PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN CIKIJING

PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL KOOPERAIF STAD DENGAN PERMAINAN KUIS TENTANG LUAS BANGUN PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI SUKAMUKTI I KECAMATAN CIKIJING KABUPATEN MAJALENGKATAHUN AJARAN 2007/2008

Laporan PTK Perbaikan ini berdasarkan surat tertanggal 22 Desember 2009 dengan nomor surat : 90793/A4.4/KP/2009 dan Karya Tulis ini Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan syarat kenaikan pangkat pada unsur pengembangan

profesi

Oleh :

MUHAMAD YUSUF, S.Pd.

NIP. 131 506 701

PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN CIKIJING SD NEGERI SUKAMUKTI I

LEMBAR PENGESAHAN

Upaya Meningkatkan Pembelajaran Matematika Pada Siswa Kelas V dengan Metode Permainan di SD Negeri Sukamukti I Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka

Penyusun

MUHAMAD YUSUF, S.Pd

NIP. 131 506 701

Sukamukti, April 2008 Kepala SD Negeri Sukamukti I

Koordinator Perpustakaan Kecamatan Cikijing

SD Negeri Sukamukti I Kec. Cikijing Kabupaten Majalengka

J U M E N A, S.Pd.

T I T I, S.Pd.

NIP. 131 011 826

NIP.

Penerapan Pembelajaran Model Kooperaif STAD Dengan Permainan Kuis Tentang Luas Bangun pada Siswa Kelas VI SD Negeri Sukamukti I Kecamatani Cikijing Kabupaten Majalengka Tahun Ajaran 2007/2008

ABSTRAK

Pembelajaran Matematika yang disajikan dengan ceramah dan latihan- latihan individual sering tidak disukai oleh para siswa. Akibatnya hasil belajar selalu di urutan paling bawah dibandingkan mata pelajaran lainnya. Padahal ilmu matematika memiliki peranan sangat strategis dalam berbagai kehidupan. Untuk menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan dan dapat meningkatkan hasil belajar, maka perlu adanya perubahan pembelajaran yang menarik yaitu menerapkan pembelajaran model kooperatif STAD dan kuis.

Rumusan masalah yang diajukan: (1) Bagaimanakah pembelajaran model kooperatif STAD dapat mendorong siswa untuk belajar tentang luas bangun lebih bersemangat? (2) Bagaimanakah bermain kuis dapat mendorong siswa untuk belajar tentang luas bangun menjadi lebih bersemangat ?.

Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, maka dilakukan penelitian dengan subyek 26 orang siswa dari jumlah siswa seluruhnya 26 siswa SD Negeri

2 Sindanglaya Kelas VI. Pengambilan data menggunakan metode observasi, angket, tes tulis dan perbuatan, serta dokumentasi. Penelitian dilakukan dengan tiga siklus. Setiap siklus dilakukan perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pelaksanaan tindakan secara berurutan berupa: pembelajaran klasikal, pembelajaran kelompok membuat soal dan jawaban model STAD, dan kuis. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Pertemuan I pembelajaran klasikal, kerja kelompok, dan unjuk kerja kelompok dalam bentuk kuis. Pertemuan lI melanjutkan unjuk kerja kelompok dalam kegiatan kuis dan evaluasi hasil belajar.

Hasil penelitian pada siklus I, aktifitas pembelajaran klasikal hanya mencapai 54,22%. Hal ini belum mencapai peningkatan proses pembelajaran yang diharapkan yaitu 60-70%. Namun pada proses pembelajaran kelompok telah mencapai 91,66% dengan target 70-80%, dan kuis mencapai 74,82% dengan target 70-80%. Sedangkan hasil belajar hanya mencapai 66,66% siswa mencapai nilai 60 - >60 dengan rerata nilai 65 sedangkan target yang ditentukan 100% tuntas mencapai nilai 60 - >60.

Untuk meningkatkan proses pembelajaran klasikal pada siklus II setiap siswa diberi peraga beberapa bangun datar untuk dibentuk menjadi berbagai gabungan bangun dalam membuat soal. Pada Siklus II terjadi peningkatan proses pembelajaran klasikal menjadi 66,15% karena mulai ada 4 orang siswa bertanya dan 20 orang siswa mencatat, di mana pada siklus I tidak ada siswa yang bertanya dan mencatat. Proses Pembelajaran kelompok meningkat menjadi 92,85%. Dan Pembelajaran kuis meningkat menjadi 86,16%. Sedangkan hasil belajar mencapai rerata 72,3% dengan 76,92% siswa mencapai 60 - >60. Dalam proses penyampaian soal kuis menunjukkan soal-soal yang dikemukakan siswa cukup rumit, karena berupa berbagai gabungan bangun datar yang bermacam-macam.

Pada Siklus III selain ada peraga untuk setiap siswa, untuk dapat menemukan rumus luas bangun ruang berdasarkan rumus luas bangun datar yang telah dikuasai siswa, juga ditambah dengan pemberian tugas rumah berupa latihan-latihan. Hal ini disebabkan kompetensi yang harus dikuasai semakin sulit. Pada siklus III terjadi peningkatan proses pembelajaran klasikal yang cukup tinggi menjadi 84,61%. Hal ini disebabkan semakin banyaknya siswa yang mengajukan pertanyaan sebanyak 10 siswa dan mencatat sebanyak 26 siswa. Proses Pembelajaran kelompok meningkat menjadi 97,61%, dan proses kegiatan kuis meningkat menjadi 92,77%. Sedangkan hasil belajar mencapai rerata 79,61% dengan 100% siswa mencapai nilai 60 - >60. Dengan demikian semua target yang ditetapkan telah tercapai.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan (l) Pembelajaran model kooperatif STAD dapat mendorong siswa untuk belajar tentang luas bangun lebih bersemangat, meningkatkan proses pembelajaran, dan hasil belajar. (2) bermain kuis dapat mendorong siswa untuk belajar tentang luas bangun menjadi lebih bersemangat, meningkatkan proses belajar, dan hasil belajar.

