DINAMIKA BUDAYA DAN GENDER dalam

DINAMIKA BUDAYA DAN GENDER
Tugas Akhir Semester

Peran Perempuan Dalam Beternak Sapi di
Desa Pelem Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali
Proposal Penelitian

Oleh:
M. Ali Sofyan
14/373152/PSA/07790

JURUSAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS GAJAH MADA
2014

Peran Perempuan Dalam Beternak Sapi Di Desa Pelem Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali
Proposal Penelitian
Oleh: M. Ali Sofyan
1. Latar Belakang
Boyolali merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang merupakan sentral

produsen sapi. Kabupaten Boyolali terkenal sebagai kota susu dikarenakan banyaknya jumlah
peternakan sapi yang menghasilkan beratus-ratus liter susu sapi murni setiap harinya.
Masyarakat Boyolali memiliki mata pencaharian yang heterogen, namun mayoritas
masyarakatnya bermatapencaharian sebagai petani dan sekaligus beternak sapi. Masyarakat
sehari-hari menghabiskan waktu mereka untuk mengolah tanah dan merawat hewan ternak
mereka. Meskipun mayoritas masyarakat Boyolali bermatapencaharian sebagai petani dan
peternak sapi, masih ada banyak masyarakat bermata pencaharian yang lainnya, misalnya PNS,
pedagang, polisi, ABRI, sampai buruh-buruh di industri. Masyarakat bertani dan beternak sapi
karena didukung pula oleh keadaan tanah di Boyolali yang subur, itulah sebabnya banyak
terbentang luas area persawahan dan padang rumput.
Desa Pelem merupakan salah satu desa di Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali. Desa
Pelem memiliki area persawahan yang luas dan subur, masyarakatnya mayoritas
bermatapencaharian sebagai petani dan peternak sapi. Masyarakat ada yang beternak sapi dalam
jumlah besar dan ada pula yang beternak sapi dalam jumlah kecil. Peternak sapi dalam jumlah
besar biasanya memperkerjakan orang lain untuk mengurus segala keperluan dalam
pemeliharaan sapi. Peternak sapi yang memiliki sapi dalam jumlah kecil, memelihara sapinya di
rumah, dan yang bertanggung jawab dalam pemeliharaan sapi tersebut adalah semua anggota
keluarga, baik laki-laki maupun perempuan.
Laki-laki dengan perempuan tidaklah sama karena secara biologis, laki-laki dan
perempuan diciptakan berbeda. Laki-laki adalah manusia yang memiliki otot yang kuat, jakun,

bersuara berat, memiliki penis, testis, dan sperma yang berfungsi sebagai alat reproduksi,
sedangkan manusia jenis kelamin perempuan adalah manusia yang memiliki rahim, mempunyai
payudara, mengalami menstruasi, dan memiliki postur tubuh yang berbeda dengan laki-laki
seperti bentuk pinggul yang lebih besar daripada laki- laki (Handayani dan Sugiarti, 2008:4).
Masyarakat juga membedakan peran antara laki-laki dengan perempuan, atau yang biasa
disebut dengan konsep gender. Handayani dan Sugiarti menerangkan bahwa konsep gender
adalah sebagai berikut:

Konsep gender adalah sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang
dibentuk oleh faktor-faktor sosial maupun budaya, sehingga lahir beberapa anggapan
tentang peran sosial dan budaya laki-laki dan perempuan. Bentukan sosial atas laki- laki
dan perempuan itu antara lain: kalau perempuan dikenal sebagai makhluk yang lemah
lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sedangkan laki-laki dianggap kuat, rasional,
jantan, dan perkasa. Sifat-sifat diatas dapat dipertukarkan dan berubah dari waktu ke
waktu. (2008:5).
Konsep gender adalah suatu sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan karena
dikonstruksikan secara sosial dan kultural. Konstruksi tersebut berlangsung terus menerus dan
dilanggengkan dalam berbagai pranata sosial maka seolah-olah sifat yang melekat pada kaum
laki-laki dan perempuan tersebut “merupakan suatu yang harus dimiliki oleh keduanya”.
Perempuan diidentikkan dengan sifat lemah lembut, cantik, emosional, keibuan, sabar, penurut

dan tidak neko-neko, sedangkan laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, bertanggung jawab
dan perkasa. Sifat tersebut merupakan suatu sifat yang dapat dipertukarkan, artinya ada laki-laki
yang lemah lembut dan ada pula perempuan yang perkasa. Sifat ini dikonstruksikan berbeda
antara satu daerah dengan daerah lain (Astuti, 2011).
Gender dapat dikatakan sebagai

