MAKNA CINTA DALAM NOVEL DARI LEMBAH KE C

Jurnal Artikulasi Vo.6 No.2 Agustus 2008 | 206

DAFTAR ISI
SURAT REDAKSI
DAFTAR ISI
1. JUJUR BERMAIN ANGKA DAN KATA = TERAMPIL BERBAHASA
Daeng Nurjamal
199 - 207
2. MAKNA CINTA DALAM NOVEL DARI LEMBAH KE COOLIBAH KARYA TITIS
BASINO: SEBUAH TELAAH SEMIOTIS
Ekarini Saraswati
208 - 216
3. PROBLEMATIK SUBTANSI, CAKUPAN, DAN MATERI AJAR BAHASA
INDONESIA DALAM KURIKULUM SEKOLAH DASAR DAN UPAYA
MENGATASINYA
Supriyadi
217 - 222
4. STRUKTUR DAN MEKANISME PEMERTAHANAN JIWA TOKOH
UTAMA DALAM KUMPULAN CERPEN NYANYIAN IMIGRAN
(KUMPULAN CERPEN BURUH MIGRAN INDONESIA) TELAAH
PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD

Muhammad Adib Fanani
223 - 232
5. ANALISIS BENTUK DAN MAKNA SASTRA LISAN SUMBAWA SAKECO SUKU
SAMAWA DI KABUPATEN SUMBAWADENGAN PENDEKATAN FOKLOR
Zekriady
233 - 241
6. SIKAP HIDUP ORANG JAWA DALAM NOVEL ORANG-ORANG PROYEK
KARYA AHMAD TOHARI (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA)
Eni Mukorimah
242 - 253

v
Jurnal Artikulasi Vo.6 No.2 Agustus 2008 | 207

MAKNA CINTA DALAM NOVEL DARI LEMBAH KE COOLIBAH KARYA TITIS
BASINO: SEBUAH TELAAH SEMIOTIS
Ekarini Saraswati
Universitas Muhammadiyah Malang
Abstrak
Penelitian ini beranjak dari masalah 1) Bagaimanakah makna cinta yang dimunculkan

lewat struktur sastra novel Dari Lembah ke Coolibah karya Titis Basino? Dan 2)Makna cinta
apa saja yang muncul dalam novel Dari Lembah ke Coolibah karya Titis Basino? Untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas yang paling dapat diterima karena faktor
duniawi. Kehidupan seorang nenek yang senantiasa bergelimpangan harta, jarang
menemukan kesusahan sehingga kehidupan ukhrowi tidak begitu melekat dalam dirinya. Ini
dapat dilihat dari penampilan dia sekalipun sudah berhajah tetap memakai baju ketat dan
mini. Demikian juga dengan pembimbing yang senantiasa haus dengan kehidupan duniawani.
Sekalipun telah mempunyai istri dan beranak juga mempunyai mercy masih menginginkan
wanita tua yang berharta. Ini dapat dikatakan untuk menghindari risiko yang lebih parah.
Wanita yang dia dekati orang tua dan janda, tapi berharta dan cantik.Cinta antara mereka
termasuk cinta berahi yang ada pamrih. Sekalipun mereka pada dasarnya merasa berdosa
dengan percintaan antara mereka, namun mereka tetap menjalaninya hingga mengalami
musibah yang menyadarkan kesalahan mereka.
Kata kunci: makna cinta, tokoh utama, semiotik

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Titis Basino merupakan novelis wanita
Indonesia yang cukup diperhitungkan. Dia
telah menulis sejak tahun enam puluhan.

Novelnya ini telah mendapat hadiah sastra
Nusantara.
Adapun beberapa komentar yang
dikemukakan para ahli sastra terhadap novel
Dari Lembah ke Coolibah di antaranya
dikemukakan oleh Sapardi Djoko Damono
dan Korrie Layun Rampan. Menurut Damono
(dalam novel Dari Lembah ke Coolibah )
Titis Basino telah membuat seorang tokoh
wanita seperti halnya tokoh-tokoh cerita yang
dibuat oleh pengarang pria di antaranya Siti
Nurbaya karya Marah Rusli, Tuti, Maria dan

Yah para wanita dalam Layar Terkembang
dan Belenggu.
Menurut Damono,
“Dalam novel ini dia tidak
lagi mengurus dunia perempuan
remaja atau perempuan “rumah
tangga”, tetapi perempuan

setengah tua yang pergi dan
pulang haji yang terlibat dalam
hubungan-hubungan yang pelik
dengan sekitarnya, terutama
dengan laki-laki yang sudah
beristeri, yang susia anaknya. Ini
benar-benar potret otentik
tentang perempuan yang dibuat
seorang perempuan.”

Jurnal Artikulasi Vo.6 No.2 Agustus 2008 | 208

Selanjutnya Korrie Layun Rampan
(dalam novel Dari Lembah ke Coolibah)
menyoroti novel ini dari segi penulisan.
Novel ini ditulis dalam
nada yang intens, cerdas dan
lembut, kadang lucu dengan
humor segar dan tajam, namun
segera mengundang tawa.

