182658317 PERAN MUSLIMAH DALAM DUNIA DAKWAH docx

PERAN MUSLIMAH DALAM DUNIA DAKWAH

Oleh : Ummu Alif, SP
(Aktifis Hizbut Tahrir Indonesia)
Pendahuluan
Permasalahan menyangkut kaum hawa ini tidak pernah surut dalam
berbagai pembahasan, mulai dari mode pakaian, kontes kecantikan,
pendidikan anak, kedudukan dan peran mereka dalam keluarga dan
masyarakat sampai bagaimana peran mereka dalam pembinaan umat.Tak
jarang masih muncul pertanyaan, apakah kedudukan wanita itu sama
dengan pria, lebih tinggi ataukah lebih rendah?Layakkah seorang wanita
melakukan aktifitas di luar rumah? Sejauhmana dakwah yang harus
dilakukan oleh kaum wanita?
Apabila kita kembali kepada ajaran Islam secara kaffah, pertanyaanpertanyaan di atas tidak terlalu sulit untuk dijawab. Islam sebagai agama
yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat
Jibril dengan serangkaian aturan yang mengatur manusia dengan Khaliq-Nya
(masalah aqidah dan ibadah mahdhah), manusia dengan dirinya sendiri
(akhlaq, makanan dan minuman, pakaian) dan mengatur manusia dengan
manusia lainnya (mu’amalah dan ‘uqubat). Syari’at Islam diturunkan Sang
Khaliq untuk mengatur kehidupan dan memecahkan berbagai permasalahan
hidup manusia di setiap waktu dan tempat.

Pria dan Wanita dalam Pandangan Islam
Allah SWT menciptakan manusia, baik pria maupun wanita dengan suatu
fitrah yang khas, yang berbeda dengan hewan. Masing-masing tidak dapat
dibedakan dari sisi kemanusiaannya.Allah SWT mempersiapkan keduanya
untuk mengarungi kehidupan dunia. Pria dan wanita ditetapkan Allah SWT
untuk hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Allah SWT telah membekali
manusia suatu potensi hidup (thaqah hayawiyyah) berupa dorongan
kebutuhan jasmani seperti rasa lapar, haus; potensi naluriah seperti naluri
untuk mempertahankan kehidupan, naluri seksual untuk melestarikan
keturunan dan naluri beragama; serta potensi untuk berfikir (akal). Allah
SWT telah menetapkan pemenuhan berbagai potensi ini dengan
menurunkan syari’atnya yang sempurna. Dalam hal ini, baik pria maupun

wanita sama-sama harus terikat dengan syari’at Islam yang akan menjadi
pemecah masalah kehidupan manusia selama di dunia.
Tatkala Syari’at Islam Memandang Pria dan Wanita sebagai
MANUSIA
Islam telah menetapkan berbagai hak dan kewajiban baik kepada pria
maupun kepada wanita. Tatkala hak dan kewajiban itu terkait dengan
sifatnya sebagai manusia (bersifat insaniyah), maka syari’at Islam berlaku

untuk pria dan wanita tanpa ada perbedaan.Hal ini dapat kita lihat dalam
masalah shalat, shaum, zakat, haji, memilki akhlaqul karimah, jual-beli,
‘uqubat (sanksi), belajar-mengajar, berdakwah, dan lain-lain. Semua ini
merupakan taklif hukum (beban hukum) yang sama bagi pria dan wanita
karena ayat-ayat maupun hadits-hadits yang menunjuk kepada hukum
tersebut bersifat umum bagi manusia.Allah SWT berfirman sebagai berikut :

“Sesungguhnya kaum Muslim dan Muslimah, kaum Mukmin dan Mukminat,
pria dan wanita yang senantiasa berlaku ta’at, pria dan wanita yang selalu
berlaku benar, pria dan wanita yang biasa berlaku sabar, pria dan wanita
yang senantiasa takut (kepada Allah), pria dan wanita yang gemar
bersedekah, pria dan wanita yang gemar bersedekah, pria dan wanita yang
suka berpuasa, pria dan wanita yang selalu memelihara kemaluan
(kehormatan)-nya, serta pria dan wanita yang senantiasa menyebut asma
Allah, telah Allah sediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”
(QS Al Ahzab (33) : 35)
Juga di dalam QS An Nahl (16) : 125, QS Fushilat (41) : 33, QS Al Ahzab (33) :
36, QS An Nahl (16) : 97, QS An Nisaa (4) : 124, QS Ali Imran (3) : 195, QS An
Nisaa (4) : 7, QS An Nisaa (4) : 32.
Tatkala Syari’at Islam Memandang Pria dan Wanita dari Sisi

Tabi’atnya
Di sisi yang lain, Islampun menetapkan hak dan kewajiban serta taklif hukum
tertentu (khusus), baik bagi pria saja maupun bagi wanita saja.Hal ini terkait
dengan tabi’atnya masing-masing dan kedudukannya di dalam masyarakat.
Islam menetapkan aturan yang khusus bagi wanita seperti, sebagai ibu
(hamil, menyusui, mengasuh anak) dan pengatur rumah tangga/istri,
menggunakan kerudung dan jilbab, hak mendapat mahar/maskawin, dan
lain-lain. Sementara itu bagi pria, Allah SWT telah menetapkan aturan
khusus bagi mereka,seperti kewajiban mencari nafkah, kepemimpinan dalam
rumah tangga, kewajiban memberikan mahar, dan lain-lain.
Demikianlah, Islam datang dengan membawa sejumlah hukum yang
beraneka ragam; sebagian khusus ditujukan untuk pria, dan sebagiannya
lagi khusus untuk wanita. Allah SWT telah memerintahkan kepada keduanya
untuk sama-sama bersikap ridha terhadap adanya pengkhususan hukumhukum tersebut. Sebaliknya, Allah SWT melarang masing-masing pihak (pria

atau wanita) bersikap saling iri dan dengki serta untuk berangan-angan apa
yang telah Allah karuniakan atas yang lain. Allah SWT berfirman :

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi

orang laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi
para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan
mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS An Nisaa (4) : 32)
Permasalahan Umat Islam dan Upaya Membangkitkannya
Telah lama sekali umat Islam dalam kondisi yang serba tak menentu. Negerinegeri muslim yang kaya akan sumberdaya alam menjadi objek perebutan
negera-negara adidaya yang rakus akan kekuasaan.Tak peduli cara apapun
akan ditempuh mereka, bahkan dengan peperangan sekalipun. Tak bisa
dipungkiri, banyak sekali dampak akibat peperangan yang dilakukan negara
Barat yang tidak beradab.Kerusakan, keporakporandaan, kesengsaraan,
ketidakberdayaan, kebodohan hingga ketergantungan yang disengaja pihak
musuh, akhirnya menjadi kenyataan pahit yang harus ditelan oleh kita, umat
muslim.
Berbagai aspek kehidupan, nampaknya sudah begitu kacau.Mulai masalah
ekonomi liberal, masalah sosial dan pergaulan bebasnya, pendidikan yang
sekuler, bencana alam yang terjadi akibat ulah manusia sendiri (sampah
yang bertumpuk), wabah penyakit yang kian bertambah, generasi muda
yang konsumtif-permisif/serba boleh-frustatif mulai menggejala, dan masih
banyak lagi problem manusia yang tidak kunjung selesai/terselesaikan.
Akankah kita, umat muslim (khususnya kaum wanita/ibu) akan diam dan

tidak berupaya untuk keluar dari masalah di atas?Sementara masalah
tersebut sangat jelas ada di depan mata kita?
Tentu tidak kan. Sebagai seorang hamba yang dimuliakan Allah SWT,
seorang manusia apalagi yang beriman tidak akan pernah tahan melihat
berbagai penyimpangan dan kemaksiatan berputar-putar di hadapan kita.
Kita harus bangkit dan kembali menjadi khairu ummah, seperti yang Allah
SWT janjikan dalam QS Ali Imron : 110 :

