ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA TELINGA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN TRAUMA TELINGA

Di Susun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Siska Rohma Fadila
Rochana Oktafiani
Siti Aisyah
Arif nur sholeh
Erika Yunita Kusuma W.
Eva Rahayu
Muhammad Rizal Fanani

Yuyun Maisyarotin
Putri Langgangsari

(201304041)
(201304048)
(201304051)
(201304020)
(201304054)
(201304061)
(201304066)
(201304073)
(201304101)

AKADEMI KEPERAWATAN
BINA SEHAT PPNI KABUPATEN MOJOKERTO
2014 – 2015

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
pertolonganNya kami dapat menyelesaiakan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
pada klien dengan Trauma Telinga” Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami
alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Makalah ini Kami susun guna membantu rekan-rekan mahasiswa lainnya dalam
mempelajari salah satu mata kuliah yakni Keperawatan Medikal Bedah 1 walaupun
pembahasannya masih dalam batasan yang umum saja.
Tak lupa Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah 1 yang telah memberikan motivasi kepada kelompok kami dalam
menyelesaikan tugas dan juga kepada rekan-rekan sekalian yang telah membantu dalam
proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
beberapa kekurangan. Oleh karena itu, Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan dan penyempurnaan dalam penyusunan makalah selanjutnya.

Mojokerto, 11 Oktober 2014
Penulis

2


DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................................................1
Kata pengantar ......................................................................................................................2
Daftar isi ................................................................................................................................3
BAB 1. Pendahuluan .............................................................................................................4
A. Latar belakang .............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan .........................................................................................................5
BAB 2. Tinjauan Teori ............................................................................................................6
I. Tinjauan teori ..............................................................................................................6
II. Etiologi ........................................................................................................................6
III. Patofisiologi ................................................................................................................7
IV. Klasifikasi ...................................................................................................................8
V. Manifestasi klinis ........................................................................................................8
VI. Komplikasi ..................................................................................................................9
VII. Pemeriksaan penunjang ..............................................................................................10
VIII. Penatalaksanaan ..........................................................................................................10
IX. Pencegahan ..................................................................................................................11
X. Konsep Asuhan Keperawatan .....................................................................................12

BAB 3. Tinjauan Kasus ..........................................................................................................15
BAB 4. Penutup ......................................................................................................................21
A. Kesimpulan .................................................................................................................21
B. Saran ...........................................................................................................................21
Daftar Pustaka ........................................................................................................................22

3

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk
keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar,
telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar berfungsi menangkap getaran bunyi, dan
telinga tengah meneruskan getaran dari telinga luar ke telinga dalam. Reseptor yang ada
pada telinga dalam akan menerima rarigsang bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke
otak untuk diolah. Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan
untuk keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga
luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar berfungsi menangkap getaran bunyi,
dan telinga tengah meneruskan getaran dari telinga luar ke telinga dalam. Reseptor yang

ada pada telinga dalam akan menerima rarigsang bunyi dan mengirimkannya berupa
impuls ke otak untuk diolah.
Trauma telinga adalah kompleks, sebagai agen berbahaya yang berbeda dapat
mempengaruhi berbagai bagian telinga. Para agen penyebab trauma telinga termasuk
faktor mekanik dan termal, cedera kimia, dan perubahan tekanan. Tergantung pada jenis
trauma, baik eksternal, tengah, dan / atau telinga bagian dalam bisa terluka.

B. RUMUSAN MASALAH
1.

Apa pengertianTrauma telinga ?

2.

Apa etiologi Trauma telinga ?

3.

Apa saja patofisiologi dari Trauma telinga ?


4.

Apa klasifikasi dari Trauma telinga ?

6.

Apa saja manifestasi klinis Trauma telinga ?

7.

Apa komplikasi dari Trauma telinga ?

8.

Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Trauma telinga ?

9.

Bagaimana penatalaksanaan dari Trauma telinga ?


