SERUM VITAMIN D PADA DAERAH PAPARAN SINA
SERUM VITAMIN D PADA DAERAH PAPARAN SINAR
MATAHARI TINGGI DAN DAERAH MUSIM DINGIN
DISUSUN OLEH :
ERNI RUKMANA
G2C009024
PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2010
BAB I
PENDAHULUAN
Vitamin D adalah salah satu vitamin yang larut lemak. Vitamin D dapat dibentuk dengan
bantuan matahari. Bila tubuh tidak dapat mendapat cukup sinar matahari, vitamin D perlu
dipenuhi melalui makanan bahkan bisa melalui serum vitamin D. Pada daerah yang mempunyai
musim dingin yang jarang sekali mendapatkan matahari, daerah tersebut dianjurkan untuk
melebihkan asupan vitamin D agar tidak terjadi defisiensi vitamin D. (1)
Kekurangan vitamin bukan hanya saja terjadi pada daerah yang jarang terkena matahari,
kekurangan vitamin D bisa terjadi pada daerah yang terkena paparan matahari tinggi. Jadi daerah
yang mendapatkan paparan matahari tidak menjamin mendapatkan vitamin D yang cukup. (2)
Metabolisme dari vitamin D banyak bergantung dengan tingkat konsumsi yang
mengandung vitamin D dan sinar matahari. Vitamin D3 (kolekalsiferol) dibentuk didalam kulit
oleh sinar ultraviolet dari 7-dehidrokolesterol. Sinar matahari juga dapat mengubah provitamin
D3 menjadi bahan aktif yang dibentuk bergantung pada intensifitas radiasi ultraviolet. Faktor lain
yang berpengaruh terhadap pembentukan provitamin D3 adalah pigmentasi, penggunaan alas
penahan matahari (sunscreen) dan lama waktu penyingkap terhadap matahari.
Vitamin D3
didalam hati diubah menjadi bentuk aktif 25-hidroksi kolekalsiferol
[25(OH)D3)] yang lima kali lebiih aktif daripada vitamin D3. Bentuk [25(OH)D3)] adalah bentuk
vitamin D yang paling banyak didalam darah dan banyaknya bergantung pada konsumsi dan
penyingkapan tubuh terhadap matahari. (1)
Oleh sebab itu pada wilayah musim dingin perlu diperhatikan asupan vitamin D dan juga
pada daerah paparan matahari tinggi belum tentu kecukupan vitamin Dnya terpenuhi karena
kekurangan vitamin D salah satu faktor adalah pigmen kulit hitam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Peranan vitamin D dalam penyerapan kalsium dan metabolisme untuk kesehatan tulang
sangat dikenal. Namun, ada mengumpulkan bukti bahwa status vitamin D yang rendah dikaitkan
dengan resiko yang lebih besar kanker, multiple sclerosisi, dan jenis diabetes mellitus. Selain itu
vitamin D yang penting bagi optimal fungsi sistem kekebalan dan berpengaruh positif pada
tekanan darah. Vitamin D adalah unik, karena pertemuan tubuh manusia bergantung pada
produksi endogen vitamin D3, terbentuk dari aktivasi 7-dehidrokolesterol memalui pemaparan
dari kulit melalui ultraviolet (UVB) radiasi, makanan yang mengandung vitamin D dan
suplemen. Di swedia, semua makanan yang diperkaya vitamin D, tapi paparan sinar matahari
terbatas sehingga mengakibatkan kekurangan vitamin D. (3)
Vitamin D telah lama dikenal untuk memainkan peran penting dalam metabolisme
kalsium, dan baru-baru ini telah ditemukan memiliki fungsi nonkalsitropik. Fungsional yang
relavan
pengukurann berbagai studi terbaru menunjukkan bahwa batas serum D 25-
hidroksivitamin (indicator fungsional status vitamin D) harus lebih besar dari 25 nmol/L. hal ini
sepakat bahwa konsentrasi yang optimal harus 75 atau 80 nmol/L. (2)
Dietary Guidelines for Americans 2005 merekomendasikan bahwa orang-orang yang
beresiko tinggi seperti orang-orang lanjut usia, memilki warna kulit gelap, atau mendapatkan
sinar matahari yang sedikit harus mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin D jauh
lebih tinggi (25 1g, atau 1000 IU/d) untuk mempertahankan serum 25-hidroksivitamin D dalam
konsentrasi 80 nmol/L dimana serum hormone paratiroid (PTH) konsentarsi maksimal dari
beberapa penelitian. Meningkatkan konsentarsi serum 25-hidroksivitamin D untuk 75-80 nmol/L
dari 50 nmol/L yang terkait dengan serum PTH, efesiensi penyerapan kalsium dua pertiga lebih
besar, yang sepertiga penurunan risiko patah tulang osteoporosisi, mineral tulang yang lebih
besar kerapatannya, dan kecepatan penurunan resorpsi tulang. (4)
BAB III
PEMBAHASAN
Kekurangan vitamin D telah diamati diantara populasi di Amerika Serikat bagian utara.
