PEMETAAN DAERAH RAWAN PANGAN DI KABUPATE

EMBRYO VOL. 8 NO. 2

DESEMBER 2011

ISSN 0216-0188

PEMETAAN DAERAH RAWAN PANGAN
DI KABUPATEN BANGKALAN
(Studi Kasus Kecamatan Tanah Merah)
Agus Romadhon1, Sucipto2
1
Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
2
Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Abstract
Food insecurity that happened in the region or in household or individual level means is not
achievement food security conditions in that area. Food insecurity, it means the lack of individual to get
and access their food needs. Food needs doesn’t fullfill are influenced by food availibility, distribution and
access to get food. Bangkalan region become one of the area that include of the food insecurity category in
East Java Province (FIA, 2007). Bangkalan area is 1.261.820 km2 that divided into 18 district and 281
villages. Generally, the conditions of the Bangkalan area soil is dry land.

Mapping of food insecurity aimed to determine the food needs conditions of that area in order to
intervention and treatment that area if include in the food insecurity category. The indicator of this research
are the dimensions of food security, social, health and economic development. This research is one of
determine that need to make mapping and treatment for food insecurity in Blega Area.
Key Words : Food insecurity, availibility, distribution, Blega Area

dengan kabupaten lainnya di Pulau Madura, di
identifikasi sebagai wilayah yang rentan
terhadap rawan pangan dengan menggunakan
10 indikator penduduk rawan pangan (hasil
pemetaan rawan pangan, FIA, 2005). Wilayah
di Propinsi Jawa Timur berdasarkan data tahun
2002 baru direlease pada awal tahun 2006
menunjukkan bahwa selama ini Jawa Timur
dikenal sebagai Propinsi penyangga pangan di
Indonesia, ternyata masih terdapat 8 wilayah
kabupaten yang masuk katagori rawan pangan,
yaitu
Kabupaten
Jember,

Bondowoso,
Situbondo, Probolinggo, Bangkalan, Sampang,
Pamekasan dan Sumenep.
Metode
penyusunan
indikator
penduduk/wilayah rawan pangan tidak dapat
sepenuhnya menggunakan indikator dari daerah
lainnya maupun metode yang berlaku pada
level nasional. Hal ini didasarkan pada
pemikiran bahwa masing-masing wilayah
kabupaten/kota memiliki karakteristik spesifik
yang tidak dimiliki oleh wilayah lainnya di
Indonesia. Oleh karenanya perlu dilakukan
studi tentang “Penyusunan Indikator dan
Pemetaan Daerah Rawan Pangan Kabupaten
Bangkalan”.

Pendahuluan
Latar Belakang

Kabupaten Bangkalan merupakan
salah satu kabupaten yang berada di Pulau
Madura, dengan luas wilayah 1,261.820 km2
(Dispertanak Kabupaten Bangkalan, 2005) dan
berpenduduk sebesar 826.258 jiwa dengan
perkembangan antara 0.4 % sampai dengan 0.5
% pertahun. Kabupaten Bangkalan terdiri dari
18 wilayah kecamatan dengan 10 wilayah
sebagai kecamatan pesisir (Modung, Kwanyar,
Labang, Kamal, Socah, Bangkalan, Arosbaya,
Klampis, Sepuluh dan Tanjung Bumi) dan 8
wilayah teresterial (Burneh, Kokop, Konang,
Galis, Tanah Merah, Tragah,
Geger dan
Blega).
Kondisi
geografis
wilayah
menunjukkan bahwasanya wilayah Kabupaten
Bangkalan, memiliki perbedaan dari sisi fisik,

topografi dan geo sosial ekonomi. Kondisi
tersebut juga mempengaruhi terhadap sebaran
sumberdaya wilayah yang ada. Selain itu
Kabupaten Bangkalan, dilihat dari letaknya,
memiliki posisi sangat strategis karena sebagai
pintu masuk dan keluar barang dan jasa di
Pulau Madura serta berbatasan langsung
dengan pusat pertumbuhan ekonomi sekaligus
sebagai Ibukota Provinsi Jawa Timur, yaitu
Kotamadya Surabaya.
Kabupaten Bangkalan sebagai bagian
dari Provinsi Jawa Timur, dan seperti halnya

Metode Penelitian
Waktu dan Tempat
Kegiatan “Penyusunan Indikator dan
Pemetaan Daerah Rawan Pangan Kec. Tanah
88

Pemetaan Daerah Rawan...


(Sucipto)

88 – 99

penyusunan indikator rawan pangan, tahapan
penentuan wilayah rawan pangan dan tahapan
penyusunan arahan untuk Pengelolaan daerah
rawan pangan. Secara rinci tahapan analisis
dalam studi ini disajikan sebagai berikut:
Metode identifikasi wilayah rawan
pangan pada tingkat kecamatan dilakukan
dengan menggunakan berbagai indikator yang
digunakan dalam analisa kerawanan pangan
dengan menyesuaikan dengan indikator FIA
(food insecurity atlas) yang digunakan dalam
analisis kerawanan pangan nasional.
Metode analisis dalam studi ini dilakukan
dengan
3

tahapan,
meliputi
tahapan
penyusunan indikator rawan pangan, tahapan
penentuan wilayah rawan pangan dan tahapan
penyusunan arahan untuk Pengelolaan daerah
rawan pangan.

