BLENDED E-LEARNING DALAM PEMBELAJARAN

BLENDED E-LEARNING DALAM

  

PEMBELAJARAN

Disusun oleh:

1. (201510010311021)

  Khairina Faidah Q 2. (201510010311022) Velia Nursyah H 3. (201510010311023) Shafna Aulia Y 4. (201510010311024) Alfiya Senja 5. Muhammad Faiesal (201510010311025) 6. (201510010311026) Ulfa Utari

  

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

TAHUN AJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang

  Pada era teknologi saat ini, hampir semua aktifitas manusia membutuhkan bantuan perangkat canggih yang dapat dengan mudah membantu aktifitasnya. Perkembangan ini memiliki dampak semakin terbuka dan tersebarnya informasi dan pengetahuan dari dan ke seluruh dunia menembus batas jarak, tempat, ruang dan waktu. Pengaruhnya pun meluas ke berbagai kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Pendidikan tidak antipati atau alergi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, namun sebaliknya menjadi subyek atau pengajar dapat mengintegrasikan teknologi dalam perencanaan, pelaksanaan, pengembangan, dan evaluasi pembelajaran. Pemanfatan teknologi dalam sistem pembelajaran menimbulkan pembelajaran berbasis elektronik sebagai hasil teknologi. Salah satu aplikasi teknologi adalah teknologi informasi dan komunikasi. Pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi ini yang telah mengubah sistem pembelajaran pola konvensional atau tradisional menjadi pola bermedia, diantaranya media komputer dengan internetnya yang memunculkan e-learning.

  Pada pola pembelajaran bermedia ini, pembelajar dapat memilih materi pembelajaran berdasarkan minatnya sendiri, sehingga belajar menjadi menyenangkan, tidak membosankan, penuh motivasi, semangat, menarik perhatian dan sebagainya.

  1.2 Rumusan Masalah

  1. Apa pengertian Blended Learning? 2.

  Apa saja unsur dalam Blended Learning? 3. Apa saja karakteristik dalam Blended Learning? 4. Bagaimana prosedur dalam Blended Learning?

7. Apa manfaat dalam Blended Learning?

1.3 Tujuan Masalah

  1. Untuk mengetahui konsep dari Blended Learning 2.

  Untuk mengetahui unsur dari Blended Learning 3. Untuk mengetahui karakteristik dari Blended Learning 4. Untuk mengetahui prosedur dari Blended Learning 5. Untuk mengetahui penerapan dari Blended Learning 6.

  Untuk mengetahui pengembangan dari Blended Learning 7. Untuk mengetahui manfaat dari Blended Learning

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Blanded Learning

  Secara etimologi istilah Blended Learning terdiri dari dua kata yaitu

  

Blended dan Learning. Kata blend berarti “campuran, bersama untuk

  meningkatkan kualitas agar bertambah baik” (Collins Dictionary), atau formula atau suatu penyelarasan kombinasi atau paduan (Oxford English Dictionary) Heinze and Procter (dalam Rusman, 2013: 242). Sedangkan

  

learning memiliki makna umum yakni belajar, dengar demikian sepintas

  mengandung makna pola pembelajaran yang mengandung unsur pencampuran, atau penggabungan antara suatu pola dengan pola yang lainnya. Ellena Mosa menyampaikan bahwa pengertian dicampurkan disini adalah dua unsur utama, yakni pembelajaran di kelas (classroom lesson) dengan online learning.

  Selain blended learning ada istilah lain yang sering digunakan di antaranya blended learning dan hybrid learning. Istilah yang disebutkan tadi mengandung arti yang sama yaitu perpaduan, percampuran atau kombinasi pelajaran. Supaya tidak membingungkan masalah tersebut pernah dijelaskan oleh Mainnen (dalam 2013: 243) yang menyebutkan “blended learning mempunyai beberapa alternatif nama, yaitu mixed menggunakan blended e-learning pada perkuliahan daripada tatap muka atau resedensial dan tutorial kunjung, maka penulis menggunakan istilah Blended Blended e-Learning. Selain itu Hainze (dalam Rusman 2013:14) juga berpendapat “A better term for ‘blended learniing’ is Blended Blended e-Learning’”.

