PROSES PANEN DAN PASCA PANEN JAGUNG Marg

BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Jenis Varietas Jagung
Kelompok tani di Desa Margo Mulyo menanam jagung dua kali dalam
setahun yaitu pada bulan Mei-Juni dan September-Oktober. Beberapa jenis
varietas jagung yang ditanam oleh kelompok tani di desa ini adalah pioneer 21,
pioneer 27, pioneer 35 dengan harga perkampil jagung (5 kg) Rp 360.000,- dan
kebutuhan per hektar adalah 20 kg. Dari hasil wawancara dengan kelompok Tani
Sumber Jaya varietas jagung yang banyak ditanam dilahan mereka adalah pioneer
21. Untuk varietas jagung pioneer 35 dan pioneer 27 sendiri hanya beberapa
kelompok tani yang menanamnya karena varietas jagung tersebut tidak tahan
terhadap kekeringan lebih cocok ditanam pada musim hujan, tongkol jagung
berukuran kecil sehingga hasil yang didapat kurang memuaskan namun beberapa
petani tetap menanam varietas jagung tersebut karena kekurangan modal untuk
membelian bibit jagung dan menyayangkan lahan yang tidak digunakan setelah
penanaman padi sedangkan toko pertanian hanya memberi hutang bibit varietas
jagung pioneer 35 dan 27. Kebanyakan dari kelompok tani di desa Margo Mulyo
memilih menanam varietas jagung pioneer 21 karena tongkol jagungnya lebih
besar dan terisi penuh, janggelnya kecil, ditunjukkan dengan klobot menutup
sempurna sehingga akan menjamin hasil panen yang lebih baik. Dari beberapa
kelompok tani yang telah diwawancarai mengakui keunggulan dari jagung pioneer

21 karena hasilnya jauh lebih memuaskan pada saat pemeliharaan tidak
memerlukan banyak air, tahan terhadap kekeringan, tahan di segala cuaca dan
kondisi dengan perakaran yang kokoh tidak mudah tumbang, dan tidak mudah
terserang penyakit.
Kelompok tani di Desa ini juga berpendapat bahwa hasil jagung yang
diperoleh tergantung dari pemberian pupuk. Umumnya pemupukan dilakukan dua
kali selama penanaman, pemupukan yang pertama dilakukan pada saat jagung
berumur 21 hari setelah itu dilanjutkan dengan pemupukan yang kedua dilakukan
pada saat jagung berumur 40 hari atau dilakukan pada saat jagung akan keluar
bunga biasanya petani disini menyebut pada saat jagung mulai kuncung. Jenis
Universitas Sriwijaya

16

17

pupuk yang digunakan adalah pupuk Urea dan pupuk NPK Phonska, sekali
pemupukan untuk luas lahan 1 Hektar petani membutuhkan 5 karung pupuk Urea
dan 5 Karung pupuk NPK Phonska.


Gambar 5.1. Varietas jagung pioneer 21 (Kamis, 22 September 2016)
5.2. Ciri – Ciri Jagung Siap Panen
Penentuan waktu panen yang biasa digunakan oleh petani di Desa Margo
Mulyo adalah berdasarkan daun, batang, dan kelobot mulai mengering dan
berwarna kecoklatan, biji berwarna mengkilat kuning kemerahan. Firmansyah, et
al. (2004) menyatakan bahwa jagung yang siap dipanen biasanya ditandai dengan
daun dan batang tanaman mulai mengering dan berwarna kecoklatan. Selain itu,
juga dapat diketahui dari adanya lapisan hitam pada pangkal biji jagung (black
layer). Apabila pada pangkal biji sudah ditumbuhi lebih dari 50% lapisan hitam,
maka tanaman sudah masak fisiologis. Petani di sejumlah daerah memanen jagung
setelah umur panen tercapai (daun dan batang jagung telah berwarna coklat).
Menurut Purwono dan Purnamawati (2007) pemanenan dilakukan pada saat
jagung telah mencapai masak fisiologis atau pada tingkat kematangan tertentu,
tergantung tujuan pemanfaatannya. Jagung untuk dikonsumsi muda dapat dipanen
sekitar umur 68 – 70 hari. Sementara jagung yang dipanen untuk pipilan kering
pada umumnya dipanen rata-rata pada umur 100 - 110 hari setelah tanam.
Waktu panen juga dapat mempengaruhi, pemanenan yang terlalu awal
menyebabkan banyaknya biji jagung muda sehingga banyak jagung yang pecah
paa saat di pipil. Sebaliknya, jika terlambat dipanen jagung mengalami patah leher
karena sudah terlalu tua (keklek) sehingga mudah terserang oleh hama tikus.

