Pendidikan Berbasis Kompetensi id. pdf
1. Pendidikan Berbasis Kompetensi
Pertama kali istilah kompetensi tersirat dalam karya Plato (Lisis 215 A.,380 BC). Berasal dari akar kata ikano, suatu kata benda iknoumai yang bermakna mencapai hasil. Bahasa Yunani masa lalu memiliki suatu padanan untuk kemampuan atau wewenang, yang disebut
ikanótis ( α ), dan dapat diterjemahkan sebagai suatu bentuk ikanos (“yang mampu”); dan upaya untuk memiliki kemampuan untuk mencapai sesuatu keterampilan.
merupakan profesional atau keterampilan vokasional atau kemampuan atau kompetensi, hal itu jangan dikacaukan dengan dexiotis (
Epangelmatikes
ikanotita
) yang memiliki hubungan dengan kepintaran, seperti di dalam ekspresi “α α α
ω ά α α α ‟. (Ketidak- tahuan bersama-sama dengan kebijaksanaan lebih bermanfaat, dibanding kepintaran bersama-sama dengan ketidakbermoralan).
Selanjutnya ditemukan dalam teks “kode Hammurabi” (1792- 1750 BC), dapat dibandingkan yang menyuratkan konsep dalam bagian epilog; suatu teks yang diterjemahkan dan di baca dalam bahasa Prancis
“Telles sont les décisions de justice que Hammurabi, le roi compétent, a établies pour engager le pays conformément à la vérité et à l‟ordre equitable”.
Istilah kompetensi juga terdapat di dalam bahasa Latin, mewujud “competens” yang mengandung makna sesuatu kemampuan yang diijinkan secara hukum atau regulasi dan berasal “competentia” yang dirasa sebagai (cap) ability dan ijin atau berhak.
Terminologi kompetensi, semakin populer seiring dengan pertumbuhan industri terutama di Eropah, Amerika dan Asia, yang erat kaitannya dengan konsep manajemen bisnis, organisasi, kepemim- pinan dan sistem rekrutment serta mempengaruhi terhadap perubahan sistem pendidikan dan pelatihan. Beberapa pengertian kompetensi yang terkait dengan pendidikan dan pelatihan menurut, para ahli antara lain;
McClelland David C.(1960), mengungkapkan adanya pergeseran dari usaha-usaha tradisional untuk menguraikan kompetensi dalam kaitannya dengan istilah pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berfokus, dan berganti pada gambaran diri secara spesifik, dengan ciri- ciri, nilai-nilai dan disposisi, sebagai karakteristik kronis secara relatif dari setiap orang, yang ditemukan secara konsisten mencirikan kinerja McClelland David C.(1960), mengungkapkan adanya pergeseran dari usaha-usaha tradisional untuk menguraikan kompetensi dalam kaitannya dengan istilah pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berfokus, dan berganti pada gambaran diri secara spesifik, dengan ciri- ciri, nilai-nilai dan disposisi, sebagai karakteristik kronis secara relatif dari setiap orang, yang ditemukan secara konsisten mencirikan kinerja
Klem George (1980), menggambarkan suatu kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan dan merupakan satu karakteristik dasar dari seseorang yang menghasilkan kinerja superior secara efektif.
MCLagan (1989), suatu bidang pengetahuan atau keterampilan yang kritis dan menghasilkan keluaran-keluaran kunci.
Wheeler Patricia and Geneva Haertel (1993,p.30), suatu bidang yang mencakup “suatu pengetahuan, keterampilan, kemampuan, kepribadian, pengalaman, atau karakteristik lain yang dapat digunakan untuk belajar dalam keberhasilan di sekolah atau dalam pekerjaan”.
Hogg (1993), ”competency” seperti “competencies” merupakan karak-teristik dari seseorang yang menjurus pada demonstrasi keterampilan dan kemampuan yang dapat menghasilkan kinerja efektif di dalam suatu bidang bersifat jabatan. Competency berwujud kapasitas untuk mentransformasikan keterampilan dan kemampuan ke dalam bidang lainnya.
Spencer and Spencer (1993), menggambarkan kemampuan yang memiliki karakteristik dasar dari seseorang yang biasanya dihubungkan dengan kriteria yang sesuai mengakibatkan suatu kinerja superior dalam situasi jabatan.
sebagai Knowledge (pengetahuan), ability (kemampuan), skill (keterampilan) atau kualitas dalam aktivitas.
Mandon.,Sulzer
dipahami
Dubois.,Rothwell (2000), ketika digunakan sebagai alat oleh para pekerja di dalam bermacam cara sebagai pelengkap pada unit-unit kerja atau tugas-tugas jabatan.
Weigel dan Mulder (2001;3), dapat dilihat sebagai kemampuan seseorang dalam mencapai kinerja spesifik, didasarkan pada perbandingan perspektif yang relevan dengan VET dan HRD.
Wheeler dan Haertel (2001), suatu pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, mutu pribadi, pengalaman, atau karakteristik lain yang Wheeler dan Haertel (2001), suatu pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, mutu pribadi, pengalaman, atau karakteristik lain yang
Arnold et al (2002), mengacu pada kapasitas seseorang untuk berbuat sesuatu. Dalam semangat ini, kompetensi dilihat sebagai hal yang holistik meliputi pengetahuan isi atau keterampilan inti dan keterampilan umum.
Nick Boutler et.al (2003), karakteristik dasar dari seseorang yang memungkinkan memberikan kinerja unggul dalam pekerjaan, peran atau situasi tertentu.
Watson Wyatt (2003), kombinasi dari keterampilan ( skill), pengetahuan ( knowledge), dan perilaku (attitude) yang dapat diamati dan diterapkan secara kritis untuk suksesnya sebuah organisasi, prestasi kerja dan kontribusi pribadi terhadap organisasinya.
Kouwenhoven (2003), kapasitas seseorang bersifat terintegrasi dan kombinasi dari pengetahuan, keterampilan dan sikap, dengan memberikan gambaran karakteristik, motivasi, kepercayaan diri, tenaga dalam suatu kondisi tertentu.
Rogelberg (2007), uraian karakteristik dan kualitas seseorang yang menguasai dalam melaksanakan suatu pekerjaan dengan sukses. Suatu kompetensi adalah satu atribut dari individu yang diperlukan untuk temu syarat pekerjaan dengan sukses".
BC Assessment (2007), kemampuan yang menggambarkan sebagai
suatu ketrampilan, pengetahuan, kemampuan atau karakteristik perilaku yang dihubungkan dengan kinerja yang superior.
Sanghi (2007;8), suatu model yang menguraikan kombinasi kemampuan, pengetahuan, ketrampilan dan karakteristik yang diperlukan secara efektif untuk melaksanakan suatu peran dalam satu organisasi dan digunakan sebagai suatu rangkaian alat sumber daya manusia untuk pemilihan, pelatihan dan pengembangan, perencanaan penilaian.
