MASALAH PRIVACY DAN FREEDOM OF SPEECH KA

PAPER
ANALISIS KASUS
Topik : Masalah Privacy dan freedom of Speech kaitanya dengan etika dan hukum

Mata Kuliah

: Manajemen, Etika & Hukum Teknologi Informasi

Dosen Pengampuh : Dr. Bambang Sutiyoso, SH.,M.Hum.

Di Susun Oleh :
Rahmat Inggi
(16917220)

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2017

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia menuju dunia tanpa batas (borderless world) telah
banyak merubah berbagai aspek kehidupan. Proses ini menggerakkan
perdagangan bebas antara benua, perpindahan manusia, barang dan modal
yang semakin leluasa, serta pemakaiaan sumber daya-sumber daya di seluruh
dunia menuju efisiensi yang lebih tinggi. Salah satu penyebab hal ini adalah
kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
memudahkan manusia. Teknologi informasi telah menawarkan berbagai
macam kemudahan seperti kecepatan akses data dan informasi, pemecahan
masalah serta otomatisasi pekerjaan dan sebagainya. Penggunaan secara
intensisif maupun ekstensif atas computer, internet, telepon seluler dan ATM
telah mengatasi batasan ruang dan waktu. Menjadi sebuah fenomena dramatis
yang disebut dengan digitalisasi.
Tingginya tingkat pemakaian internet didunia melahirkan sebuah aturan
baru dibidang internet yaitu netiket. Netiket merupakan sebuah etika acuan
dalam berkomunikasi menggunakan internet. Standar netiket ditetapkan oleh
IETF (The Internet Engineering Task Force), sebuah komunitas internasional
yang terdiri dari operator, parancang jaringan dan penelitian yang terkait

dengan pengoprasian internet. Etika profesi menurut Keiser dalam
(Suhrawardi Lubis, 1994:6-7) adalah sikap hidup berupa keadilan untuk
memberikan pelayanan dalam professional terhadap masyarakat dengan penuh

keteriban dan keahlian debagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas
berupa kewajiban terhadap masyarakat. Indonesia merupakan pengguna
computer terbanyak setelah cina, namun banyak perkembangan teknologi
tersebut dilakukannya beberapa penyimpangan yaitu kejahatan didunia maya
salah satunya adalah Pelanggaran Prifacy.
Kemajuan teknologi tampaknya akan selalu diikuti dengan berbagai akses
negatif, salah satunya adalah teknologi computer berbasis internet yang
dilengkapi dengan berbagai situs jejaring social, seperti Friendster, myspace,
facebook dan twitter di sebagai bentuk ekspresi freedom of speech. Banyak
sudah kasus yang terjadi sejak facebook dan twitter menjadi trand di kalangan
masyarakat, mulai dari kasus pencemaran nama baik, penculikan penipuan,
penyebaran paham terlarang, hingga jejaring social ini dijadikan sebagai
media prostitusi.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan paper ini adalah :
1. Untuk mengetahui masalah privacy dan freedom of speech kaitanya

dengan etika dan hukum dalam teknologi informasi.
2. Untuk mengetahui berbagai macam contoh kejahatan pelanggaran privacy
dan freedom of speech, dengan cara menganalis kasus yang terjadi pada
masalah pelangaran privacy dan freedom of speech.
1.3 Batasan Masalah
Pada pembahasan kali ini diarahkan pada masalah privacy dan freedom of
speech kaitanya dengan etika dan hukum serta menganalisa kasus masalah
privacy dan freedom of speech kaitanya dengan etika dan hukum dalam
teknologi informasi.

1.4 Manfaat Penulisan
a. Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada seluruh
pengguna interner/teknologi informasi sehingga dapat mengenali secara
dini bentuk-bentuk masalah privacy dan freedom of speech.
b. Penulisan ini juga diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang
masalah privacy dan freedom of speech kaitanya dengan etika dan hokum,
dengan cara menganalisis sebuah kasus kejahatan privacy dan freedom of
speech.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Privacy
Privacy adalah kemampuan seseorang tentang mengatur informasi
mengenai dirinya sendiri. Hak dari masing-masing seseorang untuk
menentukan sendiri bagaimana dan kapan, bagaimana dan untuk apa