jenis kelamin sosial, yang berbeda dengan jenis

kelamin biologis. Gender dikatakan sebagai jenis kelamin sosial karena merupakan tuntutan
masyarakat yang menjadi budaya dan norma sosial masyarakat yang melekat pada kaum lakilaki dan perempuan, seperti yang diungkapkan oleh Fakih (2010:9) menjelaskan perbedaan
gender antara laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses sosialisasi, penguatan, kontruksi
sosial, kultur, dan keagamaan, bahkan melalui kekuasaan negara. Oleh karena melalui proses
yang begitu panjang itulah, maka lama-kelamaan perbedaan gender antara laki-laki dan
perempuan menjadi seolah-olah ketentuan Tuhan atau kodrat yang tidak dapat diubah lagi.
Perbedaan gender inilah yang kemudian juga membedakan antara peran laki-laki dan
perempuan. Perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan terjadi karena adanya anggapan
bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah, sehingga pekerjaan yang dilakukan olehnya
hanyalah untuk “membantu” pekerjaan laki-laki.
Peran merupakan aspek dinamis suatu kedudukan. Apabila seseorang melakukan hak
dan kewajiban, sesuai dengan kedudukannya. Peran dan kedudukan tidak dapat dipisahkan

karena satu dengan yang lain saling tergantung. Tidak ada peran tanpa status dan status tanpa
peran. Peran sangat penting karena dapat mengatur perilaku seseorang. Peran dapat
memperkirakan perbuatan orang lain pada batas-batas tertentu sehingga seseorang dapat

menyesuaikan perilakunya dengan perilaku orang lain. Peran dapat berarti sebagai perangkat
harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. (Soekanto,
2006)
Pembagian peran antara laki-laki dan perempuan terlihat juga dalam masyarakat Desa
Pelem. Laki-laki dewasa atau suami atau bapak bertanggung jawab dalam pembagian peran di
dalam keluarga. Laki-laki memiliki peran yang penting dalam beternak sapi, misalnya
merumput, memandikan, dan juga termasuk dalam mengambil keputusan dalam penjualan dan
pembelian sapi. Perempuan mengerjakan tugas rumah tangga, memasak, mencuci baju dan
piring, menyapu, namun selain mengerjakan pekerjaan rumah tangga, perempuan juga
mengambil peran dalam beternak sapi, misalnya mencari rumput dan memberikan rumput
namun tidak menutup kemungkinan pula perempuan yang mengambil keputusan dalam menjual
dan membeli sapi. Beternak sapi yang dilakukan oleh masyarakat tersebut sudah berlangsung
sejak lama.
Peternakan merupakan suatu kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan
hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Dalam hal ini
masyarakat pada umumnya beternak sapi, kambing, kerbau, dan ayam. Peternakan sapi di

pedesaan mayoritas masih merupakan usaha tradisional. Petani beternak sapi sebagai usaha
sampingan dan simpanan kekayaan yang sewaktu-waktu dibutuhkan dapat dijual dengan cepat.
Petani beternak sapi untuk mengisi waktu luang dan sekaligus memanfaatkan tenaga anggota
keluarga yang mempunyai waktu kosong. Tenaga kerja yang digunakan dalam beternak sapi
merupakan tenaga kerja keluarga termasuk ibu/istri maupun anak perempuan.
Beternak sapi yang dilakukan oleh masyarakat juga melibatkan perempuan, sehingga
dengan demikian, perempuan juga memiliki peran yang tidak kalah penting dengan peran lakilaki. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti “Peran Perempuan Dalam
Beternak Sapi Di Desa Pelem Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali”.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.

Bagaimana profil keluarga peternak sapi di Desa Pelem, Kecamatan Simo, Kabupaten
Boyolali?

2.

Bagaimana peran perempuan dalam beternak sapi di Desa Pelem, Kecamatan Simo,
Kabupaten Boyolali?


3.

Bagaimana faktor penghambat dan faktor pendorong perempuan dalam beternak sapi di
Desa Pelem, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali?

3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut:
1.

Mengetahui bagaimana profil keluarga peternak sapi di Desa Pelem, Kecamatan Simo,
Kabupaten Boyolali.

2.

Mengetahui bagaimana peran perempuan dalam beternak sapi di Desa Pelem, Kecamatan
Simo, Kabupaten Boyolali.

