aharus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha susah payah dengan menggunakan ide-ide. Lihat : Trianto, M.Pd., Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik; Konsep, Landasan Teoris-Praktis dan Implikasinya, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 13.

8 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasisi Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 8 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasisi Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,

Berikut ini data nilai siswa kelas VII pada mid semester sebelum penelitian. Data tersebut sebelum diadakan remidi bagi yang belum tuntas KKM. Tabel 1.1. Nilai Mid Semester Mata Pelajaran Sains Kimia Sebelum Penelitian

Hasil Prestasi Belajar

Tuntas

Jumlah KKM No Kelas

Rata- siswa Terendah Tertinggi

Sebelum rata Remidi

27 21 76 47,0 3,7% Ket . Tuntas KKM yang ditetapkan sekolah 70 Beranjak dari hasil prestasi belajar yang sangat rendah di atas maka peneliti berusaha mencari inovasi menggunakan metode pembelajaran yang dapat memotivasi belajar siswa agar dapat meningkatkan hasil prestasi belajarnya.

4 VII - D

Dengan penggunaan metode pembelajaran eksperimen lebih khusus pada materi pembelajaran reaksi kimia diharapkan dapat menghasilkan sebuah perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan dari hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya baik mengenai sikap, keterampilan dan pengetahuan, serta prestasi belajar siswa dapat meningkat sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah. Karena pada materi pembelajaran reaksi kimia mempunyai tujuan agar siswa mampu memahami berbagai sifat dalam perubahan kimia, sehingga metode pembelajaran eksperimen diharapkan mampu membantu siswa dalam memahami konsep reaksi kimia dalam kehidupan sehari-hari.

B. Identifikasi Masalah

Masalah yang timbul dalam penelitian ini teridentifikasi sebagai berikut.

1. Penerapan metode pembelajaran terkadang tidak sesuai dengan materi pembelajaran yang akan diajarkan;

2. Partisipasi dan adaptasi dari siswa dalam proses pembelajaran masih kurang;

3. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran masih belum optimal, terutama menyangkut tugas yang harus dilaksanakan;

4. Guru masih enggan untuk menggunakan metode pembelajaran yang dirasa terlalu merepotkan guru;

5. Penggunaan metode pembelajaran yang dilakukan guru kurang variatif;

C. Pembatasan Istilah

Agar diperoleh pengertian dan pemikiran yang sama, penulis perlu menegaskan beberapa istilah atau pengertian dalam judul skripsi ini. Adapun pengertian yang perlu penulis jelaskan sebagai berikut :

1. Efektivitas

Kata efektivitas berasal dari kata efektif yang artinya keadaan berpengaruh, keberhasilan (tentang usaha, tindakan). Efektivitas menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha dikatakan efektif apabila usaha itu mencapai tujuannya. Adapun yang dimaksud efektivitas dalam penelitian ini adalah keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran eksperimen pada mata pelajaran kimia materi pembelajaran reaksi kimia pada siswa kelas VII SMPI al-Azhar 14 Semarang. Indikator keberhasilannya dapat dilihat dari prestasi belajar kimia siswa yang diperoleh setelah pembelajaran menggunakan metode pembelajaran eksperimen. Selain prestasi belajar, efektivitas penggunaan metode pembelajaran eksperimen ini juga dilihat dari aktivitas siswa selama pembelajaran.

2. Metode Pembelajaran Eksperimen

Menurut Akhmad Sudrajat, method is a way in achieving something. 9 Jadi metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang

digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) percobaan/ laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.

Eksperimen atau percobaan merupakan suatu tuntutan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar menghasilkan suatu produk yang dapat dinikmati masyarakat. Eksperimen dilakukan orang untuk mengetahui kebenaran suatu gejala dan dapat menguji dan mengembangkannya menjadi suatu teori. Kegiatan eksperimen yang dilakukan siswa sekolah dasar merupakan kesempatan memiliki yang dapat mendorong siswa mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, berpikir ilmiah dan rasional serta mengembangkan pengalamannya di masa mendatang.

Metode pembelajaran eksperimen diartikan sebagai cara pembelajaran yang melibatkan siswa dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil eksperimen itu. Karena siswa belum mengetahui teori dari suatu permasalahan, maka harus melakukan kegiatan mengkaji, menyelidiki, menyusun hipotesis, mencoba, menemukan secara induktif, merumuskan, memeriksa, dan membuat simpulan tentang objek.