Kisahnya kisah romantis yang
dijalin dalam nuansa rohani,
diangkat dari pengalaman fisik
dan batin seorang wanita yang
sudah matangusia. Segala yang
unik danpeka diangkat dengan
cara sensitif, menjadikan
pengalaman-pengalaman pribadi
menjadi pengalaman manusiawi
universal. Seluruh kisah
merupakan romantisme puistis,
dijalin dalam narasi yang liris
dan plastis, diselingi dialogdialog yang lincah danbernas.
Cinta, peristiwa, waktu
usia,cemburu dantragedi bersatu
dalam cerita yang setiap
lembarnya mampu mengebor
sukma.
Mengingat yang menonjol di dalam
novel ini adalah masalah cinta, maka yang

akan diungkap dalam penelitian ini adalah
makna cinta itu sendiri. Adapun untuk
mengungkap makna tersebut diperlukan
pendekatan yang sesuai sebagai alat
penganalisis. Pendekatan yang sesuai untuk
itu adalah pendekatan semiotik yang
menekankan pada tanda.
Berdasarkan latar belakang di atas maka
permasalahan yang ingin diketahui
adalah:
1) Bagaimanakah makna cinta yang
dimunculkan lewat struktur sastra novel
Dari Lembah ke Coolibah karya Titis
Basino?
2) Makna cinta apa saja yang muncul dalam
novel Dari Lembah ke Coolibah karya
Titis Basino?

3) Struktur Cerita
Analisis struktur cerita bertujuan

mendapatkan susunan teks. Untuk itu
pertama-tama harus ditentukan satuan-satuan
cerita dan fungsinya. Untuk mendapatkan
satuan cerita, analisis dapat dimulai dengan
pembagian teks dalam satuan-satuan.
Mengingat kriteria yang ditentukan dalam
penelitian ini adalah makna, maka teks
rangkaian semantis dibagi dalam beberapa
sekuen. Setiap bagian ujaran yang
membentuk satu-satuan makna membentuk
satu sekuen.
Yang sulit adalah bahwa sekuen itu
sering sangat kompleks. Dalam hal ini perlu
diperhatikan tiga kriteria berikut (Zaimar,
1991:33). Pertama, sekuean haruslah terpusat
pada satu titik perhatian (atau fokalisasi) yang
diamati merupakan objek yang tunggal dan
yang sama: peristiwa yang sama, tokoh yang
sama, gagasan yang sama, bidang pemikiran
yang sama. Kedua, sekuen harus mengurung

suatu kurun waktu dan ruang yang koheren:
sesuatu terjadi pada suatu tempat atau waktu
tertentu. Dapat juga merupakan gabungan
dari beberapa tempat dan waktu yang
tercakup dalam satu tahapan. Misalnya dalam
satu periode dalam kehidupan seorang tokoh
atau serangkaian contoh atau pembuktian
untuk mendukung satu gagasan. Ketiga,
adakalanya sekuen dapat ditandai oleh hal-hal
di luar bahasa: kertas kosong di tengah, teks
tulisan, tata letak dalam penulisan teks, dll.
Bentuk sekuen cerita tidak sama dengan
satuan linguistik. Sekuen dapat di-nyatakan
dengan kalimat dapat juga dengan satuan
yang lebih tinggi. Suatu sekuen mengandung
beberapa unsur. Jadi, satu sekuen dapat
dipecah dalam beberapa se-kuen yang lebih
kecil yang juga dapat dipecah menjadi sekuen
yang lebih kecil lagi.
Begitulah seterusnya sampai pada

satuan terkecil yang merupakan satuan
minimal cerita. Namun, yang menjadi satuan
dasar tetap makna.

Jurnal Artikulasi Vo.6 No.2 Agustus 2008 | 209

Unsur cerita tersebut harus
dihubungkan untuk mendapatkan fungsinya.
Roland Barthes (Zaimar, 1991:33)
membuktikan bahwa ada dua jenis fungsi:
distribusional dan integratif. Konsep ini
berasal dari pemikiran Saussure mengenai
hubungan sintagmatik dan paradigmatik
dalam linguistik.
Konsep linguistik ini dipakai secara
luas dalam analisis sastra. Analisis
sintagmatik menlaah struktur yang penting
adalah bahwa satuan-satuan yang dianalisis
berurutan tempatnya. Analisis ini
mengemukakan kembali teks dengan

menampakkan deretan sekuen. Barthes
mengisyaratkan bahwa satuan cerita dapat
mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi kernel
dan fungsi satelit. Fungsi utama mengarahkan
jalannya cerita, sedangkan yang berfungsi
satelit menghubungkan fungsi utama.
Analisis pragmatik digunakan untuk
menelaah hubungan antara unsur-unsur yang
hadir dan yang tidak hadir dalam teks, yaitu
hubungan makna dan simbol. Suatu peristiwa
akan mengingatkan peristiwa lainnya, suatu
episode melambangkan suatu gagasan atau
menggambarkan suatu keadaan jiwa. Dasar
analisis adalah konotasi, yaitu bahwa unsurunsur ceritaberasosiasi dalam pikiran
pembaca. Satuan isi cerita mengacu bukan
pada tindakan pelengkap dan sebab akibat,
melainkan pada konsep yang kurang lebih
menyebar. Analisis ini membahas tokoh,
gagasan, dan suasana. Di dalam satu satuan
cerita dapat mungkin saja terdapat hubungan

sintagmatik dan juga hubungan pragmatik
dengan satuan lainnya.
Di dalam analisis struktur cerita ini,
penelaahan karya dapat dilakukan dalam tiga
urutan satuan: satuan tekstual, urutan
kronologis, dan urutan logis.
2.1 Tokoh dan Penokohan
Peristiwa-peristiwa yang membentuk
cerita dalam karya narasi berlangsung
dengan tokoh-tokoh tertentu yang