Maka disarankan (1) Kepada para guru, untuk meningkatkan proses pembelajaran maupun hasil belajar matematika, dapat digunakan model kooperatif STAD sebagai pilihan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran matematika.(2) Strategi pembelajaran kuis seperti pada penelitian ini juga dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika, namun diperlukan persiapan yang matang, terutama pada saat penilaian kelompok penjawab diperlukan bantuan dari siswa yang pandai untuk membantu guru mengerjakan soal-soal yang dibuat oleh temannya. (3) Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian lanjutan sesuai dengan penelitian ini juga disarankan agar membuat persiapan yang lebih sempurna terutama dalam mempersiapkan instrumen pengamatan beserta rubrik- rubrik yang jelas pada saat kegiatan kuis. Juga disarankan agar tim pengamat minimal dua orang, karena menurut pengalaman peneliti tim pengamat sangat sibuk dalam menilai pada saat kegiatan kuis.

Kata Kunci: Proses Pembelajaran, Model Kooperatif STAD, Kuis.

KATA PENGANTAR

Puji syukur allhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini.

Penulisan Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam Kenaikan Pangkat ke Golongan IV/b. Dalam penulisan ini, penulis mengambil judul : "Penerapan Pembelajaran Model Kooperaif STAD Dengan Permainan Kuis Tentang Luas Bangun pada Siswa Kelas VI SD Negeri Sukamukti I Kecamatan Cikijingi Kabupaten Majalengka Tahun Ajaran 2007/2008."

Penulis menyadari akan segala kekurangan dalam penulisan Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini. Maka dari itu kepada pembaca diharapkan untuk memberi sumbang saran maupun kritik yang bersifat membangun kearah perbaikan.

Juga pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada rekan- rekan guru yang telah membantu sampai selesainya Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini dan semua pihak yang tidak sempat penulis sebut namanya satu persatu atas segala bantuannya dalam penulisan Laporan Penelitian Tindakan Kelas karya tulis ini.

Penulis berharap semoga Allah Swt. memberikan balasan yang berlipat ganda kepada mereka yang telah membantu.. Akhir kata penulis mengharapkan kepada yang membaca agar bersedia memberikan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan dan peningkatan mutu Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini serta mudah-mudahan bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Amin Yarobal Alamin.

Sukamukti, April 2008 Penulis

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi yang penuh dengan kompetitif merupakan tantangan bagi dunia pendidikan. Teknologi pembelajaran inovatif seyogyanya dikembangkan dengan cara mengadaptasi atau mengadopsi teknologi pembelajaran inovatif yang memenuhi standar internasional. Hal ini tidak lain merupakan salah satu upaya untuk memenuhi amanat salah satu kebijakan inovatif, yaitu mutu lulusan tidak cukup bila diukur dengan standar lokal atau nasional saja. (Mohamad Nur, 2003)

Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UURI No.

20 Th. 2003). Tujuan ini dituangkan dalam tujuan pembelajaran matematika yaitu melatih cara berfikir dan bernalar, mengembangkan aktifitas kreatif, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, mengembangkan kemampuan menyampaikan infomasi atau mengkomunikasikan gagasan. Sehingga matematika merupakan bidang ilmu yang strategis untuk membentuk generasi yang siap menghadapi era global yang penuh dengan kompetitif tersebut.

Matematika sebagai disiplin ilmu turut andil dalam pengembangan dunia teknologi yang kini telah mencapai puncak kecanggihan dalam mengisi berbagai dimensi kebutuhan hidup manusia. Era global yang ditandai dengan kemajuan teknologi informatika, industri otomotif, perbankan, dan dunia bisnis lainnya, menjadi bukti nyata adanya peran matematika dalam revolusi teknologi.

Melihat betapa besar peran matematika dalam kehidupan manusia, bahkan masa depan suatu bangsa, maka sebagai guru di Sekolah Dasar yang mengajarkan dasar-dasar matematika merasa terpanggil untuk senantiasa Melihat betapa besar peran matematika dalam kehidupan manusia, bahkan masa depan suatu bangsa, maka sebagai guru di Sekolah Dasar yang mengajarkan dasar-dasar matematika merasa terpanggil untuk senantiasa

Hal tersebut dapat dilihat dari hasil ulangan harian matematika yang pertama pada kompetensi dasar operasi hitung hanya mencapai rerata 57,8 dan hanya 50% siswa mencapai nilai 60 atau >60 . Padahal idealnya minimal harus mencapai 100% siswa mendapat 60 atau >60. Sedangkan operasi hitung merupakan dasar bagi kompetensi dasar berikutnya seperti menghitung luas bangun, volum bangun, dan sebagainya. Kondisi tersebut disebabkan oleh kenyataan sehari-hari yang menunjukkan bahwa siswa kelihatannya jenuh mengikuti pelajaran matematika. Pembelajaran sehari-hari menggunakan metode ceramah dan latihan-latihan soal secara individual, dan tidak ada interaksi antar siswa yang pandai, sedang, dan normal. Hal ini terbukti sebagian besar siswa mengeluh apabila diajak belajar matematika. Sering jika diberi tugas tidak selesai tepat waktu, dan lebih suka bermain dan mengobrol, alasannya pelajaran matematika memusingkan dan lain-lain.

Menyikapi kondisi tersebut penulis sebagai guru Kelas VI yang harus menyiapkan peserta didik menuju ujian akhir sekolah dan mampu bersaing dalam mengikuti tes masuk SMP Negeri, selalu berusaha memperbaiki pembelajaran dengan mengkondisikan pembelajaran yang memudahkan, mengasyikkan, dan menyenangkan bagi siswa. Usaha tersebut akan diwujudkan dalam suatu penelitian tindakan kelas yang akan menerapkan pembelajaran STAD dan bermain kuis.