Namun data prevalensi kekurangan vitamin D di daerah paparan matahari tinggi seperti Arizona
terbatas.Dalam penelitian di daerah Arizona menganalisis serum 25 - hidroksivitamin D [25
(OH) D]. Meskipun berada di wilayah dengan paparan matahari tinggi. Orang dewasa di Arizona
selatan umumnya kekurangan vitamin D, terutama kulit hitam dan hispanik. (2)
Saat ini, direkomendasikan asupan vitamin D 200IU untuk individu yang berusia 51
tahun sedangkan asupan vitamin D 400IU untuk mereka yang berusia 51-70 tahun untuk
pencegahan penyakit rakhitis dan osteomalasia. (2)
Kekurangan vitamin D di definisikan sebagai konsentrasi beredarnya 25-hiroksivitamin
D [25 (OH) D] 10 ng/mL, tetapi penelitian selanjutnya telah menunjukkan bahwa konsentrasi 20
ng/mL tidak mencukupi darah hormone paratiroid (PTH) homeostasis. Baru-baru ini,
direkomendasikan kekurangan vitamin D didefinisikan sebagai konsentrasi yang beredar 25
(OH) D 32ng/mL, yang didasarkan pada optimalisasi PTH, penyerapan kalsium, dan kepadatan
mineral tulang. (2)
Perbedaan antar ras-etnis, warna kulit, dan
jenis kelamin merupakan faktor dari
kekurangan vitamin D. Pria menghabiskan hampir dua kali lebih banyak waktu dalam matahari
dan mengkonsumsi lebih sumber makanan vitamin D, sedangkan wanita asupan vitamin D tidak
mencukupi sehingga wanita rawan untuk defisiensi vitamin D. (2)
Faktor dari warna kulit hitam mengakibatkan paparan sinar matahari kurang berpengaruh
beredarnya 25 (OH) D pada kulit hitam. Meskipun paparan sinar matahari tinggi di Arizona
Selatan dan Florida, kekurangan vitamin D lebih sering terjadi pada bulan-bulan musim dingin
daripada bulan-bulan musim panas. (2)
Pada wanita sering terjadi kekurangan vitamin D, bahkan pada musim dingin sangat
rentan terjadinya kekurangan vitamin D pada wanita. Status vitamin D pada wanita Swedia
selama musim dingin sangat banyak terjadi defisensi vitamin D. Vitamin D di produksi endogen
setelah sinar matahari tetapi juga dapat di peroleh dari sumber makan alami, fortifikasi makanan
dan suplemen diet. Para wanita mencakup makanan kebiasaan, penggunaan suplemen diet, dan
prilaku yang berhubungan dengan matahari. (3)
Asupan Vitamin D tinggi di Swedia daripada di Eropa Selatan mungkin karena vitamin D
umum pada semua produk susu rendah lemak, margarin (margarine lembut, margarine rendah
lemak, margarine biasa dan margarine cair), serta semakin sering konsumsi lemak ikan seperti
salmon dan ikan haring dan penggunaan suplemen makanan. Cara ini dapat mencegah terjadinya
kekurangan vitamin D dengan kontrol diet. (3)
Asupan diet vitamin D, suplemen vitamin D dan sinar dari UVB untuk konsentrasi serum
25 (OH) D selama musim dingin di swedia dapat mengatasi kekurangan vitamin D. Asupan
vitamin D adalah nilai substansial, dan lemak konsumsi ikan memiliki pengaruh yang paling
penting pada vitamin D. status 2-3 porsi mingguan lemak ikan akan meningkatkan serum 25
(OH) D konsentrasi sebesar 45%. Sehingga pentingnya asupan diet vitamin D untuk memicu
serum 25 (OH) D. (3)
Seseorang yang mendapatkan penyinaran terbatas terhadap cahaya ultraviolet B,
termasuk seserorang yang berada di ruangan, tidak dapat menerima cukup vitamin D. studi
terbaru menunjukkan bahwa optimal serum D 25-hidroksivitamin [25 (OH) D] seharusnya 80
nmol/L. (4)
Penelitian di Antartika pada musim dingin di rancang untuk mengevaluasi efektivitas dari