Menurut Sanghi, terdapat lima karakteristik kompetensi, seperti ditunjukkan pada gambar1.1
Keterampilan
untuk melak-
sanakan tugas
Skills : tertentu Kepemilikan
mental informasi dalam bidang dan isi pengetahuan
yang spesifik
Knowledge : Sikap-sikap individu, nilai-nilai atau gambaran diri
Self concept :
Karakteristik bersifat fisik dan respon terhadap situasi atau
Trait : informasi secara konsisten, dan menunjukkan inisiatif.
Dalam berbagai hal seseorang secara konsisten berpikir atau
menginginkan dan menyebabkan suatu tindakan. Alasan-alasan
pengarah, langsung atau memilih dan perilaku ke arah tindakan atau sasaran tertentu dan berbeda dari yang lain. Pengembangan diri, fokus
Motives : terhadap keberhasilan, perspektif organisasi/integritas pribadi.
Gambar. 1.1. Karakteristik Kompetensi (Sumber: Sangi,2007;12)
Perbandingan antara antara core competencies dengan workplace competencies, menurut Sanghi (2007;13), yaitu:
Tabel: 1.1 Kompetensi Inti vs Kompetensi Tempat Kerja Lingkup
Kompetensi inti Kompetensi tempat tugas Pengorganisasian
Individu Umum
Strategik Taktik Partisipasi
Unit bisnis Tenaga kerja Tugas
Proses Aktivitas Kompetensi
Global Posisi
Sumber Sanghi (2007)
Suatu model kemampuan di dalamnya termasuk aspek perolehan hasil pendidikan dan latihan serta yang lainnya merupakan bawaan. Hal itu sangat utama sebagai suatu piramida dalam membangun pondasi bagi bakat-bakat yang tidak bisa dipisahkan, sekaligus menyatu dengan jenis ketrampilan dan pengetahuan yang diperoleh melalui usaha belajar dan pengalaman. Adapun di puncak dari piramida itu adalah suatu himpunan yang spesifik dari perilaku sebagai penjelmaan semua kemampuan perolehan dan yang bawaan.
1= Minat bakat; 2 = Karakteristik individu; 3 = keterampilan; 4= pengetahuan;
5= perilaku. Gambar 1.2. Model Piramida Kompetensi (Sumber: Sangi,2007;23)
Bertolak dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan para ahli, tidak terlepas dari sejarah perkembangan konsep yang diterapkan di berbagai negara. Seperti halnya di Amerika, merujuk pada patokan yang dirancang McBer organization and Richard Boyatziz dari American Management Association (1982). Kompetensi “Competency” dalam bahasa Inggris Amerika; “perbedaan antara kinerja rata-rata dengan kinerja tinggi”.
Kompetensi Amerika, merujuk pada dua ketegori yakni; Threshold competencies (kompetensi ambang batas, dan differentiating competencies (kompetensi-kompetensi pembeda). Kompetensi ambang batas, adalah karakteristik yang perlu dimiliki oleh setiap pekerja agar bisa mengerjakan tugasnya dengan efektif, tetapi tidak membedakan performer rata-rata dengan performer unggul. Kompetensi pembeda adalah karaktersitik yang dimiliki oleh performer unggul, tetapi tidak dimiliki oleh performer rata-rata.
Sementara itu pengertian “competency” dalam British English adalah mampu, memenuhi syarat atau efektif, definisi kompetensi menurut Council for Vocational Qualification (NCVQ), adalah; “kemampuan untuk menjalankan aktivitas dalam pekerjaan”. Kompetensi
yaitu kemampuan untuk menjalankan aktivitas dalam pekerjaan atau fungsi sesuai dengan standar kerja yang diharapkan. Konsep ini, mencakup kemampuan
negara-negara
Eropa, Eropa,
Kompetensi itu, seperti gunung es, yang puncakya adalah keterampilan dan pengetahuan, sedangkan unsur-unsur yang mendasari kompetensi tidak mudah terlihat, akan tetapi mengarahkan dan mengendalikan perilaku permukaan.
Komptenesi-kompetensi manajerial mirip puncak gunung es, puncaknya adalah keterampilan dan
Keterampilan Pengetahuan
yang mendasari
kompetensi
tidak mudah terlihat, tetapi
Peran social
mengarahkan dan mengendalikan perilaku. Peran Watak Citra diri
sosial dan citra diri ada di tingkat sadar; watak-
watak dan motif-motif di bawah permukaan, lebih dekat dengan inti kepribadian orang itu. Gambar 1.3: Kompetensi-kompetensi Manajerial Model Gunung Es
Motif
(Sumber: Nick Boutler et.al, 2003:39)
Sanghi (2007;7), menekankan pengertian “competence” dan “competency”, dilihat dari sudut pandang kebahasaan secara bebas memiliki arti kecakapan atau kewenangan dan dapat dipertukarkan, akan tetapi
sesungguhnya dalam makna lebih operasional “competence” mengandung arti keterampilan dan patokan dari kinerja yang dicapai, “competency” mengandung makna perilaku dalam mencapai kinerja.
Competence
Competency
Keterampilan dasar Perilaku dasar Pencapaian standar
Sikap dalam perilaku Keterukuran
Bagaimana standar dicapai
Kedua makna memberikan konsekuensi dalam proses pembelajaran, yakni bagaimana proses semestinya dilakukan untuk mencapai hasil yang ditetapkan.
Pembelajaran menitikberatkan pada proses untuk mencapai hasil terstandar melakukan melalui prosedur yang tepat dan benar, ditunjang oleh seperangkat belajar yang memadai, disebut pembelajaran berbasis kompetensi.
Inti sari dari pengertian kompetensi, terkait dengan aplikasinya sejalan dengan pendapat Jelle Dijkstra (2009;15), menyatakan bahwa suatu model kompetensi dapat menggunakan pengintergrasian kemampuan untuk membandingkan pengetahuan, keterampilan dan Inti sari dari pengertian kompetensi, terkait dengan aplikasinya sejalan dengan pendapat Jelle Dijkstra (2009;15), menyatakan bahwa suatu model kompetensi dapat menggunakan pengintergrasian kemampuan untuk membandingkan pengetahuan, keterampilan dan
Behaviour Indicators
Corporate Strategy
a Knowledge
Performance & Results
Circumstances
Attitudes a i
ts
Competencies
Gambar 1.4: General Competency Model
(Sumber : Jelle Dijkstra,2009;15)
Kerangka kompetensi dapat dielaborasikan, terdapat tiga unsur-
unsur:
Input, sistim dari pengetahuan, ketrampilan dan motivasi, yang ditentukan sebagian oleh ciri kepribadian; Keluaran, perilaku, tindakan-tindakan; Dampak, kinerja dan hasil-hasil lainnya.
