ANALISIS KERUANGAN DALAM PEMBANGUNAN docx

ANALISIS KERUANGAN DALAM PEMBANGUNAN

Oleh:
Alicia Wirdaturriza (3123131005)
Helmiaty Sundari (3122131005)
Qadrul Fahmi (3123131046)
Novrizal Usman (3123131044)
B Reguler 2012

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014

Kata Pengantar
Puji syukur kepada Allah SWT tak lupa kami sampaikan atas segala karunia-Nya yang telah
memberikan kemudahan bagi kelancaran dalam penyelesaian makalah. Pembuatan makalah ini
merupakan bentuk tanggung jawab pemakalah dalam Mata Kuliah Geografi Pembangunan.
Makalah ini diharapkan bisa menambah pengetahuan pembaca umumnya dan pemakalah
khususnya dalam hal analisa keruangan dalam pembangunan. Dalam pembuatan makalah ini kami
yakin bahwa masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu kami selaku pemakalah sangat

mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk lebih baik di kemudian hari. Terima kasih.

Medan, April 2014

1

Daftar Isi
Kata Pengantar...........................................................................................................1
Daftar Isi....................................................................................................................2
Bab I Pendahuluan.....................................................................................................3
Bab II Analisa Keruangan dalam Pembangunan........................................................4
2.1 Pengertian Interaksi Keruangan.................................................................4
2.2 Faktor Terjadinya Interaksi Keruangan......................................................4
2.3 Jarak dan Interaksi Dalam Ruang...............................................................5
2.3.1 Model Gravitasi dan Interaksi dalam Ruang.....................................5
2.3.2 Model Gravitasi dan Potensi Penduduk.............................................8
2.3.3 Teori Titik Henti................................................................................10
Bab III Kesimpulan ...................................................................................................13
Daftar Pustaka............................................................................................................14


2

BAB I
PENDAHULUAN
Di Indonesia seperti yang kita ketahui masih terdapat banyak masalah penduduk, seperti
penyebarannya yang belum merata, permasalahan lingkungan hidup dan pemerataan pendapatan serta
permasalahan lapangan pekerjaan. Ilmu geografi diharapkan dapat membantu dalam pemecahannya.
Akan tetapi perbedaan perkembangan lingkungan geografi dan perbedaan perkembangan ekonomi,
teknologi serta konsep berpikir yang berbeda-beda menyebabkan tidak mudah untuk memastikan
konsep geografi mana yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Kita harus
terlebih dulu menelaah sesuai dengan perkembangan budaya lingkungan, kondisi fisik lingkungan dan
tingkat perkembangan ekonomi lingkungan serta teknologi.
Dalam memecahkan berbagai masalah tersebut, ilmu geografi tidak dapat dipisahkan dengan
disiplin ilmu lainnya. Dalam ilmu geografi digunakan berbagai pendekatan dalam mengatasi suatu
masalah, yakni menggunakan pendekatan keruangan, pendekatan kewilayahan dan pendekatan
ekologi. Ada banyak teori dan model analisa yang ada berdasarkan pendekatan-pendekatan tersebut.
Dalam makalah ini pemakalah akan membahas mengenai model dan analisa geografi yang bersifat
kuantitatif berdasarkan pendekatan keruangan. Beberapa model dan analisa keruangan tersebut antara
lain, seperti yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu model gravitasi dan teori titik henti.


3

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Interaksi Keruangan
Analisis keruangan merupakan pendekatan yang khas dalam geografi, karena interaksi
keruangan merupakan studi tentang keanekaragaman ruang muka bumi dengan membahas masingmasing aspek keruangannya. Analisis keruangan merupakan analisis lokasi yang mengacu pada tiga
hal yaitu jarak (distance), kaitan (interaction) dan pergerakan (movement). Analisis interaksi
keruangan bertujuan untuk mengukur kesesuaian suatu kondisi berprinsipkan pada struktur keruangan
yang ada serta menganalisis interaksi antar unit keruangan yang mencakup hubungan antara ekonomi
dan interaksi keruangan, aksesbilitas antara pusat dan perhentian suatu wilayah dan hambatan
interaksi.
Analisis keruangan didasarkan pada keberadaan tempat-tempat (kota) yang menjadi pusat
kegiatan bagi tempat-tempat lain, serta terdapatnya hierarki di antara tempet-tempat tersebut. Daam
inetraksi keruangan yang harus diperhatikan adalah terkait penyebaran penggunaan ruang yang telah
ada dan penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang dirancangkan.
(Bintarto, 1982:12)
Menurut Daldjoeni (1991:197) interaksi keruangan merupakan suatu pengertian dalam
geografi social yang dipakai untuk mendapatkan gambaran mengenai pengaruh keruangan hubungan
antara manusia dengan manusia lainnya dan antara manusia dengan lingkungannya yang dinyatakan