3 dosis vitamin D untuk meningkatkan dan memelihara 25 (OH) D untuk konsentrasi 80 nmol/L
pada orang dengan sinar ultraviolet B yang terbatas. Hal ini dilakukan selama musim dingin di
Antartika di Stasiun McMurdo. (4)
Hasil penelitian di Antartika sekitar 5 bulan setelah suplemntasi di mulai, 25 (OH) D
meningkat. Penurunan pada kelompok yang tidak di beri suplemen.Suplemen vitamin D sangat
penting untuk seseorang yang berada di ruang angkasa karena kendaraan pesawat ruang angkasa
mencegah mereka dari terkena sinar ultraviolet dan sistem ruang makanan memberikan pasokan
makanan yang tidak cukup vitamin D. meskipun ketentuan suplemen vitamin D harian (400 IU)
untuk International Space Station (ISS) dan anggota penerbangan, vitamin D untuk status
astronot ini secara konsisten lebih rendah setelah penerbangan dari sebelumnya dan dalam
beberapa anggota penerbangan telah menurun menjadi konsentrasi klinis dianggap signifikan
seperti dilaporkan pada tahun 2005, serum 25-hidroksivitamin D untuk sekelompok anggota
penerbangan ISS AS sebelum penerbangan 63-16 nmol/L, setelah 4 bulan untuk penerbangan
angkasa dalam 6 bulan mengalami penurunan 25-30% meskipun pemberian suplemen vitamin D
(400IU/d).(4)
Pemberian rekomendasi untk suplemen vitamin D untuk mempertahankan serum 25hidroksivitamin D dalam konsentarsi optimal 75-80 nmol/L sangat penting untuk perpanjanagan
penerbangan oleh anggota penerbang di ISS selama 6 bulan dan sangat penting untuk eksplorasi
di Bulan dan Mars pada tahun lama. Salah satu dari model ini adalah subyek belanja musim
dingin di Antartika, dimana sinar ultraviolet B (UVB) radiasi pada dasarnya nol selama musim
dingin. Tujuan utama dari penelitian di Antartika adalah untuk menentukan efektifitas 3 dosis
berbeda dari suplemen vitamin D3 dalam memungkinkan subjek tanpa paparan sinar matahari.
(4)
Sehingga pada daerah yang sering terjadi musim dingin seperti di swedia dan Antartika
harus di perhatikan asupan makanan yang cukup mengandung vitamin D untuk meningkatkan
serum 25-hidroksivitamin D, sedangkan pada daerah yang sering terjadi paparan sinar matahari
tinggi juga perlu diperhatikan karena tidak memungkinkan pada daerah yang terkena sinar
matahari tinggi cukup memenuhi vitamin D.
BAB III
KESIMPULAN
1. Dietary Guidelines for Americans 2005 merekomendasikan bahwa orang-orang yang
beresiko tinggi adalah orang-orang lanjut usia, memilki warna kulit gelap, atau
mendapatkan sinar matahari yang sedikit.
2. Daerah musim dingin seperti Swedia dan Antartika sering terjadi kekurangan vitamin D
karena daerah tersebut mendapatkan sinar matahari yang sedikit.
3. Daerah yang terkena sinar matahari tinggi juga sering terjadi kekurangan vitamin D
karena salah satu faktor penyebabnya warna kulit gelap.
4. Serum 25-hidroksivitamin D dapat meningkat dengan pengonsumsian vitamin D yang
cukup untuk menghindari kekurangan vitamin D.
DAFTAR PUSTAKA
1). Almatsier Sunita. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
2) Elizabeth T Jacobs, David S Alberts, Janet A Foote, Sylvan B Green, Bruce W Hollis, Zerui
Yu, and María Elena Martínez. 2008. Vitamin D insufficiency in southern Arizona.
3). Ann Burgaz, Agneta Åkesson, Annette O¨ ster, Karl Michae¨lsson, and Alicja Wolk. 2007.
Associations of diet, supplement use, and ultraviolet B radiation exposure with vitamin D status
in Swedish women during winter.
