ASPEK HUKUM DALAM INFORMASI. pdf

ASPEK HUKUM DALAM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
DAN KESEHATAN

UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan

Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

DASAR HUKUM
Undang – Undang Lingkungan Hidup yang menjadi
dasar hukum dan merupakan payung dari seluruh
kebijakan Lingkungan Hidup :
1. Undang-Undang Republik Indonesia no. 4 Tahun 1982
(UULH) Tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup
2. Undang - Undang Lingkungan Hidup no 23 Tahun 1997,
dan
3. UU no 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup


Pasal 162:
Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat,
baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.

Bab XI: Kesehatan Lingkungan
Pasal 162-163

163:
Ayat 1
Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat
menjamin ketersediaan lingkungan yang sehat
dan tidak mempunyai risiko buruk bagi kesehatan.
Ayat 2
Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mencakup lingkungan permukiman,
tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum.
Ayat 3

a. Limbah cair
b. Limbah padat
c. Limbah gas
d. sampah yang tidak diproses sesuai den gan persyaratan yang
ditetapkan pemerintah;
e. binatang pembawa penyakit;
f. zat kimia yang berbahaya;
g. kebisingan yang melebihi ambang batas;
h. radiasi sinar pengion dan non pengion;
i. air yang tercemar

DEFINISI LINGKUNGAN :
• Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk
manusia,
dan
perilakunya,
yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain;
• Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan hidup adalah
upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah
terjadinya pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup
yang meliputi perencanaan, kebijaksanaan penataan,
pemanfaatan,
pengembangan,
pengendalian,
pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan penegakan
hukum;

1

Asas Perlindungan dan Pengelolaan
lingkungan hidup
a. tanggung jawab negara;
b. kelestarian dan keberlanjutan;
c. keserasian dan keseimbangan;
d. keterpaduan;

e. manfaat;
m. Tata kelola pemerintahan
yang baik
f. kehati-hatian;
n. Otonomi daerah
g. keadilan;
h. ekoregion;
i. keanekaragaman hayati;
j. pencemar membayar;
k. partisipatif;
l. kearifan lokal;

Dampak Negatif
Pembangunan

Penurunan
Kualitas Lingkungan
- Pencemaran (udara, tanah, air, laut)
- Cadangan SDA menipis
- Bencana alam (kekeringan, banjir, dll)

- Ketidakseimbangan iklim

Pembangunan
Berkelanjutan
(WSSD)

Perlu Sinergisme antara
Pembangunan
dan Lingkungan Hidup

Ruang Lingkup:
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meliputi:
a. perencanaan;
b. pemanfaatan;
c. pengendalian;
d. pemeliharaan;
e. pengawasan; dan
f. penegakan hukum.

KRITERIA DAMPAK BESAR DAN PENTING

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Jumlah manusia yang terkena dampak
Luas wilayah persebaran dampak
Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Komponen LH lain yang terkena dampak
Sifat kumulatif dampak
Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

PERUNDANG-UNDANGAN
1. UU No, 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UU no 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup)

PERUNDANG- UNDANGAN

PROGRAM PENYEHATAN
LI NGKUNGAN DAN AI R

2. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan (Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan)
3. Kep.Menkes No. 907 tahun 2002 tentang Syarat-sayarat
dan Pengawasan Kualitas Air Minum
4. Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syaratsyarat dan Pengawasan Kualitas Air
5. Kep. MenKes No. 1407 tahun 2002 tentang Pedoman
Pengendalian Dampak Pencemaran Udara
6. Kep.Menkes No. 1350 tahun 2001 tentang Pestisida

2

PERUNDANG- UNDANGAN
7. Kep. MenKes No. 1217 tahun 2001 tentang Pedoman
Pengamanan Dampak Radiasi
8. Kep.Men. LH No. 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat
Kebisingan


9. Keputusan bersama menteri Kesehatan dan Menteri
Pertanian Nomor:
881/Menkes/SKB/VIII/1996 tentang Batas Maksimum
Residu Pestisida

3. Kep.Menkes No. 907 tahun 2002
tentang Syarat- syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum
1.

2.
3.

4.

Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan
atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum
Sampel Air adalah air yang diambil sebagai contoh yang

digunakan untuk keperluan pemeriksaan laboratorium
Pengelolaan penyediaan Air Minum adalah Badan
usaha yang mengelola air minum untuk keperluan
masyarakat
Dinas kesehatan adalah Dinas kesehatan
Kabupaten/kota.

10. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

715/Menkes/Sk/V/2003 Tentang Persyaratan
Hygiene Sanitasi Jasaboga.
11. Kep.Men LH No.58 tahun 1995 tentang
Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan RS
12. Kep. Menkes No.1204 tahun 2004 tentang
Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
13. Permenkes nomer 492 tahun 2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum

PASAL 2

(1) Jenis Air Minum meliputi:
a. Air yg Didistribusikan melalui pipa untuk
keperluan rumah tangga
b. Air yg didistribusikan melalui tangki air
c. Air kemasan
d. Air yg digunakan utk produksi bahan
makanan dan minuman yg disajikan kpd
masyarakat; harus memenuhi syarat kualitas air
minum.
(2) Persyaratan kualitas air minum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi persyaratan
Bakteriologis, Kimiawi, Radioaktif dan Fisik

PASAL 3
Menteri Kesehatan melakukan pembinaan teknis terhadap segala kegiatan yang berhubungan
dengan penyelenggaraan persyaratan kualitas air minum.
PASAL 4
(1)
Pengawasan kualitas air minum dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
(2)

Hasil Pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) wajib dilaporkan secara berkala oleh Kepala
Dinas kepada Bupati/Wali Kota.
PASAL 6
Pemeriksaan sampel air minum dilaksanakan di laboratorium pemeriksaan kualitas air yang
ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten/kota.

PASAL 14
Dengan ditetapkannya Keputusan ini , maka
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor :
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syaratsyarat dan Pengawasan Kualitas Air,
sepanjang menyangkut air minum dinyatakan
tidak berlaku lagi.

3

4. Permenkes No.
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas
Air
1.
2.
3.
4.
5.

Air adalah air minum, air bersih, air kolam renang, dan air
pemandian umum
Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan
dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Air kolam renang adalah air didalam kolam renang yang
digunakan untuk olah raga renang dan kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan.
Air pemandian umum adalah air yang digunakan pada
tempat-tempat pemandian bagi umum tidak termasuk
pemandian untuk pengobatan tradisional dan kolam
renang, yang kualitasnya memenuhi kesehatan.

Pasal 2
(1) Kualitas air harus memenuhi syarat
kesehtan yang meliputi persyaratan
Mikrobiologi, fisika kimia, dan radioaktif.
Pasal 3
(1) Pengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah
penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat
mengganggu dan membahayakan kesehatan, serta
meningkatkan kualitas air
(2) Pengawasan kualitas air sebagaimana dimaksud dalam
ayat(1) dilaksanakan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Daerah Tingkat II
Pasal 5
(1) Pemeriksaan contoh air dilaksanakan oleh
Laboratorium yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan

5. Kep. MenKes No.
1407/MENKES/SK/XI/2002 Tentang
Pedoman Pengendalian Dampak
Pencemaran Udara

Pasal 6
(1) Penyimpangan dari syarat-syarat
kualitas air seperti yang tercantum
dalam Peraturan Menteri ini tidak
dibenarkan, kecuali dalam keadaan
khusus di bawah pengawasan
Kepala Dinas kesehatan Daerah
Tingkat II setelah berkonsultasi
dengan Kakanwil.
Pasal 9
Air yang digunakan untuk kepentingan
umum wajib diuji kualitas airnya

WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB SEKTOR
KESEHATAN
PP No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai
Daerah Otonom pasal 2, ayat (3) bidang Kesehatan
dalam hal Penegendalian dampak Pencemaran
Udara merupakan salah satu upaya dari Survailans
epidemiologi dan pemberantasan Penyakit berbasis
Lingkungan, seperti Ispa dan TB paru, serta kejadian
berbagai kasus pencemaran yang merupakan “New
Emerging Diseases” seperti : Legionellosis dan Sick
building Sindrom.

Pengendalian dampak pencemaraan udara adalah : Upaya Promotif,
preventif, penyelidikan, pemantauan, pengobatan dan pemulihan
terhadap kesehatan masyarakat yang diakibatkan oleh dampak
pencemaran udara
A. Perencanaan
B. Pelaksanaan : rutin dan darurat
C. Penyiapan Sumber Daya Manusia
1. Sumber Daya manusia: Pengetahuan & keterampilan
2. Peralatan: ukur debu,angka kuman, gas
polutan,klimatologi (suhu, kelembaban,cahaya,
kec.angin)
3. Dana : APBN, APBD, Bantuan LN, Pihak
pemrakarsa,dll
D. Monitoring dan Evaluasi
E. Penyuluhan dan Evaluasi

6. Kep.Menkes No. 1350 tahun 2001
tentang Pestisida

1. Pengelolaan Pestisida adalah : Kegiatan yang meliputi pembuatan,
pengangkutan, penyimpanan, peragaan, penggunaan dan
pembuangan/pemusnahan pestisida.
2. Pestisida Terbatas adalah Pestisida yang karena sifatnya (fisik dan
kimia) dan atau karena daya racunnya, dinilai sangat berbahaya bagi
kehidupan manusia dan lingkungannya, oleh karenanya hanya diijinkan
untuk diedarkan disimpan, dan digunakan secara terbatas.
3. Persyaratan Kesehatan Pestisida adalah : ketentuan-ketentuan yang
bersifat teknis kesehatan yang harus dipenuhi untuk tujuan melindungi,
memelihara, dan/atau mempertinggi derajat kesehatan dalam
pengelolaan pestisida
4. Pengamanan Pengelolaan pestisida adalah serangkaian kegiatan yang
ditujukan untuk mencegah dan menanggulangi keracunan dan
pencemaran pestisida terhadap manusia dan lingkungannya.

