MAKALAH DS 1 CASE 1 TUTOR 2 2017.pdf
KASUS IATROGENIK GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN TUAN ABDUL Dosen Pembina (Tutor)
Dr. Erna K. Komaruddin, drg., Sp. Pros.
MAKALAH
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah DS-1 kasus 1
Oleh TUTOR 2
Zahra Milatania
160110150080 Kurniasari Vanessa S.
160110150002 Tami Muthia Naifah
160110150091 Sartika Florenti S.
160110150013 Stephanie Adiguna S.
Nadiya Sudiyasari
160110150113 Clara Desideria
Dena Fadhilah M.
Regin Avivah
160110150047 Arif Zulhazmi
160110150146 Fania Fadhilah
Firsa Antika P. 160110150058
Fitricia Febrividya
Jeahani Trisya O.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2017
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim. Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kasus Iatrogenik Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Tuan Abdul ” untuk memenuhi tugas
mata kuliah DS-1 pada semester empat ini di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Jatinangor.
Penulis (Kelompok Tutorial 2) banyak mendapat uluran tangan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil dalam benruk motivasi, bimbingan, bahan referensi, dan fasilitas lainnya dalam menyusun dan menyelesikan makalah ini.
Oleh karena itu, penulis hendak mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :
1. Koordinator Program Studi DS-1 Sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, drg. Diani Prisinda, MARS, Sp. KG.
2. Dosen pembina utama, Dr. Erna K. Komaruddin, drg., Sp. Pros.
3. Dosen wali, beberapa dokter gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Unpad
4. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT. membalas dan melimpahkan berkah dan rahmat-Nya
atas segala jasa dan bantuan yang telah diberikan dengan tulus dan ikhlas kepada penulis.
Seluruh isi makalah ini benar-benar karya penulis dengan binaan dosen pembina dan bukan merupakan jiplakan atau saduran semata. Oleh karena itu, Seluruh isi makalah ini benar-benar karya penulis dengan binaan dosen pembina dan bukan merupakan jiplakan atau saduran semata. Oleh karena itu,
Semoga makalah ini dapat menjadi suatu karya yang bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi yang membacanya, serta bermanfaat bagi perkembangan ilmu kedoktern gigi.
Jatinangor, 23 April 2017
Penulis
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Overview Kasus Tutorial 1 Bagian 1
Seorang laki-laki bernama Bapak Abdul, berusia 50 tahun datang ke RSGM dengan keluhan adanya kegoyangan dan rasa sakit pada gigi bawah belakang kiri dan kanan sejak satu bulan yang lalu. Gigi tersebut merupakan gigi penyangga gigi tiruan pasien. Selain itu, pasien juga mengeluh adanya kegoyangan pada gigi tiruan saat mengunyah sehingga pasien merasa tidak nyaman
Tutorial 1 Bagian 2
Tuan Abdul mengatakan bahwa gigi tiruan ini telah dipakainya sejak 4 tahun yang lalu dan baru sekitar satu bulan perasaan goyang dan sakit pada gigi penyangga dirasakan, begitu pula dengan rasa kesulitan dan tidak nyaman saat mengunyah.
Kondisi umum
: sehat
Pemeriksaan ekstraoral : tidak ada abnormalitas Pemerisaan intaoral
: kehilangan gigi 35,36,37,45,46 dan 47 dan gigi 44 serta 34 (gigi penyangga) mobility grade 2, gigi tiruan goyang free end mengganti gigi 35,36,37,45,46, dan 47
Pemeriksaan radiografis : terlihat mahkota dalam kondisi baik dan terdapat kelainan pada jaringan penyangga gigi/ periodontal
Tutorial 2
Skenario Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan dokter gigi mendapatkan bahwa gigi penyangga goyang dan sakit dan harus dilakukan pengobatan dan perawatan. Selakin itu diketahui bahwa inti masalah timbul karena gigi tiruan yang goyang atau tidak stabil. Untuk mengatasi hal ini maka perlu dilakukan perbaikan pada gigi tiruan, dan untuk mengatasi rasa sakit yang timbul maka dibutuhkan pemberian obat. Tuan Abdul menyetujui semua tindakan pengobatan dan perbaikan dan pembuatan gigi tiruan yang baru. Dokter gigi meminta persetujuan Tuan Abdul tentang rencana perawatan yang akan dilakukan dan meminta Tuan Abdul
untuk
menandatangani
formulir
persetujuannya.
1.2 Tabel 7 Jumps
Terminologi Problems Hypothesis Mechanism More info I don’t
Learning issues
know
Mobility Kegoyangan dan rasa sakit Kesalahan
- (terlampir di grade 2
(terlampir Pemeriksaan
bawah) Free end
pada gigi bawah belakang iatrogenik
di bawah) Keadaan umum :
kiri dan kanan sejak satu jaringan
sehat
iatrogenik
bulan yang lalu
periodontal
Intraoral
Gigi tersebut merupakan gigi pada gigi
kehilangan
gigi
penyangga gigi tiruan pasien penyangga
35,36,37,45,46 dan
Adanya kegoyangan pada karena gigi
47 dan gigi 44 serta
gigi tiruan saat mengunyah tiruan 34 (gigi
sehingga pasien merasa tidak
penyangga)
nyaman
mobility grade 2,
Gigi tiruan telah dipakai
gigi tiruan goyang
sejak 4 tahun lalu
free end mengganti
Gigi penyangga goyang dan
gigi
sakit dan harus dilakukan
35,36,37,45,46, dan
pengobatan dan erawatan
Gigi tiruan goyang atau tidak
Ekstraoral : tidak
stabil
ada abnormalitas
Dibutuhkan perbaikan pada
Radiografi mahkota
gigi tiruan dan pemberian
dalam kondisi baik
obat pada gigi penyangga
jaringan penyangga gigi/ periodontal
1.3 Mekanisme
Kesalahan desain gigi tiruan
perbedaan kompresibilitas
distribusi daya kunyah yang tidak merata
trauma oklusi
Pemeriksaan
kerusakan jaringan
periodontal
Radiologi
penuruhan tulang alveolar
Informed
gigi tiruan yang tidak
Perbaikan dan
stabil dan goyang
Concent
pembuatan Gigi tiruan
gigi sandaran goyang dan sakit
Pengobatan
1.4 Learning Issues
1) Apa itu kegoyangan gigi dan penyebabnya ?
2) Apa saja dan Bagaimana komponen gigi tiruan lepasan?
3) Bagaimana syarat gigi tiruan yang baik? (free end)
4) Apa saja klasifikasi kegoyangan gigi
5) Bagaimana klasifikasi kegoyangan gigi?
6) Bagaimana klasifikasi kehilangan gigi menurut Kennedy dan Soelarko?
7) Bagaimana syarat-syarat gigi sandaran ?
8) Bagaimana gigi tiruan dapat menyebabkan kerusakan jaringan periodontal?
9) Apa saja pemeriksaan subjektif dan objektif untuk kelainan jaringan periodontal?
10) Apa saja macam-macam kelainan jaringan periodontal?