3.

Mengetahui bagaimana faktor penghambat dan faktor pendorong perempuan dalam

beternak sapi di Desa Pelem, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali.

4. Tinjauan Pustaka
Konsep Peran Perempuan
Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Artinya seseorang telah
menjalankan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka orang
tersebut telah melaksanakan suatu peran. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena satu dengan
yang lainnya saling tergantung, artinya tidak ada peran tanpa status dan tidak ada status tanpa
peran. Setiap orang mempunyai bermacam-macam peran yang berasal dari pola pergaulan
hidupnya. Hal tersebut berarti pula bahwa peran tersebut menentukan apa yang diperbuatnya
bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya.
Peran sangat penting karena dapat mengatur perilaku seseorang, disamping itu peran
menyebabkan seseorang dapat meramalkan perbuatan orang lain pada batas-batas tertentu,
sehingga seseorang dapat menyesuaikan perilakunya sendiri dengan perilaku orang-orang
sekelompoknya (Narwoko, 2004:138).
Peran yang terdapat di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat merupakan peran
gender. Ada dua istilah yang merujuk peran gender yakni peran produktif-reproduktif dan peran
publik-domestik. Pembagian peran biasanya didasarkan pada perbedaan biologis antara laki-laki
dan perempuan. Peran produktif merupakan peran-peran yang jika dijalankan akan
mendapatkan uang atau upah. Misalnya sebagi guru di sekolah, bekerja sebagai buruh di sebuah

perusahaan, pedagang di pasar, usaha menjahit di rumah, membuka warung makan dan warung
kelontong. Peran reproduktif merupakan peran-peran yang dijalankan tidak menghasilkan uang
dan biasanya dilakukan di dalam rumah, misalnya pengasuhan atau pemeliharaan anak,
pekerjaan rumah tangga (seperti memasak dan menyapu), dan menjamin seluruh anggota
keluarga kecukupan makan (Astuti, 2011:69-73).

5.

Landasan Teori
Penelitian ini akan menggunakan analisis gender. Analisis gender adalah proses
menganalisis data dan informasi secara sistematis tentang laki-laki dan perempuan untuk
mengidentifikasikan dan mengungkapkan kedudukan, fungsi, peran dan tanggung jawab lakilaki dan perempuan, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Handayani dan Sugiarti mengungkapkan bahwa analisis gender adalah sebagai berikut:
Analisis gender tidak hanya melihat peran, aktivitas, tetapi juga hubungan, sehingga
pertanyaan yang diajukan tidak hanya “siapa mengerjakan apa”, tetapi juga meliputi:
siapa yang membuat keputusan, siapa yang memperoleh keuntungan, siapa yang
menggunakan sumber daya pembangunan seperti tanah, kredit, siapa yang menguasai
sumber daya pembangunan, faktor-faktor apa yang mempengaruhi hubungan tersebut,
apakah hukum, ekonomi, atau sosial (2008:159).
Fokus utama analisis gender meliputi tiga bagian utama, yaitu: (1) pembagian kerja atau

peran, (2) akses dan kontrol terhadap sumber daya serta manfaat program pembangunan, dan
(3) partisipasi dalam kelembagaan dan pengambilan keputusan di dalam keluarga. Pada tingkat
keluarga/rumah tangga, analisis gender dilihat dari (a) pembagian kerja antara perempuan dan
laki-laki dalam kegiatan produktif, reproduktif dan pengelolaan kelembagaan masyarakat serta
curahan waktu dalam kegiatan tersebut, (b) akses dan kontrol perempuan dan laki-laki terhadap
sumber daya keluarga (lahan, anak, harta, pendidikan). Pada tingkat masyarakat, analisis gender
menyoroti akses dan kontrol laki-laki dan perempuan terhadap sumber daya yang mencakup
informasi, kredit, teknologi, pendidikan/penyuluhan/pelatihan, sumber daya alam, peluang
bekerja dan berusaha, sementara di tingkat negara/pemerintah dapat dipelajari melalui
kebijaksanaan pembangunannya.
Analisis gender yang telah dikembangkan oleh para ahli ada beberapa macam,
diantaranya adalah Teknik Analisis Harvard, Moser, Longwe, Munro, CVA, Matriks Analisis
Gender, Analisis Logframe, Konsep Seaga dan teknik Participatory Rural Appraisal Berdimensi
Gender serta kerangka analisis GAP (Gender Analysis Pathways) dan POP (Policy Outlook and
plan of action).

