HILANGKAN KORUPSI DI BUMI PERTIWI

“HILANGKAN KORUPSI DI BUMI PERTIWI”

Disusun Oleh: Nabil Azizar Rohman
NIM : B0A012007

Fakultas Biologi D-III PSDPK
Universitas Jenderal Soedirman
Jl. dr. Soeparno No.63, Purwokerto 53122

Halaman Pengesahan

Makalah dengan judul “HILANGKAN KORUPSI DI BUMI PERTIWI”, ini mengacu pada topik
“Pemberantasan Korupsi di Indonesia”. Makalah ini disusun oleh Nabil Azizar Rohman sebagai
tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang dibimbing oleh Drs. Slamet Santoso
SP.,MS selaku dosen mata kuliah di Universitas Jenderal Soedirman.

Telah disahkan pada tanggal,………….
Oleh

Drs. Slamet Santoso SP., MS
Dosen Pengampu

Kata Pengantar
Pertama-tama kita panjatkan puja & puji syukur atas rahmat & ridho Alloh S.W.T. karena
tanpa rahmat & ridho-NYA, saya tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai
tepat waktu. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Drs. Slamet Santoso SP., MS
dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang membimbing saya dengan
memberikan tugas ini sehingga saya lebih mengerti tentang apa itu korupsi.
Dalam makalah ini saya mencoba menjelaskan tentang pemberantasan korupsi di Indonesia.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum saya ketahui. Maka dari
itu saya mohon saran & kritik dari teman-teman maupun dosen demi tercapainya makalah yang
baik.

Penulis,

Nabil Azizar Rohman
Daftar Isi
Halaman Judul

1

Halaman Pengesahan


2

Kata Pengantar

3

Ringkasan

5

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

6

B. Perumusan Masalah

7


C. Tujuan

7

D. Manfaat

7

E. Ruang Lingkup

8

II. METODE PENULISAN
A. Objek Penulisan

8

B. Dasar Pemilihan Objek

9


C. Metode Pengumpulan Data

9

D. Metode Analisis

9

III. ANALISIS PERMASALAHAN
A. Pembahasan

9

a)

Pengertian Korupsi

9


b)

Faktor Pendorong Terjadinya Korupsi di Indonesia

10

c)

Dampak negatif korupsi

11

d)

Lembaga pemberantasan korupsi

12

e)


Upaya Pemerintah Dalam Memberantas Korupsi di Indonesia

13

B. Kesimpulan dan Saran

16

Daftar Pustaka

18
Ringkasan

Korupsi merupakan tindakan seseorang yang melakukan suatu kejahatan atau
pelanggaran memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan yang secara langsung atau
tidak langsung merugikan keuangan atau perekonomian negara dan daerah atau merugikan
keuangan suatu badan hukum lain yang menerima bantuan dari keuangan Negara atau daerah
atau badan hukum lain yang memergunakan modal dan kelonggaran-kelonggaran dari negara
atau masyarakat.
Korupsi membawa banyak sekali pengaruh negatif yang berdampak langsung terhadap

kehidupan masyarakat, antara lain dampaknya terhadap demokrasi, terhadap perekonomian
negara, dan tentu saja terhadap kesejahteraan umum negri ini. Banyak sekali contoh-contoh
kasus tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia . korupsi di Indonesia difahami sebagai
perilaku pejabat dan atau organisasi (negara) yang melakukan pelanggaran, dan penyimpangan
terhadap norma-norma atau peraturan-peraturan yang ada.
Sebagai fenomena pembangunan, korupsi terjadi dalam proses pembangunan yang
dilakukan oleh negara atau pemerintah. Setiap tindak pidana korupsi baik dalam bentuk
penyogok atau sebagai penerima sogok akan dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku tentang tindak pidana korupsi.
Sejauh ini pemerintah terus melakukan upaya dalam memberantas korupsi. Salah satunya
adalah dengan membentuk lembaga pemberantasan korupsi yang saat ini dikenal dengan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). Selain itu pemerintah juga memanfaatkan kemajuan teknologi

informasi dan komunikasi sebagai alat dalam membantu upaya pemberantasan korupsi di negeri
ini, namun hal ini tidak akan sempurna tanpa adanya dukungan dari komponen utama dan
terbesar yaitu masyarakat umum.
Untuk itu sebenarnya usaha yang paling efektif untuk memerngi korupsi di Indonesia
adalah kerja sama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat umum. Selain itu peningkatan
kualitas sumber daya manusia (SDM) akan meminimalisir trejadinya tindak pidana korupsi.
Hukum yang tegas juga diperlukan untuk menjerat para ”tikus berdasi “ini yang mencuri hak
rakyat. Kombinasi antara semua aspek yang telah disebutkan di atas adalah upaya sempurna

dalam memerangi masalah korupsi di indonesia.