4). Scott M Smith, Keri K Gardner, James Locke, and Sara R Zwart. 2009.Vitamin D
supplementation during Antarctic winter.
MATAHARI TINGGI DAN DAERAH MUSIM DINGIN
DISUSUN OLEH :
ERNI RUKMANA
G2C009024
PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2010
BAB I
PENDAHULUAN
Vitamin D adalah salah satu vitamin yang larut lemak. Vitamin D dapat dibentuk dengan
bantuan matahari. Bila tubuh tidak dapat mendapat cukup sinar matahari, vitamin D perlu
dipenuhi melalui makanan bahkan bisa melalui serum vitamin D. Pada daerah yang mempunyai
musim dingin yang jarang sekali mendapatkan matahari, daerah tersebut dianjurkan untuk
melebihkan asupan vitamin D agar tidak terjadi defisiensi vitamin D. (1)
Kekurangan vitamin bukan hanya saja terjadi pada daerah yang jarang terkena matahari,
kekurangan vitamin D bisa terjadi pada daerah yang terkena paparan matahari tinggi. Jadi daerah
yang mendapatkan paparan matahari tidak menjamin mendapatkan vitamin D yang cukup. (2)
Metabolisme dari vitamin D banyak bergantung dengan tingkat konsumsi yang
mengandung vitamin D dan sinar matahari. Vitamin D3 (kolekalsiferol) dibentuk didalam kulit
oleh sinar ultraviolet dari 7-dehidrokolesterol. Sinar matahari juga dapat mengubah provitamin
D3 menjadi bahan aktif yang dibentuk bergantung pada intensifitas radiasi ultraviolet. Faktor lain
yang berpengaruh terhadap pembentukan provitamin D3 adalah pigmentasi, penggunaan alas
penahan matahari (sunscreen) dan lama waktu penyingkap terhadap matahari.
Vitamin D3
didalam hati diubah menjadi bentuk aktif 25-hidroksi kolekalsiferol
[25(OH)D3)] yang lima kali lebiih aktif daripada vitamin D3. Bentuk [25(OH)D3)] adalah bentuk
vitamin D yang paling banyak didalam darah dan banyaknya bergantung pada konsumsi dan
penyingkapan tubuh terhadap matahari. (1)
Oleh sebab itu pada wilayah musim dingin perlu diperhatikan asupan vitamin D dan juga
pada daerah paparan matahari tinggi belum tentu kecukupan vitamin Dnya terpenuhi karena
kekurangan vitamin D salah satu faktor adalah pigmen kulit hitam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Peranan vitamin D dalam penyerapan kalsium dan metabolisme untuk kesehatan tulang
sangat dikenal. Namun, ada mengumpulkan bukti bahwa status vitamin D yang rendah dikaitkan
dengan resiko yang lebih besar kanker, multiple sclerosisi, dan jenis diabetes mellitus. Selain itu
vitamin D yang penting bagi optimal fungsi sistem kekebalan dan berpengaruh positif pada
tekanan darah. Vitamin D adalah unik, karena pertemuan tubuh manusia bergantung pada
produksi endogen vitamin D3, terbentuk dari aktivasi 7-dehidrokolesterol memalui pemaparan
dari kulit melalui ultraviolet (UVB) radiasi, makanan yang mengandung vitamin D dan
suplemen. Di swedia, semua makanan yang diperkaya vitamin D, tapi paparan sinar matahari
terbatas sehingga mengakibatkan kekurangan vitamin D. (3)
Vitamin D telah lama dikenal untuk memainkan peran penting dalam metabolisme
kalsium, dan baru-baru ini telah ditemukan memiliki fungsi nonkalsitropik. Fungsional yang
relavan
pengukurann berbagai studi terbaru menunjukkan bahwa batas serum D 25-
hidroksivitamin (indicator fungsional status vitamin D) harus lebih besar dari 25 nmol/L. hal ini
sepakat bahwa konsentrasi yang optimal harus 75 atau 80 nmol/L. (2)
Dietary Guidelines for Americans 2005 merekomendasikan bahwa orang-orang yang
beresiko tinggi seperti orang-orang lanjut usia, memilki warna kulit gelap, atau mendapatkan
sinar matahari yang sedikit harus mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin D jauh
lebih tinggi (25 1g, atau 1000 IU/d) untuk mempertahankan serum 25-hidroksivitamin D dalam
konsentrasi 80 nmol/L dimana serum hormone paratiroid (PTH) konsentarsi maksimal dari
beberapa penelitian. Meningkatkan konsentarsi serum 25-hidroksivitamin D untuk 75-80 nmol/L
dari 50 nmol/L yang terkait dengan serum PTH, efesiensi penyerapan kalsium dua pertiga lebih
besar, yang sepertiga penurunan risiko patah tulang osteoporosisi, mineral tulang yang lebih
besar kerapatannya, dan kecepatan penurunan resorpsi tulang. (4)
BAB III
PEMBAHASAN
Kekurangan vitamin D telah diamati diantara populasi di Amerika Serikat bagian utara.
