KAJIAN NILAI BUDAYA DALAM CARITA PANTUN SAWUNG GALING STUDY OF CULTURAL VALUES IN SAWUNG GALING POEMS

KAJIAN NILAI BUDAYA DALAM CARITA PANTUN SAWUNG GALING STUDY OF CULTURAL VALUES IN SAWUNG GALING POEMS

Yuzar Purnama Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Jawa Barat Jl. Cinambo No. 136 Ujungberung-Bandung 42094 Tep/Fax.

e-mail: yuzarpurnama@gmail.com

Naskah Diterima: 4 Maret 2016

Naskah Direvisi: 4 April 2016

Naskah Disetujui:2 Mei 2016

Abstrak

Bangsa Indonesia adalah bangsa sejuta ragam budaya. Salah satunya kesenian Carita Pantun, kesenian ini tumbuhkembang pada masyarakat Sunda di Provinsi Jawa Barat dan Banten. Kini kesenian ini memprihatinkan karena jarang tampil dan pendukungnya kurang. Upaya pelestarian dapat dilakukan dengan mendokumentasikan cerita dan mengkajinya. Pada kesempatan ini penulis akan mengkaji Carita Pantun Sawung Galing. Batasan penelitian melingkupi nilai budaya yang terkandung dalam Carita Pantun Sawung Galing dan apa yang dimaksud dengan Carita Pantun? Penelitian bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang lengkap tentang Carita Pantun Sawung Galing. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Simpulan, Tokoh Sawung Galing yang bernama Raden Rangga Sawung Galing adalah tokoh heroik Sang Penakluk karena enam kerajaan dapat direbut dan dikuasainya. Selain perkasa kepribadian tokoh menjadi teladan bagi anak bangsa karena memiliki jiwa religius yang tersirat dalan nilai agama, jiwa sosial yang mengagumkan tersirat dalam nilai sosial, semangat kerja tersirat dalam nilai etos kerja.

Kata kunci: nilai budaya, carita pantun, carita pantun Sawung Galing.

Abstract

Indonesia is a nation with the abundance of cultural diversity among traditional arts. One of the traditional arts that highlighted is Carita Pantun. This art is growing and developing in the Sundanese people in the province of West Java and Banten. Carita Pantun is included to a traditional art whose existence is quite alarming because it is very rarely performed and it has few supporters. Conservation efforts should be made of them by documenting the stories are superbly presented and assess the value of culture. Here, the writer examines Carita Pantun Sawung Galing. The limitation of the study is poured in the form of a question that what are the cultural values contained in Carita Pantun Sawung Galing? What is meant by Carita Pantun? The research aims to obtain a complete picture of Carita Pantun Sawung Galing. In conclusion, there are many cultural values of the nation which has not been revealed so that the younger generation does not recognize and know more about the foreign characters. Galing Sawung figure, whose full name is Raden Rangga Sawung Galing, is a conqueror heroic figure since there are six captured and mastered kingdoms.

Keywords: cultural values, carita pantun, carita pantun Sawung Galing.

188 Patanjala Vol. 8 No. 2 Juni 2016: 187 - 202

terdengar lagi ada pentas atau pertunjukan Khasanah budaya Bumi Pertiwi kesenian carita pantun di wilayah Provinsi sangatlah melimpah mulai dari kesenian Jawa Barat. Padahal jenis kesenian ini tradisional, kuliner, arsitektur tradisional, sarat dengan nilai kesejarahan karena kerajinan, ungkapan tradisional, cerita cerita yang dibawakan mengisahkan Raja rakyat, teknologi tradisional, peralatan Prabu Siliwangi di Kerajaan Pajajaran tradisional, senjata tradisional, permainan beserta keturunannya. tradisional baik permainan anak maupun

A. PENDAHULUAN

Upaya yang dilakukan oleh berbagai dewasa dan masih banyak yang tidak dapat instansi

melestarikan dan disebutkan satu per satu.

untuk

mempertahankan kesenian tradisional di Kesenian tradisional yang sudah Jawa Barat dilakukan oleh berbagai pihak terkenal dan melekat di telinga seperti tari termasuk pemerintah provinsi, pemerintah bali, tari jaipong, tari saman, angklung, kota dan pemerintah kabupaten di wilayah gambang kromong, dan wayang. Kuliner Provinsi Jawa Barat, juga dari elemen yang sudah terkenal seperti masakan masyarakat lainnya seperti seniman, Padang, masakan khas Betawi, masakan budayawan, peneliti, dan masyarakat luas. khas Tegal, Gudeg Jogya, dan masakan Namun kenyataannya tidak seperti yang khas Sunda. Peralatan tradisional dalam diinginkan, kesenian carita pantun ini sulit pertanian seperti cangkul, parang, clurit, ditemukan atau didengar tampil di dan etem. Senjata tradisional yang terkenal masyarakat. seperti keris, kujang, badik, clurit, parang,

Upaya lainnya dengan menginven- panah, dan tombak. Permainan tradisional tarisasi cerita-cerita yang biasa dibawakan yang terkenal seperti gangsing, petak atau disuguhkan dalam kesenian ini, umpet , gatrik, benjang, sampyong, dan kemudian menggali nilai-nilai yang congklak.

terkandung di dalamnya agar bisa Salah satu produk budaya yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. paling melekat dan mudah dinikmati Misalnya dengan melihat semangat juang adalah kesenian tradisional. Keberadaan para tokoh untuk menggapai apa yang kesenian tradisional di Indonesia sudah diinginkan atau dicita-citakannya seperti tidak bisa diragukan lagi, banyak dan menjadi raja dan mencari istri yang cantik. melimpah. Namun dalam kenyataannya,

Cukup banyak cerita yang biasa cukup banyak kesenian tradisional yang disajikan dalam kesenian tradisional carita kondisinya sangat memprihatinkan. Ada pantun ini seperti Carita Pantun Ciung kesenian tradisional yang sudah punah dan Wanara, Lutung Kasarung, Mundinglaya di ambang kepunahan. Kesenian buleng di di Kusumah, Aria Munding Jamparing, Betawi DKI Jakarta dapat dikatakan sudah Banyakcatra, Badak Sangorah, Badak punah, walaupun sekarang ada upaya Singa, Bima Manggala, Bima Wayang, revitalisasi. Sementara kondisi kesenian Budak Manjor, Budug Basu/Sri Sadana/ tradisional yang di ambang kepunahan Sulanjana, Bujang Pangalasan, Burung relatif banyak di antaranya adalah kesenian Baok, Buyut Orenyeng, Dalima Wayang, carita pantun di Provinsi Jawa Barat. Jenis Demung Kalagan, Deugdeug Pati Jaya ini diangkat dalam tulisan ini karena Perang/Raden Deugdeug Pati Jaya Perang khawatir khasanah budaya asli masyarakat Prabu Sandap Pakuan, Gajah Lumantung, Sunda ini mengalami kepunahan seperti Gantangan Wangi, Hatur Wangi, Jaka kesenian-kesenian tradisional lainnya. Susuruh, Jalu Mantang, Jaya Mangkurat, Mengingat kesenian tradisional ini ada Kembang

Panyarikan/Pangeran Ratu kemiripan dengan kesenian buleng yang Kembang Panyarikan, Kidang Panandri, telah punah.

