HAKIKAT EVALUASI DALAM SISTEM PENDIDIKAN

HAKIKAT EVALUASI DALAM SISTEM PENDIDIKAN
Mohamad Iqbal
Mahasiswa Magister Pendidikan Agama Islam
Program Pascasarjana IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten
saepulaep16@gmail.com
Supardi
supardi_ahalim@yahoo.com.
Dosen Pascasarjana IAIN SMH Banten

Abstrak
Evaluasi merupakan bagian integral dalam system pendidikan, Sebagai kegiatan
penelitian dan penilaian terhadap proses pendidikan sehingga menghasilkan keputusan penilaian
sebuah proses dan menjadi pijakan dalam mengambil keputusan selanjutnya. Evaluasi
pendidikan agama islam adalah kegiatan atau proses menilai keyakinan, pemahaman,
penghayatan dan pengamalan mengenai al-Quran-Hadits, akidah akhlak, fiqh, sejarah
kebudayaan Islam dan bahasa arab peserta didik dalam kehidupa sehari-hari baik sebagai pribadi,
masyarakat, bangsa dan Negara yang dilakukan oleh tenaga pendidik sehingga dapat diketahui
mutu dan hasil-hasilnya.
Tujuan evaluasi pendidikan antara lain; untuk memperoleh pembuktian yang akan
menjadi petunjuk tingkat kemampuan peserta didik, mengetahui tingkat efektivitas metodemetode pengajaran. Evaluasi berfungsi bagi siswa, guru, sekolah, orang tua dan bagi masyarakat.
Prinsip evaluasi selalu berhubungan dengan tujuan, KBM dan Evaluasi. Objeknya meliputi aspek

manajerial, dan substansial. Evaluatornya yaitu dari intra dan ekstra lembaga pendidikan.
Kata kunci : Evaluasi, Sistem, Evaluator, Pendidikan, Pembelajaran, Pengajaran
Abstract
Evaluation is an integral part of the education system , as research activities and
assessment of the educational process to produce an assessment decision and the process
becomes a foothold in the subsequent decision making . Evaluation of Islamic religious
education is the process of assessing the activity or belief , understanding , appreciation and
practice of the Quran - Hadith , akidah akhlak, fiqh, sejarah kebudayaan Islam and the Arabic
language learners in the lives of everyday well as personal , community , nation and the State
conducted by educators so it can be seen the quality and results.
The Objective of evaluation, are; to obtain evidence that would be indicative level of ability
students, knowing the level of effectiveness of teaching methods . Evaluation functions for
students , teachers , schools , parents and the community . The principle of evaluation is always
associated with the objectives , teaching and evaluation . The object includes managerial aspects
and substantial aspect. the Evaluator are intra- and extra- educational institutions .
Keyword

: Evaluation, system, Evaluator, education, Learning, Teaching.

Pendahuluan

Agenda pembangunan pendidikan suatu bangsa tidak akan pernah berhenti dan selesai.
Ibarat patah tumbuh hilang berganti, selesai memecahkan suatu masalah, muncul masalah lain
yang kadang tidak kalah rumitnya. Begitu pula hasil dari sebuah strategi pemecahan masalah
pendidikan yang ada, tidak jarang justru mengundang masalah baru yang jauh lebih rumit dari
masalah awal. Itulah sebabnya pembangunan bidang pendidikan tidak akan pernah ada batasnya.
Selama manusia ada, persoalan pendidikan tidak akan pernah hilang dari wacana suatu bangsa.
Oleh karena itu, agenda pembangunan sektor pendidikan selalu ada dan berkembang sesuai
dengan dinamika kehidupan masyarakat suatu bangsa.
Pendidikan sebagai sebuah sistem teridiri dari: tujuan, proses belajar mengajar dan
prosedur evaluasi. Ketiga komponen ini saling berintegrasi satu dengan lainnya. Tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan akan mempengaruhi bagaimana proses belajar mengajar
dilaksanakan. Tujuan sekaligus merupakan kerangka acuan untuk pelaksanaan evaluasi.
Pelaksanaan proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik apabila tujuan yang dirumuskan
jelas dapat diamati dan dapat diukur, dan prosedur evaluasi yang dibuat harus memperhatikan
proses belajar mengajar1.
Evaluasi merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat di butuhkan dalam setiap
sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau
kemajuan hasil pendidikan. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan
dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah
mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan.

Tanpa evaluasi, kita tidak bisa mengetahui seberapa jauh keberhasilan siswa, dan tanpa
evaluasi pula kita tidak akan ada perubahan menjadi lebih baik. Jadi secara umum evaluasi
adalah suatu proses sistemik umtuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program.
Evaluasi pendidikan dan pengajaran adalah proses kegiatan untuk mendapatkan informasi
data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami siswa dan mengolah atau menafsirkannya
menjadi nilai berupa data kualitatif atau kuantitatif sesuai dengan standar tertentu. Hasilnya
diperlukan untuk membuat berbagai putusan dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 11 ayat 1
mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin terselenggaranya
pendidikan yang bermutu (berkualitas) bagi setiap warga negara2. Terwujudnya pendidikan yang
bermutu membutuhkan upaya yang terus menerus untuk selalu meningkatkan kualitas
pendidikan.
Upaya peningkatan kualitas pendidikan memerlukan upaya peningkatan kualitas
pembelajaran (instructional quality) karena muara dari berbagai program pendidikan adalah pada
terlaksananya program pembelajaran yang berkualitas. Oleh karena itu, usaha meningkatkan
kualitas pendidikan tidak akan tercapai tanpa adanya peningkatan kualitas pembelajaran.
Peningkatan kualitas pembelajaran memerlukan upaya peningkatan kualitas program
pembelajaran secara keseluruhan karena hakikat kualitas pembelajaran adalah merupakan
kualitas implementasi dari program pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya. Upaya


