PENGARUH PENGETAHUAN PAJAK KEMUDAHAN PAJ

PENGARUH PENGETAHUAN PAJAK, KEMUDAHAN PAJAK DAN
KEADILAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN FORMAL
WAJIB PAJAK UMKM PP NOMOR 46 TAHUN 2013 DI
KPP PRATAMA SURABAYA GUBENG

ENDRIK NUR SAPUTRO
S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga Surabaya
Jalan Jojoran IV No 20 Surabaya, Email : [email protected]

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari pengetahuan pajak,
kemudahan pajak, dan keadilan pajak terhadap kepatuhan formal Wajib Pajak
UMKM yang berlandaskan pada Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013
tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari usaha yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak yang memiliki perederan bruto tertentu yaitu yang
omzetnya tidak lebih dari Rp 4,8 Milyar. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif. Variabel independen yang digunakan adalah pengetahuan pajak,
kemudahan pajak, dan keadilan pajak. Sedangkan variabel dependen dalam
penelitian ini adalah kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Penelitian ini menggunakan
metode survei kuisoner pada 100 responden Wajib Pajak UMKM efektif yang
omzetnya tidak melebihi dari Rp 4,8 Milyar yang terdaftar di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Surabaya Gubeng. Kuisoner yang terkumpul dianalisis
menggunakan PASW Statistik 18. Penelitian ini menggunakan analisis regresi
linier berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan pajak dan
kemudahan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM.
Sedangkan keadilan pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak
UMKM.
Kata Kunci : pengetahuan pajak, kemudahan pajak, keadilan pajak, kepatuhan
Wajib Pajak UMKM, Peraturan Pemerintah No 46 Tahun 2013
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang. Perkembangan yang
dilakukan Indonesia berupa peningkatan pembangunan yang direncanakan sesuai
kebutuhan masyarakat. Untuk meningkatkan pembangunan tersebut pemerintah
membutuhkan biaya yang tak sedikit jumlahnya. Salah satu usaha pemerintah
dalam memperoleh pendapatan negara adalah dengan menggali sumber dana
dalam negeri berupa penerimaan pajak dan bukan pajak.
Untuk saat ini, penerimaan dari sektor pajak mendominasi dalam total
peneriman Negara. Hal ini sangat wajar karena sektor pajak merupakan sektor
yang memiliki sumber pasti dibandingkan dengan sektor bukan pajak. Sebagai


gambaran berikut disajikan proporsi penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak
serta penerimaan hibah selama tahun 2011 hingga 2013.
Tabel 1.1
Proporsi Penerimaan Pajak, Penerimaan Bukan Pajak serta
Penerimaan Hibah selama Tahun 2011 hingga 2013
Penerimaan
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Negara
(%)
(%)
(%)
Penerimaan
72,19%
73,28%
76,46%
Pajak
Penerimaan
27,38%

26,29%
23,25%
Bukan Pajak
Penerimaan
0,43%
0,43%
0,29%
Hibah
Total
100%
100%
100%
Sumber : Kementerian Keuangan
Direktorat Jenderal Pajak berupaya mengoptimalkan peningkatan
penerimaan pajak yang berasal dari sektor informal, yaitu Usaha Mikro Kecil dan
Menengah. Kelompok usaha ini telah terbukti mampu memberi kontribusi yang
signifikan terhadap Peneriman Domestik Bruto (PDB) nasional dan ekspor.
Kontribusi secara total dalam PDB sebesar 57,6% mampu menyerap tenaga kerja
sebanyak 96,18% dengan nilai investasi 52,9% dan kinerja ekspor non migas
mencapai 20,2% (Kementerian Negara Koperasi dan Usaha, Mikro, Kecil dan

Menengah 2013). Namun hal ini tidak diimbangi dengan penerimaan pajak sektor
UMKM. Menurut Direktorat Jenderal Pajak sumbangan penerimaan pajak sektor
UMKM hanya 0,7% dari total penetimaan pajak. Hal ini membuktikan bahwa
tingkat kepatuhan Wajib Pajak UMKM masih sangat rendah sehingga diperlukan
kajian tentang faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak UMKM.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan formal adalah
pengetahuan pajak. Supriyadi dan Nur Hidayati (2008) mengungkapkan bahwa
penelitian yang dilakukan di KPP Sidoarjo Timur menunjukan pengetahuan pajak
memiliki pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Mustikasari (2007)
menunjukan kemudahan Wajib Pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan
Wajib Pajak badan. Hal tersebut terjadi karena Wajib Pajak badan merasakan
banyak manfaat dan kemudahan dalam membayar pajak. Penelitian Chistensen
(1994) dalam Witono (2008) menemukan bahwa ada hubungan positif antara
persepsi keadilan pajak terhadap tingkat kepatuhan. Pembayara pajak cenderung
akan menghindari membayar pajak jika mereka menganggap bahwa sistem pajak
tidak adil.
Untuk meningkatkan penerimaan pajak sektor UMKM, pemerintah
mengeluarkan peraturan mengenai pajak UMKM yang tercermin dalam peraturan
pemerintah yakni PP Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki

Peredaran Bruto Tertentu yang mulai berlaku efektif mulai tanggal 1 Juli 2013.

