ARTI PENTING JERUSALEM DALAM KONFLIK ARA

ARTI PENTING JERUSALEM DALAM KONFLIK ARAB - ISRAEL

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Hasanuddin

Oleh :

FATMAWATI FIRDAUS
E 131 05 046

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik
Universitas Hasanuddin
2011

ABSTRAKSI
Fatmawati.F E 13105046, Arti Penting Jerusalem dalam Konflik Arab-Israel, di bawah
bimbingan Prof.DR. J. Salusu, M,selaku konsultan I dan Prof. DR. M. Basyir Syam,
selaku konsultan II pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, FISIP UNHAS.


Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil umum dan posisi strategis
Jerusalem sebagai kota suci bagi 3 agama samawi dalam konflik Arab-Israel yang telah
berlangsung selama beberapa kurun waktu. Fokus penelitian adalah menjelaskan sejarah,
status, dan arti penting Jerusalem. Serta memaparkan usaha dan resolusi yang dilakukan oleh
PBB dalam menangani konflik Arab-Israel dalam memperebutkan kota Jerusalem. Berpijak
dari upaya-upaya penyelesaian konflik yang seringkali mengalami kegagalan sehingga
konsep perdamaian belum dapat diterapkan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini didasarkan pada tipe
penelitian deskriptif analitik, yang bersifat menggambarkan secara jelas dan terperinci
terhadap masalah yang diteliti, mencatat, menganalisis dan menginterpretasikan kondisikondisi yang ada di lapangan terkait arti penting Jerusalem dalam konflik Arab-Israel.
Penganalisaan data-data yang diperoleh lebih bercorak “analisa isi” (content analysis),
dimana analisa yang dilakukan adalah mengulas isi bahan atau data yang diperoleh. Teknik
pengumpulan data yang Penulis gunakan adalah studi pustaka (Library Research) dengan
menggunakan jenis data sekunder yang berasal dari berbagai literatur sebagai penunjang
dalam penyelesaian skripsi ini. Dalam penelitian digunakan pula analisis data kualitatif,
dimana permasalahan digambarkan berdasarkan fakta-fakta dan data yang diperoleh.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jerusalem merupakan kota suci bagi 3 agama
samawi. Kota warisan dunia yang dilindungi oleh UNESCO sejak tahun 1981. Telah
dihancurkan 2 kali, dikepung 23 kali, diserang 52 kali, dan dikuasai 44 kali. Kota ini sangat

penting karena kondisi geografisnya yang strategis sehingga menjadikan Jerusalem sangat
diperhitungkan secara politik, ekonomi, dan keamanan. Sejak tahun 1967 status Jerusalem
secara de facto diduduki dan dikuasai Israel, tidak jelas secara de jure. PBB mengeluarkan
Resolusi Majelis Umum PBB nomor 181 tentang pembagian wilayah Palestina, kaum Yahudi
hanya diberi hak menguasai 57% Palestina. Namun tidak dipatuhi oleh Israel dengan alasan
klaim teologis. Antara tahun 1967-1989, Dewan Keamanan PBB menerbitkan 131 resolusi,
43 di antaranya bersikap netral, yaitu menjadikan Jerusalem sebagai kota condominium oleh
Israel dan Palestina. Di samping itu ada keputusan Mahkamah Internasional yang
menyerukan penghentian pembangunan tembok pengaman Israel yang mengambil semua
wilayah Palestina itu.

Syukur Alhamdulillah, hip hip hurray cihuy cie cie suit suit
yippieee senang riang hari yang kunantikan....akhirnya skripsi ini bisa
selesai juga setelah tertunda nyaris 2 tahun cuma gara-gara malas,
suka tunda-tunda ngurus berkas dan cari referensi dengan prinsip
“masih ada hari esok, semua bisa diatur, gampaaaang....semua bisa
diurus, ngantuk tadi malam nonton sambil fesbukan sampe jam 3, titip
berkaskuww

yakk,


doing

something

useless,

something

wrong,

something I DO really really regret, something unworthy, something I
wish I never did but finally I did again and again I did I did I did I did”.
Oopss iya hampir lupa, sebelumnya saya juga mau minta maaf kalo
pada kata pengantar ini saya sering meng-ignore abis-abisan tata
Bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan ejaan yang
disempurnakan. Hanya pada bagian inilah “Penulis” diberi “hak asasi
penuh 100% merdeka berdaulat” menuangkan uneg-uneg. Bab I sampe
Bab V kan pasti ada intervensi hehe. Let’s say Someone watched over
you while you were doing your mini-thesis in anywhere you were.

Waspadalah waspadalah...biar pas ujian nanti nggak dibantai, supaya
revisinya nggak buuuuanyak.
Menulis skripsi ini seperti mengandung anak, setiap hari saya
dengan sabar merawat kandungan dan menanti-nanti kapan dia lahir di
ruang ujian. Dan begitu dia lahir, rasanya lega sekali, Saya bahkan
ketawa

cengangas-cengenges

seharian

senyum-senyum

sendiri

sepanjang jalan dengan alasan yang presentase tingkat kejelasannya
mendekati titik nadir 0%. Dengan hati kembang kempis saya pulang ke

rumah. Pas nyampe depan rumah saya teriak, tentu saja nada serunya
dibuat se-jaim mungkin takut dikira lagi ngigau demam tinggi belum

waras betul “Ibu......sarjana ma’......!!”
Pada

beberapa

kasus

menyebut skripSWEET

saya

menemukan

orang-orang

yang

karena mulai dari awal proses pengerjaan

sampai Finishing touch skripsinya lancar halus mulus kayak lagi melaju

balapan liar naik Ferrari dengan kecepatan cahaya di ruang vakum 300
juta km/detik, ada juga yang menyebutnya skripSH*T dengan alasan
beban fisik, mental dan moral saat menyelesaikan tugas akhir ini
sebelum melepas status Mahasiswa lalu kemudian -harus, mau nggak
mau harus mau, suka nggak suka harus suka, memang seperti itulah
fase fakta dan realita hidup yang harus dilewati sebelum menuju KE
SANA- keluar dari persembunyian di balik tembok kampus dan berjuang
menembus hutan belantara dunia luar a.k.a cari kerjaaaaaaaa. Saya
pikir tidak berlebihan rasanya jika fase cari kerjaaaaaaaa itu kemudian
saya deskripsikan seperti Teori Homo Homini Lupus-nya Thomas
Hobbes, atau bisa juga kayak pesan Jendral Panglima Perang kepada
para prajurit Infanterinya sebelum dikirim ke medan perang di garis
terdepan benteng pertahanan Negara, “KILL OR BE KILLED!!”. Too
Much?? Too Sarcastic?? Hell yeah I know, sorry.... Fiuh!! 
Momen menulis kata pengantar adalah bagian yang sangat
sentimentil. Saya harus ingat yang dulu-dulu. Semua orang yang selalu
ada, pernah ada, atau masih ada. Semua scene yang sudah gone with
the wind but I’ll never get them out of my mind, all the bitter-sweet-

sour memories. Nah, sekarang biar kayak “kata pengantar penulis”