penggunaan informasi mengenai mereka dalam hal berhubungan dengan
individu lain dan banykan pelanggaran dalam hal privasi di dalam situs
dunia maya.
Menurut Westin privasi adalah hak individu, grub atau lembaga
untuk

menentukan

apakah

informasi

tentang


mereka

akan

dikomunikasikan atau tidak dengan pihak lain sehingga definisi yang
dikemukakan oleh westin disebut dengan information privacy Karena
menyangkut informasi pribadi.
Dalam pola yang konvensional, hubungan manusia pada umumnya
dilakukan face to face. Pola hubungan manusia juga sifatnya dibatasi
dengan ruang dan waktu. Ketika internet hadir ditengah-tengah kehidupan
manusia, maka dengan serta merta pola-pola tersebut mengalami
pegeseran, bahkan sampai pada tingkat perbenturan antara nilai yang
berbeda dari masing-masing negara. Bagi negara-negara barat (wastern
country) perhatian dan kepedulian terhadap hak individu (privacy) sangat
tinggi dibandingkan dengan beberapa negara di asia (asia contry). Di asia
lebih

banyak


mengedepankan

kepentingan

masyarakat

daripada

kepentingan individu. Bagi negara, seperti swedia dan kanada dalam hal
hukum privasi mereka sangat ketat, sementara untuk yang lain tidak.
(Efraim Turban, 1999).
Didalam privasi terdapat 2 aspek privasi dalam internet
a) Informasi Pribadi dalam basis data online
Kini informasi pribadi dalam suatu jumlah yang signifikan telah
tersedia di internet, khususnya di World Wide Web (WWW). Privasis
seseorang mungkin saja dilanggar dengan dipublikasikannya informasi
tersebut secara online.

b) Informasi pribadi dalam transaksi online
Internet mempunyai kapasistas untuk menjadi pengumpul data (data

collector) yang paling efektif yang pernah ada. Situs operator
dimungkinkan mengumpulkan data pribadi dari para pengunjung
melalui : Cookies, Pendaftaran Online (Online Registration),
Perdagangan Online (Online Commerce).
Di Indonesia sendiri terdapat 2 pengaturan hukum privacy
a) Self Regulation
Self regulation merupakan upaya sepihak yang dilakukan oleh websitewebsite yang memasuki wilayah layanan melalui internet. Selfregution
yang dikenal dalam website tersebut dikenal dengan sebutan privacy
policy. Model pengaturan seperti ini banyak ditemukan dalam konteks
layanan intrnet banking, semisal dalam website www.klikbca.com,
www.mandiri.com dan lain sebagainya.
b) Gevernment Regulation
Dalam perspektif government regulation , Indonesia mempunyai
ketentuan undang-undang yang semangatnya mendekati terhadap
perlindungan hukum atas privasi. Ketentuan undang-undang yang
dimaksud adalah UU No 7 Tahun 1971 tentang ketentuan-ketentuan
pokok kearsipan, UU No. 8 Tahun 1997 tentang dokumen perusahaan,
UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, UU No. 23 Tahun 1992
Tentang kesehatan, UU No. 36 Tahun 1999 Tentang telekomunikasi,
dan UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi

Elektronik.

Richard O. Masson membagi 4 klasifikasi Ha katas Informasi
1. Hak Atas Privasi
Sebuah informasi yang sifatnya pribadi baik secara individu maupun
dalam suatu organisasi mendapatkan perlindungan atas hukum tentang
kerahasiaan.
2. Hak Atas Akurasi
Computer dipercaya dapat mencapai tingkat akurasi yang tidak bias
dicapai oleh system nonkomputer, potensi ini selalu ada meskipun tidak
selalu tercapai.
3. Hak Atas Kepemilikan
Ini berhubungan dengan hak milik intelektual, umumnya dalam bentuk
program-program

computer

yang

dengan


mudahnya

dilakukan

penggandaan atau disalin secara illegal. Ini bias dituntut di pengadilan.
4. Hak Atas Akses
Informasi memiliki nilai, dimana setiap kali kita akan mengaksesnya
harus melakukan account atau izin pada pihak yang memiliki informasi
tersebut. Sebagai contoh kita dapat membaca data-data penelitian atau
buku-buku online di internet yang harus bayar untuk dapat
mengaksesnya.
Hingga saat ini Indonesia belum memiliki pengaturan yang khusus
tentang privasi atas data atau informasi yang khusus. Akibat dari
ketiadaan pengaturan tersebut,terjadi beberapa kasus yang sering terjadi
di Indonesia seperti :
1) Penyalagunaan oleh perusahaan terhadap data dan informasi
pelanggaran yang diserahkan sebagai persyaratan transaksi bisnis.
2) Terjadinya kasus kartu tanda penduduk yang berlainan dengan data
dan informasi dari yang sebenarnya.