Dikeluarkannya PP Nomor 46 tahun 2013 ini oleh pemerintah
dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak orang pribadi dan
atau badan yang memiliki peredaran bruto tertentu yang diperlukan ketentuan
tersendiri mengenai perhitungan, penyetoran dan pelaporan pajak penghasilan
yang terutang. Batasan peredaran usaha Wajib Pajak orang pribadi dan badan
dalam PP Nomor 46 Tahun 2013 sebesar Rp 4,8 Milyar dengan tarif pajak
penghasilan dikenakan sebesar 1% dari omzet per bulan.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dipaparkan
diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan analisa mengenai
pengaruh pengetahuan pajak, kemudahan pajak dan keadilan pajak terhadap
kepatuhan Wajib Pajak PP Nomor 46 tahun 2013 khusus UMKM. Studi dilakukan
pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Gubeng dengan pertimbangan
banyaknya pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang berada dan
terdaftar dalam cakupan wilayah kerja KPP Pratama Surabaya Gubeng.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini antara lain adalah untuk mengetahui, apakah
Pengetahuan Pajak memiliki pengaruh terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak
UMKM di KPP Pratama Surabaya Gubeng, apakah kemudahan Perpajakan

memiliki pengaruh terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak UMKM di KPP
Pratama Surabaya Gubeng, serta apakah Keadilan Pajak memiliki pengaruh
terhadap kepatuhan Formal Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama Surabaya
Gubeng
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Pengetahuan Pajak terhadap
Kepatuhan Formal Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama Surabaya Gubeng, untuk
menguji pengaruh Kemudahan Pajak terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak
UMKM di KPP Pratama Surabaya Gubeng, untuk menguji pengaruh Keadilan
Pajak terhadap kepatuhan Formal Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama Surabaya
Gubeng
2. Landasan Teori
2.1 Teori Atribusi
Atribusi merupakan salah satu proses pembentukan persepsi ataupun perilaku.
Atribusi merupakan suatu teori yang menggambarkan mengenai hal yang
menyebabkan seseorang berperilaku (Anggraeni, 2013:28).
Pada dasarnya, teori atribusi menyatakan bahwa bila individu-individu
mengamati perilaku seorang, mereka mencoba untuk menentukan apakah hal
tersebut ditimbulkan secara internal atau eksternal (Robbins, 2003 dalam
Fikriningrum, 2012:10). Perilaku yang disebabkan secara internal adalah perilaku

yang diyakini berada di bawah kendali individu itu sendiri atau berasal dari faktor
internal seperti pengetahuan, kesadaran atau kemampuan. Sedangkan perilaku
yang disebabkan secara eksternal adalah suatu perilaku yang timbul atau
dilakukan karena adanya pengaruh eksternal atau dari luar individu tersebut,
artinya individu tersebut melakukan secara terpaksa.

2.2 Pengetahuan Pajak
Pengetahuan pajak merupakan proses mengubah sikap dan tata laku seorang
Wajib Pajak atau kelompok Wajib Pajak dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Hardiningsih,2011:126).
Palil (2005) mengungkapkan bahwa pengetahuan Wajib Pajak tentang pajak
yang baik akan memperkecil tax evasion. Supriyadi dan Nur Hidayati (2008)
mengungkapkan bahwa penelitian yang dilakukan di KPP Sidoarjo Timur
menunjukan pengetahuan pajak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan Wajib
Pajak, sedangkan persepsi Wajib Pajak mengenai petugas pajak dan kriteria Wajib
Pajak patuh tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Semakin
tinggi pengetahuan dan pemahaman Wajib Pajak, maka Wajib Pajak dapat
menentukan perilakunya dengan lebih baik dan sesuai dengan ketentuan
perpajakan. Tetapi jika Wajib Pajak tidak memiliki pengetahuan mengenai
Peraturan pajak mereka tidak dapat menentukan perilakunya dengan baik. Dengan

