UPAYA PELESTARIAN SUMBERDAYA ALAM DAN LI (1)

UPAYA PELESTARIAN SUMBERDAYA ALAM DAN
LINGKUNGAN HIDUP YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN
DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KABUPATEN KUNINGAN
SEBAGAI KABUPATEN KONSERVASI DI PROVINSI JAWA BARAT
Nurdini Lestari ([email protected])
Dr. Siti Fadjarajani, MT ([email protected])
Program Studi Pendidikan Geografi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Siliwangi
Tasikmalaya
2013
ABSTRACT

Background of the research is the amount of natural resources and environment is
limite. It does not match with the human population which increse each time. With such
conditions will arise out of balance condition and causes environmental damage. To overcome
this issue, the government make the program Conservation District. In 2006, Kuningan Regency
was proclaimed himself as a Conservation District, but the implementation is still having some
problems, especially in matters of human resources policy and local government. Conservation
of natural resources and environment environmentally indispensable in terms of commitment to
succeed Kuningan Regency as Conservation District. Issues that were examined in this research

are the potential of natural resources and the environment held by Kuningan Regency, and how
is the efforts of natural resources and environment conservation environmentally in order to
actualize Conservation District in Kuningan Regency of West Java Province. The method used
in this research is descriptive quantitative data collection techniques through field observations,
interviews, distributing questionnaires, literature review and study documentation. The analysis
technique used is a simple statistical analysis. The population in this research is the Kuningan
Regency located in 32 districts. Sampling in this study using sampling jugmental to the
government, the sample clusters and quotas for protected areas, and simple random sampling
technique to the public, with a sample of 121 respondents. Based on the analysis, it can be
concluded that Kuningan Regency has the potential of natural resources such as forestry,
farming, agriculture, livestock, fisheries, water, geothermal, tourism; forested protected areas
of the city, the Kuningan Botanical Gardens, Ciremai Mountain National Park, and Natural
Park. Efforts were made to preserve the natural resources and the environment in order to
realize environmentally Conservation District is to disseminate to the public because of 86
respondents (71.07%) claimed to have never received counseling and socialization or result in
respondents' knowledge about them, establish protected areas because it is one of the criteria
for determining the status of Conservation District, and to make such regulations governing
local Conservation District policy. Kuningan Regency has fill 65% the element criteria for
determining the status of Conservation District.
Keywords


: Conservation, Natural Resources, Environment, Conservation Distric

1

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar dengan jumlah
pulaunya sekitar 13000-an. Selain itu, Indonesia juga memiliki hutan tropis yang
sangat luas dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua setelah Brasil. Namun
sangat disayangkan bahwa dibalik kekayaan alam yang melimpah tersebut
Indonesia masih banyak mengalami masalah-masalah lingkungan hidup yang
cukup parah. Masalah tersebut antara lain seperti kekurangan air bersih, polusi
udara, penebangan liar, dan sebagainya. Bahkan hutan Indonesia yang
diandalkan menjadi paru-paru dunia akhir-akhir ini mengalami kerusakan hutan
yang tidak terkendali.
Permasalahan-permasalahan lingkungan hidup nampaknya akan semakin
meningkat seiring berjalannya waktu, hal ini disebabkan oleh kerusakan
lingkungan akibat aktivitas manusia dalam melakukan eksploitasi sumberdaya
alam secara berlebihan. Seperti halnya penebangan hutan secara berlebihan akan

memberikan dampak negatif yang sangat banyak, diantaranya mengurangi
keanekaragaman hayati, dapat menimbulkan bencana seperti banjir dan longsor,
mengakibatkan tanah menjadi tandus, serta peningkatan suhu bumi (global
warming) yang sedang terjadi bukan hanya di Indonesia saja melainkan hampir

semua negara dan semakin hari akan semakin meresahkan masyarakat apabila
tidak cepat diatasi. Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang
berwawasan lingkungan sangat penting dilakukan agar tidak terjadi kerusakan
pada sebuah ekosistem dan agar sumberdaya alam serta lingkungan masih dapat
dimanfaatkan oleh generasi berikutnya di masa yang akan datang.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka perlu diadakannya suatu upaya
yang bertujuan untuk memeliharan lingkungan dan sumberdaya alam, temasuk
pemeliharan terhadap hutan agar tetap lestari. Pemerintah Indonesia melalui
Kementerian Dalam Negeri membuat kebijakan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan

pembangunan

berlandaskan


pemanfaatan

berkelanjutan,

perlindungan sistem penyangga kehidupan dan pengawetan keanekaragaman
hayati yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah tingkat II yaitu Kota atau
Kabupaten se-Indonesia. Kebijakan ini disebut dengan Kabupaten Konservasi.