Model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Devision) adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang dikembangkan berdasarkan teori belajar Kognitif-Konstruktivis yang diyakini oleh pencetusnya Vygotsky memiliki keunggulan yaitu fungsi mental yang lebih tinggi akan muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu. (Depag RI, 2004). STAD juga memiliki keunggulan bahwa siswa yang dikelompokkan secara heterogen berdasarkan kemampuan siswa terhadap matematika akan terjadi interaksi yang positif dalam menyelesaikan masalah, seperti tutor sebaya dan lain-lain. Jika sebelumnya tidak ada interaksi antar individu, maka dalam

STAD siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan masalah sampai semua anggota kelompok dapat menyelesaikan masalah. Kelompok dikatakan tidak selesai jika ada anggotanya belum selesai.

Bermain kuis adalah permainan yang mengasyikkan bagi anak-anak usia sekolah dasar. Untuk itu pembelajaran dilanjutkan dengan bermain kuis antar kelompok agar matematika yang dianggap membosankan akan berubah menjadi menyenangkan, mengasyikkan, dan akhirnya semangat belajar siswa meningkat dan hasil belajar juga meningkat.

B. Identifikasi Masalah

Kenyataan sehari-hari menunjukkan bahwa siswa sepertinya jenuh mengikuti pelajaran matematika. Hal ini terbukti mereka selalu mengeluh apabila diajak belajar matematika. Alasannya matematika memusingkan kepala dan lain-lain. Tugas yang diberikan secara individu mengakibatkan siswa yang kurang tidak bisa bekerja sama dengan siswa yang pandai, akibatnya sebagian besar siswa tidak berhasil menyelesaikan tugas tepat waktu. Kondisi tersebut menimbulkan hasil matematika selalu berada pada peringkat bawah dibanding pelajaran lainnya. Rata-rata hasil belajar hanya mencapai angka 5 sampai 6 saja.

Permasalahan inilah yang mendorong penulis untuk memperbaiki pembelajaran melalui pembelajaran STAD (Student Teams-Achievement Divisions) dan bermain kuis dengan tujuan agar pembelajaran tidak membosankan tetapi sebaliknya dapat tercipta pembelajaran yang mengasyikkan dan menyenangkan. Di samping itu dengan pengelolaan kelas model STAD diharapkan terjadi interaksi positif antara siswa yang kemampuan matematikanya heterogen yang akhirnya nanti dapat dicapai hasil belajar yang lebih baik.

C. Perumusan Masalah

Untuk memberi batasan permasalahan agar lebih jelas dan terarah, maka perlu dirumuskan permasalahan yang akan dibahas, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pembelajaran model kooperatif STAD dapat mendorong siswa untuk belajar tentang luas bangun menjadi lebih bersemangat ?

2. Bagaimanakah bermain kuis dapat mendorong siswa untuk belajar tentang luas bangun menjadi lebih bersemangat ?

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka dapat dikemukakan hipotesis tindakan sebagai berikut:

1. Jika siswa belajar tentang luas bangun dengan model kooperatif STAD, maka semangat belajar siswa akan meningkat.

2. Jika siswa belajar tentang luas bangun dengan bermain kuis, maka semangat belajar siswa akan meningkat.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan dan mengetahui :

a. Pembelajaran model kooperatif STAD dapat mendorong siswa untuk belajar tentang luas bangun lebih bersemangat.

b. Bermain kuis dapat mendorong siswa untuk belajar tentang luas bangun menjadi lebih bersemangat.

F. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :

a. Siswa, agar mendapatkan pengalaman belajar yang lebih menarik, menyenangkan, dan mengasyikkan.

b. Guru, agar dapat menambah wawasan dan informasi tentang pilihan berbagai bentuk- bentuk strategi pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika.

c. Lembaga pendidikan, diharapkan dapat memberikan informasi dalam peningkatan kualitas pendidikan.

d. Penelitian lanjutan, sebagai bahan rujukan dalam penelitian selanjutnya.

G. Definisi Operasional

Untuk memperjelas permasalahan yang akan diteliti, maka perlu

1. Peningkatan adalah suatu usaha untuk menjadikan lebih baik atau lebih bermutu, lebih berdaya guna dan berhasil guna.

2. Proses adalah seluruh rangkaian suatu tindakan (Trisno Yuwono, 1994). Dalam penelitian ini, proses adalah seluruh rangkahm kegiatan yang dilakukan oleh stswa dan guru dalam pembelajaran untuk mencapai hasil belajar secara maksimal.

3. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dan para siswa secara bersama-sama dalam proses belajar mengajar (Ninik, 2000)

4. Luas bangun adalah salah satu kompetensi dasar pada mata pelajaran matematika Kelas VI semester 2 (Kurikulum 2004)

5. Model kooperatif STAD adalah merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran. (Depag RI, 2004)

6. Kuis suatu kegiatan tanya jawab antar kelompok. (Depag RI, 2001)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

1. Pengertian Belajar

Pada keseluruhan proses di sekolah, baik di tingkat SD, Sekolah menengah lanjutan, maupun Perguruan Tinggi (PT), belajar adalah kegiatan yang sangat pokok. Artinya, keberhasilan tujuan pendidikan nasional sampai tujuan pembelajaran khusus bergantung kepada bagaimana proses belajar itu berlangsung dan dilaksanakan.

Moh. Surya (Burhanuddin TR, 1996:15) mengungkapkan bahwa belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku. Sedangkan Rusyan (1993:7) mendefinisikan belajar sebagai modifikasi, suatu proses memperteguh, menyempurnakan tingkah laku melalui pengalaman.

Fontana (Winata Putra dan Rosita, 1994:3) mengartikan belajar sebagai perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman yang terpusat pada tiga hal : (1) Bahwa belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku. (2) Bahwa perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman.(3) Bahwa perubahan itu terjadi pada prilaku individu.