memainkan peran tertentu di dalamnya.
Walaupun peristiwa tersebut fiktif
belaka, namun pada umumnya diusahakan
untuk menggambarkan tokoh dengan ciriciri yang berkenaan dengan kepribadian
mereka(keterangan psikologis dan sosial)
dan sikap mereka (tingkah laku).Untuk
memberi petunjuk tentang diri tokoh,
pengarang mengemukakan ciri-ciri dan
tanda-tanda yang khas yang ditampilkan
dalam ciri-ciri fisik, moral, dan sosial
(Zaimar, 1991:48).
Terlepas dari banyak sedikitnya
petunjuk-petunjuk yang menggambarkan
tokoh, yang penting adalah bahwa pengarang
meyakinkan adanya keutuhan tokoh dan
memberikan alasan atas tindakan-tindakan
para tokohnya. Dengan demikian,
penggambaran tokoh benar-benar merupakan
salah satu komponen yang membentuk
struktur karya sastra. Karena tokoh memiliki
relevansi langsung, maka perlu dikenali
bagaimana tokoh ditampilkan dalam karya
sastra.
Menurut Rene Wellek (1985:219),
bentuk penokohan yang sering digunakan
pengarang dan paling sederhana adalah
pemberian nama (naming) . Nama-nama itu
dapat dimanfaatkan sebagai sarana yang
ekonomis untuk mencirikan watak tokoh.
Namun, dalam hal penokohan, selain
pemberian nama pengarang dapat pula
mengemukakan ciri-ciri fisik tokoh, tingkah
laku, tindakan, jalan pikiran, dan ucapan
tokoh.
Selanjutnya, kalau dilihat dari fungsi
tokoh dalam rangkaian cerita, dikenal adanya
tokoh utama, tokoh bawahan atau tokoh
pembantu. Untuk menentukan tokoh utama
dalam suatu cerita sangat mungkin terjadi
perbedaan pendapat mengenai siapa tokoh
utama dalam cerita itu. Hal ini bergantung
pada cara dan dari mana melihatnya.
Penentuan tokoh utama dalam analisis ini
didasarkan pada analisis struktur.

Jurnal Artikulasi Vo.6 No.2 Agustus 2008 | 210

Barthes (Culler, 1975:324)
mengemukakan bahwa ciri tokoh utama dapat
dihimpun sepanjang teks itu sendiri. Terdapat
kaitan yan great antara satu bagian teks
dengan yang lainnya sehingga membentuk
satu kebulatan yang lebih besar daripada
bagiannya sendiri. Hal ini menyebabkan
bahwa tokoh utama dapat berada di luar ciriciri semantik; keberadaannya ini
memungkinkan kita mendapatkan konotasikonotasi yang cocok melalui teks. Dengan
demikian, yang membentuk relasi dengan
semua tokoh dari awal hingga akhir cerita
adalah tokoh utama yan g menjadi penggerak
seluruh cerita.
Dalam menampilkan watak tokoh-tokoh
cerita pengarang mungkin menggunakan
beberapa cara. Pada pokoknya dapat
digunakan (1) pendefinisian langsung (direct
definition); dapat pula berupa (2) penyajian
tidak langsung (indirect representation)
melalui tindakan dan percakapan antar tokoh;
atau mungkin juga bersandar pada (3) relasi
spasial, baik yan berkenaan dengan ruang
tertutup maupun yan gmerupakan penampilan
eksternal dan lingkungan sosial.
Gambaran fisik memberikan suatu
kehidupan pada tokoh, seakan-akan mereka
benar-benar terdiri dari darah dan daging.
Memang, di dalam karya sastra modern hal
itu makin lama makin kurang dianggap
penting, karena para penulis Nouveau Roman,
misalnya, beranggapan bahwa tokoh dalam
roman mempunyai perbedaan pokok dengan
manusia yang ada di dalam dunia nyata.
2.2 Ruang dan Waktu
Ruang dan waktu merupakan latar bagi
terjadinya suatu peristiwa. Ruang dan waktu
itu berfungsi untuk menghidupkan imajinasi,
pembentukan dunia imajiner yang dilukiskan
oleh pengarang tentang tokoh-tokoh dan
peristiwa-peristiwa yang berlangsung di
dalamnya. Di dalam suatu struktur cerita
terdapat kaitan yang erat antara ruang dan
waktu. Kaitan erat ini akan tampak pada

kenyataan bahwa ketika pengarang
melukiskan dimensi ruang, maka secara tidak
langsung dimensi waktu terlibat juga.
Dimensi ruang berhubungan dengan hal-hal
yang berkaitan dengan tokoh-tokoh cerita
seperti lingkungan hidupnya, lingkungan
sosial, adat istiadat dan sebagainya. Adapun
dimensi waktu lebih berkaitan dengan
peristiwa-peristiwa yang membentuk struktur
cerita.
Dimensi ruang dapat terjadi dalam
satuan wacana yang terkecil maupun dalam
satuan wacana yang lebih besar. Dalam
satuan wacana terkecil dimensi ruang dapat
diasosiasikan oleh pembaca dalam tiga
macam cara, yaitu (1) penggunaan kata-kata
yang dapat memberikan sifat dan keadaan
pada yang disebutkan, (2) kata-kata yang
memiliki pengertian tersendiri, dan (3)
pemakaian perbandingan atau kiasan.
Satuan wacana terkecil ini dapat
mengasosiasikan dimensi ruang misalnya
berupa penyebutan nama-nama benda atau
peralatan nama, nama tempat atau istilah lain
yang merupakan unsur anorganik dalam
pembentukan latar cerita.
Sementara itu, dalam wacana yang lebih
besar dimensi ruang dapat diasosiasikan oleh
pembaca melalui (1) pertanyaan mengenai
arah suatu tempat, (2) dialog yang melukiskan
lakuan tokoh, dan (3) deskripsi langsung oleh
pengarang.
2.3 Tentang Cinta
Pengertian Cinta: Cinta bukanlah
terutama hubungan dengan seseorang
tertentu. Cinta adalah sikap, suatu orientasi
watak yang menentukan hubungan pribadi
dengan dunia keseluruhan, bukan menuju satu
“objek ” cinta. Cinta dapat diperikan
berdasarkan jenis-jenisnya sebagai berikut.
Cinta persaudaraan. Jenis cinta yang
paling fundamental yang mendasari segala
tipe cinta ialah cinta persaudaraan. Didalam
jenis cinta ini terkandung rasa tanggung
jawab, perhatian, respek, pengenalan akan
Jurnal Artikulasi Vo.6 No.2 Agustus 2008 | 211