mumpuni, saya mau bilang makasih. Ehm........
Terima kasih kepada My Greatest one and only Allah SWT yang
menganugerahkan hidup dan udara dalam paru-paru yang setiap hari
saya hirup, yang selalu memberi saya kesempatan untuk terus
memperbaiki diri, yang tetap mau menerima lagi ketika saya berlari
terlalu jauh dari jalanNYA, yang selalu mau menyayangi saya melalui
teguran-teguranNYA

sejauh

apapun

saya

meninggalkanNYA

dan

mendengarkanku ketika seluruh Penghuni alam semesta ini tidak peduli
how complicated I’m feeling inside, yang selalu tahu apa yang saya

butuhkan melebihi ekspektasi yang saya inginkan. Semua yang saya
peroleh sampai detik ini mengajarkanku untuk harus selalu bersyukur. I
know how blessed I’m. One thing for sure, I do believe YOU must love
me the way I’m and I love the way YOU do. I trust every single thing
happened in my life is for a good reason.
Skripsi ini saya persembahkan kepada semua personil tetap
FIRDAUS FAMILY penghuni MARKAS 3 NAKAL A.86 khususnya untuk
kedua orang tua yang paling berperan dalam segala hal dalam
kehidupan saya. Untuk Bapak ‘Babe’ Firdaus, S.Sos, SKM. In my life I
just know there are only 2 greatest Men, Muhammad SAW and my
daddy. Sampai kapan pun saya akan selalu ingat hari pertama ospek,
masuk kuliah perdana saya diantar jemput, dan pas hari ujian juga ada
Bapak yang antar sampai ke parkiran Fisip. I never knew that a men can
be as patient as you till I know you. Terima kasih untuk dorongan,

dukungan, dan kesabarannya, terima kasih untuk semuaaaaaaaaanya.
Untuk Ibu ‘mamamia’ Marwati S.pd . Terima Kasih selalu ada. Saya
tidak bisa membalas kasih sayang Ibu dengan semua yang saya miliki.
You are such my cocaine and I’m addicted to you, I can’t stop it. Ibu
memang selalu marah kalau ‘kepala batu’ ini terlalu keras tapi saya

tahu permen manapun di dunia ini tidak pernah mengalahkan manis
dan lembutnya Ibu. Saya cuma bisa bilang MAAF dan TERIMA KASIH.
Maaf Sarjana-nya telat, maaf sudah menyusahkan, maaf belum bisa
membalas semua kebaikan Bapak dan Ibu. Saya memang pemalas,
tukang tidur, keras kepala, suka menunda pekerjaan, maaf dan terima
kasih.... you saw me cry, smile, laught, fall, rise. You wiped my tears,
you hold me when I’m down, you never leave me, you’re always there.
No matter how bad I’m, my parent always accept me just the way I’m.
The guardian angels I can always run to. Untuk kedua adikku yang lebih
besar dari saya Sukmawati Firdaus dan Tri Fadli Firdaus. Come on,
darla!! It’s your turn now to make us happy. Terima kasih sudah mau
direpotkan kiri-kanan kesana-kemari mutar-mutar Makassar yang di
langitnya ada 7 matahari dengan tujuan yang nyaris nggak jelas. Maaf
yach sudah mau jadi target dan sasaran kejahilanku, terima kasih
sudah mau mengikhlaskan sepasang telinganya jadi alat pendengar
ocehanku tiap hari. Kita memang 3 NAKAL selamanya... VIVA
FIRDAUS FOREVER  
Melalui kesempatan ini pula saya ingin menyampaikan ucapan
terima


kasih

yang

dukungannya kepada:

sebesar-besarnya

atas

segala

bantuan

dan

Rektor Universitas Hasanuddin, Prof.Dr.dr.Idrus A. Paturusi,
Sp.B, Sp.BO, yang telah memberikan perhatian yang begitu
besar bagi kemajuan pendidikan di Kampus UNHAS.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNHAS...............atas

perhatian

dan

usaha

Beliau

dalam

perkembangan

sistem

pendidikan dan fasilitas yang ada di Fakultas ini.
Ketua Jurusan Ilmu Hubungan Internasional ..................... atas
usaha Beliau dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas
pendidikan bagi para mahasiswa HI-UNHAS.
Pembimbing I Prof. Dr. J. Salusu, MA dan Pembimbing II Prof.
Dr.

H.

Basyir

memberikan

Syam,

M.Ag,

bimbingan,

atas

motivasi,

kesediaannya
dan

arahan

untuk
demi

terselesaikannya penyusunan dan penulisan skripsi ini.
Seluruh staff pengajar jurusan Hubungan Internasional yang telah
membagi ilmu dan pengalamannya selama berada di bangku
kuliah.
Untuk Keluarga besar H.Abdul Rasyid Tiro. Terima Kasih selalu
support. We’re a big and great family as always ever after, not
only

in

size

but

also

in

quantity

and

quality

hehehehe

(hayoooo....yang gendut jangan marah). Bersama kita pasti bisa
v(^_____^)v
Audi (Asmirandah gadungan kw10, the most charming future int’l
relations lecture I’ve ever known, ahli “recycle” kertas & pita.
Kreatif ato kurang kerjaan?? Rute Kampus-Veteran slalu rame.
Makasih hadiah kejutannya). Rian (Jerapah, where are you now?
My GPS can’t even find your last position, siapa pacarmu selain
Naruto dan Raikkonen? We still can’t solve it yet). Meri (karaeng
cacing cantik, si kecil dari KPU penggelembung suara Pilkada. Ayo

lagi bobo ciang sambil nonton sinema religi di kamarnya Fikachu.
makasih titipan tugasku yang semester 3 dapat A trus dirimu
disuruh menghadap ke kak Ina karena nilai kosong. Mari kita
patroli!!). Fika (diet dong biar sarungnya bisa longgar lagi.
Makasih selalu mau menampungku tidur siang di labirin kecil itu
sambil nyari bahan tugas paper sampe malam, makasih pernah
kerja paper finalku, makasih sudah bilang “ih..cu’mala’mu deh,
ih..rambutmu berantakan kayak singa). Iycha (bulu matamu
mirip kaki laba-laba, jangan suka pasang roll rambut sambil bawa
motor, fashionista “fashion in KENISTAAN hehe, saran terbaikmu
adalah menyuruhku bawa kabur helm orang di parkiran Sastra
sebelum menuju dosen pembimbingmu). Nova (I’d rather see
you in military uniform. Batal jadi Perwira AKPOL is not a big deal,
just fly to your Captain’s heart. I think u’r kinda addticted to bulebule mata biru rambut emas padahal produk lokal masih banyak
yang belum dieksplor. Patroli yuk..Meri udah nungguin tuh).
Hmmm terlalu banyak kesintingan yang kita lewati bersama di
Fisip yang indah pada musim tertentu. Kita belum menemukan
nama yang pas untuk “gank” kita. Bacrit mungkin? Ato The
Unnamed Gank? Whatever you name it, let’s say we’re Soul
Sisters . everything seems so wowww when I’m with you.
Dharma Wanita REGIME : Irna, Anhijo, Fubby, Ana, FebyLin,
Maya, Rika, Inha, Citra, Tia, Dee, Dian jilbab, Dea, Dedew,
Nunu, Finha, Murni, Ninho, Putri, Riri, Putte. Cowott-Cowott
REGIME : Baim, Rusdin, Arqam, Antho, Farid, Amsal,

