EKSPRESI GEN CmBG1 MELON (Cucumis melo L. ‘TACAPA’) TERHADAP PENGARUH LAHAN KRITIS KARST Ganies Riza Aristya

EKSPRESI GEN CmBG1 MELON (Cucumis melo L. ‘TACAPA’)

  

TERHADAP PENGARUH LAHAN KRITIS KARST

1)* 2) 1)

Ganies Riza Aristya , Yuanita Rachmawati , dan Budi Setiadi Daryono

1) 2) Laboratorium Genetika, Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada,

  Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Biologi, Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada

  • e-mail : ganies_riza@ugm.ac.id

  

ABSTRAK

CmBG1, pengkode enzim β-Glucosidase peregulasi hormon asam absisat (ABA) pada Cucumis

melo L. ABA berperan dalam respons adaptif tumbuhan terhadap cekaman abiotik. Lahan kritis

karst memberikan cekaman pada tumbuhan berupa dehidrasi dan hambatan penyerapan nutrisi.

Gen CmBG1 dapat digunakan sebagai indikator molekular suatu tanaman berada dalam kondisi

cekaman. Melon unggul TACAPA Lab. Genetika Fakultas Biologi UGM potensial untuk

dibudidayakan di lahan kritis karst. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan ekspresi gen

CmBG1 secara kualitatif dan kuantitatif melon TACAPA yang ditanam pada medium tanah karst

dari wilayah Agroekosistem II dan III Yogyakarta. cDNA library diperoleh dari reverse

transcription isolat RNA. cDNA diamplifikasi dengan primer spesifik, kemudian dispektrofotometri

pada λ260 nm untuk mengetahui konsentrasi gen CmBG1. Ekspresi gen dianalisis dengan real time

PCR dengan gen referensi Cm-actin. Uji kualitatif dilakukan dengan elektroforesis gel agarosa

1,5%. Band CmBG1 TACAPA terdeteksi pada semua perlakuan dengan ukuran ±1258 bp dan

sebagai kontrol Cm-actin menunjukkan band DNA sebesar ±445 bp. Konsentrasi dan ekspresi gen

CmBG1 melon TACAPA yang ditanam pada medium tanah karst jauh lebih besar dibandingkan

tanah kontrol.

  Kata kunci: Ekspresi gen, CmBG1, melon TACAPA, real time PCR PENDAHULUAN

  Balitbang Pertanian tahun 1997 atau lebih [1] sehingga dapat memberikan menunjukkan bahwa terdapat kurang lebih cekaman pada tanaman. Karst merupakan 158.600 ha lahan kritis yang tersebar pada kawasan yang memiliki karakteristik relief tiga Zona Agroekosistem di Daerah Istimewa dan drainase spesifik dan unik, karena sistem Yogyakarta (DIY), yaitu Agroekosistem II, drainase kawasan karst didominasi oleh air

  III, dan Va. Dua diantara tiga agroekosistem bawah permukaan yang sebagian besar ini berjenis perbukitan karst, yaitu masuk ke jaringan bawah tanah sehingga Agroekosistem

  II meliputi Perbukitan pada musim penghujan, air tidak dapat Gunungsewu, Gunungkidul dan tertahan pada permukaan dan langsung Agroekosistem

  III meliputi Perbukitan masuk ke dalam tanah [2]. Kondisi ini juga Dlingo Bantul serta Perbukitan Sentolo memberikan cekaman dehidrasi pada Kabupaten Kulon Progo. Apabila lahan kritis tanaman karena air tidak dapat terserap wilayah agroekosistem tersebut tidak segera secara optimum oleh tanaman disebabkan diberdayakan, akan dapat memberikan langsung masuk ke dalam jaringan bawah dampak semakin buruk terhadap kualitas tanah. lahan.

  CmBG1 merupakan gen-gen peregulasi

  Tanah-tanah yang dibentuk di atas lahan hormon ABA pada Cucumis melo L yang induk seperti batuan kapur, kapur dan akan terakumulasi saat tumbuhan mengalami endapan glasial, mengandung kalsium cekaman [3, 4]. ABA adalah fitohormon karbonat (CaCO 3 ) dengan kadar tinggi dan yang berperan dalam pertumbuhan dan

  07 o 49’56.5” beserta ketinggian pada Elevasi: 116 m dpl, dengan 4 kali ulangan.