  Pada perkembangan istilah yang lebih populer adalah Blended

  

Blended Learning dibandingkan dengan blended learning. Kedua istilah

  tersebut merupakan isu pendidikan terbaru dalam perkembangan globalisasi dan teknologi Blended e-Leraning Zhao (dalam Rusman 2013:243) menjelaskan “issu Blended Blended e-Learning sulit untuk didefenisikan karena merupakan sesuatu yang baru. Walau cukup sulit mendefinisikan pengertian Blended Blended e-Learning. Selain itu, pada penelitian Sharpen et.al (dalam Rusman 2013:243) ditemukan bahwa “banyak institut yang telah mengembangkan dengan bahasa mereka sendiri, definisi atau tipologi praktik blended. Defenisi dari Ahmed,et.al (dalam Rusman 2013:243) menyebutkan :

  

Blended Blended e-Learning, on the other hand, merges aspect of blended

  e-learning such as: web-based instruction, streaming video, audio, synchronous and asychronous commucation, etc: with tradisional, face-to- face” learning.

  Defenisi lain yang hampir sama yaitu dari Soekartawin (dalam Rusman 2013:243) menjelaskan pengertian dari Blended Blended e-

  Learning yaitu:

  One of newest models is called Blended Blended e-Learning (BEL). The model, BEL, is designed basically based on combination of the best aspect of application of information technology blended e-leraning, struchtured face-to-face activities, and real world practice.

  Berdasarkan pendapat tersebut, terdapat persamaan antara Blended

  

Blended e-Learning yaitu penggabungan aspek blended e-learning yang

  termasuk web-based instuction, streaming video, audio, synchronous and asychronous commucation atau aspek terbaik pada aplikasi teknologi di ugkapkan oleh Zhao (dalam Rusman 2013:244) menjelaskan bahwa:

  

Blended Blended e-Learning offers a new learning approach for combining

  different delivery modes, normally is online and face-to-face teaching to two remote sites by means of Blended Blended e-Learning, a combination of face-to-face and distance leraning.

  Pendekatan pembelajaran terbaru tapi penyampaian pesan yang dikombinasikan melalui dua cara online dan mengajar tatap muka pada tempat yang berjauhan dengan cara Blended Blended e-Learning, suatu kombinasi tatap muka dan jarak jauh. Pada intinya menggabungkan dua pendekatan pembelajaran yang digunakan sehingga menjadi pendekatan pembelajaran baru. Selanjutnya blended leraning telah didefenisikan Ahmed (dalam Rusman, 2013:244): Blended learning sebagai kombinasi karakteristik pembelajaran tradisional dan lingkungan pembelajaran elektronik atau blended e-learning. Menggabungkan apek blended e-

  

learning seperti pembelajaran berbasis web, streaming video, audio,

  synchronous and asychronous dengan pembelajaran tradisional “tatap muka”. Pendapat lainnya dipaparkan Bhonk dan Graham (dalam Rusman 2013: 244) menjelaskan bahwa blended learning adalah gabungan dari dua sejarah model perpisahan belajar dan mengajar: sistem pembelajaran tradisional dan sistem pemnyebaran pebelajaran, yang menekankan peran pusat teknologi berbasis komputer dalam blended learning.

  Deskripsi sejarah model perpisahan mengajar dan belajar tersebut juga dijelaskan oleh Heinze dan Procter (dalam Rusman 2013: 244) sejarah perjalanan blended learning terjadi jika semakin tinggi teknologi yang digunakan, maka semakin panjang waktu yang digunakan secara online learning. Pada awalnya pembelajaran tradisional tatap muka,kemudian makin tinggi teknologi maka semakin lama waktu pembelajaran beralih menggunakan elektronik murni (blended e-learning pure) dalam bentuk online. Tapi terjadi kombinasi metode pembelajaran tradisioanal dengan online (pure blended e-learning).