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman
kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi
mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik.” (QS Ali ‘Imran (3) : 110)
Apabila kita cermati berbagai permasalahan umat tersebut, akan kita dapat
bahwasanya akar masalah umat Islam saat ini adalah tidak lagi menjadikan
syari’at Allah SWT sebagai pengatur kehidupan manusia. Sistem ekonomi

yang diterapkan, bukanlah ekonomi Islam, sehingga masalah perputaran
harta hanya beredar di kalangan orang kaya, masalah pergaulan pun
tidaklah diatur dengan aturan Islam, tetapi pergaulan bebas yang di gembargemborkan melalui berbagai media, dan lain-lain. Allah SWT telah

memperingatkan dalam QS Thaha (20) : 124,

“Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari
kiamat dalam keadaan buta.”
Lantas, bagaimana kita harus bangkit?
Seseorang akan bangkit atau berubah (perilakunya) ketika pemahamamnya
tentang sesuatu berubah.Contoh, orang yang belum memahami bahwa
ghibah itu haram dan pelakunya akan diazab Allah SWT, tentu dia tidak akan
merasa berdosa ketika melakukan perbuatan tersebut. Akan tetapi setelah
dia dipahamkan bahwa ghibah itu sendiri apa dan bagaimana gambaran
azab Allah SWT di akhirat, tentulah dia akan mengubah perilakunya.Kondisi
ini dapat dipahami seperti firman Allah SWT dalam QS Ar Ra’du : 11,

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di
muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang
dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain

Dia.”
Insyaallah.
Kebangkitan umat Islam akan diraih, ketika pemahaman tentang kehidupan
mereka, mereka ubah dengan pemahaman Islam saja. Untuk mengubah
pemahaman ini tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, harus ada
upaya keras dari diri umat Islam sendiri untuk mau mempelajari Islam,
memahaminya, melaksanakannya dan memperjuangkannya. Semua ini
harus dilakukan oleh umat Islam, pria maupun wanita.
Menyadari luasnya cakupan aturan Islam, bagi para pengemban dakwah
(khususnya), akan sangat mustahil mendapatkan pemahaman Islam yang
menyeluruh hanya dengan “cuplik sana comot sini’. Para pengemban
dakwah harus mempelajari Islam secara sistematis, tidak serampangan.
Aktifitas belajar harus menjadi agenda utama dalam kegiatan kita seharihari, selain aktifitas hidup lainnya. Keseluruhan aktifitas tersebut terangkum
dalam apa yang disebut aktifitas DAKWAH.
Kewajiban Dakwah

Perintah dakwah merupakan perintah Allah SWT yang bersifat ‘aam (umum)
berlaku untuk pria dan juga wanita. Hal ini sangat jelas tercantum dalam
berbagai ayat dan hadits. Beberapa diantaranya sebagai berikut :
1. QS Fushilat (41) : 33

2. QS At Taubah (9) : 71
3. QS An Nahl (16) : 125
4. Qs Ali Imron (3) : 104
‫ُلممن ْلرلأىَ ْإممنيكمم ْيممنلكرراً ْفلملييلغييمر ْبإيلإدإه ْفلإ إمن ْلممل‬:‫ا ْلعللميإه ْلولسلللم ْيلقيمويل‬
‫ُلسإممع ي‬:‫ضلىَّ ْا ْلعمنيه ْلقاَلل‬
‫لعمن ْألإبىَّ ْلسإعميإد ْاًمليخمدإر ي‬
‫صللىَّ ْ ي‬
‫ا ْ ل‬
‫ت ْلريسمولل ْ إ‬
‫ىَ ْلر إ‬
‫ضلع ي‬
‫ك ْأل م‬
(‫ف ْاً م إلميلماَإن ْ)رواًه ْمسلم‬
‫يلمستلإطمع ْفلبإلإلساَنإإه ْفلإ إمن ْللمم ْيلمستلإطمع ْفلبإقلملبإإه ْلوذَلإ ل‬
Dari Abu Sa’id al-Khudry ra, ia berkata : Saya telah mendengar Rasulullah
saw bersabda :”Barangsiapa di antara kalian melihat kemunkaran maka
ubahlah dengan tangannya, bila tidak mampu (ubahlah) dengan lisan, bila
tidak mampu (ubahlah) dengan hati, dan itu adalah selemah-lemahnya
iman.” (HR Muslim)
Bercermin kepada Dakwah Rasulullah saw

Rasulullah saw adalah teladan bagi setiap umat muslim, salah satunya
adalah dalam hal dakwah. Kehidupan Rasulullah saw adalah kehidupan
dakwah Islam.Rasulullah saw berjuang tidak kenal lelah sepanjang hidupnya
hanya demi Islam hingga beliau mampu mengubah masyarakat Arab
jahiliyah menjadi masyarakat Islam yang cemerlang dan berjaya selama
ratusan tahun.
Bagi seorang da’i/da’iyah agar tidak menemukan kesulitan dalam
meneladani gerak langkah dakwah Rasul, maka ia harus berpegang kepada
Al Qur’an, as Sunnah dan senantiasa mempelajari kehidupan dakwah Rasul
saw dalam Sirah Nabawiyah atau sejarah dakwah Rasul.
Pokok-pokok Dakwah Rasulullah saw
Menelaah perjalanan dakwah Rasulullah saw, tidak dapat dilepaskan dari
tujuan dakwah itu sendiri.Tujuan dakwah Rasul saw yang dapat dicermati
dari perjalanan dakwah beliau adalah mewujudkan seluruh ajaran Islam
(Syari’at Islam) dalam kehidupan nyata.
Pada dasarnya perjuangan dakwah Rasul dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Dakwah di Mekkah, mencakup tahap pengkaderan dan tahap interaksi
dakwah
2. Dakwah di Madinah, merupakan tahap mewujudkan masyarakat Islam
Dalam periode dakwah di Mekah, Rasul saw beserta para shahabatnya

berjuang hanya dalam aspek fikriyah (pemikiran).Tujuan dakwah Rasul pada
tahap pengkaderan di Mekah tidak lain untuk memantapkan aqidah,
membentuk dan membina aqliyah dan nafsiyah Islamiyah (kepribadian
Islam) sehingga tampak adanya perubahan perilaku pada diri shahabatnya.
Selanjutnya pada tahap interaksi dakwah, Rasul beserta para shahabat
mendapatkan perlawanan yang cukup besar dari kafir Qurays.Akan tetapi