Namun data prevalensi kekurangan vitamin D di daerah paparan matahari tinggi seperti Arizona
terbatas.Dalam penelitian di daerah Arizona menganalisis serum 25 - hidroksivitamin D [25
(OH) D]. Meskipun berada di wilayah dengan paparan matahari tinggi. Orang dewasa di Arizona
selatan umumnya kekurangan vitamin D, terutama kulit hitam dan hispanik. (2)
Saat ini, direkomendasikan asupan vitamin D 200IU untuk individu yang berusia 51
tahun sedangkan asupan vitamin D 400IU untuk mereka yang berusia 51-70 tahun untuk
pencegahan penyakit rakhitis dan osteomalasia. (2)
Kekurangan vitamin D di definisikan sebagai konsentrasi beredarnya 25-hiroksivitamin
D [25 (OH) D] 10 ng/mL, tetapi penelitian selanjutnya telah menunjukkan bahwa konsentrasi 20
ng/mL tidak mencukupi darah hormone paratiroid (PTH) homeostasis. Baru-baru ini,
direkomendasikan kekurangan vitamin D didefinisikan sebagai konsentrasi yang beredar 25
(OH) D 32ng/mL, yang didasarkan pada optimalisasi PTH, penyerapan kalsium, dan kepadatan
mineral tulang. (2)
Perbedaan antar ras-etnis, warna kulit, dan
jenis kelamin merupakan faktor dari
kekurangan vitamin D. Pria menghabiskan hampir dua kali lebih banyak waktu dalam matahari
dan mengkonsumsi lebih sumber makanan vitamin D, sedangkan wanita asupan vitamin D tidak
mencukupi sehingga wanita rawan untuk defisiensi vitamin D. (2)
Faktor dari warna kulit hitam mengakibatkan paparan sinar matahari kurang berpengaruh
beredarnya 25 (OH) D pada kulit hitam. Meskipun paparan sinar matahari tinggi di Arizona
Selatan dan Florida, kekurangan vitamin D lebih sering terjadi pada bulan-bulan musim dingin
daripada bulan-bulan musim panas. (2)
Pada wanita sering terjadi kekurangan vitamin D, bahkan pada musim dingin sangat
rentan terjadinya kekurangan vitamin D pada wanita. Status vitamin D pada wanita Swedia
selama musim dingin sangat banyak terjadi defisensi vitamin D. Vitamin D di produksi endogen
setelah sinar matahari tetapi juga dapat di peroleh dari sumber makan alami, fortifikasi makanan
dan suplemen diet. Para wanita mencakup makanan kebiasaan, penggunaan suplemen diet, dan
prilaku yang berhubungan dengan matahari. (3)
Asupan Vitamin D tinggi di Swedia daripada di Eropa Selatan mungkin karena vitamin D
umum pada semua produk susu rendah lemak, margarin (margarine lembut, margarine rendah
lemak, margarine biasa dan margarine cair), serta semakin sering konsumsi lemak ikan seperti
salmon dan ikan haring dan penggunaan suplemen makanan. Cara ini dapat mencegah terjadinya
kekurangan vitamin D dengan kontrol diet. (3)
Asupan diet vitamin D, suplemen vitamin D dan sinar dari UVB untuk konsentrasi serum
25 (OH) D selama musim dingin di swedia dapat mengatasi kekurangan vitamin D. Asupan
vitamin D adalah nilai substansial, dan lemak konsumsi ikan memiliki pengaruh yang paling
penting pada vitamin D. status 2-3 porsi mingguan lemak ikan akan meningkatkan serum 25
(OH) D konsentrasi sebesar 45%. Sehingga pentingnya asupan diet vitamin D untuk memicu
serum 25 (OH) D. (3)
Seseorang yang mendapatkan penyinaran terbatas terhadap cahaya ultraviolet B,
termasuk seserorang yang berada di ruangan, tidak dapat menerima cukup vitamin D. studi
terbaru menunjukkan bahwa optimal serum D 25-hidroksivitamin [25 (OH) D] seharusnya 80
nmol/L. (4)
Penelitian di Antartika pada musim dingin di rancang untuk mengevaluasi efektivitas dari
3 dosis vitamin D untuk meningkatkan dan memelihara 25 (OH) D untuk konsentrasi 80 nmol/L