Input
Kebiasaan personal, terdapat lima karakteristik (Thurstone,1934); Agreeableness (persetujuan)
Conscientiousness (ketelitian) Openness to creativity/intelligence (terbuka pada kreativitas/ kecerdasan) Extraversion
Neuroticism (emotional stability) (stabilitas emosional)
Ciri kepribadian ditandai oleh adanya kerangka di dalam kemampuan yang dapat atau tidak dapat dikembangkan. Bagi mereka yang tidak dapat, akan diperhitungkan batas kemampuannya sesuai dengan kebutuhan minimal. Sebagai contoh, seseorang mungkin telah Ciri kepribadian ditandai oleh adanya kerangka di dalam kemampuan yang dapat atau tidak dapat dikembangkan. Bagi mereka yang tidak dapat, akan diperhitungkan batas kemampuannya sesuai dengan kebutuhan minimal. Sebagai contoh, seseorang mungkin telah
Knowledge (Pengetahuan): Pengetahuan yang dibangun, tidak hanya sebagai alat bantu primer atau hasil pelatihan sekunder, akan tetapi pengetahuan profesional, berdasar pada pengalaman tentang hal-hal yang spesifik.
Skills (Keterampilan) Kemampuan seperti ketrampilan sosial, ketrampilan manual, merencanakan dan mengorganisir ketrampilan. Tanpa pengetahu- an, karyawan itu akan memerlukan ketrampilan untuk mampu melaksanakan cukup di dalam pekerjaan tertentu. Ketrampilan- ketrampilan bisa dipelajari atas pertolongan pengalaman pekerjaan, praktek dan pelatihan.
Motivation (Motivasi) Unsur ini berhubungan dengan kehendak untuk menyadari; mewujudkan sasaran tertentu (orientasi ke arah hasil-hasil dan inovasi), dan sikap terhadap para pihak lain di dalam ladang (pelanggan, para rekan kerja, para penyelia dan lainnya). Motivasi- motivasi bisa sangat tangguh di dalam mengarahkan tindakan.
Throughput Setiap karyawan harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasainya, kemampuan mereka akan berhasil dan muncul ketika mereka gunakan di dalam praktek sehari-hari secara nyata. Perilaku dari karyawan adalah mata rantai antara pada suatu pihak kemampuan-kemampuan mereka dan hasil-hasil dari perilaku di pihak yang lainnya.Perilaku dapat ditafsirkan, ketika indikator sebagai peluang yang terbuka. Sebagai upaya untuk menentukan
menguasai pengetahuan, keterampilan dan motivasi yang sesuai.
apakah
karyawan
Output (Motivasi) Pada hakekatnya, hasil-hasil dan dampak dari perilaku bukanlah unsur-unsur kemampuan. Mereka bisa digunakan, untuk menjawab pertanyaan apakah satu karyawan sudah berkelakuan di suatu cara yang berkompeten, mempertunjukkan bahwa perlu mengem- bangkan pengetahuan dan keterampilan tertentu, atau untuk mengubah sikap-sikap tertentu (motivasi-motivasi).
Sebagai perluasan wawasan dapat mengkaji kertas kerja hasil Divisi "Technological Cooperation, System Development and Management in Vocational Training", InWEnt, Mannheim, Jerman (2003;8).
Intinya menjelaskan adanya perubahan dalam struktur pasar dari produk, inovasi teknologi dan cara yang baru dalam mengelola pekerjaan, membutuhkan pengetahuan baru dan pengembangan bidang-bidang kompetensi yang hingga kini masih jarang menjadi garapan dan sejatinya merupakan bagian dari sistem pendidikan kejuruan. Oleh karena itu, posisi tenaga kerja baru dan kualifikasi yang lebih tinggi diperlukan untuk melakukannya, sistem pendidikan kejuruan disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan (InWEnt, Mannheim, Jerman, 2003,8).
Seseorang profesional, tidak hanya memiliki kompetensi untuk melayani pekerjaan semata-mata, melainkan juga kemampuan, inisiatif dan kemandirian dalam menghadapi tugasnya. Pola pengem-bangan kualifikasi, bertolak dari perwujudan:
Penguatan terbentuknya kelompok kerja sebagai suatu tim tangguh Kemampuan untuk membuat keputusan secara mandiri, tepat dan cepat Komunikasi di dalam kelompok secara harmonis
Kesadaran akan mutu sebagai kriteria capaian organisasi Kerjasama dalam kelompok secara multi fungsional
Pengembangan kompetensi berhubungan dengan proses perubahan berkelanjutan dan variasi gagasan pada waktu bersamaan. Hal itu, dapat ditunjukkan pada gambar 1.6.
Lingkungan Kemampuan untuk berkomunikasi dan
kerja sama
Kerja fisik Pengetahuan
Keterampilan Berpikir Profil kualifikasi lama
Profil kualifikasi baru
Rasa Tanggung Jawab
Gambar 1.6. Dinamika Tuntutan Perubahan Kompetensi (Sumber InWEnt, Mannheim, 2003;8)
Beberapa inti sari pendekatan, dan ciri kekhasannya diantaranya:
Inggris Raya
Pengembangan dinamakan fokus analisis fungsional, yaitu bertolak dari evolusi dari unjuk kerja dengan norma yang terjadi. Sehingga kompetensi, diartikan sekelompok keterampilan dan pengetahuan yang diterapkan untuk melakukan satu tugas atau fungsi sesuai dengan kebutuhan yang dituntut oleh suatu perkejaan. Selain itu sistem modul yang diterapkan, mempersiapkan peserta belajar atau magang pada satu kelompok jabatan atau kedudukan yang beragam dan untuk membatasinya pada satu profesi saja.
Perancis
Pengembangannya dinamakan fokus konstruktivis, yaitu bertolak dari kritik terhadap pedagogik berbasis pengetahuan teoretis secara scholastik tradisional. Sehingga kompetensi diartikan keahlian profesional sebagai kemampuan individu dan kolektif terhadap situasi produktif dan tergantung dari kompleksitas masalah yang mengakibat- kan perubahan. Organisasi perusahaan diartikan sebagai suatu Pengembangannya dinamakan fokus konstruktivis, yaitu bertolak dari kritik terhadap pedagogik berbasis pengetahuan teoretis secara scholastik tradisional. Sehingga kompetensi diartikan keahlian profesional sebagai kemampuan individu dan kolektif terhadap situasi produktif dan tergantung dari kompleksitas masalah yang mengakibat- kan perubahan. Organisasi perusahaan diartikan sebagai suatu
German
Pengembangannya dinamakan fokus realisitis holistik integratif, yakni bersangkut paut dengan profesi global yang memfokuskan pada perbaikan proses pelatihan. Sistem pendidikan kejuruan yang disebut dual system “sistem ganda” memberikan pendidikan kejuruan awal untuk beberapa profesi kepada peserta belajar. Pendidikan kejuruan awal, sebagai satu sistem dari jabatan-jabatan yang membimbing orang muda ke kualifikasi profesional yang global adalah dasar pemikiran dari fokus pendidikan kejuruan holistik berbasis kompetensi dan bukan satu rangkaian kualifikasi sebagian-sebagian.