Kidang Pananjung, Kuda Gandar, Kuda Kini pertunjukan kesenian carita Lalean, Kuda Malela, Kuda Wangi, Langla pantun sangat jarang bahkan tidak pernah Larang, Langga Sari, Langon Sari, Layung

Kajian Nilai Budaya Carita Pantun Sawung Galing (Yuzar Purnama) 189 Kumendung, Liman Jaya Mantri, Lutung tentang kesenian carita pantun Sawung

Leutik/Ratu Bungsu Karma Jaya, Malang Galing juga diharapkan generasi muda Sari, Manggung Kusuma, Matang Jaya, sedikit demi sedikit mengenal tokoh heroik Munding Jalingan, Munding Kawangi, bangsanya sendiri sehingga dapat meniru Munding Kawati, Munding Liman, dan berjuang sesuai iklim budaya daerah Munding Mintra, Munding Sari Jaya atau budaya bangsa. Mantri, Munding Wangi, Nyi Sumur

Bandung, Paksi Keling/Wentang Gading, B. METODE PENELITIAN

Panambang Sari, Panggung Karaton, Penelitian ini menggunakan metode Parenggong Jaya, Raden Mangprang di kualitatif dengan pendekatan deskriptif Kusumah, Raden Tanjung, Raden Tegal, analitik. Istilah penelitian kualitatif Rangga Sawung Galing, Rangga Gading, menurut Kirk dan Miller (1986: 9) pada Rangga Katimpal, Rangga Malela, Rangga mulanya bersumber pada pengamatan Sena, Ratu Ayu, Ratu Pakuan, Ringgit kualitatif yang dipertentangkan dengan Sari, Senjaya Guru, dan carita pantun pengamatan

kuantitatif. Selanjutnya Siliwangi.

penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu Salah satu cerita yang akan diangkat dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara dalam tulisan ini yaitu carita pantun fundamental bergantung pada pengamatan Sawung Galing atau lengkapnya Carita manusia dalam kawasannya sendiri dan Pantun Raden Rangga Sawung Galing. berhubungan dengan orang-orang tersebut Diharapkan dari pengkajian nilai-nilai dalam bahasanya dan dalam peris- budaya dari carita pantun ini dapat tilahannya. Sementara Bogdan (1972: 5) dijadikan acuan bagi generasi muda mendefinikan bahwa metode kualitatif terutama tentang etos kerja.

sebagai prosedur penelitian yang mengha- Di Kota Bandung ada nama jalan silkan data deskriptif berupa kata-kata Sawung Galing, kalau ditanyakan kepada tertulis atau lisan dari orang-orang dan generasi muda tingkat SMA atau perilaku yang dapat diamati. Taylor mahasiswa, siapa Sawung Galing? Yakin mengatakan bahwa penggunaan metode sebagian besar tidak mengetahui siapa kualitatif dipandang sebagai prosedur Sawung Galing itu. Bagi mereka, tokoh penelitian yang dapat diharapkan akan heroik dari mancanegara lebih akrab di menghasilkan data deskriptif, berupa kata- telinganya

heroik kata tertulis atau lisan dari sejumlah orang daerahnya sendiri. Mereka lebih mengenal dan perilaku yang dapat diamati (dalam Superman, Batman, Kapten Amerika, Dadang Kahmad, 2000: 97). Naruto, Hulk dan Peter Pan. Padahal

daripada

tokoh

Lexy J. Moleong mengatakan, pada perjuangan tokoh mancanegara belum penelitian kualitatif, teori dibatasi pada tentu cocok dengan budaya bangsa. pengertian: suatu pernyataan sistematis Sementara itu mereka mengagungkan yang berkaitan dengan seperangkat propo- tokoh dunia lain sedangkan tokoh daerah sisi yang berasal dari data dan diuji sendiri tidak dikenalnya.

kembali secara empiris (1989: 9). Adapun Tulisan ini akan menggali nilai yang Zulyani Hidayah menjelaskan, pendekatan terkandung dalam carita pantun Sawung kualitatif digunakan untuk memahami Galing terutama untuk melihat tokoh persoalan sosial atau budaya manusia Sawung Galing Sang Penakluk. Jadi ruang berdasarkan pada suatu pengembangan lingkup penelitian ini selain nilai budaya gambaran yang kompleks dan holistis, dalam carita pantun Sawung Galing juga dibangun dengan susunan kata-kata, mencari tahu apa itu kasenian carita menyajikan

pandangan detail dari pantun .

informan dan dilaksanakan di lingkungan Tujuan penelitian ini selain menda- alamiah (2006). Sementara itu Surakhmad patkan gambaran yang lengkap dan jelas mengatakan bahwa pendekatan kualitatif,

190 Patanjala Vol. 8 No. 2 Juni 2016: 187 - 202 yakni suatu cara yang digunakan untuk ku juru pantun bari dipirig ku kacapi

menyelidiki dan memecahkan masalah (cerita atau dongeng berbentuk prosa liris yang tidak terbatas pada pengumpulan data yang diucapkan oleh juru pantun sambil yang bersifat kualitatif, melainkan meliputi diiringi kecapi). analisis dan interpretasi sampai pada

Carita pantun menurut Ajip Rosidi simpulan yang didasarkan atas penelitian adalah semacam cerita yang dideklama- tersebut (1985: 139).

sikan oleh juru pantun sambil diiringi oleh Wardi Bachtiar mengatakan bahwa petikan pantun yaitu semacam kecapi yang metode

kegiatan bentuknya seperti perahu. Biasanya carita pengumpulan data dengan melukiskannya pantun itu dideklamasikan sepanjang sebagaimana adanya, tidak diiringi dengan malam, dimulai sejak bada salat Isa dan ulasan atau pandangan atau analisis dari diakhiri menjelang salat Subuh. Pendekla- penulis (1987: 60-61). Langkah-langkah masian itu dilakukan di luar kepala (1966: penelitian ini dimulai dengan studi 1). pustaka, dilanjutkan dengan pengumpulan

deskriptif

adalah

Dengan demikian dapat dikatakan data, pengklasifikasian data, analisis, dan bahwa kesenian carita pantun adalah cerita pembuatan artikel.

atau dongeng berbentuk prosa liris (prosa berirama) yang dideklamasikan atau

C. HASIL DAN BAHASAN

dinyanyikan oleh juru pantun dengan

diiringi instrumen kecapi. Bagi juru Carita pantun tidak sama dengan pantun, cerita ini hapal di luar kepala, pantun dalam kesenian Melayu. Carita pertunjukannya biasa dilakukan sepanjang Pantun dalam kebudayaan Sunda adalah malam dimulai dari bada salat Isa sampai sejenis kesenian tradisional dengan menjelang salat Subuh. Isi carita pantun menampilkan seorang penutur (juru biasanya mengisahkan perjalanan hidup pantun) yang membawakan cerita seputar para ksatria putra raja di dalam kerajaan Pajajaran dengan diiringi alat mengemban tugas. Bagaimana dalam musik kecapi.

