PENGARUH PENGETAHUAN WAJIB PAJAK PERSEPS

1

PENGARUH PENGETAHUAN WAJIB PAJAK, PERSEPSI
PENYELEWENGAN PAJAK DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP
MOTIVASI WAJIB PAJAK DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN
PERPAJAKAN
Riva Yusnira,Mirna Dyah Praptitorini,SE,Msi
Jurusan Akuntansi STIE Totalwin
Jl. Kyai Saleh No 11, Semarang
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of empirical knowledge taxpayer by
the tax law , tax fraud and the perception of spiritual intelligence on motivation
when they have to fulfill the obligation to pay income tax . Samples was
determined by the method . Drawn from the population at random , which meet
the criteria sample is 150 respondents . The method of analysis used in this study
is a multiple linear regression with SPSS version 21.
The results of this study indicate that knowledge of the taxpayer by the tax
law , tax fraud and the perception of spiritual intelligence has a positive influence
on taypayers motivation when they have to fulfill the obligation to pay income tax
Partial regression test ( t test ) showed that the variables of knowledge
about taxes , tax fraud and the perception of spiritual intelligence taypayers affect

motivation when they have to fulfill the obligation to pay income tax . The
magnitude of the effects caused by the Adjusted R2 by three variables together
49,1 % of the dependent variable , while the remaining 50,9 % is influenced by
other variables not examined in this study .
keyword: the effect of tax knowledge, perception of tax fraud and spiritual
intelligence to motivate taxpayers in meeting tax obligations.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan empiris
wajib pajak berdasarkan undang-undang pajak, persepsi penyelewengan pajak dan
kecerdasan spiritual terhadap motivasi ketika mereka harus memenuhi kewajiban
membayar pajak penghasilan.Sampel ditentukan dengan metode Dari Populasi
yang diambil secara acak, yang memenuhi kriteria sampel adalah 150
responden.Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
linier berganda dengan SPSS versi 21.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pengetahuan wajib pajak berdasarkan undang-undang pajak, persepsi
penyelewengan pajak dan kecerdasan spiritual memiliki pengaruh yang positif
terhadap taypayers motivasi ketika mereka harus memenuhi kewajiban membayar
pajak penghasilan. Uji regresi parsial (uji t) menunjukkan bahwa variabel
pengetahuan tentang pajak, persepsi penyelewengan pajak dan kecerdasan
spiritual mempengaruhi taypayers motivasi ketika mereka harus memenuhi

kewajiban membayar pajak penghasilan. Besarnya efek yang disebabkan oleh
Adjusted R2 oleh tiga Variabel bersama-sama 49,1% dari variabel dependen,

2

sedangkan 50,9% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
kata kunci : pengaruh pengetahuan pajak,persepsi penyelewengan pajak dan
kecerdasan spiritual terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakan.
PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi diarahkan pada upaya untuk mewujudkan
perekonomian negara yang mandiri dan andal untuk meningkatkan kesejahteraan
seluruh wilayah negara Indonesia secara adil dan merata, dengan demikian
pertumbuhan ekonomi harus diarahkan untuk meningkatkan pendapatan bangsa
Indonesia, dimana sedang mengalami krisis ekonomi sedangkan roda
pemerintahan dan pembangunan tidak mungkin dapat digerakkan tanpa dukungan
dana terutama berasal dari pendapatan dalam negeri. Oleh karena itu pemerintah
berusaha terus menerus meningkatkan peranan sumber penerimaan negara,
terutama penerimaan yang berasal dari non migas. Penerimaan dari non migas ini

sebagian akan ditingkatkan melalui penerimaan dari sektor pajak. Misi utama
Direktorat Jendral Pajak adalah misi fiskal yaitu menghimpun penerimaan pajak
berdasarkan Undang – Undang Perpajakan yang mampu menunjang kemandirian
pembiayaan pemerintah dan dilaksanakan secara efektif dan efisien (Suryadi,
2006).
Subiyantoro (2006) melakukan pengujian tentang hubungan antara
pengetahuan wajib pajak tentang peraturan perpajakan terhadap motivasi wajib
pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah pengetahuan wajib pajak tentang perturan perpajakan
(sebagai variabel bebas) dapat mempengaruhi motivasi wajib pajak (variabel
terikat) dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Variabel pengetahuan tentang
peraturan perpajakan terdiri dari lima (5) indikator, yaitu: Penghasilan tidak kena,
pajak (PTKP), tarif pajak progresif wajib pajak, perhitungan pajak wajib pajak
orang pribadi, sanksi keterlambatan atau tidak menyampaikan SPT, dan Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP). Hasil penelitian menunjukkan tiap-tiap variabel
menunjukkan hubungan yang terkategori kuat dan positif. Artinya, semakin baik
pengetahuan wajib pajak tentang peraturan perpajakan maka akan semakin tinggi
pula motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Kusumaningtyas (2011) melakukan pengujian tentang pengaruh antara
pemberitaan tentang kasus mafia pajak(penyelewengan pajak) terhadap prilaku

wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah pemberitaan tentang kasus mafia pajak (sebagai
variabel bebas) dapat mempengaruhi perilaku wajib pajak (variabel terikat) dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya. Hasil penelitian menunjukkan tiap-tiap
variabel menunjukkan hubungan yang signifikan.
Piseska (2009) melakukan pengujian tentang pengaruh antara kecerdasan
spiritual dan persepsi wajib pajak terhadap kinerja pelayanan perpajakan terhadap
motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kecerdasan spiritual dan persepsi

3

wajib pajak atas kinerja pelayanan (sebagai variabel bebas) dapat mempengaruhi
motivasi wajib pajak (variabel terikat) dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya. Hasil penelitian menunjukkan tiap-tiap variabel menunjukkan
hubungan yang terkategori kuat dan positif. Artinya, semakin baik kecerdasan
spiritual yang dimiliki wajib pajak maka akan semakin tinggi pula motivasi wajib
pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dan motivasi wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya akan meningkat secara signifikan seiring
dengan semakin baiknya kinerja pelayanan perpajakan.