2

Kabupaten Konservasi merupakan salah satu konsep yang diharapkan dapat
mengatasi permasalahan lingkungan yang ada dengan tetap membuka peluang
pemanfaatan sumberdaya alam yang dimiliki secara lestari atau berwawasan
lingkungan hidup. Namun dalam penetapat suatu Kota atau Kabupaten menjadi
Kabupaten Konservasi diatur dengan kriteria tertentu.
Kabupaten Kuningan merupakan salah satu kabupetan yang telah
berkomitmen untuk menjadi Kabupaten Konservasi. Kabupaten Kuningan
mendeklarasikan diri sebagai Kabupaten Konservasi sejak tahun 2006. Untuk
mewujudkan cita-cita Kabupaten Konservasi, Kabupaten Kuningan telah
melakukan konsolidasi dan konsultasi dengan berbagai pihak terutama dengan

Tim Kecil Kabupaten Konservasi yang dibentuk pada tahun 2005 (Bappeda
Kabupaten Kuningan, 2012).
Meskipun Pemerintah Kabupaten Kuningan sudah mendeklarasikan diri
sebagai Kabupaten Konservasi secara sukarela (voluntary) sejak tahun 2006,
tetapi sampai pada saat ini pelaksanaannya masih belum optimal. Hal ini
dipengaruhi oleh kualitas sumberdaya manusia yang masih kurang mengerti
mengenai konservasi atau upaya pelestarian, dan belum adanya Peraturan
Daerah (Perda) atau Surat Keputusan Bupati Kabupaten Kuningan yang dapat
dijadikan sebagai dasar atau acuan dalam pelaksanaan program tersebut. Namun,
rencana strategi Kabupaten Kuningan sebagai Kabupaten Konservasi telah
tertuang dalam Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Kuningan nomor 4. Visi
pembangunan Kabupaten Kuningan adalah sebagai berikut “Kuningan lebih
Sejahtera Berbasis Pertanian dan Pariwisata yang Maju dalam Lingkungan
Lestari dan Agamis Tahun 2013”, dan isi misi nomor 4 adalah sebagai berikut
“Meningkatkan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup dalam
kerangka Kabupaten Konservasi dengan berorientasi pada perlindungan,
pengawetan, dan pemanfaatan secara lestari”.
Namun sampai saat ini pelaksanaan program pendukung Kabupaten
Konservasi dirasakan masih belum maksimal dan mengalami berbagai macam
hambatan, baik itu dari segi sumberdaya manusianya, dari segi anggaran, serta

dari segi payung hukum yang mengatur mengenai kebijakan Kabupaten
Konservasi itu. Seyogianya pelestarian (konservasi) terhadap sumberdaya alam

3

dan lingkungan hidup sangat penting dilaksanakan bukan hanya oleh pelaksana
kebijakan (pemerintah/instansi terkait) saja tetapi oleh seluruh lapisan
masyarakat juga harus diperkenalkan dalam upaya pelestarian sumberdaya alam
dan lingkungan hidup, termasuk di dalamnya berbagai macam upaya untuk
menggunakan dan mengolah sumberdaya alam serta lingkungan hidup secara
bijaksana dan berwawasan lingkungan agar dapat menopang kehidupan secara
berkelanjutan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah : untuk mengetahui potensi
sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang dimiliki oleh Kabupaten Kuningan
Provinsi Jawa Barat dalam rangka mewujudkan Kabupaten Konservasi, dan
untuk mengetahui upaya pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup
yang berwawasan lingkungan dalam rangka mewujudkan Kabupaten Konservasi
di Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat.


2. METODE PENELITIAN
Dalam Penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kuantitatif,
karena mengkaji masalah nyata yang terjadi sekarang dengan cara mengumpulkan
data, menyusun, dan mengklasifikasikannya sehingga data tersebut mempunyai arti
dan makna. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara,
yaitu : (1) Sampel Purposive/Judgmental sampling, teknik ini dipakai untuk
melakukan wawancara dengan pihak-pihak (Dinas atau Instansi) yang terkait dalam
bidang pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup serta pelaksana kebijakan
kabupaten konservasi, seperti Bappeda Kabupaten Kuningan, Dishutbun Kabupaten
Kuningan, BPLHD Kabupaten Kuningan, Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya
Kabupaten Kuningan, BTNGC Kabupaten Kuningan, dan BKSDA Jawa Barat II. (2)
Sampel Area/Cluster Sampling, teknik ini ditujukan kepada masyarakan Kabupaten
Kuningan dengan menggunakan teknik sampel area, karena obyek atau sumber data
yang diteliti sangat luas. Selanjutnya, karena sampel tersebut masih terlampau luas
penulis menggunakan lagi sampel kuota yang digunakan dengan cara memilih
sampel yang memiliki karakteristik tertentu dalam jumlah. Lalu random sampling