Radhis, Alam, Awal, Tauhid, Syamsu Alam06, Sahar, Imam,
Noe, Ewienk, Dayat, Faisal. Terima kasih untuk semua kelas
yang menyenangkan dengan deadline paper sepanjang semester.
So proud of being a part of your life. So glad to know you all.
We’re all rock, guys!! What a great honor that I was your
classmate in college. Semoga kita semua jadi ‘orang’ di mana pun
kita berada. FRIENDS FOREVER
Seluruh staff administrasi dan akademik FISIP. Bunda dan
K’Rahma. Makasih banyak sudah mau direpotkan selama saya
jadi mahasiswa, mulai dari urus KRS semester 1 sampe urus
berkas persiapan ujian akhir. Semua yang ada di Fisip emang
siiiip.......
Kaka’-kaka’ dan ade’-ade’ teman-teman HIers FISIP UNHAS “think
globally, act locally”, “another world is possible”.
Teman-teman KKN ANTARA 2008
angkatan 79 Kecamatan
Ajangale Kabupaten Bone, khususnya Posko Desa Opo. Terima
Kasih untuk Pak Desa, Pak Dusun, Pak Imam, Ibu Desa
(makasih ya Bu selalu ngajak kami nonton bola 17an di lapangan
Kecamatan), semua warga Desa Opo yang selalu siap-siaga
waspada awas membantu program kerja fisik di lapangan
termasuk mengacak-acak isi kebun warga (pemdes oh pemdes,
bungdes oh bungdes hehe), Pak Anwar sekeluarga yang mau
menerima kami selama 53 hari di rumahnya (maaf Pak kami
memang merepotkan, suka ribut begadang main kartu sampe
pagi, maaf menggangu ritme hidup warga yang jadi ikut-ikutan
begadang padahal bang Rhoma ksatria bergitar bilang begadang

jangan begadang kalo ga di posko masing-masing). Makasih juga
untuk Opo Crews: Yerry Hukum 03 (Jangan suka fitnah diri
sendiri

sebagai

kordes

paling

cakep

se-Kecamatan,

striker

dadakan di Timnas Opo, permainan gitarmu payah), Manaf
Tekper 03 (kak gondrong...Menni’ menangis!! Iya deh kopi dan
teh buatanku bikin diabetes mellitus. “Bapa’ Mama’ orang
Soppeng, saya asli Makassar” nah loh kok bisa??), Haerul
‘Eyyunk’ Kosmik 05 (gara-gara mata sipit dikira Chinese, kita
berdua alergi air sungai ckckck. Makasih yakk laporan akhirnya),
Dewi Agro 04 (nggak nyangka kita sama-sama suka warna
kuning, sumber gosip aktual sebelum tidur), Kiky Kelautan 05
(ada Ile tadi cariko hehe, makasih taburan bedak di punggungku
setiap abis mandi), Chris Antro 05 (phobia balon...janganko
tawwa suka marahi pacarmu tiap malam).
Tandem ujian proposalku: Sadriani Pertiwi, Muh.Zubair, Atun.
Tandem

ujian

skripsiku:

Pandu.

Terima

Kasih

ya

temanssss....akhirnya kita S.IP 
120183 Someone whose name is too hard to say here, someone I
used to call Kakak. I still can say nothing but thank you very
much for everything. Big thanks for the yellow flahdisk on my
birthday & the giant teddy bear. Thank you for the supports and
courages you gave. Sorry i WASN’T a nice one.
Romy Saputra Pratama. Thanks for the ride di parkiran
Fakultas Ilmu SANTET & Ilmu PELET. Makasih “sabbara’nya yang
mannoko-noko”. Kejarlah Rupiah sampe ke ujung dunia. Entire the

world knows you are such a hard worker. Just keep it up, dude!!
Keep on focus!! Yes, You can........
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi
ini yang membutuhkan saran, kritik dari Pembaca sekalian guna
memperbaiki tulisan ini, dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
MAKASSAR,
FF

AGUSTUS 2011

DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................

i

Halaman Pengesahan......................................................................................... ii
Halaman Penerimaan Tim Evaluasi................................................................ iii
Abstraksi.............................................................................................................. iv
Kata Pengantar................................................................................................... v
Daftar Isi............................................................................................................. xv

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………....... 1
B Batasan dan Rumusan Masalah………………………………..... 9
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian…………………….................. 10
D. Kerangka Konseptual................................................................... 11
E. Metode Penelitian.......................................................................... 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Tentang Konflik.............................................................. 26
B. Konsep Tentang Kepentingan Nasional........................................ 35
C. Konsep Tentang Resolisi Konflik................................................. 43

BAB III

GAMBARAN UMUM KONFLIK ARAB-ISRAEL DAN KOTA
JERUSALEM
A.Gambaran Umum Bangsa Israel-Palestina.................................... 54
B. Latar Belakang Konflik Israel-Palestina....................................... 64
C. Kota Jerusalem.............................................................................. 76

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Sejarah, Status, dan Posisi Strategis Jerusalem dalam Konflik
Arab-Israel.................................................................................... 84
B. Resolusi PBB untuk Menangani Konflik Arab-Israel dalam
Memperebutkan Kota Jerusalem................................................ 112

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................. 132
B. Saran............................................................................................ 133

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah
Dalam perjalanan sejarah kehidupan masyarakat internasional yang merupakan satu

kesatuan dari sejumlah Negara yang berdaulat dan merdeka (independent) dan sejumlah
individu dan kesatuan bukan Negara yang terkait langsung pada persekutuan internasional,
maka sebagai sebuah komunitas tentu saja terdapat pola interaksi yang cukup beragam di
dalamnya dalam kaitannya dengan adanya kepentingan (interest) sehingga menimbulkan
dinamika sebagai konsekuensi logis, berupa kerjasama dan konflik.
Proses perdamaian di Timur Tengah dalam kurun beberapa dekade terakhir semakin
tidak menentu dari waktu ke waktu. Rangkaian kesepakatan yang terus diupayakan oleh
berbagai pihak masih menjadi pekerjaan rumah bagi tokoh-tokoh pemegang tampuk
kekuasaan di kawasan yang rawan konflik tersebut.

