HUKUM DAN ETIKA KOMUNIKASI BISNIS DELAY

TUGAS HUKUM DAN ETIKA KOMUNIKASI BISNIS
DELAY 6 JAM LION AIR DI BANDARA SOEKARNO HATTA

Dosen: Yohanes Widodo

Disusun Oleh:
Intan Rachma Aulita - 140905440

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Ilmu Komunikasi
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Tahun 2014/2015

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kebutuhan akan transportasi beberapa tahun belakangan ini
semakin meningkat sejalan dengan melonjaknya jumlah kepadatan
penduduk di Indonesia. Salah satu moda yang tidak asing lagi bagi
sebagian masyarakat, terutama masyarakat perkotaan adalah pesawat.

Selain

memiliki

keunggulan

dalam

segi

efektivitas

waktu

dalammenempuh perjalan dari satu kota ke kota lainnya, pesawat juga
saat ini dapat menjadi pilihan yang tepat untuk menjadi partner
perjalanan kita.
Namun, dibalik itu terdapat masalah yang membuat masyarakat
jengah dengan sistem pelayanan maskapai Indonesia. Masalah tersebut
adalah penundaan waktu jam terbang pesawat atau biasa disebut dengan

istilah delay. Hampir seluruh perusahaan maskapai penerbangan
menerapkan sistem delay dalam operasional mereka. Tak ayal masalah
ini

membuat

masyarakat

jengah

dengan

pelayanan

maskapai

penerbangan yang mereka gunakan. Salah satu perusahaan penerbangan
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah maskapai Lion Air. Lion
Air merupakan maskapai yang sudah sangat dikenal masyarakat.
Lion Air didaulat sebagai salah satu maskapai penerbangan terbaik

mengingat jumlah armada serta rute yang paling banyak diantara
perusahaan penerbangan lainnya. Tetapi disisi lain, Lion Air memiliki
kendala dalam proses koordinasi operasional armadanya. Tak jarang
pihak perusahaan Lion Air menerapkan sistem delay yang berlebihan
tanpa informasi yang jelas kepada para penumpangnya. Hal itulah yang
menyebabkan Lion Air kini terlibat kasus dengan masyarakat.
Penetapan waktu delay dengan semena-mena menimbulkan emosi
para

penumpang

hingga

mempertanyakan

sistem

manajemen

perusahaan ini yang dikatakan tidak terkoordinasi dengan baik sehingga

menelantarkan penumpang tanpa kepastian dan informasi yang jelas.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas kasus manajemen
perusahaan Lion Air.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah antara lain :
1. Apa kasus yang dialami oleh maskapai Lion Air?
2. Bagaimana sikap seorang Humas dari Lion Air dalam
menanggapi masalah yang terjadi?
1.3 Tujuan
1. Mengamati tindakan yang dilakukan Humas Lion Air dalam
menyelesaikan masalah yang ada.
2. Mengetahui praktik teori Humas yang digunakan dalam
menyelesaikan masalah.

BAB II
DESKRIPSI OBJEK
Profil Lion Air
Lion air adalah perusahaan penerbangan yang secara hukum didirikan
sejak oktober 1999 di bawah naungan PT. Lion Mentari Airlines. Lion Air
berkantor pusat di Jakarta. Lion Air pertama kali mengudara 30 juni 2000,

dengan pesawat pertama Boeing 737-200 PK-LIA dengan rute pertama ke
Pontianak. PT. Lion Mentari Airlines didirikan oleh kakak-beradik Kusnun
dan Rusdi Kirana (Dewan Pertimbangan Pressiden di kabinet kerja
Jokowi) dengan konsep penerbangan murah atau low cost carrier. Rusdi
Kirana adalah CEO Lion Air sejak 1999-sekarang dan menjabat Pressiden
Direktur sejak 2000-2014.
Brand:

Slogan:

“We Make People Fly”
Visi:
 Menjadikan maskapai penerbangan Lion Air menjadi yang
terdepan pada industri penerbangan.
Misi:
 Pelayanan yang konsisten, keselamatan dan keamanan merupakan
pondasi dasar dari segala hal di Lion Air.
 Komitmen dan dedikasi kami dalam mengaplikasikan pondasipondasi tersebut tercermin dalam kesuksesan maskapai kami.