4

digunakan untuk menentukan jumlah responden dari wilayah kawasan konservasi

yang dijadikan sampel.

3.

PEMBAHASAN
3.1 Potensi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup di Kabupaten
Kuningan Provinsi Jawa Barat
3.1.1 Sumberdaya Alam
3.1.1.1 Potensi sumberdaya kehutanan
Kabupaten Kuningan memiliki luas 511,53 km2. Dari
hasil hutan itu menghasilkan berbagai macam jenis kayu,
seperti kayu jati, mahoni, sonokeling, pinus, dan rawa
campuran. Selain kayu hutan-hutan di Kabupaten Kuningan
juga menghasilkan bambu, jamur dan madu. Sumberdaya
kehutanan ini tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten
Kuningan.
3.1.1.2 Potensi sumberdaya perkebunan
Lahan perkebunan yang dimiliki Kabupaten Kuningan
seluas


62,48

km2.

Dengan

komoditas

utama

hasil

perkebunannya adalah kelapa cengkih, dan kopi. Perkebunan
juga tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Kuningan.
3.1.1.3 Potensi sumberdaya pertanian
Kabupaten Kuningan memiliki lahan pertanian seluas
698,79 km2. Komoditas pertanian yang memiliki nilai
produktivitas tinggi adalah padi sawah yang terdapat di seluruh
wilayah di Kabupaten Kuningan dan ubi jalar yang tumbuh di
Kecamatan Cilimus, Garawangi, jalaksana, Pancalang, dan

Mandirancan.
3.1.1.4 Potensi sumberdaya perikanan
Perikanan Kabupaten
produksi

9016

ton

per

Kuningan memiliki nilai

tahun,

dengan

jenis

potensi


perikanannya berupa ikan mas, tawes, mujaer, tambak, nilem,
gurame, nila, sepat, lele, dan lain-lain. Kecamatan Darma,
Ciawigebang,

Kramatmulya,

Kuningan,

Selajambe,

dan

5

Lebakwangi merupakan kecamatan penghasil ikan paling
banyak diantara kecamatan lainnya.
3.1.1.5 Potensi sumberdaya peternakan
Kabupaten Kuningan memiliki potensi peternakan
berbagai jenis ayam dengan jumlah populasinya berkisar
anatar 3346 – 50524 ekor, peternakan domba dengan jumlah
papulasinya sebanyak 1554 – 11616 ekor, peternakan sapi
perah dan pedaging dengan jumlah populasi terbesarnya 5167
ekor. Di Kabupaten Kuningan juga memilki peternakan itik,
kambing, kerbau, kuda dan babi.
3.1.1.6 Potensi sumberdaya air
Kabupaten Kuningan memiliki 3 SWS, 43 sub DAS, 1
waduk, 102 situ dan embung, 523 sumber mata air dengan
debit air rata-ratanya 23,65 liter per detik. Sumberdaya air di
Kabupaten Kuningan sudah dapat mencukupi kebutuhan air
domestik sehingga sumberdaya air Kabupaten Kuningan juga
dapat dimanfaatkan oleh wilayah sekitarnya seperti Kabupaten
Cirebon.
3.1.1.7 Potensi sumberdaya panas bumi
Kabupaten Kuningan memiliki sumber panas bumi di 4
wilayah, yaitu Pajambon, Sangkanhurip, Ciniru, dan Subang.
Potensi Panas Bumi di Pajambon, Sangkanhurip, dan Ciniru
memiliki potensi 235 MW dan akan dibangun Pembangkit
Listrik tenaga Panas Bumi.
3.1.1.8 Potensi sumberdaya pariwisata
Keindahan alam Kabupaten Kuningan berpotensi untuk
dijadikan objek wisata alam. Kabupaten Kuningan memiliki 21
objek wisata alam yang sedang berkembang dan 25 objek
masih dalam tahap eksplorasi. Objek wisata tersebut
merupakan paduan pesona alam, sejarah, dan budaya.