setiap makhluk manusiwi lain, keinginan
untuk memajukan hidupnya. Cintailan
sesamamu sebagaimana engkau mencintai
dirimu sendiri. Cinta saudara adalah cinta
akan semua makhluk manusiawi; cinta ini
dicirikan oleh kurangnya keeksklusifan. Di
dalam cinta persaudaraan ada pengalaman
kesatuan dengan segala manusia, pengalaman
solidaritas manusaiwi dan pengalaman
solidaritas kemanusiaan. Cinta persaudaraan
berdasar pengalaman bahwa kita semua
adalah satu. Perbedaan –perbedaandalam
bakat,kecerdasan, pengetahuan dapat
diabaikan bila dibandingkan dengan identitas
inti menusiawi bagi semua orang. Untuk
mengalami identitas ini maka perlulah
menerobos dari pinggir sampai intinya.
Cinta Keibuan. Cinta keibuan adalah
penguatan tanpa syarat terhadap hidup dan
kebutuhan-kebutuhan anak. Penguatan
(affirmasi) hidup anak mempunyai dua segi,
pertama perhatian dan tanggung jawab dan
yang kedua adalah sikap yang menanamkan
ke dalam si anak cinta akan kehidupan yang
memberinya perasaan: tentang hidup, tentang
adanya jenis kelamin, tentang adanya dunia
Hubungan ibu dan anak pad
ahakikatnya adalah cinta di antara orang yang
tidak sama, di mana yang satu memerlukan
segala bantuan dan yang lain memberikannya.
Justru karena ciri altruistis dan tidak
mementingkan diri inilah maka cinta keibuan
telah dipandang sebagai jenis cinta yang
peling tinggi dan yang paling suci dari segala
ikatan emosional. Hakiakt cinta keibuan ialah
memelihara pertumbuhan anak, dan itu berarti
menghendaki pemisahan anak dari dirinya.
Cinta Erotis. Cinta erotis mendambakan
peleburan sama sekali,penyatuan dengan
seorang pribadi lain. Dari hakikatnya cinta ini
bersifat eksklusif dan tidak universal.
Keinginan seksuak menuju pada peleburan.
Keinginan seksual bisa jadi didorong oleh
kecemasan karena kesepian oleh keinginan
untuk menguasai atau dikuasai oleh

kesombongan, oleh keinginan untuk
menyakiti dan bahkan untuk menghancurkan.
Cinta erotis bersifat eksklusif hanaya
dalam arti dapat meleburkan diri sepenuhnya
dan sesungguhnya (dengan mendalam) hanya
dengan satu pribadi. Cina erotis jika
merupakan cinta mempunyai premis. Yaitu
mencintai dari hakikat keberadaan dan
mengalami pribadi yang lain itu dalam
hakikat keberadaannya.
Cinta Diri Sendiri. Pada prinsipnya
cinta itu tidak terbagi sejauh hubungan antara
objek dan diri seseorang dilibatkan. Cinta
yang tulus adalah ungkapan sifat produktif
dan menunjukkan perhatian, hormat,
tanggung jawab dan pengetahuan. Peneguhan
hidup seseorang, kebahagiannya,
pertumbuhannya, kebebasannya berakar
dalam kemampuannya untuk mencintai yaitu
dalam perhatian, hormat, tanggung jawab dan
pengetahuan. Jika seorang individu mampu
mencintai secara produktif, maka ia mencintai
dirinya, jika ia hanya dapat mencintai orang
lain, ia tidak dapat mencintai sama sekali.
Cinta terhadap Allah. Cinta terhadap
Allh merupakan cinta yang agung yang
berbeda dengan cinta kepada manusia. Ia
tidak mencintai Allah seperti seorang anak
mencintai ayah atau ibunya; ia telah mencapai
kerendahan hati untuk merasakan
keterbatasan-keterbatasannya sampai pada
derajat menyadari bahwa ia tidak tahu
menahu tentang Allah.Baginya Allah menjadi
simbol dari apa yang diperjuangkannya yaitu
kerajaan dunia rohani, kerajaan cinta,
kebenaran dan keadilan. Ia memiliki
keprcayaan pada prinsip-prinsip yang
dinyatakan oleh “Allah” , ia memikirkan
kebanaran, menghidupi cinta dan keadilan
dan beranggapan bahwa seluruh hidupnya
hanya bernilai sejauh hidupnya itu
memberinya kesempatan untuk sampai pada
makin terbukanya kekuatan manusiawinya –
sebagai kenyataan satu-satunya yang
diperhatikan, sebagai objek satu-satunya dari
“perhatiannya yang terakhir”.
Jurnal Artikulasi Vo.6 No.2 Agustus 2008 | 212