Pendekatan German, dicirikan pada kesatuan yang seragam dan dinamik, artinya tidak bersifat spesialisasi teknik semata-mata. Keadaan kerja yang berbeda memerlukan mutu berlainan mencakup; pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang harus dikombi- nasikan, dikoordinasikan dan diintegrasikan, sedemikian rupa sehingga para pekerja bisa melakukan tugasnya secara efisien sebagai kegiatan profesionalnya.
Pendekatan relasional holistik merupakan dasar pengembangan dari kompetensi (InWEnt, Mannheim, Jerman,2003) sebagai berikut:
(1) Kompetensi teknik
Kompetensi teknik, merupakan perpaduan dari kemampuan kognitif dan keterampilan motorik yang diperlukan untuk satu jabatan, seperti yang diatur oleh peraturan atau merupakan syarat untuk melakukan perkerjaan tersebut. Kompetensi teknik, memilik dua aspek yaitu;
- Aspek normatif, kompetensi teknik didefinisikan dan divalidasi oleh Peraturan Pendidikan Kejuruan (Standar Pendidikan Kejuruan) - Aspek tuntutan jabatan, berdasarkan analisis jabatan atau kegiatan digunakan untuk mendefinisikan bagaimana caranya untuk mencapai kompetensi teknik, dan merupakan standar yang diterapkan pada bermacam situasi profesional atau di tempat kerja (prosedur yang sama dan digunakan untuk mempersiapkan profil- profil jabatan kerja dengan metode DACUM).
(2) Kompetensi metodologis
Kompetensi metodologis, merupakan kemampuan untuk mencari informasi secara mandiri dan menguasai teknik belajar yang mendasar serta teknik tempat kerja, selain itu mengetahui bagaimana harus bereaksi terhadap keadaan di tempat kerja, menerapkan prosedur sesuai dengan tugas yang diembannya.
Indikator secara umum, mencakup; Kemampuan untuk adaptasi
Sebagai akibat perubahan teknologi yang cepat, tentunya seseorang yang telah dididik dalam satu kali pada satu bidang dapat melakukan tugasnya secara berkelanjutan tanpa batas. Oleh karena itu, pendidikan kejuruan harus dilihat sebagai pendidikan yang berkelanjutan dan tidak dapat dilihat dari satu tahap proses tahap kehidupan seseorang. Hasil belajar dapat memiliki kemampuan untuk memprakarsai, perencanaan, melakukan dan mengonntrol secara mandiri, dan berinsisiatif menginvestasikan pada pembaharuan pengetahuan yang berkelanjutan (kemampuan beradaptasi).
Kemampuan untuk bekerja sama dan berkomunikasi
Seseorang dituntut memiliki kemampuan untuk bekerja sama dan berurusan dengan orang-orang lain, atas dasar perpaduan kemampu- an untuk bekerja sama dan berkomunikasi.
Ditinjau dari sudut pandang pedagogi, kompetensi sosial bukanlah satu syarat normatif, melainkan satu tuntutan yang berasal dari perubahan proses pengorganisasian dan pekerjaan. Selain itu, ditinjau dari sudut pengembangan organisasi di dalam perusahaan dan pendidikan kejuruan, kualifikasi kerja dalam kelompok dipusatkan pada pengembangan kemampuan untuk bekerja sama dan berkomunikasi.
Perubahan dalam berbagai sektor kegiatan ekonomi, pola Taylor yang banyak rujuk dalam aplikasi, kini digantikan oleh bentuk-bentuk cara kerja yang holistik (Tabel 1.2, aspek penting dari proses transformasi pengorganisasian kerja dan struktur).
Tabel: 1.2. Aspek-aspek Penting dari Proses Transformasi
Penggunaan teknologi dan otomatisasi bertambah Tenaga kerja dalam produksi dan administrasi yang berkurang
Sistem-sistem quality management Prosedur perbaikan yang berkelanjutan (Kaizen) Tugas bertambah sulit Tugas bertambah banyak Bekerja dalam kelompok (kelompok kerja setengah mandiri) Perpaduan bekerja dengan belajar Jam kerja fleksibel Pengelolaan personil yang kooperatif dan tergantung keadaan Faktor keberhasilan perusahaan di masa depan:
Karyawan yang sangat terampil dan bermotivasi tinggi yang diorganisasikan dalam kelompok-kelompok.
Sumber: InWEnt, Mannheim (2003;8)
Kompetensi individual
Kemampuan untuk meninjau kembali kegiatan keseharian dalam pekerjaan, menentukan tujuan, pengetahuan dasar dan tanggung jawab ditunjang oleh minat pribadi dan rencana hidup, merupakan landasan terwujudnya kompetensi individu. Organisasi perusahaan di German saat ini, tidak bersifat pendelegasian fungsi-fungsi, melainkan setiap anggota dari satu organisasi bertanggung jawab sendiri sebagai tanggung jawab.
Merefleksi unjuk kerja sendiri
Kemampuan analisis sebagai kebutuhan perbaikan, melalui refleksi unjuk kerja dan bekerja sama dengan orang lain merupakan salah satu wujud kompetensi seseorang, dengan mempertimbangkan;
Perencanaan dan penentuan target Motivasi Hasrat untuk membuat perencanaan bagi hari depan sebagai komitmen profesional, dan komitmen terhadap profesi dan etika yang berhubungan dengan profesinya.
Pelatihan kemampuan untuk bertindak dalam pekerjaan
Setiap pengembangan kompetensi memiliki karakteristik dan pola yang berbeda tergantung faktor-faktor penentu yang dipilih, sehingga Setiap pengembangan kompetensi memiliki karakteristik dan pola yang berbeda tergantung faktor-faktor penentu yang dipilih, sehingga
Secara khusus sebagai catatan, bahwa kompetensi bukan berarti “memiliki‟ sumber daya (keterampilan) tertentu, melainkan menerap- kan kemampuan secara praktik. Oleh sebab itu, kompetensi hanya bisa melalui kegiatan.
Kompetensi Individu Kompetensi Profesional
Kompetensi Sosial Kompetensi Metodis
Kompetensi untuk bertindak dalam pekerjaan
Gambar 1.8. Tuntutan Kompetensi (Sumber: InWEnt, Mannheim, Jerman,2003;11)
Unjuk kerja/kegiatan ( Performance/Action)
Seseorang yang telah melaksanakan magang setelah proses pelatihan, memiliki kemampuan untuk melanjutkan pelatihan secara mandiri, menyesuaikan perubahan teknologi dan konsep organisasi yang baru.