dengan kekuatan aqidah dan pemikiran Islam yang menghujam di dalam
dada mereka, segala rintangan dapat mereka hadapi. Sampai tiba
pertolongan Allah SWT yang datang dari penduduk Madinah dimana mereka
siap untuk diterapkan syari’at Islam di dalam kehidupan masyarakatnya.
Maka atas izin Allah SWT, Rasul beserta shahabatnya berhijrah ke Madinah.
Mulailah saat itu dakwah memasuki periode Madinah dan aturan Islam mulai
diterapkan di tengah-tengah mereka.
Peran Muslimah dalam Dakwah dan Kebangkitan Umat Islam
Pada dasarnya, dakwah wanita tidak berbeda dengan pria, baik dari segi
hukumnya yaitu wajib maupun dari segi metode (thoriqoh) yang harus
ditempuhnya. Perbedaannya terletak pada teknis pelaksanaannya saja
karena hal ini terkait dengan sifat-sifat khusus yang telah ditetapkan Allah
SWT atas kaum wanita serta kedudukannya yang khas di tengah

masyarakat. Sifat khusus tersebut terikat dengan aturan khusus bagi wanita
yang telah ditetapkan Allah SWT, seperti :
Larangan bepergian jauh kecuali disertai mahrom
Wajib mengenakan kerudung dan berjilbab ketika keluar rumah
Harus ada izin suami ketika akan keluar rumah
Tugas pokoknya (utama) nya sebagai ibu dan pengatur rumah
tangga
Hal ini tidak berarti dakwah wanita berjalan sendiri, begitupun dakwah pria.
Pelaksanaan dakwah tetap merupakan satu kesatuan yaitu dakwah
mewujudkan Islam di tengah-tengah kehidupan dimana kepemimpinan
berada di pihak pria. Kendati demikian, untuk mengurus dan membina
secara khusus kaum wanita, maka kegiatan seperti ini dipimpin oleh kaum
wanita sendiri.
Upaya membangkitkan umat tentu tidak terlepas dari peran seorang wanita
(ibu) yang pada hakikatnya sebagai orang yang melahirkan dan mendidik
generasi penerus umat. Wanita dikaruniai oleh Allah SWT kemampuan untuk
mengandung dan menyusui.Tak bisa dipungkiri seorang ibu memiliki peranan
yang sangat penting terhadap proses tumbuh kembang anak.Seorang ibu
juga berperan dalam mendidik anak-anaknya sehingga ibu menjadi
madrasah pertama dan utama bagi anak-anaknya.Dengan berbekal
pemahaman Islam yang kuat, seorang ibu akan mampu mengantarkan anakanaknya menjadi anak-anak yang doanya senantiasa didengar oleh Allah
SWT yang tidak lain adalah anak-anak yang shaleh, melalui seorang ibu juga
para pemimpin yang unggul akan terwujud.Tak ayal lagi, kedudukan sebagai
ibu adalah sangat ideal bagi wanita.Kriteria seorang ibu ideal diantaranya :
1. Memiliki aqidah dan Syakhshiyyah Islamiyyah
Seorang ibu yang memiliki aqidah yang kuat akan memiliki keyakinan
bahwa anak adalah amanah Allah yang kelak akan dimintai
pertanggungjawaban. Ibu yang seperti ini akan berupaya keras untuk

menanamkan keimanan yang kokoh kepada anak-anaknya sejak dini.Firman
Allah yangbisa kita renungi yaitu QS Al Hadid : 20.
Seorang ibu juga harus memiliki syakhshiyyah Islamiyyah (kepribadiam
Islam) yang kuat.Artinya menjadikan aqidah Islam sebagai asas, baik dalam
berfikir maupun berbuat, menjadikan hukum syara’ sebagai standar dalam
perbuatannya juga akan menjadi teladan yang baik dan menjadi contoh
pertama anak-anaknya.
1. Memiliki Kesadaran untuk Mendidik Anak-anaknya sebagai
Aset Umat
Ibu yang baik tentu tidak egois hanya mendidik agar anaknya mampu
mandiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan mampu mengurus
orangtuanya ketika tua.Akan tetapi seorang ibu harus juga mampu
mengarahkan anaknya untuk berjuang menjalankan perintah Allah SWT yaitu
memperjuangkan umat Islam.Kita bisa melihat teladan beberapa orang
shahabiyat seperti Asma’ binti Abu Bakar Ash Shidiq yang mampu
menjadikan anaknya, Abdullah bin Zubair, seorang kuat keimanannya dan
tidak mengenal takut untuk berjuang di jalan Allah SWT.Al Khansa seorang
ibu yang memiliki jiwa heroik yang sangat menyala dalam membela din dan
kebenaran. Keempat putranya syahid di medan pertempuran dan ia tidak
meratapinya dan juga tidak mengeluh.
1. Mengetahui dan mengasai konsep pendidikan anak
Seorang ibu haruslah memiliki wawasan dan keilmuan yang tinggi.Seorang
ibu harus terus memperkaya dirinya untuk memahami perkembangan
kondisi anaknya (baik aspek fisik, pikir dan nalurinya).
Untuk menjadi ibu ideal seperti gambaran di atas, tentulah tidak bisa jika
hanya berdiam diri. Perlu dilakukan pembinaan secara rutin dan
berkesinambungan agar para ibu memiliki aqidah dan sykhshiyyah
Islamiyyah yang tinggi. Pendidikan ibu merupakan modal utama dalam
membina dan mendidik anak agar menjadi generasi yang shaleh, generasi
yang menghasilkan pemimpin yang unggul.
Khatimah
Demikianlah gambaran umum mengenai pentingnya dakwah wanita dalam
kaitannya dengan kebangkitan umat. Selain tugas pokoknya sebagai seorang
ibu dan pengatur rumah tangga, wanita juga berperan sebagai hamba Allah
SWT dan sebagai bagian dari masyarakat.
Untuk itulah, mari kita bersama-sama songsong KEBANGKITAN UMAT ISLAM
dengan mengembalikan seluruh hukum-hukum Allah SWT di tengah-tengah
kehidupan kita. Hal ini hanya terwujud dengan jalan membina diri, keluarga
dan masyarakat dengan pemahaman Islam yang jernih dan mendalam.
Wallahu’alam bishawab
Sumber : http://10108602.blog.unikom.ac.id/peran-muslimah.119

Peran Muslimah dalam Dakwah: Antara Realita dan Idealita

Setelah menunggu setengah jam kedatangan peserta, akhirnya kajian
dimulai. Kali ini, topic yang diangkat adalah tentang wanita yang memang
selalu menarik untuk dibicarakan. Jika kita melihat sejarah, setelah
konferensi wanita tahun 1995 tentang isu feminisme, pergerakan pengarus
utamaan gender sangat berkembang hingga dewasa ini. Bahkan tidak dapat
dipungkiri, bahwa dalam perkembangannya justru mengarahkan untuk
melangkahi kodrat sebagai seorang wanita,nauzubillahi mindzalik. Untuk
itulah, menurut penulis kajian yang diadakan ini sangat strategis diadakan
dalam rangka memberikan pembekalan kepada muslimah, khususnya aktifis
dakwah tentang bagaimana sebenarnya Islam mengatur tentang peran
muslimah dalam dakwah (idealitas) dan bagaimana seharusnya mereka
dalam menghadapi kehidupan nyata (realitas). Sebagai nara sumber dauroh
adalah ustazah Chanifah yang merupakan seorang ibu berputra enam dan
sukses dalam memanage keluarga dan berdakwah.
Di antara berbagai ideologi maupun agama yang ada di dunia ini, hanya
Islamlah yang memposisikan wanita paling mulia dibandingkan yang lain.
Peran seorang muslimah dalam Islam semakin meluas cakupannya, dimulai
sebagai hamba Allah, anak, istri, ibu dan anggota masyarakat. Peran
tersebut tidak bisa terhapus maupun tergantikan satu sama lain.