peningkatan kualitas program pembelajaran memerlukan informasi hasil evaluasi terhadap
kualitas program pembelajaran sebelumnya.
Dengan demikian, untuk dapat melakukan pembaharuan program pendidikan, termasuk
di dalamnya adalah program pembelajaran kegiatan evaluasi terhadap program yang sedang
maupun telah berjalan sebelumnya perlu dilakukan dengan baik. Untuk dapat menyusun program
yang lebih baik, hasil evaluasi program sebelumnya merupakan acuan yang tidak dapat
ditinggalkan.
Tulisan ini berusaha mengungkap tentang evaluasi dalam system pendidikan, dengan
mengkhususkan pembahasan tentang; 1) pengertian evaluasi dalam system pendidikan, 2)
Tujuan Evaluasi Pendidikan, 3) fungsi evaluasi pendidikan, 4) Prinsip-prinsip dalam evaluasi
pendidikan, 5). Objek Evaluasi Pendidikan, 6). Evaluator dalam evaluasi pendidikan.
Pengertian Evaluasi dalam system Pendidikan
Menurut bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris Evaluation yang berarti
‘Penilaian atau penaksiran’3.
Evaluasi berasal dari kata evaluation dalam bahasa Inggris yang kemudian diserap ke
dalam bahasa Indonesia menjadi “evaluasi”, ada tiga istilah yang saling berkaitan antara lain
adalah evaluasi, pengukuran (measurement), dan penilaian (assessment). Ketiga pengertian
tersebut digunakan dalam rangka penilaian. 4 Evaluasi adalah suatu proses berkelanjutan tentang
pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai (assess) keputusan yang dibuat dalam
merancang suatu sistem pengajaran.

Evaluasi yaitu proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu
berdasarkan suatu kriteria tertentu5. Dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses
menentukan nilai suatu objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek
diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Atau dengan kata lain evaluasi yaitu proses memberikan
nilai pada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. 6 Sedangkan menurut pengertian
istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu obyek
dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolok ukur untuk
memperoleh kesimpulan.7
Davies (1981: 3) mengemukakan bahwa evaluasi merupakan proses sederhana
memberikan/menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses,
orang, objek, dan masih banyak yang lainnya. Sedangkan Wand dan Brown mengemukakan
evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan nilai dari suatu yang dievaluasi. 8 Sejalan
dengan pendapat tersebut Guba dan Lincoln mendefinisikan evaluasi yaitu proses memberikan
pertimbangan (evaluand)
Sementara pandangan Hamzah B. Uno mengatakan evaluasi hasil belajar merupakan
proses menilai dan menentukan objek yang diukur, mengkurnya, mencapai hasil pengukuran,
mentransormasikan ke dalam nilai dan mengambil keputusan lulus tidaknya siswa, efektif
tidaknya guru mengajar ataupun baik buruknya interaksi anatar siswa dan guru dalam proses
belajar mengajar. Ia mengatakan bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan


ukuran tertentu dan bersifat kuantitatif dan menilai adalah mengambil keputusan terhadap
sesuatu dengan ukuran subjektif kualitatif. Sedangkan mengevaluasi adalah proses mengukur
dan menilai.9
Lebih jauh lagi dijelaskan oleh Zainal Aqib evaluasi adalah kegiatan untuk mengetahui
apakah suatu program telah berhasil dan efisien atau tidak. Pengambilan kebijakan/keputusan
adalah tindakan yang diambil oleh seseorang atau lembaga. 10 Selain itu pandangan Iskandar
secara umum orang hanya mengidentikan kegiatan evaluasi sama dengan menilai, karena
aktifitas mengukur sudah termasuk di dalamnya. Dan tidak mungkin melakukan penilaian tanpa
didahului oleh kegiatan pengukur.11
Dari beberapa pandangan di atas penulis menyimpulkan bahwa evaluasi merupakan
penilaian tahap akhir yang dilakukan oleh pendidik sebagai evaluator untuk memantau proses,
kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Evaluasi tidak
sekedar menentukan angka keberhasilan belajar. Tetapi yang penting adalah dasar umpan balik
(feed back) melalui proses interaksi edukatif yang dilaksanakan. Dalam hal ini kegiatan evaluasi
harus dilakukan secara berhati-hati, bertanggung jawab, menggunakan strategi, dan dapat
dipertanggungjawabkan. Yang tujuan utamanya adalah sebagai pertanggungjawaban dan
pengambilan keputusan.
Selanjutnya Mansyur dan Moehammad menambahkan bahwa di sekolah evaluasi
diadakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemajuan penguasaan bahan pelajaran murid,
disamping juga keterampilan dan sikap. Demikian pula evaluasi digunakan untuk mengetahui