10. Bagaimana pencegahan dari Trauma telinga ?

4

C. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan Trauma
telinga.
b. Tujuan Khusus
Secara khusus ''Asuhan Keperawatan Klien dengan Trauma telinga'', ini disusun supaya
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian Trauma telinga
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi Trauma telinga
3. Mahasiswa dapat mengetahui menifestasi klinis dari Trauma telinga
4. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi Trauma telinga
5. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi Trauma telinga
6. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang Trauma telinga
7. Mahasiswa dapat mengetahui pencegahan dan penatalaksanaan dari Trauma telinga
8. Mahasiswa dapat mengetahui konsep asuhan keperawatan Trauma telinga

5


BAB I
TINJAUAN TEORI
I. DEFINISI
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran
dan keseimbangan) . Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan
pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara
tergantung pada kemampuan mendengar.
Trauma telinga adalah kompleks, sebagai agen berbahaya yang berbeda dapat
mempengaruhi berbagai bagian telinga. Para agen penyebab trauma telinga termasuk faktor
mekanik dan termal, cedera kimia, dan perubahan tekanan. Tergantung pada jenis trauma,
baik eksternal, tengah, dan / atau telinga bagian dalam bisa terluka.
1. Trauma telinga adalah trauma yang dapat terjadi berbagai cidera traumatika yang nyeri
pada aurikula, meatus akustikus eksterna dan membran timpani. (Cody, Kern, Pearson.
1991: 104)
2. Trauma telinga tengah adalah perforasi membran timpani yang dapat disebabkan oleh
perubahan tekanan mendadak-barotrauma, trauma ledakan-atau karena benda asing
dalam liang telinga (aplikator berujung kapas, ujung pena, klip kertas, dll). (Adams.
1997: 95)

3. Trauma telinga adalah tuli yang disertai gambaran atoskopik yang dapat disebabkan oleh
berbagai jenis trauma, meliputi kompresi udara mendadak, udara di meatus akustikus
eksternus, masuknya benda asing ke dalam telinga mserta trauma kapitis yang
menyebabkan fraktura os temporale. (Cody, Kern, Pearson. 1991: 90)
4. Trauma pada sistem pendengaran adalah trauma pada daun telinga yang dapat terjadi
pada waktu bertinju atau akibat kecelakaan.(Harold. 1992)
II. ETIOLOGI
1.

Menurut Soepardi (2000: 30), penyebab utama dari trauma telinga antara lain:

6

a.

Kecelakaan lalu lintas

b.

Perkelahian


c.

Kecelakaan dalam bidang olahraga

d.

Luka tembak

e.
2.

Kebiasaan mengorek kuping

Menurut Cody, Kern, Pearson (1991: 90), penyebab utama trauma telinga yaitu:

3.

a.


Kompresi mendadak udara di liang telinga.

b.

Adanya benda-benda asing (misal: kapas lidi atau ranting-ranting pohon).

c.

Trauma kapatis yang menyebabkan fraktur os temporale.

Menurut Adams (1997: 84, 95, 131), penyebabnya antara lain:
a.

Kebiasaan mengorek kuping dengan jari atau suatu alat seperti jepit rambut/klip
kertas.

b.

Perubahan tekanan mendadak-barotrauma, trauma ledakan- atau karena benda
asing dalam liang telinga (aplikator berujung kapas, ujung pena, klip kertas, dll).

c.

Terpapar bising/suara industri yang berintensitas tinggi dan lamanya paparan.