TELAAH PUSTAKA
Menurut Kuncoro (2009) populasi adalah kelompok elemen yang lengkap,
yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik
untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian. Populasi dalam penelitian
ini adalah 150 Wajib Pajak orang pribadi yang telah memenuhi kewajiban
perpajakan atau memiliki NPWP di Kecamatan Semarang Selatan.
Meneurut Kuncoro (2009) sampel adalah himpunan bagian (subset) dari
unit populasi. Karena jumlah populasi yang banyak, maka tidak semua anggota
populasi dijadikan sampel penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu 150 responden dengan metode pemilihan sampel secara acak (Random
Sampling).
Pengumpulan data adalah satu tahap yang sangat menentukan terhadap
proses dan hasil penelitian yang akan dilaksanakan. Pengumpulan data dalam
suatu penelitian dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan,
akurat dan realistis. Cara pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner
kepada 150 wajib pajak yang telah memenuhi kewajiban perpajakan atau
memiliki NPWP di kecamatan Semarang Selatan.
Berdasarkan paparan teori diatas, berikut kerangka pemikirannya.
Penetahuan Wajib Pajak


Persepsi penyelewengan
pajak

H1(+)
H2(+)

Motivasi Wajib Pajak

H3(+)
Kecerdasan Spiritual

Gambar 2
Pengaruh
Pengetahuan
Wajib
Pajak
Tentang
Peraturan
Perpajakan Terhadap Motivasi Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban
Perpajakan

Temuan empiris terkait dengan adanya hubungan antara pengetahuan
wajib pajak tentang peraturan perpajakan dengan motivasi patuh membayar pajak

4

dapat dimengerti. Pengetahuan akan mendorong seseorang untuk melakukan suatu
tindakan. Hasil penlitian ini didukung oleh penelitian Subiyantoro (2006) yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh pengetahuan wajib pajak tentang peraturan
perpajakan terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan.
Dalam kaitanya dengan motivasi membayar pajak, maka adanya pengetahuan
wajib pajak, terutama tentang peraturan perpajakan sangat penting.
HI : Pengetahuan Wajib Pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Motivasi Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan
Pengaruh Penyelewengan Pajak Terhadap Motivasi Wajib Pajak Dalam
Memenuhi Kewajiban Perpajakan
Temuan empiris terkait dengan adanya hubungan antara penyelewengan
pajak dengan motivasi patuh membayar pajak dapat dimengerti. Penyelewengan
pajak akan mempengaruhi prilaku seseorang untuk melakukan pembayaran pajak.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Kusumaningtyas (2011) yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh pemberitaan mafia pajak (penyelewengan

pajak) terhadap perilaku wajib pajak dalam membayar pajak.
H2 : Penyelewengan pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap Motivasi
Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan.
Pengaruh kecerdasan spritual Terhadap Motivasi Wajib Pajak Dalam
Memenuhi Kewajiban Perpajakan
Kecerdasan spiritual merupakan perasaan terhubungkan dengan diri
sendiri, orang lain dan alam semesta secara utuh. Pada saat orang bekerja, maka ia
dituntut untuk mengarahkan intelektualnya, tetapai banyak hal yang membuat
seseorang senang dengan pekerjaannya. Seorang wajib pajak dapat menunjukkan
mendapatkan kesempatan untuk mengekspresikan seluruh potensi dirinya sebagai
manusia.
H3 :Penelitian ini memperoleh bukti empiris yang menunjukkan bahwa
kecerdasan spiritual berpengaruh positif dan signifikan terhadap Motivasi
Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan.
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi Dan Sampel Penelitian
Populasi Penelitian
Menurut Kuncoro (2009) populasi adalah kelompok elemen yang lengkap,
yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik
untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian. Populasi dalam penelitian

ini adalah 150 Wajib Pajak orang pribadi yang telah memenuhi kewajiban
perpajakan atau memiliki NPWP diKecamatan Semarang Selatan.

5

Sampel Penelitian
Meneurut Kuncoro (2009) sampel adalah himpunan bagian (subset) dari
unit populasi. Karena jumlah populasi yang banyak, maka tidak semua anggota
populasi dijadikan sampel penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu 150 responden dengan metode pemilihan sampel secara acak (Random
Sampling).
Metode Analisis Data
Analisis dalam penelitian ini menggunakan persamaan regresi linier
berganda, yaitu analisis untuk lebih dari satu variabel independen. Teknik analisis
regresi berganda dipilih untuk digunakan pada penelitian ini karena teknik regresi
berganda dapat menyimpulkan secara langsung mengenai pengaruh masingmasing variabel bebas yang digunakan secara parsial ataupun secara bersamasama. Hair et al. (1998) menyatakan bahwa regresi berganda merupakan teknik
statistik untuk menjelaskan keterkaitan antara variabel terikat dengan beberapa
variabel bebas. Fleksibilitas dan adaptifitas mempermudah peneliti untuk melihat
suatu keterkaitan dari beberapa variabel sekaligus. Regresi berganda juga dapat
memperkirakan kemampuan prediksi dari serangkaian variabel bebas terhadap

