Rill MAKALAH PERUBAHAN EKONOMI DALAM PRO

MAKALAH PERUBAHAN EKONOMI DALAM PROSES PEMBANGUNAN

DI SUSUN OLEH :
1.
2.
3.

HELENT
MELISHA KHARISMAH
VENTI PITRI YANI
Fakultas : Ekonomi
Prodi : Akuntansi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
TAHUN 2016/2017
Kata Pengantar
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah swt, karena berkat rahmat-nya Penyusun
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul : Perubahan Struktur Ekonomi dalam Proses
Pembangunan. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah : Ekonomi
Pembangunan.

Dalam penyusun makalah ini, penyusun telah mendapatkan bimbingan dan bantuan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu melalui kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih
dan penghargaan kepada segenap pihak yang telah membantu dalam proses peyusunan makalah
ini sampai berakhir seperti sekarang ini. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca dan dosen pembimbing sangat diharapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan makalah ini, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan pelajaran
dan pendidikan, khususnya bagi penyusun dan juga pembaca. Penyusun mengharapkan kritik
dan sarang yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Bengkulu, 28 september 2016

Penyusun

Daftar Isi


HALAMAN JUDUL ...........................................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................
A. LATAR BELAKANG...........................................................................
B. PERUMUSAN MASALAH...................................................................
C. TUJUAN DAN MANFAAT..................................................................
BAB II ISI............................................................................................................
A. PENGERTIAN EKONOMI PEMBANGUNAN...................................
B. PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DALAMPROSES PEMBANGUNAN...............................................................
C. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN EKONOMI.................
D. TUJUAN ANALISIS EKONOMI PEMBANGUNAN.........................

i
ii
iii
1
1
1
1

3
3
4
4
9

E.

BIDANG-BIDANG PENTING YANG DIANALISISDALAM EKONOMI PEMBANGUNAN............................................. 9
F. PEMBANGUNAN EKONOMI& PERTUMBUHAN EKONOMI........................................................ 10
G. INDIKATOR PEMBANGUNAN MONETER& NON MONETER............................................................................. 12
BAB III ANALISA SECARA UMUM.............................................................. 15
A. STUDI EKONOMI DAN PEMBANGUNAN..................................... 15
B. SIFAT EKONOMI PEMBANGUNAN................................................ 15
C. PERHATIAN TERHADAP PEMBANGUNAN NEGARA YANG SEDANG BERKEMBANG..................................................... 16
BAB IV RINGKASAN DAN KESIMPULAN.................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 18

\
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa terdiri atas beberapa tataran gramatikal antara lain kata, frase, klausa, dan kalimat.
Kata merupakan tataran terendah & kalimat merupakan tataran tertinggi. Ketika Anda menulis,
kata merupakan kunci utama dalam upaya membentuk tulisan. Oleh karena itu, sejumlah kata
dalam Bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, agar ide dan pesan seseorang dapat mudah
dimengerti. Dengan demikian, kata-kata yang digunakan untuk berkomunikasi harus dipahami
dalam konteks alinea dan wacana. Kata sebagai unsur bahasa, tidak dapat dipergunakan dengan
sewenang-wenang. Akan tetapi, kata-kata tersebut harus digunakan dengan mengikuti kaidahkaidah yang benar.
Menulis merupakan kegiatan yang mampu menghasilkan ide-ide dalam bentuk tulisan
secara terus-menerus & teratur (produktif) serta mampu mengungkapkan gambaran, maksud,
gagasan, perasaan (ekspresif). Oleh karena itu, ketrampilan menulis / mengarang membutuhkan
grafologi, struktur bahasa, & kosa kata. Salah satu unsur penting dalam mengarang adalah
penguasaan kosa kata. Kosa kata merupakan bagian dari diksi. Ketepatan diksi dalam suatu
karangan merupakan hal yang tidak dapat diabaikan karena ketidaktepatan penggunaan diksi
pasti akan menimbulkan ketidakjelasan makna.
Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan “cerita”
mereka. Diksi bukan hanya berarti pilih-memilih kata. Istilah ini bukan saja digunakan untuk
menyatakan gagasan / menceritakan suatu peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa,

ungkapan-ungkapan.
A.

Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1.

Bagaimana perubahan struktur ekonomi?

2.

Bagaimana perubahan struktur ekonomi dalam proses pembangunan?

B.

Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui teori terjadinya perubahan struktur
ekonomi dalam proses pembangunan dan memahami struktur ekonimi yang ada.

C.
Manfaat
Adapun manfaat dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :
1.

Mahasiswa dapat mengetahui perubahan struktur ekonomi yang benar.

2.

Menguasai berbagai macam struktur ekonomi yang ada.

3.

Mahasiswa dapat memahami struktur ekonomi dalam proses pembangunan.

BAB II
ISI
A.

PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DALAM PROSES PEMBANGUNAN

Dalam pembangunan akan terjadi perubahan struktur ekonomi di suatu negara. Yang
dimaksud dengan struktur ekonomi adalah pembagian dua bidang ekonomi. Pertama, ada yang
membaginya berdasarkan tiga sektor bidang yang berbeda yaitu sektor pertanian, sektor industri,
sektor jasa. Bidang kedua berdasarkan sektor yang utama sampai dengan sektor pelengkap yaitu
sektor primer yang terdiri atas pertanian, kehutanan perikanan dan pertambangan; sektor
sekunder yang terdiri atas bidang pengangkutan dan perhubungan, pemerintahan, perdagangan,
dan jasa-jasa perseorangan.
Teori perubahan struktural menitik beratkan pembahasan pada mekanisme transformasi
ekonomi yang dialami oleh Negara berkembang, yang semula lebih bersifat subsisten dan
menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang lebih modern dan
didominasi oleh sector-sektor non primer.
Analisis Perubahan Struktur Ekonomi S. Kuznets Dalam Proses Pembangunan
S. Kuznets menggunakan data time series berbagai negara maju untuk melihat perubahan
struktur ekonomi, yaitu sektor pertanian, industri, dan jasa serta peranannya terhadap penyerapan
tenaga kerja.
Perubahan dalm sektor ekonomi (struktur ekonomi) dalam pembentukan pendapatan
nasional.
a. Peranan sektor pertanian menurun dalam pembentukan pendapatan nasional. Dari data 12
negara diantara yang diamati secara time series, peranan sektor pertanian menurun paling
sedikit 20%, yaitu pada permulaan pembangunan produksi nasional. Terkecuali dari 13

negara yang diamati, satu negara yang tidak mengalami penurunan peranan pertanian
adalah negara Australia.
b. Peranan sektor industri meningkat dalam pembentukan pendapatan nasional. Dari data 12
negara diantara 13 negara yang diamati, peranan sektor industri meningkat 20% yaitu
pada permulaan pembangunan peranan sektor industri hanya 20% s.d 30% dan pada akhir
pengamatan meningkat menjadi 40% sampai dengan 50% terhadap pembentukan
pendapatan nasional, sedangkan di negara Australia peranan sektor industri relatif tetap.
c. Peranan sektor jasa tidak mengalami perubahan berarti, hanya di Swedia dan Australia
Sementara di negara lainnya, perubahan tidak begitu signifikan.
FAKTOR YANG MENYEBABKAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
Perubahan corak struktur ekonomi seperti yang digambarkan di atas mempunyai arti
bahwa: (i) produksi sektor pertanian mengalami perkembangan yang lebih lambat ketimbang
perkembangan produksi nasional sedangkan (ii) tingkat pertambahan produksi sektor industri
lebih cepat daripada tingkat pertambahan produksi nasional dan (iii) tidak adanya perubahan
dalam peranan sektor jasa dalam produksi nasional berarti bahwa tingkat perkembangan sektor
jasa adalah sama dengan tingkat perkembangan produksi nasional. Perubahan struktur ekonomi
yang demikian coraknya disebabkan oleh beberapa faktor.