Merah Kab. Bangkalan” dilakukan selama 4
bulan, dimulai pada waktu bulan April sampai
bulan Agustus 2010.
Pelaksanaan dilakukan pada wilayah
Kecamatan Blega meliputi :
1. Penyusunan Indikator Rawan Pangan
meliputi dimensi ketersediaan pangan,
kesehatan dan sosial dan ekonomi.
2. Penentuan daerah Rawan Pangan
Penyusunan arahan yang tepat untuk
Pengelolaan daerah rawan pangan di
Kec.

Tanah
Merah
Kabupaten
Bangkalan
Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan untuk
mendapatkan data dalam kegiatan “Penyusunan
Indikator dan Pemetaan Daerah Rawan Pangan
Kec. Tanah Merah Kabupaten Bangkalan” ini
adalah sebagai berikut :
1. Wawancara
merupakan suatu proses untuk mencari data
secara langsung dengan cara komunikasi
dengan masyarakat dan pihak terkait.
Diharapkan
dengan
cara
ini
dapat
mengumpulkan informasi mengenai sejumlah

indikator kerawanan pangan di wilayah studi.
2. Metode observasi
merupakan pengamatan secara langsung dan
mengadakan pencatatan secara sistimatis
terhadap sarana-prasarana wilayah dan kondisi
pertanian di wilayah studi. Dalam metode ini
akan menghasilkan data primer yang sangat
diperlukan
dalam
pengumpulan
data
kerawanan pangan.
3. Studi pustaka
merupakan pengadaan tinjauan pustaka pada
buku maupun literatur guna memperdalam
pemahaman
teori
dalam
mendekati
permasalahan tentang penentuan daerah rawan

pangan. Dalam studi pustaka ini akan
mendapatkan penguasaan materi yang lebih
dalam lagi.

Hasil Dan Pembahasan
Identifikasi
dan
Penyusunan
Dimensi
Penduduk Rawan Pangan Dalam Bentuk
Indikator Rawan Pangan di Kecamatan Tanah
Merah.
Penentuan indikator–indikator dalam
penentuan kawasan rawan pangan diperlukan
untuk memilah indikator dalam pemetaan
penduduk rawan pangan (14 indikator) yang
dianggap berpengaruh sangat besar terhadap
terjadinya kerawanan pangan (memiliki
pengaruh
yang

signifikan).
Dalam
pelaksanaannya tidak semua indikator dapat
dipenuhi oleh suatu wilayah dalam memetakan
penduduk rawan pangan. Pemenuhan semua
indikator tersebut tergantung pada ketersediaan
data penunjang. Ketersediaan data penunjang
ini juga sangat dipengaruhi oleh penyusunan
data profil wilayah, Susenas, Susesda ataupun
hasil pendataan lainnya.
Berdasarkan perbedaan ketersediaan
kelengkapan data wilayah tersebut, telah
diidentifikasi dan disusun sejumlah indikatorindikator yang tepat dalam menentukan
kawasan rawan pangan di Kecamatan Tanah
Merah. Hasil identifikasi indikator penentu
tersebut sebagai berikut :

Analisa Data
Metode identifikasi wilayah rawan
pangan pada tingkat kecamatan dilakukan

dengan menggunakan berbagai indikator yang
digunakan dalam analisa kerawanan pangan
dengan menyesuaikan dengan indikator FIA
(food insecurity atlas) yang digunakan dalam
analisis kerawanan pangan nasional.
Metode analisis dalam studi ini
dilakukan dengan 3 tahapan, meliputi tahapan

Kecamatan Tanah Merah
Kecamatan Tanah Merah sebagai
salah satu wilayah kajian juga memiliki
keterbatasan dalam pemenuhan terhadap 14
indikator yang dianggap berpengaruh sangat
besar terhadap terjadinya kerawanan pangan
89

EMBRYO VOL. 8 NO. 2

DESEMBER 2011

ISSN 0216-0188

daerah rawan banjir dan penyimpangan curah
hujan) tidak dapat dipenuhi.
Detail pemenuhan dimensi penduduk
rawan pangan dalam bentuk indikator rawan
pangan di Kecamatan Tanah Merah, sebagai
berikut :

(memiliki pengaruh yang signifikan) meliputi
dimensi kelompok indikator ketersediaan
pangan, akses pangan dan mata pencaharian,
serta kesehatan dan gizi. Untuk dimensi
kelompok indikator kerawanan pangan
(prosentase daerah berhutan, daerah puso,

Tabel 1. Pemenuhan Dimensi Penduduk Rawan Pangan Dalam Bentuk Indikator Rawan Pangan Di
Kecamatan Tanah Merah
Dimensi Kelompok
Indikator

Indikator
1.

A

Ketersediaan pangan

2.
B

Akses pangan dan mata
pencaharian

3.
4.