variabel terikat.
Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Pengujian Validitas
Uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur itu dapat mengukur
variabel yang akan diukur. Bila skala pengukuran tidak valid maka ia tidak
bermanfaat bagi peneliti karena tidak mengukur atau melakukan apa yang
seharusnya dilakukan (Ghozali, 2001).Pengujian validitas kuesioner
menggunakan teknik corrected item-total correlation, yaitu dengan cara
mengkorelasi skor tiap item dengan skor totalnya. Pengujian validitas tes
menggunakan rumus korelasi Point Biserial untuk mengestimasi validitas setiap
skala (indikator observarian). Kriteria valid atau tidak valid adalah jika Pearson
Correlation diatas 0,4, dengan tingkat signifikan α = 5 %, berarti butir pernyataan
tidak valid.
Pengujian Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukan sejauh mana suatu
pengukuran dapat memperoleh hasil yang konsisten, stabil atau relatif tidak
berbeda jka dilakukan pengukuran kembali terhadap subjek yang sama. Pengujian
reliabilitas kuisoioner dilakukan secara statistic yaitu dengan menghitung
besarnya Cronbach’s Alpha dengan bantruan SPSS 17.0. jika koefisien alpha
yang dihasilkan lebih besar dari 0,6 (α > 0,6) maka instrument tersebut dikatakan

reliabel. Sebaliknya jika koefisien alpha rendah dari 0,6 (α < 0,6) maka instrumen
tersebut dikatakan tidak reliabel ( Ghozali, 2001). Pengujian reliabilitas tes
dilakukan dengan menggunakan rumus KR-20. Jika koefisien KR-20 mendekati 1
maka instrument tersebut dikatakan reliabel.

6

Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji
multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas. Uji normalitas data
dengan menggunakan kolmogrof smirnove test . uji mulitikolinieritas dideteksi
dengan menggunakan Variance inflaction factor ( VIF ) dan tolerance . untuk
menguji ada tidaknya autokorelasi digunakan uji Durbin watson ( DW test ).
Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji park.
Pengujian ini perlu dilakukan karena adanya konsekuensi yang mungkin
terjadi jika asumsi tersebut tidak bisa dipenuhi. Adapun uji asumsi klasik yang
akan diuji yaitu :
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam metode regresi, variabel
terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah data yang berdistribusi normal atau mendekati
normal. Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal
atau tidak uji normalitas dilakukan dengan menggunakan analisis grafik (grafik
normal probability plot). Untuk melihat normalitas grafik probability
plot,histogram,one sample kolmogorov.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode dengan mokesalahan
penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
ada problem autokorelasi. Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, diukur
dengan menggunakan statistik Durbin Watson (DW). Model regresi yang baik
adalah jika Angka DW lebih besar dari batas atas (du) dan kurang dari (4-du)maka
dapat disimpulkan bahawa tidak ada autokorelasi positif atau negatif atau dapat
disimpulkan tidak terdapat autokorelasi (Ghozali 2006).
Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk menjelaskan kemungkinan
terdapatnya hubungan antara variabel independen yang satu dengan variabel
independen yang lain. Untuk mendeteksinya, dalam penelitian ini dilakukan
dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) untuk tiap-tiap variabel
independen. Jika VIF lebih besar dari 5 maka variabel tersebut dikatakan
mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel lainnya.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain (Ghozali, 2006). Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastis pada
suatu model dapat dilihat dari pola gambar scatterplot model tersebut Adapun
dasar analisisnya adalah sebagai berikut :

7

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik – titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur ( bergelombang, melebar kemudian menyempit ), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik – titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas
Uji Gleyser
Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedatisitas untuk itu dilakukan
pengujian stastik yaitu Uji Glejser. Uji Glejser mengusulkan untuk meregres nilai
absolut residual terhadap variabel independen Ghozali, (2006).
Analisis Regresi Linier Berganda
Metode analisis yang digunakan untuk menilai variabilitas luas
pengungkapan risiko dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda
(multiple regression analysis). Analisis regresi berganda digunakan untuk
menguji pengaruh variabel independent terhadap variabel dependen. Analisis
regresi berkenaan dengan studi ketergantungan satu variabel terikat dengan satu
atau lebih variabel bebas atau penjelas, dengan tujuan mengestimasi atau
memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan
nilai variabel independen yang diketahui. Analisis ini juga mengukur kekuatan
hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara
variabel dependen dengan variabel independen.
Koefisien Determinasi
Nilai koefisien determinasi R2 dimaksudkan untuk mengetahui presentase
besarnya pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel
dependen atau untuk menunjukan seberapa besar model regresi mampu
menjelaskan variabilitas variabel dependen. Determinasi (R2) adalah determinasi
yang disesuaikan, yang artinya besarnya pengaruh variabel bebas yang telah
disebabkan dari pengaruh error term secara bersama-sama terhadap variabel
dependen.
Uji Hipotesis
Penelitian ini mempunyai 3 hipotesis yang diuji dengan menggunakan
teknik analisis regresi berganda dengan bantuan software SPSS (Statistical
Product and Service Solution) versi 21 dengan rumus sebagai berikut :
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e1
α = Konstanta
β = Koefisien
Y = Motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan.
X1 = Pengetahuan wajib pajak mengenai perpajakan.
X2 = Persepsi penyelewengan perpajakan.
X3= kecerdasan spritural.
e = Error (Pengganggu).
Untuk menguji hipotesis ini juga digunakan uji parsial (uji t).
Uji F
Uji F dilakukan untuk menguji apakah secara serentak variabel
independen mampu menjelaskan variabel dependen secara baik atau menguji

