PENDEKATAN budaya hukum konsep DAN METODOLOGI

MSL.

c. Perhitungan elevasi 0,00 LWS dan air tinggi yang dapat dicapai.

d. Sketsa urutan tiap elevasi air untuk 0,00 LWS, DT, AT yang dapat dicapai berdasarkan perhitungan. 4)

Pengukuran Arus Meliputi Pengamatan kecepatan dan arah arus. Pengamatan dilakukan selama 25 jam terus menerus dengan interval waktu 30 menit, menggunakan alat current meter dan floater yang dilakukan pada saat pasang tertinggi (Spring Tide) dan pada saat pasang terendah (Neap Tide) pada bulan yang sama. Posisi pengamatan arus adalah 0,2d; 0,6d; dan 0,8d dari permukaan air, dimana d = kedalaman di lokasi pengamatan arus.

5) Lokasi pengamatan diplotkan dalam peta hidrografi dan hasil pengamatan arus dilampirkan pada laporan dalam bentuk:

a. Grafik hubungan antara pergerakan pasang surut dan kecepatan arus.

b. Peta arah arus.

E. Pengambilan Contoh oh Air i.

Pengambilan contoh air dilakukan dengan water sam mpler pada posisi pengamatan a arus pada kedalaman 0,2d; 0,6d dan 0,8d d.

ii. Pengambilan c contoh air dilakukan pada saat Spring Tid ide dan Neap Tide pada bulan ya ang sama.

iii. Contoh air kemudian diuji di laboratorium da alam hal kadar endapan/sedim imen dan kadar garam/salinitas. Satu an kadar garam dalam 0/0 dan n satuan sedimen dalam mg/l.

F. Pembuatan Bench M ark (BM) Bench Mark (BM) diba angun minimum 2 (dua) buah pada posis si yang aman dan

saling terlihat dengan n ketinggian berdasarkan LWS dan jarak a antara kedua BM

minimal 100 cm. BM tersebut t dibuat dari beton dengan ukuran 40x40x150 cm m3 yang ditanam sedalam 100 cm dari permuk kaan tanah dan diplot dalam peta. Penempata tan BM harus mempertimbangkan rencana pengembangan pelabuhan, sehingga BM dap pat bermanfaat untuk jangka waktu lama dan n mudah

pengawasannya. BM berfungsi sebagai titik awal pemetaan, dicat denga gan warna biru muda dan pada bagian atas ditulis BM BM.1 HUBLA dan BM.2 HUBLA serta tanggal pembuatan. S Setelah pekerjaan survey selesai.

G. Pekerjaan Topografi i Survei topografi dilaku ukan dengan peralatan T0, T2 dan Wate erpass. Pada lokasi

yang tidak dapat dila akukan survei teristris dilakukan dengan n alat echosounder (survei Bathymetri) d dan penentuan posisi dilakukan dengan Sextant. Kegiatan pengukuran yang aka an dilaksanakan pada kegiatan ini terdiri ri dari pemasangan patok Bench Mark ( (BM) dan patok Control Point (CP), p engukuran situasi, yang tidak dapat dila akukan survei teristris dilakukan dengan n alat echosounder (survei Bathymetri) d dan penentuan posisi dilakukan dengan Sextant. Kegiatan pengukuran yang aka an dilaksanakan pada kegiatan ini terdiri ri dari pemasangan patok Bench Mark ( (BM) dan patok Control Point (CP), p engukuran situasi,

i. Melakukan Pengamatan azimuth matahari (pengukuran azimuth)

dilakukan pada salah satu BM.

ii.

Melaksanakan Pengukuran dengan menggunakan sistem triangulasi:

a. Dipakai titik BM sebagai basis.

b. Pengukuran jarak basis dengan alat elektronik atau optis (T2 dan intervarbasis) atau sejenis.

c. Pengukuran sudut dilakukan dengan 4 (empat) seri biasa-luar biasa. Selisih sudut antara tipa bacaan titik boleh lebih daripada 10 detik.

iii. Pengukuran Poligon

a. Pengukuran poligon sepanjang titik-titik poligon dengan jarak antara titik-titik poligon maksimum 50 m dan radius survey dari tiap poligon adalah 75 m.

b. Pengukuran harus dimulai dari titik ikat awal dan pengukuran poligon harus tertutup (dimulai dari titik ikat awal dan berakhir pada titik yang sama atau ditutup pada titik lain yang sudah diketahui koordinatnya sehingga kesalahan- kesalahan sudut maupun jarak dapat dikontrol).

iv. Pengukuran Sipat Datar

a. Pengukuran sipat datar dilakukan sepanjang titik-titik poligon dan diikatkan pada Bench Mark.

b. Pengukuran sipat datar dari Bench Mark ke Bench Mark dengan alat waterpass dilakukan dengan teliti, dengan kesalahan penutup tidak boleh lebih dari (3 Vd) mm dimana d= jarak jalur pengukuran (dalam km).

c. Semua ketinggian harus mengacu pada LWS.

d. Pengukuran sipat datar dilakukan dengan cara double stand (pulang pergi). Selisih bacaan setiap stand maksimum 2 mm dan selisih hasil d. Pengukuran sipat datar dilakukan dengan cara double stand (pulang pergi). Selisih bacaan setiap stand maksimum 2 mm dan selisih hasil

v. Pengukuran Situasi dan Detail

a. Bangunan-bangunan yang penting dan berkaitan dengan pekerjaan desain harus diambil posisinya.

b. Setiap ujung dermaga existing harus diambil posisinya dan jarak antara ujung- ujung dermaga yang bersebelahan juga harus diukur (guna pengecekan)

vi.

Kemudian Buku ukur harus diperlihatkan kepada Pengguna Jasa.

H. Pekerjaan Pemetaan

i. Metode Pemetaan Dalam Perhitungan dalam pembuatan peta hidrografi disajikan

dalam lintang/bujur (apabila didapatkan BM berkoordinat geografis) dengan metode:

1. Ellipsoide : bessel 1841.

2. Proyeksi : mercator.

3. Skala peta : untuk kolam pelabuhan 1:1.000, untuk alur pelayaran 1:2.500.

4. Meridian utama yang dipakai adalah Jakarta Baru.

5. Dalam hal tidak didapatkan titik tetap, koordinat geografis bisa menggunakan sistem lokal (X,Y) atau UTM (dengan persetujuan Pengguna Jasa).

6. Peta menggunakan kertas ukuran A1 dan bila luas daerah yang disurvey melebihi ukuran di atas, peta dibagi dalam beberapa 6. Peta menggunakan kertas ukuran A1 dan bila luas daerah yang disurvey melebihi ukuran di atas, peta dibagi dalam beberapa

7. Peta hidrografi dan topografi dibuat di atas kertas kalkir dengan posisi selalu menghadap Utara.

8. Penulisan angka-angka kedalaman pada masing-masing jalur maksimum 10 cm untuk skala 1:1.000 dan maksimum 25 m untuk skala 1:2.500.

9. Jarak antara lajur sounding adalah 25 m, kecuali untuk daerah di sekitar rencana dermaga digunakan jarak antara 10 m. ii.