Konsumsi normatif
perkapita terhadap ratio
ketersediaan bersih padi,
jagung, ubikayu dan ubi
jalar.
% penduduk yang hidup di
bawah garis kemiskinan
% desa yang tidak bisa
dilalui roda empat.
% desa yang tidak
mempunyai akses listrik.

5.

C

D

Kesehatan dan Gizi

Kerawanan Pangan

Angka harapan hidup pada
saat lahir
6. Berat badan balita dibawah
stándar
7. % perempuan buta huruf
8. Angka kematian bayi
9. % penduduk tanpa akses ke
air bersih
10. % penduduk yang tinggal >
5 km dari puskesmas
11.
12.
13.
14.

% daerah berhutan
% daerah puso
Daerah rawan banjir
Penyimpangan curah hujan

Pemenuhan
o

Data terpenuhi

o

Data terpenuhi

o

Data terpenuhi

o
o

Data terpenuhi
Data terpenuhi

o

Data tidak terpenuhi

o

Data terpenuhi

o

Data tidak terpenuhi

o

Data terpenuhi

o
o
o
o
o

Data terpenuhi
Data tidak terpenuhi
Data tidak terpenuhi
Data tidak terpenuhi
Data tidak terpenuhi

ditampilkan dalam bentuk peta daerah rawan
pangan.

Hasil pemenuhan data terhadap
sejumlah indikator tersebut, (8 indikator)
selanjutnya akan digunakan untuk menganalisa
tingkat kerawanan pangan di Kecamatan Tanah
Merah.

Kecamatan Tanah Merah
Hasil
identifikasi
pemenuhan
indikator penentuan daerah rawan pangan di
Kecamatan Tanah Merah meliputi kategori
ketersediaan pangan, akses pangan dan mata
pencaharian, serta kesehatan dan gizi.
Analisa wilayah desa di Kecamatan
Tanah Merah menurut kategori rawan pangan
sebagai berikut :

Analisa Wilayah Desa di Kecamatan Tanah
Merah Menurut Kategori Rawan Pangan.
Analisa wilayah desa
menurut
kategori daerah rawan pangan dilakukan
berdasarkan pemenuhan atas indikator rawan
pangan yang telah dihasilkan. Hasil analisa
tiap desa di wilayah kajian selanjutnya
90

Pemetaan Daerah Rawan...

(Sucipto)

88 – 99

terhadap ketersediaan serealia (Consumption to
Net Cereal Availibility Ratio). Hasil analisa
terhadap kesediaan pangan sebagai berikut :

Ketersediaan Pangan
Dimensi ketersediaan pangan terdiri
dari indikator kebutuhan konsumsi normatif

Tabel 2. Produksi Serealia di Kecamatan Tanah Merah
Produksi (ton)
No

Desa

Padi sawah

Padi ladang

Jagung

Jumlah (ton)
Ketela Pohon

Jumlah
(gram)