11) Bagaimana interpretasi radiografi kelainan jaringan periodontal?
12) Apa itu iatrogenik?
13) Apa saja faktor keberhasilan gigi tiruan sebagian lepasan?
14) Apa itu trauma oklusi dan bagaimana klasifikasinya?
15) Apa obat yang diberikan untuk mengatasi gigi sandaran yang sakit dan goyang?
16) Bagaimana cara memperbaiki gigi tiruan? (termasuk bahan yang dipakai)
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kegoyangan Gigi (Arif Z. 160110150124 & Sartika F. 160110150024)
Gigi goyang merupakan pergerakan gigi pada dataran vertical atau horizontal. Derajatnya tergantung pada ligament periodontal, area perlekatan akar, elastisitas prosesus alveolar dan fungsi masing-masing gigi. Gigi yang berakar tunggal umumnya lebih mudah goyang dibandingkan dengan gigi yang berakar 2 atau 3. Dalam keadaan normal, gigi juga memiliki derajat mobility. Mobility ini disebut sebagai mobility fisiologis, paling besar terjadi di pagi hari karena adanya peningkatan sewaktu tidur dan secara perlahan berkurang di siang hari setelah gigi menerima tekanan fungsional dari pengunyahan, penelanan, dan ketika berkontak dengan antagonisnya.
Tooth mobility ini terjadi dalam 2 tahapan :
1. Inisial atau tahap intersoket. Yakni pergerakan gigi yang masih dalam batas ligament periodontal. Hal ini berhubungan dengan distorsi viskoelastisitas ligament periodontal dan redistribusi cairan periodontal, isi interbundle dan fiber. Pergerakan inisial ini terjadi dengan tekanan sebesar 100 pon dan pergerakan yang terjadi sebesar 0,05-0,1 mm (50-100 mikron).
2. Tahap kedua terjadi secara bertahap dan memerlukan deformasi elastik tulang alveolar sebagai respon terhadap meningkatnya tekanan horizontal. Ketika mahkota diberi tekanan sebedar 500 pon maka pemindahan yang 2. Tahap kedua terjadi secara bertahap dan memerlukan deformasi elastik tulang alveolar sebagai respon terhadap meningkatnya tekanan horizontal. Ketika mahkota diberi tekanan sebedar 500 pon maka pemindahan yang
Mobilitas dinilai sesuai dengan kemudahan dan luasnya pergerakan gigi, ada beberapa klasifikasi :
1. Normal
2. Grade 1 : Sedikit lebih besar dari normal
3. Grade 2 : Sekitar 1mm
4. Grade 3 : Lebih dari 1mm pada segala arah (fasiolingual/mesiodistal dengan kombinasi perpindahan vertikal)
Secara klinis, tooth mobility dapat dibedakan atas :
1. Reversible Mobility : Terjadi akibat tekanan yang abnormal atau inflamasi dan dapat berkurang atau dihilangkan dengan menyingkirkan factor penyebab.
2. Irreversible Mobility : Ditandai dengan berkurangnya dukungan periodeonsium. Derajatnya dapat dikurangi, tapi tidak dapat dihilangkan.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan gigi goyang, yaitu karena kehamilan, status penyakit (lokal/sistemik), trauma, kebiasaan hiperfungsi dan hipofungsi. Namun ada dua faktor yang paling sering dianggap sebagai penyebab dari gigi goyang, yaitu :
1. Inflamasi yang disebabkan akumulasi plak Biasa terjadi pada penyakit periodontal seperti gingivitis dan periodontitis, yang lebih lanjut akan berakibat terhadap hilangnya perlekatan jaringan 1. Inflamasi yang disebabkan akumulasi plak Biasa terjadi pada penyakit periodontal seperti gingivitis dan periodontitis, yang lebih lanjut akan berakibat terhadap hilangnya perlekatan jaringan
2. Trauma karena oklusi Cedera yang di hasilkan oleh tekanan oklusal yang berlebihan, atau karena kebiasan abnormal. Yang akan menyebabkan kerusakan terhadap perlekatan pada periodonsium karena melebihi kapasitas adaptif dan reparatifnya. Penanganannya dengan cara, penyelarasan oklusal, alat ortodonti, rekonstruksi oklusal, dan pemasangan splin dental.
2.2 Trauma Oklusi (Kurniasari V. 160110150013 & Fitricia F. 160110150146)
Merupakan kerusakan jaringan periodonsum yang disebabkan oleh tekanan oklusi berlebih yang diterima oleh jaringan periodonsum.Dibedakan menjadi :
1. Trauma Oklusi Primer Trauma oklusi yang terjadi pada jaringan periondontum normal. Perubahan
bersifat reversible, dapat hilang bila penyebab oklusi trauma diperbaiki. Terjadi kegoyangan gigi, sakit, dan pelebaran ruang ligamen periodontal
2. Trauma Oklusi Sekunder Terjadi pada jaringan periodontum yang sudah lemah (kehilangan jaringan & kemampuan jaringan periodontum menahan tekanan oklusal rendah). Akibatnya terjadi kerusakan tulang alveolar, pembentukan poket.
2.2.1 Tekanan Oklusal
1. Physiologically normal occlusal forces : Tekanan kecil yang terjadi saat pengunyahan dan penelanan. Memelihara kondisi jaringan periodontal dan tulang alveolar