6

Kekayaan sumberdaya alam yang tersebar di Kabupaten Kuningan
secara otomatis terdapat juga pada daerah-daerah yang menjadi sampel pada
penelitian ini yaitu : Kelurahan Cigugur Kecamatan Cigugur, Desa
Padabeunghar

Kecamatan

Pasawahan,

Desa

Pajambon

Kecamatan

Kramatmulya, dan Desa Linggarjati Kecamatn Cilimus. Berikut adalah
analisis potensi sumberdaya alam yang terdapat di wilayah-wilayah tersebut.
1.

Kelurahan Cigugur Kecamatan Cigugur
Kelurahan Cigugur memiliki potensi sumberdaya alam yang
beranekaragam baik dalam sumberdaya alam kehutanan, pertanian,
perikanan,

peternakan,

perairan,

serta

sumberdaya

pariwisata.

Keberadaan sumberdaya alam di suatu daerah tentunya dipengaruhi oleh
kondisi morfologi atau kondisi fisik daerah itu sendiri. Morfologi
Kelurahan Cigugur berbukit-bukit dan ditanami beberapa jenis tanaman,
bukit-bukit tersebut berfungsi sebagai daerah resapan air. Seiring
berjalannya waktu bukit-bukit tersebut beralih fungsi sebagai tempat
penambangan batu dan pasir, kawasan resapan air di Kelurahan Cigugur
semakin terancam dan membutuhkan suatu penyelamatan dalam bentuk
pembangunan kawasan lindung.
Pembangunan hutan kota di Kelurahan Cigugur dapat dijadikan
suatu upaya penyelamatan lingkungan yang semakin lama semakin rusak
apabila dibiarkan saja. Kini di Kelurahan Cigugur terdapat dua hutan
kota, hutan kota pertamayang sudah selesai pembangunannya berada di
sebelah timur dan berbatasan dengan Kelurahan Kuningan tepatnya di
Bukit Bungkirit, sehingga hutan kota ini diberinama Hutan Kota
bungkirit. Hutan kota kedua yaitu Hutan Kota Mayasih berada di sebelah
barat berbatasan dengan Desa Cisantana. Hutan kota ini dibangun diatas
lahan bekas galian batu yang dibiarkan, kemudian lahan tersebut
direhabilitasi agar kembali produktif, sampai saat ini pembangunan hutan
Kota Mayasih belum juga selesai.
2.

Desa Padabeunghar Kecamatan Paswahan
Sumberdaya alam yang potensial di Desa Padabeunghar
Kecamatan Pasawahan adalah sumberdaya perkebunan berupa kopi,

7

cengkih, dan kelapa. Dalam potensi sumberdaya kehutanan Desa
Padabeunghar menghasilkan kayu mahoni dan pinus, selain itu hutan di
Desa Padabeunghar berbatasan dengan Taman Nasional Gunung
Ciremai.
Keberadaan Desa Padabeunghar yang berada dekat dengan
Gunung Ciremai menjadikan desa ini memiliki kondisi morfologi
berbukit-bukit. Hal ini sama halnya dengan Kelurahan Cigugur, bukitbukit di Desa Padabeunghar juga pemanfaatannya disalah gunakan oleh
masyarakat yang tidak bertanggung jawab, hal tersebut tercermin dari
banyaknya tempat penambangan pasir dan batu yang illegal. Meskipun
pemerintah sudah menutup tempat pertambangan tersebut, tindakan itu
belum mampu menghentikan tindakan penambangan liar. Hal demikian
tidak dapat didiamkan karena akan berdampak pada kerusakan hutan
serta lingkungan.
Keberadaan Kebun Raya Kuningan walaupun berfungsi sebagai
kawasan lindung flora secara ex situ, diharapkan juga dapat dijadikan
sebagai sarana rehabilitasi lahan kritis atau dapat meminimalisir dampak
negatif dari degradasi sumberdaya alam. Selain manfaat untuk
lingkungan, Kebun Raya Kuningan juga diharapkan dapat memberikan
dampak positif bagi masyarakat hal ini berkaitan dengan pembangunan
ekonomi wilayah dalam di waktu mendatang.
3.