  Percobaan dilakukan dengan 4 macam perlakuan media tanam Kontrol (K) tanah dari KP4, Gunungsewu (G) tanah dari Gunungkidul pada koordinat BT: 110 o 32’15.7” LS: 08 o 03’36.7” dengan elevasi 265 m dpl, Dlingo (D) BT: 110 o

  Beberapa jenis tanaman termasuk melon, dapat tumbuh dan bertahan pada kondisi yang tidak optimum bagi pertumbuhannya. Hal ini disebabkan terdapat beberapa mekanisme atau strategi, dapat dilakukan oleh suatu organisme dalam lingkungan tercekam, antara lain: Strategi pelarian

  (Escaping), penghindaran (Avoidance), dan toleransi (tolerance) [8, 9, 10, 11].

  Melon TACAPA merupakan melon klimakterik hasil pemuliaan tanaman.

  dan perkecambahan seperti didiskusikan pada [3, 4, 5]. ABA juga berperan dalam mediasi adaptif tanaman terhadap pengaruh cekaman biotik maupun abiotik [6, 7]. Ekspresi BG1 pada Citrulus lanatus (ClBG1) yang diberi perlakuan cekaman kekeringan menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan tanaman kontrol pada saat fase akhir perkembangan yaitu 25 Day After Full Bloom (DAFB) [3].

  11’11.3” LS:

  07 o 55’58.7” Elevasi: 230 m dpl, dan Sentolo(S) BT: 110 o

  27’56.2” LS:

  Metode Penelitian Waktu dan Tempat

  Penelitian dilaksanakan pada 2014 di

  greenhouse KP4 UGM di Berbah Sleman

  Yogyakarta. Penelitian skala laboratorium dilakukan di Lab. Genetika Fakultas Biologi, Lab. FALITMA Fakultas Biologi, Lab. Biologi dan Molekular Fakultas Kedokteran Umum, dan LPPT di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

  Skala Greenhouse

Dihasilkan dari ♀A4 yang merupakan melon komersial dengan cita rasa manis dan ♂PI

  Pada penelitian ini dilakukan penanaman Melon TACAPA pada greenhouse KP4 menggunakan perlakuan media tanah karst wilayah lahan kritis Gunungkidul, Dlingo, dan Sentolo. Kemudian dilakukan karakterisasi molekular. Karakter molekular ditentukan dengan analisis kualitatif dan kuantitatif ekspresi gen CmBG1 yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh lahan kritis karst terhadap ekspresi gen tersebut. Deteksi gen diperlukan sebagai penanda molekular pengkode Asam Absisat (ABA) yang berperan dalam ketahanan tanaman terhadap faktor stress abiotik.

  42 o C - 1 jam, 70 o C - 5 menit. cDNA daun melon digunakan sebagai template untuk amplifikasi gen. Primer: CmBG1- F5’-ACAG AGACCCACCCATCTACATAACAGA-

  referensi digunakan Cm-actin dengan primer sebagai berikut: Cm-actin 5’-CATGTT

  template untuk amplifikasi gen. Sebagai gen

  spesifik menggunakan pewarnaan DNA. cDNA daun melon digunakan sebagai

   Real Time - PCR Reagents Kit . Metode deteksi target non-

  C - 10 menit dalam 30 siklus; (c) Elektroforesis pada gel Agarosa 1,5%, dan (d) Real Time PCR untuk deteksi dan mengetahui ekspresi gen CmBGI. Protokol sesuai dengan EvaGreen ®

  AATCGCA- 3’ (JQ268078). Proses PCR dilakukan dengan optimasi suhu : 95 O C - 5 menit, 95 O C - 1 menit, 60 O C - 1 menit, 72 O C

  CmBG1- R5’-TCGACGTAGGTTATACCA

  3’

  dengan modifikasi, dengan optimasi suhu

  sedang dikembangkan untuk tahan diberbagai lahan kritis diantaranya lahan kritis karst dan lahan labil berabu-vulkanik. Berdasarkan sifat unggul yang dimiliki oleh Melon TACAPA, sangat dimungkinkan melon ini untuk dibudidayakan lebih luas untuk memenuhi permintaan pasar melon yang setiap tahun semakin meningkat.