adanya pengetahuan perpajakan akan membantu Wajib Pajak untuk meningkatkan
kepatuhan pajak mereka.
2.3 Kemudahan Pajak
Kemudahan dalam administrasi pajak merupakan salah satu asas atau prinsip
pemungutan pajak. Menurut Rosdiana (2012:117) asas kemudahan administrasi
perpajakan mempunyai beberapa aspek yang mendasarinya, yaitu :
a. Asas Certainty (kepastian)
b. Asas Convenience (kemudahan/kenyamanan)
c. Asas Efficiency
d. Asas Neutrality.
BG Consulting (2003) dalam papernya menjelaskan kemudahan pajak
dapat dicapai melalui kemudahan dalam (1) sistem pajak, yang berarti mengurangi
jumlah pajak agar memudahkan untuk membayar dan mengumpulkan pajak, (2)
Peraturan pajak, yang berarti penyederhanaan Undang-Undang dan hukum yang
terkait agar mudah dimengerti dan mengurangi distorsi, dan (3) penerapan
Peraturan pajak, yang berarti mengkomunikasikan Peraturan pajak secara
langsung dan efektif kepada sektor yang tepat.
2.4 Keadilan Pajak
Asas keadilan merupakan asas yang cukup penting dalam menetukan desain
sistem perpajakan. Otto Eickstein dalam Rosdiana (2012:119) bahwa sistem

perpajakan yang berhasil apabila masyarakat merasa yakin bahwa pajak – pajak
yang dipungut oleh Pemerintah sudah dilaksanakan secara adil dan setiap orang
telah membayar sesuai bagiannya. Pengenaan pajak yang adil adalah semakin
besar penghasilan Wajib Pajak, maka semakin besar pula pajak yang harus
dibayar.
Menurut Mansury (1996:10) keadilan dalam perpajakan dapat dibagi
menjadi dua, yaitu :
a. Keadilan horizontal, yaitu semua orang yang mempunyai kemampuan
ekonomi atau mendapatkan tambahan kemampuan ekonomi yang sama harus
dikenakan pajak yang sama harus dikenakan pajak yang sama.
b. Keadilan vertikal, yang berkenaan dengan kewajiban membayar pajak yang
kemampuan membayarnya
tidak sama, yaitu semakin besar

kemampuannyauntuk membayar pajak maka harus semakin besar tarif pajak
yang dikenakan.
Oleh sebab itu, kesadaran masyarakat sebagai Wajib Pajak yang patuh sangat
erat dengan persepsi keadilan pajak. Jika persepsi keadilan masyarakat sebagai
Wajib Pajak tinggi, maka mereka akan memiliki kesadaran untuk berperilaku
patuh terhadap Peraturan perpajakan yang berlaku. Tetapi, Jika persepsi keadilan

masyarakat sebagai Wajib Pajak rendah, maka mereka akan menurunkan tingkat
kepatuhan mereka dan akan melakukan penghindaran pajak dan pengurangan
pajak (tax evasion).
2.5 Kepatuhan Pajak
Menurut Gibson dalam Jatmiko (2006:17) kepatuhan adalah motivasi
seseorang, kelompok atau organisasi untuk berbuat atau tidak berbuat sesuai
dengan aturan yang ditetapkan. Jadi Wajib Pajak yang patuh adalah Wajib Pajak
yang taat dan melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
perUndang-Undangan yang berlaku (Imaniyah dan Handayani, 2008).
Adapun dua macam kepatuhan Wajib Pajak menurut Nurmantu (2003:148) :
a. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi
kewajiban perpajakan secara formal sesuai ketentuan perUndangan yang
berlaku.
b. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimaana Wajib Pajak secara
subtantif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan
sesuai isi dan jiwa Undang-Undang perpajakan.
2.6 Kerangka Konseptual dan Hipotesis
Berdasarkan pemahaman pustaka yang sudah dipaparkan, penelitian ini
menggambarkan hubungan antara variabel pengetahuan pajak, kemudahan pajak
dan keadilan pajak terhadap kepatuhan formal Wajib Pajak UMKM.

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Pengetahuan Pajak
2.6.1.1.1.1 (X1)

H1

Kemudahan Pajak
(X2)

H2

Keadilan Pajak
(X3)

H3

Kepatuhan Formal Wajib
Pajak UMKM PP 46 Tahun
2013
(Y)

H1 :Pengetahuan Pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak
UMKM
H2 :Kemudahan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan formal Wajib Pajak
UMKM
H3 :Keadilan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan formal Wajib Pajak UMKM