1

Pacentan

470,00

585,00

15,00

1070,00

1.070.000.000

2

Baipajung

540,00

706,00

32,00

1278,00

1.278.000.000

3

Tanah Merah Laok

365,00

911,00

45,00

1337,00

1.337.000.000

4

Kranggan barat

505,00

876,00

41,00

1422,00

1.422.000.000

5

Pangeleyan

505,00

406,00

32,00

943,00

943.000.000

6

Padurungan

500,00

439,00

6,00

945,00

945.000.000

7

Petrah

575,00

724,00

13,00

1312,00

1.312.000.000

8

Tanah Merah Daja

645,00

9,00

411,00

6,00

1071,00

1.071.000.000

9

Dumajah

956,00

26,00

346,00

32,00

1360,00

1.360.000.000

10

Patemon

635,00

346,00

41,00

1022,00

1.022.000.000

11

Tlomar

770,00

499,00

25,00

1302,00

1.302.000.000

12

Kendaban

439,00

536,00

6,00

981,00

981.000.000

13

Jangkar

478,00

20,00

361,00

45,00

904,00

904.000.000

14

Pettong

442,00

10,00

411,00

64,00

927,00

927.000.000

15

Landak

640,00

417,00

46,00

1103,00

1.103.000.000

16

Rongdurin

590,00

445,00

46,00

1091,00

1.091.000.000

17

Batangan

833,00

386,00

46,00

1265,00

1.265.000.000

18

Dlambah laok

375,00

24,00

493,00

35,00

927,00

927.000.000

19

Dlambah dajah

354,00

33,00

562,00

15,00

964,00

964.000.000

20

Mrecah

758,00

367,00

35,00

1160,00

1.160.000.000

21

Buduran

850,00

371,00

25,00

1246,00

1.246.000.000

22

Poter

941,00

337,00

13,00

1291,00

1.291.000.000

23

Basanah

750,00

321,00

29,00

1100,00

1.100.000.000

16,00

8,00

10,00

Sumber : Profil Kecamatan Tanah Merah, 2009

Tabel 3. Analisa Konsumsi Normatif di Kecamatan Tanah Merah

1

Pacentan

3.306

1.070.000.000

Ketersediaan
Serealia
Perkapita
Perhari
899,04

2

Baipajung

4.409

1.278.000.000

805,17

3

Tanah Merah Laok

6.050

1.337.000.000

613,87

0,49

Surplus tinggi

4

Kranggan barat

1.815

1.422.000.000

2.176,31

0,14

Surplus tinggi

5

Pangeleyan

550

943.000.000

4.762,63

0,06

Surplus tinggi

6

Padurungan

1.487

945.000.000

1.765,30

0,17

Surplus tinggi

7

Petrah

2.490

1.312.000.000

1.463,63

0,20

Surplus tinggi

8

Tanah Merah Daja

3.509

1.071.000.000

847,82

0,35

Surplus tinggi

9

Dumajah

3.463

1.360.000.000

1.090,90

0,28

Surplus tinggi

10

Patemon

645

1.022.000.000

4.401,38

0,07

Surplus tinggi
Surplus tinggi

No

Desa

Jumlah
Penduduk

Jumlah Produksi
Serealia(Gram)

Konsumsi
Normatif

Kategori

0,33

Surplus tinggi

0,37

Surplus tinggi

11

Tlomar

2.538

1.302.000.000

1.425,01

0,21

12

Kendaban

1.231

981.000.000

2.213,65

0,14

Surplus tinggi

13

Jangkar

4.825

904.000.000

520,44

0,58

Surplus sedang

14

Pettong

2.454

927.000.000

1.049,31

0,29

Surplus tinggi

15

Landak

1.545

1.103.000.000

1.983,10

0,15

Surplus tinggi

91

EMBRYO VOL. 8 NO. 2

DESEMBER 2011

ISSN 0216-0188

16

Rongdurin

1.492

1.091.000.000

2.031,20

0,15

17

Batangan

3.400

1.265.000.000

1.033,50

0,29

Surplus tinggi
Surplus tinggi

18

Dlambah laok

1.041

927.000.000

2.473,58

0,12

Surplus tinggi

19

Dlambah dajah

4.937

964.000.000

542,39

0,55

Surplus sedang

20

Mrecah

2.650

1.160.000.000

1.215,93

0,25

Surplus tinggi

21

Buduran

3.439

1.246.000.000

1.006,43

0,30

Surplus tinggi

22

Poter

1.969

1.291.000.000

1.821,29

0,16

Surplus tinggi

23

Basanah

619

1.100.000.000

4.936,28

0,06

Surplus tinggi

59.864

26.021.000.000

1.207,41

0,25

Surplus tinggi

Jumlah

Sumber : Profil Kecamatan Tanah Merah, 2009
Akses Pangan dan Mata Pencaharian (Food
Access)
Dimensi akses pangan dan mata
pencaharian meliputi indikator
prosentase
penduduk yang hidup di bawah garis
kemiskinan (Population Below Poverty Line);
prosentase rumah tangga yang tidak dapat
meng-akses listrik (Access to Electricity),
prosentase infrastruktur jalan yang bisa dilalui
oleh kendaraan roda empat (Villages with
connec-tivity);
Hasil lengkap analisa dimensi akses
pangan di Kecamatan Tanah Merah, sebagai
berikut :

Hasil analisa konsumsi normatif di
Kecamatan Tanah Merah menunjukkan
ketahanan pangan rata –rata tiap desa di
Kecamatan Tanah Merah tergolong kategori
surplus tinggi (0,25).
Kondisi ini
menunjukkan di tiap desa pemenuhan
kebutuhan akan serealia telah tercukupi dengan
baik atau supply serealia masih lebih tinggi dari
demand serealia.

Tabel 4. Analisa Penduduk Tanpa Akses Listrik di Kecamatan Tanah Merah
Jenis Penerangan (KK)

1

Pacentan

167,00

562,00

729,00

% Jumlah KK
tidak terlayani
listrik
77,09

2

Baipajung

225,00

815,00

1.040,00

78,37

3

Tanah Merah Laok

236,00

1.103,00

1.339,00

82,37

Sangat rawan

4

Kranggan barat

139,00

320,00

459,00

69,72

Sangat rawan

5

Pangeleyan

67,00

27,00

94,00

28,72

Cukup tahan

6

Padurungan

180,00

98,00

278,00

35,25

Agak rawan

7

Petrah

286,00

306,00

592,00

51,69

Sangat rawan

8

Tanah Merah Daja

255,00

550,00

805,00

68,32

Sangat rawan

9

Dumajah

238,00

561,00

799,00

70,21

Sangat rawan

10

Patemon

149,00

2,00

151,00

1,32

Sangat tahan

11

Tlomar

215,00

270,00

485,00

55,67

Sangat rawan

12

Kendaban

135,00

136,00

271,00

50,18

Sangat rawan

13

Jangkar

280,00

755,00

1.035,00

72,95

Sangat rawan

No

Desa

Listrik

Jumlah KK

Minyak tanah

Kategori
Sangat rawan
Sangat rawan

14

Pettong

192,00

539,00

731,00

73,73

Sangat rawan

15

Landak

150,00

297,00

447,00

66,44

Sangat rawan

16

Rongdurin

162,00

347,00

509,00

68,17

Sangat rawan

17

Batangan

215,00

555,00

770,00

72,08

Sangat rawan

18

Dlambah laok

182,00

97,00

279,00

34,77

Agak rawan

19

Dlambah dajah

254,00

719,00

973,00

73,90

Sangat rawan

20

Mrecah

142,00

239,00

381,00

62,73

Sangat rawan

21

Buduran

169,00

435,00

604,00

72,02

Sangat rawan

22

Poter

183,00

276,00

459,00

60,13

Sangat rawan

92

Pemetaan Daerah Rawan...