  Dari defenisi-defenisi yang telah dijelaskan di atas maka dapat based instuction, streaming video, audio, synchronous and asychronous dalam jalur blended e-learning system LSM dengan pembelajaran tradisional “tatap muka” termasuk juga metode mengajar, teori belajar, dan dimensi pedagogik. Kesimpulan tersebut sama seperti yang dikemukakan oleh Bhonk dan Graham (dalam Rusman 2013 : 245) yaitu:

  1. Menggabungkan modalitas instruksional atau media pengiriman dan teknologi (pendidikan tradisional jarak, internet, web, CD ROM, video / audio, media elektronik lainnya, email, buku online , dll)

  2. Menggabungkan metode pembelajaran, teori belajar, dan dimensi

  pedagogis

3.Kombinasi antara pembelajaran blanded learning dan tatap muka

  2.2 UNSUR BLENDED LEARNING Pembelajaran berbasis blended learning merupakan pembelajaran

yang mengkombinasikan antara tatap muka dan e-learning yang paling

tidak memiliki 6 (enam) unsur, yaitu: 1.

  Tatap muka 2.

  Belajar mandiri 3. Aplikasi 4.

  Tutorial 5. Kerjasama 6.

  Evaluasi

  2.3 KARAKTERISTIK BLENDED LEARNING

  Karakteristik Blended Learning Menurut Sharpen (dalam Rusman 2006:18) karakteristik Blended Blended e-learning adalah 1. ketetapan sumber suplemen untuk program belajar yang berhubungan selama garis tradisional sebagian besar, melalui institusional pendukung lingkungan virtual.

2. Transformatif tingkat praktik pembelajaran didukung oleh rancangan pembelajaran sampai mendalam.

  Berdasarkan penjelasan di atas, Blended Blended e-learning berisi pembelajaran tradisonal tatap muka dengan terdapat pembelajaran berbasis komputer yang berisi pembelajaran online didalamnya. Di dalam pembelajaran online itu sendiri terdapat pembelajaran berbasis internet didalamnya, yakni pembelajaran berbasis blended learning dilakukan dengan menggabungkan pembelajaran tatap muka, teknologi cetak, teknologi audio visual, teknologi komputer dan teknologi m-learning (mobile learning). Jadi di dalam blended learning terdapat pembelajaran tatap muka yang menggabungkan e-learning didalam proses pembelajarannya.

  Blended learning menurut Rosenberg (dalam Rusman dkk 2013:349) mengkategorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam e-learning yaitu sebagai berikut:

  1) e-learning bersifat jaringan yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat menyimpan atau memunculkan kembali dan sharing pembelajaran dan informasi

  2) e-learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar teknologi internet

  3) e-learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, Selain karakteristik diatas Soekartawi (2013) juga memberikan ciri- ciri lebih spesifik mengenai blended learning yaitu : a)

  Kegiatan belajar terpisah dengan kegiatan pembelajaran

  b) Selama proses belajar siswa selaku peserta didik dan guru selaku pendidik terpisahkan oleh tempat, jarak geografis dan waktu atau kombinasi dari ketiganya

  c) Karena siswa dan guru terpisah selama pmbelajaran, maka komunikasi diantara keduanya dibantu dengan media pembelajaran, baik media cetak (bahan ajar berupa modul) maupun media elektronika (CD- ROM, VCD), telepon, radio, vide, televisi, dan computer

  d) Jasa pelayanan disediakan baik untuk siswa maupun untuk guru, misalnya resource learning center atau pusat sumber belajar, bahan ajar, tidak harus mengusahakan sendiri keperluan dalam proses belajar mengajar e)

  Komunikasi antar siswa dan guru dapat dilakukan baik melalui cara komunikasi satu arah maupun dua arah (two ways communication) f)

  Proses belajar mengajar pada pendidikan jarak jauh masih dimungkinkan dengan melakukan pertemuan tatap muka walaupun bukan suatu keharusan

  g) Selama kegiatan belajar mengajar siswa lebih cenderung membentuk kelompok belajar walaupun sifatnya tidak tepat dan tidak wajib

  Karena hal-hal yang disebutkan diatas maka peran guru lebih bersifat sebagai fasilitator dan siswa bertindak sebagai partisipan.