dengan arus manusia, materi informasi,energy sehingga dijadikan dasar untuk menerangkan gejalagejaa lokasi, relokasi, distribusi dan difusi.
2.2 Faktor Terjadinya Interaksi Keruangan
Adanya interaksi keruangan di sutau wilayah itu karena adanya beberapa faktor. Faktor-faktor
yang mempengaruhi interaksi keruangan yaitu sebagai berikut:
- Komplementaritas regional yaitu adanya region yang berbeda kemampuan sumberdayanya.
Di suatu pihak surplus dan di lain pihak minus. Kondisi ini memberikan kemungkinan
terjadinya pengaliran arus perpindahan yang besar. Komplementaritas antar dua kota atau
kelompok manusia berkaitan dengan permintaan dan penawaran.
- Kesempatan berintervensi, adanya kemungkinan perantara yang dapat menghambat terjadinya
perpindahan barang atau manusia.
- Kemudahan transfer dalam ruang (spatial transferability) adalah fungsi jarak yang diukur
dalam biaya dan waktu yang nyata. Komoditi tertentu yang dibutuhkan sesuatu daerah dari
daerah lain yang tertentu pula, memiliki daya transfer yang tinggi, jarak yang ditempuh, biaya
angkut yang memadai dan transportasi yang lancar merupakan kemudahan transfer dalam
ruang.

4

Untuk menganalisis dan memecahkan masalah interaksi keruangan dapat menggunakan
model gravitasi. Suatu wilayah bergantung pada wilayah lain, demikian juga wilayah lain memiliki

ketergantungan pada wilayah tertentu. Diantara wilayah-wilayah tersebut terdapat wilayah-wilayah
tertentu yang memiliki kelebihan disbanding yang lain sehingga wilayah tersebut memiliki beberapa
fasilitas yang mampu melayani kebutuhan penduduk dalam radius yang lebih luas, sehingga penduduk
pada radius tertentu akan mendatangi wilayah tersebut untuk memperoleh kebutuhannya.
2.3 Jarak dan Interaksi dalam Ruang
Ahli-ahli dalam interaksi sosial berpendapat bahwa gerakan orang yang mengadakan migrasi
berbanding lurus dengan banyaknya orang yang mengadakan migrasi dan berbanding terbalik dengan
jarak yang memisahkannya.
Teori Gravitasi kali pertama diperkenalkan dalam disiplin ilmu Fisika oleh Sir Issac Newton
(1687). Inti dari teori ini adalah bahwa dua buah benda yang memiliki massa tertentu akan memiliki
gaya tarik menarik antara keduanya yang dikenal sebagai gaya gravitasi. Kekuatan gaya tarik menarik
ini akan berbanding lurus dengan hasil kali kedua massa benda tersebut dan berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak antara kedua benda tersebut. Secara matematis, model gravitasi Newton ini
dapat diformulasikan sebagai berikut:

G ¿g

m A . mB
2


( d A . B)

Keterangan :
G = kekuatan gravitasi antara dua benda (cm/det 2)
g = tetapan gravitasi Newton, besarnya 6,167 x 10-8 cm3/gram.det2
mA = massa benda A (gram)
mB = massa benda B (gram)
dA.B = jarak antara benda A dan B
2.3.1

Model Gravitasi dan Interaksi dalam Ruang
Model gravitasi Newton ini kemudian diterapkan oleh W.J. Reilly (1929), seorang ahli

geografi untuk mengukur kekuatan interaksi keruangan antara dua wilayah atau lebih. Berdasarkan
hasil penelitiannya, Reilly berpendapat bahwa kekuatan interaksi antara dua wilayah yang berbeda
dapat diukur dengan memerhatikan faktor jumlah penduduk dan jarak antara kedua wilayah tersebut.
Untuk mengukur kekuatan interaksi antar wilayah digunakan formulasi sebagai berikut:

IA.B


¿k

P A . PB
2

(d A . B )

(3.1.1.)