8

apakah model yang digunakan telah fix atau tidak. Dengan tingkat kepercayaan
(α) untuk pengujian hipotesis adalah 95% atau (α)=0,05
Uji t
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen dalam persamaan regresi berganda secara parsial. Uji
t juga dilakukan untuk menguji kebenaran koefisien regresi dan melihat apakah
koefisien regresi yang diperoleh signifikan atau tidak. Untuk melihat adanya
pengaruh variabel. Uji t dilakukan dengan dua arah (2 tails) dengan tingkat
keyakinan 95%, dimana tingkat signifikansi ditentukan sebesar 5% dan degree of
freedom (df) = n – k. Uji ini dilakukan dengan ketentuan:
1. Jika t-hitung < t-tabel pada α0.05, maka Ha ditolak, dan
2. Jika t-hitung > t-tabel pada α0.05, maka Ha diterima.
HASIL DAN PEMBAHASAN
karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No
1
2

Jenis Kelamin

Jumlah

Prosentase

Laki- laki
82
82 .00%
Perempuan
68
68.00 %
Jumlah
150
150.00 %
Sumber : Data yang diolah 2014

Dari Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu 82
orang ( 82 % ) berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 68 orang ( 68 % ) berjenis
kelamin perempuan dari total keseluruhan sebanyak 150 orang responden.
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Jumlah respondent berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel berikut ini.

9

Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Golongan
No
Jumlah Prosentase
Usia
1
21-25
72
72.00%
2
26-50
78
78.00%
3
≥ 50
Jumlah
150
150.00 %
Sumber : Data yang diolah 2014
Berdasarkan tabel 4.2 responden terbanyak adalah kelompok usia 26-50
tahun yang berjumlah 78 orang responden ( 78% ),kemudian usia 21-25 tahun
yang berjumlah 72 orang responden ( 72% ) dan di atas usia 50 tidak ada.
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Jumlah responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan pendidikan
No
1
2
3
4
5
6

Pendidikan
SD
SMP
SMA
D1/D2/D3

Jumlah
31
44

Prosentase
31.00%
44.00%

S1
62
62.00%
Lainnya
13
13.00%
Sumber: Data primer yang diolah,2014

Berdasarkan tabel 4.3 responden terbanyak adalah kelompok pendidikan S1
yang berjumlah 62 orang responden (62% ),kelompok pendidikan D1/D2/D3
yang berjumlah 44 orang responden ( 44% ),kelompok pendidikan SMA 31 orang
responden ( 31% ) dan kemudian pendidikan S2/lainnya 13 0rang responden
(13%).
Data Sampel Penelitian
Tabel 4.5
Pengklasifikasian sample
Keterangan
Jumlah Respondent
Jumlah koesioner yang disebar
165

10

Koesioner yang tidak
dikembalikan

(15)

Terpilih sebagai sampel
150
Jumlah sample yang dipakai
150
Sumber : Data primer yang diolah, 2014
Dari tabel 4.4. di atas diperoleh sampel penelitian dengan hasil yang jumlah
koesioner yang kembali sebanyak 150 responden yang berdomisili dikota
Semarang, dengan metode random sampling tahun 2014, sehingga apabila
dijumlahkan terdapat sampel ( n ) sebanyak 150.
Uji Validitas dan Reabilitas
Pengujian Validitas
Uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur itu dapat mengukur
variabel yang akan diukur. Bila skala pengukuran tidak valid maka ia tidak
bermanfaat bagi peneliti karena tidak mengukur atau melakukan apa yang
seharusnya dilakukan (Ghozali, 2001).Pengujian validitas kuesioner
menggunakan teknik corrected item-total correlation, yaitu dengan cara
mengkorelasi skor tiap item dengan skor totalnya. Pengujian validitas tes
menggunakan rumus korelasi Point Biserial untuk mengestimasi validitas setiap
skala (indikator observarian). Kriteria valid atau tidak valid adalah jika Pearson
Correlation diatas 0,4, dengan tingkat signifikan α = 5 %, berarti butir pernyataan
tidak valid.
Correlations
motivasi pengetahu persepsi pp
kecerdasan
wp
an wp
spiritual
Pearson
1
.504
.422
.417
Correlation
motivasi wp Sig. (2.000
.000
.000
tailed)
N
150
150
150
150
Pearson
.504
1
.280
.367
Correlation
pengetahua
Sig. (2.000
.001
.000
n wp
tailed)
N
150
150
150
150
Pearson
.422
.280
1
.428
Correlation
persepsi pp Sig. (2.000
.001
.000
tailed)
N
150
150
150
150
Pearson
.417
.367
.428
1
kecerdasan Correlation
spiritual
Sig. (2.000
.000
.000
tailed)