23

Basanah
Jumlah

(Sucipto)

88 – 99

72,00

8,00

80,00

10,00

Sangat tahan

4.293,00

9.017,00

13.310,00

67,75

Sangat rawan

Sumber : Hasil Olahan dari Profil Kecamatan Tanah Merah, 2009
tergolong kategori agak rawan dan cukup
rawan (Dlambah Laok, Pangeleyan dan
Padurungan).
Kondisi ini menyebabkan
terbatasnya aktivitas masyarakat desa pada
malam hari di Kecamatan Tanah Merah.

Hasil analisa terhadap prosentase
rumah tangga yang tidak dapat meng-akses
listrik, menunjukkan secara umum desa-desa di
Kecamatan Tanah Merah tergolong kategori
sangat rawan (67,75). Hanya terdapat 3 desa

Tabel 5. Analisa Penduduk Dibawah Garis Kemiskinan di Kecamatan Tanah Merah
No

Jumlah Keluarga
Teridentifikasi

Desa

Keluarga Pra
Sejahtera&
Sejahtera I (KK)

Ketegori

% Jumlah KK
Miskin

1

Pacentan

804

750

93,28

Sangat rawan

2

Baipajung

879

695

79,07

Sangat rawan

3

Tanah Merah Laok

1303

769

59,02

Sangat rawan

4

Kranggan barat

431

348

80,74

Sangat rawan

5

Pangeleyan

124

83

66,94

Sangat rawan

6

Padurungan

341

311

91,20

Sangat rawan

7

Petrah

501

341

68,06

Sangat rawan

8

Tanah Merah Daja

892

561

62,89

Sangat rawan

9

Dumajah

941

633

67,27

Sangat rawan

10

Patemon

170

123

72,35

Sangat rawan

11

Tlomar

624

397

63,62

Sangat rawan
Sangat rawan

12

Kendaban

346

266

76,88

13

Jangkar

1058

702

66,35

Sangat rawan

14

Pettong

700

646

92,29

Sangat rawan

15

Landak

406

369

90,89

Sangat rawan

16

Rongdurin

554

524

94,58

Sangat rawan

17

Batangan

770

680

88,31

Sangat rawan

18

Dlambah laok

402

293

72,89

Sangat rawan

19

Dlambah dajah

861

274

31,82

Rawan

20

Mrecah

566

479

84,63

Sangat rawan

21

Buduran

809

621

76,76

Sangat rawan

22

Poter

571

290

50,79

Sangat rawan

23

Basanah

139

86

61,87

Sangat rawan

14192

10241

72,16

Sangat rawan

Jumlah

Sumber : Hasil Olahan dari Profil Kecamatan Tanah Merah, 2009
kategori sangat rawan (72,16). Hanya terdapat
satu wilayah desa yang tergolong ketegori
rawan, terdapat di desa Dlambah dajah.

Hasil analisa terhadap prosentase
penduduk yang hidup di bawah garis
kemiskinan, menunjukkan secara umum desadesa di Kecamatan Tanah Merah tergolong

Tabel 6. Analisa Desa yang Tidak Dapat Dilalui Roda Empat di Kecamatan
No

Desa

Tanah Merah

% Desa yang Dapat Dilalui Roda 4

Kategori

0
0

Sangat tahan
Sangat tahan

1
2

Pacentan
Baipajung

3

Tanah Merah Laok

0

Sangat tahan

4

Kranggan barat

0

Sangat tahan

93

EMBRYO VOL. 8 NO. 2

DESEMBER 2011

ISSN 0216-0188

5

Pangeleyan

0

Sangat tahan

6

Padurungan

0

Sangat tahan

7

Petrah

0

Sangat tahan

8

Tanah Merah Daja

0

Sangat tahan

9

Dumajah

0

Sangat tahan

10

Patemon

0

Sangat tahan

11

Tlomar

0

Sangat tahan

12

Kendaban

0

Sangat tahan

13

Jangkar

0

Sangat tahan

14

Pettong

0

Sangat tahan

15

Landak

0

Sangat tahan

16

Rongdurin

0

Sangat tahan

17

Batangan

0

Sangat tahan

18

Dlambah laok

0

Sangat tahan

19

Dlambah dajah

0

Sangat tahan

20

Mrecah

0

Sangat tahan

21

Buduran

0

Sangat tahan

22

Poter

0

Sangat tahan

23

Basanah

0

Sangat tahan

Sumber : Hasil Olahan dari Profil Kecamatan Tanah Merah, 2009
Dimensi penyerapan pangan meliputi
angka kematian bayi waktu lahir (Infant
Mortality Rate, IMR); umur harapan hidup
anak usia 1 tahun (Life Expectancy); prosentase
penduduk yang dapat mengakses air bersih
(Access to safe drinking water); prosentase
penduduk yang tinggal > 5 km dari puskesmas
(Access to puskesmas);
dan
prosentase
penduduk yang buta huruf (Illiteracy)
Hasil lengkap analisa dimensi akses
pangan di Kecamatan Tanah Merah, sebagai
berikut :