3. Prestasi Belajar

Prestasi belajar diartikan sebagai penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya

9 Akhmad Sudrajat, 2008, /artikel online/, Metode Pembelajaran, , 9 Akhmad Sudrajat, 2008, /artikel online/, Metode Pembelajaran, ,

siswa kelas VII semester I SMPI al-Azhar 14 Semarang Tahun Pelajaran 2008/2009 pokok bahasan reaksi kimia yang dilihat dari hasil post-tes. Sedangkan prestasi belajar afektif dan psikomotor dilihat dari aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran.

4. Kimia

Kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (sains) yang mempelajari tentang sifat, struktur materi, komposisi materi, perubahan, dan energi yang menyertai perubahan materi. 11 Kimia tidak

dapat dipandang sebagai pusat ilmu pengetahuan, sebab kimia merupakan bagian ilmu pengetahuan (sains) yang bersinggungan dengan biologi dan fisika, bahkan dengan geografi fisik.

5. Reaksi Kimia

Reaksi kimia adalah tindakan yang terjadi pada perubahan kimia, yaitu perubahan materi yang menyangkut struktur dalam molekul suatu zat. Dalam reaksi kimia sifat zat yang bereaksi berubah, demikian pula terjadi perubahan tenaga, misalnya kalor akan diserap dan dibebaskan. Reaksi kimia secara sederhana adalah perubahan yang terjadi pada suatu zat apabila direaksikan atau dicampurkan dengan zat lain.

D. Perumusan Masalah

1. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut : “Apakah penggunaan metode pembelajaran eksperimen efektif sebagai

metode pembelajaran kimia materi pembelajaran reaksi kimia pada siswa kelas VII SMPI al- Azhar 14 Semarang ?”

10 Tirtonegoro Sutratinah, Anak Supernormal dan Program Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1984), hlm. 43.

11 Unggul Sudarmo, Kimia untuk SMA Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2004), hlm. 2.

2. Bentuk Tindakan untuk Memecahkan Masalah

Bentuk tindakan untuk memecahkan masalahnya adalah dengan menerapkan metode pembelajaran eksperimen pada siswa kelas VII-A SMPI al-Azhar 14 Semarang pada materi pembelajaran reaksi kimia.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan, sebagai berikut. Bagi Siswa SMPI al-Azhar 14 Semarang:

a. kompetensi siswa di bidang kimia, khususnya pada materi pembelajaran reaksi kimia dapat dicapai;

b. hasil belajar siswa kelas VII-A SMPI al-Azhar 14 Semarang dalam mata pelajaran kimia khususnya materi pembelajaran reaksi kimia dapat meningkat;

c. penerapan metode pembelajaran eksperimen dapat dikembangkan atau diterapkan pada siswa kelas-kelas yang lain.

Bagi Guru SMPI al-Azhar 14 Semarang:

a. adanya inovasi metode pembelajaran kimia dari dan oleh guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar;

b. merupakan sumbangan pemikiran dan pengabdian guru dalam turut serta mencerdaskan kehidupan anak bangsa melalui profesi yang ditekuninya;

c. adanya penelitian ini maka terjalin kerjasama atau kolaborasi sesama guru pelajaran kimia di SMPI al-Azhar 14 Semarang;

d. adanya kesadaran dan motivasi bagi guru agar dapat mengembangkan kualitas dalam pembelajaran.

Bagi Pihak SMPI al-Azhar 14 Semarang:

a. melalui peningkatan kualitas pembelajaran SMPI al-Azhar 14 Semarang maka diharapkan dapat meningkatkan peringkat SMPI al-Azhar 14 Semarang.

BAB II IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN PADA MATERI PEMBELAJARAN REAKSI KIMIA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA

A. Landasan Teori

1. Belajar dan Mengajar

Secara umum Roestiyah mengartikan belajar sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. 12

Belajar juga dapat diartikan berusaha memperoleh kepandaian/ilmu, berlatih, atau berubahnya tingkah laku/tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Selain itu beberapa tokoh juga mendefinisikan belajar itu sendiri, seperti Ernest R. Hilgard. Pada bukunya yang berjudul Theories of Learning, menjelaskan definisi belajar sebagai berikut :

“Learning is the process by which an activity originates or is changed through training procedures (whether is the laboratory or

in the natural environment) as distinguished from changes by

factors not attribute to training” Pada definisi di atas dijelaskan bahwa belajar berhubungan dengan

perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).

Gagne juga menjelaskan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum mengalami

12 Dra. Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001)., hlm. 14. 13 Drs. H. Abu Ahmadi, Cara Belajar yang Mandiri dan Sukses, (Solo : CV. Aneka, 1993),

hlm. 20.

situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi seperti tadi. 14 Sedangkan Morgan, mengemukakan belajar sebagai setiap perubahan

yang relatif permanen dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Serta Witherington mengartikan belajar sebagai suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.