Ruang Lingkup Pemetaan Peta yang akan disajikan adalah keadaan- keadaan penting seperti:

a. Daerah dangkal.

b. Karang tenggelam maupun timbul.

c. Kerangka kapal tenggelam.

d. Rintangan-rintangan yang masuk dalam kategori rintangan navigasi.

e. Garis kedalaman/ketinggian (kontur). -

Untuk hidrografi, kontur yang ditarik adalah 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,

8, 10, 15, 20, dst.

- Untuk topografi, kontur yang ditarik adalah: 1, 2, 3, dst (interval 1 meter).

- Garis pantai dibuat lebih tebal, agar terlihat beda antara daratan dan perairan.

- Daerah ketinggian antara 0,00 m-LWS dan garis pantai supaya diberikan angka-angka ketinggian (hal ini perlu mendapat

perhatian khusus). - Pada peta dicantumkan nilai LWS (muka surutan) terhadap MSL

(duduk tengah) dan HWS (muka air tertinggi), serta hubungan antara pasang surut dan BM.

- Simbol-simbol yang dipakai dalam penggambaran seperti: karang, pantai berpasir, kerangka kapal dan lain-lain harus mengacu kepada buku Peta Laut No. 1 yang diterbitkan

Dishidros TNI-AL atau Bakosurtanal. iii.

Pembuatan Gambar Potongan lokasi tertentu (alternatif rencana dermaga dan trestle) diharuskan membuat gambar-gambar potongan melintang setiap jarak 25 m dengan skala vertikal 1:100 dan skala horizontal 1:500 atau 1:1.000 sejumlah minimum 3 profil untuk setiap alternatif (kecuali bila ada ketentuan lain dalam aanwijzing). Dengan terlihat posisi potongan profil.

I. Pekerjaan Pemodelan Data Hidrooceanografi

1) Melakukan pengumpulan data angin harian dari BMKG terdekat atau

sumber lainnya yang dapat dipertanggung jawabkan minimal 10 tahun terakhir.

2) Menentukan area pembvangkitan gelombang (fetch gelombang);

3) Menetukan distibusi gelombang 10 tahun terakhir berdasarkan data angin;

4) Analisa tinggi gelombang rencan 50 tahunan pada lokasi pekerjaan;

5) Permodelan transformasi gelombang dan pemodelan arus terhadap kesesuaian fasilitas pelabuhan eksisting maupun kebutuhan pengembangan fasilitas pelabuhan

J. Pekerjaan Boring Pekerjaan Boring dengan prosedur ASTM. Pengeboran dilaksanakan sampai kedalaman -30 meter dari dasar laut dengan pengambilan contoh tanah dan pelaksanaan SPT setiap interval 2 meter (SPT pertama kali dilaksanakan pada kedalaman -1 meter dari dasar laut). Pelaksanaan SPT diberhentikan setelah SPT > 60 sebanyak 3 (tiga) kali untuk penurunan berturut-turut setinggi 30 cm sampai dengan ketebalan minimal 5 meter, sedangkan pengeborannya sendiri tetap dilakukan sampai – 30 meter dari dasar laut. Apabila sampai pada kedalaman – 30 meter dari dasar laut belum dijumpai lapisan tanah keras (SPT > 60) maka hal tersebut harus segera dilaporkan kepada Pengguna Jasa untuk mendapat petunjuk lebih lanjut.

Apabila sangat diperlukan, kedalaman pengeboran dapat ditambah atau dikurangi dengan persetujuan Pengguna Jasa. Penambahan/pengurangan akan diperhitungan sebagai pekerjaan tambah kurang.

1) Metode Pelaksanaan Pengeboran Sebelum pelaksanaan

pengeboran dimulai, semua peralatan yang akan

dipergunakan

dalam

pekerjaan tersebut harus sudah dipersiapkan

terlebih dahulu

di tempat sehingga pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar. Pengeboran dilakukan dengan alat bor yang mempunyai kemampuan dan memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Mampu menembus tanah keras dengan nilai N-60

2. Kemampuan alat bor dapat mencapai kedalaman 100 m

3. Mesin diesel kapasitas 80 PK

4. Water pump dengan kapasitas (50 s/d 60 liter/menit)

5. Casing dengan diameter minimum 97 mm

6. Drilling rod (4,05 cm)

7. Tabung sampel panjang 50 cm dan diameter 7,5 cm

8. Mata bor klep

9. Tabung SPT

10. Piston dan piston rod untuk keperluan pengambilan undisturbed Kapasitas pompa harus cukup besar sehingga terjamin bahwa sisa

pengeboran yang keluar dari lubang harus selalu diamati agar diketahui bila pengeboran yang keluar dari lubang harus selalu diamati agar diketahui bila

2) Data dan Hasil Pekerjaan Lapangan Hasil pekerjaan lapangan tersebut dituangkan ke dalam bor-log yang menggambarkan:

a. Elevasi muka tanah terhadap Datum

b. Number of blows pada standard penetration test dan kedalamannya (dalam angka dan grafik)

c. Kedalaman tanah dimana undisturbed sample diambil

d. Elevasi lapisan batas atas dan bawah dari setiap perubahan lapisan tanah yang ditemui selama pengeboran

e. Deskripsi dari jenis tanah untuk tiap interval kedalaman

f. Hal-hal lain (khusus) yang ditemui/terjadi pada saat pengeboran dilaksanakan

g. Penjelasan teknis dari penyimpangan-penyimpangan atau kejanggalan yang terjadi selama pengeboran.

3) Undisturbed Sampling Untuk setiap interval kedalaman 2 meter diambil undisturbed sample dan untuk pertama kalinya diambil sampel pada kedalaman – 3 m dari muka tanah yang bersangkutan. Tabung contoh tanah (tube sample) yang disyaratkan adalah seamless tube sampler ukuran OD 3 inch dan ID 2 7/8 inch (ID=Internal Diameter, OD=Outer Diameter), tebal tabung 1/16 inch, dengan panjang 50 cm. Tabung yang dipakai tipe fixed-piston sampler terbuat dari baja atau kuningan.

Tebal tabung: baja 1,5 ± 0,1 mm dan ID 75 ± 0,5 mm Bila akan dipakai ID yang lain dari harga di atas harus dipenuhi persyaratan

Degree of disturbance: A(%) = 100 (OD2- ID2) < 10 % D2

Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi pada waktu pengambilan contoh tanah adalah:

a. Dasar lubang bor di mana akan diambil contoh tanah harus bersih dari sisa pengeboran dengan memompakan air ke dalam lobang bor yang berfungsi untuk membersihkan sisa-sisa tanah yang tertinggal, lama mencuci minimum 5 menit sebelum diadakan pengambilan sampel.

b. Ujung bawah casing pada saat itu harus berada pada dasar lubang bor untuk menghindari adanya longsoran-longsoran pada dasar lubang dan sisa pengeboran (sludge)

c. Segera setelah lubang bor bersih, tabung contoh tanah ditekan ke dalam tanah dengan tekanan tenaga manusia. Penekanan harus dilakukan dengan hati-hati, continuous (single movement) dan perlahan agar air yang terdapat dalam tabung diberi kesempatan keluar melalui katup (ball-valve) yang terdapat pada kepala tabung (connector head). Dalam segala hal tidak diperkenankan menekan tabung dengan pukulan.