*) Harga:


Harga yang ditawarkan oleh pihak Lion Air:
Promo

: ± Rp. 300.000 – ± Rp. 900.000

Ekonomi

: ± Rp. 500.000 – ± Rp. 1.300.000

Bisnis

: N/A

Website:
www.lionair.co.id
Sejak delapan tahun mengudara atau kurang lebih tahun 2008 Lion Air
sudah melayani rute ke 36 kota di Indonesia dan tujuan penerbangan di
wilayah ASEAN dan Asia. Dengan armada barunya Boeing 737-900ER
yang dipesan sebanyak 178 unit yang diantar secara bertahap sejak 2007 –

2014. Lion Air menjadi perusahaan perdana yang membeli Boeng seri
terbaru tersebut. Cukup panjang dan berliku perjalanan Lion Air sejak
tahun 2005 hingga saat ini. Tahun 2009 Lion Air mulai ingin menyaingi
maskapai Garuda Indonesia untuk melayani rute perjalanan para jemaah
Haji & Umroh ke Saudi Arabia. Lion mendatangkan armada terbarunya
yaitu Boeing 747-400.
Tahun 2003 Lion mendirikan Wings Air sebagai anak perusahaan pertama
Lion Air. Wings Air kantornya berpusat di Manado. Wings Air beroperasi
ke semua rute penerbangan di Indonesia dan dua penerbangan
Internasionalnya ke Malaysia. Rute yang dioperasikan yaitu ke Penang dan
Malaka.

Brand:

Slogan:

“Fly is cheap”
*) Harga:

Harga yang ditawarkan oleh pihak Wings Air:

Promo

: ± Rp. 450.000 – ± Rp. 1.300.000

Ekonomi

: ± Rp. 500.000 – ± Rp. 1.450.000

Bisnis

: N/A

Pada tahun 2012 Lion Air bekerja sama dengan beberapa perusahaan yang
juga berada dibidang travel dan penerbangan. Lalu, Lion Air
menandatangani perjanjian untuk mendirikan maskapai baru di Malaysia
dengan nama Malindo Airways pada Mei 2013.
Brand:

Slogan:


“Smarter Way To Travel”

*) Harga:

Harga yang ditawarkan oleh pihak Malindo Air:
Ekonomi
Promo : ± Rp. 950.000 – ± Rp. 1.200.000
Biasa

: ± Rp. 1.200.000 – ± Rp. 1.900.000

Bisnis
Promo : ± Rp. 1.900.000 – ± Rp. 2.500.000
Biasa

: ± Rp. 2.700.000 – ± Rp. 3.100.000

Website:
www.malindoair.com
Di Tahun yang sama, yaitu 2013, Lion mendirikan anak maskapai baru

dengan nama Batik Air.
Brand:

Slogan:

“We Make People Fly”
Slogan dari Batik Air sama dengan Lion Air.
Harga:

Harga yang ditawarkan oleh pihak Batik Air:
Promo

: ± Rp. 400.000 – ± Rp. 600.000

Ekonomi

: ± Rp. 600.000 – ± Rp. 1.300.000

Bisnis


: ± Rp. 800.000 – ± Rp. 1.500.000

Website:
http://www.batikair.com/
Batik Air diharapkan dapat membantu operasional Lion Air dan bisa
bersaing dengan maskapai Garuda Indonesia dari segi kenyamanan dan
keamanan.
Ada 1 lagi anak perusahaan Lion Air yang berpusat di Bangkok yaitu, Thai
Lion. Maskapai ini berdiri tahun 2013 dengan mitra perusahaan local di
Thailand.
Brand:

Slogan:
Dengan slogan sama dengan Lion Air dan Batik Air yaitu,

“We Make People Fly”
*)Harga:

Promo: N/A
Ekonomi: TBH 2.560 = ± Rp. 1.540.000
Website:
www.lionthai.com
Saat ini Lion Air mulai bersaing dengan maskapai yang berbasis Low Cost
Carrier lain yaitu, Air Asia.
*) Harga = Harga bisa kapan saja berubah tergantung pada hari dan tanggal berapa anda berangkat,
musim liburan dan nilai tukar dolar terhadap rupiah.