Hasil analisa terhadap prosentase
infrastruktur jalan yang bisa dilalui oleh
kendaraan roda empat, menunjukkan secara
umum desa-desa di Kecamatan Tanah Merah
tergolong kategori sangat tahan.
Hal ini
menunjukkan hampir di semua jalan yang
menghubungkan antar desa di Kecamatan
Tanah Merah memiliki kondisi baik sehingga
dapat dilalui kendaraan roda empat .
Penyerapan Pangan (Utilization)

Tabel 7. Angka Harapan Hidup di Kecamatan Tanah Merah
No

AHH

Kategori

1

Pacentan

Desa

6,20

Tahan

2

Baipajung

6,20

Tahan

3

Tanah Merah Laok

6,20

Tahan

4

Kranggan barat

6,20

Tahan

5

Pangeleyan

6,20

Tahan

6

Padurungan

6,20

Tahan

7

Petrah

6,20

Tahan

8

Tanah Merah Daja

6,20

Tahan

9

Dumajah

6,20

Tahan

10

Patemon

6,20

Tahan

11

Tlomar

6,20

Tahan

12

Kendaban

6,20

Tahan

13

Jangkar

6,20

Tahan

14

Pettong

6,20

Tahan

15

Landak

6,20

Tahan

94

Pemetaan Daerah Rawan...

(Sucipto)

88 – 99

16

Rongdurin

6,20

17

Batangan

6,20

Tahan
Tahan

18

Dlambah laok

6,20

Tahan

19

Dlambah dajah

6,20

Tahan

20

Mrecah

6,20

Tahan

21

Buduran

6,20

Tahan

22

Poter

6,20

Tahan

23

Basanah

6,20

Tahan

Sumber : BPS Jatim, 2009
Angka harapan hidup (AHH) di
Kecamatan
Tanah
Merah
(Kabupaten
Bangkalan) pada umumnya tergolong kategori
tahan. Nilai AHH sebesar 6,20 memiliki makna

umur harapan hidup anak usia 1 tahun (Life
Expectancy) yang lahir wilayah desa di
Kecamatan Tanah Merah, akan berumur
sampai umur 62 tahun.

Tabel 8. Analisa Penduduk yang Tinggal > 5 km dari Puskesmas di Kecamatan Tanah Merah
No

Desa

Jarak ke Puskesmas

Kategori

1

Pacentan

6,00

Tahan

2

Baipajung

5,00

Tahan

3

Tanah Merah Laok

2,00

Sangat tahan

4

Kranggan barat

3,00

Sangat tahan

5

Pangeleyan

3,00

Sangat tahan

6

Padurungan

2,50

Sangat tahan

7

Petrah

0,00

Sangat tahan

8

Tanah Merah Daja

0,50

Sangat tahan

9

Dumajah

3,90

Sangat tahan

10

Patemon

4,50

Sangat tahan

11

Tlomar

8,00

Tahan

12

Kendaban

2,50

Sangat tahan

13

Jangkar

3,00

Sangat tahan

14

Pettong

7,50

Tahan

15

Landak

10,00

Cukup tahan

16

Rongdurin

9,00

Tahan

17

Batangan

14,50

Cukup tahan

18

Dlambah laok

9,50

Tahan

19

Dlambah dajah

14,50

Cukup tahan

20

Mrecah

8,00

Tahan

21

Buduran

8,00

Tahan

22

Poter

5,50

Tahan

23

Basanah

7,00

Tahan

Sumber : Hasil Olahan dari Profil Kecamatan Tanah Merah, 2009

95

EMBRYO VOL. 8 NO. 2

DESEMBER 2011

ISSN 0216-0188

sangat tahan). Hal ini menunjukkan akses
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan dapat terpenuhi dengan baik.