III. PATOFISIOLOGI
Tuli yang disertai gambaran otoskopik dapat disebabkan oleh berbagai jenis trauma,
meliputi kompresi mendadak udara di meatus akustikus eksternus, masuknya benda asing
ke dalam telinga serta trauma kapitis yang menyebabkan fraktura os temporale. Penyebab
yang pertama, kompresi mendadak udara di liang telinga. Suatu kejadian yang tampaknya
ringan, seperti tamparan pada telinga mungkin cukup menyebabkan ruptura membran
timpani. Pasien akan mengalami nyeri telinga yang hebat dan terdapat perdarahan yang
bervariasi pada tepi perforasi. Dapat timbul tuli konduktif dengan derajat yang tergantung
atas ukuran dan lokasi perforasi.
Penyebab yang kedua yaitu masuknya benda-benda asing, seperti kapas lidai atau
ranting-ranting pohon, bila masuk ke dalam meatus akustikus eksternus dapat menimbulkan
cidera yang terasa nyeri, bervariasi dari laserasi kulit liang telinga sampai destruksi total
teinga dalam. Pada trauma hebat, dapat terjadi perforasi membran timpani disertai
perdarahan dan disrupsi tulang-tulang pendengaran, serta pasien akan mengalami episode
vertigo hebat berlarut-larut disertai gejala penyertanya, yang menunjukkan terkenanya
telinga dalam. Trauma yang kurang berat yang menyebabkan tuli konduktif berupa perforasi
membran timpani dengan atau tanpa dislokasi tulang-tulang pendengaran. (Cody, Kern,
Pearson, 1991: 90)

7

IV. KLASIFIKASI
Menurut Soepardi (2000: 30-31) dan Harold (1992):
1. Trauma Daun Telinga (liang telinga luar)
Trauma daun telinga mungkin dapat terjadi pada waktu bertinju atau akibat suatu
kecelakaan, akibatnya timbul hematom di bawah kulit. Apabila hal ini terjadi, maka
diperlukan beberapa kali aspirasi untuk mencegah terjadinya deformitas pada daun
telinga (couliflower ear).
Sebagai akibat timbulnya proses organisasi bekuan darah di bawah kulit. Yang sering
ditemui adalah edem laserasi, hilangnya sebagian atau seluruh daun telinga dan
perdarahan. Pada pemeriksaan ditemukan rasa sakit, edema yang hebat pada liang telinga
sering menyebabkan gangguan pendengaran, laserasi, luka robek dan hematom.
Hematom terbentuk di antara perikondrium dan kondrium.
2. Trauma Os Temporal
Pada beberapa jenis trauma dapat menyebabkan depresi mendadak pada fungsi
vestibular, dengan akibat terjadi episode vertigo hebat yang berlarut-larut. Suatu
kecelakaan selama tindakan untuk memperbaiki tuli konduktif atau untuk menghilangkan
penyakit ini di celah telinga tengah dapat menyebabkan kerusakan telinga dalam. Pada
trauma tulang temporal terdapat hematom, laserasi atau luka tembak. Pada permukaan
radiologi terlihat garis fraktur. Garis fraktur dapat longitudinal, transversal atau
campuran. Fraktur longitudinal ditemukan pada 8 % kasus akan merusak struktur telinga
tengah sehingga terjadi tuli konduktif akibat dislokasi tulang-tulang pendengaran. Terjadi
perdarahan pada meatus akustikus eksternus. Bila terdapat cairan serebrospinal
merupakan tanda adanya fraktur basil krani, pada kasus ini jarang terjadi kontusio telinga
dalam.
Fraktur transversal ditemukan pada 20 % kasus, mengenai os petrosum, telinga dalam
sehingga terjadi sensory-neural hearing loss, vertigo dan ditemukan timpanum.
V. MANIFESTASI KLINIS
1.

Menurut Soepardi (2000: 30), manifestasi klinik trauma telinga antara lain:
a. Edema
b. Laserasi
c. Luka robek
d. Hilangnya sebagian/seluruh daun telinga
e. Perdarahan

8

f. Hematom
g. Nyeri kepala
h. Nyeri tekan pada kulit kepala
i.
2.

Fraktur tulang temporal

Menurut Adams (1997: 95), manifestasi klinik trauma telinga antara lain:
a.

Nyeri

b.