hambatan-hambatan yang terdapat dalam rangka mencapai tujuan pendidikan sehingga dengan
itu dapat diberikan bimbingan bantuan. Jadi jelaslah bahwa evaluasi bukanlah hanya sekedar
gejala yang dapat dicapai dengan mudah dan berlaku begitu saja, tetapi ia merupakan suatu
keharusan, merupakan suatu necessaty satau noedzakelijkheid dalam setiap proes pendidikan12.
System adalah isitilah abstrak, banyak ahli mendefinisikan sesuai sudut pandang dan
disiplin keilmuan, seperti Johnson, Kast dan Rosenzweig dalam Salamoen (1999,4) System
adalah adalah suatu keseluruhan yang terorganisasi dan kompleks, suatu gabungan atau
kombinasi dari berbagai hal atau bagian, yang membentuk satu kesatuan13.
Lebih lanjut system pendidikan adalah usaha manusia yang dilakukan secara sadar
dengan menggabungkan berbagai komponen, bagian-bagian atau unit-unit yang memiliki fungsi
serta satu sama lainnya saling berhubungan guna terjadinya proses tranformasi atau perubahan
tingkah laku peserta didik sehingga mencapai kualitas yang diharapkan14.
Sehingga bila dilihat secara sederhana komponen-komponennya terdiri dari pendidik,
peserta didik dan bahan pengajaran. Dan bila dilihat dari segi prosesnya system pendidikan
terdiri dari tiga aktivitas, yaitu tujuan pendidikan, proses intruksional dan prosedur evaluasi15.
Mengacu pada model Input-transformational-output-feedback maka komponen system
pendidikan khususnya di sekolah terdiri atas16; a) Kelompok input, merupakan siswa yang akan
dimasukkan dan diolah dalam transformasi pendidikan. Input siswa akan dievaluasi meliputi;
hasil belajar atau prestasi belajar, sikap, motivasi, intelegensia, bakat, minat, kecerdasan
emosional dan kepribadian. b) Kelompok Tranformational, adalah mesin yang bertugas


mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. Unsur-unsur tranformasi yang dapat dijadikan
objek evaluasi pendidikan meliputi; kurikulum/materi pembelajaran, metode dan cara penilaian,
sarana pendidikan/media, system administrasi, guru dan personil lainnya. c) Kelompok output,
yaitu bahan jadi yang dihasilkan dari proses transformasi. Dan yang menjadi output evaluasi
adalah siswa yang menjadi lulusan lembaga pendidikan (sekolah) tertentu. Dan, d) Kelompok
feedback, yaitu seluruh informasi mengenai ouput maupun tansformasi17.
Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi dalam system pendidikan
merupakan bagian integral dalam sebuah system. Sebagai kegiatan penelitian dan penilaian
terhadap proses pendidikan sehingga menghasilkan keputusan penilaian sebuah proses dan
menjadi pijakan dalam mengambil keputusan selanjutnya.
Lebih spesifik lagi bahwa evaluasi pendidikan agama islam adalah kegiatan atau proses
menilai keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan mengenai al-Quran-Hadits,
akidah akhlak, fiqh, sejarah kebudayaan Islam dan bahasa arab peserta didik dalam kehidupa
sehari-hari baik sebagai pribadi, masyarakat, bangsa dan Negara yang dilakukan oleh tenaga
pendidik sehingga dapat diketahui mutu dan hasil-hasilnya18.
Pengembangan evaluasi system pendidikan agama Islam akan bergerak ke arah
diferensiasi yang lebih besar. Serta mengalami perluasan dan peningkatan ketataran yang lebih
tinggi untuk mengalami penyempurnaan dan mencapai keadaan mantap dalam kondisi yang
dinamis19.

Tujuan Evaluasi Pendidikan
Secara umum tujuan evaluasi adalah untuk mencapai tujuannya sesuai dengan objek
evaluasinya, evaluasi dilaksanakan dengan tujuan; a). mengukur pengaruh program terhadap
masyarakat, b) menilai apakah program telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, c) mengukur
apakah program telah sesuai dengan standar, d) dapat mengidentifikasi dan menemukan dimensi
program yang jalan dan yang tidak, e) pengembangan staf program, f) memenuhi ketentuapron
Undang-undang, g) akreditasi program, h) mengukur cost effectiveness dan cost-efficiency, i)
mengambil keputusan mengenai program, j) accountabilitas, k) memberikan balikan kepada
pimpinan dan staf program, l) memperkuat posisi politik, dan m) mengembangkan teori ilmu
evaluasi dan riset evaluasi20.
Dalam dunia pendidikan, tujuan evaluasi mencakup Tujuan umum dan tujuan khusus
sebagai berikut :
Tujuan Umum, Secara umum, tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan ada dua, yaitu;
a). Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai
taraf perkembangan peserta didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka
waktu tertentu. Dengan kata lain, tujuan umum dari evaluasi dalam pendidkan adalah untuk
memperoleh data pembuktian , yang akan menjadi petunjuk sampai dimana tingkat kemampuan
dan tingkat keberhasilan peserta didik dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler, setelah mereka
menempuh pembelajaran dalam jangka waktu yang ditentukan. b). Untuk mengetahui tingkat
efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran


dalam jangka waktu tertentu. Jadi tujuan umum yang kedua dari evaluasi pendidikan adalah
untuk mengukur dan menilai sampai dimanakah efektivitas mengajar dan metode-metode
mengajar yang telah diterapkan atau dilaksanakan oleh pendidik serta kegiatan yang
dilaksanakan oleh peserta didik.
Tujuan Khusus, Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam pendidikan adalah : a) untuk
merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan. Tanpa adanya
evaluasi maka tidak mungkin timbul kegairahan atau rangsangan pada diri peserta didik untuk
memperbaiki dan meningkatkan prestasinya masing-masing. b). Untuk mencari dan menemukan
faktror-faktor penyebab keberhasihan dan ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti
program pendidikan. Sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara
perbaikannya.
Secara lebih rinci Chittenden (1994), tujuan evaluasi pembelajaran mencakup keeping
track, checking-up, finding-out dan summing-up. Keeping track untuk menelusuri dan melacak
proses belajar peserta didik sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, guru harus mengumpulkan data dan informasi dalam kurun waktu
tertentu melalui berbagai jenis dan teknik penilaian, untuk memeproleh gambaran tentang
pencapaian kemajuan belajar peserta didik. Checking-Up untuk mengecek ketercapaian
kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran dan kekurangan peserta didik selama
mengikuti proses pembelajaran. Dengan kata lain, guru perlu melakukan penialaian untuk