Burton (Uzer Usman, 1990:2) mengistilahkan belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar secara umum dan singkat adalah proses perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku dimaksud menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Belajar matematika berarti harus ada proses perubahan dalam arti perubahan itu harus berkesinambungan dan simultan mengenai kemampuan menghitung, dan memecahkan masalah matematika dengan segala aktivitasnya di sekolah mulai dari kelas rendah sampai dengan kelas Belajar matematika berarti harus ada proses perubahan dalam arti perubahan itu harus berkesinambungan dan simultan mengenai kemampuan menghitung, dan memecahkan masalah matematika dengan segala aktivitasnya di sekolah mulai dari kelas rendah sampai dengan kelas

2. Pengertian Pembelajaran

Suherman, dkk, (2001:9) menyatakan bahwa proses pembelajaran adalah proses pendidikan dalam lingkup persekolahan, sehingga arti dari proses pembelajaran adalah proses sosialisasi individu siswa dengan lingkungan sekolah, seperti guru, sumber/fasilitas, dan teman-teman sesama siswa.

Fontana (Suherman, 1981 : 47) mengungkapkan bahwa pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Sedangkan Ibrahim, dkk (2002:48) menyatakan bahwa pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, baik antar guru dengan siswa, siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan yang lebih ditetapkan.

Dari ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada hakekatnya suatu proses dalam upaya sosialisasi sisvva baik dengan rekannya, guru, dan sumber atau fasilitas belajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3. Matematika di Sekolah Dasar

a. Pengertian Matematika

Matematika adalah terjemaharn dari mathematics. Namun arti atau definisi yang tepat dari matematik tidak dapat di terapkan secara eksak (pasti) dan singkat. Definisi matematik makin lama makin sukar untuk di buat, karena cabang-cabang matematik makin lama makin bertambah dan makin bercampur satu sama yang lainnya.

James dan James (1976) dalam kamus matematikanya menyatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling James dan James (1976) dalam kamus matematikanya menyatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling

Jhonson dan Rising (1972) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat. Lebih berupa bahasa simbol mengenai ide (gagasan) dari pada mengenai bunyi, matematika adalah pengetahuan struktur yangy terorganisasikan sifat-sifat atau teori-teori itu dibuat secara deduktif berdasarkan pada unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak didetinisikan, aksioma-aksioma, sifat-sifat, atau teori-teori yang telah dibuktikan kebenarannya. Matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan pola atau ide dan matematika itu adalah suatu seni keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisasiannya. Jadi menurut Jhonson dan Rising jelas matematika adalah ilmu dedukatif. Rey dan kawan-kawan (1984) dalam bukunya menyatakan bahwa matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan suatu jalan atau pola berfikir suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.

Kemudian Kline (1973) dalam bukunya mengatakan pada, bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.

b. Fungsi Matematika

Fungsi matematika sekolah dasar adalah sebagai salah satu unsure masukan instrumental, yang memiliki objek dasar abstrak dan berlandaskan konsistensi dalam system proses mengajar belajar untuk mencapai tujuan pendidikan (Kurikulum Pendidikan Dasar, 1994/1995 :68 ).

c. Tujuan Matematika

Matematika sebagai alat bantu dan pelayan ilmu tidak hanya untuk matematika sendiri tetapi untuk ilmu-ilmu yang lainnya, baik untuk kepentingan teoritis maupun untuk kepentingan praktis sebagai aplikasi dari matematika. Mengapa matematika itu diajarkan di sekolah alasan utamanya tentunya karena kegunaannya untuk umat manusia diantaranva.

a. Dengan belajar matematika, manusia dapat menyelesaikan persoalan yang ada di masyarakat yaitu dalam berkomunikasi sehari-hari seperti dapat berhitung, dapat menghitung luas, isi, dan berat, dapat mengumpulkan, mengolah, menyajikan, menafsirkan data, dapat menyelesaikan bidang studi lain.

b. Matematika diajarkan di sekolah karena matematika dapat membantu bidang studi yang lain seperti fisika, kimia, arsitektur, farmasi, geografi, ekonomi statistika dan lain-lain.

c. Dengan mempelajari geometri ruang siswa dapat meningkatkan kemampuan pemahaman ruang sehingga berpikir logik dan tepat dimensi tiga dengan mempelajari aljabar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, logis, dan sistematis dalam merumuskan asumsi, definisi generalisasi dan lain-lain.

d. Matematika selain dapat digunakan untuk memperlihatkan fakta dan penjelasan persoalan, juga dapat dipakai sebagai alat perkiraan seperti perkiraan cuaca, pertumbuhan penduduk, keberhasilan belajar dan lain-lain.

e. Matematika berguna sebagai penunjang pemakaian alat-alat canggih seperti kalkulator, komputer.

f. Matematika diajarkan di sekolah seperti ilmu lainnya yaitu untuk terpeliharanya matematika itu sendiri demi peningkatan kebudayaan.

Dengan demikian, tujuan umum Pendidikan Matematika pada jenjang pendidikan dasar tersebut memberi tekanan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta juga memberikan tekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika.

Selanjutnya, kurikulum pendidikan dasar (2004 :61) juga menyatakan bahwa tujuan khusus pengajaran matematika masing- masing adalah sebagai berukut :

1. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari

2. Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialih gunakan, melalui kegiatan matematika.

3. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).

4. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.

d. Ruang Lingkup Materi

Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar (2004 : 69) ruang lingkup materi/bahan kajian matematika di Pendidikan Dasar adalah Bahan kajian inti matematika di SD mencakup Aritmatika (berhitung), pengantar aljabar, geometri, pengukuran, dan kajian data (Pengantar Statistik). Berdasarkan urutan dari beberapa pengertian di atas, dapat diartikan

pembelajaran matematika di SD adalah proses komunikasi, transaksional yang bersifat timbal balik (proses sosialisasi) antara guru dengan siswa dan sebaliknya di sekolah dasar mengenai kemampuan menggunakan bilangan- bilangan atau simbol-simbol bagi ketajaman penalaran yang dapat memperjelas permasalahan kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan matematika.

B. Sasaran Pembelajaran Matematika Bagi Siswa SD

Sasaran pokok pembelajaran matematika bagi murid SD dilihat dari progam pengajaran yaitu :

1. Siswa memiliki keterampilan hitung dasar menjumlah dan mengurangi serta dapat menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari misalnya dalam menghitung uang.