3. Metode Penelitian
3.1 Identifikasi Variabel
Variabel merupakan suatu konsep yang mempunyai bermacam-macam
nilai (Nazir dalam Anshori dan Iswati, 2006:56). Variabel yang akan dianalisis
dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel Bebas (X)
Menurut Sugiyono (2009:39) variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel
terikat. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengetahuan pajak (X1), kemudahan pajak (X2), dan keadilan pajak (X3).
b. Variabel Terikat (Y)
Menurut Sugiyono (2009:39) variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi
atau menjadi akibat adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah Wajib Pajak UMKM (Y)
3.2 Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data sekunder dapat diperoleh dari KPP Pratama
Surabaya Gubeng, Ruang Baca serta Perpustakaan Universitas Airlangga.
Sedangkan data primer dapat diperoleh dengan cara membagikan kuisoner kepada
Wajib Pajak UMKM sesuai PP Nomor 46 Tahun 2013 yang terdaftar pada KPP
Pratama Surabaya Gubeng.
3.3 Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode survey.
Metode survey dilakukan dengan cara menyebarkan kuisoner secara langsung
kepada Wajib Pajak UMKM PP Nomor 46 Tahun 2013 di KPP Pratama Surabaya
Gubeng mulai tanggal 16 Januari sampai dengan 15 Maret 2015.
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua Wajib Pajak UMKM yang
memperoleh penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
yang memiliki peredaran bruto tertentu yaitu tidak lebih dari Rp 4,8 Milyar yang
terdaftar di KPP Pratama Surabaya Gubeng. Populasi dalam penelitian ini dapat
dijelaskan pada tabel 3.1 :
Tabel 3.1
Populasi Penelitian
Keterangan
Jumlah Wajib Pajak
Wajib Pajak terdaftar 2014

44.369

Wajib Pajak efektif 2014

21.182

Wajib Pajak memiliki omzet tidak
melebihi Rp 4,8 Milyar 2014

3.594

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Gubeng
Besaran ukuran sampel menggunakan rumus Isac dan Michael dalam Zaenudin
(2000) karena dapat menggambarkan proporsi Wajib Pajak patuh dengan lebih
baik dengan hasil hitung 93,57 dibulatkan menjadi 100.

3.5 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan t-test untuk
menguji pengaruh variabel secara parsial terhadap variabel terikat. Dalam
penelitian ini tingkat signifikan yang digunakan adalah 5%. Langkah-langkah
dalam melakukan uji t adalah sebagai berikut :
a. Menetukan hipotesis statistik Ho dan Ha
H0 : β1 = 0, berarti bahwa masing-masing variabel bebas secara individual
tidak berpengaruh terhadap variabel terikat kepatuhan formal Wajib Pajak.
Ha : β1 ≠ 0, berarti bahwa masing-masing variabel bebas secara individual
berpengaruh terhadap variabel terikat kepatuhan formal Wajib Pajak.
b. Menetukan taraf signifikan (α = 5%)
c. Menghitung besarnya thitung dengan menggunakan SPSS 18
d. Menentukan daerah penolakan hipotesis ;
1. Jika signifikasi t > 0,05 (α) maka H0 diterima (Ha ditolak).
2. Jika signifikasi t ≤ 0,05 (α) maka H0 ditolak (Ha diterima).
Melakukan interpretasi hasil oleh data.
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang diperoleh dari penyebaran
kuisoner kepada Wajib Pajak baik Badan ataupun Orang Pribadi yang memiliki
usaha dengan peredaran bruto tertentu sesuai PP No 46 Tahun 2013 yang tidak
melebihi 4,8 Milyar di KPP Pratama Surabaya Gubeng.
Tabel 4.1
Data Distribusi Kuisoner
NO
Keterangan
1
Kuisoner yang dibagikan
2
Kuisoner yang tidak kembali
3
Kuisoner yang kembali
4
Kuisoner yang tidak dapat diolah
5
Kuisoner yang dapat diolah
Sumber : Kuisoner diolah

Jumlah Kuisoner
130
16
114
14
100

4.2 Validitas dan Reliabilitas
Suatu instrumen dikatakan valid apabila r-hitung ≥ r-tabel (r-tabel =0,3) dan
instrumen dikatakan apabila memiliki nilai reliabel Cronbach’s Alpha sebesar 0,6
atau lebih (Ghozali, 2005:41-45). Berdasarkan hasil uji validitas variabel bebas
keadilan pajak pada indikator X3.5 adalah tidak valid (r-hitung =0,035) dan
indikator X3.5 tidak diikut sertakan dalam perhitungan regresi selanjutnya.
Sedangkan hasil uji reliabilitas besarnya nilai Cronbach’s Alpha baik pada variabel
bebas dan variabel terikat lebih besar dari 0,60. Oleh karena itu, item-item
pernyataan yang membentuk variabel penelitian adalah reliabel (andal).
4.3 Uji Asumsi Klasik
4.3.1 Uji Normalitas

Hasil Uji Normalitas
Test Statistics

Chi-square

Unstandardize
d Residual
a
60,000

df

79

Asymp. Sig.

,945

a. 80 cells (100,0%) have
expected frequencies less
than 5. The minimum
expected cell frequency is 1,3.