5

Keterangan :
IA.B = kekuatan interaksi antara wilayah A dan B
k = angka konstanta empiris, nilainya 1
PA = jumlah penduduk wilayah A
PB = jumlah penduduk wilayah B
dA.B = jarak wilayah A dan wilayah B
Dalam menjelaskan formula tersebut, diberi contoh misalnya ada 3 buah wilayah A, B, dan C, dengan
data sebagai berikut:
1. Jumlah penduduk wilayah A = 20.000 jiwa, B = 20.000 jiwa, dan C = 30.000 jiwa.

2. Jarak antara A ke B = 50 km, dan B ke C = 100 km.
3.

Ditanyakan :
1.

Manakah dari ketiga wilayah tersebut yang lebih kuat interaksinya?

2.

Apakah antara wilayah A dan B atau antara B dan C ?

Diketahui:
PA = 20.000 jiwa
PB = 20.000 jiwa
PC = 30.000 jiwa
dA.B = 50 km
dB.C = 100 km
k=1
Jawaban:

(1)

IA.B

Perhitungan kekuatan interaksi antara wilayah A dan B sebagai berikut:

¿k

P A . PB

2

(d A . B )

maka,

IA.B

¿1


( 20.000 ) .(20.000)
(50)2

IA.B

¿1

400.000 .000
=160.000
2.500

6

(2)

IB.C

Perhitungan kekuatan interaksi antara wilayah B dan C sebagai berikut:

¿1


P B . PC

2

(d B .C )

maka,

( 20.000 ) .(30.000)
2
(100)

IB.C

¿1

IB.C

600.000 .000
¿ 1¿ ¿ =60.000
10.000

(3) Perbandingan kekuatan interaksi wilayah A dan B dengan wilayah B dan C adalah 160.000 :
60.000 atau 8 : 3. Berdasarkan perbandingan tersebut, potensi penduduk untuk mengadakan interaksi
terjadi lebih kuat antara wilayah A dan B jika dibandingkan antara wilayah B dan C.

Keterangan :
Tanda panah menunjukkan tingkat interaksi dan perbandingan kekuatan potensi interaksi.
Perbandingan potensi interaksi antarwilayah dengan memanfaatkan formula yang
dikemukakan Reilly ini dapat diterapkan jika kondisi wilayah-wilayah yang dibandingkan memenuhi
persyaratan tertentu. Adapun persyaratan tersebut antara lain sebagai berikut:
a) Kondisi sosial-ekonomi, tingkat pendidikan, mata pencarian, mobilitas, dan kondisi sosial-budaya
penduduk setiap wilayah yang dibandingkan relatif memiliki kesamaan.
b) Kondisi alam setiap wilayah relatif sama, terutama berkaitan dengan kondisi topografinya.
c) Keadaan sarana dan prasarana transportasi yang menghubungkan wilayah-wilayah yang
dibandingkan relatif sama.
Ketiga persyaratan tersebut berdasarkan kenyataan bahwa secara teoritis potensi wilayah A
untuk berinteraksi dengan wilayah B cenderung jauh lebih besar dibandingkan antara wilayah B dan
C. Namun, jika kondisi prasarana transportasi yang menghubungkan wilayah B dan C jauh lebih baik
jika dibandingkan antara A dan B, tetap saja potensi interaksi antara B dan C akan jauh lebih besar.
Demikian pula halnya dengan persyaratan lainnya, yaitu kondisi kependudukan dan topografi dari
suatu wilayah.
2.3.2

Model Gravitasi dan Potensi Penduduk
Sumber Daya Manusia merupakan seluruh kemampuan atau potensi penduduk yang berada di

dalam suatu wilayah tertentu beserta karakteristik atau ciri demografis, sosial maupun ekonominya
7

yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembangunan. Jadi membahas sumber daya manusia
berarti membahas penduduk dengan segala potensi atau kemampuannya. Potensi penduduk di suatu
tempat juga dapat diketahui dengan menggunakan model gravitasi, yaitu menggunakan formula
(3.2.1.). Misalkan terdapat himpunan tempat-tempat (1,2,3,4,...n) yang masing-masing mempunyai
jumlah penduduk (P1, P2, P3, P4,…n) maka potensi penduduk (PP) untuk tempat 1 adalah sebagai
berikut:
PP1

¿a

P1
b

1
( J 1. )
2

P2

+a

J 12

b

+… a

Pn
J 1n

b

(3.2.1.)

