GAMBARAN SELDARAH PUTIH DAN HEMOGLOBIN P

Laporan Praktikum ke-10

Hari/Tanggal : Selasa/25 November 2014

m.k Penyakit Organisme Akuatik

Kelompok

: IX

Asisten

: kak Yanti

GAMBARAN SELDARAH PUTIH DAN HEMOGLOBIN PADA
IKAN LELE (Clarias batracus)

Disusun oleh:
Savni Retalia Sababalat
C14120023


DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

I. PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Penyakit pada organisme akuatik merupakan segala sesuatu yang dapat

menimbulkan gangguan baik fisik maupun fisiologis pada ikan. Gangguan ini
dapat disebabkan oleh organisme lain berupa bakteri dan parasit serta kondisi
lingkungan yang buruk. Organisme memerlukan makanan dan oksigen untuk
melakukan metabolisme di seluruh tubuhnya (Affandi R, Tang UM.2002).
Berbagai proses metabolisme menghasilkan sisa (sampah) yang harus dikeluarkan
oleh tubuh. Darah ikan mengalir dari jantung melalui aorta ventral dan arteri –
arteri brankhial menuju ke insang untuk keperluan oksigenasi (Irianto 2005).
Darah ikan tersusun dari sel – sel darah yang tersuspensi dalam plasma yang
diedarkan ke seluruh jaringan tubuh (Moyle dan Cech 1988). Fungsi darah ikan

antara lain mengedarkan sari makanan dan oksigen ke seluruh tubuh (Lagler et al.
1977).
Darah merupakan cairan terpenting dalam tubuh makhluk hidup. Darah
mengangkut oksigen, hormone, nutrien, dan hasil buangan. Darah merupakan
salah satu parameter yang dapat digunakan untuk melihat kelainan yang terjadi
pada ikan, baik yang terjadi karena penyakit ataupun karena keadaan lingkungan.
Sehingga dengan mengetahui kondisi gambaran darah kita dapat mengetahui
kondisi kesehatan suatu organisme (Wells, 2005). Parameter darah yang dapat
memperlihatkan

adanya

gangguan

adalah

nilai

hematokrit,


konsentrasi

hemoglobin, jumlah eritrosit (sel darah merah) dan jumlah leukosit (sel darah
putih) (Lagler et al., 1977). Studi hematologis merupakan kriteria penting untuk
diagnosis dan penentuan kesehatan ikan (Nabib R, Pasaribu FH. 1989.). Penyakit
merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan produksi ikan. Penyebab
penyakit dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu noninfeksi (stres, intoksikasi,
defisiensi nutrisi) dan infeksi (virus, bakteri, cendawan, cacing dan protozoa) .

1.2 Tujuan
Mengetahui mengidentifikasi status kesehatan ikan lele berdasarkan kadar
Hemoglobin dan Sel Darah Putih

METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Penyakit Organisme Akuatik dengan judul Gambaran darah
pada ikan lele, yang dilaksanakan pada tanggal 18 November 2014 pada pukul
13.00-15.30 WIB. Bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian

Bogor.

2.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah syringe, gelas obyek, gelas
penutup, tabung perendam gelas obyek, baki, sentrufuge, seperangkat alat Sahli,
pipet pasteur, tabung mikrohematokrit, Haemocytometer, dan Mikroskop.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah darah ikan lele ( Clarias batracus) ,
larutan methanol, anti koagulan, kertas penyerap/tisu, akuades, crytoceal,
sentrifugasi, dan larutan Turk’s.
2.3 Prosedur
2.3.1 Pengambilan darah ikan lele (Clarias batracus)
Ikan lele diambil dari wadahnya dan letakan di dalam baki. Tutup mata ikan
dengan menggunakan serbet agar ikan tidak berontak. Ambil syringe yang
sebelumnya telah dibilas larutan antikoagulan. Ambil darah lele pada bagian
linealateralis sampai ujung jarum syringe menyentuh tulang ikan. Diamkan
sampai darah merambat naik dengan sendirinya. Setelah darah mulai terlihat
merambat naik, ambil darah sesuai dengan yang dibutuhkan.