Pertama,keadaan yang demikian disebabkan oleh sifat manusia dalam kegiatan
konsumsinya, yaitu apabila pendapatan naik, elastisitas permintaan yang diakibatkan oleh

perubahan pendapatan adalah rendah untuk konsumsi atas bahan-bahan makan. Sedangkan
permintaan terhadap bahan-bahan pakaian, perumahan dan barang-barang konsumsi hasil
industri keadaannya adalah sebaliknya. Sifat permintaan masyarakat yang seperti ini telah lama
ditunjukkan oleh Engels, dan oleh sebab itu di sebut sebagai hukum Engels.
Kedua, perubahan struktur ekonomi seperti yang digambarkan diatas disebabkan pula
oleh perubahan teknologi yang terus menerus berlangsung. Perubahan teknologi yang terjadi
dalam proses pembangunan akan menimbulkan perubahan struktur priduksi yang
bersifat compulsory dan inducive.
Perubahan Struktur Ekonomi Dalam Penyerapan Tenaga Kerja
Hasil pengamatan S. Kuznets tentang perubahan struktur ekonomi dalam penyerapan
tenaga kerja.
a. Peranan sektor pertanian dalam menyediakan kesempatan kerja menurun disetiap negara.
Peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja mengalami penurunan 20% s.d
50%.
b. Peranan sektor industri dalam menyediakan kesempatan kerja akan mengalami kenaikan
yang relatif, peranannya meningkat hanya beberapa persen poin dan bias juga meningkat
relatif besar dalam menyediakan kesempatan kerja.
c. Peranan sektor jasa daalam menyediakan kesempatan kerja tidak mengalami perubahan yang
berarti.
Faktor yang menyebabkan pola perubahan yang berbeda

Apabila dibandingkan antara: (i) perubahan peranan masing-masing sektor dalam menciptakan
produksi nasional, dengan (ii) perubahan peranan mereka dalam menampung tenaga kerja,
gambaran yang terdapat dalam Tabel pertama dan Tabel kedua menunjukkan bahwa perubahan
relatif dari kedua hal tersebut mempunyai sifat yang agak berbeda. Di sektor pertanian, secara
relatif, perubahan yang terjadi dalam sumbangan sektor itu dalam menciptakan produksi nasional
adalah hampir bersamaan dengan perubahan perannya dalam menampung tenaga kerja. Dan,
disektor jasa perubahan relatif peranannya dalam menampung tenaga kerja.
Menurut Kuznets perbedaan diatas disebabkan oleh perbedaan dalam perkembangan
tingkat produktifitas di masing-masing sektor dalm proses pembangunan. Dalam keadaan
dimana tingkat produktifitas pada suatu sektor mengalami perkembangan yang sama dengan
perkembangan produktifitas rata-rata yang terjadi dalam keseluruhan perekonomian, maka
perubahan relatif peranan sektor itu dalam menciptakan produksi nasional akan sama besarnya
dengan perubahan relatifnya dalam menampung tenaga kerja. Dengan demikian dari sifat
perubahan relatif yang terjadi di sektor pertanian, dapatlah disimpulkan bahwa pada masa lalu
perbaikan tingkat produktivitas sektor pertanian adalah sama cepatnya dengan perkembangan
produktivitas rata-rata dari keseluruhan perekonomian. Dan dari perubahan yang telah terjadi
dalam sektor industri di negara-negara yang terdapat dalam Tabel pertama dan kedua dapat pula
disimpulkan bahwa, di sektor indutri perubahan relatif dari peranannya dalam menampung
tenaga kerja. Ini berarti tingkat produktivitas di sektor industri berkembang dengan lebih cepat
dari perkembangan tingkat produktivitas keseluruhan perekonomian. Di sektor jasa

perkembangan yang terjadi adalah sebaliknya dari yang terjadi dalam sektor industri; dengan
demikian di sektor jasa tingkat perkembangan produktivitasnya lebih lambat dari perkembangan
tingkat produktivitas rata-rata yang di capai oleh keseluruhan perekonomian.