4

PASAL 3
Berdasarkan bentuk fisik, jalur masuk kedalam tubuh dan daya
racunnya bila terhirup/terkontaminasi, dibagi menjadi 4 (empat)
kelas yaitu:

Kelas I

: Pestisida yg sangat berbahaya
sekali
Kelas Ib : Pestisida yg sangat berbahaya
Kelas II : Pestisida yg berbahaya
Kelas III : Pestisida yg cukup berbahaya
PASAL 5
(3) Perlengkapan pelindung pestisida:
1. Pelindung kepala (topi)
2. Pelindung mata ( goggle)
3. Pelindung pernafasan (respirator)
4. Pelindung badan (baju overall/apron)
5. Pelindung tangan (glove)
6. Pelindung kaki ( sepatu Boot)

PASAL 6
Tenaga penanggung jawab teknis, supervisor, tenaga penjamah,
operator dan teknisi pestisida harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Mempunyai kondisi kesehatan yang layak untuk bekerja
dibidang pestisida berdasarkan surat keterangan sehat dari
dokter melalui pemeriksaan kesehatan secara berkala
b. Mempunyai sertifikat tanda lulus sebagai tenaga penanggung
jawab teknis, supervisor, tenaga penjamah, operator dan
teknisi pestisida oleh Dinas kesehatan di Kabupaten/Kota.
PASAL 8
Tempat pembuatan, penyimpanan, peragaan dan pengangkutan
pestisida harus memenuhi persyaratan kesehatan.

7. Kep. MenKes No. 1217 tahun
2001 tentang Pedoman
Pengamanan Dampak
Radiasi
1. Radiasi adalah : emisi dan penyebaran
energi melalui ruang(media) dalam
bentuk gelombang elektromagnet atau
partikel-partikel atau elementer dengan
energi kinetik yang sangat tinggi
2. Radiasi pengion adalah : emisi dan
penyebaran gelombang elektromagnetik
dan partikel bermuatan yang karena
energi yang dimilikinya mampu
mengionisasi media yang dilaluinya.
3. Radiasi non pengion adalah : emisi dan
penyebaran gelombang elektromagnetik
dan partikel bermuatan yang karena
energi yang dimilikinya tidak mampu
mengionisasi media yang dilaluinya.

PASAL 3
(1) Pengamanan dampak Radiasi kegiatan yang meliputi kajian
epidemilogi dan analisis dampak Kesehatan Lingkungan
(2) Kegiatan kajian epidemiologi dan analisis dampak kesehatan
lingkungan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa survey, analisis klinis, analisis laboratorium dan
analisis statistik.
PASAL 12
(1) Pembinaan dan pengawasan pengamanan dampak radiasi
secara nasional dilakukan oleh Direktur Jenderal yang
bertangggung jawab dibidang Kesehatan lingkungan
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan melalui ; pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan,
arahan, dan supervisi.
(3) Pengawasan yang dimaksud dilakukan untuk mencegah, dan
menilai pelaksanaan pedoman atau standar yang berlaku
dalam pengamanan dampak radiasi bagi kesehatan.

4. Pengamanan dampak radiasi adalah : Upaya
perlindungan kesehatan masyarakat dari
dampak radiasi melalui promosi dan
pencegahan resiko atas bahaya radiasi, dengan
melakukan kegiatan pemantauan, investigasi
dan mitigasi pada sumber, media lingkungan
dan manusia yang terpajan bahan atau alat
yang mengandung radiasi.
5. Sistem kewaspadaan dini ( SKD ) adalah :
proses pemantauan yang dilakukan untuk
memperoleh gambaran tentang situasi atau
perkembangan dari suatu peristiwa atau
kejadian penyakit, pencemaraan lingkungan,
dan radiasi yang diperkirakan dapat muncul
menjadi KLB.

8. Kep.Men. LH No. 48 tahun 1996
tentang Baku Tingkat Kebisingan
1. Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkandari
usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu
tertentu yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan
2. Tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi
yang dinyatakan dalam satuan desibel disingkat db
3. Baku Tingkat kebisingan adalah batas maksimal
tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke
lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan.

5