Unjuk kerja dalam pengertian para magang memiliki kemampuan untuk
pengetahuan yang didapatkannya dari orang lain dan juga bisa menggali pengetahuan
mengasimilasi
dan
menerapkan menerapkan
Pengembangan kompetensi berbasis pada pola kegiatan menyeluruh yang dipelajari, dengan cara memimpin diri sendiri sebanyak mungkin, kegiatan mulai dari memantau sampai meng- evaluasi unjuk kerja sendiri dan pada waktu yang sama mencapai kompetensi teknik dan sosial dan juga mencapai kemampuan untuk bekerja secara mandiri, merupakan inti dari kemahiran yang besar untuk bertindak dalam pekerjaan.
Kemampuan, Kualifikasi dan Kompetensi Profesional
Ditinjau dari aspek pedagogik dan teori belajar untuk mendeskripsikan prasyarat pengkondisian dan strategi belajar terdapat istilah yang harus dipahami, yakni; kemampuan, kualifikasi dan kompetensi profesional.
G. Bunk (1994), mengungkapkan bahwa sampai permulaan tahun-tahun 1960-an, istilah "kemampuan untuk bekerja" atau " occupational ability" digunakan secara luas. Diklat kejuruan lazim berbasis pada pengembangan "kemampuan untuk bekerja dalam pengertian satu rangkaian pengetahuan, keterampilan dan kemam- puan yang dibutuhkan untuk melakukan tugas-tugas berhubungan dengan jabatan tertentu". Jabatan dianggap sebagai alat belaka yang diterapkan di pelatihan untuk melakukan tugas-tugas khusus. Rujukan kepada pekerjaan ( work) dan jabatan (occupation) dilakukan untuk menggolongkan adaptasi metodologis sebagai balikan dari implemen- tasi didaktis.
Konsep kualifikasi untuk bekerja ( occupational qualifications) pertama-tama diperkenalkan di Jerman menjelang akhir tahun 1960-an. Hal ini dimaksudkan sebagai langkah pertama dalam adaptasi diklat kejuruan pada perubahan-perubahan teknologi, ekonomi dan sosial.
Istilah kualifikasi (keahlian) untuk bekerja juga mengacu pada "pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk jabatan individual, akan tetapi istilah ini diperluas maknanya hingga mencakup fleksibilitas dan kemandirian". Hal tersebut, merupakan Istilah kualifikasi (keahlian) untuk bekerja juga mengacu pada "pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk jabatan individual, akan tetapi istilah ini diperluas maknanya hingga mencakup fleksibilitas dan kemandirian". Hal tersebut, merupakan
Perbedaan konsepsi
Pemagang dalam mencapai tingkat fleksibilitas profesional yang lebih tinggi, melalui pemantauan perencanaan, pelaksanaan dan mengontrol tugas belajar tertentu secara mandiri.
Tabel: 1.3. Perbedaan Konsepsi Kemampuan
untuk Kompetensi bekerja
untuk
Kualifikasi
untuk bekerja Elemen-elemen
bekerja
Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan pekerjaan
keterampilan keterampilan keterampilan kemampuan
kemampuan kemampuan Bidang kegiatan
Didefinisikan dan berbasis Flesibilitas di dalam Bidang kerja dan pada pekerjaan indvidual
satu jabatan organisasi yang berinteraksi
Sifat pekerjaan Pekerjaan
Operasional yang tidak Perencanaan yang ditetapkan
operasional
kerja yang bebas Sifat
ditetapkan
Diroganisasikan dari luar Pengorganisasian Diorganisasikan pengorganisasian
oleh individu secara mandiri Sumber: InWEnt, Mannheim (2003;13)
sendiri
Partisipasi aktif
Terkait dengan adanya proses produksi yang baru, bagi para pemagang atau guru/instruktur dalam menghadapi kondisi nyata akan ditemukan masalah-masalah yang mungkin berbeda atau sama dengan peristiwa sebelumnya. Oleh karena itu, kesempatan dalam menemukenali melalui partisipasi aktif dan mandiri melalui pengalaman pendidikan dan pelatihan.
Kompetensi profesional
Kemampuan untuk bekerja dan kualifikasi untuk bekerja, kompetensi untuk bekerja/kompetensi profesional berbasis pada pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang berhubungan dengan satu pekerjaan tertentu, selain itu mencakup pengetahuan tentang pekerjaan di lapangan yang berhubungan serta organisasi kerja dan kegiatan perencanaan.
Mensosialisasikan dan menstimulasi kompetensi
Perkembangan baru dari suatu organisasi, mencakup ( total quality management, quality circles, participatory management, production Perkembangan baru dari suatu organisasi, mencakup ( total quality management, quality circles, participatory management, production
Fungsi baru dari karyawan yang berkualifikasi
G.Bunk (1994), mengungkapkan bahwa menganalisis daftar fungsi-fungsi baru dari kebutuhah karyawan bekualifikasi, akan terdapat hubungan yang erat antara empat kompetensi teknik, metodologi, adaptasi dan sosial.
Tabel: 1.4. Fungsi-fungsi Baru dari Karyawan Berkualifikasi
Masa lampau Masa depan
Jam kerja yang tetap Jam kerja fleksibel sesuaimufakat di dalam kelompok
Jadwal kerja yang ditentukan sebelumnya Perencanaan tugas-tugas secara mandiri Boss memberikan tugas kepada bawahannya
Pembagian tugas di dalam kelompok kerja Boss bertanggung jawab untuk bahan dan
Analisis yang dibuat secara mandiri tentang alat-alat
kemacetan pekerjaan dan reperasi Staf pemantau khusus bertanggung jawab
Quality control secara mandiri untuk quality control Kewajiban untuk memenuhi jangka waktu
Pengaturan jangka waktu (deadline) secara (deadline) yang ditetapkan
bertanggung jawab Boss bertanggung jawab untuk ongkos
Keikutsertaan dalam pengelolaan ongkos Boss bertanggung jawab untuk mengadakan
Semua karyawan bekerja dengan tanggung hubungan dan kontaks bisnis
jawab dan berfokus kepada pelanggan Perencanaan dan pelaksanaan tugas atas
Perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan perintah
tugas secara mandiri Sumber: InWEnt, Mannheim (2003;14)
Kompetensi teknik
Seseorang yang mempunyai kompetensi teknik, memiliki kemampuan untuk melakukan kegiatan dan tugas-tugas dalam bidang kerjanya secara bertanggung jawab, kompeten yang dibutuhkan untuk melakukannya.
Kompetensi metodologis
Seseorang yang mempunyai kompetensi metodologis, memiliki kemampuan untuk menanggulangi masalah yang dihadapinya dan penyimpangan dari norma, secara pantas, sesuai dengan prosedur yang diharapkan, yang bisa mendapatkan solusi secara mandiri dan memanfaatkan pengalaman yang telah didapatnya untuk mendapat- kan pemecahan masalah yang tepat.