Perubahan Struktur Sektor Industri dan Jasa
Selanjutnya Kuznets menganalisis pula perubahan peranan berbagai sub-sektor industri,
berbagai jenis industri dalam sub-sektor industri pengolahan dan sektor jasa dalam menciptakan
produksi nasional maupun dalam menyediakan kesempatan kerja.
Perubahan Peranan Berbagai Jenis Industri
Untuk menganalisis perubahan peranan berbagai sub-sektor industri dalam menciptakan
pendapatan nasional dianalisis data dari enam negara, sedangkan untuk menganalisis perubahan
peranan berbagai sub-sektor industri dalam menampung tenaga kerja digunakan data dari sebelas
negara. Dalam analisisnya Kuznets menbedakan sektor industri menjadi 4 sub-sektor, yaitu
pertambangan, industri pengolahan, industri bangunan, dan perhubungan serta pengangkutan.
Perubahan peranan berbagai sub-sektor dalam sektor industri dalam menghasilkan produksi
nasional dan menciptakan kesempatan kerja, sifat-sifat pokoknya adalah sebagai berikut:
1.
Pada tingkat pembangunan yang rendah, sub-sektor pertambangan pada umumnya selalu
merupakan sub-sektor industri yang kecil peranannya dalam menciptakan produksi nasional
dan menampung tenaga kerja. Dalam proses pembangunan peranan tersebut menjadi
bertambah kecil lagi. Sub-sektor industri bangunan juga mengalami perubahan yang sama
sifatnya dengan sub-sektor pertambangan, yaitu dikebanyakan negara yang diobservasi,
peranannya dalam menciptakan produksi sektor industri dan menampung tenaga kerja
menjadi bertambah kecil apabila tingkat pembangunan ekonomi bertanbah tinggi.
2.
Peranan sub-sektor industri pengolahan, termasuk industri utilities (penyediaan air dan
listrik), dalam menciptakan produksi sektor industri dan menampung tenaga kerja pada
umumnya bertambah besar apabila tingkat pembangunan ekonomi menjadi bertambah
tinggi. Hanya di dua negara yang datanya dikumpulkan, yaitu di Norwegia dan Italia,
peranan sektor ini menurun. Dalam menampung tenaga kerja, peranan sub-sektor industri
pengolahan hanya mengalami penurunan di empat dari sebelas negara yang di observasi
yaitu di Inggris, Swiss, Italia dan Jepang. Dalam sektor industri itu sendiri peranan subsektor industri pengolahan, pada umumnya mengalami kenaikan pula. Dari keadaan ini
Kuznets menyimpulkan bahwa sub-sektor industri pengolahan merupakan sektor dalam
kegiatan ekonomi yang mengalami perkembangan yang paling pesat dalam proses
pembangunan.
3.
Perubahan peranan sub-sektor perhubungan dan pengangkutan dalam menciptakan
produksi sektor industri dan menampung tenaga kerja tidak menunjukkan pola yang
seragam. Di Inggris dan Amerika Serikat peranan itu menurun, sedangkan di Swedia tetap
dan ditiga negara lain yaitu Norwegia, Italia dan Australia peranannya malah meningkat.
4.
Untuk Amerika Serikat dan Australia, Kuznets bukan saja menghitung perubahan peranan
berbagai sub-sektor industri berdasarkan pada harga pasar yang berlaku dari masa ke masa,
tetapi juga berdasarkan pada harga tetap. Analisisnya yang belakangan ini antara lain
menunjukkan bahwa peranan sub-sektor perhubungan dan pengangkutan dalam keseluruhan
produksi sektor industri menurut harga tetap telah menjadi semakin besar. Apabila tingkat
harga-harga dianggap tetap, di Amerika Serikat sub-sektor perhubungan dan pengangkutan
menciptakan 14 persen dari keseluruhan produksi sektor industri pada tahun 1869-78, dan
meningkat menjadi 25 persen pada tahun 1939-48. Di Australia, juga apabila tingkat hargaharga dianggapa tetap, kenaikan peranan sektor itu adalah dari 4 persen pada tahun 1861-65
menjadi 21 persen pada tahun 1934-38. Dari keadaan ini Kuznets berkesimpulan
bahwa, pertama,biaya pengangkutan dan perhubungan mengalami penurunan yang besar
sekali sejak abad yang lalu. Berarti efisiensi sektor ini mengalami perbaikan yang

tinggi. Kedua,seperti juga sub-sektor industri pengolahan, sub-sektor perhubungan dan
pengangkutan merupakan bidang kegiatan ekonomi yang mengalami perkembangan
yang sangat besar.
Satu aspek lain dari perubahan peranan sektor industri dalam proses pembangunan di
negara maju pada waktu lalu yang dianalisis Kuztnets adalah perubahan peranan industri-industri
dalam sub-sektor industri pengolahan. Sayang sekali negara yang diobservasi sangat terbatas,
yaitu hanya terdiri dari dua negara (Amerika Serikat dan Swedia), sehingga gambaran yang
diperoleh mengenai bentuk perubahan yang terjadi dalam peranan industri-industri pengolahan
dalam keseluruhan kegiatan ekonomi dalam proses pembangunan tidak dapat dipandang sebagai
gambaran umum.
Perubahan Peranan Berbagai Kegiatan di Sektor Jasa
Sektor terakhir yang dianalisis Kuznets dalam menunjukkan perubahan peranan berbagai
sektor dalam menciptakan produksi nasional dan menampung tenaga kerja dalam proses
pembangunan adalah sektor jasa. Sektor ini, dalam analisisnya, dibedakan menjadi dua subsektor yaitu perdagangan, dan jasa perseorangan (private services). Untuk menunjukkan
perubahan peranan sub-sektor jasa diatas menciptakan produksi sektor jasa diobservasi pula
keadaan disepuluh negara. Pokok-pokok kesimpulan dari analisis tersebut adalah:
1.
Peranan sub-sektor perdagangan dalam menciptkan produksi sektor jasa dan terutama
dalam menyediakan pekerjaan di sektor jasa menjadi bertambah besar. Akan tetapi kalau
peranannya tersebut ditinjau dari sudut sumbangan dalam menciptakan produksi nasional
dan menampung tenaga kerja dalam keseluruhan perekonomian, maka coraknya adalah (i)
pada umumnya peranan sub-sektor perdagangan dalam menciptakan produksi nasional tidak
mengalami perubahan atau menurun, dan (ii) peranannya menyediakan pekerjaan dalam
proporsi keseluruhan tenaga kerja, meningkat.
2.
Peranan sub-sektor jasa perseorangan dlam menciptakan produksi sektor jasa meupun
produksi nasional, dan dalam menampung tenaga kerja mengalami penurunan yang sangat
besar sekali. Sebaliknya peranan sub-sektor pemerintahan dan pertahanan menunjukkan
kecenderungan meningkat, baik diukur dari sudut peranannya dalam sub-sektor jasa itu
sendiri maupun dalam perekonomian secara keseluruhan.
Perubahan Struktur Industri Menurut Analisis Chenery
Teori chennery dikenal teori pola pembangunan, memfokuskan kepada perubahan
struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi di Negara Berkembang, yang mengalami
transformasi dari pertanian tradisional (subsistem) kesektor industry sebagai sebagai mesin
utama penggerak pertumbuhan ekonomi. Analisis Chenery menggunakan data di berbagai negara
dalam suatu masa tertentu di sebut data cross section; dan bukan dengan mengumpulakan data
perubahan peranan berbagai sektor dalam perekonomian seperti yang dilakukan oleh Kuznets.
Aspek yang paling penting dari analisis Chenery, dan yang menyebabkan analisis yang sperti itu
menjadi lebih berguna sebagai usaha untuk menunjukkan ciri-ciri proses pembangunan ekonomi,
adalah bahwa analisis tersebut dapat digunakan untuk membuat ramalan mengenai peranan
berbagai sektor pada berbagai tingkat pembangunan ekonomi, dan selanjutnya dapat digunakan
sebagai landasan dalam menentukan sumber daya yang perlu dialokasikan ke berbagai sektor
ekonomi.