Desa Pajambon Kecamatan Kramatmulya
Keanekaragaman sumberdaya pertanian di Desa Pajambon
Kecamatan Kramatmulya yang meliputi sayur-sayuran seperti sawi,
kentang, bawang-bawangan, tomat, dan lain-lain dipengaruhi keberadaan
letak Desa Pajambon yang berada tepat di bawah kaki Gunung Ciremai
dan memiliki tanah yang subur. Selain hasil pertanian, Desa Pajambon
juga terkenal dengan hasil perkebunan berupa jambu biji merah yang
hampir 30% memenuhi lahan Desa Pajambon. Pemanfaatan lahan
sebagai wahana pertanian dan perkebunan yang kurang baik seperti
halnya penggunaan pupuk kimia yang berlebihan lama-lama akan
menyebabkan degradasi komponen lingkungan.

8

Potensi degradasi lingkungan di Kabupaten Kuningan selain
disebabkan oleh pengolahan pertanian yang dilakukan secara tidak baik
juga disebabkan oleh pengolahan hutan rakyat yang berada disekitar
Taman Nasional Gunung Ciremai, oleh sebab itu keberadaan Taman
Nasional Gunung Ciremai di Desa Pajambon diharapkan dapat
memberikan kontribusi dalam upaya penyelamatan, pelindungan dan
pengaweta lingkungan dan sumberdaya alam.
4.

Desa Linggarjati Kecamatan Cilimus
Secara umum Kecamatan Cilimus memiliki potensi wisata yang
baik untuk dikembangkan. Sampai saat ini sudah ada beberapa tempat
wisata yang terdapat di kecamatan ini, seperti objek wisata Curug
Sidomba, Pemandian Sangkanhurip Alami, Wisata pedesaan Sayana, dan
Linggarjati Indah. Khususnya Desa Linggarjati yang terkenal dengan
potensi wisata baik wisata alam maupun wisata sejarahnya. Pengelolaan
objek wisata harus dilakukan dengan baik dan ramah lingkungan.
Apabila pengelolaan objek wisata dilakukan secara tidak benar dan tidak
ramah lingkungan, lambat laun potensi wisata itu akan rusak dan tidak
menarik lagi.
Keberadaan Taman Wisata Alam Linggarjati diharapkan dapat
melindungi kawasan di sekitar dari kerusakan lingkungan akibat
kesalahan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan tanpa
menghilangkan pemanfaatan dalam bidang pariwisata.

3.1.2 Kawasan Lindung
3.1.2.1 Hutan Kota
Kabupaten Kuningan memiliki 13 hutan kota yang
tersebar di 11 kecamatan dengan luas hutan kota secara
keseluruhan yaitu seluas 53,5 ha. Hutan Kota yang telah
selesai dibangun adalah Hutan Kota Bungkirit yang terdapat di
Kelurahan Cigugur Kecamatan Cigugur. Sedangkan Hutan
kota yang masih dalam tahap pembangunan adalah Mayasih di
Cigugur dan Garatengah di Kecamatan Japara. Sedangkan

9

sisanya masih berupa titik-titik hutan kota yang belum
dibangun tahap lanjut.
3.1.2.2 Kebun Raya Kuningan
Kebun Raya Kuningan (KRK) berlokasi di Desa
Padabeunghar Kecamatan pasawahan. KRK memiliki luas
156,96 ha. KRK berfungsi sebagai kawasan konservasi ex situ,
sarana

konservasi

flora

fauna,

sarana

penelitian

dan

pengembangan ilmu pengetahuan, serta sarana rekreasi alam
dan wisata ilmiah. Di KRK terdapat berbagai macam koleksi
flora khas Jawa Barat dan wilayah lainnya.
3.1.2.3 Taman Nasional Gunung Ciremai
Taman Nasional Gunung Ciremai memiliki luas 15500
ha. 6800,13 ha berada di Kabupaten Majalengka, dan sisanya
sebesar 8699,87 ha di Kabupaten Kuningan. Keberadaan
TNGC

memberi

manfaat

lingkungan

berupa

keasrian

lingkungan, sumber mata air dengan debit airnya berkisar
antara 5 – 2000 liter per detik, dan potensi wisata yang tersebar
di Kawasan TNGC, seperti Lembah Cilengkrang yang di
dalamnya terdapat curug sabuk, sawer, dan kembar. Di TNGC
terdapat koleksi flora dan fauna yang dilindungi seperti elang
jawa dan anggrek tanah.
3.1.2.4 Taman Wisata Alam Linggarjati
Taman Wisata Alam ini berada di Desa Linggarjati
Kecamatan Cilimus dengan luas 11,51 ha. Taman Wisata Alam
ini berada di daerah kawasan Wisata Linggarjati Indah. Di
kawasan konservasi ini tidak terlalu banyak jenis flora dan
fauna yang dikoleksi karena keterbatasan luas wilayah
konservasi.