.
Walaupun bisa diterima di tengah masyarakat maskapai ini sering menjadi
perbincangan masyarakat karena Delay yang sering terjadi dan
kenyamanan yang diberikan tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh
penumpang. Selain itu, banyak kasus Lion Air seperti beberapa armadanya
yang rusak berbarengan, kru maskapai yang mogok kerja, hingga refund
yang sanagat banyak karena kekecawaan penumpang karena delay yang

sangat panjang. Namun, pihak Lion Air tidak bisa mengembalikan dalam
jangka waktu yang ditentukan sehingga harus dibantu oleh pihak Angkasa
Pura II.
Struktur Organisasi Lion Air

BAB III
PEMBAHASAN
3.1

Kronologi Kasus Delay Lion Air
Bermula dari emosi calon penumpang Lion Air yang mendatangi

lapangan landas bandara Soekarno-Hatta pada Sabtu, 21 November 2015
lalu. Delay sepertinya sudah menjadi ciri khas sendiri bagi Lion Air. Tidak
ada pemberitahuan sama sekali mengenai jam terbang yang pasti. Seperti
yang sudah dijelaskan diatas, pihak Lion Air tidak memberi informasi
apakah pesawat mengalami delay atau tidak. Calon penumpang dibiarkan
menunggu begitu saja. Baru pada pukul 08.00 pihak

Lion Air

memberitahukan bahwa pesawat Boeing 737 dengan nomor penerbangan
JT898 diganti dengan pesawat Airbus A330. Tak hanya dibuat kesal
dengan keterlambatan informasi yang diberikan, penumpang kembali
terpacu amarah saat mengetahui bahwa pesawat pengganti tersebut harus
menjalani proses pengajuan izin terbang yang membuat waktu delay
semakin lama. Kesal dengan pelayanan Lion Air yang dinilai buiruk, calon
penumpang bergegas mendatangi landasan pacu pesawat Lion Air yang
tengah bersiap untuk berangkat dengan tujuan yang sama, yitu rute
Jakarta-Makassar. Calon penumpang pesawat Lion Air dengan nomor
penerbangan JT898 mengancam untuk membakar armada Lion Air jika
tidak mendapatkan kejelasan atas delay selama lebih dari 3 jam lamanya.
Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya pemberitahuan secara jelas dari
pihak

maskapai

Lion

Air

JT898

mengenai

jam

terbang

para

penumpangnya. Akhirnya setelah para penumpang melakukan complaint,
crew Lion Air baru bertindak. Para penumpang pesawat Lion Air JT898
baru diterbangkan pukul 11.21 siang. Sangat jauh dari jam terbang
seharusnya yaitu pukul 05.00 pagi. Dalam kasus ini dapat kita lihat secara
jelas, dimana letak kesalahan salah satu maskapai terbaik Indonesia.
Pemberlakuan sistem delay yang berlebihan tak ayal membuat masalah
menjadi semakin besar. Sistem delay dimaksudkan untuk memberi sedikit
ruang waktu bagi bagian operasional maskapai untuk mempersiapkai

segala pelayanan secara lebih maksimal mulai dari kesiapan armada, izin
penerbangan, data penumpang, serta keamanan dan pelaksanaan prosedur
yang telah ditetapkan sesuai kebijakan perusahaan. Namun nyatanya hal
ini menciptakan pandangan lain masyarakat tentang pelayanan maskapai
penerbangan maskapai Indonesia termasuk Lion Air. Dibalik berbagai
prestasi yang diraih Lion Air dalam dunia penerbangan, maskapai in juga
tak luput dari masalah terutama dalam sistem operasional. Lion Air dikenal
dengan penerapan delay yang paling buruk dimata sebagian masyarakat
yang kebanyakan dari mereka pernah mengalami hal yang menjemukan
tersebut. Dalam kasus delay ini terdapat ketidakseimbangan komunikasi
antara pihak manajemen operasional dengan pihak Public Relation.
Humas, selaku wakil dari perusahaan yang bertugas untuk memberikan
kejelasan informasi mengenai delay yang terjadi kali ini tampaknya
berperan minim dalam membangun hubungan yang baik dengan
masyarakat yang merupakan client perusahaan mereka. Baru-baru ini Lion
Air terkait kasus yang sama dengan masalah-masalah sebelumnya,
mengenai delay yang terjadi hingga memicu amarah calon penumpang
yang menggunakan jasa penerbangan tersebut.
3.2 Public Relations (Pengertian, Peran dan Fungsi)
3.2.1