Salah satu konflik yang terus-menerus mendapat perhatian dunia internasional dalam
beberapa dekade terakhir ini adalah konflik Israel–Palestina, yang meskipun telah berusaha
diselesaikan melalui berbagai perundingan namun masih belum menunjukkan hasil yang
memadai.
Konflik Israel–Palestina sendiri berawal dari adanya Gerakan Zionisme yang
didirikan oleh Theodore Herlz pada tahun 1896. Mereka pertama kali melakukan kongres di
Bazlah-Swiss pada tahun 1897, yang merekomendasikan berdirinya sebuah negara khusus
bagi kaum Yahudi yang terdiaspora di seluruh dunia. Pada kongres berikutnya tahun 1906,
rekomendasi ini semakin dipertegas dengan dimaklumatkannya pendirian negara Israel bagi
rakyat Israel di tanah Palestina1.
Ada dua hal penting yang menjadi pondasi bagi berdirinya negara Yahudi di tanah
Palestina, yaitu: Pertama, perjuangan Sykes-Picot 1916 antara Inggris dan Perancis yang
membagi peninggalan Dinasti Ottoman di wilayah Arab. Pembagian ini menegaskan bahwa
Palestina sebagai wilayah internasional. Kedua, Deklarasi Balfour 1917 yang menjadikan
sebuah negara Yahudi di Palestina pada Gerakan Zionisme. Mulailah berdatangan imigran
ke tanah Palestina pada tahun 19182.
Dari skenario orang Yahudi menggalang kekuatan dari luar (Inggris dan Perancis),
maka pada tahun 1936 mulailah gerakan Zionis di tanah Palestina yang mendapat dukungan
dari Pemerintah Protektorat Inggris dalam memasukkan imigran Yahudi ke Palestina.
Kemudian berdampak pada terjadinya konflik antara warga Palestina dan imigran tersebut
yang pada akhirnya konflik tersebut dilimpahkan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),

1 Abd. Rahman Mustafha, Jejak-jejak Juang Palestina dari Oslo hingga Intifadah Al-Aqsha, Jakarta : Penerbit
Buku Kompas, 2002, Hal. Xxxi

2 Ibid

kemudian masalah ini dibahas di Forum Sidang Majelis Umum PBB pada tanggal 25
November 1947 dan menghasilkan resolusi PBB No. 181 yang isinya membagi dua tanah
Palestina untuk Arab dan Yahudi serta memberi jangka waktu kekuasaan pemerintah
Protektorat Inggris di tanah Palestina sampai bulan Agustus 19493.
Resolusi PBB No. 181 menegaskan pembagian tanah Palestina jadi dua bagian yaitu
57% untuk Yahudi, 42% untuk Arab. Lalu pada tanggal 14 Mei 1949 David Ben Gurion
mengumumkan secara resmi berdirinya negara Israel yang diakui oleh Amerika Serikat dan
Uni Soviet, dan akhirnya Israel jadi anggota PBB. Resolusi PBB No 181 tersebut menjadi
pemicu dimulainya Perang Arab-Israel I pada tahun 1948 yang berlanjut dengan
pengungsian Rakyat Palestina ke negara-negara tetangganya secara besar-besaran yang
disebut ”Pengungsi 1949” yang membentuk kamp-kamp pengungsi di Lebanon, Suriah,
Yordania, dan Mesir.
Seiring waktu berlalu perang terus berlangsung di Timur Tengah sebagai wujud
penolakan negara Arab terhadap resolusi PBB No.181, dan Timur Tengah menjadi kawasan
rawan konflik yang dilanda perang besar pada tahun 1956, 1967, 1973 melibatkan ArabIsrael dan pada tahun 1982 Israel-PLO (Palestine Liberation Organization/Organisasi
Pembebasan Palestina) di Lebanon.
Beberapa gerakan aliansi regional muncul untuk menolak resolusi PBB No.181
antara lain Republik Persatuan Arab, Front Timur, Front Pantang Menyerah yang
merupakan gabungan beberapa negara Arab. Namun pada Perang Arab-Israel tahun 1967
memaksa negara Arab kalah terhadap Israel, yang kemudian terpaksa kekalahan Arab ini
harus ditebus dengan penerimaan Resolusi PBB No.242 yang lebih menguntungkan Israel.

3 Ibid

Masalah yang tidak kalah rumitnya dalam konflik Israel-Palestina adalah perihal
Jerusalem yang semakin rumit. Konflik Arab-Israel kerap kali melibatkan isu Jerusalem.
Akibatnya, sentimen keagamaan sering digunakan sebagian kelompok untuk menjadikan
Jerusalem sebagai entry point guna memperkisruh masalah; bahwa konflik Israel–Palestina
bukan semata-mata masalah politik, tetapi juga masalah agama. Perspektif seperti ini secara
nyata semakin menjauhkan impian perdamaian yang ada di Jerusalem.
Jerusalem memiliki keunikan tersendiri. Berbeda dengan kota-kota lain di dunia ini.
Satu hal yang membedakan adalah kota ini sangat penting artinya bagi tiga agama samawi:
Yahudi, Kristen, dan Islam. Dan di kota inilah lahir dua agama besar: Yahudi dan Kristen.
Selama ribuan tahun, orang datang ke kota itu untuk bertemu Tuhan. Berziarah.
Dalam bahasa Ibrani, istilah untuk melakukan perjalanan ke Jerusalem dan Tanah Terjanji
disebut ”aliyah” atau ”pendakian”. Secara fisik, jalan menuju Jerusalem memang mendaki.
Jerusalem dibangun di perbukitan Yudea. Ribuan orang yang datang berziarah ke Jerusalem
percaya bahwa kota itu adalah pintu gerbang menuju surga. Semua itu bisa terlihat di
Tembok Ratapan, di Gereja Makam Kristus, di Masjid Al-Aqsha, dan di Dome of the Rock
atau Masjid Kubah Batu.
Perayahan atau aneksasi Jerusalem Timur oleh Israel pada Perang Enam Hari tahun
1967 sering dianggap sebagai pemicu konflik mutakhir. Padahal, dari sisi Israel, keinginan
untuk menjadikan Jerusalem sebagai ibukota sudah muncul ketika negara Yahudi ini lahir
(Ini didasarkan pada pernyataan PM pertama Israel David Ben Gurion pada tanggal 5
Desember 1949). Hanya saja, pada saat itu Jerusalem masih terbagi dua, yakni Jerusalem
Barat yang dikuasai Israel dan Jerusalem Timur yang dikuasai Jordania.
Meski semua lembaga pemeritahan Israel ada di Jerusalem, mereka hanya
ditempatkan di bagian barat kota. Namun, semenjak dirayah melalui Perang 1967, akhirnya

bagian timur Jerusalem juga dikuasai oleh Israel, dan statusnya sebagai ibukota negara
dikukuhkan dalam UUD Israel tahun 1980. Sementara pihak Palestina menganggap bahwa
bagian timur kota itu adalah ibukota negara Palestina bila suatu hari hal itu bisa diwujudkan.
Jadi jelas, bahwa niatan Israel untuk menjadikan seluruh Jerusalem sebagai ibukota
Israel selama-lamanya tidak akan pernah bisa diterima oleh Palestina, dan juga tak pernah
bisa diakui secara resmi oleh masyarakat internasional. Sebagai akibat tekanan yang juga
dilancarkan oleh negara-negara Arab, kedutaan-kedutaan besar yang semula ada di Jerusalem
pindah ke tempat lain, sebagian besar ke Tel Aviv, meskipun di Jerusalem masih ada
konsulat-konsulat Jenderal4.
Menurut Kesepakatan Oslo, status final Jerusalem harus ditentukan melalui
perundingan damai. Tetapi, bagaimana bisa muncul perdamaian kalau selalu muncul
kebijakan dan tindakan yang tak mengakomodasi kepentingan dan hak pihak lain. Ketika
Israel membangun tembok pemisah wilayah antara Israel dan Palestina, tembok tersebut tidak
berdiri di atas perbatasan tahun 1967, tetapi menjorok ke wilayah Palestina, dan secara tidak
sah hal itu menyebabkan sekitar 200.000 warga Palestina kehilangan hak atas tanah dan air.
Israel tidak peduli dengan itu semua, karena pada dasarnya ia tidak ingin mengembalikan
perbatasan ke pra-1967, tetapi ke garis baru yang ia lihat bisa menjamin keamanan
nasionalnya5.
Dalam situasi ini, yang disesalkan adalah Dewan Keamanan PBB tidak punya
kemampuan untuk memajukan perdamaian, sehingga harapan terakhir tinggal pada
”anaknya” yang terkuat, yakni - dalam istilah Jerry Adams dari Evaluation and