Kerangka pemikiran teori Chenery pada dasarnya sama dengan model Lewis. Teori
Arthus Lewis membahas proses pembangunan ekonomi yang terjadi di perdesaan dan perkotaan.
Sementara Chenery memfokuskan pada perubahan stuktur ekonomi di Negara berkembang, yang
mengalami transformasi dari pertanian ke sector industry sebagai mesin utama penggerak
pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian empiris Chenery mengidentifikasi bahwa sejalan dengan
peningkatan pendapatan masyarakat perkapita yang membawa perubahan dalam pola permintaan
konsumen dari penekanan pada makanan-makanan dan barang-barang kebutuhan pokok lain
keberbagai macam barang-barang manufaktur dan jasa, akumulasi modal fisik dan manusia
(SDM), perkembangan kota-kota dan industri-industri di urban bersama dengan proses migrasi
penduduk dari pedesaan ke perkotaan, dan penurunan laju pertumbuhan penduduk dan ukuran
keluarga yang semakin kecil, struktur perekonomian suatu negara bergeser dari yang semula di
dominasi oleh sector pertanian dan sektor pertambangan menuju ke sector-sektor non primer,
khususnya industry.
Perubahan struktur ekonomi berbarengan dengan pertumbuhan PDB yang merupakan total
pertumbuhan nilai tambah bruto (NTB) dari semua sector ekonomi dapat dijelaskan sebagai
berikut. Dengan memakai persamaan (1.1), dimisalkan disuatu ekonomi hanya ada dua sector
yaitu industry dan pertanian dengan NTB masing-masing yaitu dan yang membentuk PDB :
PDB = +
(1.1)
Atau
I = [a +a ] PDB
(1.2)
Dimana a dan adalah pangsa PDB masing-masing dari industry dan pertanian; t
menunjukkan periode tahap awal pembangunan (t=0), sebelum industrialisasi dimulai atau sector
industry belum berkembang: . Dalam proses pembangunan terjadi transformasi ekonomi, dimana
pangsa PDB dari sector industry meningkat dan dari sector pertanian menurun. Pada tahap akhir
pembangunan ekonomi (t=1): a , dimana a >a dan a < a .
Menurut Chenery (1992), proses transformasi structural akan mencapai tarafnya yang
paling cepat bila pergeseran pola permintaan domestic kearah output industry manufaktur di
perkuat oleh perubahan yang serupa dalam komposisi perdagangan luar negeri atau ekspor
sebagaimana yang terjadi di kelompok NICs, seperti Korea Selatan, Taiwan, Singapura dan
Hongkong/China. Dalam modal transformasi structural, relasi antara pertumbuhan output di
sector industry manufaktur, pola perubahan permintaan domestic kearah output industry dan pola
perubahan perdagangan luar negeri dapa digambarkan dalam suatu persamaan sederhana sebagai
berikut :
Dimana :
= Jumlah output bruto dari industry manufaktur
= Permintaan domestic terhadap produk akhir (konsumsi + investasi) dari
industry
manufaktur
= Volume perdagangan netto (ekspor – impor produk kompetitif)
= penggunaan produk industry manufaktur sebagai barang antara oleh sector j
= Koefisien input-output yang diasumsikan berfariasi sehubung dengan variasi tingkat
pendapatan perkapita

Berdasarkan model ini, kenaikan produksi sector industry manufaktur dinyatakan sama besarnya
dengan jumlah dari empat factor berikut:
a.
Kenaikan permintaan domestic, yang memuat permintaan langsung untuk produk industry
manufaktur plus efek tidak langsung dari kenaikan permiantaan domestic untuk produk
sector-sektor lainnya terhadap sektor-sektor industry manufaktur.
b.
Perluasan ekspor (pertumbuhan dan diversifikasi), atau efek total dari kenaikan jumlah
ekspor terhadap produk industry manufaktur.
c.
Subitusi impor, atau efek total dari kenaikan proporsi permintaan ditiap sector yang
dipenuhi lewat produksi domestic terhadap output industry manufaktur.
d.
Perubahan teknologi, atau efek total dari perubahan koefisien input output di dalam
perekonomian akibat kenaukan upah dan tingkat pendapatan terhadap sector industry
manufaktur.
Transformasi structural dapat dilihat pada perubahan pangsa nilai output (NO) atau NTB
di setiap sector di dalam pembentukan PDB atau PNB atau PN. Berdasarkan hasi studi dari
Chenery tersebut, perubahan struktur ekonomi periode jangka panjang menunjukkan ciri-ciri
kontribusi output dari pertanian terhadap pembentukan PDB mengecil sedangkan pangsa PDB
dari inudtri manufaktur dan jasa mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan PDB atau
PN perkapita. Pada saat PNB perkapita US$ 200, sector-sektor primer menguasai sekitar 45%
dari PNB, sementara industry hanya menyumbang kurang lebih 15% saja. Pada saat pendapatan
perkapita mencapai US$ 1000, kontribusi output dari sector-sektor primer mengalami penurunan
menjadi 20% dan sector industry meningkat sekitar 28%.
Indikator penting kedua yang sering digunakan dalam studi-studi empiris untuk
mengukur pola perubahan struktur ekonomi adalah distribusi kesempatan kerja menurut sector.
Dengan pola yang sama, pada tingkat pendapatan perkapita yang rendah, sector-sektor primer
merupakan kontributor terbesar dalam penyerapan tenaga kerja. Pada tingkat pendapatan
perkapita yang tinggi, sector-sektor sekunder terutama indusri menjadi lebih penting
dibandingkan pertanian sebagai sumber kesempatan kerja.
Aspek yang membedakan antara analisis Kuznets dan Chenery adalah perbedaan
penekanan analisis mereka masing-masing dalam menunjukkan corak perubahan peranan tiaptiap sektor kepada keseluruhan kegiatan perekonomian dalam proses pembangunan ekonomi.
Chenery lebih menekankan kepada analisis mengenai perkembangan dalam sub-sektor industri,
sedangkan penekanan analisis Kuznets adalah kepada corak perubahan di sektor-sektor ekonomi
yang utama. Lagipula, dalam analisis mengenai corak perubahan struktur ekonomi dalam proses
pembangunan, Chenery hanya menganalisis perubahan peranan industri-industri yang tergolong
dalam sub-sektor industri pengolahan dalam menciptakan produksi nasional saja. Analisisnya
tidak meneliti perubahan peranannya dalam menampung tenaga kerja apabila perekonomian
bertambah maju.

Perubahan Peranan Berbagai Sektor
Mengenai perubahan peranan berbagai sektor dalam menciptakan produksi nasional
dalam proses pembangunan, Chenery membuat kesimpulan berikut:
1.
Peranan sektor industri dalam menciptakan produksi nasional meningkat dari sebesar 17
persen dari produksi nasional pada tingkat pendapatan perkapita sebesar US$100. Khusus