Kriteria keputusan dapat dilihat signifikan hasil perhitungan, apabila nilai
tersebut lebih besar dari 0,05 (α) maka distribusi data dinyatakan normal. Pada
tabel 4.16 dapat dilihat nilai signifikan sebesar 0,945 yang lebih besar dari 0,05
(α), maka distribusi data dinyatakan normal.
4.2.2 Uji Multikolinieritas

Variabel

Tabel 4.2
Hasil Uji Multikolinieritas
Nilai VIF
Tolerance Value

Keterangan

Pengetahuan Pajak

1,430

0,699

Tidak terjadi multikolineritas

Kemudahan Pajak

1,753

0,571

Tidak terjadi multikolineritas

Keadilan Pajak

1,323

0,756

Tidak terjadi multikolineritas

diketahui bahwa semua variabel bebas mempunyai nilai VIF di atas angka 1
dan di bawah angka 10, serta memiliki tolerance value di atas 0,1. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak terjadi gejala
multikolineritas.
4.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Gambar 4.1

menunjukkan bahwa sebaran data tidak membentuk pola yang jelas. Gambar
tersebut menunjukkan bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol
pada sumbu Y. dari pengujian ini dapat diambil kesimpulan bahwa pada model
regresi ini tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal ini menunjukkan bahwa variasi
data bersifat homogen, sehingga variabel tergantung benar-benar hanya dijelaskan
oleh variabel bebas.
4.2.4 Analisis Regresi Linier Berganda
Tabel 4.3
Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel
Koefisien Regresi
t-hitung
Konstanta
2,628
10,742
Pengetahuan Pajak
0,164
2,046
Kemudahan Pajak
0,185
2,125
Keadilan Pajak
-0,160
-1,956
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Korelasi (R)
F Hitung
Signifikansi

Signifikansi
0,000
0,044
0,036
0,054
0,153
0,391
5,759
0,001

Berdasarkan tabel 4.3 , maka didapatkan persamaan regresi sebagai berikut :
Y = 2,628 + 0,164 X1 + 0,185 X2 – 0,160 X3 + 0,369
Dari persamaan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Konstanta pada persamaan regresi linier berganda menunjukan nilai
sebesar 2,628 yang artinya apabila variabel pengetahuan pajak,
kemudahan pajak dan keadilan pajak bernilai 0 (nol) atau konstan, maka
kepatuhan formal Wajib Pajak UMKM nilainya sebesar 2,628.
2. Nilai β1 sebesar 0,164 tersebut mempunyai arti jika nilai variabel
pengetahuan pajak (X1) ditingkatkan satu, sedangkan variabel kumudahan
pajak dan keadilan pajak bernilai tetap, maka kepatuhan formal Wajib
Pajak UMKM akan meningkat sebesar 0,164
3. Nilai β2 sebesar 0,185 tersebut mempunyai arti jika nilai variabel
kemudahan pajak (X2) ditingkatkan satu, sedangkan variabel pengetahuan
pajak dan keadilan pajak bernilai tetap, maka kepatuhan formal Wajib
Pajak UMKM akan meningkat sebesar 0,185
4. Nilai β3 sebesar -0,160 tersebut mempunyai arti jika nilai variabel keadilan
pajak (X3) ditingkatkan satu, sedangkan variabel pengetahuan pajak dan
keadilan pajak bernilai tetap, maka kepatuhan formal Wajib Pajak UMKM
akan menurun sebesar 0,160
5. Nilai e sebesar 0,369 menunjukan banyaknya kesalahan model regresi
dalam memprediksikan nilai kepatuhan formal Wajib Pajak UMKM
4.2.5 Hasil Analisis Uji Hipotesis
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Variabel pengetahuan pajak
Nilai koefisien regresi untuk variabel pengetahuan pajak (X1) adalah sebesar
0,164 dengan tingkat signifikansi 0,044. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05
berarti sehinga dapat dinyatakan bahwa variabel pengetahuan pajak (X 1)
berpengaruh positif terhadap kepatuhan formal Wajib Pajak UMKM.
2. Variabel kemudahan pajak
Nilai koefisien regresi untuk variabel kemudahan pajak (X2) adalah sebesar
0,185 dengan tingkat signifikansi 0,036. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05
berarti sehinga dapat dinyatakan bahwa variabel kemudahan pajak (X2)
berpengaruh positif terhadap kepatuhan formal Wajib Pajak UMKM.
3. Variabel keadilan pajak
Nilai koefisien regresi untuk variabel keadilan pajak (X3) adalah sebesar 0,160 dengan tingkat signifikansi 0,054. Nilai signifikansi lebih besar dari 0,05
berarti sehinga dapat dinyatakan bahwa variabel keadilan pajak (X3) tidak
berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan formal Wajib Pajak UMKM.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Pengetahuan Pajak terhadap Kepatuhan formal Wajib Pajak
UMKM
Variabel pengetahuan pajak akan menunjukkan tingkat pengetahuan formal
Wajib Pajak UMKM pada KPP Pratama Surabaya Gubeng mengenai peraturan
perpajakan dalam hal ini PP Nomor 46 Tahun 2013. Variabel pengetahuan
perpajakan direflekasikan melalui pendaftaran NPWP saat dimulainya usaha,
pengetahuan tentang penghitungan pajak, pengetahuan tentang sanksi,
pengetahuan tentang perolehan pengetahuan pajak.
Hasil pengujian statistik koefisien regresi tabel 4.3 menunjukan adanya
pengaruh pada variabel pengetahuan pajak terbukti dengan nilai signifikansi
sebesar 0,044 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian
menerima hipotesis 1 (satu) dan mengindikasikan pengetahuan pajak berpengaruh
terhadap kepatuhan formal Wajib Pajak UMKM sesuai PP Nomor 46 Tahun 2013.
Wajib Pajak UMKM yang memenuhi kriteria PP Nomor 46 Tahun 2013 yaitu
Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yang omzetnya tidak
melebihi Rp. 4,8 Milyar akan mematuhi peraturan pemerintah tersebut jika Wajib
Pajak UMKM mengetahui PP Nomor 46 Tahun 2013 dengan baik.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian palil (2010) yang menyatakan
bahwa pengetahuan pajak adalah penting dan mempengaruhi kepatuhan Wajib
Pajak. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan pajak mempunyai pengaruh
cukup tinggi dalam perpajakan. Artinya Wajib Pajak UMKM perlu mengetahui
seluruh hal terkait PP Nomor 46 Tahun 2013 seperti tata cara pembayaran,
penghitungan, pelaporan serta sanksi yang akan dikenakan jika melanggar
peraturan tersebut yang akan meningkatkan kepatuhan formal Wajib Pajak.
Sesuai teori atribusi, pengetahuan pajak merupakan atribusi internal karena
berada di bawah kendali pribadi itu sendiri. Wajib Pajak memiliki pengetahuan
pajak tidak karena paksaan pihak lain, melainkan karena hasil kerja fikir yang
timbul dari dalam diri sendiri. Selain itu pengetahuan perpajakan dapat
dipengaruhi oleh pendidikan formal dan non formal yang mengandung dua aspek
yaitu aspek positif dan aspek negatif.