4

Trias Kuncahyono, Jerusalem: Kesucian, Konflik, dan Pengadilan Akhir, Jakarta: Penerbit Buku Kompas,
2008, Hal. xxxii.

5 Ibid

Development Institute -, Amerika Serikat6. Dalam perjalanan waktu, pernah muncul
Perjanjian Oslo tahun 1993, namun ternyata tak mampu mewujudkan perdamaian. Kedua
pihak sudah aktif berkonflik kembali kurang dari satu dekade setelah menandatangani
perjanjian.
Meski harapan harus selalu dibuka, tetapi lagi-lagi harapan itu kembali pada status
sebuah kota, yang tak lain adalah Jerusalem. Selama Jerusalem Timur tidak diserahkan
kepada pihak Muslim yang menganggap kota ini sangat penting bagi mereka, karena alasan
agama, maka perdamaian abadi pasti sulit diwujudkan.
Dalam sejarah politik Israel, mantan PM Ehud Barak-lah yang diketahui pernah
menawarkan untuk merundingkan kontrol atas Jerusalem Timur, sementara pemimpin Israel
lain, juga rakyat Israel umumnya, tidak pernah ingin melakukan hal itu. Kalau Barak
kemudian tergusur dari pemerintahan dan digantikan oleh Ariel Sharon, sebagian alasannya
adalah karena ia membuat tawaran untuk merundingkan Jerusalem Timur7.
Persepsi kedua belah pihak tidak mampu dipertemukan. Pihak Palestina masih merasa
bahwa kondisi kunci yang mereka anggap paling esensial bagi perdamaian abadi, tidak
diberikan. Di pihak lain, warga Israel ikut marah, karena mereka diberi tahu bahwa sebagian
besar kondisi kunci bagi perdamaian sudah ditawarkan kepada Palestina, tetapi Arafat masih
menolak untuk berunding.
Dari berbagai pengalaman yang ada tampak bahwa saling tidak percaya antara kedua
pihak selalu tinggi. Boleh jadi konflik selama setengah abad telah membuat hal tersebut

6 Ibid
7 Ibid

menumpuk secara akumulatif. Masing-masing berpandangan, bahwa sikap pihak lain tidak
tulus.
Ini jelas menimbulkan frustrasi, tidak saja bagi kedua belah pihak yang bermusuhan,
tetapi juga bagi kalangan internasional yang ingin melihat perdamaian berdiri kokoh di Timur
Tengah. Alasan bagi didambakannya perdamaian abadi di kawasan ini adalah bahwa
bagaimana pun juga Timur Tengah terus berpotensi jadi pemicu konflik lebih luas bila konflik
Israel-Palestina tidak dapat segera dituntaskan. Namun, di pihak lain kita juga melihat,
berdasarkan tuntutan masing-masing pihak, baik menyangkut Jerusalem, pengembalian
pengungsi, dan lainnya, kita melihat betapa sulitnya bisa menemukan perdamaian bagi kedua
belah pihak. Bahkan ketika kalangan moderat bisa menggolkan prakarsa damai, lalu
kesepakatan dicapai, tak lama kemudian ekstremis segera beraksi untuk melawannya, tak
jarang dengan cara-cara kekerasan.
Dari pemaparan di atas terlihat jelas bahwa Jerusalem yang merupakan simbol atas
banyak hal tak ayal lagi berada di jantung konflik, yang penyelesaiannya sangat rumit.
Dari masalah Jerusalem ini pula kita bisa melihat, seberapa jauh ia menjadi bagian
yang membuat perdamaian menyeluruh Timur Tengah lebih sulit atau lebih mudah
diwujudkan. Sejauh ini, kesan yang muncul adalah Israel ingin menerapkan prinsip the
winner takes all, karena yang muncul justru Israel ingin terus meluaskan wilayah ke wilayah
Palestina.
Berdasarkan beberapa uraian fakta di atas, maka dalam penelitian ini, Penulis
mengambil judul: “Arti Penting Jerusalem dalam konflik Arab - Israel”
B.

Batasan dan Rumusan Masalah

Mengkaji masalah Timur Tengah memiliki cakupan yang sangat luas maka
permasalahan dikhususkan pada arti penting Jerusalem dalam Konflik Arab-Israel. Yang
selanjutnya dalam skripsi ini Arab yang dimaksud adalah Palestina.
Konflik dan sengketa antara Israel dan Palestina hingga kini masih terus berlanjut.
Bahkan keadaan semakin rumit dengan dibangunnya tembok pemisah yang didirikan oleh
Israel secara illegal dan telah melanggar batas-batas wilayah Palestina. Israel masih
dengan ciri khas kolonialisme bertindak di luar dugaan dengan membangun tembok tersebut
dan dengan kekuatan lobinya menjadikan masalah ini hanya sebagai masalah politik yang
sangat jauh dari konsekuensi hukum dan berada jauh di luar jangkauan lembaga hukum
internasional.
Untuk memberikan pemahaman yang jelas melalui penjabaran yang lebih sistematis
dan terarah dari penulisan skripsi ini agar tidak terlalu luas, maka perlu adanya penegasan
tentang masalah dan penjelasan mengenai beberapa hal yang menjadi pokok pembahasan
dalam kajian ini. Dalam hal ini Penulis memberikan batasan seputar arti penting Jerusalem
dalam perebutan wilayah Israel–Palestina dan peranan PBB sebagai lembaga internasional
dalam menyelesaikan konflik tersebut.
Berdasarkan pada batasan yang telah diberikan dan untuk menghindari
kesimpangsiuran, maka Penulis akan mengemukakan masalah-masalah pokok yang dapat
dijadikan batas dan dirumuskan ke dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah, status, dan posisi strategis Jerusalem dalam konflik yang
melibatkan Arab – Israel?
2. Apa saja usaha dan resolusi yang dilakukan oleh PBB untuk menangani konflik
antara Arab dan Israel dalam memperebutkan kota Jerusalem?

C.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.

Untuk mengetahui dan menjelaskan sejarah, status, dan arti penting

Jerusalem dalam konflik Arab – Israel.
b.

Untuk mengetahui dan menjelaskan usaha dan resolusi yang

dalam menangani konflik Arab – Israel yang

dilakukan oleh PBB

memperebutkan kota Jerusalem.