3) Terjadinya kejahatan yang bermula dari pencarian data dan
informasi seseorang
4) Pelanggaran privasi atas data dan informasi seseorang.
Kondisi yang sangat berbeda terjadi di luar negeri, dimana identitas
pribadi seseorang seperti nama, alamat, tanggal lahir, agama, status
merupakan informasi yang ahrus dilindungi dengan baik.
Privasi juga berkaitan dengan masalah defarmation. Defarmation atau
pencemaran nama baik adalah tindakan yang merusat reputasi atau
privasi seseorang yang menyebabkan kerugian, termasuk dalam
defarmation adalah merusak suatu perusahaan atau lembaga.
2.2 Pengertian Freedom Of Speech (Kebebasan Berbicara)
Freedom of speech membicarakan kebebasan seseorang dalam
menyampaikan pendapat tentang informasinya. Hail ini tidak boleh diinterfere atau diganggu oleh orang lain. Jadi kebebasan pertama adalah
kebebasan anda menyatakan ekspresi anda, kemudian menjadi suatu
informasi, informasi ini harus sesuai dengan diri anda tidak boleh
diintervensi orang lain. Tetapi pada saat informasi dikomunikasikan
kepada orang lain ini wilayah lain bukan hukum informasi lagi tapi hukum
terhadap komunikasinya.
Kemajuan teknologi tampaknya akan selalu diikuti dengan

berbagai akses negatif, salah satunya adalah teknologi computer berbasis
internet yang dilengkapi dengan berbagai situs jejaring social, seperti
Friendster, myspace, facebook dan twitter di sebagai bentuk ekspresi
freedom of speech. Banyak sudah kasus yang terjadi sejak facebook dan
twitter menjadi trand di kalangan masyarakat,

mulai dari kasus

pencemaran nama baik, penculikan penipuan, penyebaran paham
terlarang, hingga jejaring social ini dijadikan sebagai media prostitusi.
Johannesen membagi 3 Prinsip-Prinsip dalam Berkomunikasi
1. Prinsip kejujuran dalam pesan.
a. Pesan harus sungguh-sungguh menyatakan realitas yang sebenarsebenarnya.
b. Menghindari upaya manipulasi dengan motif apapun.
2. Prinsip Manusia Sbagai Pribadi.
a. Relasi/interaksi yang dilakukan da nisi pesan yang disampaikan
harus menghormati manusia sebagai pribadi.
b. Menghormati hak dan tanggung jawab terhadap pemilihan pesan
yang dibutuhkan.
c. Pesan komunikasi tidak menjebak manusia dalam kondisi
bertindak irasional.
3. Prinsip tanggung jawab social.
a. Setiap proses komunikasi akan selalu mengakibatkan dampak pada
aspek kognitif, efektif dan konasi. Dampak yang ditimbulkan
tersebut bisa bersifat positif dan negatif.
b. Prinsip tanggung jawab social lebih

menekankan

pada

minimalisasi dampak negatif disamping juga diperuntukkan
sebagai cara untuk melakukan control social.
2.3 Contoh Kasus Masalah Privaci
Data Forgery pada E-Banking BCA. Pada tahun 2001, internet
bankin diributkan oleh kasus domain palsu internet banking milik bank
BCA, kasus tersebut dilakukan oleh seorang mantan mahasiswa ITB
bandung dan juga merupakan salah satu karyawan media online
(satunet.com) yang bernama Steven Haryanto. Anehnya Steven ini bukan