Hasil
analisa
menunjukkan,
umumnya masyarakat desa di Kecamatan
Tanah Merah untuk keperluaan kesehatan
memiliki kemudahan (tergolong kategori

Tabel 9. Analisa Angka Kematian Bayi di Kecamatan Tanah Merah
No

Desa

Jumlah Bayi

Prosentase

Lahir

Kategori

Mati

1

Pacentan

67

0,00

Sangat tahan

2

Baipajung

71

0,00

Sangat tahan

3

Tanah Merah Laok

104

0,96

Sangat tahan

4

Kranggan barat

42

0,00

Sangat tahan

5

Pangeleyan

19

0,00

Sangat tahan

6

Padurungan

26

0,00

Sangat tahan

7

Petrah

61

0,00

Sangat tahan

8

Tanah Merah Daja

72

0,00

Sangat tahan

9

Dumajah

83

1,20

Sangat tahan

10

Patemon

10

0,00

Sangat tahan

11

Tlomar

47

0,00

Sangat tahan

12

Kendaban

19

0,00

Sangat tahan

13

Jangkar

60

0,00

Sangat tahan

14

Pettong

35

0,00

Sangat tahan

15

Landak

27

0,00

Sangat tahan

16

Rongdurin

30

0,00

Sangat tahan

17

Batangan

72

0,00

Sangat tahan

18

Dlambah laok

34

0,00

Sangat tahan

19

Dlambah dajah

83

0,00

Sangat tahan

20

Mrecah

41

0,00

Sangat tahan

21

Buduran

66

0,00

Sangat tahan

22

Poter

61

0,00

Sangat tahan

23

Basanah

17

0,00

Sangat tahan

1

1

Sumber : Hasil Olahan dari Profil Kecamatan Tanah Merah, 2009
baik. Untuk indikator prosentase kematian bayi,
kondisi ini tergolong dalam kategori sangat
tahan.

Angka kematian bayi di Kecamatan
Tanah Merah sangat rendah (2 kasus dalam 1
tahun). Hal ini menunjukkan pelayanan
persalinan di Kecamatan Tanah Merah sangat

Tabel 10. Analisa Penduduk Buta Huruf di Kecamatan Tanah Merah
Jumlah Penduduk
No

Desa

Buta Huruf

Prosentase

Keseluruhan

Kategori

1

Pacentan

972

3.306,0

29,40

2

Baipajung

189

4.409,0

4,29

Sangat tahan

Rawan

3

Tanah Merah Laok

0

6.050,0

0,00

Sangat tahan

4

Kranggan barat

257

1.815,0

14,16

5

Pangeleyan

50

550,0

9,09

Cukup tahan
Tahan

6

Padurungan

65

1.487,0

4,37

Sangat tahan

7

Petrah

90

2.490,0

3,61

Sangat tahan

8

Tanah Merah Daja

151

3.509,0

4,30

Sangat tahan

9

Dumajah

148

3.463,0

4,27

Sangat tahan

96

Pemetaan Daerah Rawan...

10

Patemon

11

Tlomar

12
13
14

(Sucipto)

88 – 99

60

645,0

9,30

Tahan

114

2.538,0

4,49

Sangat tahan

Kendaban

27

1.231,0

2,19

Sangat tahan

Jangkar

22

4.825,0

0,46

Pettong

662

2.454,0

26,98

15

Landak

442

1.545,0

28,61

16

Rongdurin

52

1.492,0

3,49

17

Batangan

18

Dlambah laok

19

Dlambah dajah

20

Mrecah

21

Buduran

22

Poter

23

Basanah

Sangat tahan
Rawan
Rawan
Sangat tahan

85

3.400,0

2,50

Sangat tahan

456

1.041,0

43,80

Sangat rawan

0

4.937,0

0,00

Sangat tahan

45

2650

1,70

Sangat tahan

66

3439

1,92

Sangat tahan

102

1969

5,18

Tahan

60

619

9,69

Tahan

Sumber : Hasil Olahan dari PMD Bangkalan, 2009
Hasil analisa menunjukkan untuk
indikator penduduk buta huruf di desa pada
Kecamatan Tanah Merah, pada umumnya
tergolong kategori sangat tahan. Terdapat tiga
desa yang tergolong kategori rawan, yaitu desa
Pettong, Landak dan Pacentan serta satu desa
tergolong sangat rawan, yaitu desa Dlambah
laok. Kondisi ini mengindikasikan tingkat
kesadaran pendidikan di ke empat wilayah desa
tersebut lebih rendah dibandingkan dengan
wilayah desa lainnya di Kecamatan Tanah
Merah

Karakteristik Wilayah Pengelolaan Daerah
Rawan Pangan di Kecamatan Tanah Merah
Karakteristik wilayah rawan pangan
di Kecamatan Tanah Merah dicirikan oleh
sebaran wilayah lahan pertanian yang besar.
Sarana dan prasarana masih terbatas dan pola
pertanian umumnya masih dilakukan secara
tradisonal dan pola pertanian subsistem masih
tinggi
Penyebab kerawanan pangan di
Kecamatan Tanah Merah berdasarkan atas
indikator kerawanan pangan yang digunakan
adalah sebagai berikut :

Tabel 11. Wilayah Desa dengan Pemenuhan Indikator Kurang Baik di Kecamatan Tanah Merah

A

B

Dimensi Kelompok
Indikator
Ketersediaan pangan

Akses pangan dan mata
pencaharian

Indikator
1.
2.
3.
4.

5.
6.
C

Kesehatan dan Gizi

7.
8.