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan pada penelitian
ini adalah metode penelitian deskriptifanalitis. Metode deskriptif analitis dipilih
karena penelitian ini berusaha
mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa
yang dianalisis (Webest, 1982:119). Dalam
penelitian semacam ini, peneliti menjadi
partisipan, penelti memasuki dunia data yang
ditelitinya, mencoba menganalisis konsepkonsep yang ada didalamnya, dan terus
menerus membuat sistematisasi objek yang
ditelitinya, apa makna yang terkandung di
dalam novel Dari Lembah ke Coolibah karya
Titis Basino.
Penelitian ini dikongkretkan lewat dua
tahap pembacaan, yaitu pembacaan heuristik
dan pembacaan hermeneutik (Riffaterre,
1978-5-6). Pada pembacaan heuristik, yakni
tahap pembacaan tingkat pertama, yang
memiliki peran penting adalah kompetensi
linguistik pembaca. Artinya pada tahap ini,
pembaca diharapkan dapat mengartikan setiap
satuan linguistik yang digunakan yang
semuanya itu sesuai dengan konvensi bahasa
yang berlaku.Selanjutnya pada pembacaan
hermeneutik, yakni pembacaan tahap kedua,
pembacanya diharapkan dapat mencari makna
yang terkandung dalam teks yang dibacanya.
Kemampuan itu sangat ditentukan oleh
kompetensi linguistiknya. Apabila
kompetensi linguistiknya kurang, sulit
baginya untuk dapat mencari makna teks
tersebut. Pada tahap pembacaan hermeneutik
ini, pembaca diharapkan mempu menafsirkan
makna teks sesuai dengan konvensi sastra dan
budaya yang melatarbelakanginya.
5.2 Sinopsis
Novel ini menceritakan kehidupan
seorang wanita berusia enam puluh tahun
yang baru ditinggal mati suaminya. Cerita
dimulai ketika wanita itu mendaftarkan diri
ke sebuah biro perjalanan haji plus di sebuah
kantor dekat kantor suaminya. Selama dalam

perjalanan dan menunaikan ibadah haji dia
dibimbing oleh pembimbing yang masih
muda, pintar dan tampan. Sejak pandangan
pertama mereka sudah saling tertarik. Selama
menunaikan ibadah haji, ketertarikan antar
mereka tak bisa ditutupi lagi, mereka sering
saling mencuri pandang. Hubungan mereka
ini semakin erat setelah tiba di tanah air.
Hubungan mereka yang unik ini
memudar ketika musibah menimpa mereka.
Mobil yang mereka kendarai ditabrak truk
dan wanita itu mengalami amnesia. Sejak itu
wanita tersebut menyadari kekeliruan
hubungan mereka yang akhirnya kehidupan
cinta mereka berakhir dengan meninggalnnya
si pembimbing, kekasihnya itu, di Mekah
5.6 Makna Cinta
Hubungan cinta yang unik antara
seorang nenek dengan seorang pria muda
yang seusia dengan anaknya merupakan tema
yang unik. Agak mengherankan dengan
keadaan jiwa mereka. Seorang nenek yang
baru ditinggal suami dan telah melakukan
ibadah haji, melakukan percintaan yang tidak
biasa. Apakah getaran-getaran Illahi selama
di Mekkah tidak dia rasakan? Demikian juga
dengan pria muda yang bertugas sebagai
pembimbing calon haji sudah beristri dan
beranak tidak merasa berdosa bergaul erat
dengan wanita lain. Agama yang telah dia
pelajari selama ini bagaimana?
Untuk menjawab pertanyaanpertanyaan tersebut di atas yang paling dapat
diterima karena faktor duniawi. Kehidupan
seorang nenek yang senantiasa
bergelimpangan harta, jarang menemukan
kesusahan sehingga kehidupan ukhrowi tidak
begitu melekat dalam dirinya. Ini dapat
diliohat dari penampilan dia sekalipun sudah
berhajah tetap memakai baju ketat dan mini.
Walau aku tahu baju yang
Ahmad sukai bajuku yang serba
rapet, kali ini dia terpaksa
memejamkan matanya untuk
tidak melihat kakiku yang
Jurnal Artikulasi Vo.6 No.2 Agustus 2008 | 213

telanjang,sebab aku tidak
membawa baju muslim, hanya
beberapa rok mini dan blus tipis
yan gbiasa ak upakai kalau aku
melewatkan hariku pergi jauh
dengan mengendarai mobil
sendiri, sampai sering kalau aku
beli bensin sengaja aku tidak
turun karena mata semua pembeli
dan yang menjual bensin tidak
terbiasa dengan baju yang aku
pakai. (hal.128)
Demikian juga dengan pembimbing
yang senantiasa haus dengan kehidupan
duniawi. Sekalipun telah mempunyai istri dan
beranak juga mempunyai mercy masih
menginginkan wanita tua yang berharta.
-Aku sedang sangat senang,
aku baru saja mendapat hadiah
mobil ini dari seseorang yang
akan mengontrakku untuk
mengajar selama sisa hidupku di
sekolah.
-Hah, kau gadaikan dirimu
hanya untuk sebuah mobil.
-Hanya? Ini tidakhanya
nyonya, ini satu mobil mercy,
sebuah idola pria untuk
menunjukkan kekuatannya,
energi…
-Aku tidak mengira kau
semudah itu menerima benda
duniawi…
-Aku tahu nyonya, tapi aku
ingin menajdi pendamping yang
keren untukmu.
-Kau cukup seadanya.
-Bagaimana nyonya
akanmau naik tadi waktu aku
ajak, kalau yang aku bawa
sebuah sepeda motor.? 88
Ini dapat dikatakan untuk menghindari
risiko yang lebih parah. Wanita yang dia