mengetahui mater yang dikuasai dan yang belum dikuasai oleh peserta didik. Finding-out, untuk
mencari menemukan dan mendeteksi kekurangan, kesalahan, atau kelemahan peserta didik
dalam proses pembelajaran, sehingga guru dengan cepat mencari alternative solusinya.
Summing-up untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang
telah ditetapkan. Hasil penyimpulan ini dapat digunakan guru untuk menyusun laporan kemajuan
belajar ke berbagai pihak yang berkentingan21.
Fungsi Evaluasi Pendidikan
Dengan mengetahui makna evaluasi ditinjau dari berbagai segi dalam system pendidikan,
maka dari itu terdapat beberapa fungsi evaluasi, yaitu : a). penilaian berfungsi selektif; dengan
cara mengadakan penilaian, guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian
terhadap siswanya. Penilaian ini bertujuan; 1). Untuk memilih siswa yang dapat diterima di
sekolah tertentu, 2) untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya, 3) untuk
memilih siswa yang seharusnya mendapat bea siswa, 4). Untuk memilih siswa yang sudah
berhak meninggalkan sekoah, dan sebagainya. b). Penilaian berfungsi diagnostic, apabila alat
yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya,
guru akan mengetahui kelemahan siswa. Disamping itu diketahui pula penyebabnya. Sehingga
dengan penilaian, sebenarnya guru melakukan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan
kelemahannya.. c) penilaian berfungsi penempatan, sekelompok siswa yang mempunyai hasil
penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar. d). Penilaian

berfungsi sebagai pengukur keberhasilan, dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana sutau
program berhasil diterapkan22.
Secara umum, evaluasi berfungsi untuk; 1). Mengomunikasikan program kepada public,
Tidak jarang publik termasuk orang tua siswa mendapat laporan bersifat garis besar dari media
massa tentang efektivitas program sekolah termasuk program pembelajaran. Laporan demikian
biasanya hanya menyajikan angka-angka statistik tanpa disertai penjelasan secara detail tentang
makna dan hal-hal yang tekait. Ada pula sebagian orang tua menerima laporan tentang program
pembelajaran dari siswanya. Informasi demikian bagaimanapun kurang lengkap. Padahal laporan
atau informasi demikian dapat saja membentuk opini sistem pembelajaran atau bahkan kinerja
guru. Oleh karena itu mengkomunikasikan hasil evaluasi program pembelajaran yang lengkap
akan memiliki keuntungan dan kebaikan bagi guru dan sekolah. Bagaimanapun orang tua
maupun masyarakat luas lainnya memiliki kepentingan terhadap pembelajaran di sekolah. Oleh
karena itu sekolah memiliki kewajiban untuk mengomunikasikan efektivitas program
pembelajarannya kepada orang tua maupun publik lainnya melalui hasil-hasil evaluasi yag
dilaksanakan, dengan demikian publik dapat menilai tentang efektivitas program pembelajaran
dan memberikan dukungan yang diperlukan. 2). Menyediakan informasi bagi pembuat
keputusan, Informasi yang dihasilkan dari evaluasi program pembelajaran akan berguna bagi
setiap tahapan dari manajemen sekolah mulai sejak perencanaan, pelaksanaan ataupun ketika
akan mengulangi dan melanjutkan program pembelajaran. Hasil evaluasi dapat dijadikan dasar
bagi pembuatan keputusan, sehigga keputusan tersebut lebih valid dibandingkan keputusan yang
hanya berdasarkan intuisi saja. Pembuat keputusan biasanya memerlukan informasi yang akurat
agar dapat memutuskan sesuatu secara tepat. Informasi yang akurat tersebut antara lain dapat
diperoleh dari kegiatan evaluasi yang dilaksanakan secara sistematis. Penyediaan informasi hasil
evaluasi bagi pembuatan keputusan tersebut tidak terbatas pada keputusan oleh kepala sekolah
tetapi juga oleh guru. Misalnya guru membuat keputusan tingkat kelas, sedangkan kepala
sekolah membuat keputusan untuk tingkat sekolah. Masing-masing pembuat keputusan
memerlukan informasi dari hasil evaluasi,karenanya hal ini harus diperhatikan ketika rencana
evaluasi dikembangkan. 3). Penyempurnaan program yang ada, Evaluasi program pembelajaran
yang dilaksanakan dengan baik dapat membantu upaya-upaya dalam rangka menyepurnakan
jalannya program pembelajaran sehingga lebih efektif. Dengan instrumen yang ada, hasil yang
dicapai dapat diukur dan didiagnosis. Berbagai kelemahan dan kendala yang mungkin timbul
dapat ditemukan dan dikenali, kemudian dianalisis serta ditentukan alternatif pemecahannya
yang paling tepat. Komponen-komponen dalam sistem pembelajaran yang memiliki kekurangan
dan kelemahan dapat dipelajari dan dicari solusinya. Berdasarkan hasil evaluasi akan dapat
diperoleh informasi tentang dampak dari berbagai aspek program terhadap siswa, dan berhasil
juga teridentifikasi berbagai faktor yang perlu diperhatikan atau perlu penyempurnaan, misalnya
kinerja guru, fasilitas pembelajaran, strategi pembelajaran yang digunakan, dan sebagainya.
Singkatnya evaluasi program pembelajaran dapat berfungsi sebagai koreksi terhadap kesalahan
maupun kekurangan program pembelajaran. 4). Meningkatkan partisipasi, Dengan adanya
informasi hasil evaluasi program pembelajaran, maka orang tua atau masyarakat akan terpanggil