Pengertian
Public relations (PR) merupakan jembatan komunikasi
antara pihak perusahaan dengan publik atau karyawan
yang bekerja di perusahaan. PR memiliki banyak definisi
yang diungkapkan oleh para ahli. Salah satu yang penulis
ambil adalah pengertian menurut Scott M et al., dalam
Ruslan (2005 : 6), Public Relations merupakan fungsi
manajemen untuk menilai sikap dari publik, menetapkan
kebijakan untuk stakeholders atau organisasi demi
kepentingan publik, merencanakan dan melakukan suatu
program untuk meraih pengertian, pemahaman, dan
dukungan dari publiknya.

3.2.2

Fungsi
1. Fungsi Konstruktif
Dianalis menganalogikan fungsi ini sebagai “Perata
Jalan”. Fungsi konstruktif ini mendorong humas
membuat aktifitas ataupun kegiatan-kegiatan yang
terencana, berkesinambungan yang cenderung bersifat
proaktif.
2. Fungsi Korektif
Fungsi

Korektif

berperan

sebagai

“Pemadam

Kebakaran”. Apabila sebuah organisasi/lembaga terjadi
masalah-masalah(krisis) dengan public, maka humas
harus berperan dalam mengatasi terselesaikannya
masalah tersebut. Menurut Cutlip and Center :
a. Menunjang kegiatan manajemen dan mencapai
tujuan organisasi
b. Menciptakan komunikasi dua arah secara timbale
balik

dengan

menyebarkan

informasi

dari

perusahaan kepada public dan menyalurkan opini
public pada perusahaan.
c. Melayani public dan memberikan nasihat kepada
pimpinan organisasi untuk kepentingan umum
d. Membina

hubungan

secara

harmonis

antara

organisasi dan public, baik internal maupun
eksternal.
3.2.3

Peran
Seorang PR memiliki perannya masing-masing dan tidak
semua PR mampu menjalankan semua peran itu. Peran PR
terbagi menjadi 4, yaitu:
1. Communication Tehnician
Beberapa praktisi memasuki dunia PR ini sebagai
teknis. Pada tahap ini kemampuan jurnalistik dan
komunikasi sangat diperlukan. PR diarahkan untuk

berperan menulis, menulis news letter, menulis in
house journal, menulis news release, menulis feature,
dll. Biasanya praktisi dalam peran ini tidak hadir pada
saat manajemen menemui kesulitan. Mereka tidak
dilibatkan

dalam

manajemen

sebagai

pengambil

keputusan. Peran mereka lebih ke arah penulisan tools
dan mengimplementasikan program. Mereka sebagai
"the last to know"
2. Expert Prescriber
Praktisi PR sebagai pendefinisi problem, pengembang
program dan memeiliki tanggungjawab penuh untuk
mengimplementasikannya. Mereka sebagai pihak yang
pasif. Manajer yang lainnya menyerahkan tugas
komunikasi sepenuhnya ke tangan si "komunikasi" ini
sehingga mereka dapat mengerjakan pekerjaan mereka
yang lainnya.Tampaknya bangga karena PR semacam
ini dianugerahi kepercayaan tinggi tetapi karena tidak
adanya keterlibatan top manajemen dalam peran PR
maka PR seolah terisolir dari perusahaan. Ia sibuk
sendiri dengan pekerjaannya. Di pihak manajemen
mereka juga menjadi sangat tergantung kepada PR nya.
Mereka menjadi minim komitmen kepada tugas – tugas
PR, padahala seperti diketahui seharusnya tugas PR
harusnya dilakukan oleh semua orang yang ada dalam
sebuah perusahaan,
Dalam hal difusi peran dan fungsi PR sehingga mereka
paham spirit perlunya PR bagi perusahaan menjadi
rendah dan tidak akan tersosialisasi bahkan terburuk
akan hilang kepercayaan top manajemen akan fungsi
PR bagi sebuah organisasi. Hal ini akan terjadi apabila
top manajemen banyak merasa dikecewakan oleh PR
yang dianggap mereka sebagai pakar.