dekati orang tua dan janda, tapi berharta dan
cantik.
Cinta antara mereka termasuk cinta
berahi yang ada pamrih.
Percintaan mereka dimulai ketika
menunggu berangkat ke Arafah:
Ak utertegun
memandangnya, anak muda ini
berkualitas mandiri dan percaya
diri. Apa maunya? Dia pasti
benci rumah-rumah pelacuran
yang mewah yang dihuni bapakbapak kaya di saat jam-jam
kantor.
Dia juga pasti tidak suka
persenggamaan di luar nikah.
Lalu, apakah sebersih jasmin?
Melati? Tidak menjamah
perempuan lain kecuali istrinya?
Apa dia bermain cinta dalam
khayal? Seperti aku?
65-66
Mungkin kami sama. Ketika
aku selesai berpikir, ternyata
mata kami masih saling
memandang.Dia tersenyum puas,
mengira aku sangat kagum akan
dirinya. Tiba-tiba tawanya
meledak.
-Ibu, Anda sudah terpikat
danjadi satu simpul dengan
diriku.
-Anda sudah sayang padaku
seperti aku ini seseorang, satusatunya laki-laki yang halal.
-Engkau takabur anak muda.
-Mata Anda melekat di
dahiku, di rambutku, bahkan dia
nempel juga di mataku walau
Anda tidur.
Aku nanar melihatnya,
diamenebak isi manggis yang
kebetulan benar. Bagaimana
bisa? Aku membenahi diri dan
pergi meninggalkannya menuju
kamar kecil
Jurnal Artikulasi Vo.6 No.2 Agustus 2008 | 214

Sejak itu mereka sering saling mencuri
pandang
Mulai hari ini kami saling
mencari waktu sekilas untuk
saling berpandangan. Aku
menghindari pertemuan dan
percakapan dengannya, karena
aku sudah berpengalaman, bahwa
hal seperti ini bisa membakar
kami masing-masing. Sebaiknya
tidak berhubungan dan sedikit
demi sedikit aku harus meredam
agar bila nanti pulang ke tanah
air tak ada bekas-bekas hubungan
kita. Itu hanya perkiraan yang
salah. (hal. 66)
Kemudian dilanjutkan oleh wanita itu
dengan memberi harapan untuk bertemu
di tanah air.
-Selamat berpisah.
Kataku menjabat tangannya.
-Jangan pisah dong, untuk
sementara boleh.
Sedikit dia kaget karena
tangannya yang selama ini tak
pernah mau bersentuhan dengan
perempuan sudahada di
genggamanku.
-Teleponlah kalauingin
mengatakan hal-hal lain di luar
kata-kata yang biasa kau ucapkan
di ceramahmu (hal.81)
Rasa sepi membuat wanita itu
berkeinginan bertemu lagi dengan
kekasihnya.
.
Rasa enggan untuk
mengerjakan pekerjaan rumah ini
membuatku tersisih di antara
lingkungaku yang selama ini aku
kangeni. Mungkin aku jadi
manja.

Bagaimana tidak? Di sana
setelah salat subuh aku berjalan
pulang. Lalu, aku menuju ruang
makan, semua sudah tersedia,
the, kopi susu, roti selai, dan
buah maupun nasi dengan lauk
pauknya menanti kami untuk
segera disantap.
Teman makannya juga
banyak tidak hanya aku sendiri
seperti di rumah ini, tapi seluruh
jemaah yang aku kenal maupun
yang tidak aku kenal. Aku mulai
muak dengan kesendirian. Aku
menyukai berteman bergerombol
naik atau turun lift, sambil
bergurau dengan jemaah lain.
Kebiasaan bermanja-manja
membuatku tidak terbiasa lagi
mandiri di rumah, rumahku
sendiri. Aku benar-benar
kehilangan keramaian, keramaian
di mesjid, keramaian di ruang
makan, maupun keramaian di bis.
(hal. 83)
Sekalipun dia sadar dengan perasaannya
yang salah, namun dia tak mudah
menepisnya.
Walau aku membujuk
nuraniku bahwa aku hanya
sendang dipermainkan rasa,
tapi aku tidak bisa
melepaskan keberadaan
pembimbing itu. Aku sadar
sesadar orang waras, bahwa
aku hanya pantas jadi
ibunya, roh dia hanya
sepantaran anakku. Tapi aku
tidak bisa membiarkan
ketiadaannya. Dulu tak ada
danmengapa sekarang aku
cari supaya ada? Pasti semua
harus kembali ke
ketiadaan…

Jurnal Artikulasi Vo.6 No.2 Agustus 2008 | 215

Berjam-jam aku
membujuk, mana ibu bijak
yang biasa memberi
pengarahan pada semua
kenalannya. Aku sudah
menjadi asuhan kepala
kerasku, menyulitkan diri
sendiri tanpa mau melihat
ada jalan keluar: lupakan.
(hal.85)
Dan dia mengakui bahwa
perilakunya itu merupakan sisi
gelap dia.
Aku kini berjalan di
jalan besar, naik mobil
berdampingan dengan
pembimbing yang aku cari
keberadaanya, tapi aku
serasa berjalan di sisi yang
gelap. Inilah yang disebut
sisi gelap dari nasib
seseorang, yang tahu salah
tapi tetap ditempuhnya.
Mataku lurus memandang ke
wajahnya yang paruh baya,
senyumnya menjajikan
sesuatu yang
menyenangkan.(hal.85)
Perasaan berdosanya dia imbangi
dengan sering membaca kitab suci.
Untuk mengimbangi rasa
yang tidak menentu aku baca
kitab suci tiap senggang. Itu
menolong banyak. Rutinitas bisa
aku kerjakan dengan baik. Yang
mengerti hanya tukang jaga pintu
depan saja karena anakku terlalu
sibuk untuk mengerti ke mana
dan dengan siapa aku pergi tiap
kali. Aku tak mau lagi diantar
sopir, karena aku akan ketemu
dia di sembarang tempat…(hal.
92)