  Step Kit Reverse Transcriptase Fermentas

  (RT-PCR): Sintesis cDNA dari 1 µl RNA total dilakukan menggunakan metode Two

  Geneaid ; (b) Reverse Transcription-PCR

  Sampel daun ke 3 dan 4 tanaman melon: (a) Isolasi RNA: isolasi RNA dilakukan sesuai protokol Mini KIT Isolasi RNA

  Skala Molekular

  Penyiraman dilakukan 3 kali seminggu, pemberian pupuk NPK 2 kali dalam sebulan.

  371795 dengan karakter buah tidak manis, namun memiliki ketahanan terhadap jamur tepung (powdery midew). Melon kultivar TACAPA memiliki sifat unggul hasil penggabungan sifat dari induknya, yaitu bentuk buah bulat lonjong dengan net halus, daging buah berwarna hijau kekuningan, rasa manis, dan tahan terhadap jamur tepung

  powdery mildew [12, 13, 14, 15]. Melon ini

  • 2 menit, 72 O

  Cm-actin

  1.856 186.7 1.417 1031.5 1.602 578.5

  sejumlah 1µL, kemudian dilakukan proses amplifikasi dengan PCR.

  sequence DNA berupa primer Oligo dT

  Hasil konsentrasi cDNA yang diperoleh berkisar antara 1031.5 hingga 3757.4 µg/mL. Hasil konsentrasi cDNA yang didapatkan jauh lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi RNA yang didapatkan. Hal ini disebabkan pada proses reverse transcription menggunakan kit Fermentas, ditambahkan

  2.175 87.5 1.593 3757.4 1.683 749.8 Hasil isolat RNA perlu diukur konsentrasinya untuk menentukan apakah hasil tersebut memungkinkan untuk dibentuk cDNAnya. Hasil uji kuantitatif spektrofotometri yang didapat pada rasio kemurnian isolat RNA berkisar antara 1,2 hingga 2,5. Nilai kemurnian RNA yang seharusnya didapat berdasarkan [17] adalah 1,8 - 2.0. Pada uji kuantitatif hasil spekrofotometri, hasil yang didapatkan masih banyak kultivar yang rasio isolat RNA di bawah nilai 1,8. Hal ini besar kemungkinannya bahwa pada isolat RNA banyak mengandung kontaminan DNA dan protein serta fenol. Sementara Hasil uji kuantitatif spektrofotometri yang didapat tentang rasio kemurnian cDNA berkisar antara 1,4 hingga 1,5 dan rasio kemurnian hasil PCR 1,6. Hasil yang didapatkan ini dapat dikatakan seragam, karena tidak jauh berbeda satu sama lain. Berbeda bila kita bandingkan dengan hasil isolat RNA yang memiliki rentang/range perbedaan yang lebih besar.

  Sentolo (S)

  1.876 131.3 1.542 2524.9 1.611 743.4

  Dlingo (D)

  2.512 93.3 1.500 1670.2 1.602 598.4

  Gunungsewu (G)

  product pada melon kultivar TACAPA Perlakuan Hasil Isolat RNA cDNA Hasil PCR Rasio Konsentra si (µg/ml) Rasio Konsentrasi (µg/ml) Ratio Konsentra si (µg/ml) Kontrol (K)

  5’-TGGCTGGAATAGAACTT CTGGGC-

  tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil spektrofotometri rasio dan konsentrasi isolat RNA, cDNA, dan PCR

  transcription , serta hasil amplifikasi gen CmBG1 dengan template cDNA library

  Kemurnian DNA dan RNA dianggap tinggi pada rasio pengukuran 1,8 - 2,0 [17]. Nilai rasio DNA kurang dari 1,8 menunjukkan adanya kontaminasi dari protein dan fenol sedangkan nilainya bila lebih dari 2,0 menunjukkan adanya kontaminasi RNA [18]. Pada penelitian, rasio kemurnian dan konsentrasi isolat RNA, cDNA library yang dihasilkan dari reverse

  Hasil dan Pembahasan Spektrofotometri

  λ) 260 nm dengan rasio kemurnian dengan perbandingan nilai absorbansi A 260 /A 280 nm pada kisaran nilai 1,8 - 2,0 [17]. Ekspresi gen CmBG1 dianalisis menggunakan software CFX Manager 3.1 Bio Rad Real Time PCR (q- PCR). Ekspresi gen dianalisis dengan menggunakan relative quantitation dengan metode compare Ct method/ Ct).