Pertama, sebagai hamba Allah. Sesungguhnya sebagaimana ada dalam surat
An-Nahl ayat 97 bahwa seorang wanita tidak berbeda dalam tuntutan
ketaatannya kepada Allah dibandingkan laki-laki kecuali sedikit. Tugas

dakwah merupakan bagian dari pengabdian kepada Allah dimana untuk
melaksanakannya diperlukan persiapan yang serius seperti tertulis dalam
surat Al Muzamil ayat 1-8 dan surat Ali Imran 104. Apalagi para da’I
merupakan kaum elit pilihan Allah sebagaimana termaktub dalam Surat Al
Fusilat ayat 33. Selain itu ketaatan kepada Allah akan menjadi teladan atau
dakwah bil hal kita bagi masyarakat maupun mad’u. Bahkan menjadi
seorang da’iyah maka berarti dia telah mengambil peran untuk
memperindah Islam. Masha Allah.

Kedua, sebagai anak. Ada beberapa tugas yang harus dijalankan seorang
muslimah dalam posisinya sebagai anak. Yaitu taat kepada orang tua
(17:18), berbakti (4:36), memberi nafkah (2:215), menyampaikan nasehat
(19:45), mendoakan (17:24) dan memelihara kehormatan mereka (31:15).
Ketiga, sebagai seorang istri. Sudah menjadi kewajiban bagi seorang
muslimah untuk taat kepada suami (4:34), menjaga kehormatan suami
(4:34), mendukung tugas dakwah suami, mengingatkan dalam ketaatan
kepada Allah. Dalam hal ini, kisah ibunda Cut Nyak Din, patut menjadi
sebuah inspirasi seorang istri yang terus mensupport perjuangan suaminya
dalam melawan penjajah dan menjaga izzah Islam di bumi Aceh. Bahkan
setelah Teuku Umar meninggal beliau tetap meneruskan perjuangan
suaminya hingga akhir hayat, subhanallah.
Keempat, sebagai ibu. Kaum hawa dengan segala potensi yang telah
diberikan oleh Allah, memiliki kelebihan yang tidak dimliki oleh kaum adam.
Tugas yang melekat dalam dirinya adalah mengandung, melahirkan,
menyusui, memelihara dan mendidik anak dan menjadi teladan dalam taat
kepada Allah.
Kelima, sebagai anggota masyarakat. Manusia sebagai makhluk social,
merupakan bagian dari anggota masyarakat dimanapun mereka berada.
Peran mereka adalah memberi teladan,beramar ma’ruf nahi munkar. Hal ini
sebagaimana dilakukan oleh para sahabiyah Rasulullah yang ikut berperan
dalam mengajak orang untuk masuk Islam bahkan mengambil peran dalam
peperangan, seperti mengobati prajurit yang terluka, mempersiapkan
makanan maupun ikut berperang.
Apa yang tertulis diatas adalah sebuah idealisme yang seharusnya dapat
dijalankan oleh seorang muslimah terutama aktifis dakwah, baik yang sudah
maupun yang belum menikah. Meski di dalam realitanya akan menghadapi

berbagai halangan, namun kiranya beberapa kiat berikut dapat menjadi
pegangan bagi muslimah agar tetap aktif dalam berdakwah. Diantaranya,
menjaga niat ikhlas, memperbaiki akhlak agar menjadi teladan bagi anak,
suami dan keluarga, terus belajar dan tolabul ilmi, selalu menyusun planning
dan skala prioritas, selalu melakukan aktifitas yang mampu untuk dilakukan
secara istiqamah, belajar dari pengalaman ibu-ibu sukses, menjaga
kesabaran dan selalu melakukan yang terbaik dalam setiap aktifitas. Semoga
kita selalu istiqamah dalam dakwah dimanapun,kapanpun dan apapun posisi
kita…aamiin.
By Yuni Yulia Farikha, resensi Daurah Tarqiyah, 13 Februari 2011
Sumber : http://yuniyfletsbemuslimscholars.blogspot.com

Peran besar muslimah dalam dakwah Islam
Rasul Arasy

Ahad, 18 September 2011 15:30:11

(Arrahmah.com) – Sejak awal, perempuan telah memainkan peran penting
dalam kemajuan Dakwah Islam. Mulai dari pengorbanan Sumayyah, hingga
peran Aishah dalam penumpulan hadist-hadist, perempuan telah berperan
dalam berkembangnya dan menyebarkan dien ini.
Sayangnya selama ini, kebangkitan Islam menderita kelemahan dalam
personil Muslimah yang berkualitas, karena adanya ‘pembatasan’ kerja
dakwah ke grup aktivis, dengan upaya terbatas terkait dakwah tarbiyah yang
difokuskan pada wanita .
Dakwah terhadap perempuan adalah keharusan, bahkan perempuan sendiri
juga terikat akan kewajiban berdakwah. Karena pada dasarnya berdakwah
adalah kewajiban bagi seluruh Muslim.
Terlebih dari kaum perempuan sendiri cenderung, ‘meninggalkan’ dan
menjauhi aktivitas dakwah itu sendiri.
Beberapa permasalahan dan hambatan kurangnya tenaga dakwah dari kaum
perempuan, antara lain:
 Kurangnya kemampuan Dakwah oleh perempuan.
 Terbatasnya sumber daya serta kurangnya inisiatif pribadi pada pihak
perempuan.
 Adanya pengabaian atau kelalaian terhadap isu-isu perempuan dalam
perencanaan Dakwah Islam.
 Tidak adanya tarbiyah yang kuat dan kurangnya pengetahuan Islam di
bidang Dakwah.
 Kebanyakan wanita tidak memiliki pemahaman yang tepat terkait
peran Dakwah, karena itu, mereka tidak dapat memahami pentingnya
waktu yang diberikan untuk proyek-proyek dakwah di luar rumah,
sehingga seringkali menimbulkan permasalahan dalam rumah tangga
dikarenakan ‘suami yang lebih banyak menghabiskan waktu di luar
rumah untuk urusan dakwah.
 Program dakwah oleh lembaga terhadap wanita belum terorganisasi
dengan baik.