untuk industri pengolahan, peranannya meningkat dari menciptakan sebanyak 12 persen
menjadi 33 persen produksi nasional pada proses perubahan yang dinyatakan diatas.
2.
Peranan sektor perhubungan dalam pengangkutan juga akan menjadi dua kali lipat dari
peranannya pada waktu pendapatan perkapita US$100, apabila pendapatan telah mencapai
sebesar US$1000. Sedangkan peranan sektor pertanian menurun dari 45 persen menjadi hanya
15 persen dari produksi nasional apabila pendapatan perkapita naik dari sebesar US$100
menjadi US$1000.
3.
Peranan sektor jasa tidak mengalami peubahan yang berarti yaitu tetap mencapai disekitar
38 persen dari produksi nasional dalam proses peningkatan pendapatan perkapita dari US$100
menjadi US$1000.
Faktor-Faktor Pendorong Proses Industrialisasi
Chenery mengemukakan 3 faktor yang menyebabkan perbedaan diantara lajunya
perkembangan industri-industri dalam sub-sektor industri pengolahan dan perkembangan tingkat
pendapatan perkapita:
1.
Sebagai akibat adanya substitusi impor
2.
Adanya perkembangan permintaan untuk barang-barang jadi (final goods)
3.
Adanya kenaikan dalam permintaan barang-barang setengah jadi(intermediate goods)
Menurut analisis Chenery usaha untuk mengadakan sustitusi impor merupakan faktor terpenting
yang menyebabkan industrialisasi tumbuh pesat, karena faktor ini mengakibatkan 50 persen dari
pertumbuhan yang tidak sebanding terjadi. Pengaruh perkembangan pendapatan terhadap
pertambahan permintaan hasil-hasil industri mengakibatkan 22 persen dari industrialisasi terjadi.
Pertambahan pendapatan selanjutnya mengakibatkan 10 persen dari proses industrialisasi dan
perbedaan tingkat pertumbuhan yang terjadi.
Sebab Peranan Sektor Industri di Berbagai Negara
Dalam setiap negara pada umumnya peranan tiap-tiap industri dalam sub-sektor industri
pengolahan adalah lebih tinggi atau lebih rendah dari tingkat yang ditentukan oleh persamaan
regresi tersebut, dan keadaan yang demikian diakibatkan oleh adanya salah satu gabungan dar
faktor-faktor berikut:
1.
Luasnya Pasar. Tingkat pendapatan dan jumlah penduduk merupakan dua faktor penting
yang menentukan luas pasar suatu negara. Dinegara-negara yang luas pendapatan
perkapitanya sama, peranan berbagai industri dalam perekonomian akan berbeda apabila
jumlah penduduknya sangat berbeda.
2.
Bentuk Distribusi Pendapatan. Dibeberapa negara distribusi pendapatan penduduknya
sangat tidak merata sperti di Afrika Selatan, Kenya dan Peru dimana golongan kaya terdiri
dari bangsa kulit putih yang merupakan pendatang.
3.
Kekayaan Alam. Dinegara yang miskin keadaan alamnya, peranan industri menjadi lebih
penting jika dibandingkan dengan negara yang kekayaan alamnya banyak.
4.
Perbedaan Keadaan di Berbagai Negara. Perbedaan keadaan seperti iklim, kebijakan
pemerintah dan faktor-faktor sosial budaya merupakan faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi tingkat produksi dan peranan sektor industri kepada produksi nasional.

B.

Perubahan Struktur Perekonomian Negara Berkembang

Semakin luas jumlah dan jenis data kegiatan ekonomi yang tersedia di negara
berkembang, semakin memungkinkan para ekonom untuk membuat analisis mengenai perubahan
struktur kegiatan ekonomi dalam proses pembangunan yang telah berlaku di negara berkembang.
Dalam penelitian tahun 1970-an, Chenery dibantu oleh Syrquin telah menggunakan berbagai
data yang menggambarkan tentang kegiatan ekonomi di negara berkembang untuk mewujudkan
ciri-ciri perubahan struktur perekonomian negara-negara tersebut dalam proses pembangunan
ekonominya diantara tahun 1950-1970. Analisis yang dilakukan oleh Chenery dan Surquin
terssebut mirip dengan analisis Chenery mengenai perubahan struktur ekonomi dalam proses
pembangunan yang telah di uraikan pada bagian yang lalu. Tujuan dari analisis yang baru
terutama adalah juga untuk menunjukkan bentuk – bentuk perubahan yang terjadi dalam
berbagai aspek kegiatan ekonomi apabila tingkat pembangunan ekonomi terjadi bertambah
tinggi. Akan tetapi analisis yang baru ini jauh lebih lengkap dari analisis Chenery yang diuraikan
sebelumnya ini, karena lebih banyak data telah dapat diperoleh untuk analisis tersebut.
Perubahan – perubahan tersebut dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu
1.
Perubahan dalam struktur ekonomi yang di pandang sebagai perubahan sebagai perubahan
proses akumulasi
2.
Perubahan dalam struktur ekonomi yang dipandang sebagai perubahan dalam proses
alokasi sumber daya (resources)
3.
Perubahan dalam struktur ekonomi yang dipandang sebagai perubahan dalam proses
demografis dan distribusi.
Kegiatan – kegiatan ekonomi yang termasuk sebagai proses akumulasi meliputi
kegiatan pembentukan modal, pengumpulan tabungan pemerintah dan menyediakan pendidikan
kepada masyarakat. Yang tergolong sebagai alokasi sumber daya adalah struktur permintah
domestik (pegeluaran masyarakat atas produksi dalam negeri), struktur produksi, dan struktur
perdagangan. Dalam golongan yang ketiga, yaitu proses perubahan dalam faktor – faktor
berikut : alokasi tenaga kerja dalam berbagai sektor, urbanisasi, tingkat kelahiran dan kematian,
dan distribusi pendapatan.
Perubahan2 struktur lainnya
Disamping beberapa perubahan struktur ekonomi dalam proses pembangunan,
pembangunan ekonomi juga melibatkan perubahan struktural lainnya yang dapat diukur.
Walaupun itu terjadi dengan kecepatan yang berbeda didalam macam ekonomi yang berbeda
pula, namun persamaan mereka di tunjang oleh data empiris.
Sementara pembangunan berjalan terus, maka produktivitas tenaga kerjapun meningkat
untuk ekonomi dan keseluruhannya. Perbaikan tidak hanya dalam modal fisik per pekerja saja
tetapi juga dalam modal manusia, seperti tampak pada tingkat kepandaiaan baca tulis dan
pencapaian pendidikan yang lebih tinggi. Sayangnya terlalu mudah merendahkan nilai besarnya
pembentukan modal manusia, karena banyak pengeluaran untuk pendidikan, gizi, dan perawatan
kesehatan diperlihatkan dalam akun nasional sebagai konsumsi baik oleh pribadi maupun oleh
umum.
Jika pendapatan mereka naik dari tingkat terendah pendapatan pemerintah naik juga.
Pendapatan yang lebih tinggi menunjukkan permintaan yang tinggi pula, baik terhadap jasa
pemerintah yang sekarang dikebal sebagai sebuah gejala hokum Engel, maupun terhadap
kemampuan sector public yang lebih besar pula untuk mensuplainya. Hal ini menunjukkan pula