d. Sebelum tabung ditarik dari dalam tanah, tabung harusdiputar 3600 untuk melepaskan tabung bersama isinya dari tanah dan kemudian diangkat keluar dari dalam tabung.

e. Tanah pada kedua ujung tabung harus dibuang secukupnya dan ruangan itu kemudian diberi parafin panas sebagai penutup dan pelindung tanah dalam tabung. Tebal parafin pada bidang bawah minimum 1 cm dan pada bidang atas minimum 3 cm.

f. Untuk pelaksanaan uji laboratorium, sampel dapat dipotong di lapangan dengan hati-hati sesuai dengan panjang yang diperlukan dan tidak boleh merusak keaslian sampel sisanya yang belum diuji.

g. Pengangkutan sampel harus dilakukan hati-hati, dijaga dari guncangan dan beda temperatur yang tinggi (panas sinar matahari dll),sedapat g. Pengangkutan sampel harus dilakukan hati-hati, dijaga dari guncangan dan beda temperatur yang tinggi (panas sinar matahari dll),sedapat

h. Untuk jenis tanah khusus yang sukar diambil undisturbed sampel-nya dengan cara biasa, harus digunakan tabung sampel yang sesuai: soft cohessive soil dengan alat piston sampler, non cohessive soil dengan alat piston sampler atau core cutter sampler, dan hard cemented soil dengan core barrel.

4) Standard Penetration Test (SPT)

Pelaksanaan SPT pertama kali pada kedalaman -1 meter dari sea bed, SPT kedua dan selanjutnya dimulai setelah pengambilan undisturbed sample pada kedalaman 3 meter dari sea bed (interval 2 meter). Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi adalah:

a. Tabung SPT harus mempunyai ukuran diameter OD 2 inch/profil ID

138 inch, panjang 24 inch

menggunakan split spoon sampler type.

b. Hammer yang

dipakai untuk

melakukan penumbukan seberat 140 lbs (63,5 kg), tinggi jatuh bebas hammer adalah 30 inch (±75 cm).

c. Sebelum melakukan percobaan SPT, casing harus diturunkan sampai dasar lubang. Lubang bor kemudian dibersihkan dari sisa pengeboran dari tanah yang ada di dasar lubang bor seperti yang diuraikan pada undisturbed sampling (h.1), h.2), h.3).

d. Perhitungan dilakukan sebagai berikut: -

Tabung SPT ditekan ke dalam dasar lubang sedalam 15 cm. -

Untuk setiap interval 10 cm dilakukan perhitungan jumlah pukulan untuk memasukkan tabung ke dalam tanah sampai dicapai 3 x 10 cm.

e. Tabung diangkat ke permukaan tanah dan split spoon sampler dibuka. Sludge yang terdapat dalam tabung harus dibuang, kemudian terhadap sampel diadakan klasifikasi. Unified soil classification dipergunakan untuk menyusun soil description atau lithology. Tanah tersebut dapat dipakai untuk laboratorium test. Untuk itu sampel harus dimasukkan dalam kantong plastik yang ditutup dengan baik dan diberi identitas nomor boring dan kedalamannya.

f. Percobaan SPT dihentikan setelah didapatkan harga SPT-60 sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut (pengeboran tetap dilaksanakan hingga kedalaman -30 meter dari seabed dengan memakai core tube system/diamond bit).

K. Survey Kondisi Fasilitas Pelabuhan Eksisting Melakukan Survey antara lain: hammer test, core drill, compression strength

test, sand cone test dan Pile integrity test (tergantung permasalahan lokasi).

1) Hammer test dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh besaran kuat tekan beton eksisiting secara langsung dilapangan. Dilaksanakan dengan prosedur kerja sebagai berikut.

a) Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi :

- setiap elemen struktur yang diuji harus diberi identitas - Hammer yang dipakai harus sudah dikalibrasi dengan testing anvil

sesuai ketentuan yang berlaku atau petunjuk dari pabrik pembuatnya - bila acara visual tampak kelainan khusus, diharuskan melakukan uji

karbonasi sebelum dilakukan hammer test; - hasil pengujian harus ditandatangani oleh teknisi pelaksana yang

ditunjuk sebagai penanggung jawab pengujian ; - laporan pengujian harus disyahkan oleh kepala laboratorium dengan

dibubuhi nama, dan tanda tangan

- dilakukan sebagai indikator menilai keseragaman mutu beton

b) Bidang Uji dengan ketentuan sebagai berikut :

padat, halus, dan tidak dilapisi oleh plesteran atau bahan pelapis lainnya;

tonjolan atau lubang-lubang;

elemen struktur dan jumlah nilai uji yang diperlukan untuk perhitungan perkiraan kekuatan beton;

dengan 2

digerinda rata sampai kedalaman 5 mm sebelum diuji, jika hasil ujinya akan dibandingkan dengan hasil uji beton yang berumur lebih muda

• arah pukulan pada suatu lokasi bidang uji harus sama; • pada pengujian dengan arah pukulan tidak horisontal, nilai

lenting rata-rata harus dikoreksi dengan nilai inklinasi sesuai dengan petunjuk penggunaan alat hammer test yang bersangkutan.

c) Perkiraan Kuat Tekanan berdasarkan nilai lenting yang diperoleh atau yang telah dikoreksi nilai inklinasinya dengan menggunakan table atau kurva korelasi pada petunjuk penggunaan alat Hammer yang dipakai menguji.

d) Cara Uji :

- tentukan lokasi bidang uji pada elemen struktur yang akan

diperiksa dan diberi tanda batas yang jelas; - bersihkan permukaan bidang uji dari plesteran atau pelapis

pelindung lainnya ; - ratakan permukaan bidang uji dengan gerinda - sentuhkan ujung peluncur pada permukaan titik uji dengan

posisi tegak lurus bidang uji ; - secara perlahan tekankan hammer dengan arah tegak lurus bidang uji sampai terjadi pukulan pada titik uji ; - lakukan 10 kali pukulan pada satu lokasi bidang uji dengan

jarak terdekat antara titik-titik pukulan 25 mm ; - catat semua nilai pembacaan yang ditunjukkan oleh skala ; - hitung nilai rata-rata pembacaan ; - nilai pembacaan yang berselisih lebih dari 5 satuan terhadap

nilai rata-rata tidak boleh diperhitungkan, kemudian hitung nilai rata-rata sisanya ;

- semua nilai pembacaan harus diabaikan apabila terdapat dua atau lebih nilai pembacaan yang berselisih 5 satuan terhadap nilai rata-ratanya ;

- koreksi nilai akhir rata-rata sesuai inkilinasi pukulan bila arah

pukulan tidak horisontal - hitung perkiraan nilai kuat tekan kubus atau silinder beton dengan menggunakan tabel atau kurva korelasi yang terdapat pada petunjuk penggunaan Hammer yang bersangkutan;

2) Rebar Scan. Melaksanakan pendataan tulangan dengan rebar data scan

pada fasilitas pelabuhan dan membandindingkannya dengan asbuild pada fasilitas pelabuhan dan membandindingkannya dengan asbuild

3) Melakukan Uji Core drill bertujuan untuk memperoleh benda uji beton dalam bentuk silinder langsung dari lapangan, dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut.

a) Pengambilan Beton Inti - Perbandingan panjang terhadap diameter

yang lebih tepat adalah a) 2,0 jika kuat tekan yang dihasilkan dibandingkan terhadap kuat tekan silinder,

b) 1,0 jika kuat tekan dibandingkan

terhadap kuat tekan kubus. - Perbandingan ukuran agregat maksium dalam beton dengan

diameter beton inti harus lebih besar dari 1:3, atau diameter benda uji beton inti untuk benda uji kuat tekan harus lebih dari tiga kali ukuran nominal maksimum dan agregat kasar dalam beton keras

- Benda uji beton iti yang akan digunakan utuk pengujian kekuatan harus diambilkan dari beton keras yang umumnya tidak boleh kurang dari 14 hari.