2.4 PROSEDUR BLANDED LEARNING

  Blended learning salah satu solusi alternatif memecahkan permasalahan

  pendidikan jarak jauh yang tepat saat ini, karena pelaksanaannya merupakan campuran dari berbagai keunggulan penyelenggaraan pendidikan jarak jauh. Blended learning merupakan pengembangan lebih lanjut dari metode e-Learning, yaitu metode pembelajaran yang menggabungkan antara sistem e-Learning dengan metode konvensional atau tatap muka (face-to- face). Pemikiran dan upaya untuk memperbaiki pelaksanaan pendidikan jarak jauh terus dilakukan oleh para ahli. Maksudnya tentu saja agar diperoleh keluaran (output) yang lebih baik. Karena itu, blended learning merupakan gabungan keunggulan pembelajaran yang dilakukan secara tatap-muka dan secara virtual.

  Sebagai pengetahuan perbedaan pembelajaran konvesional dengan E-learning yaitu pada pembelajaran konvesional guru di anggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam E-learning focus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung jawab untuk pembelajarannya. Di dalam blended learning menggabungkan antara kedua perbedaan tersebut agar pelajar dapat

  Ada yang perlu diperhatikan oleh peserta saat hendak mengikuti metode pembelajaran ini adalah komitmen waktu untuk mempelajari suatu topik, kemampuan untuk beradaptasi dengan metode pembelajaran yang berbeda dari biasanya,Metode pembelajaran ini bisa jadi menjadi suatu solusi yang baik untuk memenuhi kebutuhan market, dimana metode pembelajaran tatap muka dirasa sulit karena adanya kendala waktu maupun tempat, adanya pengurangan biaya operasional, peserta dapat menentukan sendiri kecepatan mereka dalam belajar, tidak terikat waktu namun tetap harus memiliki komitmen.

  Prosedurnya dalam pembelajaran itu dengan meningkatkan kualifikasi guru merupakan salah satu perioritas pemerintah Indonesia, hal tersebut sebagai wujud realisasi UU Guru dan Dosen No. 14/2005 yang mempersyaratkan guru untuk memiliki kualifikasi minimal S-1 dan memiliki sertifikat dalam pengajar. Secara spesifik terdapat enam tahapan dalam merancang dan menyelenggarakan Blended Learning agar hasilnya optimal, yaitu : (1.) Tetapkan macam dan materi bahan ajar, (2.) Tetapkan rancangan dari Blended Learning yang digunakan, (3.) Tetapkan format dari on-line Learning, (4.) Lakukan uji terhadap rancangan yang dibuat, (5.) Selenggarakan Blended Learning dengan baik dengan cara menyiapkan tenaga pengajar yang ahli dalam bidang tersebut, (6.) Siapkan kriteria untuk melakukan evaluasi pelaksanaan Blended Learning.

  PJJ yang dimaksudkan dalam progam pemerintah tersebut secara operasional berbeda dengan PJJ yang dikembangkan oleh UT yang menggunakan modular (printed matterial) sebagai bahan belajar utama. PJJ pada progam ini berbasis pada teknologi informasi dan komunikasi dengan menggunakan interner sebgai media utama, tatap muka dilakukan hanya beberapa kali pada progam resendensial, selebihnya menggunakan progam e-learning. Secara teoritik pembelajaran elektronik (online instruction, e-learning, atau web based learning), memiliki fungsi utama, Sudirman, Siahan (dalam Rusman 2013:256) menjelaskan pembelajaran atau pengganti pada kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Dilihat dari karakteristik PJJ yang harus dikembangkan.