2. Siswa memiliki keterampilan hitung dasar melalui perkalian dan pembagian.

3. Siswa memiliki keterampilan menyelesaikan soal cerita dengan kalimat matematik dan dalam batas penggunaan bilangan bulat.

4. Siswa memiliki keterampilan mengukur panjang dan waktu dalam kehidupan sehari-hari.

5. Siswa memiliki pandangan ruang melalui pengenalan bangun segitiga, kubus, balok.

6. Siswa memiliki keterampilan menghitung luas dengan kertas kotak. Siswa tersebut harus mampu serta terampil menerapkan semua kemampuan perhitungan matematika di atas dalam kehidupan sehari-hari dan dalam pengetahuannya. Itulah sasaran dalam pembelajaran matematika bagi murid SD.

C. Masalah Pembelajaran Matematika Bagi Siswa SD

Beberapa masalah dalam pembelajaran matematika tidak dirasakan oleh siswa saja, tetapi oleh gurupun ada. Disini beberapa masalah yang dirasakan oleh guru yaitu :

1. Guru kesulitan memilih metode yang tepat dan benar untuk mengajarkan matematika sehingga murid-murid dapat mengerti perhitungan matematika.

2. Guru kesulitan mengubah rasa takut siswa terhadap pelajaran matematika menjadi sikap senang.

3. Pembelajaran matematika masih memperoleh hasil nilai rata-rata rendah.

4. Keberhasilan pembelajaran matematika masih jauh dari sasaran yang diharapkan di atas.

1. Siswa merasa takut dan sulit belajar matematika.

2. Siswa kurang memahami cara-cara praktis perhitungan.

3. Siswa kesulitan dalam menghitung bangun ruang.

4. Siswa tegang dan stres menghadapi persoalan matematika

5. Siswa rata-rata kurang faham dan mendapat nilai kurang baik dalam pelajaran matematika.

Itulah beberapa masalah yang berkembang dilapangan dalam proses pembelajaran matematika yang menjadi hambatan guru dan siswa dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran bidang studi tersebut. Masalah di atas perlu dilakukan solusi pemecahannya sehingga di masa mendatang keberhasilan pembelajaran matematika menjadi semakin bertambah baik, untuk itu perlu dirumuskan strategi pembelajaran matematika yang sesuai.

D. Model Pembelajaran Kooperatif STAD

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif-konstruktivis. Salah satu teori Vygotsky, yaitu tentang penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi akan muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu. Implikasi dari teori Vygotsky ini dapat berbentuk pembelajaran kooperatif. Penerapan model pembelajaran kooperatif ini juga sesuai dengan yang dikehendaki oleh prinsip-prinsip CTL (contextual teaching and learning), yaitu tentang learning community (Depag RI, 2004).

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif Student Teams Achievment Division (STAD) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel : 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran STAD

Fase Tingkah laku Guru Fase 1

Guru

menyampaikan

standar kompetensi,

Menyampaikan kompetensi kompetensi dasar dan indikator yang diharapkan, yang

diharapkan

dan dan memotivasi siswa belajar.

memotivasi siswa

Fase 2

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan Menyajikan informasi

jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase 3

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana

Mengorganisasikan siswa ke caranya membentuk kelompok belajar dan dalam kelompok bekerja dan membantu setiap kelompok agar melakukan belajar

diskusi secara efisien.

Fase 4

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar Membimbing

kelompok pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. bekerja dan belajar

Fase 5

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi Evaluasi

yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6

Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya Memberikan penghargaan

hasil belajar individu maupun kelompok.

E. Bermain Kuis

Bermain kuis atau dikenal dengan strategi pembelajaran Team Quiz. Langkah-Iangkah pembelajaran Team Quiz adalah sebagai berikut:

1. Guru membentuk tiga kelompok (disesuaikan jumlah siswa).

2. Membagi tugas secara bergantian untuk membuat soal, jawaban dan penilaian.

3. Buat skor masing-masing jawaban tiap kelompok (Depag. RI, 2001). Team Quiz adalah suatu kegiatan tanya jawab antar kelompok. Dalam kegiatan bertanya dan menjawab akan terjadi proses belajar yang tidak membosankan. Keterampilan bertanya menjadi penting jika dihubungkan dengan pendapat yang mengatakan "Berfikir itu sendiri adalah bertanya" (Hasibuan dan Moejiano, 2004).

Pengertian bertanya adalah ucapan verbal yang meminta tespons dari seseorang yang dikenai. Respons yang diberikari dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong berfikir (Hasibuan dan

Dari pendapat dan pengertian tersebut, bertanya menunjukkan bahwa, baik yang bertanya maupun yang menjawab telah terjadi proses berfikir dari dirinya. Sedangkan berfikir merupakan proses belajar. Pemecahannya adalah mengajukan pertanyaan tentang semua informasi penting.

Di samping itu, pertanyaan-pertanyaan tentang fakta yang disampaikan dengan kata-kata sendiri, bukannya mengulang tepat seperti yang tertulis, membantu siswa mempelajari makna teks itu dan bukannya sekedar menghafalkannya (Mohamad Nur,1998). Pendapat ini mendukung bahwa memberi kesempatan kepada siswa untuk membuat pertanyaan- pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari teman adalah sama dengan memberi kesempatan belajar kepada siswa, sehingga pembelajaran berpusat pada siswa atau student center.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Obyek Tindakan

Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardani, 2005). Penelitian Tindakan Kelas sebagaimana dinyatakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (dalam Yatim Riyanto, 2001) merupakan penelitian yang bersiklus, yang terdiri dari rencana, aksi, observasi, dan refleksi yang dilakukan secara berulang, hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Refleksi Aksi dst

Observasi Observasi

Gambar 3.1 : Tahapan Per Siklus

Penelitian tindakan kelas ini menerapkan model pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achievement Devisions) dengan variasi bermain kuis. Pembelajaran dengan kooperatif STAD memiliki keunggulan yang dapat mengatasi masalah yang ada. Karena dalam kooperatif STAD akan terjadi meningkatnya fungsi mental melalui percakapan dan interaksi lainnya, serta kerjasama antar siswa yang memiliki kemampuan yang heterogen.