2. Kegunaan Penelitian
a.

Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para pembuat kebijakan

pembuat keputusan dalam upaya mewujudkan stabilitas

dan

para

keamanan regional maupun

global.
b.

Dapat dijadikan sebagai referensi dalam mengkaji aspek-aspek politik

di

Timur

Tengah dan juga menjadi masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bagi
studi Kawasan Timur Tengah Ilmu Hubungan Internasional.
c.

Sebagai

wadah

pengembangan

wawasan

keilmuan

pengetahuan yang serba terbatas pada objek penelitian ini. Juga
sebagai bahan informasi faktual yang bersifat empiris,

yang

pada

dan

penerapan
diharapkan

gilirannya

dapat

bermanfaat bagi penelitian serupa.

D.

Kerangka Konseptual
Dalam melakukan sebuah penelitian ilmiah dibutuhkan seperangkat teori dan konsep

sebagai alat analisis untuk membahas masalah-masalah yang akan diteliti, serta sebagai bahan
acuan dan pijakan dasar dalam penelitian. Dan tentunya teori-teori dan konsep-konsep yang
digunakan memiliki kaitan dan relevansi terhadap permasalahan yang akan diteliti.

Untuk memahami lebih jauh tentang upaya penyelesaian konflik antara Israel dan
Palestina yang telah berlangsung puluhan tahun dan masih juga tak menandakan ke arah
perdamaian, maka konsep “konflik” harus dipahami secara jelas.
Konflik sebagaimana yang dikemukakan oleh Dahlan Nasution:
“Konflik merupakan persaingan, apakah lugas, semu atau masih sesuatu yang
bersifat potensi, adalah suatu hal yang normal dalam hubungan antar
negara
yang
bermula dari perkembangan sistem Negara kebangsaan”8.
Sedangkan menurut Holsti:
“Konflik merupakan akibat pertentangan antara tuntutan yang dimiliki Negara A dengan
Negara B lainnya”9.
Holsti sendiri mengkaji konflik berdasarkan 4 komponen, yaitu 10 : 1) pihak bertikai (parties),
2) bidang sengketa (issue field), 3) sikap (tension), dan 4) tindakan (action).

Untuk penyelesaian konflik, maka hal yang pertama-tama harus dilakukan adalah
dengan menanggulangi penyebabnya atau akar permasalahan yang memicu timbul dan
berkembangnya konflik itu.
Hal seperti ini yang dilakukan oleh T. May Rudi :
“Jangankan untuk konflik internal yang pada hakikatnya berlangsung di antara
orang-orang atau pihak yang sebangsa dan se-tanah air, untuk
konflik
internasional pun sebaiknya konflik itu diselesaikan dengan
menanggulangi
penyebabnya atau akar permasalahan yang memicu
timbul
dan
berkembangnya
konflik itu”11.

Terjadinya konflik antara dua Negara atau lebih, dianggap tak terlepas dari motivasi
pemenuhan kepentingan nasional. Sebagaimana dikemukakan oleh Coulumbus dan Wolfe

8 Dahlan Nasution, Politik Internasional: Konsep dan Teori, Jakarta, CV. Remaja Karya, 1991, Hal. 53
9

K. J. Holsti, Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis, Bandung, Bina Cipta, 1992, Hal.67.

10 Ibid, hal 170 – 174 (jilid 1)
11 T. May Rudi, Studi Strategis dalam Transformasi Sistem Internasional pasca Perang Dingin, Jakarta, PT
Refika Aditama, 2002, Hal. 347.

dalam menjelaskan alasan keterlibatan Negara dalam Hubungan Internasional, yaitu
mencapai kepentingan nasional :
“Konsep kepentingan nasional tetap sangat penting bagi setiap usaha untuk
menerangkan, menjelaskan, atau membuat preskripsi mengenai perilaku
internasional mengenai perilaku internasional. Para penstudi dan praktisi Hubungan
Internasional dengan suara bulat sepakat bahwa justifikasi utama tindakan Negara
adalah kepentingan nasional12.

Suatu negara dalam melakukan interaksi dengan negara lain pasti memiliki tujuan dan
sasaran. Faktor keselamatan dan keamanan nasional adalah vital bagi suatu negara dalam
hubungannya dengan negara lain. Dalam rangka pencapaian tujuan nasional tersebut, suatu
negara memerlukan suatu strategi atau rencana yang dibentuk oleh para decision-maker
dalam menghadapi negara lain yang disebut dengan kebijakan luar negeri (foreign policy)
dalam perspektif kepentingan nasionalnya.
Menurut Rosseau, kebijakan luar negeri adalah :
“Semua sikap dan aktivitas yang melalui itu masyarakat yang terorganisasi berusaha untuk
menguasai dan mengambil keuntungan dari lingkungan nasional” 13.

Dan menurut Holsti, kebijakan luar negeri adalah :
“Sebagai tindakan serta aktivitas negara terhadap lingkungan eksternalnya dalam upaya
memperoleh keuntungan dari lingkungan tersebut serta berbagai kondisi internal yang
menopang formulasi tindakan tersebut” 14.

Dalam sistem internasional, pola interaksi yang terjalin di antara negara-negara
melalui praktik-praktik diplomasi pada umumnya juga dilandasi oleh adanya kepentingankepentingan tertentu yang ingin dicapai oleh setiap negara. Masing-masing negara dalam
12 Theodore Coulumbus dan James H. Wolfe, Pengantar Hubungan Internasional, Bandung, Penerbit Abardin,
1990, Hal. 107.

13 Rudy May, Studi Strategis dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang Dingin, Bandung :
Refika Aditama, 2002, hal. 27.
14 Ibid, hal. 30.

sistem internasional berkewajiban memberikan tanggapannya atas situasi dan berbagai tujuan
nasional yang diinginkan sesuai dengan kepentingan nasionalnya masing-masing. Dalam
dunia internasional, tujuan yang ingin dicapai dikenal dengan kepentingan nasional. Berikut
beberapa definisi mengenai konsep kepentingan nasional.
Menurut Paul Seabury yang dikutip oleh K.J Holsti :
“Kepentingan nasional pada dasarnya adalah pembuatan kebijakan luar negeri dengan
menggunakan pengaruh di luar negeri dan dengan mengubah atau mendukung sikap negara
lain”15.

Sedangkan menurut pendapat Hans J Morgenthau :
“Kepentingan nasional sebagai penggunaan kekuasaan secara bijaksana untuk menjaga
berbagai kepentingan yang dianggap vital bagi kelestarian negara-bangsa. Itu berarti
“mengejar kekuasaan”, yaitu apa saja yang bisa membentuk dan mempertahankan
“pengendalian” suatu negara atau negara lain. Hubungan kekuasaan atau pengendalian ini
bisa diciptakan melalui teknik-teknik paksan maupun kerjasama” 16.
Jika teori ini dikaitkan dengan kebijakan luar negeri Israel, maka dapat dilihat bahwa sejak
dulu Israel bersikap intimidatif terhadap negara-negara yang dapat menghalangi tujuan dan
kepentingan nasionalnya, seperti terhadap Palestina, Irak, maupun negara-negara lain di Timur
Tengah. Sedangkan terhadap Amerika Serikat, Israel berupaya menjalin hubungan yang baik
utamanya dengan orang-orang yang berperan di gedung putih selaku pengambil keputusan, yang
semuanya itu dilakukan guna melancarkan strategi Israel di Timur Tengah.