Namun, usahanya itu sia-sia, perasaan
indah berselingkuh masih dianggap biasa.
-Tidak aku sedang
dipermainkan kalbu…
Dalam hati aku bersorak
gembira. Kita ternyata sama,
senasib. Malah mungkin di alebih
sulit menyembunyikan
perasaannya, karena di
sekelilingnya ada isteri dan anakanak yang tidakmengerti
sandaran hati mereka hatinya
sedang bermain cinta di anganangan.Alangkah
peliknya.Alangkah nikmatnya
memakanbuah kuldi ini dan
alangkah nikmatnya mencuri
milik orang. Bagaimana kalau
kebetulan yang jadi isterinya itu
aku? Dan tak mengerti kalau
suamiku sedang ingin dicuri
orang,lucu ingin dicuri dan
menyediakan diri untuk
dicuri.(hal. 87)
Pergaulan yang mereka lakukan masih
sebatas kesopanan tidaksampai melakukan
hubungan jasmani yang mendalam.
Pergaulan yang tanpa
sentuhan jasmani ini mengekang
semua nafsu yang bisa meleleh
saat sepinya malam bergema di
dunia sunyi. (hal. 111)
Di antaranya berselingkuh kaki atau
tangan.
Pelayan membawa lilin besar
merah. Diselubungi kertas kuning
bergambar indah seperti hasil
karya seniman tepi pantai. Dan
pesanannya datang satu demi
satu. Kai memandangi semua
bergantian diletakkan di meja.
Tanpa kata kami makan saling
menggaetkan kaki kami di bawah
meja yang tertutup taplak
Jurnal Artikulasi Vo.6 No.2 Agustus 2008 | 216

panjang merah muda, hingga tak
ada mata yang mengira kalau
kami sedang bercumbu. (hal.89)
…Kami berlalu seperti
manusia sopan layaknya. Tidak
bergandengan maupun
bersenggolan, karena kaki kami
telah puas berselingkuh
Di jalan yang macet, dia
pandai bersabar. Dan kita lepas
dari kemacetan setelah setengah
jam berdampingan.Tangannya
erat mengepal jemariku
sepanjang jalan. Aku merasa
terlindung dan tertidur seperti
bayi sampai di depan rumah
(hal.91)
Sekalipun mereka pada dasarnya
merasa berdosa dengan percintaan antara
mereka, namun mereka tetap menjalaninya
hinggamengalami kecelakaan yang
mengakibatkan amnesia. Tak lama kemudian
pria muda itu juga mengalami kecelakaan di
Mekkah.
Ibadah haji yang wanita itu lakukan baru
bermakna setelah suatu musibah terjadi.
Kesimpulan
Sebelum menarik kesimpulan ada
baiknya diketahui terlebih dulu ringkasan
penelitian ini. Permasalahan yang ingin
diketahui dalam penelitian ini adalah
1)Bagaimanakah makna cinta yang
dimunculkan lewat struktur sastra novel Dari
Lembah ke Coolibah karya Titis Basino?
Makna cinta apa saja yang muncul dalam
novel Dari Lembah ke Coolibah karya Titis
Basino?
Yang dijadikan objek penelitian adalah
novel Dari Lembah ke Coolibah karya Titis
Basino Ziarah terbitan PT Gramedia
Widiasarana Indonesia Jakarta tahun 1997.
Adapun metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif-analitis. Metode deskriptif analitis
dipilih karena penelitian ini berusaha
mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa
yang dianalisis (Webest, 1982:119). Dalam
penelitian semacam ini, peneliti menjadi
partisipan, peneliti memasuki dunia data yang
ditelitinya, mencoba menganalisis konsepkonsep yang ada di dalamnya, dan terus
menerus membuat sistematisasi objek yang
ditelitinya, makna cinta yang bagaimanakaha
yang terkandung di dalam takan keempat apa
makna yang terkandung di dalam novel novel
Dari Lembah ke Coolibah karya Titis Basino.
Novel ini menceritakan kehidupan
seorang wanita yang baru ditinggal mati
suaminya. Cerita dimulai ketika nyonya itu
mendaftarkan diri ke sebuah biro perjalanan
haji plus di sebuah kantor dekat kantor
suaminya. Selama dalam perjalanan dan
menunaikan ibadah haji dia dibimbing oleh
pembimbing yang masih muda, pintar dan
tampan. Sejak pandangan pertama mereka
sudah saling tertarik. Selama menunaikan
ibadah haji, ketertarikan antar mereka tak bisa
ditutupi lagi, mereka sering saling mencuri
pandang. Hubungan mereka ini semakin erat
setelah tiba di tanah air.
Hubungan mereka yang unik ini
memudar ketika musibah menimpa mereka.
Mobil yang mereka kendarai ditabrak truk
dan wanita itu mengalami amnesia. Sejak itu
wanita tersebut menyadari kekeliruan
hubungan mereka yang akhirnya kehidupan
cinta mereka berakhir dengan meninggalnnya
si pembimbing, kekasihnya itu, di Mekah.
Alur cerita dalam novel ini berurutan
secara kronologis, sekalipun ada yang kilas
balik tetapi tidak menonjol. Sekuen- sekuen
yang tersusun tidak terlalu kompleks tidak
merupakan episode-episode, tapi menyatu
utuh menjadi suatu jalinan cerita.
Latar tempat yang dikemukakan terdiri
dari ruang tertutup dan ruang terbuka yang
berhubungan dengan ibadah haji dan
kehidupan orang kaya seperti Mekkah,
Multazam, Jeddah, Arafah, hotel bintang
Jurnal Artikulasi Vo.6 No.2 Agustus 2008 | 217