Kemudian dikemukakan kembali oleh Firmansyah et al. (2004) bahwa waktu

Univesitas Sriwijaya

18

panen menentukan mutu biji jagung. Pemanenan yang terlalu awal menyebabkan
banyaknya butir muda sehingga kualitas dan daya simpan biji rendah. Sebaliknya,
pemanenan yang terlambat menyebabkan penurunan kualitas dan peningkatan
kehilangan hasil akibat cuaca yang tidak menguntungkan atau serangan hama dan
penyakit di lapang. Di desa Margo Mulyo panen dilakukan saat umur tanaman
jagung berkisar antara 120 hari yang ditandai daun, batang, and klobot jagung
berwarna kecoklatan. Kondisi tersebut dapat lebih cepat bila cuaca cukup terik
dan lahan tidak basah.

Gambar 5.2. jagung siap panen (Sabtu, 24 September 2016)
5.3. Metode Pemanenan
Pemanenan jagung di Desa Margo Mulyo dilakukan secara manual dengan
menyewa tenaga manusia untuk memanen jagung. Untuk luas lahan 1 Hektar
dapat diselesaikan dalam waktu sehari tetapi jika cuaca tidak memungkinkan

waktu pengerjaan dapat dilakukan 2-3 hari dengan tenaga pemanenan berkisar 24
orang, yang terdiri dari 15 perempuan dan 9 laki-laki. Biaya sewa per orang untuk
tenaga wanita adalah Rp 50.000,-/hari dan tenaga laki-laki Rp 60.000,-/hari.
Waktu panen dimulai dari pukul 07:30 – 11:00 dan dilanjutkan pukul 13:30 16:30.

Gambar 5.3. Tenaga kerja pemanen jagung (Minggu, 25 September 2016)
Univesitas Sriwijaya

19

5.4. Proses Panen Jagung
5.4.1. Peralatan Panen Jagung Manual
Peralatan panen secara manual yang digunakan di desa ini meliputi tusuk
klobot, pisau, ember, dan karung. Tusuk klobot dibuat sendiri oleh petani
menggunakan bambu fungsinya untuk mempermudah pekerjaan membuka klobot
jagung. Sedangkan pisau fungsinya sama digunakan sebagai pengganti tusuk
klobot oleh petani. Ember berfungsi sebagai tempat sementara jagung yang sudah
dipetik agar lebih mudah untuk dipinahkan. karung digunakan untuk
mempermudah jagung yang akan diangkut kerumah.


Gambar 5.4.1. Peralatan panen jagung manual (Minggu, 25 September 2016)
5.4.2. Cara Panen Jagung Manual
Pemanenan ini dilakukan dengan cara pemotongan bagian tanaman di atas
tongkol jagung untuk memudahkan pengupasan klobot, kemudian jagung dikupas
klobotnya menggunakan tusuk klobot untuk mempercepat pengerjaannya. Dapat
dilihat pada gambar 5.5.2. Jagung yang sudah dipetik dimasukkan kedalam ember
dan setelah ember terisi penuh jagung dipindahkan kedalam karung untuk
mempermudah pengangkutan. Qanytah dan Prastuti (2008) mengatakan bahwa
cara panen yang biasa dilakukan adalah pemotongan bagian tanaman di atas
tongkol pada saat biji telah masak fisiologis atau kelobot mulai mengering atau
berwarna coklat. Panen dilakukan pada saat cuaca cerah, kadar air biji ± 30%, biji
telah mengeras dan telah membentuk lapisan hitam (black layer) minimal 50% di
setiap barisan biji. Cara panen jagung secara tradisional yang cukup baik adalah
dengan menyabit batang jagung (terutama pada jagung berkadar air tinggi yaitu