1. Carita Pantun

menghadapi tantangan dan rintangan hidup Kelahiran kesenian carita pantun termasuk harus bertempur melawan tidak diketahui dengan pasti hanya di musuh. dalam naskah Sunda Sanghyang Siksa

Berdasarkan cara penyajiannya, ada Kanda Ng Karesian yang ditulis pada dua unsur yang menjadi pokok dalam tahun 1440 Caka atau 1518 Masehi kesenian carita pantun, yaitu juru pantun disebut-sebut namanya dengan orang yang (vokalis) yang membawakan cerita dan suka membawakannya. Pada tahun kecapi pantun. Kecapi pantun dapat tersebut kesenian carita pantun sudah dibedakan dengan kecapi biasa karena memasyarakat dan menjadi bagian dalam bentuknya yang lebih besar serta mirip salah satu kesenian rakyat di Kerajaan perahu tanpa layar dan di beberapa daerah Pajajaran (Purnama, 2009: 6).

alat pengiring biasanya ditambah misalnya Kesenian carita pantun merupakan di Karawang dan Cikampek ditambah salah satu karya kesusastraan Sunda yang dengan suling (seruling), di daerah masih “asli”, karena jenis sastra ini relatif Sumedang ditambah dengan alat musik belum terpengaruh oleh kesusastraan dari tarawangsa; sejenis alat musik tradisional luar seperti kesusastraan Jawa dan Melayu. yang mirip rebab namun bentuknya lebih Kesenian ini disajikan secara khusus sederhana. dengan diiringi alat musik kecapi

Secara etimologis kata “pantun” (Purnama, 2009: 12).

berasal dari beberapa arti. Pertama, kata Carita pantun menurut Maryati pantun adalah sinonim kata yang lebih (1979:1) adalah carita atawa dongeng halus dari kata “pari”. Kata “pari” dalam winangun prosa liris anu digorolangkeun bahasa Jawa artinya parek atau dekat, hal

Kajian Nilai Budaya Carita Pantun Sawung Galing (Yuzar Purnama) 191 ini terbukti bahwa kata-kata yang perlindungan kepada leluhur yang kisah-

membentuk kalimat di dalam carita pantun nya akan dibangkitkan lagi, diharapkan memiliki unsur bunyi yang berdekatan atau tidak salah menyebut nama atau keduduk- bersajak antara kata-kata dalam satu baris annya serta disebutkan jasa dan wilayah (larik) ataupun antarbaris (antarlarik) kekuasaannya. Adapun rajah penutup pertama dengan larik selanjutnya. Kedua, (pamungkas/pamunah) diucapkan pada kata “pantun” berasal dari nama alat musik saat cerita selesai, rajah ini berisi tentang tradisional semacam kecapi yang ukuran- permohonan agar dengan selesainya nya lebih besar daripada kecapi biasa dan penuturan cerita tadi, semua leluhur yang bentuknya seperti perahu sehingga sering dipanggil atau diseru kembali ke tempat disebut kecapi perahu. Ketiga, kata asalnya serta memohon keselamatan dan “pantun” berasal dari kirata basa; perlindungan bagi semua yang hadir pada semacam akronim yang menunjukkan pertunjukan itu khususnya keluarga yang kesesuaian dengan benda nyata atau secara mengadakan acara. harfiah berarti dikira-kira tapi nyata, yaitu

Kesenian carita pantun adalah dengan melihat dari kondisi para juru sebuah bentuk kesenian yang isinya pantun yang pada umumnya tuna netra. menyuguhkan cerita dengan cara dilan- Mereka apabila berjalan suka meng- tunkan atau dideklamasikan dengan iringan gunakan papan „tongkat‟ yang ditungtun- alat musik kecapi. Seorang juru pantun tungtun (dituntun) sehingga muncullah atau vokalis harus bercerita dengan kata “pantun” (Maryati S., 1979: 2).

dideklamasikan semalam suntuk dengan

Struktur carita pantun berbeda cerita yang sudah hapal di luar kepala. dengan struktur karya sastra lainnya.

Kesenian ini biasa dipagelarkan Perbedaannya cukup unik karena di dalam pada acara-acara seperti pernikahan, carita pantun diawali dengan rajah khitanan, dan syukuran. Para penonton pembuka (pamuka) dan diakhiri dengan biasanya mengikuti acara ini sampai

mantera rajah penutup (pamungkas/ selesai. Namun pada perkembangannya, pamunah ). Kehadiran rajah dalam karya sekarang ini (2016) sudah sangat jarang sastra ini diduga karena jenis kesenian ini ada pagelaran atau pertunjukan kesenian berhubungan

dengan kepercayaan carita pantun , baik di perkotaan maupun setempat. Idat Abdulwahid mengatakan pedesaan.

Biasanya kalaupun ada struktur carita pantun dibagi menjadi tiga merupakan permintaan sebuah instansi bagian besar yaitu rajah pembuka, cerita, yang ingin mengetahui kesenian carita dan rajah penutup (1986:31). Namun tidak pantun . Penontonnya pun biasanya para semua carita pantun diakhiri dengan rajah seniman, budayawan, wartawan, para penutup (Maryati S., 1979: 1).

pejabat dan wisatawan. Rajah adalah kata-kata atau ucapan

Pendukung kesenian carita pantun yang merupakan salah satu jenis mantera. baik di kota maupun di pedesaan sudah Mantera ini di dalam carita pantun sangat kurang, apalagi generasi muda baik

diucapkan oleh juru pantun. Rajah pelajar maupun mahasiswa tidak mengenal pembuka (pamuka) diucapkan sebelum dan mengetahui apa itu kesenian carita melangkah pada tahap pengisahan isi cerita pantun. yang dimaksudkan untuk meminta izin

2. Carita Pantun Sawung Galing

kepada para karuhun (leluhur) atau

a. Sumber Cerita

makhluk gaib yang menguasai bukit, hulu, Carita pantun Sawung Galing dan sungai, gunung, pohon besar, dan tempat- carita-carita pantun lainnya banyak tempat yang dianggap keramat agar tersebar dalam buku baik di perpustakaan, mendapatkan keselamatan dan tidak ada media elektronik, maupun media cetak halangan yang akan menghadang. Juga seperti dalam buku pelajaran, majalah dan berisi tentang permintaan maaf dan surat kabar. Dalam tulisan ini, penulis

192 Patanjala Vol. 8 No. 2 Juni 2016: 187 - 202 mengambil sumber cerita dari transkrip dan budaya Batak. Pada tahun 1905,

yang dilakukan oleh ilmuwan Belanda minatnya beralih ke kajian budaya Sunda. yang bernama CM. Pleyte. Beliau banyak Peralihan minat ini berawal ketika Fakultas mengumpulkan dan mentranskrip cerita Sastra Leiden merekomendasikan untuk carita pantun yang ada di Jawa Barat dan menjadi pengajar etnografi dan geografi di Banten. Pengumpulan cerita carita pantun Gymnasium Willem III di Batavia, Hindia di Jawa Barat dilakukan oleh beliau ketika

Belanda. Oleh karena posisi kerja Pleyte di berada di Indonesia saat Pemerintahan Batavia yang notabene berada di wilayah Kolonial Belanda masih menguasai tatar Sunda, ketertarikan akan budaya Indonesia.