tetap sehat dan berfungsi normal
2. Impact Forces : Tekanan oklusal yang besar tetapi sebentar (berdurasi pendek)
3. Continuous Forces : Tekanan ringan yang berlangsung secara terus menerus/kontinyu.
4. Jiggling Forces Tekanan yang intermitten pada dua arah berbeda yang
menghasilkan pelebaran tulang alveolar dan menyebabkan mobilitas gigi
2.2.2 Klasifikasi
1. Trauma Oklusi Akut Kerusakan jaringan periodontal akibat menggigit benda keras dengan tidak
sengaja Symptom : sakit, sensitif terhadap perkusi, gigi goyang karena jejas pada jaringan. Gejala ini berangsur-angsur hilang
Gambar 2. 1 Penyebab trauma oklusi
2. Trauma Oklusi Kronik Kerusakan jaringan periodontal akibat dari adanya daya abnormal yang
berulang-ulang yang berasal dari restorasi, protesa, kebiasaan parafungsi, migrasi atau ekstrusi gigi
Gambar 2. 2 Trauma Oklusi dari restorasi
Gambar 2. 3 Trauma oklusi yang berasal dari protesa
2.2.3 Akibat Trauma Oklusi pada Jaringan Periodontal
1. Gangguan peredaran darah
2. Thrombosis vaskuler ligament perio
3. Edema & hyalinisasi serat kolagen
4. Infiltrasi sel-sel radang
5. Pyknosis inti sel osteoblast, cementoblast, fibroblast
6. Dilatasi vaskuler
2.2.4 Tanda/Gejala Subjektif
1. Gigitan tidak beres atau tidak efektif
2. Gigi linu bila menggigit
3. Gigi memanjang atau kontak lebih dulu
4. Gigi & gusi gatal
5. Rahang atau otot kunyah sakit
6. Gigi sensitif terhadap rangsangan (pulpa)
7. Sendi rahang sakit, ada bunyi gemertak
8. Kebiasaan kerot-kerot (bruxism)
9. Gigi terasa goyang
10. Gigi berpindah tempat
11. Sukar buka mulut di pagi hari (trismus)
2.2.5 Tanda/Gejala Objektif
1. Gigi goyang (pasif), digerakan instrument
2. Gigi goyang (dinamik) diminta artikulasi
3. Migrasi (bodily movement)
4. Palpasi otot kunyah, hipertrofi
5. Resorbsi akar, ligament periodontal melebar
6. Keausan permukaan gigi (atrisi)
2.2.6 Treatment
1. Dibuatkan “lempeng gigitan” (night guard)
2. Dilakukakan “selective grinding”
3. Dibuatkan “splint”
4. Rekonstruksi Oklusal (Ortho, OD, Prosto)
2.3 Penyakit Periodontal (Clara D. 160110150047)
Penyakit periodontal adlah suatu kondisi yang dimana dicirikan dengan adanya respon inflamasi inang pada jaringan periodontal yang bisa menimbulkan perubahan lokal atau general pada jaringan lunak di sekitar gigi, kehilangan tulang pendukung dan yang paling parah adalah kehilangan gigi. Gejala periodontitis secara umum :
- Gusi bengkak dan berwarna merah atau keunguan - Jika disentuh, gusi terasa lunak - Mulut tidak enak dan napas menjadi bau - Penyusutan gusi sehingga ukuran gigi terlihat lebiih tinggi dari biasanya - Keluarnya nanah pada bagian yang membatasi gigi dan gusi - Jarak antara satu gigi dan gigi lainnya terasa renggang - Gigi tanggal
2.3.1 Peridontitis Apikalis (Dena Fadhilah 160110150035)
Periodontitis Apikalis merupakan infeksi yang terjadi pada saluran akar yang telah mencapai jaringan periapikal. Iritannya dapat berupa mediator inflamasi dari pulpa yang terinflamasi secara irreversibel atau toksin bakteri dari pulpa nekrotik, zat-zat kimia (desinfektan), restorasi yang berlebih, over instrumentasi, dan keluarnya materi obturasi ke jaringan periapikal. Menimbulkan rasa sakit pada saat mengigit, saat diperkusi dan palpasi. Jika merupakan perluasan pulpitis, maka akan memberikan respon terhadap tes vitalitas. Jika merupakan perluasan nekrosis pulpa, maka tidak akan memberikan respon. Gambaran radiografi dari periodontitis apikalis yaitu membran dan lamina dura menunjukkan tanda-tanda inflamasi, puncak tulang alveolar DBN (Dalam Batas Normal) atau terjadi resorbsi.
Gambar 2. 4 Gambaran Radiografi Periodontitis Apikalis
2.3.2 Periodontitis Kronis (Zahra M. 160110150002)
Periodontitis kronis merupakan penyakit periodontal yang paling umum. Periodontitis kronis berkembang secara lambat dan menjadi signifikan secara klinis pada dewasa tetapi dapat juga terjadi pada anak-anak. Periodontitis kronis didefinisikan sebagai suatu penyakit infeksius yang menyebabkan inflamasi pada jaringan pendukung gigi, kehilangan perlekatan yang progresif dan kehilangan tulang. Merokok dibuktikan dapat meningkatkan keparahan penyakit periodontal. Kerusakan jaringan periodontal pada pasien periodontitis kronis yang perokok ternyata meningkat. Sebagai hasil, perokok dengan periodontitis kronis mengalami lebih banyak kehilangan perlekatan dan tulang dan memiliki poket yang lebih dalam.
1. Faktor Etiologi Menurut teori Socransky, penyakit periodontal dapat disebabkan oleh berbagai
patogen dalam jumlah yang berbeda. Teori beliau menyatakan bahwa 6 hingga 12 spesies bakteri mungkin menyebabkan kebanyakan kasus periodontitis yang destruktif dan spesies tambahan mungkin menjadi penyebab kasus yang lain. Kombinasi bakteri yang berbeda mungkin terdapat pada lesi individual dan bersama-sama memproduksi faktor virulensi yang diperlukan. Selama 25 tahun, beberapa peneliti mengatakan bahwa suatu jumlah bakteri dari flora subgingiva menunjukkan huungan yang positif pada perkembangan penyakit periodontal. Penelitian ini menunjukkan korelasi yang positif di antara kehadiran bakteri dan patogen dalam jumlah yang berbeda. Teori beliau menyatakan bahwa 6 hingga 12 spesies bakteri mungkin menyebabkan kebanyakan kasus periodontitis yang destruktif dan spesies tambahan mungkin menjadi penyebab kasus yang lain. Kombinasi bakteri yang berbeda mungkin terdapat pada lesi individual dan bersama-sama memproduksi faktor virulensi yang diperlukan. Selama 25 tahun, beberapa peneliti mengatakan bahwa suatu jumlah bakteri dari flora subgingiva menunjukkan huungan yang positif pada perkembangan penyakit periodontal. Penelitian ini menunjukkan korelasi yang positif di antara kehadiran bakteri dan
Penelitian lain oleh van Winkelhoff dkk., telah membuktikan bahwa Actinobacillus
actinomycetemcomitans), Porphyromomnas gingivalis (P. gingivalis), Prevotella intermedia (P. intermedia), Bacteroides forsythus (B. forsythus), Fusobacterium nucleatum (F. nucleatum) dan Peptostreptococcus micros (P. micros) lebih prevalen secara signifikan dalam poket pasien periodontitis kronis dibanding dengan kontrol yang sehat.
actinomycetemcomitans
(A.
Peneliti Bragd dkk. dan Slots dkk. telah mengatakan bahwa beberapa spesies bakteri mungkin berperan sebagai marker untuk penyakit karena bakteri tersebut sering dihubungkan dengan tanda klinis penyakit periodontal. Beberapa penelitian retrospektif yang mengaitkan jumlah spesies bakteri dengan perkembangan penyakit periodontal menunjukkan korelasi dengan jumlah P. gingivalis, P. intermedia dan A. actinomycetemcomitans dan mengusulkan bahwa tingkat bakteri ini mungkin mengindikasikan risiko terjadinya kerusakan periodontal di suatu daerah.
Penelitian yang sama dilakukan oleh Papanaou dkk. yang menunjukkan bahwa sebanyak 148 pasien dewasa yang berkebangsaan Cina berumur antara 30-59 dengan periodontitis kronis ditemukan peningkatan dalam spesies tertentu, terutama P. gingivalis , T. denticola, B. forsythus dan C. recta, di daerah terjadinya periodontitis yang progresif.