Berikut adalah beberapa alasan betapa pentingnya partisipasi perempuan
dalam bidang Dakwah (terhadap Muslimah yang lain):
 Wanita lebih mampu daripada laki-laki yang dalam berkomunikasi
dengan perempuan lain. Wanita biasanya lebih dipengaruhi oleh kata,
perbuatan, dan perilaku perempuan lain. Wanita lebih mampu
mengenali kekhasan dan masalah yang terkait dengan pendidikan
perempuan dan tarbiyah.
 Wanita dapat memahami dengan lebih baik ke arah mana dakwah
terhadap perempuan harus diarahkan. Mereka yang terbaik dapat
melihat urutan prioritas, karena mereka lebih akrab dengan bidang ini.
 Wanita lebih bebas daripada pria dalam berkomunikasi dengan
perempuan lain, baik secara individual untuk kegiatan Dakwah, atau
dalam kegiatan belajar, forum lain dan tempat-tempat pertemuan.
 Banyak wanita Muslim yang membutuhkan bimbingan, pendidikan,
namun kurangnya kehadiran lembaga yang dapat menyediakan
layanan ini, karena itu sangat masuk akal bahwa perempuan yang
berkualitas di masyarakat harus ‘menawarkan’ diri sebagai
pembimbing bagi saudari seimannya.
 Permasalahan terkait pendidikan dan kebutuhan tarbiyah perempuan
yang lebih besar dari laki-laki. Mereka hamil, melahirkan, dan merawat
anak-anak. Anak-anak lebih terikat dengan ibu mereka daripada
mereka kepada ayah mereka.
 Perempuan memiliki efek besar pada suami mereka. Jika mereka
memiliki Iman yang kuat dan karakter, mereka memiliki kesempatan
yang sangat baik untuk membantu suami mereka menjadi kuat juga.
 Wanita memiliki banyak karakteristik yang menekankan pentingnya
peran Dakwah mereka. Mereka juga harus diperhitungkan setiap kali
ada pekerjaan Dakwah direncanakan.
Sebuah Peran Pasti:
Pekerjaan para wanita Muslim di bidang Dakwah pada dasarnya memperkuat
kerja dahwah pria. Sangat menyedihkan bahwa peran ini begitu terlalu
diabaikan dan diremehkan. Dengan sifatnya sebagai selimut spiritual dan
psikologis manusia, wanita dapat memainkan peran penting dalam Dakwah.
Khadijah (radiyhuanha) memberikan kenyamanan, bantuan, dan dukungan
kepada Nabi Muhammad SAW, yang menjadikan bukti terbesar dari sangat
pentingnya peran ini. Para Sahabat Nabi yang memilih meninggalkan rumah
mereka untuk pergi ke tempat yang ribuan mil jauhnya demi Islam pada
awal-awl penyebaran Islam di Mekkah, jugaa memiliki dukungan dari istri
mereka.

Sangat sedikit wanita saat ini memahami atau menyadari peran dirinya
terhadap dakwah, apalagi melaksanakannya. Seorang wanita mungkin
berpikir bahwa pernikahan adalah rumah tempat istirahat dan mudah.
Mereka belum menyadari bahwa pernikahan adalah titik awal perjuangan,
pengorbanan, memberi dan tanggung jawab.
Peran perempuan tidak berakhir di depan pintu. Dia dapat sangat efektif
dengan menjadi contoh yang baik kepada orang lain, dengan menjadi baik
hati, ramah berbicara, dan perilaku ramah. Dia bisa menawarkan bantuan,
dan keprihatinan berbagi serta sukacita. Dia juga dapat menggunakan
semua kesempatan yang tepat untuk mendidik, membimbing orang lain.
Wanita, yang memahami peran mereka akan dakwah dan kebangkitan Islam,
akan mulai mendidik diri mereka sendiri dan mencapai hak-hak mereka atas
pendidikan dan tarbiyah. Lihatlah Hadis riwayat Abu sa’i bahwa Para
sahabiyah pernah mengadu kepada Rasul saw karena merasa tidak
mendapatkan kesempatan yang sama dengan para sahabat dalam
mendapatkan penjelasan agama. Sebab Rasul saw ketika menyampaikan
ajaran Islam dalam majlis, hanya dihadiri oleh kaum laki-laki. Maka Para
wanita itu meminta kepada Rasul saw agar menyediakan satu hari khusus
untuk memberi pelajaran kepada kaum wanita tanpa kehadiran laki-laki.
Ummu Sulaim mengajar anaknya Anas bin Malik tentang Islam, meskipun
suaminya menolak Islam. Ketika Abu Thalhah melamarnya (sebelum
menerima Islam) dia mengatakan bahwa mas kawinnya adalah Islam, Abu
Thalhah pada gilirannya memeluk Islam dan menikahi Ummu Sulaim.
Jika kita bergerak ke lingkaran yang lebih luas, kita akan menemukan bahwa
wanita Muslim memainkan peran besar dalam pengorbanan dan layanan
untuk agama Allah. Sumayyah menyerah hidupnya ketika Abu Jahal
membunuhnya karena memilih menjadi seorang Muslim. Dia adalah Muslim
dan perempuan pertama yang tewas dalam Islam.
Khadijah, istri pertama Nabi yang sangat kaya, menghabiskan uangnya
untuk mendukung dakwah suami tercintanya. Ummu Salamah rela
meninggalkan suaminya dan melihat anak-anaknya dianiaya ketika dia
hijrah. Ummu ‘Imarah turut berjuang dalam membela Nabi (damai dan
berkah besertanya) dalam perang Uhud, dengan merawat yang terluka
dalam pertempuran adalah peran Perempuan Muslim memainkan peran
dalam perang sepanjang sejarah Islam.
Fakta bahwa kami menekankan pentingnya peran perempuan dalam Dakwah
Islam tidak seharusnya menjauhkan kita dari fitrah penciptaan perempuan
terhadap dakwah. Biasanya, peran utama wanita dan pekerjaan di rumah. Ini
jelas dinyatakan dalam Al Quran dan Hadis. Allah berfirman,