3. Communication Facilitator
PR sebagai pendengar setia dan broker informasi.
Mereka sebagai penghubung, interpreter dan mediator
antara organisasi dan publiknya. Mereka mengelola
two way communicationnya dengan cara membuka
rintangan

komunikasi

yang

ada/yang

terjadi.

Tujuannya dalam hal ini adalah untuk menyediakan
kebutuhan dua belah pihak akan informasi, membuat
kesepakatan yang melibatkan minat keduabelah pihak.
Para pelaku dengan peran ini menempatkan dirinya
sebagai sumber informasi dan sebagai kontak antara
organisasi dan publiknya. Sebagai wasit dari interaksi,
memantapkan agenda yang akan didiskusikan antara
dua belah pihak, menyimpulkan pandangan, bereaksi
terhadap kasus, membantu partisipan mendiagnosa
masalah, membantu menyelesaikan masalah yang
berhubungan dengan komunikasi. Mereka menjadi
boundary spanner antara perusahaan dan publiknya.
Mereka bekerja di bawah asumsi bahwa two way
communication

mampu

meningkatkan

kualitas

pengambilan keputusan organisasi dan publik dalam
hal prosedur, kebijakan, serta tindakan lain yang
berhubungan dengan minat kedua belah pihak.
4. Problem Solving Facilitator
Mereka berkolaborasi dengan manajer lain untuk
mendefinisikan dan memecahkan masalah. Mereka
menjadi bagian dalam manajemen stratejik perusahaan.
Bergabung

dengan

konsultan

mulai

dari

awal

direncanakan program hingga evaluasinya. Membantu
manajemen menerapkan PR sebagai tahapan fungsi
manajemen yang sama dengan kegiatan manajemen
yang lain.

3.3

Peran Transparansi Public Relation Dalam menyelesaikan

masalah
Dalam sebuah organisasi, terdapat pihak yang bertugas untuk
membangun hubungan yang baik dengan masyarakat. Seorang Public
Relation memiliki fungsi penting di sebuah lembaga. Fungsi tersebut
adalah menjalin komunikasi dan berperan sebagai jembatan yang
menhubungkan suatu ikatan kerja sama antara suatu lembaga atau
perusahaan dengan masyarakat yang merupakan pelanggan perusahaan
dimana seorang Humas mengabadikan dirinya. Fungsi Humas dalam
lembaga selain yang disebutkan di atas diantaranya :
1. Menjaga kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan
2. Menciptakan kerja sama antara perusahaan dengan pelanggan
3. Menunjang tujuan manajemen perusahaan
4. Menciptakan citra yang baik bagi perusahaan di mata pelanggan
5. Memberikan informasi tentang perusahaan
6. Membina hubungan yang baik antara perusahaan dengan
pelanggan
7. Mengevaluasi Program organisasi
8. Menyelesaikan masalah yang ada di perusahaan baik internal
maupun eksternal
Pada kasus delay yang terjadi pada Lion Air, dapat kita analisis
bahwa pihak humas tidak menjalankan tugasnya dengan baik sehingga
menimbulkan sebuah masalah besar bagi perusahaan. Humas Lion Air
yang

seharusnya

bertugas

menyampaikan

informasi

mengenai

permasalahan operasional dalam hal ini tidak bersikap transparan terhadap
permasalahan yang ada. Peran Humas disini tidak berjalan sesuai dengan
fungsinya dan cenderung menutupi kekurangan perusahaan yang sudah
jelas terlihat dengan tindakan tertutupnya tersebut. Sebagi humas, dituntut

untuk lebih terbuka. Terbuka dalam hal menyampaikan kendala yang
dialami perusahaan. Sikap transparansi dapat menjaga citra perusahaan di
mata public.