Univesitas Sriwijaya

20

30-40%), dan kemudian jagung langsung dipetik dan dikupas kelobotnya. Cara

panen ini telah diterapkan oleh petani di Desa Kedawung, dimana sebagian besar
petani memanen jagung dalam bentuk tongkol berkelobot 75% dengan memotong
bagian tanaman di atas tongkol dimana biji telah mencapai masak fisiologis atau
kelobot telah kering dan berwarna coklat. Sebanyak 25% petani memanen jagung
dengan cara lainnya yaitu: dengan mengupas kelobot jagung langsung pada
batangnya. Cara ini dianjurkan untuk memanen jagung berkadar air rendah (1720%).
Menurut Firmansyah, et al. (2004) petani di sejumlah daerah memanen
jagung setelah umur panen tercapai (daun dan batang jagung telah berwarna
coklat). Pemanenan jagung bergantung pada lokasi, jenis lahan, dan ketersediaan
teknologi. Panen tongkol umum dilakukan petani pada lahan tadah hujan atau
lahan kering. Perbedaannya, pada lahan kering, petani langsung memanen jagung
bersama tongkolnya dengan kelobot relatif basah karena dipanen pada musim
hujan. Kadar air biji pada kondisi tersebut berkisar antara 30-35% dan adakalanya
mencapai 40%. Pemanenan tongkol pada lahan sawah tadah hujan, kadar air biji
sudah agak rendah, yaitu 25-30%. Tongkol kemudian diangkut ke tempat
pengumpulan untuk dianginanginkan beberapa saat, lalu dikupas, dan
dikeringkan. Batang tanaman ditebang untuk dijadikan pakan atau tetap dibiarkan
di lapangan.

Gambar 5.4.2. Pelaksanaan panen jagung tongkol (Minggu, 25 September 2016)

5.5. Kegiatan Pascapanen
Hasil panen jagung tongkol milik petani tidak langsung dijual karena perlu
dilakukan beberapa tahap penanganan untuk mendapatkan jagung pipil yang siap
dipasarkan. Setiap tahap penanganan jagung harus dilakukan dengan hati-hati agar

Univesitas Sriwijaya

21

tidak banyak kehilangan hasil yang diperoleh. Kegiatan pascapanen antar musim
panen di Desa Margo Mulyo dapat berbeda-beda yang ditentukan oleh penentuan
harga pasar. Jika harga pasar tinggi maka hasil panen jagung langsung di pipil, di
keringkan, di bersihkan kemudian di kemas, tetapi jika harga jagung pipil di pasar
rendah maka tidak langsung dijual. Jagung tersebut disimpan dalam bentuk
jagung tongkol hingga harga pasar jagung dianggap tinggi kemudian baru
dilakukan pemipilan, pengeringan, pembersihan dan pengemasan.
5.5.1. Pengangkutan Jagung Tongkol
Tindakan pengangkutan pascapanen jagung tongkol dilakukan agar
mendapatkan penanganan secara langsung, karena jika dibiarkan terlalu lama di
lapangan


akan

diserang

hama

tikus.

Pengangkutan

dilakukan

dengan

menggunakan sepeda motor ataupun sepeda karena kondisi jalan sawah yang
tidak rata, sempit sehingga tidak memungkinkan dilalui oleh kendaraan roda
empat. Selain itu, kondisi yang parah adalah saat musim hujan. Jalan dapat
menjadi licin, serta membahayakan saat dilalui. Dan saat panen tiba maka tidak
semua kendaraan pengangkut bersedia datang lantaran jalan yang berbahaya.


Gambar 5.5.1. Pengangkutan jagung tongkol (Jumat, 30 September 2016)
5.5.2. Pemipilan
Pemipilan merupakan cara penanganan pascapanen jagung yang perlu
mendapat perhatian. Pemipilan merupakan salah satu kegiatan yang kritis dalam
penanganan pascapanen di Desa Margo Mulyo sering terjadi banyak kehilangan
hasil pada tahap ini. Pemipilan dilakukan setelah pengangkutan jagung tongkol
selesai dilakukan tanpa menjemurnya terlebih dahulu. Alasan petani tidak

Univesitas Sriwijaya

22

menjemur jagung tongkol karena terlalu makan tempat penjemuran, harus bekerja
dua kali untuk menjemur dan mengumpulkannya kembali untuk pemipilan. Petani
memilih memipil jagung tongkol terlebih dahulu karena lebih mudah pada saat
penjemuran.
Pemipilan jagung tongkol menggunakan mesin pemipil ’’cron sheller’’.
Keuntungan dari penggunaan mesin antara lain kapasitas pemipilan lebih besar
dari cara manual. Namun apabila cara pengoprasiannya tidak benar dan kadar air

pada jagung tidak sesuai maka akan mempengaruhi viabilitas benih. Mesin
pemipil diperoleh dengan cara menyewa dengan jumlah terbatas. Biaya sewa per
kwintal jagung pipil sebesar Rp 10.000,-. Harga mesin pemipil jagung (corn
sheller) berkisar antara 11 juta sampai 12 juta.