Begitu pula bermain kuis diyakini memiliki keunggulan menciptakan suasana pembelajaran yang mengasyikkan, karena berupa permainan tanya jawab antar kelompok. Dalam situasi demikian diharapkan siswa tidak akan Begitu pula bermain kuis diyakini memiliki keunggulan menciptakan suasana pembelajaran yang mengasyikkan, karena berupa permainan tanya jawab antar kelompok. Dalam situasi demikian diharapkan siswa tidak akan

Sebagaimana layaknya penelitian tindakan kelas, maka penelitian ini akan dimulai dari siklus I yang pelaksanaannya melalui 4 (empat) tahap yaitu : perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Tahapan-tahapan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

TAHAP I

IV Refleksi

Gambar : 3.2 Tahapan Penelitian Tindakan Kelas

Bagaimana pelaksanaan dari tahap-tahap tersebut dapat dijelaskan berikut ini:

1. Perencanaan

Perencanaan dibuat berawal dari permasalahan yang muncul di lapangan yaitu dari pengalaman peneliti sebagai guru di Kelas VI SD Negeri 2 Sindanglaya. Permasalahan ini dapat disebut sebagai refleksi awal, yaitu hasil belajar matematika yang selalu rendah terutama pada kompetensi dasar tentang "Luas Bangun" yang mencakup:

a. Luas bidang datar (persegipanjang, jajargenjang, dan lingkaran)

b. Luas permukaan bangun ruang ( kubus, balok, tabung )

c. Luas gabungan beberapa bangun datar (variasi dari bangun di atas)

d. Luas gabungan sebagian bangun datar (variasi dari sebagian bangun datar)

Dari permasalahan di atas muncul gagasan untuk menerapkan pembelajaran STAD dengan variasi kuis, dengan tujuan untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif, efektif, inovatif, memudahkan, Dari permasalahan di atas muncul gagasan untuk menerapkan pembelajaran STAD dengan variasi kuis, dengan tujuan untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif, efektif, inovatif, memudahkan,

a. Mengajukan izin ke guru kelas yang akan di jadikan objek untuk mengadakan PTK.

b. Mengadakan pertemuan dengan yang terdiri dari: 2 orang guru sebagai observer, yang membicarakan langkah-langkah penelitian.

c. Mempersiapkan rencana pelajaran, Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan instrument pengamatan.

d. Mempersiapkan pengelolaan kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen berdasarkan kemampuan siswa dan jenis kelamin.

Tindakan akan dilaksanakan sesuai dengan tahapan pembelajaran STAD, tetapi ada variasi dengan kegiatan kuis. Kuis dilaksanakan pada tahap unjuk kerja dari setiap kelompok. Jika pada pembelajaran STAD murni, setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya, namun pada pembelajaran ini setiap kelompok memberikan pertanyaan kepada kelompok-kelompok lain. Untuk lebih konkritnya dapat diikuti langkah- langkah kegiatan pembelajaran berikut:

Tabel: 3.1 Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran STAD dan KUIS

Kegiatan Siswa Fase 1

Fase

Tingkah laku Guru

Menyampaikan Guru menyampaikan standar Aktif mendengar, kompetensi yang

melihat, mencatat, diharapkan dan

kompetensi, kompetensi

bertanya, dan memotivasi siswa disertai diharapkan, dan memotivasi menjawab. observasi (10 menit )

dasar dan indikator yang

siswa belajar.

Fase 2

Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi Aktif mendengar, Disertai observasi (15

kepada siswa dengan jalan melihat, mencatat, menit)

demontrasi dan lewat bahan bertanya, dan bacaan.

menjawab, serta membantu melakukan demonstrasi.

Fase 3

Mengorganisasikan siswa Guru menjelaskan kepada Berkelompok secara ke dalam kelompok

heterogen sesuai bekerja dan belajar,

siswa agar membentuk

kemampuan, memberi setiap kelompok 4 siswa memberikan data nama

kelompok belajar dengan

nama, kelompok. yang heterogen (5 menit) anggota kelompok dan

Mendengar, melihat,

mengarahkan setiap

bertanya, menjawab

kelompok agar membuat soal dan kunci jawaban soal yang telah diberikan

Fase 4

Membimbing kelompok Guru membimbing Membuat soal dan bekerja dan belajar

kelompok-kelompok belajar jawabannya sejumlah disertai observasi (15

anggota melalui menit)

pada saat mereka

mengerjakan tugas mereka. diskusi kelompok.

Fase 5

Evaluasi disertai

Bermain kuis antar observasi (35 menit)

Guru mengevaluasi hasil

belajar tentang materi yang kelompok melalui telah dipelajari atau masing- kegiatan bertanya dan masing kelompok

menjawab.

menyampaikan soal kepada kelompok lain

Pada fase 5, yaitu pada saat kegiatan kuis, setiap kelompok memberikan soal kepada kelompok lain. Setiap kelompok mempunyai anggota dengan kode sebagai berikut: Kelompok A mempunyai anggota berkode: A1, A2, A3, dan A4. Kelompok B mempunyai anggota berkode: B1, B2, B3, dan B4. Kelompok C mempunyai anggota berkode: C1, C2, C3, dan C4. Kelompok D mempunyai anggota berkode: D1, D2, D3, dan D4. Kelompok E mempunyai anggota berkode: E1, E2, E3, dan E4. Kelompok F mempunyai anggota berkode: F1, F2, dan F3. Kelompok G mempunyai anggota berkode: G1, G2, dan G3.

Sedangkan aturan mainnya diatur sebagai berikut: Setiap kelompok diberi kesempatan menyampaikan pertanyaan sebanyak 4 soal. Ketika kelompok A tampil menyampaikan pertanyaan, yang diberi kesempatan menjawab adalah kelompok B (B1), C (C1), D (D1), dan E (E1). Dan ketika kelompok B tampil, yang menjawab adalah kelompok F (F1), G (G1), A (A1), C (C2), begitu seterusnya.