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia, sebagai salah satu negara yang telah merasakan dampak dari tindakan korupsi, terus
berupaya secara konkrit, dimulai dari pembenahan aspek hukum, yang sampai saat ini telah
memiliki banyak sekali rambu-rambu berupa peraturan – peraturan, antara lain Tap MPR XI
tahun 1980, kemudian tidak kurang dari 10 UU anti korupsi, diantaranya UU No. 20 tahun 2001
tentang perubahan UU No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
Kemudian yang paling monumental dan strategis, Indonesia memiliki UU No. 30 Tahun 2002,
yang menjadi dasar hukum pendirian Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dengan demikian
pemberantasan dan pencegahan korupsi telah menjadi gerakan nasional. Seharusnya dengan
sederet peraturan, dan partisipasi masyarakat tersebut akan semakin menjauhkan sikap, dan
pikiran kita dari tindak korupsi.
Masyarakat Indonesia bahkan dunia terus menyoroti upaya Indonesia dalam mencegah dan
memberantas korupsi. Masyarakat dan bangsa Indonesia harus mengakui, bahwa hal tersebut
merupakan sebuah prestasi, dan juga harus jujur mengatakan, bahwa prestasi tersebut, tidak
terlepas dari kiprah KPK sebagai lokomotif pemberantasan dan pencegahan korupsi di Indonesia.
Berbagai upaya pemberantasan korupsi, pada umumnya masyarakat masih dinilai belum
menggambarkan upaya sunguh-sunguh dari pemerintah dalam pemberantasan korupsi di

Indonesia. Berbagai sorotan kritis dari publik menjadi ukuran bahwa masih belum lancarnya laju
pemberantasan korupsi di Indonesia. Masyarakat menduga masih ada praktek tebang pilih dalam
pemberantasan korupsi di Indonesia.
Sorotan masyarakat yang demikian tajam tersebut harus difahami sebagai bentuk kepedulian dan
sebagai motivator untuk terus berjuang mengerahkan segala daya dan strategi agar maksud dan
tujuan pemberantasan korupsi dapat lebih cepat, dan selamat tercapai. Selain itu, diperlukan
dukungan yang besar dari segenap kalangan akademis untuk membangun budaya anti korupsi
sebagai komponen masyarakat berpendidikan tinggi.
Sesungguhnya korupsi dapat dipandang sebagai fenomena politik, fenomena sosial, fenomena
budaya, fenomena ekonomi, dan sebagai fenomena pembangunan. Karena itu pula upaya

penanganan korupsi harus dilakukan secara komprehensif melalui startegi atau pendekatan
negara/politik, pendekatan pembangunan, ekonomi, sosial dan budaya. Berdasarkan pengertian,
korupsi di Indonesia difahami sebagai perilaku pejabat dan atau organisasi (negara) yang
melakukan pelanggaran, dan penyimpangan terhadap norma-norma atau peraturan-peraturan
yang ada. Korupsi difahami sebagai kejahatan negara (state corruption). Korupsi terjadi karena
monopoli kekuasaan, ditambah kewenangan bertindak, ditambah adanya kesempatan, dikurangi
pertangungjawaban. Jika demikian, menjadi wajar bila korupsi sangat sulit untuk diberantas
apalagi dicegah, karena korupsi merupakan salah satu karakter atau sifat negara, sehingga
negara=Kekuasaan=Korupsi. Maka dari itu, mari kita berusaha untuk menghilangkan korupsi di

Indonesia ini.
B. Perumusan Masalah


Pengertian korupsi.



Faktor pedorong terjadinya korupsi di Indonesia.



Dampak akibat korupsi.



Lembaga pemberantasan korupsi.




Upaya pemerintah dalam memeberantas korupsi di Indonesia.