  Analisis kuantitatif dengan melihat absorbansi DNA dan RNA pada panjang gelombang (

  band DNA dengan ukuran ±1258 bp.

  Analisis kualitatif dengan melihat pita atau band. Gen CmBG1 akan menunjukkan

  Analisis Data

  3’ (AB640865) [16]. Dilakukan dalam 40 siklus dengan optimasi temperatur sebagai berikut: 50 O C - 2 menit, 95 O C - 10 menit, 95 O C - 1 menit, 60 O C - 1 menit.

  Konsentrasi gen CmBG1 (melalui spektrofotometri hasil PCR) pada media kontrol memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan media tanam dengan perlakuan lahan kritis baik Gunungsewu, Dlingo, maupun Sentolo. Konsentrasi gen CmBG1 secara kuantitatif menunjukkan seberapa besar jumlah gen tersebut diekspresikan, mengingat pada proses PCR primer yang digunakan spesifik untuk satu gen. Hasil penelitian pada Citrulus lanatus oleh Li et al. [3] bahwa terjadi peningkatan ekspresi gen

  ClBG1 selama akhir fase pematangan dalam

  Real time PCR

  16.40 24.38 1.9984

  1 CmBG1 D.T 56139.92 12.64 1.9997 56266.94 CmBG1 S.T 17925.90 14.29 2.0000 17928.91 CmBG1 G.T 1827.35 17.58 1.9994 1833.01 CmBG1 K.T

  28.42

  1

  22.86 CmBG1 Kontrol (Kalibrator)

  1

  Actin Actin (referensi)

  )

  Livak 2

  • - ΔΔCq

  Pfaffl) Cq Efisiensi Reaksi RQ (Metode

  Target Sampel RQ (Metode

  , serta efisiensi reaksi melon kultivar TACAPA pada nilai Treshold 106,433

  ΔΔCq

  Tabel 2. Hasil nilai Cq, relative quantities (RQ) metode Pfaffl dan Livak 2 -

  dari isolat DNA melon. Tidak terbentuk band untuk hasil PCR dari kedua kontrol negatif ini. Hal ini menunjukkan bahwa primer yang digunakan memang spesifik untuk isolat RNA tanaman melon (Cucumis melo L.).

  kondisi cekaman kekeringan. Peningkatan ekspresi gen ini cerminan dari proses mediasi respon adaptif terhadap stress abiotik, walaupun belum banyak diteliti tentang sejauh apa gen tersebut mempengaruhi respon adaptif terhadap stress abiotik Li et al. [3]. Tanah Dlingo dan Sentolo memberikan

  CmBG1 . Kontrol Negatif 2 yaitu template

  di RT-PCR dan dilakukan amplifikasi gen

  sativus) . Mentimun diisolasi RNA kemudian

  Pada uji kualitatif gen CmBG1 digunakan kontrol negatif untuk mengetahui spesifisitas primer. Kontrol Negatif 1 adalah sampel dari genus yang sama yaitu mentimun (Cucumis

  diberi cekaman atau stress. Hasil melalui uji kualitatif tidak dapat menunjukkan seberapa besar gen tersebut diekspresikan, oleh karena itu selanjutnya dilakukan uji kuantitatif dengan Real Time PCR.

  CmBG1 akan meningkat pada tanaman yang

  Hasil yang didapatkan menunjukkan terbentuk band dengan ukuran ±1258 bp pada semua perlakuan baik kontrol maupun perlakuan lahan kritis. Hal ini disebabkan karena semua tanaman mengekspresikan hormon ABA, namun ekspresi dari peran ABA pada kultivar melon yang ditanam pada kondisi normal (kontrol) tentu akan berbeda dengan kultivar melon yang ditanam dengan cekaman lahan kritis (Gunungsewu, Dlingo, dan Sentolo). Secara hipotesis, ekspresi gen

  Gambar 1. Hasil deteksi gen CmBG1 Melon TACAPA dengan kontrol CmActin pada gel agarosa 1,5%. Keterangan gambar K: Kontrol, G: Gunungsewu, D: Dlingo, S: Sentolo, K1(-): Kontrol negatif, Mentimun Cucumis sativus, K2(-): Kontrol negatif, Melon dari Isolasi DNA

   K G D S K1(-) K2(-) CmBG1 (±1258 bp) CmActin (±445 bp)

  Hasil PCR gen CmBG1 kemudian dirunning menggunakan elektroforator untuk mendeteksi band yang terbentuk. Hasil deteksi gen CmBG1 secara kualitatif tersaji pada Gambar 1.