” Menetaplah di rumah kalian ( para wanita )...” [Ahzab: 33]
Tentu saja perempuan dapat pergi keluar untuk salat di masjid, berpartisipasi
dalam kegiatan lain yang mungkin diperlukan dan untuk melakukan Dakwah.
Namun, tidak satupun dari kegiatan ini harus bertentangan dengan
kewajiban penting di rumah sebagai istri dan ibu.
Dalam banyak kasus, inilah keseimbangan antara tugas-tugas penting
wanita itu dan persyaratan kerja Dakwah, yang telah menyebabkan masalah
dan kesalahpahaman dalam keluarga dan masyarakat.
Ada banyak hal yang juga harus diperhatikan terkait kegiatan dakwah
wanita. Tidak adanya pencampuran pria dan wanita, yang harus diperhatikan
dalam setiap kegiatan Dakwah dan dalam keadaan apapun. Cara berpakaian
bagi wanita yang harus sesuai syar’i.
Seperti Nabi (damai dan berkah besertanya) melihat kebutuhan untuk
menyisihkan waktu khusus untuk menangani kebutuhan perempuan dalam
komunitasnya, sehingga organisasi harus mencoba untuk menyesuaikan
bekerja Dakwah mereka kepada perempuan dan isu-isu masyarakat.
Setiap program Dakwah diarahkan terhadap wanita harus berusaha untuk,
setidaknya, melayani tujuan sebagai berikut:
Memperkuat Iman: Hal tersebut dilengkapi dengan kegiatan ibadah yang
meningkat, mengingat Allah (berdzikir), dan refleksi pada nama Allah, dan
kekuasaan-Nya dan penciptaan dalam diri kita dan di alam semesta. Namun
ini, tidak akan mungkin tanpa penanaman pemahaman yang benar tentang
isu-isu tertentu yang terkait dengan ‘Aqidah kita, dan penekanan terhadap
Tauhid.
Meningkatkan pengetahuan: Tanpa itu seseorang tidak bisa mencapai
banyak. Penekanan khusus harus diletakkan pada dasar-dasar Islam dan
pada mata pelajaran terkait kebutuhan bahwa da’iyah di lingkungan nya.
Pengetahuan tentang paham, ide, kelompok dan sekte yang menyimpang
dari Islam. Kesadaran harus dibangkitkan mengenai mereka yang tidak ingin
melihat penyebaran Islam dan yang memperoleh dasar dalam hati dan
pikiran orang-orang.
Membangun kepribadian Dakwah: Dakwah membutuhkan pengorbanan
dan karena itu perempuan harus siap untuk menanggung ‘biaya’ keungan
yang mungkin dikeluarkan untuk Islam. Ini datang dengan tujuan
kebangkitan umat Islam dan mengkounter upaya-upaya musuh Islam.
Kepemimpinan, tanggung jawab dan inisiatif individu harus diajarkan.
Fakultas pendidikan teoritis dan praktis harus dipupuk. Para da’iyah harus
diajarkan keterampilan sosial yang diperlukan dan pentingnya Dakwah

melalui contoh yang baik dan tindakan. Mereka juga harus diajarkan konsep
nilai waktu, manajemen dan bagaimana menggunakan kegiatan yang
menyenangkan dan halal selama waktu luang mereka.
Membangun kekebalan terhadap dosa: Ini termasuk mengenali
penyakit-penyakit dosa, terutama yang berkaitan dengan perempuan, dan
menghalangi jalan menuju dosa tersebut dengan menghindari hal-hal,
kegiatan dan tempat yang akan menjadi pintu terbukanya dosa.
Persiapan psikologis dengan memastikan bahwa da’iyah memiliki iman
dalam ketulusan Allah, harapan, cakupan dalam kebenaran, kebanggaan
dalam Islam, kesabaran, dan pengetahuan tentang kondisi dan lingkungan
dari orang yang mereka menangani. Ini adalah aspek yang sangat penting
dari kesiapsiagaan, karena pendakwah terikat kepada orang-orang, yang
memiliki karakter dan kecenderungan yang berbeda.
Da’iyat yang memberikan kuliah, seminar, khotbah, dan lain-lain harus
mampu membujuk para pendengar dengan mengatasi pikiran mereka
melalui bukti dan bukti. Mereka juga harus mampu membangkitkan nafsu
mereka, emosi, dan perasaan. Mereka harus berlatih menyampaikan
ceramah untuk perempuan di masjid-masjid, sekolah, atau tempat lain di
mana wanita berkumpul. Mereka juga harus mengawasi dan membimbing
peserta wanita, dan dengan lembut memperbaiki kesalahan mereka.
Bidang kepenulisan dan penerbitan tidak boleh diabaikan dalam zaman
ketika manusia dapat dengan mudah mengakses segala hal melalui buku,
booklet, surat kabar, dan internet. Tulisan harus meyakinkan, melalui
argumen yang jelas, dan disebarkan tentunya.
Menulis adalah bentuk salah satu cara dakwah paling tepat dan penting bagi
perempuan. Mereka dapat menulis di rumah dan dengan demikian mampu
memanfaatkan waktu luang mereka secara positif dan tentunya dengan cara
ini mereka dapat menjangkau semua kelas masyarakat.
Bidang Dakwah Wanita
Bidang pendidikan: Hal tersebut terkait dengan hal memuliakan dan
pemurnian jiwa melalui iman. Pikiran dan jiwa sehingga bisa disentuh.
Bidang ini dapat ditemukan di masjid-masjid, sekolah, asosiasi, kelompok
Dakwah, dan lain-lain.
Bidang sosial: Ini berhubungan dengan kesehatan tubuh dan psikologis
serta pembangunan sosial dan interaksi antara orang-orang yang
mencerminkan secara positif pada realisasi pendidikan rohani dan
pembentukan karakter muslim.

Contoh yang lebih spesifik dari apa yang wanita dapat mengambil bagian
sebagai Dakwah adalah:
Rumah: Ini jelas merupakan tempat paling subur dan paling efektif. Yang
telah ditetapkan Allah baik suami dan istri sebagai memelihara satu sama
lain dan keluarga. Ibu dan ayah bertanggung jawab mendidik dan
memelihara anak-anak mereka baik dari aspek fisik moral, psikologis, sosial,
dan eksternal satu sama lain dan anak-anak mereka.
Komunitas Muslim: Amal, saran, dan arahan dapat ditawarkan kepada
kerabat, tetangga, dan orang miskin.
Sekolah Islam: Kegiatan pendidikan dan kurikulum dapat digunakan untuk
bimbingan siswa perempuan serta guru perempuan dan staf.
Masjid: Perempuan harus diizinkan pergi ke masajid untuk kegiatan
bermanfaat. Masjid adalah tempat yang cocok untuk beberapa kegiatan
perempuan seperti kelompok belajar Quran dan pelatihan lainnya. Serta
tempat-tempat lain seperti Rumah Sakit, Penjara, dan Lembaga
Kesejahteraan Sosial, Sekolah Tinggi atau Universitas Perempuan.
Ada banyak ayat dalam Quran yang mewajibkan pria Muslim dan perempuan
untuk melakukan Dakwah, dan mengajak kepada yang baik dan melarang
yang jahat. Sebagai contoh, Allah berfirman:
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung (QS.3 :104).
Wallohua’lam. (rasularasy/arrahmah.com)

Sumber : http://arrahmah.com/
Peran Muslimah Dalam Dakwah
Posted on Maret 2, 2009 by ammusyahla
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Kubuka lembaran pagi dengan menyebut asma-Mu Yang Maha Tinggi. Ku
coba meniti hari dengan kesucian hati, meski sungguh selaksa dosa masih
melekat di jiwa. Kucoba merenda masa depan dengan benang harapan dan
jarum ketulusan. Meski kadang perih menusuk, perjuangan ini harus tetap
berlanjut.