Kompetensi sosial
Seseorang yang mempunyai kompetensi sosial, memiliki kemampuan untuk bekerja secara komunikatif dan koperatif dengan orang-orang lain dan menunjukkan kelakuan yang berorientasi pada kelompok ( team oriented) dan saling mengerti dalam kelompok ( interpersonal understanding).
Kompetensi untuk berpartisipasi
Seseorang yang mempunyai kompetensi untuk berpartisipasi, memiliki kemampuan untuk memberikan kontribusi untuk menyusun lingkungan kerja di tempat kerja dan sekitarnya, bisa membuat perencanaan sebelumnya, menerima tugas-tugas organisasi, membuat keputusan dan bersedia untuk memikul tanggung jawab.
Penerapan keterampilan secara praktis
Kebutuhan yang semakin bertambah akan diklat kejuruan berbasis kompetensi bukan saja berlaku pada jenjang fasilitator pendidikan kejuruan, melainkan juga di dalam pasaran kerja. Perhatikanlah bahwa kompetensi bukanlah berarti menguasai beberapa keterampilan belaka, melainkan juga kemampuan untuk menerapkannya secara praktis.
Tabel: 1.5 Kompetensi untuk Bertindak dalam Pekerjaan
Kompetensi Kompetensi
Kompetensi untuk be- teknik
kerja sama (perorangan)
Kontinuitas: Fleksibilitas
Partisipasi − pengetahuan
Keramah-tamahan -
menyusun metode-metode − keterampilan − kemampuan Elemen-elemen lintas
− prosedur
pola kelakuan
Kecakapan untuk berkoordinasi bidang khas untuk
variabel solusi sesuai jabatan pengetahuan
untuk meng- organisasi tentang jabatan yang
keadaan prosedur me- Kemauan untuk men- capai keberhasilan, Kecakapan
mecahkan masalah ber- fleksibilitas, bisa ber- Kecakapan untuk meng- menjadi lebih menda
kombinasi lam dan lebih luas
pikir dan
merencanakan, melaku-
untuk bekerja antar
Kecakapan untuk meyakinkan Kecakapan untuk membuat
khas perusahaan ber- kan dan
memantau
manusia:
hubungan dengan pekerjaan secara mandiri Kemauan untuk be- keputusan peng-alaman.
bisa beradaptasi
kerja sama, adil, jujur kemauan untuk mem- Kemampuan untuk memikul tanggung jawab bantu, team spirit
Kecakapan untuk memimpin Sumber: InWEnt, Mannheim (2003;15)
Organisasi belajar
Kompetensi untuk bertindak dalam pekerjaan bisa didefinisikan sebagai kombinasi hubungan antara kompetensi teknik, metodologis, sosial dan individual. Semua elemen-elemen ini harus termasuk di Kompetensi untuk bertindak dalam pekerjaan bisa didefinisikan sebagai kombinasi hubungan antara kompetensi teknik, metodologis, sosial dan individual. Semua elemen-elemen ini harus termasuk di
Kualifikasi kunci yang sangat penting
Konsep kualifikasi kunci di Jerman, sudah mulai diterapkan sejak lama sebelum pembahasan tentang kompetensi profesional. Permulaan tahun-tahun sembilan belas tujuh puluhan, berdasarkan penelitian mengenai dunia kerja dan penyesuaian profil kualifikasi, untuk mengatasi hal yang sulit diramalkan mengenai kualifikasi teknik yang akan dibutuhkan di masa mendatang. Selain itu, juga supaya keterampilan yang diajarkan tidak menjadi kedaluwarsa dalam waktu pendek karena perubahan teknik dan peng-organisasian yang sangat cepat, maka dimulai dengan satu pola konsep baru, yaitu konsep "kualifikasi kunci".
Kualifikasi mendasar, melebar dan lintas bidang keahlian
Harapan dari pencapaian dari kualifikasi kunci, mencakup kualifikasi mendasar yang luas dan lintas bidang keahlian yang mencakup seluruh rumpun jabatan yang sejenis. Kualifikasi demikian tidak begitu dipengaruhi oleh perubahan teknologi dan waktu, menjadi basis bagi kualifikasi lain yang dibutuhkan pada waktu yang sama karena profil jabatan berubah.
Kemampuan untuk
bermacam-macam pekerjaan
melakukan
Kualifikasi kunci menurut Mertens (1974), adalah pengetahuan, kemampuan dan kemahiran yang membuat seseorang:
Mampu untuk melakukan pekerjaan dan fungsi dalam bidang yang luas sebagai alternatif pada waktu yang sama. Mampu untuk menghadapi dan mengatasi perubahan- perubahan dalam kebutuhan akan kualifikasi yang biasanya tidak bisa diramalkan sebelumnya, yaitu yang terjadi
sepanjang hayat dan tidak berarti mempermudah hubungan langsung dan tepat antara kegiatan pekerjaan tertentu yang satu-satu.
Pengetahuan dan Keterampilan
Implikasi dari pandangan Mertens, pengetahuan dan keterampilan yang bisa diterapkan secara lebih luas daripada satu jabatan tertentu (misalnya prakarsa untuk membuat keputusan, kemampuan untuk berkomunikasi, fleksibilitas metodologis, kemampuan untuk integrasi, bersedia untuk bekerja sama).
Tujuan jangka menengah dan panjang dari kualifikasi
Kualifikasi kunci merupakan basis dari pola diklat kejuruan yang lebih luas yang difokuskan pada tingkat kompetensi yang lebih tinggi daripada yang diterapkan pada kualifikasi jangka menengah dan jangka panjang. Tugas utama dari kualifikasi kunci adalah untuk membentuk kerangka dari proses training yang bisa melengkapi, memperbarui dan mengantisipasi secara dinamis kebutuhan akan kualifikasi baru. Proses belajar tidak bisa dibatasi pada usaha mencapai keterampilan teknik murni dan keterampilan individual saja. Hal yang sangat penting adalah partisipasi secara aktif dalam organisasi kerja baru, dan ini memerlukan pengembangan fokus training yang baru untuk menanamkan kualifikasi kunci, teamwork dan kemampuan untuk belajar secara mandiri.
Kerangka kompetensi teknik
Anggapan bahwa kualifikasi kunci atau bidang-bidang kompetensi seperti misalnya kemampuan untuk berkomunikasi, bersedia untuk bekerja sama,kemampuan untuk mengorganisasi dan team spirit bisa dicapai secara "abstrak" atau terpisah dari kompetensi teknik, tidaklah benar. Jika memang ada bagian demikian, maka ini berarti kompetensi teknik menjadi berkurang. Oleh sebab itu kualifikasi kunci hanya bisa dicapai di dalam kerangka kompetensi teknik. Kemampuan sosial, metodologis dan individual perlu menjadi bagian dari lingkungan teknik. Jelaslah bahwa kemampuan sosial, seperti misalnya bersedia untuk bekerja sama, bisa dibelajarkan secara terpisah di dalam konteks sekolah pendidikan umum, tetapi ini tidak bisa dilakukan secara berkelanjutan dalam bidang diklat kejuruan.