Selain itu, belajar juga diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada hati (jiwa) pelajar berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki menuju perubahan baru. 15 Dari beberapa pengertian tersebut, dapat

diartikan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang berlangsung terus-menerus (pengalaman) sehingga menyamgkut aspek fisik maupun psikis, seperti pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan atau sikap.

Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar antara lain: 16

a. Perubahan terjadi secara sadar Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia akan merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

b. Perubahan dalam belajar Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi pada diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan tidak statis. Perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

14 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 84.

15 Sholeh Abdul Azis dan Abdul Azis Abdul Mazid, Tarbiyah wa Turuqit Tadris, (Mesir: Darul Ma’arif, 1979), hlm. 169. 16

Drs. Eko Nuryanto Mardisusanto, Penelitian Tindakan Kelas; Peningkatan Prestasi Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA N 5 Semarang dengan Pendekatan Pembelajaran Berganti Pasangan dalam Kelompok pada Pelajaran Kimia Materi Hidrokarbon, (Semarang: SMA 5 Semarang, 2007), hlm.7 Drs. Eko Nuryanto Mardisusanto, Penelitian Tindakan Kelas; Peningkatan Prestasi Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA N 5 Semarang dengan Pendekatan Pembelajaran Berganti Pasangan dalam Kelompok pada Pelajaran Kimia Materi Hidrokarbon, (Semarang: SMA 5 Semarang, 2007), hlm.7

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan tingkah laku yang terjadi setelah belajar bersifat tetap dan permanen

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai . Perubahan belajar terarah kepada perubahan yang benar –benar disadari.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Jika seorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh pada sikap, keterampilan dan pengetahuan .

Belajar merupakan tindakan dan perilaku yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dapat dialami oleh siswa sendiri. Bila siswa belajar, maka akan terjadi perubahan mental, di samping itu juga terjadi

perubahan jasmani pada diri siswa. 17 Perkembangan mental siswa dapat terjadi bila; Pertama, pertumbuhan jasmani telah siap (sebagai ilustrasi,

perkembangan berbahasa terjadi setelah alat-alat berbicara dan berpikir siap berfungsi). Kedua, individu belajar, baik atas dorongan sendiri ataupun dorongan dari lingkungan sekitar. Dari sisi perkembangan individu, perkembangan mental dengan belajar bersifat mendorong (sebagai ilustrasi, siswa kelas X SMA yang mendapatkan nilai sedang pada mata pelajaran kimia. Semula ia segan belajar kimia karena mata pelajaran kimia sangat sulit. Setelah ia mendapatkan penjelasan bahwa kimia sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari dan untuk belajar di perguruan tinggi, siswa tersebut bersemangat dalam belajar kimia. Nilai

17 Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta : Departemen 17 Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta : Departemen

Pengertian mengajar secara sederhana adalah upaya menyampaikan bahan pelajaran pada siswa. Mengajar dalam arti luas adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah

dirumuskan. 18 Dengan demikian pembelajaran (proses belajar-mengajar) merupakan usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang

mengoptimalkan kegiatan belajar. Adapun prinsip-prinsip umum yang harus dijadikan pegangan guru

dalam melakukan pembelajaran adalah sebagai berikut. 19

a. Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa. Apa yang telah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahan yang akan diajarkan. Oleh karena itu, tingkat kemampuan siswa sebelum pembelajaran berlangsung harus diketahui guru. Tingkat kemampuan semacam ini disebut entry behavior. Entry behavior dapat diketahui diantaranya dengan melakukan pre test. Hal ini sangat penting agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.

b. Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis. Bahan pelajaran yang bersifat praktis berhubungan dengan situasi kehidupan. Hal ini dapat menarik minat, sekaligus dapat memotivasi belajar.

c. Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa. Ada perbedaan individual dalam kesanggupan belajar. Setiap individu mempunyai kemampuan potensial seperti bakat dan inteligensi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Apa yang dapat dipelajari seseorang secara tepat, mungkin tidak dapat dilakukan oleh orang lain dengan cara yang sama. Oleh karena itu, mengajar harus memperhatikan perbedaan tingkat kemampuan masing-masing siswa.