11

N
150
150
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

150

150

Berdasarkan tabel hasil uji validitas dapat diketahui semua item
pertanyaan atau variabel pengetahuan wajib pajak (X1), persepsi penyelewengan
pajak (X2), kecerdasan spiritual (X3) dan motivasi wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakan (Y) dinyatakan valid karena pearson correlation lebih dari
0.4.
Pengujian Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukan sejauh mana suatu
pengukuran dapat memperoleh hasil yang konsisten, stabil atau relatif tidak
berbeda jka dilakukan pengukuran kembali terhadap subjek yang sama. Pengujian
reliabilitas kuisoioner dilakukan secara statistic yaitu dengan menghitung
besarnya Cronbach’s Alpha dengan bantruan SPSS 21. jika koefisien alpha yang
dihasilkan lebih besar dari 0,6 (α > 0,6) maka instrument tersebut dikatakan
reliabel. Sebaliknya jika koefisien alpha rendah dari 0,6 (α < 0,6) maka instrumen
tersebut dikatakan tidak reliabel ( Ghozali, 2001). Pengujian reliabilitas tes
dilakukan dengan menggunakan rumus KR-20. Jika koefisien KR-20 mendekati 1
maka instrument tersebut dikatakan reliabel
Tabel 4.6
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
.727

Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items
.730

N of Items
4

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa masing-masing variabel
antara variabel pengetahuan wajib pajak (X1), persepsi penyelewengan pajak
(X2), kecerdasan spiritual (X3) dan motivasi wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakan (Y) diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.727 lebih
besar dari 0.60. Dengan demikian maka hasil uji reabilitas terhadap keseluruhan
variabel adalah riabel.
Analisis Diskriptif
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk menganalisis seberapa
pengaruh variabel Pengetahuan wajib pajak, persepsi penyelewengan pajak dan
kecerdasan spiritual terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakan. Berikut adalah hasil analisis linier berganda:

12

Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Standardize
t
Sig.
Coefficients
d
Coefficients
B
Std. Error
Beta
(Constant)
7.671
3.434
2.234
.027
pengetahuan wp
.353
.068
.371
5.176
.000
1
persepsi pp
.241
.073
.242
3.283
.001
kecerdasan
.208
.089
.177
2.327
.021
spiritual
a. Dependent Variable: motivasi wp
Y = 7.671 + 0,353 X1 + 0.241 X2 + 0,208 X3
Dari persamaan regresi linier berganda diatas maka dapat dianalisis sebagai
berikut :
a. Konstanta sebesar 7,671 menyatakan bahwa jika variabel independen
dianggap konstan, maka nilai motivasi wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakan sebesar 7,671
b. Koefisien regresi pengetahuan wajib pajak sebesar 0,353. Koefisien
bertanda positif, berarti bahwa setiap peningkatan pengetahuan wajib
pajak sebesar 1% akan mengakibatkan peningkatan motivasi wajib pajak
dalam memenuhi kewajiban perpajakan sebesar 0,353%.
c. Koefisien regresi persepsi penyelewengan pajak sebesar 0,241. Koefisien
bertanda positif, berarti bahwa setiap peningkatan persepsi
penyelewengan pajak sebesar 1% akan mengakibatkan peningkatan
motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan sebesar
0,241%.
d. Koefisien regresi kecerdasan spiritual sebesar 0,208. Koefisien bertanda
positif, berarti bahwa setiap peningkatan kecerdasan spiritual sebesar 1%
akan mengakibatkan peningkatan motivasi wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakan sebesar 0,208%.
Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi pada intinya adalah mengukur seberapa jauh
kemampuan model pada Variabel Bebas (X) dalam menerangkan Variabel Terikat
(Y), (Ghozali, 2006)
Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Mod
R
R Square
Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson
el
Square
Estimate

1
.603a
.364
.351
5.14845
1.801
a. Predictors: (Constant), kecerdasan spiritual, pengetahuan wp, persepsi pp
b. Dependent Variable: motivasi wp

13

Sumber : Data primer yang diolah, 2014
Dari tabel 4.8 diatas, angka koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar
0,351. Hal ini berarti bahwa variabel independen pengetahuan wajib pajak,
persepsi penyelewengan pajak dan kecerdasan spiritual terhadap variabel
dependen motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan.
Mempunyai peranan 35.1% secara bersama-sama untuk dapat menjelaskan atau
menerangkan variabel motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakan. Sedangkan sisanya sebesar 64,9% (100% - 35,1%) dijelaskan oleh
variabel lain yang mempengaruhi motivasi wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakan.
Pengujian Hipotesis
Uji f
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas
pengetahuan wajib pajak, persepsi penyelewengan pajak dan kecerdasan spiritual
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel terikat (motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakan). Untuk menguji apakah model linear tersebut sudah tepat atau belum,
maka dilihat membandingkan probabilitas dari hasil pehitungan uji F. Jika nilai
probabilitas menunjukkan nilai < 0,05 maka model dalam regresi tersebut
merupakan model yang fit. Berikut adalah hasil uji F:
Hasil Uji F
ANOVAa
Model
Sum of
Df
Mean
F
Sig.
Squares
Square
Regression
2210.908
3
736.969 27.803 .000b
1
Residual
3869.952
146
26.507
Total
6080.860
149
a. Dependent Variable: motivasi wp
b. Predictors: (Constant), kecerdasan spiritual, pengetahuan wp, persepsi pp
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014
Berdasarkan tabel 4.7 nilai F hitung sebesar 27.803 dengan tingkat
signifikansi 0.000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model tersebut
merupakan model yang fit.
Uji t
Uji hipotesis 1 sampai dengan 3 diuji dengan uji parameter individual (uji
statistik t) yang bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing
variabel independen secara parsial (individu) terhadap variabel dependen. Nilai
dari uji t dilihat p-value (pada kolom sig) pada masing-masing variabel
independen. Jika nilai p-value lebih kecil dari level of signifikan 0,05. Hasil dari
analisis adalah sebagai berikut:

14

Uji t
Model

Coefficientsa
Unstandardized
Standardize
Coefficients
d
Coefficients
B
Std. Error
Beta
7.671
3.434
.353
.068
.371
.241
.073
.242
.208
.089
.177

(Constant)
pengetahuan wp
1
persepsi pp
kecerdasan
spiritual
a. Dependent Variable: motivasi wp

t

2.234
5.176
3.283
2.327

Sig.

.027
.000
.001
.021

a. Dari tabel 4.10, nilai t-hitung pengetahuan wajib pajak (X1) adalah
sebesar 2,2234 dan nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000. Hal
ini menunjukkan bahwa variabel pengetahuan wajib pajak berpengaruh
positif dan signifikan terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakan.
b. Dari tabel 4.10, nilai t-hitung persepsi penyelewengan pajak (X2) adalah
sebesar 5,176 dan nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,001. Hal
ini menunjukkan bahwa variabel persepsi penyelewengan pajak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakan.
c. Dari tabel 4.10, nilai t-hitung kecerdasan spiritual (X3) adalah sebesar
2,327 dan nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,021. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel kecerdasan spiritual berpengaruh positif dan
signifikan terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakan.
Pembahasan
Berdasarkan penyajian data hasil penelitian beserta pengolahannya yang
bersumber dari hasil koesioner yang disebarkan di Kecamatan Semarang Selatan
pada tahun 2014, maka akan dibahas hasil penelitian sesuai dengan hasil
permasalahan yang diajukan. Gambaran tentang motivasi wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakan yang diberikan oleh wajib pajak di Kecamatan
Semarang Selatan, dapat dijelaskan dari hasil uji descriptive statistics diketahui
bahwa rata-rata motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan
sebesar 37.7400 atau 377,400% dari total motivasi wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakan. Dapat disimpulkan bahwa tingkat motivasi wajib pajak
dalam memenuhi kewajiban perpajakan di Semarang sudah termasuk tinggi.
Sedangkan pengaruh pengetahuan wajib pajak, persepsi penyelewengan pajak dan
kecerdasan spiritual terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakan adalah sebagai berikut:

15

Dalam pengujian secara simultan, tingkat pengaruh variabel independen
pengaruh pengetahuan wajib pajak, persepsi penyelewengan pajak dan kecerdasan
spiritual terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan
yang ditemukan cukup tinggi yaitu 35,1% (Adjusted R² = 0,351 ). Dapat
disimpulkan bahwa secara simultan pengetahuan wajib pajak, persepsi
penyelewengan pajak dan kecerdasan spiritual mampu mempengaruhi tingkat
motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan sebesar 35,1%.
Sisanya sebesar 64,9% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang
digunakan. Kemudian dilihat dari signifikansinya, secara simultan variabel yang
digunakan berpengaruh secara segnifikan dengan nilai F sebesar 27.803 dengan
signifikansi sebesar 0,000. Dalam pengujian secara parsial tiga pengetahuan wajib
pajak, persepsi penyelewengan pajak dan kecerdasan spiritual berpengaruh
signifikan terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan.
Pembahasan masing-masing variabel dalam pengujian secara parsial adalah
sebagai berikut:
a.

Pengetahuan Wajib Pajak
Pengetahuan adalah peringatan tentang suatu yang spesifik, universal,
metode, proses-proses, pola dan struktur sumber. Pengingatan tentang sesuatu
melibatkan pemikiran terhadap kondisi riil. Pengetahuan dipengaruhi oleh banyak
hal, antara lain faktor pendidikan formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu
objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini
akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif makin positif
terhadap objek tertentu (Fidel, 2004). Hasil penelitian menunjukkan pengaruh
positif dan signifikan terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakan dengan nilai t = 5,176 dengan signifikansi 0,000. Terbukti bahwa
terdapat paengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakan. Dengan demikian berarti bahwa pengetahuan
wajib pajak akan mempengaruhi secara signifikan terhadap motivasi wajib pajak
dalam memenuhi kewajiban perpajakan pada wajib pajak di kecamatan Semarang
Selatan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fidel
(2004).
b.
Persepsi penyelewengan pajak
Penyelewengan pajak adalah sikap, cara, proses menyimpang atau
penyalahgunaan dana yang dilakukan oleh mafia pajak terhadap dana pajak yang
dibayar oleh wajib pajak yang diukur dengan menggunakan instrumen kuisioner
yang digunakan penelitian terdahulu yang dikembangkan oleh Kusumaningtyas
(2011). Instrumen tersebut terdiri dari pertanyaan-pertanyaan mengenai informasi
yang berhubungan dengan penyelewengan pajak dengan indikator informasi,
pristiwa, penting, menarik, fakta dan efek dari penyelewengan pajak. Hasil
penelitian menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi wajib
pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan dengan nilai t = 3.283 dengan
signifikansi 0,001. Terbukti bahwa terdapat paengaruh positif dan signifikan
terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Dari hasil
penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa persepsi penyelewengan pajak akan