Sunda kian meningkat intensitasnya di Naskah carita pantun Raden Rangga dalam diri Pleyte. Sawung Galing yang akan dikaji dalam

Ada tiga hal yang sebenarnya tulisan ini diambil dari internet yang dipelajari Pleyte dari kebudayaan Sunda, diakses pada tanggal 28 Januari 2016 yakni dari sisi bahasa Sunda, sejarah tatar pukul

alamat: Sunda, dan industri di tatar Sunda. Oleh http://kandaga-caritapantun.blogspot.co.id/

dengan

karena itu, fokus kajiannya agak melebar 2010/05/raden-rangga-sawung-galing.html. ke mana-mana: naskah Sunda kuno, Tulisan ini dimuat tertanggal Minggu, 30 dongeng, bahasa Sunda, industri enau, dan Mei 2010 dengan judul Raden Rangga lain-lain yang semuanya dia tulis antara Sawung Galing. Dalam teks naskah 1905 hingga 1915. disebutkan tulisan ini diambil dari sumber

Pleyte bekerja di Dewan Sekolah Tijdschrift voor Indische Taal Land en Batavia dari 1915 hingga dia meninggal di Volkenkunde, ed C.M. Pleyte.

Batavia pada 22 Juli 1917 dalam usia 54 Siapa Pleyte ini? Perlu kiranya

tahun karena asma yang parah (Atep diketahui sosok Pleyte yang banyak Kurnia, 2010). berjasa dalam koleksi sastra lisan Sunda.

CM Pleyte nama lengkapnya Cornelis b. Ringkasan Cerita Carita Pantun

Marinus Pleyte. C.M. Pleyte termasuk

Sawung Galing

ilmuwan Belanda yang banyak mengkaji Putra Prabu Siliwangi raja di perihal kesundaan. Dia menulis perihal Pajajaran yang bernama Begawat Iman bahasa, folklor, prasasti, piagam, dan Sonjaya, meminta izin kepada ayahnya naskah Sunda. Padahal, semua itu dia untuk mengembara ke daerah sebelah lakukan dalam waktu yang relatif tidak timur. lama. Ia melakukan semua kajian itu dalam

Ayahnya mengizinkan dan memberi rentang waktu antara 1905-1917. Pleyte saran agar Begawat Iman Sonjaya pergi ke dilahirkan di Leiden, 24 Juni 1863. Ia Negara Kuta Ngagangsa, karena negaranya adalah ahli etnografi dan kurator museum. besar dan ramai, serta putrinya cantik- Ayahnya Willem Pleyte, arkeolog yang cantik. Begawat Iman Sonjaya pun menjabat sebagai Kepala Direktur Museum berangkatlah mengembara menunggangi Kerajaan Belanda. Ibunya, Catharina perahu kencana menyusuri

Sungai Margaretha Templeman.

Cihaliwung. Dilewatinya daerah Pangeran Pada tahun 1900, Belanda mengi- Jaya, raja muda di Nusa Kalapa sampai di rim Pleyte ke Hindia Belanda berkeliling Muara Kapetakan. Dilewatinya pula Ujung ke Sumatra dan Bali untuk mengumpulkan Tua, Muara Kancana, Pangarengan, Muara benda-benda seni. Pleyte sangat terkesan Palayangan, Muara Cisanggarung tepian dengan benda-benda seni antik dari Hindia. Losari, Kedung Eneng dan akhirnya ke Dari sana pula mula-mula munculnya tepian Kuta Ngagangsa. Di situlah minat Pleyte mempelajari budaya Bali, perahunya berlabuh. Jawa Kuna (termasuk mengenai Candi

Raden Begawat Iman Sonjaya Borobudur dan Budha Mahayana di Jawa), mendarat di Kuta Ngagangsa dan berjalan

Kajian Nilai Budaya Carita Pantun Sawung Galing (Yuzar Purnama) 193 menuju alun-alun. Di pintu gerbang Dipati Gajah Waringin beradik Nyi

keraton ia bertemu dengan Ki Lengser Caringin Kembang; kedua, Negara yang sedang menjaga keraton. Dengan Gunung Tilu, rajanya bernama Lembu tergopoh-gopoh Ki Lengser masuk ke Wulung mempunyai adik bernama dalam keraton memberitahukan kedatang- Panggung Wayang; ketiga,

Negara an Raden Begawat Iman Sonjaya kepada Gunung Karang, rajanya Dipati Dalem raja. Raja pun segera berdandan, kemudian Genggang beradik perempuan bernama menemui Raden Begawat serta bertanya Nyi Lenggang Sari; keempat, Negara Kuta maksud dan tujuannya datang ke Tingkem, rajanya bernama Dipati Gajah negaranya.

Cina, beradik perempuan namanya Badaya Raden Begawat Iman Sonjaya Cina; kelima, Negara Margacina, rajanya menerangkan bahwa ia berasal dari Pakuan bernama Dipati Gajah Cina, adik Pajajaran, putra Prabu Siliwangi. Maksud perempuannya bernama Nyi Aci Kancana; kedatangannya adalah untuk meminang dan keenam, Negara Pasir Bondan, rajanya putri cantik dari Negara Kuta Ngagangsa.

bernama Ratu Bondan, dan adiknya Raja Negara Kuta Ngagangsa yang bernama Nyi Sari Bondan. bernama Dipati Jang Manggala mengata-

Raden Rangga Sawung Galing, kan bahwa ia sendiri mempunyai adik berturut-turut

menaklukkan Negara perempuan bernama Ringgit Manik. Gedong Waringin dan Gunung Tilu tanpa Setelah dipertemukan keduanya, mereka kesulitan apa pun, namun ketika mengha- jatuh cinta, lalu dinikahkanlah Ringgit dapi Dipati Dalem Ganggang di Negara Manik kepada Raden Begawat Iman Gunung Karang, mendapat kesulitan, Sonjaya.

meskipun ia dibantu oleh Gajah Waringin Ki Lengser memukul bende, dan Lembu Wulung. Ketiga-tiganya memberitahukan rakyat Negara Kuta dijebloskan ke dalam gua oleh Dipati Manggala, bahwa raja akan mengadakan Dalem Ganggang. pesta besar, menikahkan adiknya, putri

Gajah Waringin dan Lembu Gading Ringgit Manik dengan Raden Begawat mencoba-coba membuka pintu gua, tetapi Iman Sonjaya.