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan malakah ini adalah untuk mensosialisasikan apa itu korupsi, dan
bagaimana korupsi itu terjadi di Indonesia, serta bagaimana upaya dalam pemberantasan masalah
terbesar negara ini . Diharapkan dari pembuatan makalah ini kita lebih mengerti bagaimana cara
untuk bisa memerangi korupsi di negri ini . Kita pun dapat sedikit berpartisipasi memberantasi
korupsi setelah kita mengerti dengan jelas korupsi di Indonesia .
D. Manfaat


Mengetahui apa itu korupsi dan dampaknya.



Memotivasi masyarakat untuk tidak melakukan korupsi.



Dapat mengurangi atau memberantas korupsi.

E. Ruang Lingkup
Perang terhadap korupsi merupakan fokus yang sangat signifikan dalam suatu negara
berdasarkan hukum, bahkan merupakan tolak ukur keberhasilan suatu pemerintahan. Salah satu
unsur yang sangat penting dari penegakan hukum dalam suatu negara adalah perang terhadap
korupsi, karena korupsi merupakan hal yang amat penting yang harus segera di hilangkan atau
setidaknya berkurang dalam negara Republik Indonesia ini, karena dampak daripada korupsi ini

amatlah banyak dan sangat merugikan bagi pihak korban, sedangkan korupsi di negara ini sudah
meluas dan mungkin sudah bisa dikatakan permanent, artinya sudah tidak bisa di hilangkan,
paling tidak kita harus bisa mengurangi adanya berbagai kasus korupsi yang ada di Negara kita
ini, misalnya saja dengan menyadarkan dan memberitahukan kepada masyarakat awam ataupun
pada mereka calon generasi penerus bangsa bahwa korupsi itu dampaknya amatlah banyak dan
sangat merugikan, serta memotivasi mereka supaya tidak menjadi generasi yang lemah akan
moral, supaya negara kita tercinta tidak melemah akibat tidak adanya moral dari mereka yang
menjadi pemempin atau mereka yang menjadi tokoh – tokoh masyarakat. Adapun strategi
pemberantasan korupsi yang dijabarkan dalam makalah ini antaralain yaitu dengan memberikan
pendidikan yang layak serta mencetak generasi muda dengan moral yang baik agar kedepannya
Negara ini akan terus berkembang dengan baik, serta dengan membentuk komisi pemberantasan
korupsi dengan menggunakan peraturan pemerintahan yang ada, dan sanksi yang dikenakan pada
mereka yang melakukan tindak korupsi haruslah adil, supaya mereka jera. Untuk itulah kita
harus senantiasa menjaga dan melindungi diri kita sendiri agar tindak melakukan tindak korupsi.
II. METODE PENULISAN
A. Objek Penulisan
Objek penulisan Pemberantasan korupsi di Indonesia, menggunakan
metode pengumpulan data, baik dari artikel, internet, maupun referensi.

B. Dasar Pemilihan Objek
Makalah ini dibuat untuk menyampaikan, menganalisis, mencari solusi penanganan korupsi,
serta mengklasifikasi penanganan korupsi yang ada di Indonesia.
C. Metode Pengumpulan Data
- Kaji Pustaka
Rangkaian pengumpulan data yang dilakukan terkait dengan makalah ini antara lain
adalah mencari sumber informasi yang berkaitan dengan topik pemberantasan korupsi di
Indonesia, mempelajari referansi, data dari internet, menganalisis data dan informasi yang
diperoleh, serta menyajikannya di dalam sebuah makalah.
D. Metode Analisis
Menggunakan Metode Deskriptif Analitis: Mengidentifikasi permasalahan berdasarkan
fakta dan data yang ada: Menganalisis permasalahan berdasarkan pustaka dan data pendukung:
Mencari alternatif atau solusi pemecahan masalah.
III. ANALISIS PERMASALAHAN

A. Pembahasan
a) Pengertian Korupsi
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk
keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya.
Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan
dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang
diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya
pemerintahan oleh para pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat,
terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan
narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja.
Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk membedakan
antara korupsi dan kriminalitas kejahatan. Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya,
ada perbedaan antara yang dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik
ada yang legal di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain.
b) Faktor Pendorong Terjadinya Korupsi di Indonesia


Konsentrasi kekuasan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung jawab langsung
kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-rezim yang bukan demokratik.