  Model blended e-learning merupakan kombinasi dari beberapa pendekatan pembel ajaran yaitu pembelajaran conventional berupa tatap muka dan e-learning yang berbasis internet. Pembelajaran ini berupa keterpisahan, belajar mandiri, dan layanan belajar atau tutorial.

  Pembelajaran jarak jauh ini berbasis pada teknologi informasi dan komunikasi dengan menggunakan internet sebagai media utama, tatap muka dilakukan hanya beberapa kali pada program residensial, selebihnya menggunakan program e-learning. Keberhasilan Pembelajaran jarak jauh PGSD dan sistem pembelajaran jarak jauh yang menggunakan e-learning sebagai alat utama, sangat menentukan oleh model Learning Management System (LMS) yang dikembangkan, dan pemerintah bersama pihak terkait masih mencari-cari model LMS yang handal yang mampu mewujudkan profil guru profesional, yang memiliki kompetensi kependidikan dan keguruan yang setara bahkan melebihi guru dengan sistem pembelajaran reguler. Model blended learning merupakan kombinasi dari beberapa pendekatan pembelajaran yaitu pembelajaran conventional berupa tatap muka dan e- learning yang berbasis internet.

2.5 PENERAPAN BLENDED LEARNING

  Dalam dunia pendidikan tinggi, Blended Learning banyak digunakan untuk penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh. Diawali dengan Universitas Terbuka yang menyelenggarakan pendidikan jarak jauh yang dilakukan secara konvensional (tanpa menggunakan teknologi informasi dan komunikasi , tetapi saat ini Universitas Terbuka sudah memanfaatkan teknologi informasi dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga menggabungkan pembelajaran secara konvensionl dan pembelajaran dengan menggunakan teknologi informasi. Penyelenggara pendidikan di Universitas Terbuka ini dapat dikatakan menerapkan Blended Learning . formal seperti kursus-kursus, pelatihan-pelatihan juga menerapkan

  

Blended Learning. Jika dikaji secara terminologis maka blended learning

  menekankan pada penggunaan internet dengan maksud untuk memudahkan proses belajar mengajar anatara peserta didik dengan pendidik. Dengan penggunaan internet ini ,maka materi pengajaran dan pembelajaran yang disampaikan melalui media ini biasanya mempunyai teks, grafik, animasi, simulasi, audio, dan video. Proses berlangsungnya pembelajaran ini akan sangat membantu selain guru sebagai sumber belajar, serta melatih peserta didik untuk terpacu dan aktif dalam mencari materi-materi belajar sesuai dengan usaha,dan inisiatif sendiri Khoe Yao Tung (dalam Rusman, 2013: 250).

  Penerapan Blended Learning dalam pendidikan sangat diperlukan untuk kondisi saat ini, mengingat jumlah pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di Indonesia saat ini sangat banyak yang jumlahnya jutaan orang. Dengan jumlah tenaga pendidik dan kependidikan yang sangat besar ini, sangat mustahil dapat dilakukan pendidik secara menyeluruh terhadaop semua tenaga pendidik dan kependidikan dalam waktu singkat. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki Negara kita khususnya kementerian pendidikan dan pemerintah daerah seperti keterbatasan jumlah lembaga pendidikan dan pelatihan, jumlah tenaga pelatih atau instruktur pelatihan , juga keterbatasan waktu bagi tenaga pendidik untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan secara berkelanjutan. Pendidik memiliki keterbatasan waktu di karenakan ,seorang pendidik dalam mengembangkan kompetensi dan profesinya seharusnya tanpa meninggalkan atau mengganggu proses belajar mengajar. Prinsip seperti yang menjadikan kesulitan bagi pendidik atau guru. Dengan menerapkan Blended Learning, maka dapat membantu kesulitan-kesulitan yang terjadi pada pendidik dan tenaga kependidikan untuk mengikuti pendidik dan pelatihan dalam upaya meningkatkan kompetensi dan profesionalitasnya (Wendhi,Prayitno,

2.6 Pengembangan Blended E-learning

  Menurut Haughey (dalam Rusman 2013: 251) mengungkapkan bahwa pengembangan blended e-learning terdapat tiga kemungkinan dalam pengembangan berbasis internet, yaitu : web course, web centric course dan web enhanced course.