2.3.2 Perhitungan Sel Darah Putih
Syring disiapkan setelah diberi anti koagulan 0,1 ml, setelah itu ambil darah

0,5 pada bagian bawah LL menggunakan pipet bulir putih dengan skala 0,5 ,
setelah selesai menghisap darah selanjutkan larutan turk dihisap menggunnakan
pipet bulir putih sapai skala 11. Setelah darah dan larutan berada didalam pipet,
kemudian dihomogenkan selama 3-5 menit dengan metode angka delapan.

kemudian sebelum dimasukkan kedalam haemasitometer campuran darh dan turk
dibuah pada 2 tetes pertama, lalu selebihnya dimasukkan kedalam haemasitometer
secukupnya dan diamati menggunakan microskop dengan perbesaran 40x, setelah
diamati hitung jumlah sel darah putih yang muncul.

��� =
2.3.3

a

a y

5

x 25 x


.

a

x faktor pengenceran

Hemoglobin
Tabung Hb meter diisi dengan 0,1 N

HCl sampai skala merah 10. Darah

dihisap dengan pipet sahli 0,2 ml kemudian dicampurkan dengan HCL 0,1 N dan
ditunggu 2-3 menit. Kemudian ditambahkan aquades sampai warna larutan sesuai dengan
warna pada Hb meter.

HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Berikut ini merupakan hasil sel darah putih dan hemoglobin pada ikan lele (
Clarias batracus)

1. Tabel gambaran sel darah putih dan hemoglobin pada ikan lele
kelompok
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Hb
7,6
12
9
9,4

1
5,7
7
7,4
11,8
12
4,8
9,8

SDP
5,5x 104
3,7x 104
4,3x104
3,5x 104
0,8x104
1,56x104
5,6x104
5,1x104
8,5x104
7,4x104

4,8x104
3,5x104

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah sel darah putih
terbanyak dihasilkan oleh kelompok 9 yaitu 8,5x104 dan SDM terendah dihasilkan
oleh kelompok 5 yaitu 0,8x104, sedangkan hasil dari hemoglobin

yang terbesar

diperoleh oleh kelompok 2 dan 10 yaitu 12, terendah kelompok 5 yaitu 1.

3.2 Pembahasan
Leukosit dikelompokkan ke dalam granulosit dan agranulosit berdasarkan
ada tidaknya butir – butir (granul) di dalam sitoplasma. Jenis leukosit yang
memiliki sifat reaksi terhadap zat tertentu yaitu eosinofil yang bersifat asidofil
(berwarna merah oleh eosin), basofil berwarna basofil (ungu), dan heterofil
bersifat tidak basofil maupun asidofil (Dellman dan Brown 1989). Termasuk jenis
leukosit

dalam kelompok granulosit yaitu heterofil, eosinofil dan basofil.


Leukosit merupakan jenis sel yang aktif di dalam sistem pertahanan tubuh.
Setelah dihasilkan di organ timus dan ginjal, leukosit kemudian diangkut dalam
darah menuju ke seluruh tubuh (Irianto 2005). Leukosit akan ditanspor secara
khusus ke daerah yang mengalami peradangan yang serius. Leukosit tidak
berwarna dan jumlah leukosit total ikan teleostei berkisar antara 20.000-150.000
butir tiap mm3 . Leukosit berbentuk lonjong sampai bulat (Moyle dan Chech

1988). Pada ikan lele, mas, dan nila, leukosit jenis eosinofil dan basofil jarang
ditemukan, kecuali bila ada reaksi kekebalan dengan perantaraan sel (Nabib dan
pasaribu 1989).
(Hesser EF. 1960) menulis bahwa rendahnya kadar Hb menyebabkan laju
metabolisme menurun dan energi yang dihasilkan menjadi rendah. Hal ini
membuat ikan menjadi lemah dan tidak memiliki nafsu makan serta terlihat diam
di dasar atau menggantung di bawah permukaan air. Larutan hayem merupakan
larutan yang digunakan untuk mencegah penggumpalan darah saat akan dihitung
jumlah eritrositnya. Hemoglobin (Hb) merupakan pigmen eritrosit yang terdiri
dari protein kompleks terkonyugasi yang mengandung besi. Protein Hb adalah
globin, sedangkan warna merah hemoglobin disebabkan oleh adanya heme. Heme
adalah suatu senyawa metalik yang mengandung satu atom besi (Guyton 1997).