Selanjutnya kita tinjau sebagai pembanding, mengenai pelaksana- an pelatihan kompetensi di Amerika Serikat. Menurut ulasan Fletcher Shirley (2005), bahwa isitilah kompetensi di Amerika Serikat pendidikan berbasis kompetensi berakar dari pendidikan guru yang disebut Competency-Based Education and Training (CEBT).
Swanchek dan Campble (1982), menjelaskan bahwa pengem- bangan program pelatihan CEBT, merupakan model percepatan bagi guru-guru sekolah dasar. Model ini, mencakup spesifikasi yang cocok mengenai kompetensi
yang harus dipelajari (penekanannya pada pembelajaran), belajar berdasarkan modul ( modularization of instruction), pengalaman pribadi dan di lapangan. Penetapan model ini, berorientasi pada kebijakan sertifikasi untuk memperbaiki mutu pendidikan melalui reformasi pendidikan guru. Model secara spesifik disebut “performance based teacher education ( PBTE).
atau
perilaku
Menurut ulasan Fletcher Shirley (2005), bahwa CEBT mendapat reaksi dari lembaga pendidikan tinggi yang memandang trend tersebut merupakan otonomi dan status akademis. Sistem berbasis kompetensi menuntut reorganisasi sumber daya pendidikan yang memadai, hal tersebut berdampak pada bidang dan pelatihan pada semua tingkatan.
Competency-Based Education and Training (CEBT) tahun 1972, didukung oleh US Office of Education yang mempromosikan tren baru melalui National Concorcium of Competence Based Education Centers. Konsorsium menetapkan seperangkat kriteria untuk menjabarkan dan menilai program seperti pada tabel sebagai berikut:
Tabel.1.6 Kriteria CEBT untuk Menetapkan dan Menilai Program
Spesifikasi Kompetensi
1. Kompetensi didasarkan pada analisis peran profesional dan atau formulasi tanggung
jawabnya
2. Pernyataan kompetensi menjelaskan hasil yang diharapkan dari kinerja fungsi yang terkait
secara profesional, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sangat penting untuk kinerja fungsi tersebut 3. Pernyataan kompetesi memfasilitasi penilaian berpatokan pada kriteria (criterion referenced assesment) 4. Kompetensi diperlakukan sebagai alat prediksi (predictor) tentatif atas efektivitas profesional ditetapkan dan diumumkan sebelum diberlakukan 5. Pembelajar yang menyelesaikan CEBT menunjukkan serangkaian profil kompetensi
Penilaian (assesment)
1. Ukuran kompetensi secara valid berhubungan dengan pernyataan kompetensi 2. Ukuran kompetensi bersifat spesifik, realistik dan sensitif terhadap suasana 3. Ukuran kompetensi mendeskriminasikan berdasarkan seperangkat standar untuk mendemosntrasikan kompetensi 4. Data yang disediakan melalui pengukuran kompetensi dapat dikelola (manageable) dan bermanfaat dalam pembuatan keputusan 5. Ukuran dan standar kompetensi ditetapkan dan diumumkan sebelum diberlakukan
Sumber : Bourke et.al.(1975)
Teks dalam Tabel tersebut, merujuk pada kriteria pengaturan dan manajemen pembelajaran program secara menyuluruh. Penekanannya adalah pembelajaran, dan bukan pada kinerja aktual di tempat kerja. Jenis spesifikasi kompetensi paling banyak digunakan, sebagai program pengembangan.
Tabel.1.7 Karakteristik Program Berbasis Kompetensi Model Elam
Elemen Esensial
1. Kompetensi adalah peran yang diturunkan, ditetapkan dalam bentuk perilaku yang dapat diamati 2. Kriteria penilaian adalah berbasis kompetensi, menetapkan tingkat penguasaan dan dipublikasikan 3. Penilaian mensyaratkan kinerja sebagai bukti utama, tetapi tetap mempertimbangkan aspek
pengetahuan
4. Nilai kemajuan pembelajar bergantung pada kemampuan mendemonstrasikan kompetensi 5. Program instrukstional memfasilitasi pengembangan dan evaluasi kompetensi tertentu
Karakteristik Tersirat
1. Pembelajaran individual 2. Umpan balik kepada pembelajar 3. Menekankan pada apa yang telah ada dibandingkan penambahan yang diperlukan 4. Program sistematis 5. Modularisasi 6. Akuntabilitas siswa dan pembelajaran
Karakteristik Diinginkan yang Terkait
1. Pengaturan lingkungan belajar 2. Basis yang luas untuk pembuatan keputusan 3. Ketentuan protokol dan materi pelatihan 4. Partisipasi siswa dalam pembuatan keputusan 5. Berorientasi riset dan regeneratif 6. Kelanjutan karir 7. Integrasi peran
Sumber: Elam (1997)
Berdasarkan kronologis di Amerika, yang awalnya difokuskan pada pelatihan guru dan sektor pendidikan, dan rencananya diperluas ke sektor kejuruan (vokasi), walaupun terhalang oleh asumsi bahwa sektor kejuruan sudah berbasis kompetensi. Meskipun, dalam pelaksanaannya masih bertumpu pada kelembagaan yang menekan-kan pada deskripsi materi dibandingkan dengan aplikasi praktis di lapangan kerja. Salah satu model yang digunakan secara luas untuk mendeskripsikan dalam pendidikan kejuruan berbasis kompetensi, yaitu model Elam (1971).
Model Elam masih bertumpu pada pengetahuan, mengetahui bukan jaminan “kita akan dapat melakukannya”. Fakta menunjukkan bahwa banyak aspek ketentutan kompetensi telah dimasukkan ke dalam kurikulum, tetapi tidak memperbaiki hasilnya (Shirley Fletcher, 2005).
C. Karakteristik Kompetensi dalam Praktik
Pelatihan berbasis kompetensi, merupakan salah satu pendekatan pendidikan kejuruan yang menekankan pada apa yang seseorang dapat melakukan tugas di tempat pekerjaan. Sebab seseorang dapat ditaksir kompetensinya, apabila mampu menunjukkan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas yang dilandasi patok duga yang ditetapkan.
Salah satu ciri dasar dari pelatihan berbasis kompetensi bersifat tuntas, dan hasil belajar dibandingkan dengan kemampuan prestasi dari pembelajar lain. Masing-masing pembelajar ditaksir untuk menemukan
antara keterampilan- keterampilannya yang digambarkan dalam kompetensi inti dan kemampuan umum dengan yang telah dicapai.