(a)
Gambar 5.5.2. (a) proses pemipilan jagung (Minggu, 2 oktober 2016)

(b)
Gambar 5.5.2. (b) mesin pemipil jagung (Sabtu, 1 Oktober 2016)

Univesitas Sriwijaya

23

Tabel 3. Spesifikasi mesin pemipil jagung
Parameter
TK PJK-2T

fungsi

kapasitas pemipilan
putaran poros
berat kosong
Efisiensi Pemipilan Maksimum
Tingkat Kebersihan Minimum
Susut Hasil Maksimal

MOTOR
PENGGERAK

SET

Bagian Pengumpan
Dimensi Lubang Atas
Dimensi Lubang Bawah
Tinggi
Ketinggian Hopper Dari
Lantai
Kemiringan
Motor Penggerak
Model
Jenis
Merek
Putaran
Daya Maksimum
Dimensi Keseluruhan (PxLxT)
Roda
Berat Keseluruhan

Satuan

Hasil Rata-Rata

kg/jam
rpm
kg

memipil jagung
1947,3
789
150

%
%
%

99,6
98,5
1,3

mm
mm
mm
mm
o

460x340
260x240
330
1385
35

Rpm
hp/kW
Mm
Buah
kg

RD 65 DI-1S
Mesin diesel
Kubota
2200
6.5/4.85
1950x1000x1385
mm
2(ukuran 2.25-17)
226

Sumber : PT. Tanikaya Multi Sarana
5.5.3. Pengeringan
Jagung pipil dikeringkan dengan memanfaatkan panas matahari yang
dilakukan dengan menjemur di halaman rumah dengan menggunakan terpal. Cara
pengeringan tersebut cukup mudah dan biayanya murah. Kendalanya yang sering
dijumpai adalah saat cuaca tidak mendukung proses pengeringan berlangsung
lebih lama, yaitu sekitar empat sampai lima hari. Sehingga pengerjaan buka tutup
terpal akan lebih sering dilakukan, apabila hujan datang secara tiba-tiba petani
bisa kualahan untuk menutup jemuran jagung pipil milik mereka. Bisanya jagung
pipil dianggap sudah kering jika benih jagung digigit sudah keras, maka jagung
siap untuk dilakukan pengemasan.
Menurut Buckle, et al., (2008) kandungan air dalam pangan dapat
ditentukan dengan beberapa metode penetapan kadar air. Penentuan kadar air
bahan perlu dilakukan untuk mengetahui jumlah air yang terdapat dalam bahan
sehingga dapat ditentukan proses penanganan / pengolahan selanjutnya dan
Univesitas Sriwijaya

24

menentukan kualitas produk akhir serta digunakan untuk menentukan daya awet
suatu bahan karena jumlah air dalam bahan pangan biasanya dapat menjadi tolak
ukur bagi keberadaan mikroorganisme perusak bahan pangan khususnya pada
aktifitas air bahan.
Menurut (Syarif dan Halid, 1993), menyatakan bahwa Ada beberapa
macam metoda kadar air, yakni :
a. Metoda pemanasan langsung,
b. Metoda pengering vakum,
c. Metoda karl fischer.
Dalam penetapan kadar air pada sampel dilakukan metoda pemanasan
langsung. Metoda pemanasan langsung digunakan untuk menetapkan kadar air
dari zat yang tidak mudah rusak atau menguap pada suhu pemanasan 100 oC –
105oC. Penetapan ini relatif sederhana dimana contoh yang telah ditimbang atau
diketahui bobotnya dipanaskan dalam suatu pengering listrik pada suhu 100 oC–
105 oC sampai bobot tetap. Selisih bobot contoh awal dengan bobot tetap yang
telah dicapai setelah pengeringan adalah air yag telah menguap (Syarif dan Halid,
1993).
Kadar air panen rata-rata biji jagung adalah 20% namun bila daerah
penanaman adalah daerah kering biasanya kadar air panen biji bisa mencapai
17%. Selanjutnya biji jagung dikeringkan untuk mengurangi kadar air bahan
hingga mencapai kadar air kesetimbangan (Susila, et al., 2010). Pernyataan yang
sama juga dijelaskan oleh Mwithiga (2004) bahwa biji jagung biasanya dipanen
pada kadar air 20% basis basah atau lebih rendah dan sebagian besar pengolahan
akan berlangsung antara kadar air ini dan menuju kadar air kesetimbangan dengan
kadar air 12% basis kering.