Penelitian ini akan menggunakan salah satu teknik analisis gender yaitu teknik analisis
Harvard. Teknik analisis Harvard disebut sebagai Gender Framework Analysis (GFA), yaitu
suatu analisis yang digunakan untuk melihat suatu profil gender dari suatu kelompok sosial dan
peran gender dalam proyek pembangunan, yang mengutarakan pentingnya tiga komponen yaitu

profil aktivitas, profil kontrol dan profil akses.
Kerangka analisis gender Harvard lebih memusatkan perhatian dalam membuat
pembagian kerja gender, peran dalam pengambilan keputusan, tingkat kontrol atas sumber daya

yang kelihatan. Sebagai konsep dan alat, ini dibutuhkan data detail bagi perencanaan gender.
Implikasi perencanaan program terhadap gender perempuan adalah diperlukan analisis yang
menutupi lubang pada level beban kerja, pengambilan keputusan antara perempuan dan lakilaki. Tiga data set utama yang diperlukan. 1) Siapa melakukan apa, kapan, dimana, dan berapa
banyak alokasi waktu yang diperlukan? Hal ini dikenal sebagai “Profil Aktivitas”. 2) Siapa
yang memiliki akses dan kontrol (seperti pembuatan kebijakan) atas sumber daya tertentu? Hal
ini dikenal dengan “Profil Akses dan Kontrol”. Siapa yang memiliki akses dan kontrol atas
“benefit” seperti produksi pangan dan uang. 3) Faktor yang mempengaruhi perbedaan dalam
pembagian kerja berbasis gender, serta akses dan kontrol yang ada pada “profil aktivitas” dan
“profil akses dan kontrol”.
Menurut Handayani dan Sugiarti, kegunaan dari analisis Harvard adalah sebagai
landasan untuk melihat suatu profil gender dari suatu kelompok sosial. Kerangka ini tersusun
atas tiga elemen pokok yaitu:
a. profil aktivitas berdasarkan pada pembagian kerja gender (siapa mengerjakan apa, di
dalam rumah tangga dan masyarakat), yang membuat daftar tugas perempuan dan
laki- laki (laki-laki melakukan apa?, perempuan melakukan apa?), sehingga
memungkinkan untuk dilakukan pengelompokan menurut umur, etnis, kelas sosial

tertentu, dimana dan kapan tugas-tugas tersebut dilakukan. Aktivitas dikelompokkan
menjadi tiga yaitu produktif, reproduktif/rumah tangga, dan sosial politik keagamaan.
b. profil akses (siapa yang mempunyai akses terhadap sumber daya produktif termasuk
sumber daya alam seperti tanah, hutan, peralatan, pekerja, kapital, atau kredit,
pendidikan

atau

pelatihan),

yang

memuat

daftar

pertanyaan

perempuan

mempunyai/bisa memperoleh sumber daya apa? Lelaki memperoleh apa? Perempuan
menikmati apa? Lelaki menikmati apa?
c. profil kontrol (perempuan mengambil keputusan atau mengontrol penggunaan
sumber daya apa? Lelaki penentu sumber daya apa? Sumber daya disini adalah
sumber daya yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas tersebut. Manfaat apa
yang diperoleh dari melakukan aktivitas. Sumber daya dapat berupa: materi (bernilai
ekonomi, politis, sosial dan waktu). Akses terhadap sumber daya dan manfaat,
kontrol atas sumber daya dan manfaat dikelompokkan menurut gender, faktor-faktor
yang berpengaruh menyangkut hal-hal yang mengakibatkan pada adanya pembagian
kerja, adanya profil akses dan kontrol suatu masyarakat tersebut (2008:160-161).

6. Kerangka Berpikir

Masyarakat

Konsep gender

Pembagian peran dalam
keluarga peternak sapi

Laki-laki

Perempuan

Profil perempuan

Peran perempuan

peternak sapi

dalam beternak

Faktor pendorong
dan faktor
penghambat

sapi

8. METODE PENELITIAN
a. Dasar Penelitian
Dalam mengkaji mengenai peran perempuan dalam beternak sapi, penulis akan
menggunakan metode penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2005:4)
mengemukakan bahwa metode kualitatif

ini digunakan sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati.
Penelitian kualitatif dilakukan oleh peneliti dengan berdasar pada pengamatan suatu
situasi secara alamiah dan sebagaimana mestinya tanpa adanya manipulasi. Pengumpulan data
dalam penelitian kualitatif menggunakan data deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berupa
teks, kata-kata, simbol, gambar walaupun demikian dimungkinkan terkumpul data-data yang