meningkatnya kekuatan badan-badan pemerintah pada sebuah tingkat untuk mengambil semua
sumber daya untuk penggunaan mereka sendiri sebagian karena perbaikan peraturan dan
administrasi perpajakan.
Tidak hanya tabungan tidak sukarela (pajak-pajak) bisa naik, tetapi juga tabungan
sukarela dan jumlah yang ditujukan untuk pembentukan modal fisik. Tabungan yang lebih tinggi
sedikit banyaknya mencerminkan berkurangnya utilitas marginal dari konsumsi sekarang ini
pada pendapatan yang lebih tinggi dengan tingkat konsumsi mereka yang juga karenanya lebih
tinggi. Pada saat yang sama, sumbungan proporsional dari aliran masuk modal internasionalbantuan luar negeri dan investasi luas negeri bersih terhadap pembentukan modal total secara
umum, adalah lebih rendah di Negara-negara dengan pendapatan lebih tinggi. Para investor local
dan pemerintah Negara-negara berkembang membiayai lebih banya untuk pembentukan modal
mereka sendiri. Keuntungan komparatif mereka didalam mengidentifikasi proyek-proyek yang
menguntungkan atau berguna bertambah pada saat yang sama dengan kemampuan keuangan
mereka untuk menginvestasi juga naik. Expor dan impor akan naik jika pendapatan naik. Tingkat
yang diaanggap berguna oleh sebuah Negara untuk swasembada, akan menurun. Kemampuan
bersaing yang lebih tinggi secara internasional akan meningkatkan ekspor. Impor akan naik, baik
sebagai masukan proses industrialisasi itu sendiri maupun sebagai reakasi terhadap elastisitas
pendapatan yang tinggi dari perminataan akan barang-barang konsumen impor.
Pada saat yang sama, ekspor produk-produk primer akan jatuh kedalam persentase dari
ekspor total, sementara impor produk primer akan naik. Pemusatan ekonomi pada produk
pertanian dan mineral perlahan-lahan akan diganti, oleh produksi yang lebih besar didalam sector
sekunder selama periode waktu yang tampaknya sangat lambat bagi para peserta. Produksi
sekunder bisa diikuti dengan ekspor manufaktur yang lebih tinggi dan hamper pasti diikuti oleh
peningkatan impor bahan mentah, barang setengah jadi dan bahan bakar pendukungnya.
Akhirnya, tak ada penelitiaan mengenai perubahan-perubahan struktur pembangunan akan
lengkap tanpa dimasukkannya tinjauan demografis.

E. Pandangan Pokok Analisis Mikroekonomi dan Makroekonomi
1. Pandangan Pokok Analisis Mikroekonomi
Ilmu ekonomi mikro mempelajari variabel-variabel ekonomi dalam lingkup kecil
misalnya perusahaan, rumah tangga. Dalam ekonomi mikro ini dipelajari tentang bagaimana
individu menggunakan sumber daya yang dimilikinya sehingga tercapai tingkat kepuasan yang
optimum. Secara teori, tiap individu yang melakukan kombinasi konsumsi atau produksi yang
optimum bersama dengan individu-individu lain akan menciptakan keseimbangan dalam skala
makro dengan asumsi ceteris paribus.
Isu pokok yang dianalisis dalam teori mokroekonomi adalah: bagaimanakah caranya
menggunakan faktor-faktor produksi yang tersedia secra efisien agar kemakmuran masyarakat
dapat dimaksimumkan? Analisis seperti ini dibuat berdasarkan kapada pemikiran bahwa (i)
kebutuhan dan keinginan manusia tidak terbatas, sedangkan (ii) kemampuan faktor-faktor
produksi menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat
adalah terbatas. Berdasarkan kepada kedua pemikiran ini, teori mikroekonomi bertitik tolak
kepada pemisalan bahwa faktor –faktor produksi yang tersedia sepenuhnya digunakan. Keadaan

ini mendorong masyarakat untuk memikirkan cara yang paling efisien dalam menggunakan
faktor-faktor produksi yang tersedia.
Dalam teori mikroekonomi masalah di atas dibagi dan dibedakan menjadi tiga persoalan
yang dinyatakan di bahwa ini:
1. Apakah jenis-jenis barang dan jasa yang perlu diproduksikan?
2. Bagimanakah barang dan jasa yang diperlukan masyarakat akan dihasilkan?
3. Untuk siapakah barang dan jasa perlu dihasilkan?
2. Pandangan Pokok Analisis Makroekonomi
Ilmu
ekonomi
makro
mempelajari
variabel-variabel
ekonomi
secara
agregat(keseluruhan). Variabel-variabel tersebut antara lain : pendapatan nasional, kesempatan
kerja dan atau pengangguran, jumlah uang beredar, laju inflasi, pertumbuhan ekonomi, maupun
neraca pembayaran internasional.
Ilmu ekonomi makro mempelajari masalah-masalah ekonomi utama sebagai berikut :
1.

Sejauh mana berbagai sumber daya telah dimanfaatkan di dalam kegiatan ekonomi.
Apabila seluruh sumber daya telah dimanfaatkan keadaan ini disebut full employment.
Sebaliknya bila masih ada sumber daya yang belum dimanfaatkan berarti perekonomian
dalam keadaan under employment atau terdapat pengangguran/belum berada pada posisi
kesempatan kerja penuh.

2.

Sejauh mana perekonomian dalam keadaan stabil khususnya stabilitas di bidang moneter.
Apabila nilai uang cenderung menurun dalam jangka panjang berarti terjadi inflasi.
Sebaliknya terjadi deflasi.

3.

Sejauh mana perekonomian mengalami pertumbuhan dan pertumbuhan tersebut disertai
dengan distribusi pendapatan yang membaik antara pertumbuhan ekonomi dan pemerataan
dalam distribusi pendapatan terdapat trade off maksudnya bila yang satu membaik yang
lainnya cenderung memburuk.

Kelemahan-kelemahan analisis makroekonomi
Salah satu alasan lain yang menyebabkan analisis makroekonomi digunakan lebih
berhati-hati di Negara berkembang adalah analisis lebih menekan kepada menelaah masalahmasalah ekonomi yang digunakan dalam jangka pendek.ini berbeda dengan corak analisis yang
di gunakan di Negara berkembang.analisi yang di gunakan pada Negara berkembang lebih
menekankan kepada analisis kepada masalah-masalah pembangunan.
1.

Analisis merupakan analisis jangka pendek

Bahwa analisis makroekonomi pada dasarnya merupakan analisis jangka pendek,dapat di
buktikan kepada pemisalan yang di buat dalam teori tersebut.dari sifat-sifat analisis dapat di
simpulkan ;kapasitas alat-alat produksi tetap,jumlah tenaga kerja tidak berubah,dan tidak
terdapat perbaikan dalam tingkat teknologi yang digunakan.

2.

Tidak menganalisis faktor non-ekonomi

Tidak terdapat analisis mengenai pengruh keadaan social, struktur social, suasana politik,
nilai-nilai hidup,corak pandangan masyarakat dan corak kebudayaan masyarakat terhadap
kegiatan masyarakat dan corak kebudayaan masyarakat terhadap kegiatan ekonomi meruapakan
kelemahan lain dari makroekonomi.
3.