Bungur,

Kiara,

Burung

Pipit,

Kepodang

merupakan bagian dari koleksi flora dan fauna yang terdapat di
TWA Linggarjati.

10

3.2 Upaya Pelestarian Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup yang
Berwawasan Lingkungan dalam rangka Mewujudkan Kabupaten
Kuningan sebagai Kabupaten Konservasi di Provinsi Jawa Barat
3.2.1 Melakukan Sosialisasi Kepada Masyarakat
Upaya pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang
berwawasan

lingkungan

dalam

rangka

mewujudkan

kabupaten

konservasi di Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat dapat dilakukan
dengan memberikan sosialisasi atau penyuluhan mengenai upaya
pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang berwawasan
lingkungan serta komitmen Kabupaten Kuningan menjadi Kabupaten
Konservasi, agar masyarakat ikut serta mensukseskan program tersebut,
hal tersebut juga didasarkan atas pernyataan 86 orang responden
(71,07%) menyatakan belum pernah mendapat sosialisasi/penyuluhan
tentang kebijakan tersebut dan berdampak pada pengetahuan responden
yang hanya 44,63% (54 orang) dari responden cukup menetahui
mengenai kebijakan Kabupaten Konservasi.
3.2.2 Membangun Kawasan Lindung sebagai Kawasan Konservasi
Membangun kawasan lindung sebagai wahana konservasi
merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan Kabupaten
Konservasi serta mengingat kawasan lindung merupakan salah satu
syarat yang terdapat pada matriks prinsip kriteria dalam penetapan
status Kabupaten Konservasi yang harus dimiliki oleh kabupaten yang
menjalankan komitmen Kabupaten Konservasi, tindakan tersebut juga
sesuai dengan pendapat 110 orang responden (90,91%) menyatakan
bahwa pemerintah perlu meningkatkan pembanguann kawasan lindung.
3.2.3 Membuat Kebijakan yang Mendukung Kebijakan Kabupaten
Konservasi
Cara lain yang tidak kalah pentingnya dalam upaya pelestarian
sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang berwawasan lingkungan
serta komitmen Kabupaten Kuningan menjadi Kabupaten Konservasi
adalah membuat kebijakan berupa Peraturan Daerah dan Surat
Keputusan Bupati tentang Kabupaten Konservasi, karena Perda dan SK
Bupati bersifat penting sebagai dasar acuan pelaksanaan program-

11

program yang berkaitan dengan komitmen Kabupaten Konservasi.
Selain itu, peraturan daerah tentang Kabupaten Konservasi juga sangat
berguna untuk mengikat setiap instansi dan para pihak yang ada di
lingkungan Kabupaten Kuningan dalam menyusun dan melaksaan
program pembangunan kabupaten. Ketika Peraturan Daerah itu sudah
diterbitkan, maka Pemerintah Derah juga harus membuat Surat
Keputasn Bupati dan Kepala Dinas/Badan yang ditunjuk sebagai
koordinator pelaksana program Kabupaten Konservasi yang merupakan
turunan dari Peratudan Daerah itu sendiri.
Sejak mencanangkan diri sebagai Kabupaten Konservasi, Kabupaten
Kuningan tentunya sudah memenuhi beberapa elemen kriteria Kabupaten
Konservasi, namun hingga saat ini Kabupaten Kuningan masih berusaha untuk
memeaksimalkan dan memenuhi seluruh elemen kriteria Kabupaten Konservasi
sebagai gerbang menuju penetapan Kabupaten Kuningan sebagai Kabupaten
Konservasi. Pemenuhan beberapa elemen kriteria Kabupaten Konservasi yang
sudah atau pun yang belum dipenuhi oleh Kabupaten Kuningan akan dituangkan
dalam Tabel 1 berikut ini :
Tabel 1
Kesesuaian Elemen Kriteria Kabupaten Konservasi
dan Persentasi Penilaian Progres Pelaksanaan
Kebijakan Kabupaten Konservasi
Kriteria

Kesesuaian

Memiliki kawasan konservasi dan
kawasan lain yang mempunyai
ekosistem dengan nilai konservasi
tinggi

Sesuai

Memiliki
keterbatasan
pengembangan wilayah akibat
keterbatasan kondisi biofisik
Sesuai