  1.Web Course

  Penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang mana peserta didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet. Dengan kata lain model ini menggunakan sistem jarak jauh. Untuk pendidikan guru, model seperti ini dapat digunakan untuk peningkatan “knowledge dan skill”, memperkuat pengetahuannya tentang materi pelajaran sebagai spesifikasi keilmuan dan memperkuat pemahaman tentang metodologi pembelajaran melalui simulasi pembelajaran yang disajikan melalui internet misalnya video streaming, video conference dan lain-lain.

  2.Web Centric Course

  Penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampaikan melalui internet, dan sebagian lagi disampaikan internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini pengajar bisa memberikan petunjuk pada pembelajaran untuk mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Pembelajaran juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pengajar lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut. Model ini lebih relevan untuk digunakan dalam pengembangan pendidikan guru dilihat dari kondisi, kultur, dan infrasruktur yang dimiliki saat ini. Secara substansional materi keguruan identik dengan nilai yang tidak hanya dapat ditransfer melalui pembelajaran tanpa tatap muka, melainkan diperlukan dan keterampilan dapat menggunakan blended learning dengan sistem jarak jauh.

3.Web Enhanced Course

  Pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta didik dan pengajar, sesama peserta didik, anggota kelompok, atau peserta didik dengan narasumber lain. Oleh karena itu, peran pengajar dalam hal ini, dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet, membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani bimbingan dan komunikasi melalui internet dan kecakapan lain yang diperlukan.

  Menurut Harmon dan Jones (dalam Rusman 2013: 252-253) menjelaskan tantang 5 level penggunaan ICT dalam pembelajaran, yaitu :

  information, supplemental, essensial, communal, immersive. a.Level 1- Information

  Pada level ini, bahan bahan pembelajaran tidak terlalu banyak disajikan melalui ICT, tetapi terbatas pada bahan yang sifatnya informasi menunjang proses perkuliahan bahkan cenderung bersifat administratif dan aturan perkuliahan. Misalnya silabus perkuliahan, jadwal perkuliahan yang telah disediakan juga tempat untuk menyimpan informasi oleh guru.

  b.Level 2- Supplemental

  Pada level ini, sudah memulai memasukkan bahan-bahan perkuliahan /pembelajaran, namun sifatnya masih terbatas, belum menguraikan isi pembelajaran secara lengkap, materi yang disajikan pokok-pokoknya saja.

  Misalnya bahan pembelajaran bagi guru di sajikan melalui presentasi power point, acrobat reader dan file html yang sudah ditempatkan di web diakses dan direview oleh para guru.

c. Level 3- Essensial

  Pada level ini, hampir semua materi pembelajaran disediakan di ketergantungan penggunaan ICT dalam pembelajaran dimana antara guru sebagai peserta didik dengan pengelola pembelajaran menggunakan infrasruktur ICT secara lebih baik.

d. Level 4- Communal

  Pada level ini, mengombinasikan pola tatap muka di kelas atau penggunaan web secara online. Begitu halnya, dengan penyajian bahan pembelajaran disajikan melalui cara langsung dikelas dan disajikan online. Pada pola ini dituntut kemandirian dari para guru untuk mencari dan mengembangkan bahan belajarnya secara mandiri materi-materi pelajaran yang dikuasainya maupun materi tentang kependidikan.

  e.Level 5- Immersive

  Pada level ini, pembelajaran dilangsungkan secara virtual, seluruh isi materi pembelajaran, disajikan secara online. Level ini memandang pembelajaran mulai dari perekrutan, proses pembelajaran, sistem evaluasi, dan kelulusan dilangsung secara virtual.