untuk berpartisipasidan ikut mendukung upaya-upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Hasil
evaluasi progam pembelajaran yang dimasyarakatkan akan menggugah kepedulian masyarakat
terhadap program pembelajaran, menarik perhatiannya, dan akhirnya akan menumbuhkan rasa
ikut memiliki (self of belonging). Apabila hal ini terbina dengan baik, maka akan tercipta suatu
control yang ikut memacu dan mengawasi kualitas pembelajaran. Selain itu, evaluasi juga
merupakan upaya meningkatkan motivasi guru untuk meningkatkan kinerjanya. Informasi hasil
evaluasi akan memberikan konfirmasi tentang komponen-komponen program pembelajaran yang
masih lemah dan perlu ditingkatkan. Bagi siswa informasi hasil evaluasi yang berupa kemajuan
hasil belajar siswa juga mempunyai manfaat untuk meningkatkan motivasi belajar.
Darwyan Syah dan supardi lebih menyeluruh dalam memandang fungsi evaluasi, yakni
memandang dalam beberapa perspektif ; jika dilihat dari perspektif siswa maupun dari sisi guru,
yaitu; a) bagi siswa, evaluasi pembelajaran berfungsi untuk membantu; dalam
mengaktualisasikan dirinya dengan cara mengembangkan atau mengubah tingkahlakunya kea
rah yang lebih baik dan lebih maju, memperoleh kepuasan atas segala upaya yang telah
dikerjakannya, b) bagi guru; menetapkan berbagai metode dan media alat, sumber belajar dan
pendekatan pembelajaran yang relevan dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang akan
dicapai pada proses pembelajaran, membuat pertimbangan dan keputusan dibidang
administrative berkaitan dengan prosedur penilaian yang akan digunakan serta format-format
atau instrument yang perlu disiapkan dalam kegiatan penilaian23.
Menurut Chabib Thoha bila dilihat dari kepentingan beberapa pihak evaluasi dapat
berfungsi; a) bagi guru; 1). Mengetahui kemajuan belajar peserta didik, 2). Mengetahui
kedudukan masing-masing individu peserta didik dalam kelompoknya, 3). Mengetahui
kelemahan-kelemahan dalam cara belajar mengajar dalam PBM, 4). Memperbaiki proses Belajar
Mengajar, 5). Menentukan Kelulusan Peserta didik. B). Bagi peserta didik, evaluasi befungsi; 1).
Mengetahui kemampuan dan hasil belajar, 2). Memperbaiki cara belajar, dan 3). Menumbuhkan
motivasi dalam belajar. c). Bagi sekolah evaluasi pembelajaran berfungsi; 1). Mengukur mutu
hasil pembelajaran, 2). Mengetahui kemajuan dan kemunduran sekolah, 3). Membuat keputusan
kepada peserta didik, dan 4). Mengadakan perbaikan kurikulum. d). Bagi orang tua peserta didik,
berfungsi untuk; 1). Mengetahui hasil belajar anaknya, 2). Meningkatkan pengawasan dan
bimbingan serta bantuan kepada anaknya dalam belajar, dan 3). Mengarahkan pemilihan jurusan,
atau jenis sekolah pendidikan lanjutan bagi mereka. e). bagi masyarakat berfungsi; 1).
Mengetahui kemajuan sekolah, 2). Ikut mengadakan kritik dan saran perbaikan bagi kurikulum
pendidikan pada sekolah tersebut dll, dan 3). Lebih meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
usahanya membantu lembaga pendidikan24.
Dari uraian di atas, fungsi evaluasi pendidikan antara lain; a). Secara umum, evaluasi
sebagai suatu tindakan atau proses memiliki 3 macam fungsi pokok, yaitu ; 1) mengukur
kemajuan, 2) menunjang penyusunan rencana, 3) memperbaiki atau melakukan penyempurnaan
kembali. b). Secara khusus fungsi evaluasi dalam dunia pendidikan dapat ditilik dari 3 segi, yaitu
; 1) segi psikologis, 2) segi didaktik, dan 3) segi administrative, Secara psikologis kegiatan

evaluasi dalam bidang pendidikan di sekolah dapat disorot dari dua sisi, yaitu dari sisi peserta
didik dan dari sisi pendidik.
Prinsip-prinsip Evaluasi Pendidikan
Arikunto menyatakan prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi pendidikan
yaitu adanya trangulasi atau hubungan erat tiga komponen, yaitu ; tujuan pembelajaran, kegiatan
pembelajaran atau KBM, dan evaluasi25. Digambarkan dalam bagan sebagai berikut :
Tujuan