Univesitas Sriwijaya

25

Gambar 5.5.3. Pengeringan jagung pipil (Senin, 3 Oktober 2016)
5.5.4. Pembersihan
Pembersihan jagung dilakukan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang
tercampur dengan jagung pada saat pemipilan. Kotoran tersebut berupa rambut
jagung, potongan janggel, dan krikil. Pembersihan jagung pipil dari kotoran
dilakukan bersamaan pada saat penjemuran, pembersihan tersebut dilakukan
secara manual yaitu dengan cara menyapu menggunakan sapu lidi kemudian
dikumpulkan ke satu arah dan kotoran tersebut diambil menggunakan tangan
sampai bersih.

Gambar 5.5.4. Pembersihan jagung pipil (Selasa, 4 Oktober 2016)
5.5.5. Pengemasan
Biji jagung pipil yang telah menjalani proses pengeringan dengan bantuan
panas matahari kurang lebih dua hari maka selanjutnya akan di kemas
menggunakan karung yang kemudian di jahit mulut karung menggunakan tali
rafiah. Setelah selesai proses pengemasan, jagung pipil kering siap diantarkan ke
tempat pemasaran.
Purwono dan hartono (2002) mengemukakan bahwa pengemasan dengan
karung harus mempunyai persyaratan bersih dan mulutnya dijahit, berat netto
maksimum 75 kg dan tahan mengalami handling baik waktu pemuatan maupun
pembongkaran. Di bagian luar karung (kecuali dalam bentuk curah) ditulis dengan
bahan aman yang tidak luntur dan jelas terbaca antara lain : produce of indonesia,
daerah asal produksi, nama dan mutu barang, nama perusahaan/ pengekspor, berat
bruto, nomor karung, tujuan. Ada beberapa tujuan pengemasan jagung, yaitu agar

Univesitas Sriwijaya

26

jagung bersih dari kotoran, mengurangi serangan jamur dan hama (Purwono dan
Hartono, 2002). Pengemasan jagung disesuaikan dengan tujuan pasar jagung.
Umumnya, kemasan yang digunakan berupa karung dengan berat antara 25-50 kg,
sedangkan eceran seberat 1-5 kg. Adapun kemasan jagung untuk dipasarkan di
supermarket umumnya menggunakan plastik wrapping seberat 1kg yang berisi
sekitar 6 buah tongkol jagung (Purwono dan Hartono, 2002).

Gambar 5.5.5. Pengemasan jagung pipil (Rabu, 5 Oktober 2016)
5.6. Pemasaran
Jagung kering pipil yang sudah dikemas dalam karung dengan mulut
karung dijahit rapat maka tahap selanjutnya adalah pemasaran. Harga jagung di
daerah ini sering mengalami naik turun yaitu dari harga Rp 2.300,- sampai Rp
3.300,-/Kg. hal tersebut disebabkan karena produksi jagung melimpah sehingga
harganya murah, sedangkan pada waktu paceklik harganya menjadi mahal. Oleh
karena itu, penyimpanan sangat diperlukan untuk mengatasi kelebihan produksi
pada musim panen raya untuk dimanfaatkan pada saat paceklik.

Gambar 5.5.6. Jagung siap dipasarkan (Kamis, 6 Oktober 2016)
5.7. Permasalahan Pascapanen Jagung Pipil