  Deteksi CmBG1

  CmBG1 pada kultivar melon yang ditanam pada lahan tersebut.

  dengan Gunungsewu. Hal ini ditunjukkan dengan relatif lebih tingginya konsentrasi gen

  stress yang lebih besar bila dibandingkan

  16.45 Keterangan: Hasil tabel diurutkan dari nilai ekspresi gen tertinggi (setelah gen referensi dan kalibrator) hingga nilai yang paling rendah. Perlakuan  K: kontrol, G: Gunungsewu, D: Dlingo, S: Sentolo, Kultivar  T: TACAPA. Kuantitas mRNA dalam sel merupakan parameter jumlah gen yang terekspresi. Untuk menganalisa tingkat ekspresi gen, cDNA yang telah disintesis dari mRNA diuji secara kuantitatif menggunakan real-time PCR. Tabel 2 di bawah ini memberikan gambaran nilai Cq, relative quantities metode Pfaffl dan Livak, serta efisiensi reaksi. Nilai Cq didapat dari jumlah siklus pada proses

  PCR yang berpotongan dengan garis

  threshold . Angka relative quantities

  menunjukkan jumlah gen relatif yang terekspresi dalam seluruh proses PCR. Efisiensi amplifikasi (E) menjelaskan berapa banyaknya target yang diproduksi dalam setiap siklus PCR. Jika proses PCR efisien 100%, maka setiap siklus akan memproduksi dua kali lipat hasil dari template semula.

  Gambar 2. Cq pada siklus amplifikasi melon kultivar TACAPA pada perlakuan media tanam tanah kontrol, Gunungsewu, Dlingo, dan Sentolo. Garis merah tanpa point menunjukkan amplifikasi gen referensi Actin. Gambar 2 menunjukkan pada kultivar

  TACAPA, media tanam yang menginduksi ekspresi gen CmBG1 paling cepat ditunjukkan perlakuan Dlingo ditambah dengan nilai RQ yang didapat adalah yang paling besar. Sementara TACAPA pada media tanam kontrol memiliki ekspresi gen paling lambat dengan jumlah ekspresi gen CmBG1 paling sedikit seluruh perlakuan.

  Hasil data ekspresi gen CmBG1 menggunakan analisis kuantitatif real time PCR secara umum menunjukkan bahwa konsentrasi gen CmBG1 pada kultivar TACAPA yang ditanam pada media kontrol memiliki nilai yang lebih rendah bila dibandingkan media tanam dengan perlakuan lahan kritis baik Gunungsewu, Dlingo, maupun Sentolo. Hasil ini senada dengan data kuantitatif menggunakan spektrofotometri. Li et al. [3] menyatakan bahwa terjadi peningkatan ekspresi gen

  ClBG1 pada semangka selama akhir fase

  pematangan dalam kondisi cekaman kekeringan. CmBG1 adalah gen peregulasi hormon ABA pada Cucumis melo L. Sun et

  al ., [4] menyatakan bahwa ekspresi gen CmBG1 konsisten dengan akumulasi jumlah

  ABA. ABA juga berperan serta toleransi adaptif terhadap stress abiotik [3, 19]. ABA berperan dalam meregulasi terbuka dan tertutupnya stomata dengan regulasi kanal ion [19]. Mekanisme tersebut dapat mencegah transpirasi air berlebih, pada saat kondisi cekaman berlangsung.

  Peningkatan ekspresi gen CmBG1 menunjukkan akumulasi peningkatan ABA pada tanaman. Hal tersebut akan memicu tanaman untuk menjaga kadar air agar tetap optimum dalam tubuh tanaman dengan melakukan regulasi stomatal aperture. Pada penelitian ini, kondisi stress air pada tanaman terbukti meningkatkan ekspresi gen CmBG1.