2. Patogenesis
Etiologi utama penyakit periodontal adalah bakteri anaerob fakultatif gram negatif yang terdapat di dalam lapisan biofilm subgingiva. Bakteri ini mempunyai kemampuan untuk mengaktifkan mekanisme pertahanan pejamu dalam memperbaiki jaringan yang rusak pada waktu yang bersamaan, bakteri ini akan memproduksi toksin yang akan menghancurkan epitel dan struktur periodontal.Bila organisme terpapar dengan serangan bakteri, hal tersebut akan memicu respon imun antara patogen bakteri dan pejamu. Bakteri tersebut akan menyebabkan pelepasan sitokin seperti interleukin-6 (IL-6) dan tumor necrosis factor- αlpha (TNF-α), sehingga meningkatkan jumlah produksi polimorfonuklear leukosit.15 Leukosit adalah sel pertama yang akan melawan bakteri patogen yang menyerang jaringan periodontal. Pada tahap awal terjadinya periodontitis, terjadi peningkatan PMN yang sekaligus akan meningkatkan pengeluaran radikal bebas dalam proses fagositosis melawan infeksi. Pasien dengan penyakit periodontal mempunyai kadar PMN yang tinggi dan ROS yang berlebihan yang akan menyebabkan destruksi jaringan gingiva, ligamen periodontal dan tulang alveolar melalui berbagai cara termasuk merusak DNA dan merangsang pembentukan sitokin proinflamasi. Hal ini sekaligus menjelaskan bahwa keterlibatan ROS yang berlebihan berkaitan dengan kerusakan jaringan periodontal.
3. Gejala Klinis Gambaran klinis penyakit periodontitis kronis adalah inflamasi gingiva dan
perdarahan, pembentukan poket, mobiliti gigi, migrasi gigi, kehilangan tulang alveolar dan halitosis.
1) Inflamasi Gingiva dan Perdarahan
Walaupun inflamasi gingiva merupakan tanda yang penting dalam penyakit periodontitis, manifestasi dari inflamasi menjadi kurang nyata dengan perkembangan periodontitis. Biasanya gingiva berwarna pink, konturnya selalu normal, tidak akan ada perdarahan saat probing dilakukan dan pasien tidak ada keluhan perdarahan sewaktu menyikat gigi. Kehadiran dan keparahan inflamasi gingiva bergantung pada status oral hygiene pasien; sewaktu oral hygiene buruk, inflamasi gingiva terlihat nyata dan terjadinya perdarahan saat menyikat gigi, atau perdarahan secara spontan.
2) Pembentukan Poket Pengukuran poket merupakan pemeriksaan yang penting sewaktu diagnosis periodontal tetapi harus diintepretasi bersama dengan inflamasi gingiva dan pembengkakan, dan bukti radiografi kehilangan tulang alveolar. Secara teoritis, jika tidak ada pembengkakan gingiva, suatu poket dengan kedalaman lebih dari 2 mmmengindikasi migrasi apikal dari epitel sulkular.
3) Mobiliti Gigi Sebagian mobiliti gigi dalam dataran labiolingual boleh terjadi pada gigi sehat yang berakar satu, terutama insisivus bawah yang lebih mobil dibandingkan dengan gigi yang berakar banyak. Peningkatan mobiliti gigi disebabkan oleh:13
(1) Pelebaran ligamen periodontal dengan tidak adanya kehilangan tulang alveoalar atau jaringan pendukung lain (2) Pelebaran ligamen periodontal disertai dengan kehilangan tulang alveolar atau jaringan pendukung lain
(3) Kehilangan tulang alveolar atau jaringan pendukung lain tanpa adanya pelebaran ligament periodontal Mobiliti juga bisa bertambah setelah bedah periodontal dan pada saat hamil. Pada patogenesis periodontal, destruksi jaringan selalunya ditandai inflamasi dan trauma oklusal. Mobiliti yang disebabkan oleh inflamasi dan traumatik oklusi biasanya reversibel, tetapi mobiliti yang disebabkan oleh destruksi jaringan pendukung adalah irreversible.
4) Migrasi Gigi Pergerakan gigi dari posisi asli dalam lengkung rahang merupakan gambaran dari penyakit periodontal. Posisi gigi yang sehat dipelihara oleh keseimbangan dari lidah, bibir, dan daya oklusal. Sewaktu jaringan pendukung hilang, daya-daya tersebut menentukan pola migrasi gigi. Gigi insisivus biasanya bermigrasi paling sering dalam arah labial, tetapi gigi dapat bergerak dalam semua arah atau mengalami ekstrusi.
5) Kehilangan Tulang Alveolar Resorpsi tulang alveolar dan destruksi ligamen periodontal merupakan
gambaran yang paling penting pada periodontitis kronis. Pemeriksaan radiografi adalah bagian yang penting sewaktu diagnosis periodontal, karena dapat diperoleh ketinggian tulang alveolar, bentuk destruksi tulang, lebar ruang ligamen periodontal dan densitas cancellous trabeculation. Tanda pertama radiografik dari destruksi periodontal adalah kehilangan densitas margin alveolar.
6) Halitosis
Metabolisme dari berbagai bakteri oral, terutama bakteri Gram-negatif anaerob dalam saliva, sewaktu bereaksi dengan substrat di dalam mulut, contohnya debris makanan dan plak, dapat menghasilkan campuran yang mengandung sulfur seperti hidrogen sulfida dan methylmercaptan yang mengeluarkan bau yang tidak menyenangkan dalam mulut dan ketika bernafas. Inflamasi akut, dengan pus yang keluar dari poket ketika diberi tekanan juga menyebabkan halitosis
Gambar 2. 5 Inflamasi akut, dengan pus yang keluar dari poket
2.4 Gigi Tiruan Lepasan (Tami M. 160110150080)
Geligi tiruan (protesa, protesis, restorasi, denture) adalah protesa yang menggantikan gigi yang hilang serta jaringan sekitarnya. Menurut Appleate (1959), gigi tiruan sebagian lepasan adalah salah satu alat yang berfungsi mengembalikan beberapa gigi asli yang hilang dengan dukungan utama jaringan lunak di bawah plat dasar dan dukungan tambahan adalah gigi asli yang masih Geligi tiruan (protesa, protesis, restorasi, denture) adalah protesa yang menggantikan gigi yang hilang serta jaringan sekitarnya. Menurut Appleate (1959), gigi tiruan sebagian lepasan adalah salah satu alat yang berfungsi mengembalikan beberapa gigi asli yang hilang dengan dukungan utama jaringan lunak di bawah plat dasar dan dukungan tambahan adalah gigi asli yang masih
2.4.1 Macam-Macam Gigi Tiruan Lepasan Secara Umum
Gigi tiruan dibagi menjadi 2 macam yaitu gigi tiruan lengkap dan gigi tiruan sebagian. Gigi tiruan lengkap adalah restorasi yang dibuat untuk suatu perawatan bila satu atau kedua lengkung rahang suda tidak ada giginya lagi. Gigi tiruan sebagian adalah suatu perawatan untuk penggantian satu atau lebih, tetapi tidak semua gigi yang hilang dari satu atau dua lengkung gigi.