KBM

Evaluasi

Dengan penjelasan; a) Hubungan antara Tujuan dan KBM, kegiatan belajar mengajar
yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan
yang hendak dicapai. Dengan demikian, anak panah yang menunjukkan hubungan antara
keduanya mengarah pada tujuan, tetapi juga mengarah dari tujuan ke KBM, menunukkan
langkah dari tujuan dilanjutkan pemikirannya ke KBM. B) Hubungan antara Tujuan dengan
Evaluasi, evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah
tercapai. Dengan makna demikian maka anak panah berasal dari evaluasi menuju ke tujuan. Di
lain sisi jika dilihat dari langkah, dalam menyusun alat evaluasi ia mengacu pada tujuan yang
sudah dirumuskan. c) Hubungan antara KBM dengan evaluasi, selain mengacu pada tujuan,
evaluasi juga harus mengacu atau disesuaikan dengan KBM yang dilaksanakan. Sebagai missal,
jika kegiatan belajar-mengajar dilakukan oleh guru dengan menitikberatkan pada keterampilan,
evaluasinya juga harus megukur tingkat keterampilan siswa, bukannya aspek pengetahuan26.
Lebih lanjut Darwyan syah dan supardi merinci prinsip-prinsip evaluasi pendidikan harus
memenuhi persyaratan antara lain ; a) validitas, b) Reliabilitas, c) Objektivitas, d) Praktikabilitas,
e) Ekonomis, f) Transparan, g) Berkeadilan, h) Berfokus pada Kompetensi, i) mendidik, j)
bermakna27.
Ditambahkan oleh mansyur dan Moehamad bahwa prinsip evaluasi pendidikan agama
Islam antara lain; a) Prinsip Kontinyuitas; bahwa hasil penilaian yang diperoleh pada suatu
waktu harus selalu dihubungkan dengan hasil-hasil penilaian pada waktu-waktu sebelumnya, b).
Prinsip Individualitas; siswa sendiri hendaklah ikut aktif dalam menjalankan evaluasi sehingga
dengan demikian ia akan mengetahui dan sadar sampai dimana hasil belajar yang telah
dicapainya. c). Prinsip keseluruhan; evaluasi diberikan dalam rangka menilai keeluruhan segi
perkembangan anak didik yang patut dibina. d). Prinsip ikhlas; evaluasi yang baik akan

menambah pengertian dan pengenalan guru agama terhadap anak didik sebagai pribadi secara
lebih mendalam. e). Prinsip kooperatif; bahwa setiap penilaian itu hendaknya selalu dilakukan
bersama-sama oleh semua guru yang mengajar28.
Objek Evaluasi Pendidikan
Berdasarkan asumsi bahwa pembelajaran merupakan sistem yang terdiri atas beberapa
unsur, yaitu masukan, proses dan keluaran/hasil; maka objek atau sasaran evaluasi program
pembelajaran dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: evaluasi masukan, proses dan keluaran/hasil
pembelajaran. A). Evaluasi masukan pembelajaran menekankan pada penilaian karakteristik
peserta didik, kelengkapan dan keadaan sarana dan prasarana pembelajaran, karakteristik dan
kesiapan guru, kurikulum dan materi pembelajaran, strategi pembelajaran yang sesuai dengan
mata pelajaran, serta keadaan lingkungan di mana pembelajaran berlangsung. b). Evaluasi proses
pembelajaran menekankan pada penilaian pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh
guru meliputi kinerja guru dalam kelas, keefektifan media pembelajaran, iklim kelas, sikap dan
motivasi belajar siswa. c). Penilaian hasil pembelajaran merupakan upaya untuk melakukan
pengukuran terhadap hasil belajar siswa, baik menggunakan tes maupun non tes, dalam hal ini
adalah penguasaan kompetensi oleh setiap siswa sesuai dengan karakteristik masing – masing
mata pelajaran .
Terkait dengan ketiga objek atau sasaran evaluasi program pembelajaran tersebut,
menurut Pusat Pengembangan Sistem Pembelajaran Lembaga Pengembangan Pendidikan
Universitas Sebelas Maret dalam praktek pembelajaran secara umum, pelaksanaan evaluasi
program pembelajaran menekankan pada evaluasi proses pembelajaran atau evaluasi manajerial,
dan evaluasi hasil belajar atau evaluasi substansial. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa
dalam pelaksanaan pembelajaran kedua jenis evaluasi tersebut merupakan komponen sistem
pembelajaran yang sangat penting. Evaluasi kedua jenis komponen yang dapat dipergunakan
untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pelaksanaan dan hasil pembelajaran. Selanjutnya
masukan tersebut pada gilirannya dipergunakan sebagai bahan dan dasar memperbaiki kualitas
proses pembelajaran menuju ke perbaikan kualitas hasil pembelajaran. Dengan kata lain untuk
memperbaiki kualitas hasil belajar siswa harus didahului dengan perbaikan terhadap kualitas
proses pembelajaran29.
Dalam konsep manajemen mutu, menurut Sudarwan Danim mutu pendidikan dilihat dari
empat perspektif, yaitu masukan, proses, keluaran atau prestasi belajar, dan dampak atau utilitas
lulusan. Dengan demikian, kebiasaan menilai mutu proses pembelajaran hanya dengan
melihatnya dari prestasi belajar siswa semata tidaklah tepat. Dilihat dari pendekatan sistem
pemecahan masalah, prestasi belajar siswa yang buruk bukanlah masalah, melainkan gejala atau
indikator adanya masalah. Disebut bukan masalah karena prestasi belajar siswa yang buruk
adalah sebuah realitas. Rahasia mengenai factor-faktor apa yang mempengaruhi buruknya hasil
belajar siswa, strategi manajemen sekolah macam apa yang harus diterapkan, strategi
pembelajaran apa yang harus dikemas agar siswa tahu bagaimana memecahan masalahnya
sendirilah yang menjadi masalah30.