2.7 Manfaat Blended Learning

  Menurut Bersin Josh (2004) keuntungan Blended Learning Berdasarkan perkembangan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran, saat ini tidak ada metode pembelajaran tunggal yang ideal untuk semua jenis pembelajaran pelatihan, karena setiap teknologi memiliki keunggulan masing-masing. Teknologi cetak memiliki keunggulan yang sangat fleksibel sebagai sumber belajar, dapat dibawa ke mana-mana tanpa menggunakan listrik. Sedangkan komputer mempunyai keunggulan pembelajaran yang lebih interaktif dapat berupa teks, gambar, film, animasi dan dapat dikonversi dalam berbagai bentuk digital, tetapi mobilitasnya terbatas karena bergantung kepada catu daya listrik. Pada kasus tertentu pembelajaran melalui audio lebih efektif dibandingkan dengan video. Jadi masing-masing teknologi mempunyai keunggulan untuk tujuan belajar tertentu, untuk karakteristik bidang tertentu.

  Demikian juga metode pembelajaran untuk Sekolah Dasar dapat untuk karakteristik pebelajar yang berbeda. Untuk memenuhi semua kebutuhan belajar dengan berbagai karakteristik orang yang belajar maka pendekatan melalui blended learning adalah yang paling tepat. Dengan blended leaning memungkinkan pembelajaran menjadi lebih profesional untuk menangani kebutuhan belajar dengan cara yang paling efektif, efisien, dan memiliki daya tarik yang tinggi.

  Keuntungan yang diperoleh dengan manfaat pembelajaran berbasis blended bagi lembaga pendidikan atau pelatihan adalah:

  • memperluas jangkauan pembelajaran/pelatihan
  • kemudahan implementasi
  • efisiensi biaya
  • hasil yang optimal
  • menyesuaikan berbagai kebutuhan belajar, dan
  • meningkatkan daya tarik pembelajaran

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

  Berdasarkan konsep pada Blended Learning, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Blended Learning merupakan pembelajaran yang mengkombinasikan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran berbasis online (E-Learning) yang memiliki beberapa unsur dan karakteristik yang mendukung dalam proses pembelajarannya, didalamnya juga terdapat prosedur blended learning yang dapat membantu kebutuhan akademik guru, serta penerapannya yang banyak di gunakan oleh beberapa penyelenggara pendidikan terbuka dan jarak jauh maupun kursus-kursus yang memanfaatkan keunggulan blended learning untuk digunakan dalam program-progamnya.

  

Daftar Pustaka

  Bersin, Josh. 2004. The Blended Bearning Book:Best Bractices, Proven Methodologies, and Lessons Learned. San Francisco: Pfeiffer

  Bersin, Josh. The Blended Learning Book: Best Practices, Proven Methodologies, and Lessons Learned. 2004. San Francisco, John Wiley & Sons.

  Glazer, Francine S. 2012. Blended Learning. Virginia, Stylus Publishing. Prayitno,Wendi ,Penerapan Blended Learning Dalam Pengembangan Dan

  Pelatihan (Diklat) Bagi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan, 2016,

  diakses di pada tanggal 16 November 2016 pada pukul 20:30

  Rusman, dkk, 2013. Pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada

  Soekartawi, A. Haryono dan F. Libero, 2002. Greater Learning Opportunities Trough Distance Education: Experiences in Indonesia and the Philippines. Southeast Journal of Education

  Staker, Heather and Michael B. Horn, Classifying K–12 Blended learning, Inno Sight Institut, May 2012. Thorne, Kaye and David Mackey, Everything You Ever Needed to Know About Training. 2007. London: Kogan Page Publishers.

  Tucker, Catlin R. Blended Learning in Grades 4–12. 2012. London, Corwin Press.