4.3.2 Pengaruh Kemudahan Pajak terhadap Kepatuhan Pajak Wajib Pajak
UMKM
Variabel kemudahan pajak akan menunjukkan tingkat kemudahan
penerapan peraturan perpajakan dalam hal ini PP Nomor 46 Tahun 2013. Variabel
kemudahan perpajakan direflekasikan melalui peraturan yang lebih mudah
dimengerti dari peraturan sebelumnya, penetapan tarif pajak tunggal serta tarif
yang berkurang.
Hasil pengujian statistik koefisien regresi tabel 4.3 menunjukan adanya
pengaruh pada variabel kemudahan pajak terbukti dengan nilai signifikansi
sebesar 0,036 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian
menerima hipotesis 2 (dua) dan mengindikasikan kemudahan pajak berpengaruh
positif terhadap kepatuhan formal Wajib Pajak UMKM sesuai PP Nomor 46
Tahun 2013. Wajib Pajak UMKM yang memenuhi kriteria PP Nomor 46 Tahun
2013 yaitu Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yang omzetnya
tidak melebihi 4,8 Milyar akan mematuhi peraturan pemerintah tersebut jika
Wajib Pajak UMKM menganggap PP Nomor 46 Tahun 2013 cukup mudah
diterapkan. Mudah dalam hal ini dapat dilihat dari segi mudah menghitung jumlah
pajak yang terutang, mudah untuk mengerti peraturan perpajakan serta mudah
karena jumlah pajak yang dibayarkan berkurang.
Hasil pengujian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Holtzman
(2007) yang menyebutkan bahwa sistem pajak yang mudah akan mengurangi
beban kepatuhan pajak dibandingkan dengan sistem pajak yang kompleks.
Semakin mudah sistem pajak yang berlaku maka beban kepatuhan pajak akan
berkurang dan kepatuhan pajak akan meningkat.
Hasil penelitian ini pun sesuai dengan hasil yang diungkapkan dalam
penelitian mustikasari (2007) yang melakukan penelitian mengenai kepatuhan
Wajib Pajak badan dan dari penelitian itu menunjukan bahwa kemudahan Wajib
Pajak badan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
4.3.3 Pengaruh Keadilan Pajak terhadap Kepatuhan Pajak Wajib Pajak
UMKM
Variabel keadilan pajak akan menunjukkan tingkat keadilan penerapan
peraturan perpajakan dalam hal ini PP Nomor 46 Tahun 2013. Variabel keadilan
perpajakan direflekasikan melalui keadilan objek pajaknya, keadilan dalam
penentuan tarif, manfaat yang sesuai dan adil dari pemerintah atas pembayaran
pajak penghasilan, Ketentuan mengenai restitusi (pengembalian kelebihan
pembayaran) dan surat keterangan bebas (SKB) yang hanya diberikan Wajib
Pajak patuh serta keadilan jumlah pembayaran dibandingkan Wajib Pajak
berpenghasilan rendah.
Hasil pengujian statistik koefisien regresi tabel 4.3 menunjukan tidak
adanya pengaruh pada variabel kemudahan pajak terbukti dengan nilai
signifikansi sebesar 0,0054 lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
hasil penelitian menolak hipotesis 3 (tiga) dan mengindikasikan keadilan pajak
tidak berpengaruh terhadap kepatuhan formal Wajib Pajak UMKM sesuai PP
Nomor 46 Tahun 2013.