Berdasarkan beberapa asumsi dan pendapat di atas, secara ringkas dapat disimpulkan
bahwa objek evaluasi program pembelajaran yang pokok harus mencakup dua hal, yaitu;
a). Aspek manajerial, yaitu implementasi rancangan pembelajaran yang telah disusun oleh guru
dalam bentuk proses pembelajaran, atau disebut juga dengan evaluasi kualitas proses
pembelajaran.b). Aspek substansial, yaitu hasil belajar siswa setelah mengikuti serangkaian
proses pembelajaran yang dirancang oleh guru, atau disebut juga dengan penilaian hasil belajar
siswa, baik menggunakan tes maupun non tes.
Evaluator Program Pembelajaran
Ada dua kemungkinan asal (dari mana) orang untuk dapat menjadi evaluator program
ditinjau dari program yang akan dievaluasi. Masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Menentukan asal evaluator harus mempertimbangkan keterkaitan orang yang
bersangkutan dengan program yang akan dievaluasi.
Berdasarkan pertimbangan tersebut Suharsimi Arikunto dan Cep Safrudin
mengklasifikasikan evaluator menjadi dua macam, yaitu evaluator dari dalam (internal evaluator)
dan evaluator dari luar (external evaluator). a). Evaluator dari dalam, Yang dimaksud dengan
evaluator dari dalam adalah petugas evaluasi program yang sekaligus merupakan salah saeorang
dari anggota pelaksana program yang evaluasi. Berdasarkan batasan tersebut maka dalam
evaluasi program pembelajaran guru menjadi evaluator dari dalam karena guru selain sebagai
perencana sekaligus pelaksana program pembelajaran mempunyai kewajiban menilai, sikap dan
perilaku maupun partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, juga mempunyai kewajiban
menilai hasil belajar siswa. Adapun kelebihan dan kekurangan evaluator dari dalam antara lain ;
1). Kelebihan Evaluator dari dalam; Evaluator memahami betul program yang akan dievaluasi
sehingga ke-khawatiran untuk tidak atau kurang tepatnya sasaran tidak perlu ada. Dengan kata
lain, evaluasi tepat pada sasaran, Karena evaluator adalah orang dalam, pengambil keputusan
tidak banyak mengeluarkan waktu dan biaya yang cukup banyak, 2). Kekurangan Evaluator dari
dalam; Adanya unsur subjektivitas dari evaluator, sehingga berusaha menyampaikan aspek
positif dari program yang dievaluasi dan menginginkan agar kebijakan tersebut dapat
diimplementasikan dengan baik pula. Dengan kata lain, evaluator internal dapat dikhawatirkan
akan bertindak subjektif, Karena sudah memahami seluk belum program, jika evaluator kurang
sabar, kegiatan evaluasi akan dilaksanakan dengan tergesa-gesa sehingga kurang cermat.
b) Evaluator dari luar, Yang dimaksud dengan evaluator dari luar adalah orang-orang yang
tidak terkait dengan implementasi program. Mereka berada di luar dan diminta oleh pengambil
keputusan untuk mengevaluasi keberhasilan program pembelajaran. Termasuk evaluator
eksternal dalam evaluasi program pembelajaran di antaranya evaluasi yang dilakukan petugas
yang ditunjuk oleh kepala sekolah maupun evaluasi yang dilakukan oleh petugas yang ditunjuk
oleh dinas pendidikan. 1). Kelebihan Evaluator dari luar, Karena tidak berkepentingan atas
keberhasilan program pembelajaran, evaluator dari luar dapat bertindak secara efektif selama
melaksanakan evaluasi dan mengambil kesimpulan. Apapun hasil evaluasi tidak akan ada respon
emosional dari evaluator karena tidak ada keinginan untuk memperlihatkan bahwa program

tersebut berhasil. Kesimpulan yang dibuat akan lebih sesuai dengan keadaan dan kenyataan yang
sebenarnya, Seorang ahli yang ditunjuk biasanya akan mempertahankan kredibilitas
kemampuannya, dengan begitu ia akan bekerja secara serius dan hati – hati. 2). Kekurangan
Evaluator dari luar; Evaluator dari luar biasanya belum mengenal lebih dalam tentang program
pembelajaran yang akan dievaluasi. Hal itu wajar karena evaluator tidak ikut dalam proses
kegiatannya. Mereka berusaha mengenal dan mempelajari seluk beluk program tersebut setelah
mendapat permintaan untuk mengevaluasi. Dampak dari kekurang pengetahuan tersebut
memungkinkan kesimpulan yang diambil kurang tepat, Pemborosan waktu dan biaya, pengambil
keputusan harus mengeluarkan waktu dan biaya untuk membayar evaluator tersebut31.
Melihat kelebihan dan kekurangan dari masing-masing evaluator, serta untuk lebih
mengoptimalkan peran guru dalam evaluasi program pembelajaran, maka sebaiknya evaluator
dalam evaluasi program pembelajaran merupakan kombinasi antara evaluator dari dalam dan
evaluator dari luar. Sebagai contoh untuk evaluasi program pembelajaran pada setiap akhir
pelaksanaan pembelajaran berkenaan dengan satu kompetensi dasar atau satu pokok bahasan
evaluasi dilakukan oleh guru yang merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Sedangkan untuk evaluasi program pembelajaran pada setiap akhir semester atau pada akhir
tahun dapat dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk dan diberi tanggung jawab oleh pimpinan
sekolah, baik itu dilakukan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum maupun bagian tertentu
yang bertanggung jawab terhadap manajemen mutu sekolah.
Penutup
Peningkatan kualitas pembelajaran membutuhkan adanya peningkatan kualitas program
pembelajaran secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Untuk meningkatkan kualitas
program pembelajaran membutuhkan informasi tentang implementasi program pembelajaran
sebelumnya.
Hal ini dapat diperoleh dengan dilakukannya evaluasi terhadap program pembelajaran
secara periodik. Untuk lebih mengoptimalkan peran guru dalam evaluasi program pembelajaran,
maka sebaiknya evaluator dalam evaluasi program pembelajaran merupakan kombinasi antara
evaluator dari dalam dan evaluator dari luar dimana evaluator tersebut mempunyai integritas
memehami materi, menguasai teknik evaluasi, obbjektif dan cermat, jujur dan dapat dipercaya.
Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus mengikuti
hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh
melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feed back) terhadap proses belajar mengajar.
Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar
mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan terus dapat ditingkatkan
untuk memperoleh hasil yang optimal.
Kepada evaluator di tingkat sekolah, seperti Kepala Sekolah dan Pengawas Pembina
hendaknya dalam tugas monitoringnya memiliki jadwal yang terprogram dan simultan, agar
Program Pembelajaran Guru dapat terkontrol dengan baik.