18 Drs. H. Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002), hlm. 12.

19 Dr. Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 7.

d. Kesiapan (readliness) dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar. Kesiapan adalah kapasitas (kemampuan potensial) baik secara fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu. Apabila siswa siap untuk melakukan pembelajaran, hasil belajar dapat diperoleh dengan baik. Sebaliknya bila tidak siap, tidak akan diperoleh hasil yang baik. Oleh karena itu, pembelajaran dilakukan kalau individu mempunyai kesiapan.

e. Tujuan pembelajaran harus diketahui siswa. Tujuan pembelajaran merupakan rumusan tentang perubahan perilaku apa yang diperoleh setelah pembelajaran. Apabila tujuan pembelajaran diketahui, siswa mempunyai motivasi untuk belajar.

f. Mengajar harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar. Belajar harus bertahap dan meningkat. Oleh karena itu, dalam mengajar haruslah mempersiapkan bahan yang bersifat gradual, yaitu :

1) dari sederhana kepada kompleks (rumit);

2) dari konkret kepada yang abstrak;

3) dari umum (general) kepada yang

4) dari yang sudah diketahui kepada yang tidak diketahui (konsep yang bersifat abstrak);

5) dengan menggunakan prinsip induksi kepada deduksi. Atau sebaliknya;

6) sering menggunakan reinforcement (penguatan).

2. Strategi dan Metode Pembelajaran

Strategi pembelajaran adalah pola dan urutan perbuatan guru-murid di dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar. 20 Strategi pembelajaran

dengan demikian rencana dan cara-cara membawakan pengajaran agar segala prinsip dasar dapat terlaksana dan tujuan pengajaran dapat dicapai secara efektif. Akhmad Sudrajat mengemukakan “Strategy is a plan of

20 Drs. JJ. Hasibuan, DTP. Ed. dan Drs. Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: 20 Drs. JJ. Hasibuan, DTP. Ed. dan Drs. Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung:

mengimplementasikan digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran diantaranya; ceramah, demonstrasi, diskusi, simulasi, laboratorium/praktikum/eksperimen, pengalaman lapangan (inquiry), brainstorming, debat, simposium, dan sebagainya. Dilihat dari kegiatan pengolahan pesan/materi maka strategi pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua jenis.

a. Strategi pembelajaran ekspositori, guru mengolah secara tuntas pesan/materi sebelum disampaikan di kelas sehingga peserta didik tinggal menerima saja.

b. Strategi pembelajaran heuristik, peserta didik mengolah sendiri pesan/materi dengan pengarahan dari guru. 22

3. Metode Pembelajaran Eksperimen

Karena siswa belum mengetahui teori dari suatu permasalahan, maka harus melakukan kegiatan mengkaji, menyelidiki, menyusun hipotesis, mencoba, menemukan secara induktif, merumuskan, memeriksa, dan membuat simpulan tentang objek. Pembelajaran dengan metode eksperimen dapat dilakukan secara individual atau secara kelompok. Jika tujuannya untuk melatih belajar bekerja mandiri, pembelajaran harus dilakukan secara individual. Belajar sendiri memungkinkan siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya. Hal ini menguntungkan siswa yang lambat belajarnya dalam memahami materi, karena tidak terseret-seret oleh temannya yang cepat belajarnya. Materi untuk belajar individual harus dipilih yang sesuai dengan kemampuan siswa. Penjelasan dan perintah kepada siswa kelas rendah sebaiknya diberikan secara lisan. Bagi siswa kelas tinggi, informasi dan perintah dapat disampaikan secara tertulis pada lembar

online/, Metode Pembelajaran, , http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ diunduh tanggal 9 Desember 2008. 22 Ibid.

21 Akhmad

Sudrajat,

/artikel /artikel

Eksperimen atau percobaan adalah suatu tuntutan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar menghasilkan suatu produk yang dapat dinikmati masyarakat. Eksperimen dilakukan orang untuk mengetahui kebenaran suatu gejala dan dapat menguji dan

mengembangkannya menjadi suatu teori. 23 Kegiatan eksperimen yang dilakukan siswa sekolah dasar merupakan kesempatan memiliki yang

dapat mendorong siswa mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, berfikir ilmiah dan rasional serta mengembangkan pengalamannya di masa mendatang.