  Melalui hasil real time PCR yang menjelaskan ekspresi gen CmBG1 dapat diketahui bahwa perlakuan Dlingo dan Sentolo memberikan stress yang lebih besar bila dibandingkan dengan Gunungsewu. Hal ini ditunjukkan dengan hasil relative

  quantitative ekspresi gen CmBG1 yang lebih

  besar bila dibandingkan dengan perlakuan tersebut. Dengan demikian, tanaman yang ditanam pada lahan kritis Dlingo dan Sentolo memerlukan perlakuan yang lebih dari lahan kritis Gunungsewu atau lahan bukan kritis.

  G S D K

  Simpulan

Chernys, J.T., Zeevaart, J.A.D., (2000)

  Characterization of The 9-Cis- Epoxycarotenoid Dioxygenase Gene Family and The Regulation of Abscisic Acid Biosynthesis in Avocado, Journal of Plant Physiology 124:343-353.

  Pemetaan Penanda Sequence Characterized Amplified Region (SCAR) Terpaut Gen Penyandi Ketahanan Powdery Mildew

  [13]

  Pewarisan Sifat Ketahanan Tanaman Melon (Cucumis melo L.) terhadap Powdery Mildew (Jamur Tepung), Skripsi Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

  [12]

  Pereira, J.S., (2003), Understanding Plant Responses to Drought from Genes to The Whole Plant Function, Journal of Plant Biology 30:239-264.

  [11] Chaves, M.M., Maroco, J.P., &

  Molecular Basis of Dehydration Tolerance in Plants, Annual Review Plant Physiology, Journal of Plant Molecular Biology 47:377-403.

  [10] Ingram, J. & Bartels, D., (1996), The

  Mooney, H.A., Pearcy, R.W., & Ehleringer, J., (1987), Plant Physiology Ecology Today, Journal of Bioscience 7:18-20.

  Morgan, J.M., (1984), Osmoregulation and Water Stress in Higher Plants, Annual Review Plant Physiology, Journal of Plant Molecular Biology 35:299-319. [9]

  Annu. Rev. Plant Biol. 53:247-273. [8]

  Gen CmBG1 dengan ukuran ±1258 bp terdeteksi pada semua kultivar. Konsentrasi gen CmBG1 pada kultivar TACAPA, induk TACAPA dan hasil persilangan TACAPA pada media kontrol lebih rendah bila dibandingkan media tanam dengan perlakuan tanah karst baik Gunungsewu, Dlingo, maupun Sentolo. Hasil ini sama dengan uji ekspresi gen CmBG1 menggunakan analisis kuantitatif real time PCR. Perlakuan Dlingo dan Sentolo memberikan stress yang lebih besar bila dibandingkan dengan Gunungsewu, sehingga tanaman yang ditanam pada lahan kritis Dlingo dan Sentolo memerlukan perlakuan yang lebih dari lahan kritis Gunungsewu atau lahan bukan kritis. Langkah-langkah konservasi lahan kritis dengan tepat akan dapat mendayagunakan dan memaksimalkan potensi yang ada baik potensi lahan maupun potensi tanaman, khususnya melon.

  [7] Zhu, J.K., (2002), Salt and drought stress signal transduction in plants,

  S.L.,Wang, C.L., Wang, Y.P., (2010), Cloning and Expression Analysis of cDNAs for ABA8’-Hydroxylase during Sweet Cherry Fruit Maturation and Under Stress Conditions, Journal of Plant Physiology 167:1486 –1493. [6]

  Pistia stratiotes L. Akibat Pemberian Naphtol dan Kalsium Karbonat, Tesis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

  Ucapan Terima Kasih

  Ucapan terima kasih tim peneliti berikan kepada Kementrian Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemenristek) atas bantuan dana penelitian yang diberikan melalui program INSINAS (RT-2014-123).

  Daftar Pustaka

  [1] Sutara, P.K., (1996), Struktur Anatomi

  [5] Ren, J., Sun, L., Wu, J.F., Zhao,

  Eichornia crassipes (Mart.) Solm. dan

  [2]

Nahdi, M.S., (2012), Konservasi

  Ekosistem Lahan Kritis Berbasis Kearifan Masyarakat di Kawasan Imogiri Yogyakarta, Disertasi Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Aristya, G.R., (2006), Skrining dan

  [3] Li, Q., Ping, L., Liang S., Yanping,

  W., Kai, J., Yufei, S., Shengjie, D., Pei C., Chaorui, D., & Ping, L., (2012),

  Expression Analysis of β- galactosidase that Regulate Abscisic Acid Homeostatis during Watermelon (Citrulus lanatus) Development and Under Stress Condition, Journal of Plant Physiology 169:78-85. [4]

  Shengjie, D., Yan, W., Hao, L., Liang, S., & Ping, L., (2013), Transcriptional Regulation of Gene Encoding Key Enzymes of ABA Metabolism During Melon (Cucumis melo L.) Fruit Development and Ripening, Journal Plant Growth Regulation, DOI 10.1007/s00344-012-9293-5.