Kurang memperhatikan sektor luar negri

Dalam analisis makroekonomi penanaman modal oleh pengusaha di pandang sebagai
sector penting menentukan tingkat kegiatan ekonomi. Sedangkan factor luar negri tidak
memegang peranan sperti penanaman modal.

F. Proses Multiplier Di Negara Berkembang
Apabila sesuatu perekonomian menghadapi masalah pengangguran, maka haruslah
dilakukan pertambahan dalam pengeluaran masyarakat. Besarnya pertambahan pengeluaran yang
perlu dilakukan supaya tingkat kesempatan kerja penuh dapat dicapai tergantung kepada dua
faktor: besarnya kecondongan konsumsi batas dan besarnya jurang di antara pendapatan nasional
pada kesempatan kerja penuh dan pendapatan nasional yang sekarang tercapai.
Makin tinggi kecondongan konsumsi batas, makin besar multiplier yang akan diciptakan
oleh sejumlah pertambahan dalam pengeluaran. Dengan demikian ini berarti pula bahwa makin
tinggi kecondongan konsumsi batas, makin sedikit pula pertambahan pengeluaran yang
diperlukan untuk menciptakan sejumlah pertambahan dalam pendapatan nasional dan untuk
mencapai kesempatan kerja penuh.
Di negara-negara berkembang sebagian besar dari pendapatan masyarakat digunakan
untuk konsumsi. Sebagai akibatnya kecondongan konsumsi batas di negara-negara tersebut
adalah lebih tinggi daripada di negara-negara maju. Dengan demikian, berdasarkan kepada teori
multiplier, di negara-negara berkembang meningkatkan pendapatan masyarakat merupakan
masalah yang lebih mudah kalau dibandingkan dengan di negara-negara maju. Selanjutnya teori
makroekonomi didasarkan kepada pandangan bahwa perubahan dalam tingkat pendapatan per
kapita berhubungan rapat dengan perubahan dalam tingkat kesempatan kerja. Ini disebabkan
karena dalam analisa makroekonomi dimisalkan bahwa tingkat teknologi, jumlah penduduk dan
tenaga kerja, dan jumlah alat-alat produksi adalah tetap dan tidak dapat ditambah.
Maka apabila produksi nasional bertambah, bersamaan dengan keadaan tersebut berlaku
pula pertambahan dalam kesempatan kerja, tingkat pengangguran berkurang, dan kapasitas alatalat produksi yang digunakan juga akan bertambah tinggi. Karena pertambahan dalam
pendapatan nasional selalu berarti pula pertambahan dalam penggunaan tenaga kerja dan alatalat produksi, maka selanjutnya dapatlah disimpulkan bahwa, berdasarkan ramalan yang dibuat
dalam teori multiplier, masalah pengangguran di negara-negara berkembang adalah lebih mudah
diatasi daripada di negara-negara maju.
Tetapi pada kenyataannya keadaan yang berlaku di negara-negara berkembang yang
ditimbulkan oleh adanya pertambahan dalam pengeluaran adalah jauh berbeda dengan keadaan
yang diramalkan dalam teori multiplier. Di negaranegara berkembang pengeluaran yang

berlebih-lebihan mungkin akan mengakibatkan inflasi walaupun dalam perekonomian tersebut
masth terdapat banyak pengangguran. Ini disebabkan karena:
1.
kemampuan dari perekonomian tersebut untuk menambah produksi lebih terbatas kalau
dibandingkan dengan kemam¬puan dari negara-negara maju;
2.
corak kegiatan ekonorni di negara-negara berkembang sangat berbeda dengan di negaranegara maju, yaitu di negara-negara berkembang sektor tradisionil menguasai sebahagian besar
kegiatan ekonomi.
Kedua faktor ini rnerupakan penyebab terpenting yang mengakibatkan proses multiplier
tidak dapat berjalan secara semestinya. Proses multiplier seperti yang digambarkan dalam analisa
makroekonomi tidak dapat berlangsung seperti yang diharapkan karena di negara-negara
berkembang sektor produksi mempunyai kemampuan yang lebih terbatas untuk menaikkan
jumlah barang di pasar apabila permintaan berkembang dengan cepat. Seperti telah dijelaskan,
menurut teori multiplier, pertambahan pengeluaran yang dilakukan masyarakat akan menambah
pendapatan segolongan masyarakat lainnya. Golongan masyarakat yang belakangan ini akan
menggunakan sebahagian besar dari pendapatan tersebut untuk konsumsi.
Dalam jangka pendek, sector produksi di Negara-negara berkembang tidak mempunyai
kesanggupan yang demikian. Faktor-faktor ini menyebabkan sektor pertanian produktivitasnya
sangat rendah dan kemarnpuannya untuk menambah produksi sangat terbatas. Keadaan di sektor
industri tidak banyak berbeda dengan di sector pertanian. Bukan saja peranan sektor tersebut
dalam perekonomian sangat kecil, tetapi juga pada umumnya industri yang ada merupakan
industri rumahtangga atau industri yang bersifat labour intensive, tingkat produktivitasnya tidak
begitu tinggi dan ketrampilan para pekerjanya masih lebih terbatas. Maka kemampuan untuk
menambah produksi berbagai jenis barang masih belum mencapai tingkat yang dicapai oleh
sektor industri di negara-negara maju.
Dalam analisa makroekonomi selanjutnya juga dianggap bahwa sector perusahaan
bersifat responsif terhadap rangsangan-rangsangan yang terjadi di pasar. Apabila terdapat
kemungkinan untuk memperoleh keuntungan yang cukup besar maka mereka akan berusaha
memperolehnya dengan memperbesar jumlah penanaman modal. Sifat ini menambah
kemampuan sektor produksi untuk memenuhi kenaikan permintaan yang terdapat di pasar dari
masa ke masa. Reaksi seperti ini belum tentu terdapat di negara-negara berkembang karena
adanya kekurangan-kekurangan dana modal, keahlian usahawan, tenaga kerja terdidik, dan
tenaga kerja trampil. Di samping itu berbagai faktor sosial, ekonomi dan polifik adakalanya
sangat menghambat terwujudnya responsif yang sama sifatnya dengan di negara-negara maju
apabila terjadi pertambahan yang besar dalam permintaan. Keadaan ini jelas kelihatan di sektor
pertanian.
Walaupun sejak lama negara-negara berkembang menghadapi masalah kekurangan bahan
makanan, sektor ini masih belum dapat mengatasi masalah itu. Dalam teori memang terbuka
kemungkinan yang luas sekali kepada para petani untuk menaikkan produksi pertanian, yaitu
dengan mengubah cara-cara bercocok tanam yang dilakukan mereka sekarang ini, dengan caracara yang akan mempertinggikan tingkat produktivitas dari kegiatan tersebut. Tetapi sering sekali
para petani tidak melakukan hal ini dan menaikkan produksi dengan cepat, walaupun dalam
perekonomian tersebut terdapat kelebihan dalam permintaan dan usaha itu dapat menambah