bersifat kuantitatif. Jadi pengumpulan data deskriptif bukan menggunakan angka-angka sebagai
alat metode utamanya.
Penelitian kualitatif digunakan karena beberapa pertimbangan yaitu (Danim, 2002:60) (1)
Penelitian kualitatif mempunyai setting alami sebagai sumber data langsung dan peneliti adalah
instrumen utamanya. Peneliti berkedudukan sebagai pengumpul data lebih dominan daripada
instrumen lainya. (2) Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dimana data yang terkumpul
berbentuk kata-kata, gambar bukan angka-angka. Kalaupun ada angka sifatnya sebagai
penunjang. Data dalam penelitian kualitatif dapat berupa transkrip, interview, catatan lapangan,
foto, dokumen pribadi dan lain-lain. (3) Peneliti kualitatif lebih menekankan proses kerja yang
seluruh fenomenanya diterjemahkan dalam kegiatan sehari-hari. (4) Penelitian kualitatif memberi
tekanan pada makna, yaitu fokus penelahaan terpaut langsung dengan masalah kehidupan
manusia.
b. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Desa Pelem, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali. Lokasi
tersebut dipilih karena di Desa tersebut masyarakatnya mayoritas adalah sebagai peternak sapi,
baik dalam jumlah besar, maupun dalam jumlah kecil.
c. Fokus Penelitian
Moleong (2005:92) penelitian kualitatif tidak dimulai dari sesuatu yang kosong, tetapi
dilakukan berdasarkan persepsi seseorang terhadap adanya masalah. Masalah dalam penelitian
kualitatif bertumpu pada fokus. Penetapan fokus dapat membatasi studi dan berfungsi untuk
memenuhi kriteria masuk-keluar (inclusion-exlusive criteria) suatu informasi yang diperoleh di
lapangan. Fokus dalam penelitian kualitatif berasal dari masalah itu sendiri, dan fokus dapat
menjadi bahan penelitian. Adapun yang akan menjadi fokus penelitian ini adalah profil keluarga
peternak sapi, peran perempuan dalam beternak, serta faktor penghambat dan faktor pendorong
perempuan dalam beternak sapi di Desa Pelem, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali.
d. Sumber dan Jenis Data
Sumber data penelitian terdiri atas sumber data utama dan sumber data tambahan.
Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2005:157) sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain.

1) Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti. Data ini dapat
berupa hasil teks hasil wawancara dan diperoleh melalui wawancara dengan informan yang
sedang dijadikan sampel dalam penelitiannya (Suwarno, 2006:209).
Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Terkait dengan
hal ini, subjek penelitiannya adalah perempuan peternak sapi. Perempuan- perempuan yang
beternak sapi di Desa Pelem, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali yang menjadi pusat
perhatian bagi peneliti. Informan adalah individu-individu tertentu yang diwawancarai untuk
keperluan informasi. Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi atau keterangan
atau data yang diperlukan oleh peneliti. Informan dipilih dari beberapa orang yang betul-betul
dapat dipercaya dan mengetahui objek yang diteliti. Informan dalam penelitian ini adalah lakilaki atau suami dari perempuan yang beternak sapi dan perangkat desa.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data tambahan yang berupa informasi untuk melengkapi data
primer. Data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen atau arsip dari Desa Pelem yang
berupa data statistik kewilayahan dan data kependudukan seperti jumlah penduduk serta
dokumen visual yaitu berupa foto-foto yang peneliti hasilkan sendiri dengan kamera. Foto yang
dihasilkan oleh peneliti antara lain adalah kegiatan sehari-hari perempuan dalam beternak sapi.
e. Teknik Pengumpulan Data
1) Wawancara
Teknik wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua orang yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2005:186). Menurut
Faisal (2005:52) wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan secara lisan. Alat pengumpulan data wawancara disebut dengan pedoman
wawancara. Suatu pedoman wawancara harus benar-benar dimengerti oleh pengumpul data.
Penelitian ini akan menggunakan wawancara terbuka untuk mendapatkan data yang valid
dalam penelitian. Wawancara terbuka yang biasanya para obyeknya tahu bahwa mereka
sedang diwawancarai dan mengetahui pula maksud dari wawancara itu (Moleong, 2005:
189).
2) Observasi
Teknik observasi yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi
langsung, peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap subyek yang diteliti

dalam kurun waktu yang cukup lama. Observasi menurut Arikunto (2006:156) disebut pula
dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indera.
Adapun yang akan diobservasi oleh peneliti sehubungan dengan metode observasi
adalah sebagai berikut :
a. Gambaran umum lokasi penelitian yaitu Desa Pelem
b. Gambaran mengenai pekerjaan sebagai peternak sapi
c. Kegiatan perempuan saat bekerja sebagai peternak sapi
3)

Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan sebagainya (Arikunto,
2006:236). Data yang akan dikumpulkan antara lain adalah lain data yang berhubungan
dengan monografi desa dan data pribadi keluarga yakni tentang jumlah anggota keluarga,
usia, jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan serta data yang berhubungan dengan kegiatan
sehari-hari perempuan dalam beternak sapi. Dokumentasi ini dimaksudkan untuk
melengkapi data dari hasil wawancara dan observasi yang berguna dalam penyusunan
skripsi. Selain data monografi desa, penulis juga mendapatkan sejumlah foto untuk
mendukung mengenai peran perempuan di dalam beternak sapi.

f. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis dari hasil wawancara,
catatan di lapangan, dan dokumentasi serta studi pustaka dengan cara mengorganisir data kedalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih
mana yang penting dan akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2010 :334). Teknik analisis data yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik analisis data menurut Miles dan Huberman. Tahap analisis data
menurut Miles dan Huberman (1992:16-19) adalah sebagai berikut:
1) Pengumpulan Data
Langkah awal yang akan dilakukan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini adalah
mencatat semua data secara objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan
wawancara di lapangan.
2) Reduksi Data
Reduksi data yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian. Reduksi
data merupakan suatu bentuk analisis yang menggolongkan, mengarahkan, membuang yang

tidak perlu dan mengorganisasikan data-data yang direduksi memberikan gambaran yang
lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencari sewaktuwaktu.
Dalam penelitian ini, reduksi data yang akan dilakukan setelah mendapat data dari
informasi, observasi, wawancara, maupun dokumen yang mana data-data tersebut masih
bersifat keseluruhan. Untuk langkah selanjutnya adalah memilih-milih data yang dianggap
penting dan dianggap tidak penting, tidak digunakan atau dibuang kemudian dilakukan
penyatuan dan penyederhanaan dari semua data.
3) Penyajian Data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan atau pengambilan keputusan. Penyajian data merupakan
analisis merancang deretan kolom-kolom sebuah matrik untuk data kualitatif dan menentukan
jenis dan bentuk data yang dimasukkan dalam kotak-kotak matrik (Miles,1992 : 16-17).
4)

Pengambilan Simpulan atau Verifikasi
Suatu kegiatan yang berupa pengambilan intisari dan penyajian data yang merupakan
hasil dari analisis yang dilakukan dalam penelitian atau kesimpulan awal yang sifatnya belum
benar-benar matang.
Penulis mencoba mengambil kesimpulan, berdasarkan data yang diperoleh. Verifikasi
atau pengambilan kesimpulan dapat dilakukan dengan keputusan didasarkan pada reduksi
atau pengeditan data, dan penyajian data yang merupakan jawaban atas masalah yang menjadi
pertanyaan penelitian.
Keempat alur kegiatan tersebut dapat digambarkan dalam bagan berikut ini:
Pengumpulan data

Penyajian data

Reduksi data

Penarikan
kesimpulan atau
verifikasi
(Miles dan Huberman, 1992:20)
Bagan Alur Analisis

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, I (Ed). 2003. Sangkan Paran Gender . Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Astuti, T. M. P. 2011. Konstruksi Gender Dalam Realitas Sosial Edisi Revisi . Semarang: UNNES
PRESS.
Faisal, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Fakih, M. 2010. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Handayani, T dan Sugiarti. 2008. Konsep dan Teknik Penelitian Gender edisi revisi. Malang:
UMM Press.
Koentjaraningrat. 2006. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Rosdakarya.
Mahardhika, K.2011. Buruh Perempuan Dan Peran Suami Dalam Keluarga . semarang : skripsi
UNNES.
Miles, M. B dan Huberman, A. M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Tjetjep Rohendi
Rohidi. Jakarta: UI PRESS.
Moleong, L. J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Rosdakarya.
Narwoko, D. J dan Bagong S. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan . Jakarta: Prenada
media
Soekanto, S. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar .Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2010. Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D).
Bandung: CV. ALFABETA.
Suwarno, J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.