- Sebelum memutuskan untuk melakukan pengeboran beton inti, perlu mempertimbangkan terlebih dahulu tujuan pengujian dan

penginterpretasian data. - beton inti harus diambil:

1) Pada titik yang jauh dan sambungan dan tepid dan elemen struktur dari pada tempat – tempat yang sedikit mungkin atau tidak ada tulangan.

2) Tegak lurus pada komponen struktur beton yang posisinya horizontal/vertikal, harus dipilihkan pada tempat yang tidak boleh membahayakan struktur, yaitu tidak boleh terlalu dekat dengan sambungan.

b) Pengebora n - Jika tid dak ditetapkan, pengeboranbeton inti h harus tegak lurus

pada pe ermukaan sedemikian rupa sehingga tida ak merusak beton inti. Po sisi alat bor harus dijaga agar tidak be rubah posisi atau bergoya ang selama pengeboran - diamete ter beton inti dengan ukuran minimum 100 0 mm

- penguk kuran beton inti, sesuai metode uji ASTM

C 174 - factor p pebandingan perlu ditentukan, apakah ter rhadap kuat tekan

kubus a atau terhadap kuat tekan silinder. - Benda uji yang cacat karena terlalu banyak terdapat rongga adanya a serpihan/agregat kasar yang lepas, tu langan besi yang lepas d dan ketidakteraturan dimensi, tidak boleh h digunakan untuk uji kuat t tekan.

c) Pengujian d dan Hasil - Penguji jian harus dilakukan sesuai dengan SN SNI 03-1974-1990

Metode e Pengujian Kuat Tekan Beton. Beton in ti tidak boleh diuji dalam keadaan retak, atau lepas lapisan kapi ingnya. Bersihkan permuk kaan benda uji dan pasir dan kotoran la ain. Jika benda uji yang a akan diuji masih basah, keringkan perm mukaannya. Catat kondisi i permukaan pada saat di uji.(basah atau kering) - Kuat t tekan benda uji ditentukan dengan membagi beban maksim um dengan luas penampang yang dihitu itung dan diameter rata-rat ta dan dinyatakan hasilnya sampai ketelit litian 0,5 MPa atau 0,5 N/m m2 .

4) Compression s strength test dilakukan untuk memper roleh data kuat tekan beton di laboratorium la sebagai pembanding h hasil uji hammer test. Dilaksanakan dengan prosedur kerja sebagai beriku ut.

a. Tempatkan n benda uji pada alat compression strengt gth test a. Tempatkan n benda uji pada alat compression strengt gth test

c. Lakukan evaluasi terhadap hasil pengujian tes tekan.

5) Sand Cone test dilakukan untuk mengetahui kepadatan tanah timbunan. Dilaksanakan dengan prosedur kerja sebagai berikut.

a. Tempatkan alat sand cone pada lokasi tanah timbun yang akan diuji

b. Lakukan pengujian sand cone sesuai prosedur standar dan catat hasilnya dalam formulir standar

c. Lakukan evaluasi terhadap hasil pengujian, apakah kepadatannya mencapai 90% kepadatan maksimum atau tidak

d. Jumlah pengujian sebanyak 4 (empat) titik per lokasi.

6) Pile Integrity Test (PIT) dilakukan pada tiang pancang untuk mengetahui apakah terjadi patahan pada tiang pancang dan letak lokasi patahannya. Dilaksanakan dengan prosedur kerja sebagai berikut.

a. Tempatkan alat sensor PIT pada lokasi tiang yang akan diuji.

b. Lakukan pengujian PIT sesuai prosedur standar dan catat hasilnya dalam formulir standar

c. Lakukan evaluasi terhadap hasil pengujian, apakah terjadi patahan atau tidak.

d. Jumlah titik pengujian diambil sebanyak 20% dari jumlah titik tiang pancang yang ada.

L. Pembuatan Desain Pengembangan/Rehabilitasi Fasilitas Pelabuhan

1) Umum Melaksanakan pekerjaan-perkerjaan di bawah ini sebagai suatu kesatuan pekerjaan dengan menggunakan data-data dari desain dermaga prototipe, 1) Umum Melaksanakan pekerjaan-perkerjaan di bawah ini sebagai suatu kesatuan pekerjaan dengan menggunakan data-data dari desain dermaga prototipe,

a) Tata letak fasilitas pelabuhan yang dibutuhkan/direncanakan.

b) Posisi alur (access channel), labuh jangkar (anchorage) dan kolam pelabuhan (turning basin).

c) Sistem struktur bangunan atas dermaga dan fasilitas pelabuhan lainnya.

d) Bahan bangunan yang akan digunakan dan sumber materialnya.

e) Perencanaan sistem pondasi.

f) Dokumen tender dan gambar-gambar perencanaan standar.

g) Sistem pelaksanaan pembangunan dermaga dan fasilitas pelabuhan yang dibutuhkan dalam hal sistem struktur, bahan bangunan, sistem pondasi lapangan terkait dengan peralatan, mobilisasi dan logistik.

2) Penentuan Sistem Struktur Bangunan Atas Dermaga dan Fasilitas Pelabuhan Lainnya yang dibutuhkan didasarkan atas kekuatan/keamanan, kesesuaian bahan bangunan, tingkat kemudahan pelaksanaan dan kebutuhan pelayanan bongkar muat pelabuhan. Tipe bangunan atas dermaga meliputi:

a) Floating type: ponton (baja, beton).

b) Fixed type: lantai dermaga, balok-balok pendukung lantai, kepala tiang, dudukan fender dan bolder, tipe dan instalasi fender, sarana sandar dan apabila dibutuhkan dilengkapi dengan breasting dolphin atau mooring dolphin.