Penjelasan
Hingga saat ini Kabupaten Kuningan
sudah memiliki 11 hutan kota, Taman
Nasional Gunung Ciremai, Kebun
Raya Kuningan, dan Taman Wisata
Alam yang berfunsi sebagai kawasan
konservasi ex situ dan in situ. Selain
itu juga Kabupaten Kuningan
memiliki beberapa hutan, kawasan
konservasi air, dan lain sebagainya
yang bernilai konservasi tinggi baik
konservasi sumberdaya alam dan
lingkungan
hidup
termasuk
keanekaragaman hayati yang ada di
dalamnya. Namun dalam hal ini
Kabupaten Kuningan masih harus
memaksimalkan pengelolaan dan
pemnagunan beberapa kawasan yang
memiliki fungsi lindung.
Kabupaten Kuningan membatasi
pengembangan
wilayahnya
dan
mengembangkan wilayahnya berbasis
lingkungan, hal ini dilakukan untuk
mencegah kerusakan lingkungan
akibat pengolahan dan pemanfaatan
lingkungan yang tidak bijaksana
sedangkan
kondisi
lingkungan

Persentasi
Penilaian
15%

20%

12

memiliki
keterbatasan
kondisi
biofisik.
Keterbatasan pengembangan wilayah
di Kabupaten Kuningan tercermin dari
sikap
yang
ditunjukan
oleh
pemerintah daerah yang lebih terfokus
pada pengembangan wilayah yang
berbasis sumberdaya alam dan
lingkungan hidup yang berkelanjutan.
Mempunyai visi dan misi
Visi
pembangunan
Kabupaten
pembangunan
berazaskan
Kuningan adalah sebagai berikut
konservasi
“Kuningan lebih Sejahtera Berbasis
Pertanian dan Pariwisata yang Maju
dalam Lingkungan Lestari dan
Agamis Tahun 2013”.
misi nomor 4 adalah sebagai berikut
Sesuai
“Meningkatkan
pelestarian
sumberdaya alam dan lingkungan
hidup dalam kerangka Kabupaten
Konservasi dengan berorientasi pada
perlindungan,
pengawetan,
dan
pemanfaatan secara lestari”.
Mempunyai komitmen politik
Dalam hal komitmen politik ini
untuk melaksanakan pengelolaan
Kabupaten Kuningan belum memiliki
sumberdaya
alam
secara
komitmen yang jelas dari pimpinan
berkelanjutan
tertinggi, hal ini tercermin dari tidak
adanya komitmen politik yang
dituangkan dalam bentuk dokumen
Belum Sesuai
daerah seperti Peraturan Daerah
(Perda) dan Surat Keputusan (SK)
Bupati yang jelas dan mendukung
konservasi, karena Perda dan SK
dinilai memiliki peran penting sebagai
acuan melaksakan program yang
bersangkutan dengan konservasi.
Mempunyai sistem kelembagaan
Kabupaten Kuningan sudah memiliki
pengelolaan lingkungan yang
beberapa
organisasi
pemerintah
memadai
(instansi) yang mendukung konservasi
dan bertugas dalam membuat rencana
pembangunan
berkelanjutan,
implementasi, dan evaluasi bahkan
memonitoring kegiatan pembangunan
Belum Sesuai
di Kabupaten Kuningan. Sedangkan
organisasi
kemasyarakatan
yang
mendukung konservasi Kabupaten
Kuningan belum memilikinya, hal ini
disebabkan
karena
kurang
memasyarakatnya
kebijakan
Kabupaten Konservasi.
Jumlah Persentasi Penilaian Progres

20%

0%

10%

65%

Sumber : Hasil Penelitian Penulis, 2013

Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa dari kelima elemen kriteria Kabupaten
Konservasi, Kabupaten Kuningan sudah memenuhi tiga kriteria yang sudah sesuai
dan dua kriteria lainnya belum sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan. Sejak
tahun 2006 Kabupaten Kuningan mencanangkan diri sebagai Kabupaten
Konservasi dinilai sudah menjalankan 65% dari kebijakan Kabupaten Konservasi
dan masih memiliki potensi untuk menyempurnakan kinerjanya agar seluruh
kriteria tersebut dapat terpenuhi.