Metode pembelajaran eksperimen diartikan sebagai cara pembelajaran yang melibatkan siswa dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil eksperimen itu. Karena siswa belum mengetahui teori dari suatu permasalahan, maka harus melakukan kegiatan mengkaji, menyelidiki, menyusun hipotesis, mencoba, menemukan secara induktif, merumuskan, memeriksa, dan membuat simpulan tentang objek. Jadi dalam menerima suatu berita kita harus mengetahui kebenaran dari berita/informasi tersebut, apalagi berita/informasi dari orang fasik. Sebagaimana diterangkan dalam Q.S. al-Hujaraat ayat 6 :

       “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik

membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa

23 Dra. Roestiyah, Op.Cit., hlm. 80.

mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. “ 24

Les Giblin menyatakan bahwa seseorang dapat mengingat 10% dari yang dibaca, 20% dari yang didengar, 30% dari yang dilihat, 50% dari yang dilihat dan didengar, 70% dari yang dikatakan, dan 90% dari yang

dilakukannya. 25 Berdasarkan besarnya presentasi dari keadaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran eksperimen merupakan

metode yang penting. Belajar melalui berbuat lebih baik daripada untuk mengerjakan objek. Terkait dengan hal tersebut, guru perlu memahami modus atau pola pengalaman belajar siswa dan kemungkinan hasil belajar

yang dicapainya, dalam “Kerangka Kerucut Pengalaman” (gambar 1).

Ya n g d iin g a t Modus

Gambar 1: Kerangka Kerucut Pengalaman

Metode pembelajaran eksperimen dapat juga digunakan untuk mengajarkan objek langsung melalui percobaan secara langsung. Dengan menggunakan metode pembelajaran eksperimen semangat belajar siswa dapat ditingkatkan. Siswa belajar berbuat, menghayati dan menghargai metode ilmiah, meningkatkan kemampuannya dalam memecahkan masalah, serta melakukan analisis, sintesis, dan evaluasi. Jika pembelajaran dengan metode pembelajaran eksperimen diberikan secara

24 Tim Penerjemah al- Qur’an, al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penafsiran/Penerjemehan, 1971), hlm. 846.

25 Les Giblin, Skill With People, (Jakarta: PT. Gramedia, 2007), hlm. C.

kelompok, anggotanya cukup tiga atau empat siswa. Semua anggota kelompok diusahakan agar benar-benar berperan aktif, dapat bekerjasama, saling menunjang, dan bergotong-royong dalam menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan. Adapun tujuan dari metode pembelajaran eksperimen ini adalah:

a. agar siswa mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang diperoleh;

b. melatih siswa merancang, mempersiapkan, melaksanakan, dan melaporkan percobaan; dan

c. melatih siswa menggunakan logika berfikir induktif untuk menarik kesimpulan dan fakta, informasi atau data, yang terkumpul melalui eksperimen.

Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut.

a. Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa.

b. Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih.

c. Dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan , maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu.

d. Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu.

e. Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan sosial dan keyakinan manusia.

Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak biasa diadakan percobaan. 26

Prosedur eksperimen antara lain:

a. perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksprimen, mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksprimen.

b. memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat.

c. selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen.

d. setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya

jawab. 27 Keunggulan penggunaan metode eksperimen ini adalah:

a. membuat siswa percaya pada kebenaran kesimpulan eksperimennya daripada hanya menerima kata guru atau buku;

b. siswa aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi, atau data yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukannya;

c. dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berpikir ilmiah;

d. memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif, realistis, dan menghilangkan verbalisme; dan

e. hasil belajar menjadi kepemilikan siswa yang bertalian lama. Adapun kelemahan metode eksperimen ini adalah:

a. memerlukan peralatan eksperimen yang lengkap;

b. dapat menghambat laju pembelajaran dalam eksperimen yang memerlukan waktu lama;

26 Maria Ulfah, 2009, /artikel online/, Experimental Method, http://mariaulfah,ExperimentalMethod,multiply.com/jurnal/ diunduh 21 Januari 2009.

27 Dra. Roestiyah, Op.Cit., hlm. 81.

c. menimbulkan kesulitan bagi guru dan siswa apabila kurang berpengalaman dalam penelitian; dan

d. kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen akan berakibat pada kesalahan menyimpulkan.

4. Prestasi Belajar

Prestasi belajar dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dan sebagainya. Belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian.ilmu, berlatih, atau berubahnya tingkah laku/tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat. Sedangkan prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata

pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai yang diberikan oleh guru. 28 Prestasi belajar kimia adalah suatu hasil yang dicapai oleh peserta didik

setelah ia menjalani proses belajar yang berupa nilai yang meliputi nilai afektif, kognitif, dan psikomotorik dalam bidang ilmu kimia. Prestasi belajar bergantung pada banyak faktor, akan tetapi tidak semua faktor mempunyai pengaruh yang sama besar. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dibedakan menjadi faktor internal dan faktor

eksternal. 29

a. Faktor Intern (dari dalam), yaitu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yang berasal dari diri seseorang yang sedang belajar itu sendiri. Faktor intern meliputi:

1) Faktor fisiologis Faktor fisiologis berhubungan erat dengan kesehatan fisik dan kondisi fisiologis ini umumnya berpengaruh terhadap prestasi belajar anak didik. Anak didik yang belajar dalam keadaan segar

28 Tirtonegoro Sutratinah, Anak Supernormal dan Program Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1984), hlm. 43.