Tipe bangunan dermaga meliputi:

c) Perhitungan dan Analisa struktur atas Dermaga dan Trestle tipe open-type Dermaga

I. Pembebanan beban sendiri struktur dan beban mati

tambahan lainnya

beban kendaraan dan beban hidup merata beban kendaraan dan beban hidup merata

beban yang bekerja jika pelabuhan

dibangun pada daerah gelombang ekstrim

beban angin yang bekerja pada struktur

Beban Arus :

beban arus yang bekerja pada struktur

pada struktur dermaga.

pada struktur dermaga.

daerah gelombang ekstrim

layan

II. Pre-elimanary Design - Perencanaan dimensi balok dermaga - Perencanaan dimensi lantai dermaga - Perencanaan dimensi pile cap dermaga - Perencanaan dimensi plank fender dermaga

III. Analisa Struktur Dermaga

- Analisis permodelan struktur dermaga berisikan permodelan

struktur secara keseluruhan, permodelan beban – beban yang bekerja pada struktur tersebut dan hasil analisa permodelan;

- Kontrol Desain Beton Bertulang - Kontrol Desain dilakukan untuk analisa hasil pendetailan

struktur dermaga dan trestle, dimana harus memenuhi syarat keamanan dan sesuai dengan batas-batas tertentu yang dipersyaratkan menurut peraturan. Kontrol Desain yang dilakukan berupa pengecekan terhadap kontrol geser, kuat struktur dermaga dan trestle, dimana harus memenuhi syarat keamanan dan sesuai dengan batas-batas tertentu yang dipersyaratkan menurut peraturan. Kontrol Desain yang dilakukan berupa pengecekan terhadap kontrol geser, kuat

- Tipikal Detail Penulangan

a. Tipikal Penulangan Balok Induk Eksterior dan Interior;

b. Tipikal Penulangan pelat lantai;

c. Tipikal Penulangan pile cap.

d. Tipikal Detail Panjang Penyaluran Tulangan.

e. Tipikal Detail Penulangan plank fender.

M. TRESTLE

I. Pembebanan Beban Mati

: beban sendiri struktur dan beban mati tambahan lainnya Beban Hidup

: beban kendaraan dan beban hidup merata lantai Beban Uplift

: beban yang bekerja jika pelabuhan dibangun pada daerah dengan kondisi gelombang yang ekstrim; Beban Angin

:beban angin yang bekerja pada struktur Beban Arus

:beban arus yang bekerja pada struktur Beban Gempa rencana dikategorikan berdasarkan Percepatan Batuan Dasar (PGA) Beban Uplift Beban yang bekerja jika pelabuhan dibangun pada daerah gelombang ekstrim Kombinasi Pembebanan : kombinasi pembebanan ultimit dan layan

II. Pre-elimanary Design - Perencanaan dimensi balok trestle; - Perencanaan dimensi pelat lantai trestle; - Perencanaan dimensi pile cap trestle.

III. Analisa Struktur trestle - Analisa struktur berisikan permodelan struktur secara keseluruhan,

permodelan beban – beban yang bekerja pada struktur tersebut dan hasil analisa permodelan;

- Kontrol Desain Beton Bertulang Kontrol Desain dilakukan untuk analisa hasil pendetailan struktur dermaga dan trestle, dimana harus memenuhi syarat keamanan dan sesuai batas- batas tertentu menurut peraturan. Kontrol Desain yang dilakukan berupa pengecekan terhadap kontrol geser, kuat lentur, momen nominal, beban layan (serviceability) dan beban ultimate. Bila telah memenuhi syarat tersebut, maka dapat diteruskan ke tahap penggambaran, namun bila tidak maka harus dilakukan re-design.

- Tipikal Detail Penulangan Tipikal Penulangan Balok Induk Eksterior dan Interior; Tipikal Penulangan pelat lantai;

Tipikal Penulangan pile cap. Tipikal Detail Panjang Penyaluran Tulangan.

N. BANGUNAN DARAT

1. Pembebanan

a) Beban Hidup : beban operasional dan beban hidup lainnya;

b) Beban Mati : berat sendiri struktur;

c) Kombinasi Pembebanan. Pre-elimanary Design Analisa Struktur bangunan darat

Sistem struktur bangunan atas dermaga dapat terdiri dari:

a) Struktur monolit (peer, balok).

b) Sistem pracetak (lantai).

c) Sistem dengan menggunakan bahan kayu. Sistem struktur fasilitas pelabuhan lainnya, antara lain:

a) Jalan, parkir dan lapangan penumpukan Bagian atas : aspal, coneblock, beton, dll. Pondasi : pasangan batu kosong, urugan agregat, urugan pasir/sirtu, dll. Bagian tepi/pinggir : pasangan batu kosong/spesi, kansteen, dll.

b) Gudang, kantor dan terminal penumpang Atap : kuda-kuda kayu/baja, atap genteng/seng/baja deck, dll. Dinding : batu bata, batako, spesi, Kolom/balok : beton, dll. Lantai : beton, keramik, dll. Lain-lain : pintu, jendela, ventilasi, dll.

c) Fasilitas penunjang, antara lain: instalasi air bersih, instalasi air kotor,

instalasi listrik, pagar, talud, dll.

2. Bahan bangunan yang digunakan. Bahan bangunan yang digunakan harus dipertimbangkan kesesuaiannya

dengan aspek keawetan, kekuatan dan kemudahan pengerjaannya. Macam bahan bangunan yang dapat dipilih mencakup:

a) Bahan alam asli, misalnya batu gunung maupun sungai, kerikil, pasir,

kayu dan lain-lain.

b) Bahan batuan, misalnya beton (bertulang/tidak bertulang/pratekan), baja, karet dan lain-lain.

3. Informasi lain-lain

a) Informasi mengenai sumber bahan bangunan termasuk tersedianya air kerja juga menjadi bahan pertimbangan untuk perencanaan.

b) Hal-hal lain yang spesifik pada daerah/lokasi yang akan dibangun, misalnya adanya benda hanyutan sungai, kemungkinan hilangnya bagian-bagian konstruksi dan lain-lain agar menjadi pertimbangan juga.

4. Perencanaan sistem pondasi Berdasarkan hasil survey soil, hidrografi, pembebanan dan pemilihan

sistem

kemudian dikerjakan perencanaan sistem pondasi. Sistem pondasi yang direncanakan juga harus memperhitungan bahan bangunan yang akan digunakan dan sistem pelaksanaanya serta lingkungan pekerjaan (di air laut atau di air tawar). Setiap alternatif sistem pondasi akan mempengaruhi berbagai

konstruksi fasilitas pelabuhan, konstruksi fasilitas pelabuhan,

5. Dokumen tender dan gambar pelaksanaan Dokumen tender terdiri dari:

a) Gambar-gambar konstruksi

b) Rencana kerja dan syarat-syarat

c) Spesifikasi umum dan khusus

d) Bill of Quantity Persyaratan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan,

mencakup:

a) Alat pancang apung

b) Mobile crane

c) Ponton (dalam jumlah cukup)

d) Tug boat

e) Work boat Gambar Pelaksanaan:

Gambar pelaksanaan harus menjadi pedoman kepada pelaksana dalam mewujudkan konstruksi yang direncanakan. Pedoman tersebut antara lain menyangkut:

posisi konstruksi, dimensi konstruksi, volume konstruksi, elevasi konstruksi, tahapan konstruksi, dll. Seluruh gambar pelaksana harus dilengkapi dengan skala, ukuran, elevasi berdasarkan lebih kurang 0,00 m-LWS, kualitas yang akan dicapai (misalkan: mutu baja, mutu beton), dll. Seluruh gambar pelaksanaan dibuat dengan menggunakan komputer (CAD) dan soft copy- nya diserahkan bersama Laporan Akhir kepada Pengguna Jasa. Gambar pelaksanaan meliputi:

a) Gambar lay-out (dilengkapi dengan garis kontur, arah mata angin, skala posisi BM, dll) a) Gambar lay-out (dilengkapi dengan garis kontur, arah mata angin, skala posisi BM, dll)

c) Gambar potongan memanjang dan melintang

d) Gambar detail Dalam gambar pelaksanaan dilampirkan data: grafik pasang surut,

profil tanah, peta hidrografi dan topografi.