Terjadinya hubungan antar negara baik itu bersifat damai maupun konflik didasari
atas kelebihan atau kekurangan sumber daya nasional atau kekuatan nasional sebuah negara.
Dengan kata lain keberhasilan suatu negara mencapai kepentingan nasionalnya tidak terlepas
dari kekuatan nasional yang dimilikinya.
Konflik umumnya disebabkan oleh pertentangan dalam pencapaian tujuan tertentu
seperti perluasan atau mempertahankan wilayah territorial, keamanan, semangat, kemudahan
jalur menuju daerah pemasaran, prestise, persetujuan, revolusi dunia, penggulingan
pemerintahan Negara yang tidak bersahabat, mengubah prosedur dalam organisasi PBB, dan
15 K. J. Holsti, Politik Internasional : Kerangka untuk Analisa, Jakarta : Erlangga, 1988, hal. 31.
16 Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin & Metodologi, Jakarta : LP3ES, 1990, hal.21.

lain-lain. Dalam usaha mempertahankan atau mencapai tujuan tersebut, tuntutan, tindakan,
atau keduanya akan berlangsung dan bertentangan dengan kepentingan serta tujuan Negara
lainnya17.
Konflik mencakup tindakan diplomatik, propaganda, perdagangan, atau ancaman dan
sanksi militer yang dilakukan salah satu Negara terhadap Negara lainnya. Krisis merupakan
erupsi mendadak yang merupakan peristiwa tidak diharapkan yang tidak disebabkan oleh
konflik yang berlangsung sebelumnya. Berdasarkan definisi konflik tersebut, pada dasarnya
berbagai situasi yang diklasifikasikan sebagai konflik bisa dihilangkan18.
Resolusi konflik dapat diartikan sebagai penyelesaian konflik (Conflict Resolution)
adalah usaha yang dilakukan untuk menyelesaikan konflik dengan cara mencari kesepakatan
antara pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik. Penyelesaian konflik didasarkan atas
adanya perubahan pandangan dari salah satu atau semua pihak yang terrlibat konflik sehingga
tidak ada lagi pertentangan antara mereka. Sulitnya menyelesaikan konflik diperlukan secara
mutlak untuk mencegah : Pertama, semakin mendalamnya konflik, yang berarti semakin
tajamnya perbedaan antara pihak-pihak yang berkonflik. Kedua, semakin meluasnya konflik
yang berarti semakin banyaknya jumlah peserta masing-masing pihak yang berkonflik 19.
Prasyarat di atas menjadi penting karena bila penyelesaian konflik tidak kunjung dapat
dicapai dan diselesaikan, maka biasanya konflik yang terjadi dapat berkembang semakin
mendalam dan meluas sehingga akan berdampak lebih luas lagi. Penyelesaian konflik mutlak
diperlukan dalam hal ini, karena bila tidak ditemukan cara penyelesaian konflik secara
efektif, konflik dapat menyebabkan ancaman disintegrasi baik sosial maupun politik.

17 Dr. Shahak, Israel : Jewish History, Jewish Religion, London : Pluto Press, 1994.
18 Peter Beyer, Religion and Globalization, London : Phoenix, 2004.
19 Maswadi Rauf, Konsensus Politik: Sebuah Penjajagan Teoritis, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2000, hal. 8-9

Mengenai cara penyelesaian konflik atau krisis ini dibedakan antara “hasil” atau
“penyelesaian” masalah dengan prosedur perundingan diplomatik resmi. “Hasil” atau
“penyelesaian” berarti setiap bentuk akhir akibat dari konflik, tidak mempermasalahkan
bagaimana akibat akhir itu diperoleh. Sedangkan “prosedur” ialah barisan berbagai bentuk
kompromi. Kompromi merupakan salah satu dari enam kemungkinan “hasil” atau
“penyelesaian” konflik. Lima kemungkinan lainnya ialah penolakan atau menghindarkan
kembali tuntutan atau tindakan,penaklukan dengan kekerasan, penangkalan yang efektif atau
“tunduk”, penyelesaian melalui pihak ketiga (award) dan penyelesaian sengketa secara
damai20.
Salah satu akibat dari konflik atau krisis internasional adalah berbagai bentuk
kompromi yang disepakati oleh pihak yang bersengketa. Kesepakatan itu mencakup
penarikan kembali sasaran yang telah ditetapkan, kedudukan yang telah diperoleh, tuntutan
yang telah dikemukakan, maupun tindakan yang telah dilakukan. Penarikan prakarsa tersebut
harus dilakukan secara sistematis di antara yang bersengketa. Setiap penyelesaian konflik
atau krisis internasional yang menuntut pengorbanan dari posisi yang telah diraih oleh yang
bersengketa disebut kompromi, meskipun sebenarnya salah satu pihak memperoleh
kedudukan yang lebih baik dalam perundingan yang diselenggarakan untuk memperoleh
bentuk kompromi yang dikehendaki.
Masalah utama dalam mempersiapkan penyelesaian masalah untuk mencapai
kompromi ialah bagaimana meyakinkan pihak yang bersengketa untuk menyadari resiko agar
tetap mempertahankan atau melanjutkan konflik di antara mereka jauh lebih besar
dibandingkan resiko untuk melakukan penurunan tuntutan atau menarik mundur posisi militer
dan hubungan diplomatik21.
20 Bernard Lewis, The Crisis of Islam, London : Phoenix, 2004.
21 Bernard Lewis, Islam and The West New York, London : Oxford University Press, 1993.

Akibat yang agak sulit dari penyelesaian konflik atau krisis internasional berdasarkan
kompromi ialah penyelesaian melalui pihak ketiga (award). Dalam situasi seperti ini pihak
lawan sepakat menerima penyelesaian yang dilakukan melalui prosedur tanpa perundingan
(non bargaining). Award merupakan keputusan mengikat yang dipengaruhi oleh pihak ketiga
yang bersikap netral atau kriteria tertentu, yang diberi kepercayaan untuk menentukan bentuk
penyelesaian22.
Menurut Maswadi Rauf, ada dua pendekatan dalam penyelesaian konflik, yaitu
pendekatan persuasif (Persuasive) dan pendekatan kekerasan atau koersif (Coersif).
Pendekatan persuasif dapat dilakukan dengan mengambil jalur perundingan dan musyawarah
untuk mencari titik temu antara pihak yang berkonflik. Dalam hal ini, pihak yang melakukan
konflik dapat melakukan perundingan antara kedua belah pihak saja, namun sangat jarang
terjadi dalam penyelesaian konflik politik. Penyelesaian konflik dalam perundingan
membutuhkan pihak ketiga sebagai mediator atau juru damai. Dalam penyelesaian konflik
dengan musyawarah atau perundingan adalah dengan adanya perubahan-perubahan dari salah
satu pihak yang terlibat sehingga perbedaan antara pihak yang berkonflik dapat diminimalisir
atau dihilangkan.
Pendekatan persuasif atau koersif memiliki kelebihan dan kekurangan masingmasing. Kelebihan penyelesaian secara persuasif menurut Maswadi Rauf, yaitu :


Dapat menyelesaikan konflik secara tuntas, sehingga sangat kecil sekali kemungkinan konflik
berlanjut antara pihak yang berkonflik di masa yang akan datang.