tidak berhasil. Akhirnya Raden Rangga Di Negara Gunung Kerikil, Raden Sawung Galing membaca sebuah mantera Rangga Sawung Galing bersama adiknya sambil menerjang pintu gua, sehingga seorang putri cantik bernama Rangga rusak berantakan. Oleh karena kerasnya Dewata, mendengar perihal pernikahan terjangan menyebabkan di dalam gua putra Pajajaran itu, lalu pergilah mereka terjadi gempa. Bergegaslah mereka keluar ingin mengabdikan diri kepada Raden gua, namun bersamaan dengan mereka, Begawat Iman Sonjaya. Sesampainya di keluar pula binatang-binatang raksasa Kuta Ngagangsa diterimalah mereka seperti

yang menyengat, dengan baik, malah Rangga Dewata kalajengking, ulat dan berbagai jenis dijadikan istri kedua oleh Raden Begawat binatang lainnya. Gajah Waringin dan Iman Sonjaya. Dipati Jang Manggala Lembu Gading melarikan diri dan naik ke karena merasa sudah tua ia dijadikan pohon yang tinggi, sedangkan Raden penasihat, sedangkan Raden Begawat Iman Rangga Sawung Galing menghadapi Sonjaya menjadi raja dan Raden Rangga bintang-binatang

binatang

raksasa itu dan Sawung Galing menjadi patihnya.

Setelah dikalahkan Setelah menjadi raja,

membunuhnya.

Raden binatang itu menghilang tak berbekas. Begawat Iman Sonjaya ingin memperluas maka semakin saktilah Raden Rangga daerahnya serta ingin menambah istri, lalu Sawung Galing. Namun ketika ulat besar disuruhlah Raden Rangga Sawung Galing menyerang, Raden Rangga Sawung Galing memerangi enam negara. Kerajaan ketakutan, pundaknya digigit oleh ulat itu pertama adalah Gedong Waringin, rajanya

194 Patanjala Vol. 8 No. 2 Juni 2016: 187 - 202 hingga hilang kesaktiannya dan ia pun

agar mereka berhenti saja berperang, sebab tidak sadarkan diri.

mereka sebenarnya masih bersaudara. Peristiwa itu kelihatan oleh ibunya Akan tetapi Ratu Bondan menolaknya, ia di Kahyangan, lalu dijatuhkannya sirih menginginkan perang dilanjutkan sampai sagulung „segulung‟. Raden Rangga ada yang kalah. Sawung Galing siuman kembali, lalu

Dewi Pohaci Wiru Mananggay diambilnya gulungan sirih itu, ditancapkan menyarankan lagi agar mereka ditimbang, ke dalam perut ulat, hingga ulat itu mati.

barang siapa yang bobotnya berat, ialah

Setelah semua binatang yang sakti yang menang. Ratu Bondan setuju. mati, Dipati Dalem Genggang tidak berani

Ketika timbangan bergerak ke arah berperang dengan Raden Rangga Sawung Ratu Bondan, Dewi Pohaci Wiru Galing. Ia menyatakan takluk dan Mananggay menghentikan timbangannya menyerahkan adiknya yang bernama Nyi dan menyuruh Ratu Bondan agar melihat Lenggang Sari.

ke atas, ke arah mata timbangan. Ketika Raden Rangga Sawung Galing melihat mata timbangan, kaki Dewi Pohaci meneruskan perjalanan ke Negara Kuta menginjakkan kakinya di tempat Raden Tingkem dan Negara Marga Cina. Kedua Rangga, sehingga ketika mereka ditimbang raja di negara itu dikalahkannya pula, dan kembali, berat Raden Rangga Sawung adik-adik mereka, yang bernama Nyi Galing menjadi bertambah. Ratu Bondan Badaya Cina dan Nyi Aci Kancana menerima kalah, lalu menyerahkan diserahkan pula. Kemudian Raden Rangga adiknya yang bernama Nyi Sari Badaya, Sawung Galing dengan raja-raja takluk- dan mereka mengabdikan diri. Selesailah kannya menuju Negara Pasir Bondan.

tugas Raden Rangga Sawung Galing, Ratu Bondan berperang melawan menaklukkan keenam negara. Raden Rangga Sawung Galing. Mereka

rombongan Raden beradu kesaktian, Ratu Bondan menjadi Rangga Sawung Galing, pulang kembali ke merpati, Raden Rangga Sawung Galing Negara Kuta Manggala mengabdikan diri menjadi alap-alap; Ratu Bondan menjadi kepada Begawat Iman Sonjaya. serigala, Raden Rangga Sawung Galing

Kembalilah

Beberapa tahun berlalu, Begawat menjadi harimau; Ratu Bondan menjadi Iman Sonjaya teringat akan ayahandanya tikus; Raden Rangga menjadi kucing; Ratu yang berpesan agar ia tidak terlalu lama Bondan menjadi kepiting; Raden Rangga mengembara. Lalu ia pun mengadakan menjadi sero; Ratu Bondan menjadi persiapan untuk pulang kembali ke Negara rumpun bambu tamiang, Raden Rangga Pakuan Pajajaran. Negara Kuta Manggala menjadi kudi-kudi (parang); Ratu Bondan diserahkan kepada Raden Rangga Sawung menjadi lebah sedangkan Raden Rangga Galing, sedang istri yang dibawanya hanya menjadi karung, seterusnya berturut turut dua orang yaitu Nyi Ringgit Manik dan Ratu Bondan menjadi: ulat kayu – gunung Nyi Rangga Dewata. – padang alang-alang – kuda, sedangkan

Raden Rangga Sawung Galing Raden Rangga berturut turut melawannya memerintah di Negara Kuta Manggala dengan menjadikan dirinya: pelatuk – dibantu oleh patihnya, yaitu Raden landak – api – ketika Ratu Bondan Bondan, sedangkan Dipati Jang Manggala menjadi kuda, Raden Rangga Sawung tetap menjadi penasihat. Semua selir Galing memohon pelana kepada ibunya di Begawat Iman Sonjaya tak seorang pun Kahyangan. Dipasangnya pelana pada menjadi istrinya, tetapi mereka tetap kuda lalu ditungganginya hingga kuda itu tinggal di Negara Kuta Manggala. tersungkur, mereka kembali menjadi

Setelah Rangga Sawung Galing manusia dan terus berperang hingga memerintah, Negara Kuta Manggala akhirnya dipisah oleh Dewi Pohaci Wiru menjadi besar dan ramai, subur makmur Mananggay. Dewi Pohaci menyarankan aman dan damai.