6. Dasar-dasar Perencanaan

a) Sistem konstruksi Dari hasil desain dermaga prototipe, konsultan perencana harus menetapkan alternatif sistem konstruksi yang sesuai dengan kondisi

pelabuhan dimana akan direncanakan pembangunan dermaga. Pilihan alternatif yang sesuai harus ditetapkan mencakup:

- Sistem konstruksi bangunan atas. - Sistem konstruksi bangunan bawah/pondasi. - Bahan bangunan yang akan digunakan. - Metode pelaksanaan konstruksi dan peralatan yang akan digunakan

b) Data peta kedalaman laut dan peta topografi Data peta kedalaman laut dan peta topografi yang digunakan sebagai dasar perencanaan fasilitas pelabuhan adalah sesuai dengan hasil survey konsultan. Peta-peta tersebut di atas akan digunakan untuk perencanaan

- Tatanan prasarana laut dan darat (general lay-out plan) - Alur dan kolam pelabuhan - Olah gerak kapal - Kebutuhan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP), dll

c) Data hasil penyelidikan tanah untuk pelabuhan yang akan direncanakan sesuai hasil survey yang telah dilakukan. Data hasil penyelidikan tanah digunakan untuk merencanakan sistem pondasi baik pondasi langsung maupun pondasi dalam atau tiang pancang. Data-data tersebut juga dipergunakan untuk perhitungan konsolidasi dan stabilitas timbunan. Data hasil penyelidikan tanah dibuat dalam satu laporan hasil penyelidikan tanah yang harus mencakup :

- Layout titik pengujian penyelidikan tanah yang dilengkapi dengan titik koordinat pengujian SPT - Tabel boring-log yang dilengkapi dengan koordinat, lokasi pengujian, skala, kedalaman pengujian boring, bor master, tipe hammer, tanggal pelaksanaan serta dilengkapi dengan tandatangan kepala laboratorium tempat pengujian

- Hasil analisa daya dukung tanah - Rekomendasi tipe dan dimensi tiang pancang yang digunakan - Hasil analisa daya dukung tiang berdasarkan kapasitas aksial,

kapasitas tarik dan kapasitas lateral - Lampiran hasil pengujian laboratorium undisturbed sample yang dilaksanakan

d) Data-data sekunder Data-data sekunder antara lain: data operasional pelabuhan dan arsitektur daerah setempat. Data operasional pelabuhan untuk merencanakan pengembangan pelabuhan meliputi tata letak bangunan, luas bangunan, jenis bangunan dan arsitektur daerah digunakan untuk merencanakan bentuk bangunan (misalnya bentuk bangunan terminal penumpang yang merupakan ciri khas daerah tersebut).

e) Desain Perencanaan Konstruksi Lingkup pekerjaan pembuatan desain meliputi perhitungan konstruksi, rencana kerja, dan syarat-syarat (RKS), Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan gambar rencana. Selain itu dilakukan pula perhitungan konstruksi/rehabilitasi fasilitas pelabuhan meliputi: - Desain konsep penanggulangan yang sesuai dengan jenis kerusakan

yang terjadi untuk memperbaiki fasilitas pelabuhan yang rusak. - Perhitungan konstruksi desain perbaikan atau perkuatan fasilitas pelabuhan, rencana kerja, dan syarat-syarat (RKS), Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan gambar rencana detail.

Berikut adalah flow chart dari kegiatan Detail Engineering Design (DED) Pengembangan/Rehabilitasi Pelabuhan Atapupu Provinsi Nusa Tenggara Timur

Tenaga Ahli Konsultan yang akan ditugaskan telah diseleksi dan direncanakan dengan seksama agar memenuhi kebutuhan program dan pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Pekerjaan ini akan dipimpin oleh Team Leader, dan dibantu oleh tenaga-tenaga ahli yang profesional serta tenaga pendukung lainnya.

Konsultan mengusulkan personil tenaga ahli yang dipilih berdasarkan kualifikasi yang terbaik, pengalaman dalam kegiatan yang sama dan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Di dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), pilihan kriteria yang diusulkan untuk setiap usulan tim kerja dengan mempertimbangkan sepenuhnya :

diusulkan.

A. Komposisi Tim Sesuai dengan ketentuan dalam kerangka acuan kerja dan setelah mempelajari

lokasi kegiatan serta lingkup pekerjaan yang akan ditangani, Konsultan menyediakan komposisi personil yang akan dimobilisasi dalam Kegiatan ini seperti terlihat pada Lampiran Tabel 1.

Tabel Komposisi Tim Pekerjaan Detail Engineering Design (DED) Pengembangan / Rehabilitasi Pelabuhan ATAPUPU Provinsi Nusa Tenggara Timur (Daftar Personil)

Jumla Nama

Lokal /

Lingkup Keahlian

Posisi Diusulkan

h Tenaga Ahli Profesional

Asing

DWI LASTONO, ST.

Lokal

Teknik Sipil

Team Leader / Ahli 1 Perencanaan Kepelabuhan

Ahli Strukur Utama 1 NURHADI, ST.

WARSITO.ST

Lokal

Teknik Sipil

Ahli Teknik Pantai 1 ARDHIANTO, ST.

Lokal

Teknik Sipil

Ahli Mekanika Tanah 1 SIHONO, ST.

Lokal

Teknik Sipil

Ahli Spesifikasi dan 1 Dokumen Tender SURATNO, ST.

Lokal

Teknik Sipil

Ahli Geodesi 1 CHANDRA AGUSTIAN, ST.

Lokal

Teknik Sipil

Ahli Arsitektur 1 Tenaga Pendukung Teknis / Sub-Profesional 1. M. NURHADI W

Lokal

Teknik Sipil

Bor Master 1 2. HARI MUSTIKA

Bor Master 1

1 2. SEPTO PRIANGGA

1. BAGINDA T. H

HERIYANTO NAPITUPULU

1 NUGROHO E. PRASETYO

Lokal

Teknik Sipil

Drafter

Lokal

Teknik Sipil

Labora

B. Struktur Organisasi Tim Organisasi pelaksana proyek dirancang oleh Konsultan sedemikian rupa yang

mencerminkan hal-hal sebagai berikut (dalam pengaturannya, Konsultan menyediakan semua keperluan logistik dan administrasi, termasuk transport, perhubungan/ komunikasi, termasuk fasilitas E-mail dan kantor):

- Konsultan mempunyai tim inti dari perorangan dengan kualifikasi yang tinggi dan kemampuan untuk melaksanakan proyek. - Tim Inti, diketuai oleh Team Leader , bekerja secara penuh.