Univesitas Sriwijaya

27

Permasalahan yang sering dihadapi oleh petani jagung adalah harga jagung
yang rendah namun kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat dan mendesak.
Hal inilah yang menyebabkan petani jagung terpaksa harus menjual jagung kering
simpan dengan harga rendah untuk mencukupi kebutuhan ekonominya. Tetapi ada
sebagian petani yang mengatasi masalah pemasaran ini dengan menyimpan
jagung tongkol dari hasil panen tanpa dikeringkan. Penyimpanan jagung tongkol
dilakukan di dalam rumah karena tidak ada tempat khusus untuk penyimpanan
jagung tersebut (Gudang penyimpanan). Timbulnya masalah baru yang terjadi
karena penyimpanan jagung tongkol yang tidak dikeringkan yaitu biji jagung
mengalami kerusakan (berkecambah) didalam karung. Namun cara ini masih saja
menjadi kebiasaan petani di Desa Margo Mulyo karena petani takut jika
menyimpan dalam bentuk jagung pipil, jagung mengalami banyak penyusutan dan
jamuran pada saat dijual. Akibatnya harga yang diberikan oleh tengkulak pun
lebih rendah dan petani mengalami kerugian.
Proses penyimpanan sangat perlu diperhatikan karena mempengaruhi
kualitas jagung sehingga akan menentukan harga jual jagung yang dihasilkan.
Penyimpanan dalam bentuk tongkol dapat dilakukan dengan mengeringkan
jagung atau digantung dengan klobot di tempat tertentu untuk menghindari
rusaknya mutu jagung yang disebabkan oleh tumbuhnya jamur dan serangan hama
lainnya. Menurut Purwono dan Hartono (2002) Jagung tongkol kering lebih tahan
disimpan dalam waktu lama dari pada jagung pipil kering.
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan apabila jagung akan
disimpan dalam gudang. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Kebersihan gudang: sebaiknya gudang dibersihkan dan disemprot dengan
insktisida yang aman untuk mencegah hama bubuk.
2. Kelembaban gudang: gudang yang lembab akan mendukung tumbuhnya
mikroorganisme.
3. Alas : membuat para-para atau meletakkan balok pada lantai gudang yang
dilapisi papan agar kadar air pada biji jagung terjaga.

Univesitas Sriwijaya

28

Selain itu, faktor cuaca yang tidak menentu juga menjadi kendala petani
pada saat pengeringan jagung. sehingga mutu yang dihasilkan menjadi rendah
karena mengalami tumbuhnya jamur dan sebagainya. SNI telah menetapkan
standar mutu untuk produk jagung, baik untuk pangan maupun pakan. Penetapan
standar mutu jagung dilakukan berdasarkan berbagai kriteria seperti warna dengan
ketentuan dan penggunaan sebagai berikut:
a. Warna
- Jagung kuning apabila sekurang-kurangnya 90% bijinya berwarna kuning.
- Jagung putih apabila sekurang-kurangnya 90% bijinya berwarna putih.
b. Penggunaan
- Benih.
- Nonbenih.
Klasifikasi dan penentuan standar mutu jagung dibagi atas dua persyaratan
yaitu persyaratan umum dan khusus (Warintek 2007).
Syarat umum standar mutu jagung:
 Bebas dari hama penyakit
 Bebas bau busuk, asam, atau bau asing lainnya
 Bebas dari bahan kimia seperti insektisida dan fungisida
 Memiliki suhu normal
Syarat khusus standar mutu jagung dapat dilihat pada Tabel 2.
Penyelesaian masalah jagung pipil di Desa Margo Mulyo tersebut dapat
dilakukan dengan menentukan waktu tanam agar masa panen tidak jatuh pada
bulan-bulan basah (musim hujan). Bila musim tanam dilakukan pada on season,
hasil jagung melimpah menyebabkan harga jual hasil panen rendah. Alternatif lain
adalah dengan meminta untuk pengadaan alat pengering. Alat pengering dapat
difungsikan pada priode tanam on season atau pun priode tanam off season yang
besar kemungkinan harga jual hasil panen lebih tinggi jika dibandingkan pada saat
musim tanam.

Univesitas Sriwijaya

29

Gambar 5.7. Penyimpanan jagung tongkol (Kamis, 6 Oktober 2016)
5.8. Pendapatan yang Diperoleh
Pendapatan bersih adalah hasil yang diperoleh petani baik petani yang
mengelola sedikit lahan maupun yang mengelola banyak lahan. Dalam satu kali
panen 1 Hektar jagung petani mendapatkan jagung kering pipil berkisar antara 7585 karung. Satu karung jagung kering pipil memiliki berat 70-80 kg. Jadi sekali
pemanenan jagung pendapatan petani paling rendah adalah 5 Ton/Ha hasil jagung
kering pipil dan paling tinggi adalah 7 Ton/Ha dengan harga jual berbagai macam
variasi. Pendapatan tersebut petani gunakan untuk membayar seluruh modal
penanaman jagung sampai dengan proses pascapanen yang meliputi, pengolahan
lahan, bibit jagung, sewa tenaga penanaman jagung, pupuk, pestisida, sewa tenaga
pemanenan, sewa mesin pemipil jagung. kemudian dari sisa tersebut petani
gunakan untuk mencukupi kebutuhan ekonominya.

Univesitas Sriwijaya