Dari kegiatan kuis dapat diketahui kemampuan setiap siswa dalam menilai jawaban temannya maupun kemampuannya dalam menjawab pertanyaan temannya.

2. Tindakan

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a. Siswa berkelompok dengan anggota 4/3 orang siswa yang heterogen kemampuannya.

b. Setiap kelompok bekerjasama membuat soal tentang luas bangun beserta kunci jawabannya.

c. Setiap kelompok unjuk kerja dengan memberikan soalnya kepada anggota kelompok lain secara menyebar. Jika soalnya 4 maka pertanyaan tersebut harus dijawab oleh 4 kelompok, di mana tiap kelompok mengirimkan wakilnya untuk menjawab soal dari kelompok yang tampil.

Pada tahap pelaksanaan tindakan, dilaksanakan skenario pembelajaran sesuai perencanaan yang telah disusun pada tahap perencanaan di atas. Siklus I dilaksanakan selama 2 (dua) pertemuan atau dua kali 40 menit (80 menit). Untuk siklus berikufiya disesuaikan dengan perkembangan siklus I.

3. Observasi

Observasi dilakukan oleh tim observer yang terdiri dari 2 orang guru untuk mengetahui bagaimana kegiatan pembelajaran berlangsung. Beberapa kegiatan penting yang perlu diamati adalah :

1. Fase pembelajaran klasikal, berapa prosen siswa yang aktif: melihat, mendengar, bertanya, menjawab, dan mencatat. Pada fase ini observer menggunakan instrumen angket.

2. Fase pembelajaran kelompok, yang perlu diamati adalah bagaimana kegiatan masing-masing anggota kelompok dalam memainkan peranannya dalam kelompoknya, antara lain : kerja sama, berpendapat, 2. Fase pembelajaran kelompok, yang perlu diamati adalah bagaimana kegiatan masing-masing anggota kelompok dalam memainkan peranannya dalam kelompoknya, antara lain : kerja sama, berpendapat,

3. Fase unjuk kerja tiap kelompok penanya, yang diamati adalah:

a) Bagi penanya dinilai : penampilan, kualitas soal, kualitas kunci jawaban, menilai jawaban.

b) Bagi penjawab dinilai : penampilan, kualitas jawaban, kerjasama, waktu. Pada fase ini digunakan instrumen angket.

4. Semua aktifitas pembelajaran yang positif maupun negatif perlu dicacat

sebagai bahan pertimbangan untuk perencanaan siklus berikutnya.

4. Refleksi

Pada kegiatah refleksi ini, tim peneliti mengadakan pertemuan untuk membahas hasil observasi. Data yang terekam pada instrumen observasi dievaluasi dan diambil kesimpttlan untuk membuat rencana pelaksanaan siklus II. Dari hasil pertemuan tim peneliti menyusun rencana dan mempersiapkan keperluan pembelajaran pada siklus II misalnya: peraga, LKS, dan instrumen observasi atau mungkin penataan ruangan dan peralatan lain yang diperlukan misalnya foto, dan lain-lain.

B. Lokasi, Waktu, dan Subyek Penelitian

Penelitian berlangsung di Kelas VI SD Negeri Sukamukti I Kecamatan Cikijing, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Sedangkan waktu penelitian diadakan pada semester 2 tahun pelajaran 2007/2008.

Jumlah murid SD Negeri Sukamukti I tahun pelajaran 2007/2008 adalah 168 siswa dan jumlah Kelas VI kelas, jumlah pengajar terdiri dari PNS dan guru Bantu/guru honorer, penjaga sekolah honorer 1 orang. Letak lokasi sekolah cukup strategis karena terletak ditepi jalan raya yang mudah dijangkau oleh kendaraan.

Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan dari 4 Januari 2008 sampai dengan 28 Februari 2008. Jadual pelaksanaannya dapat dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Jadual Penelitian

No Waktu

Kegiatan

Pelaksana

1. 4-9 Januari 2008

Peneliti 2. 11 Januari 2008

Identifikasi masalah

Mengajukan izin ke tiap guru Peneliti Kelas VI

Peneliti 4. 24-26 Januari 2008

3. 21-23 Januari 2008

Pembuatan Proposal Penelitian

Pembuatan RPP, LKS, Instrumen Peneliti Observasi,

penggandaan perangkat pembelajaran dan lain lainnya

5. 28 Januari 2008 Pertemuan dengan guru untuk Tim Peneliti membahas pelaksanaan tindakan Siklus I.

6. 28 Jan.-12 Feb 2006

Pelaksanaan Tindakan: Siklus I :

28 Januari 2008

Tim Peneliti 30 Januari 2008

- Pertemuan I

Tim Peneliti 31 Januari 2008

- Pertemuan II

Rencana Tindakan Siklus II

Tim Peneliti

Siklus II :

2 Februari 20078

Tim Peneliti 5 Februari 20078

- Pertemuan III

Tim Peneliti 7 Februari 20078

- Pertemuan IV

Rencana Tindakan Siklus III

Tim Peneliti

Siklus III :

9 Februari 20078

Tim Peneliti 12 Februari 20078

- Pertemuan V

Tim Peneliti 7. 13 - 28 Februari 20078 Penulisan Laporan PTK

- Pertemuan VI

Peneliti Penelitian tindakan kelas ini mengangkat mata pelajaran matematika

sebagai obyek penelitian. Peneliti mengangkat mata pelajaran matematika karena matematika memiliki peranan yang penting dalam kehidupan sehari- hari terutama dalam mendukung kemajuan teknologi dan segala aspek kehidupan yang menyangkut kehidupan di zaman modern sekarang ini. Menurut struktur program Kurikulum 2004 jam pelajaran matematika sebanyak 6 jam pelajaran per minggu.