Sekret berdarah dari telinga

c.

Gangguan pendengaran

d.

Gangguan kesadaran

e.

Hematoma subdural/epidural/kontusi

VI. KOMPLIKASI
1.

Tuli Konduktif
Terjadi karena adanya perforasi membran timpani dengan atau tanpa dislokasi tulangtulang pendengaran.

2.

Paralisis Wajah Unilateral
Terjadi karena trauma yang mengenai nervus fasialis di sepanjang perjalanannya
melalui os temporale sehingga dapat menyebabkan paralisis wajah unilateral.

3.

Vertigo Hebat
Disebabkan oleh berbagai jenis trauma yang dapat menyebabkan depresi mendadak
pada fungsi vestibular, sehingga terjadilah vertigo yang mendadak, hebat dan berlarutlarut.

4.

Kehilangan Kesadaran
Terjadi karena kehilangan fungsi vestibular unilateral mendadak dan biasanya
cideranya cukup hebat sehingga pasien akan mengalami periode kehilangan kesadaran.

5.

Nistagmus
Nistagmus merupakan sesuatu yang khas bagi kehilangan fungsi vestibular unilateral
mendadak.(Cody, Kern, Pearson. 1991: 23)

9

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
I. Pemeriksaan dengan Otoskopik
Mekanisme :
-Bersihkan serumen
-Lihat kanalis dan membran timpani
Interpretasi :
- Warna kemerahan, bau busuk dan bengkak menandakan adanya infeksi
- Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan darah dibelakang gendang.
- Kemungkinan gendang mengalami robekan.
II. Pemeriksaan Ketajaman
Test penyaringan sederhana:
-Lepaskan semua alat bantu dengar
-Uji satu telinga secara bergiliran dengan cara tutup salah satu telinga
-Berdirilah dengan jarak 30 cm
-Tarik nafas dan bisikan angka secara acak (tutup mulut)
-Untuk nada frekuensi tinggi: lakukan dgn suara jam
III. Uji Ketajaman Dengan Garpu Tala
Uji weber:
-Menguji hantaran tulang (tuli konduksi)
-Pegang tangkai garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
-Letakan tangkai garpu tala pada puncak kepala pasien.
-Tanyakan pada pasien, letak suara dan sisi yang paling keras.
VIII. PENATALAKSANAAN
·

Pasien diistirahatkan duduk atau berbaring

·

Atasi keadaan kritis ( tranfusi, oksigen, dan sebagainya )

·

Bersihkan luka dari kotoran dan dilakukan debridement,lalu hentikan perdarahan

·

Pasang tampon steril yang dibasahi antiseptik atau salep antibiotik.

·

Periksa tanda-tanda vital

·

Pemeriksaan otoskopi secara steril dan dengan penerangan yang baik, bila mungkin
dengan bantuan mikroskop bedah atau loup untuk mengetahui lokasi lesi.

10

·

Pemeriksaan radiology bila ada tanda fraktur tulang temporal. Bila mungkin langsung
dengan pemeriksaan CT scan.

IX. PENCEGAHAN
Higienisitas yang baik seperti mencuci tangan secara teratur, dapat mencegah terjadinya
infeksi aurikula, pasien dilarang menyentuh telinganya dan kuku harus dipotong pendek.
(Helmi Sosialisman dkk,2004)

11

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA TELINGA
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
a. Riwayat kesehatan


Keluhan Utama
Biasanya klien mengeluh adanya nyeri, apalagi jika daun telinga disentuh.
Didalam telinga terasa penuh karena adanya penumpukan serumen atau disertai
pembengkakan.Terjadi gangguan pendengaran dan kadang-kadang disertai
demam.Telinga juga terasa gatal.



Riwayat penyakit sekarang
Waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status kesadaran saat
kejadian, pertolongan segera yang diberikan setelah kejadian



Riwayat penyakit dahulu
Pernah mengalami nyeri pada telinga sebelumnya.



Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada salah satu keluarga yang mengalami sakit telinga.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Inspeksi keadaan umum telinga, pembengkakan pada MAE (meatusauditorius
eksterna) perhatikan adanya cairan atau bau, warna kulit telinga,penumpukan
serumen, tonjolan yang nyeri dan berbentuk halus, serta adanya peradangan.
2. Palpasi
Palpasi, Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon
nyeridari klien, maka dapat dipastikan klien menderita otitis
eksternasirkumskripta (furunkel).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
2.Gangguan sensori persepsi (auditori) berhubungan dengan perubahan sensori persepsi
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi tentang
penyakit, pengobatan.

12

C. INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam rasa nyeri pasien
dapat berkurang,
Kriteria hasil:
o Melaporkan nyeri berkurang / terkontrol.
o Menunjukkan ekspresi wajah / postur tubuh rileks.
INTERVENSI :
1. Observasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas skala nyeri
(0-5)
R/. Dapat mengidentifikasi terjadinya komplikasi dan untuk intervensi selanjutnya.
2. Ajarkan tehnik relaksasi progresif, nafas dalam guided imagery.
R/. Membantu klien untuk mengurangi persepsi nyeri atau mangalihkan perhatian
klien dari nyeri.
3. Kolaborasi: Berikan obat analgetik sesuai indikasi
R/. Membantu mengurangi nyeri
2. Gangguan sensori persepsi (auditori) berhubungan dengan perubahan sensori
persepsi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1 x 24 jam diharapkan ketajaman pendengaran
pasien meningkat
KriteriaHasil :
 Pasien dapat mendengar dengan baik tanpa alat bantu pendengaran
 mampu menentukan letak suara dan sisi paling keras dari garputala
 membedakan suara jam dengan gesekan tangan
 Pasien tidak meminta mengulang setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya
INTERVENSI :
1. Observasi ketajaman pendengaran, catat apakah kedua telinga terlibat.
R/. Mengetahui tingkat ketajaman pendengaran pasien dan untuk menentukan
intervensi selanjutnya.

13

2. Berikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau, jika diperlukan seperti musik
lembut.
R/. Membantu untuk menghindari masukan sensori pendengaran yang berlebihan
dengan mengutamakan kualitas tenang.
3. Anjurkan pasien dan keluarganya untuk mematuhi program terapi yang diberikan
R/. Mematuhi program terapi akan mempercepat proses penyembuhan.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
tentang penyakit, pengobatan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, diharapkan terjadi
peningkatan pengetahuan mengenai kondisi dan penanganan yang
bersangkutan
Kriteria hasil :
o Melaporkan pemahaman mengenai penyakit yang dialami
o Menanyakan tentang pilihan terapi yang merupakan petunjuk kesiapan belajar
INTERVENSI :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien.
R/. Mengetahui tingkat pemahaman dan pengetahuan pasien tentang penyakitnya
serta indikator dalam melakukan intervensi
2. Berikan informasi pada pasien tentang perjalanan penyakitnya.
R/. Meningkatkan pemahaman klien tentang kondisi kesehatan
3. Berikan penjelasan pada pasien tentang setiap 1 tindakan keperawatan yang
diberikan
R/. Mengurangi tingkat kecemasan dan membantu meningkatkan kerjasama dalam
mendukung program terapi yang diberikan

14

BAB II
TINJAUAN KASUS

Seorang anak lelaki umur 16 tahun datang ke unit gawat darurat dengan keluhan selama 1
minggu terakhir bahwa telinga kanan rasa penuh adanya serumen dan pendengaran yang
terganggu. Terdapat riwayat telinga kanan tertampar sewaktu bercanda 2 jam yang lalu.Sejak
itu telinga rasa berdengung, tidak ada rasa pusing ataupun mual.Pada pemeriksaan fisik
telinga kanan tampak ruptur membran timpani dengan tepi yang tidak rata dengan sedikit
bercak darah disekitarnya. Uji Penala: Rine negatif pada telinga kanan dan Rine positif di
telinga kiri. Weber lateralisasi ke telinga kanan
Diagnosis: Trauma membran timpani
1.