Keseluruhan tanggung jawab koordinasi, manajemen, penganggaran, dan monitoring akan berada di bawah koordinasi Team Leader. Skema struktur organisasi tim dapat dilihat pada Gambar.

DIREKTORAT KEPELABUHAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

Satker Peningkatan Fungsi PT. BUANA REKAYASA

Pelabuhan dan Pengerukan Pusat ADHIGANA

Ketua Tim / Ahli Perencanaa Kepelabuhan

Ahli Struktur Ahli Mekanika Ahli Spesifikasi

Ahli Ahli Teknik Utama Tanah

Ahli Geodesi

dan Dokumen

Arsitektur Pantai

Tender

Bor Master 1 Bor Master 2

C. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Konsultan membuat suatu matrik kerja untuk setiap anggota Tim Konsultan untuk membantu langsung dalam manajemen proyek dan monitoring kemajuan, matriks ringkasan ini berhubungan langsung ke tugas kerja utama yang diperlihatkan pada jadwal kegiatan. Format matrik dari skema tugas dan tanggung jawab Konsultan membuat suatu matrik kerja untuk setiap anggota Tim Konsultan untuk membantu langsung dalam manajemen proyek dan monitoring kemajuan, matriks ringkasan ini berhubungan langsung ke tugas kerja utama yang diperlihatkan pada jadwal kegiatan. Format matrik dari skema tugas dan tanggung jawab

Uraian tugas Tenaga Ahli dalam proyek ini adalah :

a. Ahli Perencanaan Kepelabuhanan (Team Leader) Adalah Sarjana Teknik Sipil dengan pengalaman dalam bidang studi dan perencanaan teknik sipil keairan minimal selama 7 (Tujuh) tahun, memiliki sertifikat keahlian dan mengetahui dengan baik proses perencanaan dengan segala permasalahannya.

Tugas dan tanggung jawab ketua tim meliputi :

1. Mengkoordinasikan semua personil yang terlibat dalam pekerjaan ini sehingga bisa menghasilkan pekerjaaan seperti yang termuat dalam butir

2. Mempersiapkan petunjuk teknis dari setiap kegiatan pekerjaan baik pengambilan data, pengolahan, maupun penyajian akhir seluruh hasil pekerjaan.

3. Bertanggung jawab atas semua hasil perhitungan dan gambar-gambar serta pada pelaporan.

4. Memimpin dan mengkoordinasikan tim surveyor dalam pengambilan data Perencanaan Pelabuhan

5. Melakukan analisis data Hidro-Oceanografi.

6. Menyusun laporan Hidrologi dan Laporan lainnya.

7. Melakukan evaluasi kinerja tim dan menyusun penyelasaian permasalahan.

8. Melakukan diskusi dengan direksi dan Tim Teknis.

b. Ahli Teknik Dermaga Adalah Sarjana Teknik Sipil dengan pengalaman dalam bidang perencanaan

dermaga minimal selama 5 (lima) tahun, memiliki sertifikat keahlian dan mengetahui dengan baik proses perencanaan dengan segala permasalahannya. Tugas dan tanggung jawabnya meliputi :

1. Berkoordinasi dengan semua personil yang terlibat dalam pekerjaan baik pengambilan data, pengolahan, maupun penyajian akhir seluruh hasil pekerjaan.

2. Melakukan analisis struktur dermaga dan menilai kelayakan pembangunan dermaga berdasarkan data-data geoteknik dan geodesi.

3. Menyusun laporan teknis kelayakan pembangunan dermaga.

4. Bertanggung jawab langsung kepada Ketua Tim atas pekerjaannya.

c. Ahli Struktur Utama Adalah Sarjana Teknik Sipil dengan pengalaman dalam bidang penyelidikan tanah minimal selama 5 (Lima) tahun, memiliki sertifikat keahlian dan mengetahui dengan baik proses perencanaan dengan segala permasalahannya.

Tugas dan tanggung jawabnya meliputi :

1. Berkoordinasi dengan semua personil yang terlibat dalam pekerjaan baik pengambilan data, pengolahan, maupun penyajian akhir seluruh hasil pekerjaan.

2. Memimpin dan mengkoordinasikan tim surveyor dalam pengambilan data mekanika tanah.

3. Melakukan analisis data-data geoteknik.

4. Menyusun laporan penyelidikan tanah.

5. Bertanggung jawab langsung kepada Ketua Tim atas pekerjaannya.

d. Ahli Mekanika Tanah Sarjana Teknik Sipil dengan pengalaman minimal 5 (Lima) tahun di bidang

identifikasi keadaan geologi perencanaan pelabuhan atau bangunan air. memiliki sertifikat keahlian dan mengetahui dengan baik proses perencanaan dengan segala permasalahannya. Tugas dan tanggung jawabnya meliputi :

1. Berkoordinasi dengan semua personil yang terlibat dalam pekerjaan baik pengambilan data, pengolahan, maupun penyajian akhir seluruh hasil pekerjaan.

2. Memberikan pengarahan dan langkah-langkah kerja pada tim geologi.

3. Bersama Team Leader menentukan titik-titik pengeboran, yang elevasinya akan diukur oleh tim pengukuran.

4. Membuat analisa terhadap data lapangan dan hasil test laboratorium.

5. Membuat rekomendasi mengenai data-data yang akan digunakan untuk perencanaan.

6. Melakukan identifikasi keadaan geologi di daerah proyek.

7. Menyusun laporan geologi teknik.

8. Bertanggung jawab langsung kepada Ketua Tim atas pekerjaannya.

e. Ahli Spesifikasi dan Dokumen Tender Sarjana teknik Sipil dengan pengalaman minimal 5 (Lima) tahun dalam

penyusunan spesifikasi teknis dan engineering estimate konstruksi dermaga, trestle, causeway, prasarana sandar/tambat kapal dan fasilitas darat untuk dokumen tender

f. Ahli Geodesi Adalah Sarjana Teknik Sipil dengan pengalaman dalam bidang pengukuran permukaan tanah minimal selama 3 (tiga) tahun, memiliki sertifikat keahlian dan mengetahui dengan baik proses perencanaan dengan segala permasalahannya.

Tugas dan tanggung jawabnya meliputi :

1. Berkoordinasi dengan semua personil yang terlibat dalam pekerjaan baik pengambilan data, pengolahan, maupun penyajian akhir seluruh hasil pekerjaan.

2. Memimpin dan mengkoordinasikan tim surveyor dalam pengambilan data topografi dan bathimetri.

3. Melakukan analisis data-data geodetik.

4. Menyusun laporan topografi dan bathimetri.

5. Mengelola pekerjaan persiapan geodesi

6. Mengelola perencanaan pekerjaan survey awal

7. Mengevaluasi dan menetapkan sumber daya dan teknologi yang sesuai dengan tingkat kesulitan

8. Mengelola rencana kerja pekerjaan geodesi

9. Mengelola pelaksanaan pekerjaan geodesi

10. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan geodesi

11. Menyusun laporan hasil pekerjaan geodesi

12. Menyusun rencana komunikasi dengan pihak lain

13. Bertanggung jawab langsung kepada Ketua Tim atas pekerjaannya.

g. Ahli Arsitektur Adalah seorang sarjana arsitektur yang mempunyai pengalaman dan

pengetahuan dalam melakukan keahlian dan kemampuan penerapan dibidang perencanaan perancangan arsitektur dan pengelolaan proses pembangunan lingkungan dan animasi 3 dimensi fasilitas pelabuhan yang berpengalaman dibidangnya selama minimal 3 (tiga) tahun.