Pengenaan pajak yang adil adalah semakin besar penghasilan Wajib Pajak,
maka semakin besar pula pajak yang harus dibayar. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan oleh Musgrave & Musgrave (1989:99) yang disebut juga dengan
keadilan vertikal tercermin dari (i) beban pajak bersifat progresif, yaitu semakin
tinggi kemampuan ability to pay, maka semakin besar pajak yang dipikul; (ii)
perbedaan besar beban pajak yang dipikul semata-mata didasarkan tingkat ability
to pay bukan berdasarkan jenis atau sumber penghasilan, sehingga penghitungan
PPh final yang langsung dari peredaran bruto tidak sesuai dengan konsep keadilan
pajak. Hal ini dikarenakan peredaran bruto seorang Wajib Pajak belum tentu
mencerminkan keadaan Wajib Pajak tersebut.
Penelitian ini didukung pula dengan penelitian yang dilakukan Pris (2010)
yang menunjukkan tidak adanya pengaruh antara keadilan pajak terhadap
kepatuhan Wajib Pajak badan di jakarta ditunjukkan dengan signifikansi sebesar
0,06.
Peneliti ini juga selaras dengan teori fairness yang menyatakan jika Wajib
Pajak merasa tidak mendapatkan pertukaran yang adil dari pemerintah atas pajak
yang telah dibayarkan, maka mereka akan mengubah pandangan mereka akan
keadilan pajak sehingga berakibat pada perilaku mereka dalam membayar pajak
dengan mengurangi beban pajak yang akan mereka bayarkan.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Azmi dan
Perumal (2008) yang membuktikan adanya pengaruh antara keadilan pajak
terhadap kepatuhan Wajib Pajak yang ditunjukan dengan hasil nilai signifikansi
kurang dari 0,05 dan benilai positif. Perbedaan ini dikarenakan adanya perbedaan
pola pikir antara Wajib Pajak Surabaya khususnya KPP Pratama Surabaya
Gubeng dengan Wajib Pajak di Malaysia. Hal ini diperkuat dengan responden
Azmi dan Perumal (2008) lebih banyak yang berumur 40-59 tahun, sedangkan
dalam penelitian ini lebih banyak yang berumur 26-40 yang masih berusia
produktif.
5. Kesimpulan
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian mengenai pengaruh pengetahuan pajak,
kemudahan pajak dan keadilan pajak terhadap kepatuhan formal Wajib Pajak
UMKM dengan pengetahuan pajak, kemudahan pajak dan keadilan pajak sebagai
variabel terikat, maka diperoleh simpulan ebagai berikut :
1. Pengetahuan pajak memiliki pengaruh terhadap perilaku kepatuhan formal
Wajib Pajak UMKM sesuai dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 yaitu yang
memiliki peredaran bruto tertentu yang omzetnya tidak melebihi 4,8 Milyar
dan bertempat tinggal atau berkedudukan di wilayah kerja KPP Pratama
Surabaya Gubeng dengan pengaruh 4,4%. Hasil ini sesuai dengan yang
dilakukan oleh Palil (2010)
2. Kemudahan pajak memiliki pengaruh terhadap perilaku kepatuhan formal
Wajib Pajak UMKM sesuai dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 yaitu yang
memiliki peredaran bruto tertentu yang omzetnya tidak melebihi 4,8 Milyar
dan bertempat tinggal atau berkedudukan di wilayah kerja KPP Pratama
Surabaya Gubeng dengan pengaruh 3,6%. Hasil ini sesuai dengan yang
dilakukan oleh Holtzman (2007) dan Mustikasari (2007)