Jorge Rebolledo (2008), mengemukakan perbedaan antara kedua kelompok sebagai gambaran kesenjangan yang terjadi, dapat dituliskan;
Skills requared – current skills = skill gap
Fokus pengembangan kurikulum dan pembelajaran berbasis kompetensi, bertolak dari prinsip-prinsip:
(1) Job (jabatan di industri) (2) Knowledge (pengetahuan tentang landasan kapasitas jabatan) (3) Skills (keterampilan tentang teknis operasional, dan teknis
penguatan seperti komunikasi sebagai landasan kapasitas jabatan) (4) Atitude (sikap sebagai respon tentang dimensi tuntutan pelayanan sebai apresiasi dan aktualisasi jabatan) (5) Role (aturan sebagai perwujudan aktualisasi jabatan, yang dicirikan oleh taat asas, taat takaran dan taat waktu) Deskripsi jabatan dilahirkan berdasarkan hasil analisis kerja faktual, sesuai dengan bidangnya melalui metode-metode tertentu yang digunakan. Hasil analisis jabatan, setelah dilakukan berbagai perbaikan dalam uji coba, selanjutnya dijadikan dokumen deskripsi jabatan, serta prasyarat bagi para pelaksana jabatan. Hal itu, baik bersifat pengetahuan, keterampilan, sikap dan faktor fisiologi dan psikologi.
Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), memberikan orientasi segitiga pengembangan SDM berbasis kompetensi seperti ditunjukkan pada gambar 2.10.
INDUSTRI KKNI
SKKNI
LEMBAGA
COMPETENCY
COMPETENCY
DIKLAT
BASED TRAINING BASED BNSP PROFESI
ASSESSMENET LSP
Gambar 1.9 Segitiga Pengembangan SDM
(Sumber: BNSP)
Pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi mempunyai karak- teristik sebagai berikut:
(1) Mengacu pada standar kompetensi industri; (2) Menekankan pada apa yang dapat dikerjakan oleh seseorang sebagai hasil dari pelatihan ( output dan outcome); (3) Pembelajaran dilaksanakan secara tuntas pada satu kompetensi tertentu; (4) Isi dari pelatihan mengarah kepada kemampuan yang dibutuh- kan untuk melakukan tugas tertentu; (5) Pelatihan dapat berupa on-job training, off-job atau kombinasi keduanya; (6) Adanya fleksibiltas waktu untuk mencapai suatu kompetensi; (7) Adanya pengakuan terhadap kompetensi mutakhir yang dimiliki saat ini (melalui uji kompetensi, melalui lembaga berwenang); (8) Adanya pemberian penghargaan; (9) Dapat masuk dan keluar program beberapa kali; (10) Pengujian berdasarkan kriteria tertentu; (11) Menekankan pada kesanggupan
untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilan.
Sejalan dengan teori belajar dan perkembangan industri di awal tahun 60-an sampai 70-an, terjadi titik temu konseptual, yakni Benyamin Bloom dan Gagne berdasarkan rintisannya setelah perang dunia ke dua, dengan konsep taksonomi. McClelland dengan konsep manajemen pelatihan industri dengan taksonomi identik dengan pandangan Benyamin Bloom. Perkembangan selanjutnya, pada tahun 1980an muncul pengertian kompetensi yang dilandasi oleh pemikiran tentang atitude, skills menjadi tumpuan bersama-sama dengan ability.
Pengertian kompetensi saat ini, yang berkembang di Indonesia khususnya di lingkungan Pendidikan dan Pelatihan diartikan sebagai, “kemampuan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan, dilandasi oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan”.
Affective Psychomotor Skill
Attitude Skill Ability
Gambar 1.11. Ragam Pandangan Komponen Kompetensi
Berdasarkan, pengamatan di lapangan diperlukan pembelajaran terkait dengan praktik-praktik vokasi dan kejuruan melalui pendekatan yang relatif memerlukan gerakan-gerakan terlatih. Hal tersebut, selain untuk kepentingan keselamatan kerja juga lebih luasnya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam proses produksi. Pelatihan,
pembiasaan yang dapat didemonstrasikan oleh setiap individu, atau kelompok pada jenis keahlian tertentu.
dituntut terjadi
proses
Pengukuran kompetensi Demonstrasi
en
Kompetensi
Perolehan skills, ability, Integrasi Pengalaman belajar
l knowledge
a Skills, Ability and Knowledge
Pengembangan PBM Pengalaman belajar
an
Ciri-ciri khas Landasan
Gambar 1.12. Hubungan dan Tingkatan Proses Kompetensi (Sumber: Jones, E, Voorhees, R, Paulson, K. Defining and Assessing Learning:
Exploring Competency Based Initiatives)
Cakupan keterampilan dalam kompetensi secara umum, mencakup; Keterampilan melaksanakan pekerjaan (Task Skill),
keterampilan mengelola pekerjaan (Task Management Skill), Keterampilan mengantisipasi Kemungkinan (Contingency Mana-
gement Skill), Keterampilan mengelola lingkungan kerja (Job/Role Environment Skill), Keterampilan beradaptasi (Transfer Skills).
Adapun sikap dalam pekerjaan, mencakup; Performa selama ditempat kerja
Tanggapan lingkungan kerja Penghargaan Penilaian kliennya
Ditinjau dari aspek aktivitas di industri khususnya bagi para pekerja tingkat teknisi atau mekanik, secara umum dihadapkan pada pekerjaan yang menuntut beberapa kesiapan yang menyangkut perilaku kerja ergonomi kognitif antara lain:
(1) Memahami peraturan (internasional, nasional, industri), dalam melaksanakan K3 sesuai dengan perananya; (2) Mengobservasi ruang, lokasi, tempat, bahan, alat,mesin, keryawan dan lingkungan kerja internal-eksternal (ergologi); (3) Memahami simbol, terminologi kesehatan-keselamatan kerja; (4) Memahami simbol dan terminologi mesin, alat dan bahan yang
digunakan dalam bekerja; (5) Melaksanakan prosedur manual; (6) Menggunakan alat-alat tangan manual, alat-alat tangan elektrik
dan digital sesuai dengan fungsinya; (7) Melaksanakan pemindahan (mengangkat, menggeser/ mendo-
rong, menurunkan) alat, bahan dan mesin secara manual; (8) Melaksanakan pemindahan (mengangkat, menggeser/ mendo- rong, menurunkan) alat, bahan, mesin secara hidolik dan elektrik;
(9) Menekan/memutar/menggeser/menarik; tombol, saklar pada panel tertentu; (10) Memeriksa, mendiagnosis, mengetes/menguji melalui analisis gejala dibandingkan dengan data-data atau spesifikasi pabrikan; (11) Membongkar, membersihkan dan memasang secara berdiri,
duduk dan sambil naik atau turun pada kondisi tertentu; (12) Mengeset, membungkus, dan sejenisnya.
Ability, Psikomotor & Skills