Terbentang di depan mata padang ujian kehidupan, luas…, seolah tanpa
batas, namun fana seumur akal yang sempit. Ia tak dapat diarungi oleh jiwajiwa yang kerdil iman, karena panasnya nafsu telah menyeretnya ke lembahlembah oase fatamorgana. Namun, hati yang bertabur syukur, penuh
kerinduan kepada Rabbnya, berhiaskan cahaya iman akan menuntunnya
menuju negeri akhir kebahagiaan.
Wahai saudariku kaum muslimah, engkau laksana pilar kebijaksanaan. Di
tanganmulah kelak tumbuh generasi-generasi yang tangguh. Di pundakmu
ada amanah besar, bersamanya tersimpan berjuta asa, penentu arah sebuah
generasi menuju kejayaan umat.
Wahai kaum muslimah, engkaulah calon-calon ibu masa depan. Ada
ketegaran di balik kelembutanmu. Tersimpan jiwa ksatria di balik lemah
tubuhmu. Sungguh Islam telah memuliakanmu. Dengan indah, Rasulullah
menggambarkan betapa agung engkau wahai ibu… Ketika suatu saat salah
seorang sahabat Beliau bertanya tentang target bakti paling tinggi (Setelah
Allah dan Rasul-Nya)? Lantas beliau menjawab “Ibumu,” lalu kepada siapa
lagi? “Ibumu”, kemudian? “Ibumu”, kemudian? “Ayahmu”.
Begitulah Islam telah menempatkanmu pada kedudukan yang mulia, di saat
dalam agama dan bangsa lain engkau dihina dan direndahkan.
Saudariku! Hidup ini bukan tanpa makna dan tujuan. Sebagaimana firman
Allah yang tersirat dalam Al-Qur’an Al-Karim, bahwa tujuan dari penciptaan
manusia dan jin adalah untuk beribadah kepada Allah.
Dikatakan juga oleh Imam Hasan Al-Bashri, bahwa hidup ini adalah
perjuangan. Hidup takkan berarti tanpa perjuangan, perjuangan takkan
berarti tanpa pengorbanan, pengorbanan takkan berarti tanpa kesabaran,
dan kesabaran takkan berarti tanpa keimanan.
Ketika hidup ini diuji, maka dimulailah suatu perjuangan. Perjuangan untuk
menundukkan nafsu dan angkara yang ada dalam jiwa kita. Akan
sanggupkah jiwa ini tetap kokoh dalam keimanan? Atau justru terperosok
dalam lembah keputusasaan. Tidak salah lagi, di sinilah dituntut adanya
kesabaran dan pengorbanan, yakni pengorbanan atas perasaan kita dari
nafsu atau keinginan yang tak pernah puas. Keinginan untuk terus dalam
basuhan kenikmatan, keinginan untuk terus larut dalam lautan sanjungan.
Saudariku… Berbahagialah engkau, ketika wanita- wanita lain larut dalam
kemaksiatan, berlomba meraup kebahagiaan semu di luar sana dengan
mengobral aurat mereka, engkau tetap di rumah menjaga kesucian dirimu.
Ketika wanita lain berhias dengan mode ala Baratnya, engkau sibuk berhias
mempercantik diri dengan balutan ilmu dan ketakwaan.
Saudariku Kaum Muslimah, engkaulah madrasah awal pendidikan umat, dari
rahimmu akan lahir generasi baru yang siap memikul amanah dakwah dan

menegakkan panji- panji Al-Haq, dalam naungan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Maka persiapkanlah dirimu. Isilah jiwamu dengan ruh iman, dan biarkan
mutiara-mutiara berhamburan dari lisanmu yang bersih, tertata dengan
indah menjadi bingkai-bingkai pekerti yang luhur, yang senantiasa
mengingatkan umat dari kelalaian.
Saudariku… Marilah sejenak menata diri. Menengok sekilas perjalanan para
shahabiyah, yang keindahan perjuangannya telah tertulis dengan tinta emas
dalam sejarah. Seperti ibunda Khadijah seorang isteri sekaligus partner
dakwah Rasulullah . Ia tak pernah lelah membantu dakwah Rasulullah,
dengan memberikan bantuan secara moril dan materil. Al-Khansa yang telah
merelakan ke empat puteranya menjadi Jundullah, sehingga mereka syahid
dalam pertempuran membela agama Allah. Atau Sumayyah syahidah
pertama dalam Islam. Karena keteguhan iman serta kecintaannya kepada
Allah dan Rasul-Nya, ia merelakan diri dan keluarganya menerima pedihnya
siksaan kaum Quraisy, hingga menemui kesyahidan.
Ingatlah kembali… di dalam lembaran Al-Qur’an pun Allah menyebutkan
beberapa wanita mulia yang namanya tetap harum dalam bingkai sejarah
umat yang sekaligus Allah jadikan teladan bagi kita. Seperti Asiyah, isteri
yang mulia dari seorang raja yang lalim, yakni Fir’aun. Kekuasaan dan
kelaliman suaminya tidak mempengaruhi kekuatan iman di hatinya, bahkan
semakin berkilau dalam tempaan ujian.
Asiyah adalah seorang wanita yang diuji dengan dua keadaan, antara tetap
menikmati segala kemewahan yang selama puluhan tahun telah ia reguk
namun tetap dalam kekufuran ataukah meninggalkan segala kenikmatan itu
dengan menerima keimanan sebagai penggantinya dan siap menanggung
segala konsekuensi yang ia sadari akan diterima. Ini adalah situasi yang sulit
yang kebanyakan wanita pada saat ini tidak sanggup melakukannya.
Bersabar dari kemiskinan saja sudah sulit, apalagi jika harus bersabar dari
tidak menikmati kemewahan yang biasa dinikmati dan meninggalkannya
demi Allah semata.
Oleh karenanya, pilihan Allah sangatlah tepat dengan menjadikan Asiyah
sebagai tauladan bagi kita. Karena ia lebih memilih apa yang di sisi-Nya
ketika banyak para wanita pada saat ini menanggalkan keimanannya demi
mereguk kenikmatan dunia yang sesaat. Alangkah baiknya jika kita bisa
seperti Asiyah dan sering-sering memohon kepada Allah untuk dijadikan
sebagai wanita yang berharga di sisi-Nya.
Begitupun halnya dengan ibunda Nabi Isa , Maryam. Ia seorang wanita
Shalihah yang teguh menjaga kesucian dirinya. Kehidupannya banyak
dihabiskan untuk beribadah kepada Rabb-nya. Dan masih banyak lagi kisahkisah teladan dari para shahabiyah, maupun generasi setelahnya, tabi’in,