Potensi penduduk untuk tempat 2 adalah sebagai berikut:
PP2

¿a

P1
J

b
21

+a

P2
b

1
( J 2. )
2

+…a

Pn
J 2 nb

Potensi penduduk untuk tempat 3 adalah sebagai berikut:
PP3

¿a

P1
J 31

b

+a

P2
J 32

b

+a

P3
b

1
( J 3. )
2

+… a

Pn
J 3 nb

dan demikian seterusnya.
Keterangan:
PP1

= potensi penduduk di tempat 1

J12

= jarak antara tempat 1 dan tempat 2

J1.

= jarak antara tempat 1 dengan tempat terdekat dengan tempat 1

a

= konstante empirik

b

= eksponen jarak (yang mempunyai nilai 2 dalam model gravitasi yang asli)
Sebuah contoh yang akan menjelaskan hal ini yaitu mengenai potensi penduduk di Kabupaten

Gunung Kidul, Provinsi Yogyakarta. Untuk mencari potensi Untuk mencari potensi penduduk di tiap
kecamatan digunakan formula (2.2.) dan untuk hal ini diperlukan data mengenai jarak antar tiap
ibukota kecamatan dan jarak antara satu ibukota kecamatan dengan ibukota kecamatan terdekatnya,
serta data mengenai jumlah penduduk pada tiap kecamatan.
Tabel 2.2.1. Kode dan nama ibukota kecamatan di Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi
Yogyakarta dan jumlah penduduk tiap kecamatanpada tahun 1971
Kode

Nama Ibukota Kecamatan

Jlh Penduduk

01
02
03
04
05
06

Panggang
Tepus
Rongkop
Rongkop
Semanu
Ponjong

46.354
56.810
53.364
53.364
48.477
48.775
8

07
08
09
10
11
12
13

Karangmojo
Wonosari
Playen
Patuk
Nglipar
Ngawen
Semin

51.217
59.907
52.125
42.004
43.411
33.099
55.050

Tabel 2.2.2. Jarak antar 13 ibukota kecamatan di Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Yogyakarta
(dalam km).
01
02

01
13

02
13
-

03
46
31

04
62
48

05
32
18

06
39
26

07
33
26

08
25
11

09
22
8

10
24
11

11
34
21

12
46
32

13
57
32

03

46

31

-

16

14

21

20

21

27

30

30

32

32

04

62

48

16

-

23

30

30

30

37

40

40

41

41

05

32

18

14

23

-

7

5,5

6

12

15

16

16

18

06

39

26

21

30

7

-

4

13

20

22,5

23

15

19

07

33

26

20

30

5,5

4

-

8

14

17

19

11

12

08

25

11

21

30

6

13

8

-

6

9

10

22

21

09

22

8

27

37

12

20

14

10

24

11

30

15

22,6

17

11

34

21

30

40

16

33

19

12

46

32

32

41

16

15

13

57

32

32

41

14

16

40

6

-

2,5

15

27

38

2,5

-

10,5

23

24

10

15

10,5

-

12

22

11

22

27

23

12

-

10

12

21

38

34

22

10

-

9

Dengan menggunakan formula 2.2. tersebut dapat dicari potensi penduduk untuk tiap ibukota
kecamatan.
Potensi penduduk (PP1) untuk tempat 01 (Kecamatan Panggang) adalah sebagai berikut:
PP1

¿

46.354 56.810 59.969 53.364 48.477 48.775 51.217 59.907 52.125 42.004 43.411 33.0
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
1 2
132
462
622
322
39 2
332
25 2
222
24 2
342
46
(
)
2 x 13