3.4 Etika Dan Tanggung jawab Sosial Seorang Public Relation
Menurut Soleh Soemirat, (2005:169) Etika mengacu pada sistem
nilai dengan apa orang menentukan apa yang benar dan apa yang tidak
benar, yang adil dan tidak adil, yang jujur dan tidak jujur. Etika terungkap
dari perilaku moral dalam situasi terterntu. Peran etika dalam kehidupan
pribadi dan praktisi sendiri juga sama pentingnya. Etika diartikan sebagai
suatu kode etik yang membatasi diri seseorang dalam berprilaku yang
berdasarkan nilai-nilai yang ada dan norma-norma yang akan menjadikan
suatu tuntutan dalam setiap diri seseorang.
Humas dikenal sebagai juru bicara dari sebuah perusahaan. Untuk
menjalankan tugasnya, seorang Humas harus berpedoman pada informasi
yang dimiliki untuk disampaikan kepada khalayak. Penyampaian informasi
juga didasari oleh etika profesi Humas yang telah ditentukan. Kode etik
seorang humas Yang diambil dari PERHUMAS diantaranya :

Pasal 1
KOMITMEN PRIBADI
Anggota PERHUMAS harus :
1. Memiliki dan menerapkan standar moral serta reputasi setinggi
mungkin dalam menjalankan profesi kehumasan
2. Berperan secara nyata dan sungguh-sungguh dalam upaya
memasyarakatan kepentingan Indonesia
3. Menumbuhkan dan mengembangkan hubungan antar warga Negara
Indonesia yang serasi daln selaras demi terwujudnya persatuan dan
kesatuan bangsa

Pasal II
PERILAKU TERHADAP KLIEN ATAU ATASAN
Anggota PERHUMAS INDONESIA harus:
1. Berlaku jujur dalam berhubungan dengan klien atau atasan
2. Tidak mewakili dua atau beberapa kepentingan yang berbeda atau
yang bersaing tanpa persetujuan semua pihak yang terkait
3. Menjamin rahasia serta kepercayaan yang diberikan oleh klien atau
atasan, maupun yang pernah diberikan oleh mantan klien atau
mantan atasan
4. Tidak melakukan tindak atau mengeluarkan ucapan yang cenderung
merendahkan martabat, klien atau atasan, maupun mantan klien
atau mantan atasan
5. Dalam memberi jasa-jasa kepada klien atau atasan, tidak akan
menerima pembayaran, komisi atau imbalan dari pihak manapun
selain dari klien atau atasannya yang telah memperoleh kejelasan
lengkap
6. Tidak akan menyerahkan kepada calon klien atau calon atasan
bahwa pembayaran atau imbalan jasa-jasanya harus didasarkan
kepada hasil-hasil tertentu, atau tidak akan menyetujui perjanjian
apapun yang mengarah kepada hal yang serupa

Pasal III
PERILAKU TERHADAP MASYARAKAT DAN MEDIA MASSA
Anggota PERHUMAS INDONESIA harus:
1. Menjalankan kegiatan profesi kehumasan dengan memperhatikan
kepentingan masyarakat serta harga diri anggota masyarakat
2. Tidak melibatkan diri dalam tindak memanipulasi intergritas sarana
maupun jalur komunikasi massa
3. Tidak menyebarluaskan informasi yang tidak benar atau yang
menyesatkan sehingga dapat menodai profesi kehumasan

4. Senantiasa membantu untuk kepentingan Indonesia

Pasal IV
PERILAKU TERHADAP SEJAWAT
Praktisi Kehumasan Indonesia harus:
1. Tidak dengan sengaja merusak dan mencemarkan reputasi atau
tindak professional sejawatnya. Namun bila ada sejawat bersalah
karena melakukan tindakan yang tidak etis, yang melanggar hukum,
atau yang tidak jujur, termasuk melanggar Kode Etik Kehumasan
Indonesia, maka bukti-bukti wajib disampaikan kepada Dewan
Kehormatan PERHUMAS INDONESIA
2. Tidak menawarkan diri atau mendesak klien atau atasan untuk
menggantikan kedudukan sejawatnya
3. Membantu dan berkerja sama dengan sejawat di seluruh Indonesia
untuk menjunjung tinggi dan mematuhi Kode Etik Kehumasan ini.
Selain dari PERHUMAS ada juga kode etik yang sejak tahun 2011
yaitu, kode etik IPRA (International PR association). Kode etik ini
merupakan penyempurnaan dari Code of Venice tahun 1961, Code of
Athens tahun 1965 dan Code of Brussels tahun 2007. Yang terdieri
dari 18 pasal atau nomor, yaitu:
1. Ketaatan (Loyalty)
2. Integritas
3. Dialog
4. Keterbukaan
5. Konflik
6. Kerahasiaan
7. Ketepatan
8. Kebohongan
9. Penipuan
10. Pengungkapan
11. Keuntungan