lima, rumah besar, dan sebagainya. Demikian
juga dengan latar waktu yang lebih banyak
menggambarkan saat-saat romantis seperti
malam, dan pagi. Waktu-waktu lain
diungkapkan untuk menggambarkan lamanya
suatu peristiwa terjadi, seperti bulan
berikutnya, minggu demi minggu dan
sebagainya. Peristiwa berlangsung selama
setahun lebih dari bulan Desember hingga
Januari tahun berikutnya. Ini ditandai pada
saat tokoh utama melakukan pendaftaran
pemberangkatan haji hingga kecelakaan yang
menimpa pembimbing haji pada tahun
berikutnya.
Dari segi penokohan ada dua tokoh
yang menonjol yaitu seorang wanita yang
bernama Ibu Noor, yang digambarkan dari
segi fisik merupakan wanita cantik, berusia
enam puluh tahun. Adapun dari segi sosial
merupakan isteri dari orang kaya, penceramah
tentang bahasa, seorang ibu dan nenek. Tokoh
kedua adalah Ahmad, pria muda yang tampan
berdarah arab dan sunda, sudah beristri dan
mempunyai
anak,
pekerjaan
sebagai
pembimbing ibadah haji.
Dari segi pengujaran diketahui kategori
modus: 1.pemfokusan:a. pemusatan
pandangan, pada tokoh utama yaitu Ibu Noor.
b,.kedalaman pandangan meliputi suasana
batin tokoh utama. 2. Jarak pandangan dekat.
Si pencerita langsung memberikan mandat
pada sang tokoh untuk menceritakan
peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Kategori tutur: 1. Penceritaan: wicara
pencerita dalam, Penceritaan menggunakan
peracakapan langsung. 2. Kehadiran
pencerita: pronomina menggunakan kata Aku.

Makna yang terkandung merupakan
hubungan cinta yang unik antara seorang
nenek dengan seorang pria muda yang seusia
dengan anaknya. Agak mengherankan dengan
keadaan jiwa mereka. Seorang nenek yang
baru ditinggal suami dan telah melakukan
ibadah haji, melakukan percintaan yang tidak
biasa. Apakah getaran-getaran Illahi selama
di Mekkah tidak dia rasakan? Demikian juga
dengan pria muda yang bertugas sebagai
pembimbing calon haji sudah beristri dan
beranak tidak merasa berdosa bergaul erat
dengan wanita lain. Agama yang telah dia
pelajari selama ini bagaimana?
Untuk menjawab pertanyaanpertanyaan tersebut di atas yang paling dapat
diterima karena faktor duniawi. Kehidupan
seorang nenek yang senantiasa
bergelimpangan harta, jarang menemukan
kesusahan sehingga kehidupan ukhrowi tidak
begitu melekat dalam dirinya. Ini dapat dilihat
dari penampilan dia sekalipun sudah berhajah
tetap memakai baju ketat dan mini. Demikian
juga dengan pembimbing yang senantiasa
haus dengan kehidupan duniawani. Sekalipun
telah mempunyai istri dan beranak juga
mempunyai mercy masih menginginkan
wanita tua yang berharta. Ini dapat dikatakan
untuk menghindari risiko yang lebih parah.
Wanita yang dia dekati orang tua dan janda,
tapi berharta dan cantik.
Cinta antara mereka termasuk cinta
berahi yang ada pamrih. Sekalipun mereka
pada dasarnya merasa berdosa dengan
percintaan antara mereka, namun mereka
tetap menjalaninya hingga mengalami
musibah yang menyadarkan kesalahan
mereka.

Jurnal Artikulasi Vo.6 No.2 Agustus 2008 | 218

DAFTAR PUSTAKA
Basino, Titis, 1997. Dari Lembah ke Coolibah. Jakarta: Gramedia
Damono, Sapardi Djoko. 1983. Kesusastraan Indonesia Modern: Beberapa Catatan. Jakarta:
Gramedia.
Eagleton, Terry. 1986. Literary Theory. London: Oxford University.
Fromm, Erich. 1987. Seni Mencinta. Diindonesiakan oleh Ali Sugiharjanto dan Apul D. Maharadja.
Cetakan kedua. Jakarta: PT Bunda Karya.
Isaac, Stephen dan William B. Michael. 1982. Handbook in Research and Evaluation. San Diego,
California: Edits.
Luxemburg, Mieke Bal dan Willem G. Westeijn. 1992. Pengantar Ilmu Sastra. Diindonesiakan
oleh Dick Hartoko. Cetakan Keempat. Jakarta: Gramedia.
Martin, Wallace. 1986. Recent Theories of Narative. London: Cornell University
Semi, M. Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.
Sudjiman, Panuti. 1985. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Puataka Jaya.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
Teeuw, A. 1991. Membaca dan Menilai Sastra. Cetakan Kedua. Jakarta: Gramedia.

Jurnal Artikulasi Vo.6 No.2 Agustus 2008 | 219

Jurnal Artikulasi Vo.6 No.2 Agustus 2008 | 220