Kajian Nilai Budaya Carita Pantun Sawung Galing (Yuzar Purnama) 195

3. Nilai Budaya yang Terkandung dalam

masyarakat, mengenai hal-hal yang harus

mereka anggap bernilai bagi kehidupan Salah satu manfaat yang dapat manusia (1984: 25). Selanjutnya para dipetik dari setiap cerita yang dilantunkan pakar mencoba menuangkan konsepsi nilai dalam kesenin carita pantun adalah nilai- budaya di antaranya Gazalba dan Sutan nilai yang terkandung dalam cerita terse- Takdir

Carita Pantun Sawung Galing

Alisyahbana. Sutan Takdir but. Juru pantun selain ingin menghibur Alisyahbana menyusun konsepsi nilai-nilai pendengar juga ingin menanamkan pesan- budaya dalam enam unsur pokok yaitu: pesan yang terdapat dalam cerita. Pesan- nilai teori, nilai ekonomi, nilai agama, nilai pesan tersebut selain untuk mencintai seni, nilai kuasa, dan nilai solidaritas karuhun (leluhur) yang kisahnya ditutur- (1977: 10). Pendapat lainnya disampaikan kan juga ingin mengarahkan pendengar oleh Gazalba yang membagi konsepsi nilai agar dapat memahami, menyimak dan budaya menjadi: nilai sosial, nilai mengambil suri teladan dari cerita tersebut.

ekonomi, nilai politik, nilai ilmu, nilai Penanaman cinta karuhun (leluhur) dalam kerja, nilai seni, nilai filsafat dan nilai kesenian carita pantun mengingatkan agama. kepada para penonton, pendengar dan

Dari kedua pendapat di atas dapat pembaca bahwa masyarakat Sunda itu dirangkum bahwa yang termasuk ke dalam merupakan turunan atau keturunan dari konsepsi nilai budaya adalah nilai agama, Siliwangi, Raja Kerajaan Pajajaran.

nilai filsafat, nilai seni, nilai kerja, nilai Pesan-pesan atau isi dari sebuah ilmu, nilai politik, nilai ekonomi, nilai cerita

lazimnya disebut nilai-nilai. sosial, nilai teori, nilai kuasa, dan nilai Tentunya nilai-nilai yang akan digali dan solidaritas. Nilai budaya yang terungkap didokumentasikan adalah nilai-nilai yang pada cerita carita pantun Sawung Galing masih relevan untuk disosialisasikan dan mencakup nilai agama, nilai politik, nilai dipraktikkan dalam kehidupan sekarang sosial, nilai ilmu dan nilai kuasa. ini. Sesuai dengan konsep fungsi karya

sastra yang diutarakan oleh Rene Wellek a. Nilai Agama

dan Austin Warren adalah dulce et utile Secara etimologi, kata “agama” artinya menyenangkan dan berguna. Jadi bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan sebuah cerita atau karya sastra tidak hanya diambil dari istilah bahasa Sansekerta yang mengandung

unsur-unsur keindahan menunjuk pada sistem kepercayaan dalam (estetis) namun ada pula unsur lain yang Hinduisme dan Budhisme di India. Agama lebih penting yaitu tujuan tertentu yang terdiri dari kata “a” yang berarti “tidak”, dapat menjadi pengajaran atau acuan hidup dan “gama” berarti kacau. Dengan bagi pembacanya (1989: 24-26). Seperti demikian, agama adalah sejenis peraturan yang dikemukakan oleh Sapardi Joko yang menghindarkan

manusia dari Damono bahwa sastra mencerminkan nilai- kekacauan, serta mengantarkan manusia nilai yang secara sadar diformulasikan dan menuju keteraturan dan ketertiban. diusahakan oleh karyanya dalam masya-

Pendapat lain bahwa agama rakat (1974: 4-5). Poerwadarminta menga- terangkai dari dua kata, yaitu a yang takan bahwa yang dimaksud dengan nilai- berarti “tidak”, dan gam yang berarti nilai yaitu kadar isi yang memiliki sifat- “pergi”, tetap di tempat, kekal-eternal, sifat atau hal-hal yang penting atau terwariskan

secara turun temurun. berguna bagi kemanusiaan (1991: 39).

Pemaknaan seperti itu memang tidak salah Koentjaraningrat mengatakan bahwa karena dalam agama terkandung nilai-nilai yang dimaksud dengan nilai budaya adalah universal yang abadi, tetap, dan berlaku tingkat yang paling abstrak dari adat yang sepanjang masa. Sementara akhiran a terdiri atas konsepsi-konsepsi, yang hidup hanya memberi sifat tentang kekekalan dan dalam alam pikiran sebagian besar warga

196 Patanjala Vol. 8 No. 2 Juni 2016: 187 - 202 karena itu merupakan bentuk keadaan yang

Munculnya latar Kahyangan ketika kekal.

Raden Rangga Sawung Galing mati saat Ada juga yang menyatakan bahwa melawan Dipati Dalem Ganggang, raja agama terdiri atas tiga suku kata, yaitu: a- dari Kerajaan Gunung Karang. Waktu itu ga-ma. A berarti awang-awang, kosong Sawung Galing keluar dari dalam gua atau hampa. Ga berarti tempat, yang dalam milik Dipati Dalem Ganggang. Saat keluar bahasa Bali disebut genah. Sementara ma dari dalam gua keluar pula binatang- berarti matahari, terang atau sinar. Jadi binatang

seperti binatang dapat diambil satu pengertian bahwa penyengat, kalajengking, ulat dan binatang agama adalah pelajaran yang menguraikan lainnya. Sawung Galing digigit ulat besar tata cara yang semuanya penuh misteri hingga pingsan. Saat pingsan kelihatan karena Tuhan dianggap bersifat rahasia oleh ibunya di

raksasa

Kahyangan, lalu (http://penaraka.blogspot.co.id/2012/04/pe dijatuhkannya sirih sagulung . Raden ngertian-agama.html , diakses tanggal 23 Rangga Sawung Galing siuman kembali, Mei 2016 pukul 15.45).

lalu diambilnya gulungan sirih itu dan Dalam Kamus Besar Bahasa ditancapkan ke perut ulat, hingga ulat itu Indonesia (KBBI) agama adalah sistem, mati. prinsip kepercayaan terhadap Tuhan atau

Istilah mantera muncul ketika Dewa dan sebagainya dengan ajaran Sawung Galing berusaha keluar gua milik kewajiban-kewajiban dan kebaktian yang Dipati Dalem Ganggang. Dengan mem- bertalian dengan kewajiban itu (1995: 10).

baca mantera sambil menerjang pintu gua, Nilai agama atau nilai-nilai yang mereka pun berhasil keluar gua. mengandung unsur keagamaan terdapat

Munculnya Dewi Pohaci Wiru pada carita pantun Sawung Galing. Cerita Mananggay saat Sawung Galing berha- pada carita pantun pada umumnya dapan dengan raja dari Kerajaan Pasir mengisahkan tentang kehidupan raja Prabu Bondan, Ratu Bondan. Keduanya, Sawung Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran beserta Galing dengan Ratu Bondan bertarung keturunannya. Disebutkan dalam beberapa tanding tidak dapat saling mengalahkan, sumber baik lisan maupun tertulis bahwa akhirnya turunlah Dewi Pohaci Wiru Prabu Siliwangi raja di Kerajaan Pajajaran Mananggay untuk memisah keduanya, adalah penganut agama Hindu. Jadi cerita karena mereka berdua masih saudara yang terdapat pada carita pantun Sawung sehingga tidak akan ada yang kalah. Galing pun menggambarkan kehidupan Akhirnya untuk mengakhiri pertarungan raja yang menganut agama Hindu. Dalam tersebut Dewi Pohaci Wiru Mananggay cerita disebut-sebut adanya Kahyangan, memberi jalan keluar dengan cara Sunan