12. Remunerasi
13. Pembujukan
14. Pengaruh
15. Persaingan
16. Pemburuan
17. Pekerjaan
18. Rekan sejawat
Tidak hanya menaati etika dalam profesi humas juga harus
menjalankan praktik tanggung jawab sosial terhadap publik. Tanggung
jawab tersebut merupakan bagian dari tugas seorang humas. Menurut
UNIDO (United Nations Industrial Development Organization), CSR
merupakan

suatu

konsep

manajemen

di

mana

perusahaan

mengintegrasikan kepedulian sosial dan lingkungan di dalam operasi dan
interaksi bisnis mereka dengan para pemangku kepentingan (stakeholders).
Dapat dikatakan pula bahwa CSR menjadi bagian dari perusahaan dalam
meningkatkan kualitas usahanya dihadapan stakeholders-nya. CSR
(Company Social Responsibility atau Tanggung jawab Sosial Perusahaan)
disebut juga sebagai kegiatan sosial atau tanggung jawab bisnis yang
berkelanjutan,

merupakan

bentuk

swaregulasi

perusahaan

yang

diintegrasikan ke dalam model bisnis.

3.5 Kasus Delay Lion Air Dilihat Dari Sisi Teori Grunig
Dalam kasus delay Lion Air yang telah dibahas di atas, penulis
mencocokkan kasus tersebut dengan teori Grunig yang mana menyatakan
bahwa The Role of Public Relations (Press Agentry, Public Information,
Two-Way Asymmetrical, Two-Way Symmetrical) yang dipakai sesuai
dengan kegiatan yang akan dijalankan PR. Di sini Grunig lebih
menekankan

pada

pendekatan

Two-Way

Symmetrical

yang

mendeskripsikan PR yang harus bisa menguasai proses komunikasi antara
komunikator dan khalayaknya, terkhususnya interaksi (berupa feedback)
yang terdapat di dalamnya.

Pada akhirnya, seorang praktisi PR pun penting untuk memahami
dan mendasari setiap tindakan komunikasi yang diambilnya dengan teori
yang sudah berkembang hingga kini. Teori akan menjadi pengarah, bukan
pengekang bagi tindakan komunikasi. Namun dalam kasus diatas, dapat
disimpulkan

bahwa

humas

pihak

Lion

Air

adalah

Two-Way

Asymmetrical. Hal itu karena, pejabat humas tidak menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya sesuai dengan teori yang telah ditentukan sebagai
pedoman dalam berperilaku sebagai seorang humas dalam profesinya.
Buktinya dapat dilihat dari tidak adanya komunikasi yang terjalin antara
pihak perusahaan Lion Air dengan calon penumpang pesawat JT898.

3.6

Hasil Akhir dari Kasus Delay Lion Air
Akibat dari kasus delay Lion Air selama 6 jam membuat banyak

pihak, terutama calon penumpang geram. Apalagi tidak adanya informasi
yang jelas tentang status keberangkatan mereka dan permintaan secara
resmi dari pihak Lion Air membuat calon penumpang Lion Air kecewa.
Hampir semua masyarakat menginginkan menteri Perhubungan, Ignasius
Jonan untuk bisa menindak tegas Lion air dengan memberi sanksi
pembekuan izin terbang. Namun harapan masyarakat harus pupus karena
menurut Suprasetyo, Direktur Jenderal Perhubungan Udara yang dikutip
oleh Nugroho, cnn Indonesia “Pak Menteri (Perhubungan) bilang
Kemenhub tidak bisa kasih sanksi pembekuan (terhadap Lion Air) karena
ini pelayanan”. Keputusan ini yang membuat banyak orang bertanya-tanya
dan meminta kejelasan serta sanksi tegas pada pihak Lion Air.
Berdasarkan dari kode etik yang di keluarkan PERHUMAS dan
IPRA, PR dari Lion Air tidak menjalankan beberapa point. Melanggar
pasal 2 no. 1 dan pasal 3 no. 1, pasal 3 no. 3, pasal 3 no. 4 dalam kode etik
PERHUMAS dan kode etik IPRA no. 2, no. 3, no. 4, no. 8. Banyaknya
nilai kode etik yang dilanggar PR Lion Air bisa berdampak buruk bahkan
pencabutan jabatan bisa dilakukan oleh PERHUMAS.