Dilihat dari tersedianya jam pelajaran dengan tingkat kesulitan siswa dalam menguasai kompetensi dasar yang ada, masih belum imbang. Karena kenyataan yang terjadi masih banyak siswa yang belum menguasai secara tuntas terhadap kompetensi dasar yang ditetapkan.

Kompetensi dasar untuk Kelas VI adalah sebagai berikut:

1. Bilangan : Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.

2. Geometri : Melakukan pengukuran dan menggunakannya dalam pemecahan masalah.

3. Pengolahan Data: Membaca, mengumpulkan, dan menyajikan data. Dalam penelitian ini mengangkat kompetensi dasar geometri yang meliputi luas bangun datar yaitu : luas persegipanjang, persegi, segitiga, jajargenjang, belah ketupat/layang-layang, gabungan bangun datar, dan luas bangun ruang sperti kubus, balok, dan tabung.

Subyek penelitian ini adalah siswa Kelas VI Tahun Pelajaran 2007/2008 yang berada di SD Negeri Sukamukti I Kecamatan Cikijing, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Jumlah subyek penelitian 26 siswa dari 26 siswa. Kondisi siswa ini yang kemampuan matematikanya sangat kurang karena hasil ulangan harian pada pembelajaran sebelumnya hanya mencapai rata-rata 57,8.

Siswa Kelas VI sebagai subyek penelitian ini memiliki karakteristik yang heterogen. Heterogen baik dalam segi kemampuan intelegensi, motivasi belajar, latar belakang keluarga, maupun sifat dan wataknya. Dari segi watak ada beberapa siswa yang memiliki watak sulit diatur, sehingga kadang- kadang menyulitkan guru pada saat pembelajaran berlangsung. Namun secara umum memiliki kepribadian yang cukup baik.

Dilihat dari kemampuan matematika sangat kurang. Permasalahan tersebut mungkin dikarenakan semangat belajar yang kurang. Keadaan tersebut dapat dilihat keadaan sehari-hari, di mana siswa sering mengeluh pusing dan bosan bila diajak belajar matematika. Permasalahan inilah yang mendorong peneliti mengangkat mata pelajaran matematika kompetensi dasar tentang luas bangun sebagai obyek penelitian.

C. Metode Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan beberapa instrument yaitu:

2. Angket, digunakan untuk mengumpulkan kegiatan pembelajaran klasikal.

3. Angket, digunakan untuk mengumpulkan data kegiatan pembelajaran kelompok.

4. Angket, untuk mengumpulkan data kegiatan pembelajaran kuis, baik penjawab, penanya maupun pengamat.

D. Metode Analisis Data

Kegiatan analisis data dilakukan untuk menganalisis data di atas seperti tes hasil belajar, hasil angket dalam berbagai kegiatan pembelajaran berdasarkan indikator keberhasilan yang ditetapkan.

Sedangkan indikator keberhasilan proses pembelajaran ditetapkan sebagai berikut :

1. Data aktifitas pembelajaran klasikal diharapkan dapat mencapai nilai rerata 60% s.d 70%.

2. Tercapainya aktifitas belajar melalui kooperatif STAD dengan rerata 70- 80%.

3. Tercapainya nilai aktifitas belajar melalui KUIS dengan rerata 70-80%.

4. Tercapainya nilai hasil belajar 100% siswa memperoleh 60->60. Bagaimana data tersebut dianalisis, dapat diuraikan berikut ini.

1. Data hasil belajar dianalisis berdasarkan pada ketuntasan belajar, yaitu 100% siswa mencapai 60 - >60.

2. Data aktifitas pembelajaran klasikal diharapkan dapat mencapai nilai rerata 60% s.d 70%

3. Data aktifitas pembelajaran kooperatif STAD ditargetkan dapat mencapai rerata 70 s.d. 80%.

4. Data aktifitas pada pembelajaran kuis diharapkan tiap siswa mampu melaksanakan lima aktifitas dengan benar yaitu: penampilan bertanya, menilai jawaban, membuat kunci jawaban, penampilan menjawab, dan kualitas jawaban. Namun target minimal dapat mencapai rerata sampai 70%-80%.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Uraian Penelitian Secara Umum

Mata pelajaran Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam menunjang ilmu pengetahuan yang lain. Namun hasil belajar matematika selalu rendah. Hal ini menarik perhatian peneliti untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui penelitian tindakan kelas dengan menerapkan tindakan pembelajaran STAD dan KUIS. Subyek penelitian adalah siswa Kelas VI SD Negeri Sukamukti I Tahun Pelajaran 2007/2008. Pengumpulan data menggunakan tes dan angket. Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan jawaban positif terhadap hipotesis yang diajukan.

B. Penjelasan Per Siklus

Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga siklus. Namun sebelumnya akan disampaikan kegiatan pra tindakan.

1. Pra Tindakan

Peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas kepada guru. Peneliti membentuk tim yang terdiri dari peneliti dan dua orang guru serta seorang pengambil gambar. Kemudian tim membahas segala kegiatan yang akan dilakukan pada kegiatan pembelajaran, antara lain:

a. Mempelajari langkah-langkah kegiatan pembelajaran beserta pembagian waktunya.

b. Mempelajari instrumen yang akan digunakan merekam segala kejadian dan cara pengisiannya.

c. Mempelajari interaksi antar kelompok pada saat kegiatan kuis.

d. Mempelajari kode anggota kelompok beserta kartu anggota kelompok dan tugas masing-masing kelompok.

e. Pembagian tugas masing-masing anggota tim, sebagai berikut:

1) Peneliti sebagai pemberi tindakan dan mengamati segala kejadian yang muncul, baik positif maupun negatif.

2) Pengamat I sebagai pengamat kegiatan belajat klasikal, kegiatan kelompok (A, B, dan C), dan kegiatan penanya.

3) Pengamat II sebagai pengamat kegiatan belajar klasikal, kegiatan kelompok (D, E, F, dan G), dan kegiatan penjawab.

4) Pemotret, sebagai pengambil gambar semua kegiatan pembelajaran. Setelah semua anggota tim memahami berbagai kegiatan yang akan dilakukan, pertemuan diakhiri.