tabi’ut tabi’in, yang jiwanya bercahaya dalam kilauan iman. Hingga
membuat dunia berdecak kagum, mengenal keagungan pribadi mereka.
Sekarang saudariku…, masih adakah pribadi- pribadi para shahabiyah
tersebut melekat dalam diri-diri kita? Memang terlampau sukar untuk kita
bisa menyerupai mereka. Namun sebuah usaha untuk bisa meneladani
mereka adalah bukti dari kesungguhan kita dalam meniti kebajikan, sebagai
buah dari keimanan. Dakwah kita pun dalam keluarga dan masyarakat
merupakan salah satu wujud merealisasikan keimanan.
Dakwah tidak berarti harus selalu tampil di depan umum berceramah.
Dengan selalu mendukung dan menyemangati suami dalam berdakwah,
Atau mempersiapkan anak- anak kita sebagai tunas-tunas baru dalam dunia
dakwah. Mendidik dan mengarahkan mereka hingga benih- benih keimanan
mengakar dengan kuat dalam jiwa-jiwa mereka. Ataupun senjata kita cuma
pena dan lembaran- lembaran kertas, yang mengajak umat untuk kembali
pada Al-Haq. Itu semua merupakan upaya- upaya di jalan dakwah.
Saudariku… Alangkah bahagianya bila kita bagian dari dakwah, mengajak
umat pada kebaikan. Karena seperti yang telah dikatakan Rasulullah , bahwa
satu orang yang mendapatkan hidayah dengan perantaraan kita, maka hal
itu lebih baik dari unta merah. Yang mana unta merah merupakan binatang
paling mahal dan mewah di masa Rasulullah . Maka bersegeralah dalam
kebaikan. Meski bekal yang kita punya sedikit, namun jangan sampai
menghalangi kita untuk berjuang di jalan dakwah. Karena dakwah adalah
tugas kita, sekecil apapun semoga Allah membalasnya. Bukankah pahala di
sisi Allah lebih berharga dibanding dunia dan isinya.
Seorang Muslimah yang dalam jiwanya mengakar kuat keimanan, maka
akalnya akan tajam membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Tempaan
tarbiyah imaniyah akan mengokohkan tekadnya, lurus tidak terpengaruh
arus zaman. Ia laksana permata di antara batu-batu sungai, kecil
tersembunyi namun kilauannya dapat menyinari sekelilingnya.
Saudariku… Dengan kemampuan yang serba terbatas, marilah kita berusaha
memberikan yang terbaik bagi umat, bersama meretas sebuah masa depan.
Diiringi niat tulus dan untaian doa yang tersusun dalam bingkai keikhlasan,
Semoga Allah menjayakan umat ini dan melindunginya dari segala makar
kaum kuffar.
Sumber : http://bacagerimis.com

Peran Wanita Muslimah Dalam Mengemban Dakwah IslamiahWanita
muslimah memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga
danmenampilkan nilai-nilai agung ajaran agama islam serta
mengembangkannya melalui jalur dakwah yang agung yang penuh dengan
tatanan nilai yang tersimpan di dalamnyahikmah-hikmah dari Allah SWT,
Sang Pencipta Alam semesta ini. Hal tersebut tentunyamelalui Jalur dan
tuntunan yang bijaksana sebagaimana yang di ajarkan islam tanpaharus
dengan jalan yang ekstrim dan tidak ramah lingkungan. Salah satu jalur
yang bisadi tempuh oleh para wanita muslimah adalah dakwah dengan
menggunakan jalur pendidikan social.Dakwah ini sangat berkesan di mata
masyarakat dan tentunya terlebih lagi di sisiSang Pencipta Alam Semesta.
Jika seorang wanita muslimah mampu mengubah sisinegatife dalam
masyarakat menjadi sisi-sisi nilai yang lebih positif dengan
mengarahkanmasyarakat menuju kebahagiaan yang sempurna dari Tuhan
Yang Maha Kuasa makalayaklah baginya untuk menuai janji Sang Maha
Pemberi yaitu surga yang penuh dengankenikmatan dan tidak pernah
berkurang sedikitpun daripada kenikmatan-kenikmatan itu.Perubahan ini
tidak serta merta semudah yang kita bayangkan bagaikan
membolak- balikkan tangan, akan tetapi dengan sebuah pengorbanan dan
usaha yang maksimal dan penuh rintangan serta cobaan.Perubahan menuju
nilai-nilai positif haruslah di mulai dari diri sendiri denganmenampilkan sikap
agung yang penuh dengan nilai-nilai tertinggi sebagaimana yang diajarkan
oleh islam, seperti menutup aurat, bersikap lemah lembut, lapang dada,
sopansantun, tanggung jawab, dan lain sebagainya.Di antara tugas ummat
muslim dan hususnya wanita muslimah adalah , pertama,membangkitkan
semangat masyarakat hususnya anak cucu dan keluarga untuk
senangmelakukan amal-makruf nahi mungkar(Mengajak kepada kebaikan
dan Menjauhkan diridari larangan-larangan agama dan kemungkaran).
Disadari atau tidak, tugas wanitamuslimah adalah tidak lain untuk mengajak
anak cucu mereka untuk tetap berpegangteguh terhadap aturan nilai-nilai
yang pondamental dalam agama karena tugas yang paling utama seorang
wanita muslimah adalah sebagai ibu rumah tangga. Ibu rumahtangga yang
baik adalah mengajarkan anak-anaknya untuk berbuat baik kepada
Allahdengan cara mengajarkan kepada mereka nilai-nilai luhur agama islam
itu sendiri,
berbuat baik kepada orang tua yang telah menyapih, menjaga, dan
membesarkannya, dan berbuat baik kepada masyarakat di sekitarnya yaitu
lingkungan di mana mereka bermaindan tumbuh berkembang dengan baik,
serta mengajarkan kepada mereka sikap bagaimana untuk menjaga dan
memelihara alam yang telah di anugrahkan kepada ummatmanusia.Fungsi
dan peran wanita muslimah dalam mengembankan risalah dakwah
ialahdengan menjaga, merawat dan mengajarkan nilai-nilai agama kepada
anak-anak mereka.Jika semua itu sudah di berlakukan di dalam kehidupan
rumah tangga, maka tidak mustahil jika agama islam akan berkembang dan
maju serta bias meraih masa ke-emasannya kembali sebagaimana pada

masa yang telah silam. Oleh karena itu perubahanmendasar adalah di mulai
dari lingkungan yang paling sederhana yaitu keluarga.Bagaimana kalau
seorang muslimah belum berkeluarga? Nah, Pertanyaan tersebutsangat
sederhana, akan tetapi membutuhkan jawaban yang tepat, luas dan
kritis.Keberhasilan dakwah akan bias kita rasakan jika kita berusaha secara
maksimalsebagaimana yang telah di uraikan sebelumnya.Perubahan yang
paling mendasar adalah di mulai dari diri pribadi setiap muslimdan
muslimah. Sikap dakwah ini merupakan tanggung jawab kita semua
untuk mengembangkan dan mengajarkan nilai-nilai dasar dalam islam
seperti nilai tauhid,akhlak, dan lain sebagainya.Wanita muslimah yang bijak
adalah muslimah yang mentaati aturan yang telah diajarkan oleh ajaran
agama islam yang agung dan luhur, seperti bagaimana cara berpakaian
yang di ajarkan agama, berlemah-lembut, menampakkan wajah yang
penuhdengan senyuman yang tulus, dan lain sebagainya. Sikap dakwah
seperti inilah yangharus di miliki oleh setiap wanita muslimah yang
merindukan akan kebahagiaan yangtiada taranya yaitu saat-saat berjumpa
dengan Tuhan Yang Esa, Allah SWT. Mereka rindukepada nikmat yang telah di
janjikan Allah SWT Kepada mereka.“
Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari perbuatan yang mungkar,
dan beriman kepada Allah.” (Q.S. Ali Imran 110).
Jika Pesan dan nasihat al-qur’an sudah mendarah daging di dalam diri
kita,dengan serta merta nilai luhur yang di kandung al-qur’an ter cermin di
setiap sikap dan
amal setiap harinya di dalam kehidupan ini. Oleh karena itu, perlunya
pemahamanterhadap esensi-esensi ajaran-ajaran islam yang ada di dalam
al-qur’an dengan pemahaman yang komperehensip dan faktual supaya kita
sebagai muslim mampumengimpelementasikannya di dalam kehidupan
ini.Mustafid Amna Umary ZainBinHumaidi
[email protected][email protected]