3. Keadilan pajak tidak memiliki pengaruh terhadap perilaku formal Wajib
Pajak UMKM sesuai dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 yaitu yang memiliki
peredaran bruto tertentu yang omzetnya tidak melebihi 4,8 Milyar dan
bertempat tinggal atau berkedudukan di wilayah kerja KPP Pratama Surabaya
Gubeng. Hasil ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Pris (2010)
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut :
1. Bagi Pemerintah
a. Pemerintah perlu mengkaji ulang peraturan pemerintah yang dibuat
dengan memperhatikan masyarakat disetiap kalangan dan juga
memperhatikan dampak dari peraturan yang dibuat.
b. Pemerintah perlu terus berupaya meningkatkan kemudahan pajak dan
sistem perpajakan yang berlaku saat ini agar masyarakat tidak merasa
kesulitan dalam membayar pajaknya dan merasa adil dengan jumlah pajak
yang dibayarkan sehingga kepatuhan formal Wajib Pajak akan meningkat.
2. Bagi penelitian selanjutnya
a. Untuk penelitan selanjutnya diharapkan menggunakan variabel lain atau
menambah variabel lain yang dapat mempengaruhi kepatuhan formal
Wajib Pajak terkait PP Nomor 46 tahun 2013 sehingga penelitian dapat
dilihat dari sisi yang berbeda
b. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menambah jangkauan penelitian
atau memperbesar sampel ke wilayah lain sehingga dapat lebih banyak
mewakili populasi Wajib Pajak UMKM PP Nomor 46 Tahun 2013.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Dian B.2013.Persepsi Keadilan Pajak terhadap Perilaku Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang
Universitas Airlangga
Anshori, Muslich dan Sri Iswati . 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif.
Surabaya : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
Azmi, Anna A. Che & Kamala A. Perumal.2008. The Fairness Dimenson in an
Asian Context : The Malaysian Perspective. International Review of
Business Research Papers, IV No. 5 (10-11):11-19
BG Consulting.2003. Tax Simplicity and Stability: Attractive to Countries and
Inventors. Paper tidak diterbitkan. Unites Stated:BG Consulting, lnc.
Fikriningrum, Winda K.2012. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Wajib
Pajak Orang Pribadi dalam Memenuhi Kewajiban Membayar Pajak.
Skripsi tidak diterbitkan. Semarang Universitas Diponegoro
Ghozali, Imam.2006.Aplikasi Analisis Multi Variate dengan Program SPSS Edisi
ke 3. Semarang : Universitas Diponegoro.
Hardaningsih, Pancawati.2011.Faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan
membayar pajak. Dinamika Keungan dan Perbankan, III No. 1 (11):126142
Holtzman, Yair.2007. Challenges in Achieving Transparency, Simplicity and
Administering of The United Stated Tax Code. Journal of Management
Development, XXVI No. 5:418-427

Imaniyah, Nur & Bestari Dwi Handayani. 2008. Pengaruh Penghasilan dan
Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam
Membayar PBB di Kelurahan Tegalrejo Kota Pekalongan. Simposium
Nasional Perpajakan II
Jatmiko, Agus Nugroho.2006.Pengaruh Sikap Wajib Pajak pada Pelaksanaan
Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan terhadap
Kepatuhan Perpajakan. Thesis Universitas Diponegoro
Kusumawati. 2006. Analisis Perilaku Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap
pelaksanaan Self Asessment System. Tesis tidak diterbitkan. Malang
Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya
Mansury, R.1996.Pajak Penghasilan Lanjutan. Jakarta:Ind, Hill-Co
Mustikasari, Elia.2007. Kajian Empiris tentang Kepatuhan Wajib Pajak Badan di
Perusahaan industri Pengelolahan di Surabaya. Simposium Nasional
Akuntansi X, Universitas Hasanudin Makasar
Musgrave,Richard,dan Peggy B. Musgrave. 1989. Public Finance in Theory and
Practice. New York: McGraw Hill Company
Palil, M. Rizal.2005. Does Tax Nowledge Matters in Self Assessment Systems?
Evidence from Malaysian Tax Administrative. The Journal of American
Academy of Business, VI No. 2 (3):80-84
------------------.2010. Tax Knowledge and Tax Compliance Determinants in Self
Assessment System in Malaysia .Thesis tidak diterbitkan. Birmingham
Department of Accounting and Finance The University of Birmingham
Pris, K. Andarini. 2010. Dampak Dimensi keadilan Pajak terhadap Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak Badan. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
--------------.Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak
Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh
Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
--------------.
Richardson, Grant. 2006. The Impact of Tax Fairness Dimensions on Tax
Compliance Behavior in an Asian Jurisdiction: The Case of Hong Kong.
International Tax journal, XXXII (1):29-42
Rosdiana,Haula,dan Edi Slamet Iriyanto.2012. Pengantar Ilmu Perpajakan:
Kebijakan dan Implementasi di Indonesia. J a k a r t a : R a j a w a l i
Saad, Natrah. 2010. Fairness Perceptions and Compliance Behavior: The Case of
Salaried Tax Payers in malaysia after Implementation of the Self
Assessment Sysyem. Journal of Tax Research, VIII No. 1 (6):32-63
Supriyati & Nur hidayati. 2008. Pengaruh Kepatuhan Pajak dan Persepsi Wajib
Pajak terhadap Kepatuhan Wajib pajak. Jurnal Akuntansi dan Teknologi
InformasI, VII NO. 1:41-50
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta
Witono, Banu. 2008. Peran pengetahuan Pajak pada Kepatuhan Wajib Pajak.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, VII No. 2 (9):196-208