End Note

1

Darwyan Syah, dkk, Pengembangan Evaluasi Sistem Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Diadit Media, 2009), cet.
Ke- 1, hlm. 17
2
Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal.32
3
John M. Echols dan Hasasn Sahadily, Kamus Inggris Indonesia, 2006, PT. Gramedia Pustaka Utama, hal. 220.
4
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), cet. Ke-9, hlm. 145 lihat juga Oemar
Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi Aksara), hlm. 210
5
Dimyati, Mudjiono, Belajar dan pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 190-191
6
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005)
7
M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan , (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), cet. Ke-3, hlm. 1
8
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm.
180-181
9
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), cet. Ke-7, hlm. 93-94
10
Zainal Aqib, Elham Rohmanto, Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah, (Bandung: IKAPI, 2007),
hlm. 94-95
11
Iskandar, Psikologi Pendidikan; Sebuah Orientasi Baru, (Jambi: GP Press, 2009), hlm. 218
12
Mansyur dan Moehammad, Evaluasi Pendidikan Agama, 1982, PT. Songo Abadi Inti, hal.1.
13
Darwyan Syah dan Supari, Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, 2014, PT. Haja Mandiri, hal 1.
14
ibid
15
ibid
16
Ibid, 7.
17
Lihat Juga Arikunto Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi 2, Bumi Aksara Jakarta, 2012, hal. 6.
“Dalam Proses Transformasi, sein siswa sebagai bahan yang diolah, masih ada dua masukan lain, yang pertama berfugsi
membantu atau memeperlancar terjadinya prose, sedangkan yang kedua berupa lingkungan yang berpengaruh terhadp
terjadinya proses. Masukan-masukan lain tersebut juga disebut input, tetapi berbeda peran. Agar tidak kacau dalam
mengartikan, karena statusnya berbeda, namanya pun berbeda; a) siswa yang akan diubah dalam proses, yang akan
diproses dari mentah menjadi matang, disebut “masukan mentah” yang dalam bahasa inggris disebut “raw input”. b).
Masukan pendukung terjadinya proses ini disebut masukan instrumental. Factor-faktor yang termasuk dalam masukan
instrumental ada empat; 1) guru, 2) materi 3) sarana pendidikan, dan 4) pengelolaan, manajemen atau pengaturan.
Keempat masukan tersebut karena fungsinya membantu atau sebagai alat, disebut masukan instrumental atau masukan
pembantu. Dalam bahasa inggris disebut instrumental input. c) Masukan lain lagi adalah lingkungan, baik berupa benda,
alam maupun manusia. Masukan lingkungan ini dalam bahasa inggris disebut environmental input.
18
Op.cit. hal23
19
Ibid.
20
Wirawan, Evaluasi, Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi, Rajawali Press, Depok, 2012, hal 22-25
21
Elis Ratnawulan dan A. Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran, Pustaka Setia Bandung, 2015. Hal. 27.
22
Arikunto, 18-19.
23
Darwyan syah dan supardi, hal 28-29.
24
Ibid. 31-33
25
Arikunto, hal. 38.
26
Ibid.
27
Darwyan syah dan supardi, opcit, 46-50
28
Mansyur dan Moehamad, Evaluasi Pendidikan Agama, PT. Songo Abadi Inti, Pondok Pinang, 1982. Hal.1-3
29
Nana Sudjana, Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Sinar Baru Algesindo, 2007.
30
Sudarwin Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah, Bumi Aksara Jakarta, 2007.
31
Arikunto Suharsimi dan Cep Safrudin, Evaluasi Program Pendidikan, Bumi Aksara Jakarta, 2008, hal. 23-25.

DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal, Elham Rohmanto, Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah,
Bandung: IKAPI, 2007.
Arikunto Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi 2, Bumi Aksara Jakarta, 2012.
Arikunto Suharsimi dan Cep Safrudin, Evaluasi Program Pendidikan, Bumi Aksara Jakarta, 2008.

Danim, Sudarwin, Visi Baru Manajemen Sekolah, Bumi Aksara Jakarta, 2007.
Dimyati, Mudjiono, Belajar dan pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Echols, John M. dan Hasasn Sahadily, Kamus Inggris Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama,
2006.
Hamalik , Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009.
---------------, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006.
Iskandar, Psikologi Pendidikan; Sebuah Orientasi Baru, Jambi: GP Press, 2009.
Mansyur dan Moehammad, Evaluasi Pendidikan Agama, PT. Songo Abadi Inti, 1982
Ratnawulan, Elis dan A. Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran, Pustaka Setia Bandung, 2015.
Sanjaya, Wina, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta:
Kencana, 2008.
Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
---------------, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Sinar Baru Algesindo, 2007.
Syah , Darwyan, dkk, Pengembangan Evaluasi Sistem Pendidikan Agama Islam, Jakarta, Diadit
Media, 2009
Syah, Darwyan dan Supardi, Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, PT. Haja Mandiri,
2014.
Thoha, M. Chabib, Teknik Evaluasi Pendidikan , Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996.
Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Wirawan, Evaluasi, Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi, Rajawali Press, Depok, 2012.