16

mempengaruhi terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakan pada wajib pajak di kecamatan Semarang.
c.
Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan
memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan
perilaku dan hidup seseorang dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,
kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
bermakana dibandingkan dengan yang lain (Zohar dan Marshall, 2001).
Kecerdasan spiritual adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ
dan EQ secara efektif. Kecerdasan spiritual yang baik dapat dilihat dari
ketuhanan, kepercayaan, kepemimpinan pembelajaran, berorientasi masa depan,
dan keteraturan. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual
yang tinggi akan memotivasi diri untuk lebih giat membayar pajak karena yang
memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi, memiliki sosial yang tinggi, sehingga
memiliki motivasi untuk selalu berperan dalam bermasyarakat dan memiliki
kreativias yang tinggi pula. Dalam penelitian ini, ukuran kecerdasan spiritual.
Hasil penelitian menunjukkan pengaruh positiff dan signifikan terhadap
motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan dengan nilai t =
2.327 dengan signifikansi 0,021. Terbukti bahwa terdapat paengaruh positif dan
signifikan terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan.
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan kecerdasan spiritual terdapat pengaruh
positif dan signifikan terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakan. Dengan demikian berarti bahwa kecerdasan spiritual akan
mempengaruhi secara signifikan terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakan pada wajib pajak di kecamatan Semarang Selatan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zohar dan Marshall
(2001).
Implikasi
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan diatas,
maka terdapat beberapa implikasi yang ditemukan yang dapat menambah
informasi. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pengetahuan wajib pajak
berpengaruh positif terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakan dikarenakan semakin tinggi pengetahuan wajib pajak maka motivasi
wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan akan semakin meningkat
karena para wajib pajak memahami akan pentingnya pembayaran pajak.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa persepsi penyelewengan pajak
berpengaruh positif terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakan dikarenakan meskipun wajib pajak memiliki persepsi bahwa dana
kemungkinan akan diselewengkan tetapi tidak akan mengubah ketentuan UU
perpajakan yang mewajibkan para wajib pajak tetap membayar pajak.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kecerdasan spiritual
berpengaruh positif terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakan dikarenakan semakin tinggi kecerdasan spiritual maka wajib pajak
sadar akan kewajibannya sebagai warga negara yang baik.

17

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap 103 wajib pajak
dikota semarang selatan tahun 2014, tentang pengaruh pengetahuan wajib pajak,
persepsi penyelewengan pajak dan kecerdasan spiritual Terhadap motivasi wajib
pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. pengetahuan wajib pajak berpegaruh positif dan signifikan terhadap
motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Dengan
demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh antara
pengetahuan wajib pajak terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakan disalurkan diterima.
2. Persepsi penyelewengan pajak berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh
antara persepsi penyelewengan pajak terhadap motivasi wajib pajak
dalam memenuhi kewajiban perpajakan disalurkan diterima.
3. kecerdasan spiritual berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi
wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Dengan demikian
hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh antara kecerdasan
spritual terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakan Disalurkan diterima.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disampaikan beberapa saran yaitu
sebagai berikut :
a. Untuk Direktorat Jendral Pajak di kota Semarang :
1. Sebaiknya lebih intensif memberikan penyuluhan kepada wajib pajak, dan perlu
ditingkatkan secara terus menerus karena pengetahuan terbukti memiliki
hubungan positif dan signifikan dengan motivasi patuh membayar pajak.
Penyuluhan tersebut diberikan sesuai perkembangan atau perubahan peraturan
perpajakan. Selain itu, juga perlu sesekali diselenggarakan pelatihan cara
menghitung dan mengisi formulir pajak kepada wajib pajak tanpa dipungut
biaya.
2. Penyelewengan pajak yang dilakukan oleh mafia pajak seharusnya ditindak
dengan tegas sehingga tidak ada lagi bermunculan mafia-mafia pajak lainya
karena penyelewengan pajak terbukti memiliki hubungan positif dan signifikan
dengan motivasi patuh membayar pajak, maka jika ingin meningkatkan
motivasi wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakanya dengan
sukarela maka harus menghilangkan budaya penyelewengan pajak.
3. Kecerdasan spiritual , terutama pada aspek-aspek yang dipersepsi oleh wajib
pajak belum maksimal upaya peningkatannya dengan memberikan reward
khusus kepada wajib pajak yang patuh membayar pajak .
b. Untuk wajib pajak :

18

Pengetahuan wajib pajak tentang peraturan perpajakan perlu dipupuk dan
ditingkatkan antara lain melalui kegiatan penyuluhan secara intensif. Dalam hal
ini materi penyuluhan harus memuat paraturan-peraturan perpajakan lengkap
dengan segala aplikasi dan konsekuensi yuridisnya.
Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini masih terdapat banyak keterbatasan antara lain :
1. Penelitian ini hanya menggunakan sampel 150 responden wajib pajak
yang memeiliki NPWP dikota Semarang ,sampel yang digunakan penulis
masih sangat kurang, masih banyak wajib pajak yang memeiliki NPWP
yang penulis belum sempat diteliti.
2. Keterbatasan waktu dalam melakukan penelitian sehingga mengakibatkan
peneliti tidak bisa mendapatkan hasil yang maksimal.
3.
Agenda penelitian selanjutnya
Dari analisa dan pembahasan yang telah diuraikan dimuka, diharapkan agenda
penelitian mendatang antara lain :
1. Penulis mengharapkan partisi pasiaktif peneliti berikutnya untuk meneliti
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakan.
2. Penulis mengharapkan penelitian selanjutnya dapat memperluas wilayah
cangkupan agar diperoleh hasil penelitian yang tingkat generalisasinya
lebih tinggi dan dapat menggunakan lebih banyak sampel untuk dapat
memperoleh hasil yang lebih akurat mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakan.