Gaji yang masih rendah, kurang sempurnanya peraturan perundang-undangan,
administrasi yang lamban dan sebagainya.



Sikap mental para pegawai yang ingin cepat kaya dengan cara yang haram, tidak ada
kesadaran bernegara, tidak ada pengetahuan pada bidang pekerjaan yang dilakukan oleh
pejabat pemerintah.



Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah.



Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar dari pendanaan
politik yang normal.



Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar.



Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan “teman lama”.



Lemahnya ketertiban hukum.



Lemahnya profesi hukum.



Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil.



Rakyat yang cuek, tidak tertarik, atau mudah dibohongi yang gagal memberikan
perhatian yang cukup ke pemilihan umum.



Ketidakadaannya kontrol yang cukup untuk mencegah penyuapan atau “sumbangan
kampanye”.

c) Dampak negatif korupsi


Terhadap demokrasi

Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di dalam dunia politik, korupsi
mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik (good governance) dengan cara
menghancurkan proses formal. Korupsi di pemilihan umum dan di badan legislatif mengurangi
akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan kebijaksanaan; korupsi di sistem pengadilan
menghentikan ketertiban hukum; dan korupsi di pemerintahan publik menghasilkan ketidakseimbangan dalam pelayanan masyarakat. Secara umum, korupsi mengkikis kemampuan
institusi dari pemerintah, karena pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat
diangkat atau dinaikan jabatan bukan karena prestasi. Pada saat yang bersamaan, korupsi
mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi.


Terhadap perekonomian



Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dan mengurangi kualitas pelayanan
pemerintahan.



Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan ketidak
efisienan yang tinggi. Dalam sektor private, korupsi meningkatkan ongkos niaga karena
kerugian dari pembayaran illegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat
korup, dan risiko pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan. Walaupun ada yang
menyatakan bahwa korupsi mengurangi ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi,
konsensus yang baru muncul berkesimpulan bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan
pejabat untuk membuat aturan-aturan baru dan hambatan baru. Dimana korupsi
menyebabkan inflasi ongkos niaga, korupsi juga mengacaukan “lapangan perniagaan”.
Perusahaan yang memiliki koneksi dilindungi dari persaingan dan sebagai hasilnya
mempertahankan perusahaan-perusahaan yang tidak efisien.



Korupsi menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sector publik dengan mengalihkan
investasi publik ke proyek-proyek masyarakat yang mana sogokan dan upah tersedia
lebih banyak. Pejabat mungkin menambah kompleksitas proyek masyarakat untuk
menyembunyikan praktek korupsi, yang akhirnya menghasilkan lebih banyak kekacauan.
Korupsi juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat keamanan bangunan, lingkungan
hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan
dan infrastruktur; dan menambahkan tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah.



Terhadap kesejahteraan umum negara

Korupsi politis ada di banyak negara, dan memberikan ancaman besar bagi warga negaranya.
Korupsi politis berarti kebijaksanaan pemerintah sering menguntungkan pemberi sogok,
bukannya rakyat luas. Satu contoh lagi adalah bagaimana politikus membuat peraturan yang
melindungi perusahaan besar, namun merugikan perusahaan-perusahaan kecil. Politikuspolitikus “pro-bisnis” ini hanya mengembalikan pertolongan kepada perusahaan besar yang
memberikan sumbangan besar kepada kampanye pemilu mereka.

d) Lembaga pemberantasan korupsi



Lembaga pemberantasan korupsi di Indonesia



Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK)

Komisi Pemberantasan Korupsi, atau disingkat menjadi KPK, adalah komisi di Indonesia
yang dibentuk pada tahun 2003 untuk mengatasi, menanggulangi dan memberantas korupsi di
Indonesia. Komisi ini didirikan berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 30
Tahun 2002 mengenai Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang mempunyai visi dan
misi sebagai berikut :
Visi
Mewujudkan lembaga yang mampu mewujudkan Indonesia yang bebas dari korupsi.
Misi


Pendobrak dan Pendorong Indonesia yang Bebas dari Korupsi



Menjadi Pemimpin dan Penggerak Perubahan untuk Mewujudkan Indonesia yang Bebas
dari Korupsi

Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas:
1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi;
2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi;
3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi;

4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan
5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
Dalam melaksanakan tugas koordinasi, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang :
1. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi;
2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi;
3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada
instansi yang terkait;
4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; dan
5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.
e) Upaya Pemerintah Dalam Memberantas Korupsi di Indonesia


Strategi Pemberantasan Korupsi

Bertambah besar volume pembangunan maka semakin besar pula kemungkinan
kebocoran. Ditambah dengan gaji pegawai negeri yang memang sangat minim di Negara-negara
berkembang seperti Indonesia, pegawai negeri terdorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan
yang kadang-kadang menggunakkan kekuasaanya untuk menambah penghasilanya. Memang
terjadi korupsi yang besar-besaran bagi mereka yang telah memperoleh pendapatan yang
memadai disebabkan karena sifatnya yang serakah, tetapi ini bukan hal yang menyeluruh .
Guner Myrdal berpendapat bahwa jalan untuk memberantas korupsi ialah sebagai berikut
:
a)

Menaikkan gaji pegawai rendah (dan menengah).

b)

Menaikkan moral pegawai tinggi.

c)

Legalisasi pemungutan liar menjadi pendapat resmi atau legal.

Sudah jelas bahwa kalangan elite kekuasaan harus member keteladanan bagi yang
dibawah . untuk mencegah korupsi besar-besaran, bagi penjabat yang menduduki jabatan yang
rawan korupsi seperti bidang pelayanan masyarakat, pendapatan Negara, penegak hukum, dan
pembuat kebijaksanaan harus didaftar kekayaannya sebelum menjabat jabatanya sehingga mudah
diperiksa pertambahan kekayaannya dibandingkan dengan pendapatan yang resmi .

Artinya pegawai negeri atau penjabat yang tidak dapat membuktikan kekayaanya yang
tidak seimbang debnga pendapatannyya yang resmi dapat digugat langsung secara perdata oleh
penuntu umum berdasarkan perbuatan melanggar hukum . dengan demikian, harus ada sistem
pendaftaran kekayaan penjabat sebelum dan sesudah menjabat sehingga dapat dihitung
pertambahan kekayaan itu.
Penuntutan pidana hanya mempunyai fungsi sebagai obat yang terakhir. jelas korupsi
tidak akan terberantas hanya dengan penjatuhan pidana yang berat saja, tanpa suatu prevensi
yang lebih efektif .
Dengan pidana mati pun seperti di RRC ternyata tidak menghapus korupsi . satu hal yang sering
dilipakan kurang diperhatikannya peningkatan kesadaran hokum rakyat. Selalu penegak hukum
saja yang diancam dengan tindakan keras, tetapi jika rakyatnya senidiri menoleransi korupsi,
yang setiap kali memerlukan layanan selalau menyediakan amplop, dan setiap kena perkara
langsung mencari siapa penyidik, penuntut, atau hakimnya untuk disogok, lingkaran setan
korupsi tidak akan terberantas .



Upaya pemberantasan korupsi seiring kemajuan teknologi dan komunikasi.

Dalam pemberantasan korupsi terkandung makna penindakan dan pencegahan korupsi,
serta ruang untuk peran serta masyarakat yang seharusnya dapat lebih ditingkatkan dengan
adanya perbaikan akses masyarakat terhadap informasi. Teknologi informasi dapat dimanfaatkan
untuk perbaikan pelayanan publik sebagai salah satu cara melakukan pencegahan korupsi.
Sedangkan di sisi penindakan, (tanpa bermaksud mengesampingkan pro kontra yang terjadi)
undang-undang memberi ruang bagi para penegak hukum yaitu Kepolisian, Kejaksaan, dan
Komisi Pemberantasan Korupsi untuk mendapatkan dan menggunakan informasi elektronik guna
memperkuat pembuktian kasus korupsi. Saat ini kita tengah menanti kehadiran Peraturan
Pemerintah yang akan mengatur lebih lanjut intersepsi dalam rangka penegakan hukum, sesuai
amanah undang-undang.
Dari survei Persepsi Masyarakat Terhadap KPK dan Korupsi Tahun 2008, didapati bahwa
belum terlalu banyak orang yang tahu bahwa tugas dan wewenang yang diamanahkan kepada
KPK bukan hanya tugas yang terkait dengan penanganan kasus korupsi dan penanganan
pengaduan masyarakat. Hal ini dapat dimaklumi, karena sekalipun telah banyak yang dilakukan
oleh KPK dalam melakukan pencegahan korupsi dan dalam mengkaji sistem administrasi
lembaga negara/pemerintah yang berpotensi korupsi, kegiatan-kegiatan itu menurut kalangan
pers kalah nilai jualnya jika dibandingkan dengan liputan atas penindakan korupsi.
Pemberantasan tindak pidana korupsi adalah serangkaian tindakan untuk mencegah dan
memberantas tindak pidana korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan,
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan, dengan peran serta masyarakat
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Karenanya ada tiga hal yang perlu digarisbawahi yaitu ‘mencegah’, ‘memberantas’ dalam
arti menindak pelaku korupsi, dan ‘peran serta masyarakat’.