13

Kabupaten yang mencanagkan diri sebagai Kabupaten Konservasi dan
mampu membuktikan kinerja pembangunan wilayah berbasis konservasi patut
mendapatkan feedback berupa penghargaan dari berbagai pihak, baik pemerintah
pusat, pemerintah daerah lainnya, lembaga-lembaga swadaya, maupun dunia
internasional. Wujud penghargaan yang diberikan sangat beragam, baik berupa
pengakuan atas eksistensi kabupaten dalam masyarakat global, promosi, bantuan
bagi pembangunan wilayah dan penguatan kapasitas kabupaten, maupun bentukbentuk penghargaan lainnya. Feedback yang sudah dan sedang diterima oleh
Kabupaten Kuningan diantaranya yaitu : Kabupaten Kuningan terlibat dalam
Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) yang merupakan program kolaboratif
antara pemerintah kota/kabupaten dengan komunitas hijaunya, yang difasilitasi oleh
Pemerintah Pusat, selain program P2KH Kabupaten Kuningan juga terlibat dalam
program Pengembangan Desa Berkelanjutan yang bertujuan untuk mewujudkan
ketahanan pangan, dan energi serta lingkungan yang lestari. Tidak hanya itu saja,
Kabupaten Kuningan juga reward berupa insentif untuk pembangunan wilayah
kabupaten yang berwawasan lingkungan. Namun pada kondisi tertentu, apabila
kinerja kabupaten tersebut tidak sejalan dengan tujuan kabupaten konservasi, maka
penghargaan yang diberikan pemerintah dapat dicabut.

4.

SIMPULAN
Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasannya, maka penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa :
4.1 Potensi sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang dimiliki oleh Kabupaten
Kuningan Provinsi Jawa Barat dalam rangka mewujudkan Kabupaten
konservasi, adalah :
4.1.1 Sumberdaya alam yang terdiri dari : sumberdaya kehutanan, perkebunan,
pertanian, perikanan, pertanian, air, panas bumi, dan pariwisata.
4.1.2 Kawasan lindung yang terdiri dari : hutan kota, Taman Nasional Gunung
Ciremai, Kebun Raya Kuningan, dan Taman Wisata Alam Linggarjati.
4.2 Upaya pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang berwawasan
lingkungan dalam rangka mewujudkan kabupaten konservasi di Kabupaten
Kuningan Provinsi Jawa Barat diantaranya yaitu :

14

4.2.1 Melakukan sosialisasi kepada seluruh masyarakat di setiap kalangan.
4.2.2 Membangun kawasan lindung sebagai wahana konservasi.
4.2.3 Membuat kebijakan yang mendukung kebijakan kabupaten konservasi.
4.3 Sejak tahun 2006 hingga saat ini Kabupaten Kuningan sudah mampu
memenuhi tiga dari lima elemen kriteria penetapan status Kabupaten
Konservasi, dan dua elemen kriteria lainnya belum dapat dilaksanakan. Dari
kinerja yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Kuningan dalam
rangka mewujudkan Kabupaten Konservasi dinilai sudah dapat menyelesaikan
65% dari elemen kriteria penetapan status Kabupaten Konservasi dan memiliki
potensi untuk menyempurnakannya.

DAFTAR PUSTAKA
Arief, Arifin. (2001). Hutan dan Kehutanan. Yogyakarta : Kanisius.
Balai Taman Nasional Gunung Ciremai. (2010). Rencana Strategis Balai Taman
Nasional Gunung Ciremai Tahun 2010 – 2014. Kuningan : BTNGC. [Tidak

diterbitkan]
Irwan, Zoer’aini Djamal. (2008). Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota.
Jakarta : Bumi Aksara.
. (2010). Prinsip-prinsip Ekologi. Jakarta : Bumi Aksara.
Kabupaten Kuningan Dalam Angka. (2012). Sumber : BPS Kabupaten Kuningan.
Laporan Pengembangan Strategis Kabupaten Konservasi Kabupaten Kuningan. (2012).
Pemda Kabupaten Kuningan. [Tidak diterbitkan].
Nasution. (1987). Metode Research. Bandung : Jemmars.
Soemarwoto, Otto. (1997). Ekologi, Lingkungan Hidup, dan Pembangunan. Jakarta :
Djambatan.a
Soerjani, M. et al. (1987). Lingkungan : Sumberdaya Alam dan Kependudukan dalam
Pembangunan. Jakarta : UI-Press.

Supardi, Imam. (2003). Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung : Alumni.
Supartono W. (2004). Ilmu Alamiah Dasar. Bogor : Ghalia Indonesia.
Tim Kecil Kabupaten Konservasi. (2006). Buku Kecil Kabupaten Konservasi. [online].
Tersedia di : http://www.scribd.com/doc/39396807/Buku-Kecil-KabupatenKonservasi . [6 Desember 2012]

15