19

DAFTAR PUSTAKA
Artikel, 2008, Teori Motivasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, diakses 1
Juli 2012, (http://social-pajak.blogspot.com/2008/04/pengaruh
teori motivasi terhadap.html)
,
Darmoyuwono,Winarno.”Rahasia kecerdasan spiritual” . PT. Sangran paran
media,Jakarta,2008.
Dunia baca, Definisi Pengetahuan Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pengetahuan, diakses 1 Juli 2012.
Ghoni, Husen Abdul. (2012). ―Pengaruh Motivasi dan Pengetahuan Wajib
Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Daerah‖. Minor thesis. Universitas
Negeri Surabaya.
http://nasional.kompas.com/read/2011/05/23/15433162/Kasus.Gayus.Hanya.Pelang
garan.Perpajakan.
http://duniabaca.com/definisi-pengetahuan-serta-faktor-faktor-yangmempengaruhi-pengetahuan.html) International Accounting, Auditing and
Taxation 15, 150 169.Jatim .Jurnal Keuangan Publik.kesadaran,pelayanan,
kepatuhan wajib pajak,dan pengaruhnya terhadap kinerja.
http://www.djpp.depkumham.go.id/files/jurnal/Vol8No1/Artikel.pdf , diakses 18
Juli 2012)
Keen, Michael dan Stephen Smith. 2006. VAT Fraud and Evasion: What
Do We Know and What Can We Done? National Tax Journal.
Khairuddin. 1997. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta. Liberty
Kompas.com,2011,Tingkat Kepatuhan Pajak Masyarakat Rendah (http://megapoli
tan.kompas.com/read/2011/09/30/11543120/Tingkat.Kepatuhan.Pajak.M
asyarakat.Rendah, diakses 21 Juli 2012) KPP Pratama Mojokerto, 2012,
Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar tahun 2008-2011.
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Edisi 3.
Erlangga. Jakarta.
Kusumaningtyas, Dieta. 2011. Pengaruh pemberitaan kasus mafia pajak di media
massa terhadap perilaku wajib pajak dalam membayar pajak
penghasilan. Skripsi-S1 UPN. penerimaan pajak:Suatu survey
diwilayah.
Kahono, Sulud. 2003. Pengaruh Sikap Wajib Pajak Teerhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Dalam Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan(Studi Empiris di
Wilayah KP.PBB Semarang).Tesis Universitas Diponegoro.
Luiyanto Yamin,Titi Muswati Putranti. (2009). Model Penyelewengan Pajak
Menggunakan Faktur Pajak Fiktif.
Richardson,G.2006. Determinants of Tax Evasion: A Cross Country Investigation.
R.A.Fabiola Meirnayati. 2005. Analisis Pengaruh Kecerdasan Intelektual,
Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan.
Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang

20

Sumardjo dan Saharudin. 2003. Metode-metode Partisipatif dalam Pengembangan
Masyarakat. Bogor : IPB press.
Subiyantoro. (2006). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Wajib Pajak
Patuh Membayar Pajak Studi Kasus Pada Pedagang Pasar Pramuka
Jakarta Timur. Tesis. Universitas Indonesia
Sumantry, Deden 2011, ‘Reformasi Perpajakan Sebagai Perlindungan Hukum
Yang Seimbang Antara Wajib Pajak Dengan Fiskus Sebagai Pelaksanaan
Terhadap Undang-Undang Perpajakan Tax Reform As A Balanced Legal
Protection Between Taxpayers And The Tax Authorities As The
Implementation Of Taxation Law’, Jurnal Legislasi Indonesia, vol. 8, no.
1,hal.13-28
Supriyati dan Nur Hidayati, 2007, ‘Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Persepsi
Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak’, Jurnal Akuntansi dan
Teknologi Informasi , Vol. 7, No. 1, hal 41-50.
Supriyati, 2009, Dampak Motivasi dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak
Suryadi. 2006. Model hubungan kausal kesadaran, pelayanan, kepatuhan wajib
pajak dan pengaruhnya terhadap kinerja penerimaan pajak. Jurnal
Keuangan Publik. No. 1 Vol. IV. Sidoarjo.
Suyatmin. 2004, “Pengaruh Sikap Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Dalam Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (Studi Empiris Diwilayah
KP.PBB Surakarta). Skripsi Universitas Diponegoro:Semarang.
Sartika” Pengaruh kecerdasan spiritual ,kinerja pelayanan pajak dan ketegasan
sanki perpajakan terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakan “ Skripsi fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta,2008.
Unti Ludigdo. 2006. Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan
Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi
Pada Perguruan Tinggi Negeri di Kota Makassar). Prosiding Simposium
Nasional Akuntansi 9 Padang 23-26 Aguatus 2006.
Tempo,2009,‘Penerimaan Pajak’, diakses 2 Agustus 2012).www.digilib.ui.ac.id/fi
le?file=pdf/abstrak-109313.pdf
Torgler, Benno. 2005. Tax Morale in Latin America. Public Choice, Vol. 122, No.
1/2.