Menimbang keseriusan pemerintah dalam memberantas korupsi.

Di negeri ini, korupsi agaknya telah menjadi penyakit akut yang sulit untuk diberantas.
Bertahun-tahun di bawah pemerintahan yang korup, menjadikan penyebaran korupsi semakin
meluas dan sistemik. Korupsi yang meluas dengan gampang dapat kita jumpai pada hampir
seluruh kantor pelayanan publik. Korupsi menjadi bagian dari sistem pengelolaan negara.
Celakanya, korupsi kerap melibatkan petinggi-petinggi negeri ini. Ketua DPR misalnya, adalah
seorang terpidana yang entah mengapa tidak perlu mendekam di penjara seperti terpidana
lainnya. Bisa jadi, Akbar Tanjung si terpidana itu bisa menyeret pejabat lainnya ke penjara kalau
dirinya harus menginap di hotel prodeo.
Dari sisi hukum, aparat penegak hukum juga tampak letoi ketika berhadapan dengan
korupsi. Kalau menghadapi teroris macam Amrozi, Imam Samudera, dan lain sebagainya,
dengan sigap polisi bertindak. Kejaksaan pun, dengan proses yang sangat cepat, mampu
menyeret para terdakwa ke hadapan hakim di persidangan. Tetapi, sama seperti politisi, ketika
menangani kasus korupsi ada banyak alasan sehingga berkas perkara mesti bolak-balik
dikembalikan ke polisi, bukti tidak mendukung, atau keluar SP3 (Surat Perintah Penghentian
Penyidikan) kalau tidak dituntut bebas.
Macetnya hukum dalam penanganan kasus korupsi bisa dimengerti dengan melihat
korupsi sebagai fenomena sosiologis. Dalam kaca mata sosiologis, korupsi melibatkan jaringan
elit kekuasaan, baik di eksekutif, legislatif maupun yudikatif.

B. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan

Melihat dari uraian di atas, tidak dapat kita pungkiri korupsi memang benar-benar telah
menjadi sebuah masalah yang cukup berat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Melihat
dari hal-hal yang telah dijelaskan di atas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan mengenai
pengaruh dan upaya penuntasan tindak pidana korupsi di Indonesia.
1. Sebuah Negara akan maju dan berkembang apabila didukung dengan pemerintahan yang
adil dan bersih dari unsur-unsur korupsi.
2. Sikap korup para pejabat dan elit politik merupakan penyebab timbulnya masalah
kesejahteraan masyarakat di Indonesia.
3. Dibutuhkan sebuah sikap yang tegas dan profesional untuk memberantas tindak pidana
korupsi di Indonesia.


Saran

Seharusnya pemerintah lebih tegas terhadap terpidana korupsi. Undang-undang yang
adapun dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Agar korupsi tidak lagi menjadi budaya di
negara ini.

Daftar Pustaka
-

Hamzah jur andi,(2005), pemberantasan korupsi, Jakarta,PT Raja Grafindo Persada.

Dikoro wirdjono projo,(2005),tindak pidana tertentu di Indonesia, Jakarta,PT Raja
Grafindo Persada.
Komisi Pemberantasan Korupsi (2008), Survei Persepsi Masyarakat Terhadap KPK dan
Korupsi Tahun 2008.
-

www.wikipedia.com

-

http://makalahpipevi.blogspot.com/2012/06/pemberantasan-korupsi.html.