Pengkajian
A. Identitas Pasien
Tgl. Pengkajian

: 13 Oktober 2014

Nama

: An. L

Usia

: 16 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Pendidikan

: SMP

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Tidak ada

Alamat

: Jl. Jabon

Tgl masuk

: 13 Oktober 2014

Ruang

: Poli THT

Diagnosa Medis

: Trauma Membran Timpani

Penanggung Jawab

15

Nama

: Tn. P

Hubungan dengan klien

: Ayah klien

Pekerjaan

: Wiraswasta

Alamat

: Jl Jabon

B. Riwayat kesehatan


Keluhan Utama
An. L sering mengeluh telinga kanan berdengung



Riwayat penyakit sekarang
An. L mengatakan bahwa sakitnya sudah 1 minggu terakhir ini dan An. L
juga merasakan di dalam telinga terasa penuh karena adanya penumpukan
serumen dan pendengaran terganggu



Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan tidak pernah rawat inap di rumah sakit karena tidak
pernah mengalami penyakit yang parah sebelumnya, paling hanya sakit ringan
yaitu demam, flu.



Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada salah satu keluarga yang mengalami sakit telinga.

C. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum : klien dalam kondisi baik namun ruptur pada membran timpani
 Pemeriksaan B1-B6
1.

2.

Pemeriksaan B1 (Breathing)
o Hidung

: tidak ada kotoran / bersih, tidak ada pendarahan

o SuaraTambahan

: tidak ada suara tambahan

o Bentuk dada

: normal (simetris antara kanan dan kiri)

Pemeriksaan B2 (Bleeding)
o Nyeri dada (-)
o pusing (-)
o Sakit Kepala (-)
o Suara jantung : Normal
o Ascites (-)

3. Pemeriksaan B3 (brain)
o Kesadaran

: Composmentis

o Kepala dan wajah : Tidak ada kelainan

16

o Mata

: Sclera (Icterus), Pupil ( Isokor ), palpebra tidak odema

o Leher

: Bentuk normal, Tidak ada pembengkakan

o Pendengaran

: Sebelah Kanan : Pendengarana terganggu. Klien

mengeluh telinga kanan berdengung, Sebelah Kiri : Normal

4.

o Penciuman

: Normal

o Pengecapan

: Normal

o Penglihatan

: Tidak ada gangguan penglihatan

o Perabaan

: Normal

Pemeriksaan B4 (Bladder)
o Produksi Urine

: normal

o Warna

: Kuning, beraroma amoniak (normal)

o Tidak ada permasalahan dengan sistim perkemihan.
5.

Pemeriksaan B5 (Bowel)
o Mulut dan tenggorokan

: Bersih tidak ada tanda radang dan kelainan

o Abdomen

: Tidak ada kelainan

o BAB

: 2 kali/hari

6. Pemeriksaan B6 (Bone)
o Kemampuan pergerakan sendiri

: bebas

o Extremitas Atas dan bawah

: tidak ada kelainan

o Tulang belakang

: tidak ada kelainan

o Kulit

: Warna kulit putih

o Akral

: Hangat

o Turgor kulit

: Normal

o Tambahan

:Kulit pada daerah telinga kanan terdapat

bercak darah

17

ANALISA DATA
SYMPTOM
DS : Klien mengeluh

ETIOLOGI
perubahan sensori

PROBLEM
Gangguan sensori persepsi

telinga kanan terasa

persepsi

(auditori)