pendapatan mereka. Berarti para petani pada umumnya tidak responsif terhadap rangsanganrangsangan yang terdapat di pasar.
Terbatasnya responsif para petani terhadap rangsangan-rangsangan yang terdapat di pasar
disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang terpenting antara lain adalah, pertama,
harga-harga hasil pertanian pada umumnya jauh lebih tidak stabil kalau dibandingkan dengan
harga-harga barang industri. Ketidakstabilan ini menimbulkan keragu-raguan dan keengganan
para petani untuk melakukan penanaman modal untuk memperbaiki cara-cara bercocok tanam
mereka. Kedua, tenaga kerja di sektor pertanian mempunyai pengetahuan yang lebih terbatas
kalau dibandingkan dengan pengusaha-pengusaha di sektor modern. Mereka misalnya tidak
mengetahui tentang adanya cara bercocok tanam yang lebih baik, cara mempertinggi efisiensi
penggunaan tanah dan cara untuk mempertinggi tingkat produktivitas.
Keadaan ini berbeda dengan keadaan dalam kegiatan ekonomi modern. Dari masa ke
masa para pengusaha terus-menerus mengadakan perbaikan dalam berbagai aspek kegiatan
mereka. Oleh karenanya kegiatan tersebut bertambah efisien, produktivitasnya terusmenerus
mengalami perbaikan dan dapat selalu dengan cepat menyesuaikan diri dengan perubahanperubahan yang terjadi di pasar.
Di sektor industri, para pengusaha mempunyai reaksi yang lebih sensitif terhadap
perubahan-perubahan di dalam pasar kalau dibandingkan dengan para produsen di sektor
pertanian. Tetapi responsif mereka tingkatnya tidaklah seperti yang berlaku di negara-negara
maju. Beberapa faktor dapat menim-bulkan keadaan demikian, seperti: kesukaran untuk
memperoleh tenaga ahli yang dapat menjalankan alat-alat produksi modern dengan efisien;
kesukaran untuk memperoleh tenaga pimpinan perusahaan yang, dapat memimpin perusahaan
dengan rnenguntungkan; lebih terbatasnya kesanggupan untuk mengembangkan teknologi yang
akan memperbaiki efisiensi dan mutu produksi: dan adakalanya juga terdapatnya kesukaran
untuk memperoleh valuta asing yang diperlukan untuk mengimport bahan mentah dan barangbarang untuk mengembangkan industri.

G. Kebijakan Moneter Dan Fiskal Negara Berkembang
1. Kebijakan Moneter Dalam Negara Berkembang
Kebijakan Moneter bersandar pada hubungan antara tingkat bunga dalam perekonomian,
itu adalah harga di mana uang yang bisa dipinjam, dan total pasokan uang. Kebijakan moneter
menggunakan berbagai alat untuk mengontrol salah satu atau kedua, untuk mempengaruhi hasil
seperti pertumbuhan ekonomi , inflasi , nilai tukar dengan mata uang lainnya dan pengangguran.
Dimana mata uang adalah di bawah monopoli penerbitan, atau di mana ada sistem diatur
menerbitkan mata uang melalui bank yang terkait dengan bank sentral, otoritas moneter memiliki
kemampuan untuk mengubah jumlah uang beredar dan dengan demikian mempengaruhi tingkat
suku bunga (untuk mencapai kebijakan tujuan).

Awal dari kebijakan moneter seperti itu berasal dari akhir abad 19, di mana ia digunakan
untuk mempertahankan standar emas .Suatu kebijakan disebut sebagai kontraktif jika
mengurangi ukuran jumlah uang beredar atau menaikkan tingkat bunga. Sebuah ekspansif
meningkatkan kebijakan ukuran jumlah uang beredar, atau menurunkan tingkat suku bunga.
Selain itu, kebijakan moneter adalah sebagai berikut: akomodatif, jika tingkat bunga yang
ditetapkan oleh otoritas moneter pusat ini dimaksudkan untuk menciptakan pertumbuhan
ekonomi; netral, jika tidak dimaksudkan untuk menciptakan pertumbuhan atau memerangi
inflasi, atau ketat jika dimaksudkan untuk mengurangi inflasi.
Dalam hampir semua negara modern, khusus lembaga (seperti Bank of England , dengan
European Central Bank , Reserve Bank of India , dengan Federal Reserve System di Amerika
Serikat, Bank of Japan , dari Bank of Canada atau Reserve Bank of Australia ) ada yang
memiliki tugas melaksanakan kebijakan moneter dan sering independen dari eksekutif . Secara
umum, lembaga-lembaga ini disebut bank sentral dan sering memiliki tanggung jawab lainnya
seperti mengawasi kelancaran sistem keuangan.
Hal ini mencakup mengelola jumlah uang beredar melalui pembelian dan penjualan
berbagai instrumen keuangan, seperti tagihan treasury, obligasi perusahaan, atau mata uang
asing. Semua hasil pembelian atau penjualan dalam mata uang dasar kurang lebih memasuki atau
meninggalkan sirkulasi pasar.
Biasanya, tujuan jangka pendek operasi pasar terbuka adalah untuk mencapai target suku
bunga jangka pendek tertentu. Dalam kasus lainnya, kebijakan moneter bukan sasaran mungkin
memerlukan suatu nilai tukar tertentu relatif terhadap beberapa mata uang asing atau yang lain
relatif terhadap emas. Misalnya, dalam kasus Amerika Serikat Federal Reserve menargetkan
tingkat dana federal , tingkat di mana bank meminjamkan kepada anggota satu sama lain dalam
semalam, namun dengan kebijakan moneter Cina adalah target nilai tukar antara Cina renminbi
dan keranjang mata uang asing.
Cara utama lainnya melakukan kebijakan moneter mencakup:


Diskon jendela pinjaman ( lender of last resort );



pinjaman pecahan deposit (perubahan dalam persyaratan cadangan);



Moral bujukan (membujuk pelaku pasar tertentu untuk mencapai tertentu hasil)

Teori Kebijakan moneter adalah proses dimana pemerintah, bank sentral, atau otoritas
moneter dari kontrol negara terhadap jumlah uang beredar, ketersediaan uang, dan biaya uang
atau suku bunga untuk mencapai menetapkan tujuan berorientasi pada pertumbuhan dan
stabilitas ekonomi.
Kebijakan Moneter bersandar pada hubungan antara tingkat bunga dalam perekonomian,
itu adalah harga di mana uang yang bisa dipinjam, dan total pasokan uang. Kebijakan moneter
menggunakan berbagai alat untuk mengontrol salah satu atau kedua, untuk mempengaruhi hasil
seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar dengan mata uang lainnya dan pengangguran.
Dimana mata uang adalah di bawah monopoli penerbitan, atau di mana ada sistem diatur

menerbitkan mata uang melalui bank yang terkait dengan bank sentra