Dengan cara yang sama, maka dapat dicari potensi penduduk untuk 12 kecamatan lainnya.
2.3.3

Teori Titik Henti

Teori Titik Henti (Breaking Point Theory) merupakan hasil modifikasi dari Model Gravitasi Reilly.
Teori ini memberikan gambaran tentang perkiraan posisi garis batas yang memisahkan wilayahwilayah perdagangan dari dua kota atau wilayah yang berbeda jumlah dan komposisi penduduknya.
Teori Titik Henti juga dapat digunakan dalam memperkirakan penempatan lokasi industri atau pusat
pelayanan masyarakat. Penempatan dilakukan di antara dua wilayah yang berbeda jumlah
penduduknya agar terjangkau oleh penduduk setiap wilayah.

9

Menurut teori ini jarak titik henti (titik pisah) dari lokasi pusat perdagangan (atau pelayanan sosial
lainnya) yang lebih kecil ukurannya adalah berbanding lurus dengan jarak antara kedua pusat
perdagangan. Namun, berbanding terbalik dengan satu ditambah akar kuadrat jumlah penduduk dari
kota atau wilayah yang penduduknya lebih besar dibagi jumlah penduduk kota yang lebih sedikit
penduduknya. Formulasi Teori Titik Henti adalah sebagai berikut:

D

¿

d A. B
1+



PA
PB

Keterangan :
DAB = jarak lokasi titik henti, diukur dari kota atau wilayah yang jumlah penduduknya lebih kecil
(dalam hal ini kota A)
dAB = jarak antara kota A dan B
PA = jumlah penduduk kota yang lebih kecil (kota A)
PB = jumlah penduduk kota yang lebih besar (kota B)
Contoh soal:
Kota A memiliki jumlah penduduk 20.000 jiwa, sedangkan kota B 30.000 jiwa. Jarak antara kedua
kota tersebut adalah 100 kilometer. Di manakah lokasi pusat perdagangan yang tepat dan strategis
agar terjangkau oleh penduduk setiap kota tersebut?
Diketahui :
dA.B = 100 km
PA = 20.000 jiwa
PB = 30.000 jiwa
k=1
Ditanyakan : Titik henti?
Jawaban :

D

¿

d A. B
1+



PA
PB

maka,

D
D

¿

¿

100
30.000
1+
20.000



100
1+ √ 1,5
10

D

¿

100
=44.9
1+1,225

DAB = 44,9 km, diukur dari kota A (jumlah penduduknya lebih sedikit).

= lokasi

ideal penempatan lokasi industri sehingga terjangkau oleh penduduk dari kota A

maupun B.
Berkaitan dengan perencanaan pembangunan wilayah, Model Gravitasi dan Teori Titik Henti
dapat dimanfaatkan sebagai salah satu pertimbangan faktor lokasi. Model Gravitasi dan Teori Titik
Henti dapat dimanfaatkan untuk merencanakan pusat-pusat pelayanan masyarakat, seperti pusat
perdagangan (pasar, super market, bank), kantor pemerintahan, sarana pendidikan dan kesehatan,
lokasi industri, ataupun fasilitas pelayanan jasa masyarakat lainnya.

11

BAB III
KESIMPULAN
Dalam metode analisa geografi terdapat beberapa model dan analisa yang bersifat kuantitatif
antara lain yang dibahas dalam makalah ini adalah model gravitasi dan teori titik henti. Model
gravitasi dan teori titik henti berkaitan dengan perencanaan pembangunan wilayah, dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu pertimbangan faktor lokasi. Model Gravitasi dan Teori Titik Henti
dapat dimanfaatkan untuk merencanakan pusat-pusat pelayanan masyarakat, seperti pusat
perdagangan (pasar, super market, bank), kantor pemerintahan, sarana pendidikan dan kesehatan,
lokasi industri, ataupun fasilitas pelayanan jasa masyarakat lainnya.

12

Daftar Pustaka
Buku:
Bintarto, R, Surastopo Hadisumarno. 1982. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES
Websites:
http://nurfitriekhoirunnisa.blogspot.com/2012/11/teori-interaksi-keruangan.html
http://nisaamany94.blogspot.com/p/sdm-potensi-manusia-dan-sensus-penduduk.html

13