pada orang dengan sinar ultraviolet B yang terbatas. Hal ini dilakukan selama musim dingin di
Antartika di Stasiun McMurdo. (4)
Hasil penelitian di Antartika sekitar 5 bulan setelah suplemntasi di mulai, 25 (OH) D
meningkat. Penurunan pada kelompok yang tidak di beri suplemen.Suplemen vitamin D sangat
penting untuk seseorang yang berada di ruang angkasa karena kendaraan pesawat ruang angkasa
mencegah mereka dari terkena sinar ultraviolet dan sistem ruang makanan memberikan pasokan
makanan yang tidak cukup vitamin D. meskipun ketentuan suplemen vitamin D harian (400 IU)
untuk International Space Station (ISS) dan anggota penerbangan, vitamin D untuk status
astronot ini secara konsisten lebih rendah setelah penerbangan dari sebelumnya dan dalam
beberapa anggota penerbangan telah menurun menjadi konsentrasi klinis dianggap signifikan
seperti dilaporkan pada tahun 2005, serum 25-hidroksivitamin D untuk sekelompok anggota
penerbangan ISS AS sebelum penerbangan 63-16 nmol/L, setelah 4 bulan untuk penerbangan
angkasa dalam 6 bulan mengalami penurunan 25-30% meskipun pemberian suplemen vitamin D
(400IU/d).(4)
Pemberian rekomendasi untk suplemen vitamin D untuk mempertahankan serum 25hidroksivitamin D dalam konsentarsi optimal 75-80 nmol/L sangat penting untuk perpanjanagan
penerbangan oleh anggota penerbang di ISS selama 6 bulan dan sangat penting untuk eksplorasi
di Bulan dan Mars pada tahun lama. Salah satu dari model ini adalah subyek belanja musim
dingin di Antartika, dimana sinar ultraviolet B (UVB) radiasi pada dasarnya nol selama musim
dingin. Tujuan utama dari penelitian di Antartika adalah untuk menentukan efektifitas 3 dosis
berbeda dari suplemen vitamin D3 dalam memungkinkan subjek tanpa paparan sinar matahari.
(4)
Sehingga pada daerah yang sering terjadi musim dingin seperti di swedia dan Antartika
harus di perhatikan asupan makanan yang cukup mengandung vitamin D untuk meningkatkan
serum 25-hidroksivitamin D, sedangkan pada daerah yang sering terjadi paparan sinar matahari
tinggi juga perlu diperhatikan karena tidak memungkinkan pada daerah yang terkena sinar
matahari tinggi cukup memenuhi vitamin D.
BAB III
KESIMPULAN
1. Dietary Guidelines for Americans 2005 merekomendasikan bahwa orang-orang yang
beresiko tinggi adalah orang-orang lanjut usia, memilki warna kulit gelap, atau
mendapatkan sinar matahari yang sedikit.
2. Daerah musim dingin seperti Swedia dan Antartika sering terjadi kekurangan vitamin D
karena daerah tersebut mendapatkan sinar matahari yang sedikit.
3. Daerah yang terkena sinar matahari tinggi juga sering terjadi kekurangan vitamin D
karena salah satu faktor penyebabnya warna kulit gelap.
4. Serum 25-hidroksivitamin D dapat meningkat dengan pengonsumsian vitamin D yang
cukup untuk menghindari kekurangan vitamin D.
DAFTAR PUSTAKA
1). Almatsier Sunita. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
2) Elizabeth T Jacobs, David S Alberts, Janet A Foote, Sylvan B Green, Bruce W Hollis, Zerui
Yu, and María Elena Martínez. 2008. Vitamin D insufficiency in southern Arizona.
3). Ann Burgaz, Agneta Åkesson, Annette O¨ ster, Karl Michae¨lsson, and Alicja Wolk. 2007.
Associations of diet, supplement use, and ultraviolet B radiation exposure with vitamin D status
in Swedish women during winter.
4). Scott M Smith, Keri K Gardner, James Locke, and Sara R Zwart. 2009.Vitamin D
supplementation during Antarctic winter.