Gigi tiruan sebagian terbagi pula menjadi 2 yaitu gigi tiruan sebagian lepasan dan gigi tiruan sebagian cekat. Gigi tiruan sebagian lepasan adalah geligi tiruan yang menggantikan satu atau lebih, tetapi tidak semua gigi serta jaringaan sekitanya dan didukung oleh gigi asli yang tertinggal dan atau jaringan di bawahnya, serta dapat dikeluar masukkan ke dalam mulut oleh pemakainya. Gigi tiruan sebagian cekat merupakan geligi tiruan yang menggantikan satu atau lebih, tetapi tidak semua gigi serta jaringaan sekitanya dan didukung oleh gigi dan atau jaringan di bawahnya, yang tak dapat dilepas-lepas dari tempatnya oleh si pemakai.
2.4.2 Fungsi Gigi Tiruan Lepasan
1. Pemulihan fungsi estetik
Alasan utama seorang pasien mencari perawatan prostodontik biasanya karena masalah estetik, baik yang disebabkan hilangnya, berubah bentuk, susunan, warna maupun berjejalnya gigi-geligi. Mereka yang kehilangan gigi depan biasanya memperlihakan wajah dengan bibir masuk ke dalam, sehingga wajah menjadi depresi pada dasar hidung dan dagu menjadi tampak lebih ke depan. Selain itu, timbul garis yang berjalan dari lateral sudut bibir dan lipatan-lipatan yang tidak sesuai dnegan usia penderita. Akibatnya, sulcus labio-nasalis menjadi lebih dalam.
2. Peningkatan fungsi bicara Alat bicara dapat dibagi dalam dua bagian. Pertama, bagian yang bersifat
statis, yaitu gigi, palatum tulang alveolar. Kedua, yang bersifat dinamis, yaitu lidah, bibir, vulva, tali suara dan mandbula. Prosedur terjadinya suara berawal dari laring, lidah, palatum, dan dibatu gigi-geligi sehingga akhirnya terbentuk suara. Rongga mulut dan sinus maksilaris dalam hal ini berfugnsi sebagai ruang resonansi.
Walapun pemakaian geligi tiruan mampu meningkatkan fungsi bicara, tetapi pemakaian geligi tiruan ini dapat mengakibatkan kelainan bicara. Kelainan seperti ini timbul pada penderita pemakai geligi tiruan yang pembuatannya kurang sempurna, atau karena si pemakai belum terbiasa dengan keadaan baru ini.
3. Perbaikan dan peningkatan fungsi pengunyahan Pola kunyah penderita yang sudah kehilangan sebagian gigi biasanya
mengalami perubahan. Jika kehilangan beberapa gigi terjadi pada kedua rahang, tetapi pada sisi sama, maka pengunyahan akan dilakukan semaksimal mungkin mengalami perubahan. Jika kehilangan beberapa gigi terjadi pada kedua rahang, tetapi pada sisi sama, maka pengunyahan akan dilakukan semaksimal mungkin
4. Pelestarian jaringan mulut yang masih tertinggal.
5. Pencegahan migrasi gigi Migrasi gigi akibat gigi hilang dapat menyebabkan renggangnya gigi-gigi lain. Membiarkan ruang gigi begitu saja dapat menyebabkan overerupsi gigi antagonis, memudahkan akumulasi plak interdental yang dapat menjurus kepada perdanagn jaringan periodontal serta dekalsifikasi permukaan proksimal gigi.
6. Peningkatan distribusi beban kunyah Hilangnya sejumlah besar gigi mengakibatkan bertambah beratnya beban
oklusal pada gigi yang masih tertinggal. Keadaan ini akan memperburuk kondisi periodontal, gigi menjadi goyang dan miring terutama ke labial untuk gigi depan atas, abrasi berlebih pada permukaan oklusal/insisial atau merusak restorasi yang dipakai apabila beban berlebih pada perlekatan periodontal gigi-gigi ini kuat, disfungsi otot-otot kunyah akibat pola kunya berubah,, overerupsi gigi.
2.4.3 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Gigi Tiruan Lepasan
1. Enak dipakai
2. Dapat berfungsi dengan baik
3. Estetik baik
4. Tidak menimbulkan gangguan, rasa sakit, kelainan, penyakit, atau gangguan apapun.
5. Harus dapat mempertahankan dan melindungi gigi dan jaringan sekitarnya
6. Cukup kuat/tahan lama
2.4.4 Indikasi Pembuatan GTL
Semua keadaan gigi, termasuk diastema, resorpsi tulang berlebih dan sebagainya, praktis dapat diganti dengan protesa sebagian lepasan.
1. Kehilangan gigi satu atau lebih
2. Gigi yang tertinggal dalam keadaan baik, dan memenuhi syarat digunakan sebagai pegangan
3. Keadaan prosessus alveolaris baik
4. Keadaan pasien baik Dapat diketahui dengan cara melakukan pemeriksaan status umum,
pemeriksaan extra oral.
5. Oral hygiene baik
2.4.5 Jenis Gigi Tiruan (Regin A. 160110150113)
1. Berdasarkan Jaringan Pendukungnya (Victor,1975)
1) Tooth supported
2) Mucosa supported
3) Mucosa and tooth supported
2. Berdasarkan Waktu Pemasangan
1) Immediate protesa Immediate protesa adalah gigi tiruan yang diberikan kepada pasien yang akan mengalami pencabutan, pasien dapat menggunakan gigi tiruan setelah pencabutan dilakukan dan tidak perlu menunggu proses penyembuhan terlebih dahulu. Immerdiate protesa sudah dibuat sebelum dilakukannya pencabutan.
2) Conventional protesa Conventional protesa adalah gigi tiruan yang dibuat setelah pencabutan dengan kondisi gusi yang telah mengalami penyembuhan.
3. Berdasarkan Bahan yang Digunakan (Itjiningsih,1980)
1) Frame and metal protesa
2) Akrilik protesa
3) Vulcanite protesa (karet yg dikeraskan sbagai basis, serta elemen gigi tiruan
4. Berdasarkan Kehilangan Gigi Menurut Kennedy (1925)
Klasifikasi ini dibuat oleh Dr. Edward Kennedy, pada tahun 1925. Kennedy mengklasifikasikan lengkung tak bergigi untuk dapat membantu pembuatan desain geligi tiruan sebagian lepasan. Rincian klasifikasi Kennedy:
1) Kelas I : daerah yang tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang masih ada dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral)
2) Kleas II : daera yang tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang masih ada, tetapui berada hanya pada salah satu sisi rahang saja (unilateral).
3) Kelas III : daerah yang tak bergigi terletak diantara gigi-gigi yang masih ada di bagian posterior maupun anteriornya dan unilateral.
4) Kelas IV : daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigi-gigi yang masih ada dan melewati garis tengah rahang.
Gambar 2. 6 Klasifikasi Kennedy
5. Berdasarkan Kehilangan Gigi Menurut Soelarko
Soelarko adalah dokter gigi lulusan FKG Unpad. Klasifikasi ini membagi daerah tidak bergigi menjadi tiga daerah, yaitu:
1) Kelas I
: daerah tak bergigi, berujung bebas.