29 Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono, Op.Cit., hlm. 236.

jasmaninya akan berbeda prestasi belajarnya daripada anak didik yang belajar dalam keadaan lemah.

2) Faktor psikologis Faktor yang perlu diperhatikan yang berhubungan dengan hal ini adalah anak didik harus mempunyai kesiapan mental untuk menghadapi tugas yang harus dipelajari. Beberapa faktor psikologis yang dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar adalah tingkat kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi, dan kemampuan kognitif.

b. Faktor Ekstern (dari luar), yaitu faktor yang berasal dari luar diri anak didik yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor ekstern meliputi:

1) Faktor lingkungan Proses belajar mengajar faktor lingkungan juga memegang peranan penting, karenanya harus mendapat perhatian.

2) Faktor instrumen Yaitu faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan prestasi belajar yang diharapkan, meliputi: kurikulum, program guru atau tenaga pengajar, sarana, fasilitas, dan sebagainya.

5. Reaksi Kimia Perubahan Materi

Berbagai perubahan materi kita temukan dalam kehidupan sehari- hari. Misalnya, es mencair, air menguap, kertas terbakar, besi berkarat, atau makanan menjadi basi. Berbagai macam perubahan materi dapat digolongkan ke dalam perubahan fisis atau perubahan kimia. Perubahan fisis adalah perubahan yang tidak menghasilkan zat baru, pada perubahan fisis, hakikat zat tidak berubah, yang berubah hanya bentuk atau

wujudnya. Sebaliknya, pada perubahan kimia terbentuk zat baru. 30 Berikut ini diberikan beberapa contoh perubahan fisis dan kimia dalam

kehidupan sehari-hari maupun dalam industry. Contoh perubahan fisis:

a. es mencair

30 Michael Purba, Kimia 2000: Untuk SMU Kelas 1, (Jakarta : Erlangga, 2000), hlm. 33.

b. air menguap

c. lilin meleleh

d. beras digiling menjadi tepung

e. lampu pijar menyala

f. kawat nikrom dibakar hingga berpijar

g. mencuci pakaian dengan sabun

h. memisahkan bensin dari minyak bumi

i. memisahkan oksigen dari udara j. membuat meja dari balok kayu Contoh perubahan kimia:

a. kertas terbakar

b. besi berkarat

c. lilin menyala/.terbakar

d. beras dimasak menjadi nasi

e. lampu petromaks menyala

f. pita magnesium dibakar hingga berpijar

g. mengelantang pakaian dengan pemutih

h. membuat plastik dari minyak bumi

i. membuat pupuk urea dari amonia j. membuat sabun dari minyak kelapa

Ketika mengamati proses perubahan wujud es yang mencair atau air menguap. Proses itu tidak menghasilkan zat baru . Es, air, dan uap air adalah air (H 2 O). Es adalah air dalam bentuk padatan, sedangkan uap air adalah air dalam bentuk gas. Demikian juga halnya dengan lilin yang meleleh, tidak berbentuk zat baru. Lilin yang meleleh itu segera kembali menjadi lilin padat jika didinginkan. Berbeda halnya jika perhatikan kertas yang dibakar (menjadi abu) atau besi yang berkarat (menjadi karat besi). Pada kedua itu terbentuk zat baru. Abu tertentu berbeda dari kertas dan karat besi tidaklah sama dengan besi.

Ciri-ciri Reaksi Kimia

Pada kehidupan sehari-hari, banyak terjadi reaksi kimia. Biasanya manusia tidak pernah menyadari akan adanya reaksi kimia di sekitarnya, bahkan pada tubuh manusia sendiri. Nasi yang dimakan dan dikunyah oleh mulut mengalami reaksi kimia. Tanaman dapat tumbuh karena adanya proses fotosintesis di dalamnya yang melibatkan reaksi kimia. Batang besi yang awalnya mengkilap, keras, dan dapat ditempa dapat berubah menjadi rapuh, berwarna kuning kecokelatan, dan tidak dapat ditempa akibat perkaratan. Karat terbentuk karena adanya reaksi kimia antara besi dengan uap air di udara.