Tugas dan tanggung jawabnya meliputi :

1. Berkoordinasi dengan semua personil yang terlibat dalam pekerjaan baik pengambilan data, pengolahan, maupun penyajian akhir seluruh hasil pekerjaan

2. Mengendalikan Perancangan Arsitektur

3. Melakukan pendalaman pengetahuan arsitektur

4. Melakukan pendalaman seni

5. Mengendalikan perencanaan dan perancangan kota

6. Melakukan pendalaman hubungan antara manusia, bangunan, dan lingkungan

7. Melakukan pendalaman pengetahuan daya dukung lingkungan

8. Melakukan pendalaman peran arsitek di masyarakat

9. Mengendalikan persiapan pekerjaan perancangan

10. Melakukan pendalaman pengertian antar disiplin

11. Melakukan pendalaman fisik dan fisika bangunan

12. Menerapkan batasan anggaran dan peraturan bangunan

13. Melakukan pendalaman pemahaman industri konstruksi dalam perencanaan

14. Melakukan pendalaman manajemen proyek

15. Bertanggung jawab langsung kepada Ketua Tim atas pekerjaannya.

h. Ahli Teknik Pantai Sarjana Teknik Sipil dengan pengalaman minimal 3 (tiga) tahun di bidang perencanaan bangunan pengendalian/pengamanan pantai. Personil yang d mempunyai kemampuan untuk menyiapkan desain sesuai dengan kriteria dan membuat pemodelan arus gelombang dan pemodelan hidrodinamika.

Tugas dan tanggung jawabnya meliputi :

1. Berkoordinasi dengan semua personil yang terlibat dalam pekerjaan baik pengambilan data, pengolahan, maupun penyajian akhir seluruh hasil pekerjaan

2. Mempelajari peta formasi rawa dan masterplan pengembangan rawa dan pantai.

3. Membuat rencana teknis reklamasi rawa dan pantai berdasarkan hasil studi kelayakan.

4. Menganalisis data rawa dan pantai.

5. Memeriksa hasil kompilasi dan penyajian data rawa dan pantai.

6. Melakukan analisis lintas sector.

7. Membuat analisis wilayah terkait kawasan lindung dan budidaya.

8. Melakukan analisis ekosistem dan sosial budaya wilayah rawa dan pantai.

9. Membuat rencana strategis usulan pengembangan wilayahh pesisir dan pulau-pulau kecil.

10. Memeriksa hasil perencanaan reklamasi rawa dan pantai.

11. Mengendalikan reklamasi rawa dan pantai sesuai dengan renstra.

12. Mengendalikan pelaksanaan konstruksi reklamasi rawa dan pantai.

13. Melakukan kajian hasil reklamasi rawa dan pantai

14. Membuat laporan pekerjaan

15. Bertanggung jawab langsung kepada Ketua Tim atas pekerjaannya.

i. Bor Master 1 dan 2 Adalah Lulusan STM berpengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dalam perkerjaan boring jika dilakukan survey dan penyelidikan tanah, mengetahui dengan baik proses perencanaan dengan segala permasalahannya.

Tugas dan tanggung jawabnya meliputi :

1. Berkoordinasi dengan semua personil yang terlibat dalam pekerjaan baik pengambilan data, pengolahan, maupun penyajian akhir seluruh hasil pekerjaan.

2. Mengendalikan Seluruh Operasi Bor

3. Membantu pekerjaan ketua tim dan tenaga ahli lainnya dalam melakukan analisis data dan penyusunan laporan.

4. Melaksanakan dan Mengoperasikan pengeboran.

5. Bertanggung jawab langsung kepada Ketua Tim atas pekerjaannya. j. Surveyor 1 dan 2 Lulusan STM berpengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dalam perkerjaan survey pemetaan jika dilakukan pekerjaan survey hidrooceanografi dan topografi. Berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan penyelidikan lapangan untuk pekerjaan sipil meliputi : pengukuran topografi dan bathimetri, penyelidikan hidro-oceanografi, penyelidikan dan pengambilan sampel tanah, dll.

Tugas dan tanggung jawabnya adalah :

1. Berkoordinasi dengan semua personil yang terlibat dalam pekerjaan baik pengambilan data, pengolahan, maupun penyajian akhir seluruh hasil pekerjaan

2. Membantu Kegiatan survey dan pengukuran diantaranya pengukuran topografi lapangan dan melakukan penyusunan dan penggambaran data- data lapangan.

3. Mencatat dan mengevaluasi hasil pengukuran yang telah dilakukan sehingga dapat meminimalisir kesalahan dan melakukan tindak koreksi dan pencegahannya,

4. Mengawasi survei lapangan yang dilakukan kontraktor untuk memastikan pengukuran dilaksanakan dengan akurat telah mewakili kuantitas untuk pembayaran sertifikat bulanan untuk pembayaran terakhir.

5. Mengawasi survei lapangan yang dilakukan kontraktor untuk memastikan pengukuran dilaksanakan dengan prosedur yang benar dan menjamin data yang diperoleh akurat sesuai dengan kondisi lapangan untuk keperluan peninjauan desain atau detail desain.

6. Mengawasi pelaksanaan staking out, penetapan elevasi sesuai dengan gambar rencana.

7. Melakukan pelaksanaan survei lapangan dan penyelidikan Dan pengukuran tempat-tempat lokasi yang akan dikerjakan terutama untuk pekerjaan

8. Melaporkan dan bertanggung jawab hasil pekerjaan ke kepala proyek /Team Leader

9. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan dan bertanggung jawab meneliti atas hasil data yang didapat.

k. Juru gambar / Drafter Mempunyai pengalaman sekurang kurangnya (3) Tiga Tahun dalam bidang pembuatan gambar-gambar teknik sipil. Merupakan Lulusan STM Dapat bekerja

dengan cepat dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Mempunyai latar belakang pendidikan minimal SMK. Juru gambar bertanggung jawab atas pembuatan gambar-gambar yang dibutuhkan.

1. Berkoordinasi dengan semua personil yang terlibat dalam pekerjaan baik pengambilan data, pengolahan, maupun penyajian akhir seluruh hasil pekerjaan

2. Membuat Gambar Sketsa. Bangunan

3. Membuat Gambar Autocad, Gambar 3 Dimensi

4. Mampu Megoperasiakn Sofware Arsitektur

5. Melaporkan dan bertanggung jawab hasil pekerjaan ke kepala proyek /Team Leader

6. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan dan bertanggung jawab meneliti atas hasil data yang didapat

l. Laboran Lulusan STM berpengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dalam

perkerjaan pengujian laboratorium mekanika tanah