2) Kelas II
: daerah tak bergigi, berujung bebas.
3) Kelas III
: kombinasi Kelas I dan Kelas II.
Pada klasifikasi ini, masing-masing kelas dibagi menjadi tiga divisi, yaitu:
1) Divisi I
: daerah tak bergigi berada di satu sisi.
2) Divisi II
: daerah tak bergigi berada di dua sisi.
3) Divisi III : daerah tak bergigi berada di anterior, melewati garis median.
Gambar 2. 7 Klasifikasi Soelarko Kelas I Divisi I
Gambar 2. 8 Klasifikasi Soelarko Kelas I Divisi II
Gambar 2. 9 Klasifikasi Soelarko Kelas II Divisi I
Gambar 2. 10 Klasifikasi Soelarko Kelas II Divisi III
Gambar 2. 11 Klasifikasi Soelarko Kelas II Divisi II
Gambar 2. 12 Klasifikasi Soelarko Kelas II Divisi III
Gambar 2. 13 Klasifikasi Soelarko Kelas III Divisi III
Gambar 2. 14 Klasifikasi Soelarko Kelas III Divisi II
6. Berdasarkan Letak Sadel Appeglate-Kennedy
1) Kelas I
Daerah yang tidak bergigi sama dengan klasifikasi Kennedy. Keadaan ini sering dijumpai pada rahang bawah dan biasanya telah beberapa tahun kehilangan gigi.
2) Kelas II
Daerah yang tidak bergigi sama dengan klasifikasi Kennedy Kelas II. Kelas ini sering tidak diperhatikan pasien.
3) Kelas III
Keadaan tidak bergigi paradentak dengan kedua gigi tetangganya tidak lagi mampu member dukungan kepada protesa secara keseluruhan
4) Kelas IV
Daerah tidak bergigi sama dengan Klasifikasi Kennedy Kelas IV.
5) Kelas V
Daerah tidak bergigi paradental dimana gigi asli anterior tidak dapat dipakai sebagai gigi penahan atau tak amampu menahan daya kunyah. Kasus seperti ini banyak dijumpai oada rahang atas, karena gigi kaninus yang dicabut karena malposisi atau terjadinya kecelakaan.
6) Kelas VI
Daerah tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga asli data dipakai sebagai gigi penahan. Kasus seperti ini sering kali merupakan daerah tak bergigi yang terjadi untuk pertama kalinya dalam mulut.
Selain keenam kelas tersebut diatas, Klasifikasi Applegate-Kennedy mengenal juga modifikasi untuk daerah tak bergigi tambahan. Bila tambahan ini terletak di anterior, ma ka disebut Kelas…modifikasi A.
Pada penambahan yang terletak di posterior, disebut K elas…. modifikasi P. Untuk penambahan ruangan yang lebih dari satu, di muka huruf petunjuk modifikasi diberi tambahan angka Arab sesuai jumlahnya.
Contoh, Kelas II Modifikasi 2A (atau 1P atau 2A & 3P dan seterusnya).
Gambar 2. 15 Modifikasi Klasifikasi
2.4.6 Komponen yang Perlu Diperhatikan dalam Pembuatan Gigi Tiruan (Fania F. 160110150069)
1. Basis/Landasan Gigi Tiruan Basis geligi tiruan sering disebut juga dengan dasar atau sadel yang
merupakan bagian yang menggantukan tulang alveolar yang sudah hilang dan berfungsi mendukung gigi tiruan. Adapun fungsi fungsi lainnya, yaitu :
1) Mendukung gugu (elemen) tiruan
2) Menyalurkan tekanan oklusal ke jaringan pendukung, gigi penyangga atau
linggir sisa
3) Memenuhi faktor estetik
4) Memberikan stimulasi kepada jaringan yang berada dibawah dasar geligi
tiruan
5) Memberkan retensi dan stabilisasi Basis dapat digolongkan menjadi :
1) Basis dukungan gigi atau basis tertutup (bounded saddle)
2) Basis dukungan jaringan atau kombinasi atau berujung bebas (free end)
Pada basis dukungan gigi, tekanan oklusal secara langsung disalurkan kepada geligi penyangga melalui kedua sandaran oklusal. Selain fungsi tadi, basis bersama-sama elemen tiruan berfungsi pula mencegah migrasi horizontal gigi tetangga serta migrasi vertikal gigi antagonis. Kasus dengan basis dukungan gigi ini jarang membutuhkan tindakan relining di kemudian hari. Sedangkan pada kasus berujung bebas, bagian basis yang berdekatan dengan gigi penyangga akan mendapatkan dukungan dari basis tersebut, sedangkan bagian yang jauh akan didukung dengan jaringan linggir sisa yang berada dibawah geligi tiruan. Dukungan jaringan ini penting, agar tekanan kunyah dapat disalurkan ke permukaan yang lebih luas, sehingga tekanan per satuan luas menjadi lebih kecil.
2. Retainer/Cengkram/Klamer/Cangkolan Penahan atau retainer adalah bagian dari gigi geligi tiruan sebagian
lepasan yang berfungsi memberikan retensi dan karenanya mampu menahan protesa tetap pada tempatnya. Penahan ini dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu penahan langsung (direct retainer) yang berkontak langsung dengan permukaan gigi penyangga dapat berupa cengkram atau kaitan presisi. Kelompok kedua adalah penahan tidak langsung (indirect retainer) yang memberikan retensi untuk melawan gaya yang cenderung melepas protesa ke arah oklusal dan bekerja pada basis. Retensi tak langsung ini didapatkan dengan cara memberikan retensi pada sisi berlawanan dari garis fulkrum.
Kemampuan menahan gaya ini diperoleh dengan satu atau berbagai cara, diantaranya :
1) Cengkram
2) Kaitan presisi
3) Gesekan (friksi), antara tepi geligi tiruan dengan gigi
4) Adhesi berupa ikatan antara basis dengan saliva dan saliva dengan mukosa, serta Kohesi yang berupa ikatan antara saliva dengan saliva itu sendiri
5) Tekanan atmosfir
6) Bagian basis yang melewati daerah gerong gigi
7) Bagian basis yang melewati daerah gerong jaringan lunak
8) Pembentukan tepi jaringan pada permukaan poles protesa
9) Gaya gravitasi
10) Retensi tak langsung
Cengkram
Cengkram sendiri dapat digolongkan berdasarkan beberapa pertimbangan berikut ini :
1) Menurut konstruksinya :
a. Cengkram tuang atau cor ( cast clasp )
b. Cengkram kawat ( wrought wirl clasp )
c. Cengkram kombinasi ( combination clasp )
2) Menurut desainnya :
a. Cengkram sirkumferensial a. Cengkram sirkumferensial
3) Menurut arah datangnya lengan :
a. Cengkram oklusal
b. Cengkram gingival Adapun prinsip yang harus diperhatikan dalam pembuatan cengkram,
diantaranya:
1) Pemelukan, dimana cengkram harus memeluk permukaan gigi lebih dari 180 ᵒ tetapi kurang dari 360ᵒ
2) Pengimbangan, dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bagian geligi tiruan untuk mengimbangi atau melawan gaya yang ditimbulkan oleh bagian-bagian lain.