Reaksi kimia yang terjadi pada kehidupan sehari-hari dapat diamati dari beberapa perubahan. Setiap reaksi kimia mempunyai ciri-ciri, yaitu terbentuknya endapan, perubahan warna, perubahan suhu dan terbentuk

gas. 31 Berikut ini adalah beberapa ciri yang dapat diamati pada suatu reaksi kimia.

a. Terbentuk endapan Dua jenis larutan yaitu kalium bromida (KBr) dari perak nitrat

(AgNO 3 ) apabila dicampurkan akan menghasilkan reaksi kimia. Reaksi antara larutan kalium bromida dan perak nitrat tersebut menghasilkan endapan yang berwarna putih. Endapan yang terbentuk merupakan zat baru yaitu perak bromida (AgBr). Reaksi antara kalium bromida dan perak nitrat dapat dituliskan dlm persamaan berikut:

KBr ( aq )  AgNO 3 ( aq )   AgBr ( s )  KNO 3 ( aq ) Dari persamaan di atas diketahui bahwa reaksi antara kalium bromida

(KBr) dan perak nitrat (AgNO 3 ) menghasilkan perak bromida (AgBr) dan kalium nitrat (KNO 3 ). Keterangan “aq” pada KBr, AgNO 3 , dan KNO 3 menyatakan bahwa ketiga zat tersebut merupakan larutan (aq= aqueous= larutan). Sedangkan keterang an “s” pada AgBr menyatakan bahwa zat tersebut merupakan padatan (s= solid= padat).

31 Kania Purnama Dewi, Sains Kimia Kelas IX, (Jakarta: Pelangi Indonesia, 2006), hlm. 2.

Pada reaksi kimia di atas, endapan terbentuk karena perak bromida (AgBr) tidak larut dalam air. Dalam suatu reaksi kimia, umumnya endapan akan terbentuk apabila salah satu hasil reaksi tdh dapat larut dalam air. Tidak semua reaksi kimia akan terbnetu endapan karena terkadang semua hasil reaksi dapat larut dalam air.

b. Terjadinya Perubahan Warna Ciri lain yang dapat diamati pada sebuah reaksi kimia adalah perubahan warna. Misalnya pada reaksi antara kalium kromat

(K 2 CrO 4 ) dan perak nitrat (AgNO 3 ). Larutan kalium kromat berwarna kuning sedangkan larutan perak nitrat tidak berwarna (bening). Apabila larutan kalium kromat diteteskan ke dalam larutan perak nitrat maka akan terjadi reaksi berikut:

K 2 CrO 4 ( aq )  2 AgNO 3 ( aq )   Ag 2 CrO 4 ( s )  2 KNO 3 ( aq ) Hasil reaksi antara kalium kromat dan perak nitrat merupakan larutan

yang berwarna orange. Reaksi kimia yang menimbulkan perubahan warna juga terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya perubahan warna yang terjadi pada buah yang mulai matang. Warna buah yang semula hijau dapat berubah menjadi kuning, jingga, atau merah. Reaksi ini melibatkan enzim-enzim yang terdapat di dalamnya. Reaksi yang melibatkan enzim semacam ini dinamakan sebagai reaksi enzimatis.

c. Terbentuk Gas Perubahan kimia yang terjadi juga dapat ditandai dengan timbulnya gas. Contohnya jika kalsium karbonat direaksikan dengan larutan asam klorida, maka akan terbentuk gas karbon dioksida. Persamaan reaksi tersebut adalah sebagai berikut:

CaCO 3 ( s )  2 HCl ( aq )   CaCl 2 ( aq )  H 2 O ( l )  CO 2 ( g ) Pada persamaan di atas, gas karbon dioksida terlihat sebagai

gelembung udara yang terbentuk apabila padatan kalsium karbonat gelembung udara yang terbentuk apabila padatan kalsium karbonat

ini adalah gas etilen (C 2 H 2 ). Gas ini menyebabkan terjadinya perubahan enzim dalam buah sehingga membuat menjadi matang. Terkadang pematangan buah juga dipercepat dengan menempatkan bongkahan karbit dalam suatu kantong bersama buah yang akan dimatangkan, misalnya: pisang. Hlm ini disebabkan karbit memproduksi gas etilen.