Pendekatan persuasif dalam penyelesaian konflik lebih bersifat manusiawi karena lebih
sesuai dengan sifat-sifat manusia.



Pendekatan persuasif merupakan keterampilan dalam menyelesaikan konflik yang menjadi
tuntutan demokrasi.

22 William G.Carr, Yahudi Menggenggam Dunia, Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 1993

Pendekatan persuasif juga memiliki kelemahan, karena pendekatan ini memerlukan
tenaga dan waktu yang lama untuk mencapai hasil. Disamping itu, juga dibutuhkan kesabaran
dan keuletan dalam bermusyawarah karena akan menyebabkan pembicaraan yang meluas.
Sementara itu, pendekatan secara koersif dengan menggunakan kekerasan fisik atau
ancaman kekerasan fisik untuk menghilangkan perbedaan pendapat antara pihak-pihak yang
terlibat konflik. Dalam pendekatan koersif, kekerasan fisik menjadi suatu pilihan yang
penting dengan penggunaan benda-benda fisik untuk merugikan secara fisik, menyakiti,
melukai, atau membunuh pihak lain. Tentunya pendekatan ini berdampak secara fisik pula
terhadap masyarakat, karena akan menimbulkan rasa takut di pihak yang akan dikenai yang
berpengaruh secara mental terhadap tingkah lakunya23. Penyelesaian konflik yang terjadi
dengan terciptanya titik semu karena pihak yang lemah yang menerima ancaman kekerasan
fisik dengan menggunakan kekerasan fisik pula terpaksa menerima pendapat dari pihak yang
lebih kuat. Kelemahan dalam pendekatan ini adalah :


Akan menghasilkan penyelesaian konflik dengan kualitas yang rendah karena konflik yang
terjadi sebenarnya belum selesai secara tuntas.



Penyelesaian secara koersif akan memunculkan potensi bagi munculnya kembali konflik yang
lebih hebat di masa-masa yang akan datang.



Cara yang kurang manusiawi dengan menggunakan kekerasan fisik dan penghilangan nyawa
sebagai tindakan yang dianggap legal dalam menyelesaikan konflik.

23 Ibid, hal. 12

Maswadi Rauf juga mengatakan bahwa pendekatan ini memiliki beberapa kelebihan.
Pendekatan secara koersif dianggap sebagai pendekatan yang mudah dan cepat dalam
menyelesaikan konflik24.
Oleh karena itu, terlepas dari kelemahan dari pendekatan persuasif, namun
pendekatan persuasif dapat disebut sebagai pendekatan penyelesaian konflik dengan cara
ideal dibandingkan penyelesaian konflik secara koersif, Pendekatan persuasif juga dapat
disebut sebagai penyelesaian konflik yang dapat menghasilkan conflict resolution yang lebih
tinggi kualitasnya dibandingkan pendekatan koersif.
Sementara itu, Geertz menyatakan bahwa dalam menyelesaikan konflik politik sangat
berkaitan dengan ikatan primordial yang telah berkembang menjadi ikatan politik. Konflik
politik di negara-negara baru menghasilkan gangguan terhadap stabilitas politik. Gangguan
terhadap stabilitas dianggap sangat penting dan sangat serius akibat adanya konflik politik
yang berlangsung sangat lama, tanpa adanya penyelesaian secara politik pula. Menurut
Geertz, perlunya dipergunakan pendekatan koersif, dengan kekerasan jika konflik politik
sulit diselesaikan secara damai.
Cara-cara damai menurut Geertz sangatlah sulit dilakukan akibat telah menguatnya
ikatan primordial yang menyebabkan menguatkan kesetiaan politik sehingga sulitnya
ditempuh kompromi antara pihak-pihak yang berkonflik. Pilihan terakhir dalam penyelesaian
konflik dengan perang saudara yang berakhir dengan kekalahan salah satu pihak. Konflik
politik dapat diselesaikan dengan kekerasan meskipun akhirnya mengorbankan jiwa dan harta
benda. Konflik politik dengan penyelesaian seperti ini akan terjadi setelah salah satu pihak
menyerah atau kalah.

24 Ibid, hal. 13

Menurut Maswadi Rauf terdapat tiga cara dalam melakukan resolusi konflik,
pertama melalui pemilu, Kedua, Musyawarah atau kompromi, dan ketiga, adalah
Pemungutan suara atau voting sebagai pencapaian resolusi.
Menurut Dennis Sandole, terdapat tiga pilar pemetaan secara komprehensif dari
konflik dan resolusi konflik25, Pertama elemen-elemen konflik. Konflik menurut Sandole
dibagi menjadi tiga yaitu konflik laten, manifest tanpa kekerasan, dan manifest dengan
konflik kekerasan. Untuk mengidentifikasikan elemen konflik terdiri dari pihak atau
kelompok yang bertikai, Apa yang menjadi masalahnya, apa tujuan-tujuannya, Apa artinya,
Konflik berdarah atau tidak, kekerasan atau tidak, apa orientasi dari penanganan konflik, Dan
apa kondisi/lingkungan dari konflik itu.
Kedua, pilar penyebab konflik dan kondisinya. Sandole mengatakan terdapat 4 level
yang berbeda, antara lain: perorangan, sosial masyarakat, internasional, dan global.
Pendekatan resolusi dilakukan dengan mencari tahu faktor yang mendorong
terjadinya konflik serta mengembangkan suatu “skenario” yang mendorong terciptanya
dampak skenario kasus yang terburuk dan skenario yang terbaik. Ketiga, pilar intervensi
konflik oleh pihak ketiga. Sandole menjelaskan perlu adanya intervensi konflik oleh pihak
ketiga dengan tujuan dari pihak ketiga adalah mencegah konflik kekerasan, manajemen
konflik kekerasan, penyelesaian konflik kekerasan, resolusi konflik kekerasan, dan
tranformasi konflik kekerasan.

Dalam hal ini menurut Sandole, maksud-maksud pihak

ketiga untuk mencapai tujuannya yaitu konfrontasi atau kolaborasi, “damai negatif” atau
“damai positif” dan maksud ketiga adalah melacak sendiri atau melacak bersama-sama.
dalam tahap pilar ketiga ini, dengan membuat strategi untuk mengatasi skenario-skenario
25 Paper dalam Peace Education di Indonesia, Asia Institute of Management Conference Center, Manila,
Philippines, August 26-30, 2003. materi ini juga bisa di download melalui internet dengan alamat
www.gmu.edu/academic/ps/sandole . (diakses pada tanggal 16 0ktober 2010).

dengan menyelesaikan masalah yang terburuk dan mendukung penyelesaian skenario yang
terbaik.

E.

Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Dalam penelitian ini Penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif
analitik, yang bersifat mengga