Aristya, G.R., (2009), Pewarisan dan

Sun, Y., Pei, C., Chaorui, D., Pang, T.

  [17] Sambrook, J. & Russel, D.W., (2001),

  [14]

  (2009), Pewarisan Sifat Ketahanan Melon (Cucumis melo L.) Terhadap Powdery Mildew (Podosphaera xantii (Castag.) Braun et Shishkoff), Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia 15(1):1-6.

  [15]

Qurrohman, M.T., (2011), Analisis

  Keterpautan Gen Ketahanan terhadap Powdery Mildew pada Tanaman Melon (Cucumis melo L.) Hasil Test Cross dengan Penanda Sequence Characterized Amplified Region (SCAR), Tesis Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

  [16]

Okuda, S., Okuda, M., Sugiyama, M.

  Sakata, T., Takeshita, M., & Iwai, H., (2011), Screening for Resistance Melon Germplasms to Cucurbit Chlorotic Yellows Virus Transmitted by Bemisia tabaci.

Daryono, B.S. & Qurrohman, M.T.

  (http://www.ncbi.nlm.nih.gov /nuccore/AB640865). Diakses pada 26 Juni 2013.

  et Shiskoff) pada Tanaman Melon (Cucumis melo L.), Tesis Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

  Molecular Cloning: A Laboratory Manual 3 rd Ed. Volume 3, New York: Cold Spring Harbour.

  [18] Clark, D.P., (2010), Molecular

  Biology: Academic Cell Update, USA: Elsevier Inc. [19]

Hubbard, K. E., Nishimura, N. &

  Hitomi, K. 2010. Early Abscisic Acid Signal Transduction Mechanisms: Newly Discovered Components and Newly Emerging Questions. Genes Dev. 24:1695-1708.

  • 2014 - -

Dokumen yang terkait

PENAMBAHAN NPK DAN KNO3 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS BUAH TANAMAM MELON (Cucumis melo L) PADA SISTEM BUDIDAYA POT

0 7 2

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI ASAM SITRAT DAN PEKTIN TERHADAP MUTU SELAI BUAH MELON (Cucumis melo L)

0 7 1

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI PUPUK KANDANG SERTA URINE KELINCI PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) KULTIVAR SKY ROCKET

14 80 38

PENGARUH BERBAGAI PUPUK KANDANG DAN PUPUK PELENGKAP PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) KULTIVAR SKY ROCKET

4 38 50

PENGARUH KONSENTRASI BORON TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI MELON (Cucumis melo L.)VARIETAS CLARA DAN IVORY YANG DITANAM DENGAN SISTEM HIDROPONIK MEDIA PADAT

2 44 46

PENGARUH PEMBERIAN BORON TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS MELON (Cucumis melo L.) PADA SISTEM HIDROPONIK MEDIA PADAT

4 53 46

ANALISIS TINGKAT PEMBERIAN AIR IRIGASI TERHADAP LEAF WATER POTENTIAL (LWP) DAN TOTAL PADATAN TERLARUT PADA TANAMAN MELON (Cucumis melo L)

4 20 49

Analisis Genetik Sifat Ketahanan Melon (Cucumis melo L.) terhadap Virus Kuning Genetic Analysis on Resistance of Melon (Cucumis melo L.) to Yellow Virus

0 0 8

PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI MELON (Cucumis melo L.) MELALUI APLIKASI PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK T E S I S

0 1 15

Ganies Riza Aristya 1) dan Budi Setiadi Daryono 1) Laboratorium Genetika, Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Jl. Teknika Selatan Sekip Utara Yogyakarta 55281 e-Mail: ganies_rizaugm.ac.id Disajikan 29-30 Nop 2012 ABSTRAK - KARAKTERISASI FENOTIP DAN P

0 0 7