penuh adanya serumen,
pendengaran yang
terganggu, telinga terasa
berdengung
DO : telinga kanan
tampak ruptur membran
timpani dengan tepi yang
tidak rata dengan sedikit
bercak darah
disekitarnya.
Uji Penala: Rine negatif
pada telinga kanan dan
Rine positif di telinga kiri
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan sensori persepsi (auditori) berhubungan dengan perubahan sensori
persepsi ditandai dengan klien mengeluh telinga kanan terasa penuh adanya serumen,
pendengaran yang terganggu, telinga terasa berdengung. Telinga kanan tampak ruptur
membran timpani dengan tepi yang tidak rata dengan sedikit bercak darah
disekitarnya. Uji Penala: Rine negatif pada telinga kanan dan Rine positif di telinga
kiri
3. Intervensi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1 x 24 jam diharapkan ketajaman pendengaran
pasien meningkat
KriteriaHasil :
 Pasien dapat mendengar dengan baik tanpa alat bantu pendengaran

18

 mampu menentukan letak suara dan sisi paling keras dari garputala
 Pasien tidak meminta mengulang setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya

Intervensi :
1. Observasi ketajaman pendengaran, catat apakah kedua telinga terlibat.
R/. Mengetahui tingkat ketajaman pendengaran pasien dan untuk menentukan
intervensi selanjutnya.
2. Berikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau, jika diperlukan seperti musik
lembut.
R/. Membantu untuk menghindari masukan sensori pendengaran yang
berlebihan dengan mengutamakan kualitas tenang.
3. Anjurkan pasien dan keluarganya untuk mematuhi program terapi yang
diberikan
R/. Mematuhi program terapi akan mempercepat proses penyembuhan.
4.

Implementasi
Tanggal
13-1014

Jam
07.00

Implementasi
TTD
1. Mengobservasi ketajaman pendengaran
dan mencatat apakah kedua telinga terlibat
2. Memberikan lingkungan yang tenang dan
tidak kacau, jika diperlukan seperti musik
lembut
3. Menganjurkan pasien dan keluarganya
untuk mematuhi program terapi yang
diberikan

19

5. Evaluasi

Tangga

Evaluasi

l
13-10-

S : An. L mengatakan pendengarannya sudah normal

14

O : - tidak ada serumen
-telinga sudah tidak berdengung
-membran timpani sudah tidak ada bercak darah
disekitarnya
A : Masalah keperawatan pada pendengaran pasien
teratasi
P : Intervensi dihentikan

20

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran
dan keseimbangan) .Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang
dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal
dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui
bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Trauma telingaadalahkompleks, sebagaiagenberbahaya yang berbeda dapat
mempengaruhi berbagai bagian telinga. Para agen penyebab trauma telinga termasuk
faktor mekanik dan termal, cederakimia, dan perubahan tekanan. Tergantung
pada jenis trauma, baikeksternal, tengah, dan / atau telinga bagian dalam bisa terluka.
B. Saran
Mahasiswa harus mampu memahami mengenai pengertian, penyebab,
penatalaksanaan prikondritis, agar dalam menjalankan proses keperawatan dapat
membuat intervensi dan menjalankan implementasi dengan tepat sehingga mencapai
evaluasi dan tingkat kesembuhan yang maksimal pada klienperikondritis. Selain itu
Mahasiswa juga dapat memperbanyak ilmu dengan mengunjungi seminar dan
membaca dari berbagai sumber.

21

DAFTAR PUSTAKA

Adams, George L. (1997). Boles: buku ajar penyakit THT. Jakarta: EGC.
Cody, D Thane, Kern, Eugene & Pearson, W Bruce. (1991). Penyaki ttelinga hidung dan
tenggorokan. Jakarta: EGC.
Doengoes, M.E., Moorhouse, Many Frances, &Geissler, Alice CC. (1999). Rencana asuhan
keperawatan:pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. edisi 3.
Jakarta: EGC.
Haryani, Ani. (2004). Nursing diagnosis a guide to planning care. 4th ed.
Harold, Ludman. (1992). Petunjuk penting pada penyakit THT. Jakarta: Hipokrates.

22

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124