3) Retensi, biasanya diberikan dengan lengan retentif, karena ujung lengan ini ditempatkan pada daerah gerong.
4) Stabilisasi, merupakan gaya untuk melawan pergerakan geligi tiruan dalam arah horizontal.
5) Dukungan, cengkram harus sanggup melawan gaya oklusal atau vertikal yang terjadi pada waktu berfungsi atau mastikasi.
6) Pasifitas. Lengan retentif pada daerah gerong harus bersifat pasif, sehingga tidak menekan gigi.
Bagian-bagian cengkram dan fungsinya: Cengkram merupakan penahan langsung ekstra koronal dan berfungsi menahan, mendukung, dan menstabilkan geligi tiruan sebagian lepasan. Secraa struktural, cengkram terdiri dari bagian-bagian :
1) Badan cengkram (body), terletak antara lengan dan sandaran oklusal
2) Lengan cengkram (arm), terdiri dari bahu dan terminal Lengan retentif berfungsi untuk :
a. Melawan pergerakan geligi tiruan ke arah vertikal
b. Menetralisasi gaya yang akan memiringkan gigi penyangga
c. Stabilisasi protesa
3) Bahu cengkram (shoulder), bagian lengan yang berada di atas garis survei, biasanya tegar
4) Ujung lengan (terminal), bagian ujung lengan cengkram
5) Sangdaran (rest) , bagian yang bersandar pada permukaan oklusal/insisal gigi penahan
6) Konektor minor (minor connector), bagian yang menyatukan cengkram dengan krangka logam geligi tiruan
Gambar 2. 16 Gambar bagian bagian cengkram
3. Sandaran/Rest
Sandaran merupakan bagian geligi tiruan yang bersandar pada permukaan gigi penyangga dan dibuat dengan tujuan memberikan dukungan vertikal pada protesa. Sandaran dapat ditempatkan pada permukaan oklusal premolar dan molar atau permukaan lingual gigi anterior. Supaya dapat berfungsi dengan efektif, sandaran harus ditempatkan pada permukaan gigi yang sengaja di preparasi.
Sandaran untuk gigi posterior dapat berupa sandaran oklusal, sandaran internal, sandaran onlay dan sandaran kail. Untuk gigi anterior, sandaran dapat berupa sandaran singulum, sandaran insisal, sandaran restorasi, dan bahu lingual sirkumferensial.
4. Konektor/Connector
(Nadiya Sudiyasari 160110150102)
1) Konektor Utama (Major Connector) Konektor utama merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang menghubungkan bagian protesa yang terletak pada salah satu sisi rahang dengan yang ada pada sisi lainnya. Supaya dapat berfungsi dengan baik, bagian ini harus memenuhi beberapa persyaratan berikut ini :
a. Konektor harus tegar (rigid) Supaya gaya-gaya yang bekerja pada protesa dapat disalurkan ke
seluruh bagian atau daerah gigi pendukung maka konekteor harus bersfifat rigid. Karena ketegarannya, konektor utama dapat mengimbangi gaya torsional yang akan disalurkan kepada gigi penyangga sebagai gaya ungkit.
b. Lokasinya diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu pergerakan jaringan Konektor harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
atau menyebabkan tergesernya mukosa dan gingiva. Pada bagian yang memiliki torus palatinus, sebaiknya konektor diberi rilif agar tidak terganggu pada saat dimasukkan dan di keluarkan.
c. Bagian Perifer konektor utama harus terletak cukup jauh dari tepi gingiva Tepi batang lingual paling sedikit harus terpisah 3 mm dari tepi
gingiva. Pada rahang atas, tepi konektor utama minimal 6 mm dan sebaiknya dibuat sejajar dengan lengkung gigi.
d. Kontur bagian perifer konektor harus dibentuk membulat dan tidak tajam
Hal ini bertujuan agar lidah atau pipi tidak terganggu.
Gambar 2. 17 Jarak Perifer tepi konektor utama rahang bawah
Gambar 2. 18 Jarak Perifer tepi konektor utama rahang atas
(1) Konektor Utama Rahang Atas
a. Batang Palatal Tunggal Diletakkan pada bagian tengah palatum, konektor ini dapat diadaptasi
penderita dengan baik, karena itu jarang ada keluhan. Karena terletak pada jaringan yang komprensibilitasnya rendah, jarang terjadi ayunan antero- posterior pada penggunaan batang palatal tunggal ini.
Indikasi pemakaian : Kehilangan 1 atau 2 gigi tiap sisi lengkung rahang
Daerah tak bergigi berujung tertutup Kebutuhan dukungan palatum minimal
Gambar 2. 19 Batang Palatal tunggal Gambar 2. 19 Batang Palatal tunggal
mengurangi kebebasan gerakan lidah. Sebaliknya bila kurang tebal, jadi fleksibel dan bila tak ada gigi pendukung posterior maka akan terjadi trauma pada linggir sisa.
Indikasi Pemakaian : Kehilangan satu atau lebih gigi anterior/posterior atas
Adanya torus palatinus luas Perlunya splin gigi anterior
Gambar 2. 20 Plat palatal bentuk U
c. Batang Palatal Ganda Merupakan pilihan yang utama untuk maksilla dengan torus palatinus
yang bergerong, banyak lobulinya, dan masif atau membesar ke posterior sehingga tidak dapat dilakukan penutupan palatum penuh.
Indikasi :
Semua kelas Kennedy, tetapi lebih sering kelas II dan IV Gigi penyangga anterior dan posterior terpisah jauh
Gambar 2. 21 Batang palatal ganda
d. Plat Palatal Penuh Plat ini dapat dibuat tipis dan menyeluruh menutupi palatum sehingga
mirip permukaan aslinya, bentuk yang sesuai anatomi palatum ini menambah ketegaran, meskipun konektor ini dibuat sangat tipis.
Indikasi : Kelas I dan II Kennedy
Gambar 2. 22 plat palatal penuh
(2) Konektor Utama Rahang Bawah
a. Batang Lingual
Merupakan bentuk yang paling sederhana. Tepi inferiornya tidak boleh mengganggu frenulum lingualis dan M. Genioglossus pada saat mulut bergerak.
Gambar 2. 23 Batang Lingual
b. Batang Lingual Ganda Berfungsi sebagai indirect retainer, stabilisasi, serta pemberi dukungan
karena menyalurkan tekanan kunyah pada semua gigi yang dilewatinya. Indikasi : Sebagai retensi tak langsung dengan syarat gigi depan bebas perawatan periodontal
Gambar 2. 24 Batang lingual ganda
c. Plat Lingual
Pada pemakaian plat ini, konektor harus dikeluarkan dari mulut minimal 8 jam dalam sehari semalam demi kebersihan. Plat lingual ini merupakan penahan tak langsung dan stabilitator yang baik.