Desa

Konsumsi normative
% penduduk yang hidup di
bawah garis kemiskinan
% desa yang tidak bisa
dilalui roda empat.
% desa yang tidak
mempunyai akses listrik.

o
o

Semua desa surplus
Semua desa rawan

o

Tidak ada

o

Angka harapan hidup pada
saat lahir
% penduduk buta huruf

o

Kecuali Patemon,
Pangeleyan dan Basanah
Semua desa baik

Angka kematian bayi
% penduduk yang tinggal >
5 km dari puskesmas

Penyebab kerawanan pangan di
Kecamatan Tanah Merah meliputi indikator

o
o
o

Pacentan, Petong,
Landak, Dlambah lao
Semua desa tahan
Semua desatahan

penduduk dibawah garis kemiskinan, akses
listrik dan penduduk buta huruf.

97

EMBRYO VOL. 8 NO. 2

DESEMBER 2011

Alternatif
Rekomendasi
Kebijakan
Pengelolaan Daerah Rawan Pangan
Alternatif kebijakan penanggulangan
rawan pangan adalah dengan meningkatkan
aksesibilitas terhadap pangan dan mendorong
tumbuhnya aktivitas perekonomian di tingkat
wilayah dan rumah tangga. Secara umum
kebijakan tersebut berupa :

Mendorong
berkembangnya
diversifikasi pertanian dan diversifikasi
sumber usaha
Pembatasan luas absentee land
Peningkatan ketersediaan dan kualitas
sarana
dan
prasarana
untuk
meningkatkan aksesibilitas wilayah
Mengembangkan kesadaran sosial
masyarakat
dalam
kegiatan
penanggulangan masaah pangan dan
gizi

o

o
o

o

Jangka Pendek :
o pemberian bantuan pangan kepada
rumah tangga beresiko tinggi
o pengembangan paket bantuan sarana
produksi
pertanian,
ternak
dan
pembiayaan.
o Pengembangan usaha industri yang
dapat emanfaatkan potensi sumberdaya
loal khususnya hasil-hasil pertanian
o Pemberdayaan kelembagaan pangan
dan gizi yang sudah ada di lingkungan
masyarakat.

ISSN 0216-0188

Jangka Panjang :
o Konservasi dan rehabilitasi daerah
tangkapan air dan resapan air
o Pengendalian
laju
pertambahan
penduduk
Kecamatan Tanah Merah
Penyebab kerawanan pangan di
Kecamatan Tanah Merah meliputi indikator
penduduk dibawah garis kemiskinan, akses
listrik dan penduduk buta huruf.
Adapun
alternatif
rekomendasi
kebijakan yang dapat dilakukan berupa

Jangka Menengah :
o meningkatkan
kapasitas
lahan
pertanian melalui upaya perluasan areal
atau meningkatkan intensitas tanaman.

Tabel 12. Alternatif Rekomendasi Kebijakan Pengelolaan Daerah Rawan Pangan di Kecamatan
Tanah Merah
No

Indikator Identitas
Kerawanan Pangan
1. % penduduk yang o
hidup di bawah
garis kemiskinan

Desa

Alternatif Rekomendasi

Semua desa rawan

1

Semua desa kecuali
Patemon,
Pangeleyan
dan
Basanah
o Pacentan, Petong, o
Landak, Dlambah o
Laok
o

2. % desa yang tidak o
mempunyai akses
listrik.
2

3. % penduduk buta
huruf

o Pemerataan hasil pembangunan
o Program padat karya (non farm)
dengan
melibatkan
aspirasi
masyarakat luas
o Program pelatihan peningkatan
ketrampilan bagi masyarakat
o Bantuan kredit usaha kecil dan
menengah
o peningkatan pelayanan penyuluhan
dan
pendampingan
ketahanan
pangan masyarakat
o Program listrik masuk desa, melalui
pembebasan bea pemasangan

98

Program Kejar Paket A dan B
Penambahan guru bantu di desa
Pembangunan
infrastruktur
pendidikan

Pemetaan Daerah Rawan...

(Sucipto)

88 – 99

aksesibilitas
terhadap
pangan
dan
mendorong
tumbuhnya
aktivitas
perekonomian di tingkat wilayah dan
rumah tangga

Kesimpulan
1. Berdasarkan
hasil
kajian
terhadap
penentuan indiaktor dan penentuan
kawasan rawan pangan di Kecamatan
Tanah Merah memiliki perbedaan. Namun
secara umum dari 14 indikator yang
dianjurkan untuk digunakan, hanya 9
indikator yang dapat digunakan pada 3
dimensi kelompok indikator.
2. Penyebab kerawanan pangan di Kecamatan
Tanah Merah meliputi indikator penduduk
dibawah garis kemiskinan, akses listrik dan
penduduk buta huruf.
3. Alternatif
kebijakan penanggulangan
rawan pangan adalah dengan meningkatkan

Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik, 2009. Jawa timur
FIA, 2005.
Pemetaan Rawan Pangan
Kecamatan Tanah Merah, 2009.
Profil
Kecamatan Tanah Merah Kab. Bangkalan.
PMD, 2009.

99

Bangkalan Dalam Angka.