Ambu, Nyi Pohaci Wiru menimbang berat badan, barang siapa yang Mananggay, dan mantera. Unsur-unsur berat badannya lebih unggul maka dialah tersebut merupakan pengaruh dari ajaran yang menang. Akhirnya Sawung Galing agama Hindu. Kahyangan adalah suatu memenangkannya dengan bantuan Dewi tempat di atas bumi (dunia) tempat para Pohaci Wiru Mananggay. dewa. Sunan Ambu merupakan salah satu

dewa yang berjenis kelamin perempuan b. Nilai Politik

yang berperan sebagai seorang ibu. Nyi Politik adalah sebuah tahapan untuk Pohaci Wiru Mananggay adalah sebutan membentuk atau membangun posisi-posisi dewi atau turunan dewa sebagai jelmaan kekuasaan di dalam masyarakat yang padi atau disebut juga Dewi Padi. Mantera berguna sebagai pengambil keputusan- adalah semacam doa-doa yang memiliki keputusan yang terkait dengan kondisi khasiat tertentu untuk tujuan-tujuan masyarakat. tertentu pula.

Kata politik ini berasal dari bahasa Yunani yaitu polis dan teta. Arti dari kata

Kajian Nilai Budaya Carita Pantun Sawung Galing (Yuzar Purnama) 197 polis sendiri yaitu kota/negara sedangkan pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau

untuk kata teta yaitu urusan. Jadi politik kenegaraan seperti: sistem pemerintahan merupakan sebuah usaha untuk mengelola dan dasar pemerintahan. Politik adalah dan menata sistem pemerintahan untuk segala urusan dan tindakan (kebijakan mewujudkan kepentingan atau cita-cita siasat dan seterusnya) mengenai pemerin- dari suatu negara.

tahan negara atau terhadap negara lain. Pengertian

menurut Politik adalah cara bertindak dalam Aristoteles adalah usaha yang ditempuh menghadapi atau mengatasi masalah oleh warga negara untuk mewujudkan seperti kebijaksanaan, dagang dan bahasa kebaikan

politik

Mitchel Indonesia (1995: 780). mengatakan

bersama.

Joice

Nilai politik terdapat pula dalam pengambilan keputusan kolektif atau carita pantun Sawung Galing. Saat putra pembuatan kebijakan umum untuk Prabu Siliwangi, Begawat Iman Sonjaya masyarakat seluruhnya. Roger F. Soltau meminta izin untuk mengembara ke arah mengatakan bahwa politik adalah berma- timur. Pada waktu itu Prabu Siliwangi cam-macam kegiatan yang menyangkut mengizinkan dan memberikan arahan- penentuan tujuan-tujuan dan pelaksanaan arahan, di antaranya harus menemui tujuan itu. Menurutnya politik membuat Kerajaan Kuta Ngagangsa. Sebenarnya konsep-konsep pokok tentang negara izin dan arahan dari Raja Prabu Siliwangi (state), kekuasaan (power), pengambilan itu merupakan kebijakan dan strategi keputusan (decision marking), kebijakan politik bahwa Begawat Iman Sonjaya itu (policy of beleid ), dan pembagian adalah sebagai penerus kerajaan, calon raja (distribution) atau alokasi (allocation). yang besar yang akan menguasai tanah Johan Kaspar Bluntchli mengatakan bahwa Pasundan harus memiliki pengalaman dan politik adalah ilmu yang memperhatikan keahlian yang mumpuni. masalah kenegaraan yang mencakup

Dalam perjalanannya, Begawat paham, situasi dan kondisi negara yang Iman Sonjaya menjadi raja menggantikan bersifat penting. Hans Kelsen membagi raja sebelumnya yang telah tua, dan setelah politik menjadi etik dan teknik. Politik berhasil memperluas wilayah Kerajaan sebagai etik, yakni berkenaan dengan Kuta Ngagangsa dengan menaklukkan tujuan manusia atau individu agar tetap enam kerajaan, kemudian beliau kembali hidup secara sempurna. Politik sebagai ke Kerajaan Pajajaran dan meninggalkan teknik, yakni berkenaan dengan cara Kerajaan Kuta Ngaganggsa. Adapun (teknik) manusia atau individu untuk Kerajaan Kuta Ngagangsa diberikan mencapai tujuan.

kepada Raden Rangga Sawung Galing, Dengan demikian politik adalah sebagai penghargaan karena telah berhasil sebuah perilaku atau kegiatan-kegiatan menjalankan tugasnya menaklukkan enam yang dilakukan untuk mewujudkan kerajaan. kebijakan-kebijakan dalam tatanan negara agar dapat merealisasikan cita-cita negara,

c. Nilai Kerja

sehingga mampu membangun

Pengembangan kebudayaan nasio- membentuk negara sesuai rules agar nal yaitu kebudayaan Indonesia haruslah kebahagian bersama di dalam masyarakat berfungsi sebagai penggerak arah pemba- di sebuah negara lebih mudah tercapai ngunan untuk memperkuat orientasi nilai (http://www.ikerenki.com/2014/01/penger-

dan

budaya (mentalitas) ke arah etos kerja dan tian-politik-makna-definisi-umum.html , di- sekaligus pula sebagai pembentuk jati diri akses tanggal 23 Mei 2016 pukul 15.00 bangsa Indonesia. Mewujudkan sikap WIB).

kemandirian dalam meningkatkan etos Dalam Kamus Besar Bahasa kerja ditujukan untuk meningkatkan peran Indonesia (KBBI) pengertian politik adalah serta, efisiensi, produktivitas kerja dalam

198 Patanjala Vol. 8 No. 2 Juni 2016: 187 - 202 rangka

hidup, (http://aliciakomputer.blogspot.co.id/ kecerdasan, dan kesejahteraan lahir batin.

peningkatan

taraf

2008/01/etos-kerja.html, diakses tanggal Pekerjaan terintegrasi ke dalam

23 Mei 2016 pukul 15.34 WIB). penghayatan hidup sebagai kegiatan-

Dalam Kamus Besar Bahasa kegiatan penuh arti dan tidak diisolasikan Indonesia (KBBI), pengertian etos kerja melalui berbagai sarana untuk menjamin adalah semangat kerja yang menjadi ciri kebutuhan-kebutuhan hidup ini. Ini berarti, khas dan keyakinan seseorang atau suatu pekerjaan tidak terasing dari keseluruhan kelompok (1995: 271). hidup manusia dan manusia tidak merasa