Gambar 2. 25 Plat lingual
d. Batang Labial Jenis konektor ini jarang dipakai kecuali sudah tidak ada cara atau pilihan
lain, misalnya pada gigi yang terlalu miring ke lingual sehingga bentuk konvensional tidak dapat digunakan.
Gambar 2. 26 Batang labial
2) Konektor Minor Konektor minor merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang menghubungkan konektor utama dengan bagian lain, misalnya suatu 2) Konektor Minor Konektor minor merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang menghubungkan konektor utama dengan bagian lain, misalnya suatu
Gambar 2. 27 Konektor Minor
5. Elemen Gigi Tiruan Elemen atau gigi tiruan merupakan bagian gigi geligi tiruan sebagian
lepasan yang berfungsi menggantikan gigi asli yang hilang.
2.5 Gigi Penyangga (Nadiya Sudiyasari 160110150102)
Gigi Abutment atau gigi penyangga adalah gigi asli atau akar yang telah di preparasi untuk penempatan retainer dan komponen yang mendukung gigi tiruan tersebut. Pada penentuan gigi penyangga, juga dipertimbangkan macam-macam dukungan yang digunakan oleh gigi tiruan, yaitu :
1. GTSL dukungan gigi Dukungan diperoleh dari gigi dengan pertimbangan gigi pendukungnya masih
kuat, sehat, dan baik. Sadel tidak panjang dan jumlah sadel tidak banyak. GTSL dukungan gigi asli masih dianggap merupakan dukungan paling baik karena terdapat penahan langsung pada kedua ujung daerah tidak bergigi dan tidak terjadi pergerakan protesa ke arah jaringan lunak sehingga tidak menimbulkan trauma pada jaringan dibawahnya.
2. GTSL dukungan jaringan Dukungan diperoleh dari jaringan mukosa. Dukungan ini dipilih dengan
pertimbangan penyaluran gaya oklusal ke mukosa atau jaringan pendukung. Jaringan mukosa dibawah sadel harus sehat dan cukup tebal, tulang alveolar dibawah sadel harus padat dan sehat, serta tidak ada penyakit sistemik pasien yang berkaitan dengan resorpsi tulang yang progresif.
3. GTSL dukungan kombinasi Dukungan diperoleh dari gigi asli dan jaringan mukosa. Cara-cara yang dapat
ditempuh untuk maksud tersebut antara lain pengurangan gaya oklusal, penyaluran gaya oklusal pada gigi penyangga dan mukosa melalui cetakan fungsional, serta penempatan sandaran menjauhi basis dan perluasan basis distal.
Gambar 2. 28 Dukungan GTSL
Syarat-syarat Pemilihan Gigi Penyangga • Gigi harus cukup kuat.
• Bentuk mahkota sedapat mungkin sesuai dengan macam klamer yang digunakan.
• Kedudukan gigi tersebut hendaknya tegak lurus dengan proc. alveolaris. • Gigi tersebut masih vital atau tidak mengalami perawatan. • Bila membutuhkan dua klamer atau lebih maka hendaknya dipilihkan gigi
yang letaknya sejajar.
2.6 Radiografi untuk Kasus (Firsa A.160110150058) & Stephanie A.. 160110150091)
Pemeriksaan secara radiologis memberikan fakta-fakta yang berhubungan dengan proses penjalaran penyakit sebelum penyakit tersebut terjadi. Pemeriksaan ini juga dapat digunakan untuk mengetahui morfologi gigi dan konsistensinya, juga untuk mengetahui kapan tulang alveolar menghilang atau menurun.
Kehilangan tulang dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara tulang septal sekarang dengan tinggi asumsi normal, yang ditujukan sebagai perbandingan atau keterangan untuk pasien.
Selain itu, radiografi juga dapat digunakan untuk memperlihatkan kuantitas sisa dari tulang alveolar yang dihubungkan dengan panjang akar dengan tulang alveolar tersebut. Informasi ini penting untuk menentukan tingkat keparahan penyakit, prognosis, dan rencana perawatan dari gigi.
2.6.1 Fungsi Rdiografi
1. Melakukan pemeriksaan besar hilangnya jaringan tulang dan keterlibatan furkasi
2. Menentukan ada atau tidaknya faktor lokal lainnya yang menjadi penyebab
3. Membantu dalam rencana perawatan dengan mengevaluasi perkembangan GTR (Guided Tissue Regeneration)
2.6.2 Gambaran Radiografi pada Gigi Normal
1. Mahkota Kondisi mahkota atau keadaan kelainan pada mahkota radiolusent atau radioopak
Gambar 2. 29 Gambaran radiolusen pada mahkota Arah perjalanannya atau kedalamannya seperti dari oklusal sampai ke dentin, atau dari mesial sampai mendekati pulpa atau sudah kamar pulpa
Gambar 2. 30 Gambaran radiolusen pada mahkota dari mesial sampai mendekati
pulpa
2. Membran Periodontal Dalam batas normal: bila tidak tampak garis radiolusent
disepanjang tulang alveolar yang mengelilingi gigi
Gambar 2. 31 gambaran radiografi membran periodontal dalam batas normal
Melebar: membran yang mengalami peradangan ditujukkan dengan garis radiolusent sepanjang akar dapat sebagian ataupun keseluruhan
Gambar 2. 32 membran periodontal yang melebar Menghilang: ditunjukkan dengan tidak adanya membran yang digantikan oleh lesi yang jauh lebih besar
3. Akar
Jumlah akar, seperti satu buah, dua buah atau tiga buah Bentuk akar seperti bengkok ke arah distal, mesial, konvergen atau
divergen Kondisi patologis seperti adanya garis fraktur, resorpsi interna atau eksterna
Gambar 2. 33 gambaran radiografi dari akar fraktur
4. Lamina dura Lamina dura adalah lapisan terluar pada tulang alveolar Dalam lembar interpretasi diisi dengan:
Dalam batas normal bila tidak tampak garis radiolusent di sepanjang tulang alveolar yang mengelilingi gigi
Gambar 2. 34 gambaran radiografi lamina dura Terputus-putus Bila terdapat bayangan radioopak di sepanjang tulang baik keseluruhan atau sebagian
Menebal
Apabila bayangan radioopak terlihat jelas di sepanjang tulang alveolar
Gambar 2. 35 Gambaran bayangan radioopak terlihat jelas di sepanjang tulang alveolar
Menghilang Apabila lamina dura telah tertutup oleh lesi ataupun lainnya yang berukuran lebih besar
Gambar 2. 36 Lamina dura menghilang
5. Furkasi Furkasi secara anatomi adalah daerah klinis/radiografis terlihat sebagai daerah percabangan akar Dalam lembar interpretasi diisi dengan:
Dalam batas normal, bila tidak terdapat kelainan
Gambar 2. 37 Gambaran furkasi dalam batas normal Bayangan radiolusent, bila terdapat lesi ataupun furkasi yang terbuka (tidak terdukung tulang lagi) Radioopak, bila ada lesi yang radioopak
6. Puncak tulang alveolar