Hemoglobin secara fisik mempunyai hubungan yang penting dengan oksigen.
Pada saat eritrosit melalui kapiler paru – paru, hemoglobin mengikat oksigen
membentuk oksihemoglobin. Sebaliknya pada saat melewati kapiler sistemik,
hemoglobin akan melepas oksigen ke jaringan dan menjadi hemoglobin kembali
(Swenson 1977).
Kebanyakkan ikan teleostei (ikan bertulang keras) memiliki hemoglobin
dalam eritrosit yang sama seperti pada vetebrata lainnya. Ikan merupakan hewan
poikilotermal yaitu suhu tubuh tergantung pada suhu di lingkungan sekelilingnya.
Suhu tubuh pada ikan yang hidup di daerah kutub sangat rendah, sehingga
hemoglobin tidak diperlukan untuk mengangkut oksigen. Pada ikan yang hidup di
daerah tersebut, oksigen diedarkan ke seluruh tubuh oleh plasma darah (Irianto
2005). Konsentrasi hemoglobin ikan lele (Clarias spp) normal berkisar antara
10,3 - 13,5 gr% (Angka et al. 1985) dan berdasarkan data yang diperoleh dari
praktikum hemoglobin yaitu 3 kelompok 11,8-12 gr% ) yang masih dianggap
normal.
Leukosit merupakan jenis sel yang aktif di dalam sistem pertahanan tubuh.
Setelah dihasilkan di organ timus dan ginjal, leukosit kemudian diangkut dalam
darah menuju ke seluruh tubuh (Irianto 2005). Leukosit ikan lele dumbo terdiri
dari monosit, limfosit, dan neutrofil. Monosit berfungsi sebagai fagosit terhadap

benda-benda asing yang berperan sebagai agen penyakit. Limfosit berfungsi
sebagai penghasil antibodi untuk kekebalan tubuh dari gangguan penyakit.
Neutrofil berperan dalam respon kekebalan terhadap serangan organisme patogen
dan mempunyai sifat fagositik. Neutrofil dalam darah akan meningkat bila terjadi
infeksi dan berperan sebagai pertahanan pertama dalam tubuh (Blaxhall PC.
1972).
Ikan yang terserang penyakit terjadi perubahan pada nilai hematokrit,
kadar hemoglobin, jumlah sel darah merah dan jumlah sel darah putih.
Pemeriksaan darah (hematologis) dapat digunakan sebagai indikator tingkat
keparahan suatu penyakit (Irianto Agus. 2005). Studi hematologis merupakan
kriteria penting untuk diagnosis dan penentuan kesehatan ikan (Swenson MJ.
1977.). Haemacytometer merupakan alat yang didesain khusus untuk menghitung
sel darah tetapi haemocytometer juga dapat digunakan untuk menghitung sel tipe
lain yang berukuran mikroskopik (Asriyani D. 2008).
Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa jumlah Hb ikan lele dumbo
(Clarias gariepinus) yang diamati berkisar antara 1-12 dan jumlah sel darah putih
berkisar 0,8 x 104 -8,5x104. Berdasarkan hasil dapat diketahui juga bahwa hanya
kelompok 2 dan kelompok 10 yang ikan lele dumbonya sehat karena jumlah Hb nya 11,812 gr%. Konsentrasi hemoglobin ikan lele (Clarias spp) normal berkisar antara

10,3 - 13,5 gr% (Angka et al. 1985). Dan menurut Alamanda et al (2007), Jumlah
leukosit ikan lele dumbo normal yaitu 16,25- 18,75 x 104. Berdasarkan literatur tersebut
maka ikan lele dumbo yang diamati memiliki jumlah sel darah putih yang rendah
(dibawah jumlah normal.

KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Gambaran darah ikan dapat diamati dengan beberapa metode, antara lain
dengan preparat ulas darah, tabung sahli, tabung mikrohematokrit,tabung Hbmeter serta haemacytometer. Melalui metode-metode tersebut dapat diketahui
jumlah sel darah putih pada ikan sehingga dapat didiagnosa penyakit ikan yang
diderita. Jumlah sel darah putih dan hemoglobin rata-rata dibawah garis normal
atau rendah yang disebsbkan oleh bakteri atau patogen yang menyebabkan
penyakit sehingga SDP nya rendah.

4.2 Saran
Praktikum selanjutnya digunakan perbandingan gambaran ikan yang sehat
dan sakit sehingga praktikan lebih memahami perbedaannya. Selain itu jenis ikan
dapat lebih diperbanyak.

DAFTAR PUSTAKA
Alamanda IE, Noor SH dan Agung B. 2007. Penggunaan Metode Hematologi Dan
Pengamatan Endoparasit Darah Untuk Penetapan Kesehatan Ikan Lele
Dumbo (Clarias Gariepinus) di Kolam Budidaya Desa Mangkubumen
Boyolali. Biodiversitas. Volume 8, nomor 1, halaman : 34-38
Asriyani D. 2008. Gambaran darah ikan lele yang berasal dari daerah laladonBogor. [Skripsi] . Fakultas Kedoteran Hewan. Institut Pertanian Bogor.
Affandi R, Tang UM.2002. Fisiologi Hewan Air. Riau : Uni Press. Amlacher E.
1970. Text Book of Fish Disease. D.A.T.F.H. Publication. New York.
USA. hlm 302. Angka SL, GT Wongkar, Karwani. 1985. Blood Picture
and Bacteria Isolated From Ulcered and Crooked-Black Clarias
Batrachus. Symposium On Pract. Measure for Preventing and Controlling

Fish Disease. BIOTROP. 17 P.
Angka SL, GT Wongkar, Karwani. 1985. Blood Picture and Bacteria Isolated
From Ulcered and Crooked-Black Clarias Batrachus. Symposium On

Pract. Measure for Preventing and Controlling Fish Disease. BIOTROP.
17 P.
Blaxhall PC. 1972. The Haemothological Assessment of The Health of Fresh
Water Fish. A Review of Selected Literature . Journal of Fish Biology 4 :

593-604.
Boyd CE. 1990. Water Quality Management For Pond Fish Culture . Elsevier
Science Publishing Company Inc, New York. Hal 146 – 159.
Dellman HD, Brown EM. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner. Edisi 3. Hartono
(Penerjemah). UI Press, Jakarta.
Guyton AC. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Irawati Setiawan
(Penerjemah). Penerbit Buku kedokteran EGC, Jakarta.

Irianto Agus. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Lagler KF, Bardach JE, RR Miller, Passino DRM. 1977. Ichthyology. John Willey
and Sons. Inc. new York-London. Hlm 506.

Hesser EF. 1960. Methods for Routine Fish Hematology. Progressive Fish
Culturist.
Irianto Agus. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Moyle PB, Cech Jr JJ. 1988. Fishes An Introduction to Icthyology. Prentice Hall,
Inc. USA. hlm 559.
Nabib R, Pasaribu FH. 1989. Patologi Dan Penyakit Ikan. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat
Antar Universitas Bioteknologi. IPB
Suyanto S Rachmatun. 2007. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya : Jakarta.
Swenson MJ. 1977. Dukes Physiology of Domestic Animal. Ed ke-9. Cornell
Univ. Press, London.
Wells RMG, Baldwin J, Seymour RS, Chirtian K, Britain T. 2005. Blood Cell
Function and Haematology In Two Tropical Frehswater Fishes From
Australia. Comparative Biochemistry and Physiology.

LAMPIRAN.

1. ��� =

a

a y

5

x 25 x

SDP = Rata-rata sel x 25 x

SDP = 34 x 25 x
SDP = 8,5 mm3

2.

,

3

.

x 40

a

.

a

x faktor pengenceran

x faktor pengenceran

Hemoglobin dengan skala tabung hemoglobin yang didapat yaitu 11,89
%