Nilai etos kerja terdapat pada carita terasing di dalamnya. Koentjaraningrat pantun Sawung Galing. Hal ini dapat mengatakan bahwa banyak kebudayaan dilihat dari peran tokoh Begawat Iman lain memberi makna yang lebih luas pada Sonjaya dan Sawung Galing. Kedua tokoh bekerja. Manusia misalnya, aktif bekerja utama dalam carita pantun Sawung Galing untuk beramal memperindah lingkungan, patut menjadi contoh bagi anak bangsa menolong orang lain yang kurang terutama generasi muda. Etos kerja yang beruntung, atau untuk menghasilkan karya- diperlihatkan oleh Begawat Iman Sonjaya, karya agung. Banyak pula kebudayaan seorang putra mahkota Raja Pajajaran, yang mengajarkan kepada warganya, sebelum menjadi raja pengganti ayahnya, bahwa manusia yang bekerja keras kelak Prabu Siliwangi, beliau ditempa dulu untuk mendapat karunia Tuhan (M. Weber dalam mengembara sampai akhirnya berhasil Purnama, 2009: 74).

menjadi seorang raja di kerajaan kecil Kuta Etos berasal dari bahasa Yunani Ngagangsa dan berhasil merebut enam (etos) yang memberikan arti sikap, kerajaan lainnya. Setelah merasa cukup kepribadian,

watak, karakter, serta menimba ilmu dan menempa pengalaman keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja di pengembaraannya, Begawat Iman dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh Sonjaya meninggalkan kursi kekuasaannya kelompok bahkan masyarakat. Dalam untuk kembali ke Kerajaan Pajajaran Kamus Besar Bahasa Indonesia etos kerja sesuai pesan dari ayahnya, Prabu adalah semangat kerja yang menjadi ciri Siliwangi. khas dan keyakinan seseorang atau sesuatu

Etos kerja Begawat Iman Sonjaya kelompok.

dalam menggapai cita-citanya patut Dalam pengertian lain, etos dapat menjadi teladan bagi generasi muda. diartikan

sebagai thumuhat yang Begawat Iman Sonjaya melakukan berkehendak atau berkemauan yang perjalanan yang cukup jauh dengan disertai semangat yang tinggi dalam menghadapi berbagai rintangan, baik rangka mencapai cita-cita yang positif. rintangan alam dan rintangan lainnya, Akhlak atau etos dalam terminologi begitu pun setelah menjadi raja rintangan Ahmad Amin adalah membiasakan demi rintangan terus dialaminya sampai kehendak. Simpulannya, etos adalah sikap cita-citanya berhasil. Cita-cita akan dapat yang tetap dan mendasar yang melahirkan diraih apabila diperjuangkan dengan sekuat perbuatan-perbuatan dengan mudah dalam tenaga untuk dapat mencapainya. Setiap pola hubungan antara manusia dengan usaha ke arah cita-cita adalah suatu dirinya dan di luar dirinya.

kebaikan yang patut dihargai dan Dari keterangan di atas penulis dapat dibanggakan. Begitu pula dalam kehidupan menyimpulkan bahwa kata etos berarti sehari-hari, banyak sekali pekerjaan yang watak atau karakter seorang individu atau harus dipikul baik sebagai karyawan, kelompok manusia yang berupa kehendak pegawai, buruh, pedagang dan sebagainya. atau kemauan yang disertai dengan Pekerjaan harus diselesaikan karena semangat yang tinggi guna mewujudkan pekerjaan merupakan tanggung jawab sesuatu

keinginan

atau

cita-cita setiap orang untuk melaksanakannya. Hasil

Kajian Nilai Budaya Carita Pantun Sawung Galing (Yuzar Purnama) 199 suatu pekerjaan dan usaha ke arahnya anggap amat penting dalam hidup

merupakan suatu kebajikan dan perbuatan (http://www.zonasiswa.com/2014/07/nilai- yang mulia. Oleh karena itu dalam sosial-pengertian-jenis-sumber.html, diak- melaksanakan dan menunaikan pekerjaan ses tanggal 23 Mei 2016 pukul 15.21 harus dengan semangat dan motivasi yang WIB). tinggi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Etos kerja yang diperlihatkan Indonesia (KBBI), pengertian sosial adalah Sawung

Galing pun tidak kalah berkenaan dengan masyarakat perlu pentingnya. Sawung Galing adalah seorang adanya komunikasi dalam usaha menun- tokoh

berhasil jang pembangunan ini. Sosial adalah suka menaklukkan enam kerajaan. Sawung memperhatikan kepentingan umum seperti Galing adalah Sang Penakluk, enam suka menolong, menderma, dan seba- kerajaan berhasil ditaklukkan dengan gainya (1995: 958). tangannya. Keenam kerajaan itu adalah

perkasa

karena

Nilai sosial terdapat dalam carita Gedong Waringin, rajanya Dipati Gajah; pantun . Nilai ini diperlihatkan oleh Gunung Tilu, rajanya Lembu Wulung;

Sawung Galing. Selepas Begawat Iman Gunung Karang, rajanya Dipati Dalem Sonjaya menyerahkan kekuasaan Kerajaan Genggang; Kuta Tingkem, rajanya Kuta Ngagangsa kepada Sawung Galing, bernama Dipati Gajah Cina; Margacina, semenjak itu, Sawung Galing resmi rajanya Dipati Gajah Cina; dan Pasir menjadi raja di Kerajaan Kuta Ngagangsa. Bondan, rajanya bernama Ratu Bondan.

Begawat Iman Sonjaya pulang ke Kerajaan Pajajaran hanya membawa

permaisuri Ringgit Manik dan satu selir Masyarakat adalah makhluk sosial bernama Rangga Dewata, sedangkan enam yaitu makhluk yang tidak dapat hidup selir lainnya ditinggalkannya di Kuta sendirian. Manusia hidup membutuhkan Ngagangsa. Keenam selir Begawat Iman kehadiran manusia lainnya. Setiap individu Sonjaya yaitu Nyi Caringin Kembang, dalam masyarakat memiliki pranata Panggung Wayang, Nyi Lenggang Sari, sosialnya. Setiap pranata sosial memiliki Badaya Cina, Nyi Aci Kancana dan Nyi peran dan fungsi dalam masyarakatnya. Sari Bondan. Keenam selir yang Masing-masing menghormati dan meng- ditinggalkan oleh Raja Begawat Iman hargainya.

d. Nilai Sosial

kemudian dijadikan Nilai sosial dapat diartikan sebagai permaisuri atau selir Sawung Galing, sesuatu yang baik, diinginkan, diharapkan, namun mereka tetap diizinkan tinggal di dan dianggap penting oleh masyarakat. Kerajaan Kuta Ngagangsa. Dan Raja Hal-hal tersebut menjadi acuan warga Sawung Galing menghormati serta masyarakat dalam bertindak. Jadi, nilai menjaga keenam selir Begawat Iman sosial mengarahkan tindakan manusia.

Sonjaya

tidak

Sonjaya tersebut.

Wujud nilai dalam kehidupan itu merupakan sesuatu yang berharga sebab

e. Nilai Ilmu