d. Terjadi Perubahan Suhu Pada reaksi kimia, umumnya terjadi perbedaan suhu antara zat-zat yang bereaksi (reaktan) dengan zat-zat hasil reaksi (produk). Perubahan suhu dalam suatu reaksi kimia ada dua macam, yaitu eksoterm dan endoterm. Reaksi eksoterm terjadi bila zat hasil reaksi suhunya lebih tinggi dari zat-zat yang bereaksi. Oleh karena itu suhu akhir reaksi lebih tinggi daripada suhu awal reaksi. Contoh reaksi eksoterm adalah pembakaran, reaksi netralisasi, dan penambahan air pada larutan asam pekat. Sedangkan reaksi endoterm terjadi bila zat hasil reaksi suhunya lebih rendah daripada zat-zat yang bereaksi. Pada reaksi endoterm, suhu kahir lebih rendah daripada suhu awal reaksi. Contoh reaksi endoterm adalah reaksi antara urea dengan air. Bila urea direaksikan dengan air maka akan terjadi penurunan suhu. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan memasukkan urea ke dalam d. Terjadi Perubahan Suhu Pada reaksi kimia, umumnya terjadi perbedaan suhu antara zat-zat yang bereaksi (reaktan) dengan zat-zat hasil reaksi (produk). Perubahan suhu dalam suatu reaksi kimia ada dua macam, yaitu eksoterm dan endoterm. Reaksi eksoterm terjadi bila zat hasil reaksi suhunya lebih tinggi dari zat-zat yang bereaksi. Oleh karena itu suhu akhir reaksi lebih tinggi daripada suhu awal reaksi. Contoh reaksi eksoterm adalah pembakaran, reaksi netralisasi, dan penambahan air pada larutan asam pekat. Sedangkan reaksi endoterm terjadi bila zat hasil reaksi suhunya lebih rendah daripada zat-zat yang bereaksi. Pada reaksi endoterm, suhu kahir lebih rendah daripada suhu awal reaksi. Contoh reaksi endoterm adalah reaksi antara urea dengan air. Bila urea direaksikan dengan air maka akan terjadi penurunan suhu. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan memasukkan urea ke dalam

B. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikiran yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah : “Metode pembelajaran eksperimen efektif untuk diterapkan pada proses pembelajaran di kelas VII SMPI al-Azhar 14 Semarang pada materi pembelajaran reaksi kimia.”

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas penggunaan metode pembelajaran eksperimen untuk pelajaran kimia materi pembelajaran reaksi kimia pada siswa kelas VII SMPI al-Azhar 14 Semarang. Serta memberikan pengertian kepada guru bahwa metode pembelajaran eksperimen efektif dan relevan untuk diterapkan dapam pembelajaran.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober – 22 Nopember 2008. Adapun tempat yang digunakan untuk penelitian bertempat di SMPI al-Azhar 14 Semarang.

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti. 32 F.N. Kerlinger mengatakan variabel sebagai sebuah

konsep, sedangkan Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

a. 33 Variabel bebas (independent variable), yaitu metode pembelajaran eksperimen.

b. Variabel terikat (dependent variable), yaitu prestasi belajar siswa SMPI al-Azhar 14 Semarang kelas VII pada materi pembelajaran reaksi kimia.

32 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1992), hlm. 72. 33 Merupakan variabel yang menyebabkan/mempengaruhi terjadinya prestasi belajar.

Lihat : Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), Cet. 12, hlm. 119.

D. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas. McNiff mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan sekolah, dan

pengembangan keahlian mengajar. 34 Dalam penelitian tindakan kelas ini, merujuk pada metode Kurt Lewin yang menunjuk empat komponen pokok

penelitian tindakan kelas yaitu: 1) perencanaan (planning), 2) tindakan (acting), 3) observasi (observing), dan 4) refleksi (reflecting). 35 Metode

Kurt Lewin dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2: Alur tindakan kelas menurut metode Kurt Lewin

Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus, yaitu:  Siklus I : metode pembelajaran eksperimen dengan sub materi

pembelajaran perubahan materi.

 Siklus II : metode pembelajaran eksperimen dengan submateri

pembelajaran reaksi kimia. Yang setiap siklusnya meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Kegiatan Pendahuluan (Pra Siklus)

Kegiatan ini diawali dengan ide yang merupakan harapan yang ingin dicapai dalam penelitian, berdasarkan temuan dan analisa data. Pada tahap ini dilakukan penyusunan rencana pembelajaran antara peneliti dengan kolaborator, yang pada penelitian ini adalah guru sains kimia yang ada di SMPI al-Azhar 14. Dari diskusi yang dilakukan setelah melakukan pengamatan proses belajar siswa didapatkan bahwa yang menyebabkan nilai siswa rendah yaitu motivasi siswa yang kurang, dikarenakan siswa bosan menerima pembelajaran yang monoton.

34 Prof. Dr. H. Mohammad Asrori, M.Pd., Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT. Wacana Prima, 2008), hlm. 4.

35 Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Yrama Widya, 2008), hlm. 30.

2. Siklus I

Pada siklus pertama ini mengambil sub materi perubahan zat, selanjutnya disebut tindakan I.