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan kasus yang telah diteliti dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi
tidak dijalankan dengan baik. Humas yang berperan sebagai jembatan
penghubung antara perusahaan dengan penumpang mengabaikan teori dan etika
yang seharusnya dijalankan. Hal ini berdampak buruk bagi citra perusahaan di
mata pelanggan. Seorang humas tidak hanya berperan menciptakan jalinan kerja
sama dengan publik melainkan juga harus bersikap terbuka, serta tidak melalaikan
tanggung jawab sosialnya terhadap masyarakat karena profesionalitas seorang
humas di mata pelanggan menggambarkan bagaimana karakter perusahaannya.
Jika humas tidak menjalankan segala aturan dan etika kehumasan, dampak buruk
akan menimbulkan pandangan negatif dalam praktiknya.
1.1

DAFTAR PUSTAKA

Admin. (n.d). Kode Etik Perhumas. Diakses dari (4 Desember 2015)
http://www.perhumas.or.id/?page_id=24.
Admin. (2015). Sejarah Maskapai Lion Air. Diakses dari (9 Desember 2015)
http://airline.web.id/airlines/sejarah-maskapai-lion-air/.
Cutlip, Scoot M, Center, H Allan, Broom, Glen M. (2011). Edisi kesembilan,
Effective Public Relations. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Faqih, Fikry. (2015). Sanksi Ringan Kemenhub Untuk Lion Air. Diakses dari (6
Desember

2015)

http://www.merdeka.com/peristiwa/sanksi-ringan-

kemenhub-untuk-lion-air.html.
Humas. (2015). Malik Fadjar, Rusdi Kirana, Hasyim Muzadi, dan Subagyo HS
jadi anggota Wantimpres Jokowi. Diakses dari (8 Desember 2015)
http://setkab.go.id/malik-fadjar-rusdi-kirana-hasyim-muzadi-dan-subagyohs-jadi-anggota-wantimpres-jokowi/.
IPRA. (2011). IPRA Codes. Diakses dari (5 Desember 2015)
http://www.ipra.org/about/ipra-codes.
Mustami,Adinda. A. (2013). Lion Air dirikan maskapai di Thailand. Diakses dari
(8 Desember 2015) http://www.tribunnews.com/bisnis/2013/08/30/lionair-dirikan-maskapai-di-thailand.
Natasya, Afrilia Ernes. 2015. Bagaimana Peran Public Relations dalam
organisasi atau korporasi?. Diakses dari (6 Desember 2015)
www.ruangberbagi.com/2015/02/bagaimana-peran-public-relations-

http://
dalam-

organisasi-atau-korporasi/
Primadhyta, Safyra & Sari, Elisa Valenta. (2015). Ignasius Jonan Bebaskan
Lion

Air dari Sanksi Pembekuan Izin. Indonesia. Diakses dari (7 Desember
2015) http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150220220007-9233711/ignasius-jonan-bebaskan-lion-air-dari-sanksi-pembekuan-izin/.

Putera, Andri Donnal. 2015. Ini Kronologi Lion Air "Delay"6 Jam yang Buat
Penumpang Serbu Landasan Pacu Soekarno-Hatta. Diakses dari (4
Desember 2015)
http://megapolitan.kompas.com/read/2015/11/21/19032681/Ini.Kronologi.
Lion.Air.Delay.6.Jam.yang.Buat.Penumpang.Serbu.Landasan.Pacu.Soekar
no-Hatta
UNIDO (United Nations Industrial Development Organization). What is CSR?.
Diakses dari (1 Desember 2015) http://www.unido.org/
Rosyadi, Arif Achda. 2013. Etika Profesi Humas. Diakses dari (5 Desember
2015) http://www.slideshare.net/Achda/etika-profesi-humas
Ruslan, Rosady. (2005) Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, Jakarta:
Penerbit PT. Raja Grafindo Persada.
W, Setya, T.R. (n.d). Lion Air. Diakses dari (8 Desember 2015)
http://profil.merdeka.com/indonesia/l/lion-air/
http://www.lionair.co.id.