sarjana Elektro ataupun Informatika, melainkan sarjana Kimia. Ide ini
timbul ketika steven juga pernah salah mengetikkan alamat website.
Kemudian membeli domain-domain internet dengan harga sekitar US$20
yang menggunakan nama dengan kemungkinan orang-orang salah
mengetikkan dan tampilan yang sama persis dengan situs internet banking
BCA.
Kemudian dia membeli domain-domain internet dengan harga US$20
yang menggunakan nama dengan kemungkinan orang-orang salah
mengetikkan dan tampilan yang sama persis dengan situ internet banking
BCA, http://www.klikbca.com/, Seperti :
a. wwwklikbca.com
b. clikbca.com
c. klickbca.com
d. klikbac.com
Orang tidak akan sadar bahwa dirinya telah menggunakan situs palsu
tersebut karena tampilan yang disajikan serupa dengan situs aslinya.
Hecker tersebut mampu mendapatkan User ID dan Password dari
pengguna yang akan memasuki situs palsu tersebut, namun hecker tersebut
tidak melakukan tindakan criminal seperti mencuri dana nasabah, hal ini
murni dilakukan atas keingintahuannya mengenai seberapa banyak orang
yang tidak sadar menggunkan situs klikbca.com, sekaligus menguji tingkat
keamanan sari situs milik BCA tersebut.
Steven Haryanto dapat disebut sebagai hacker, karena dia telah
mengganggu suatu sistem milik orang lain, yang dilindungi privasinya.
Sehingga tindakan Steven ini disebut sebagai hacking. Steven dapat

digolongkan dalam tipe hacker sebagai white-hat hacker, dimana Steven
hanya mencoba mengetahui seberapa besar tingkat keamanan yang
dimiliki oleh situs internet Bank BCA. Disebut white-hat hacker karna dia
tidak mencuri data nasabah, tetapi hanya mendapatkan user id dan
password milik nasabah yang masuk dalam situs internet banking palsu.
Namun tindakan yang dilakukan oleh steven, juga termasuk black-hat
hacker karena membuat situs palsu dengan diam-diam mengambil data
milik pihak lain.
Karena perkara ini kasus pemalsuan domain sebuah internet banking
milik bang BCA, sebab dia telah mengganggu suatu system milik orang
lain, yang dilindungi privasinya dan pemalsuan situs banking palsu. Maka
perkara ini bisa dikategorikan sebagai perkara pidana. Melakukan kasus
pemalsuan domain Internet Banking bank serta telah mengganggu privasi
orang lain dan dengan diam-diam mendapatkan User ID dan Password
milik nasabah yang masuk dalam situs internat banking palsu.
Analisa Kasus
Dari kasus diatas kita dapat simpulkan bahwa yang steven secara etik
tidak benar karena tindakan yang dilakukan Steven mengganggu privasi
pihak lain dengan hanya bermodalkan keingintahuan dan uang sejumlah
US$20 guna membeli domain internet yang digunakan untuk membuat
situs internet banking BCA palsu, serta pemalsuan situs internet bangking
BCA dan dengan diam-diam mendapatkan User ID dan Password milik

nasabah yang masuk dalam situs internet banking palsu dan Steven bisa
saja menggunkan User ID dan Password tersebut untuk menguras isi
tabungan nasabah bank BCA yang telah masuk ke situs palsu tersebut.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemunculan internet banyak memunculkan berbagai fonomena sebagai
dampak dari penggunaanya, hal tersebut merupakan sesuatu yang lazim
seperti media klasik yang lebih dahulu lahir, namu dampak penggunaan
internet ini jauh lebih kompleks dan mengkhawatirkan dari sisi moral,
budaya hukum dan etika.
Seperti dalam hal pelanggaran Privacy dan Freedom of speec dalam
penggunaan internet, banyak pengguna internet yang tidak sadar ternyata
dia sudah melanggar hukum dengan kegiatan-kegiatan yang dapat
merugikan orang lain.
Privacy adalah kemampuan seseorang tentang mengatur informasi
mengenai dirinya sendiri. Hak dari masing-masing seseorang untuk

menentukan sendiri bagaimana dan kapan, bagaimana dan untuk apa
penggunaan informasi mengenai mereka dalam hal berhubungan dengan
individu lain dan banykan pelanggaran dalam hal privasi di dalam situs
dunia maya.
Freedom of

speech

membicarakan

kebebasan

seseorang

dalam

menyampaikan pendapat tentang informasinya. Hail ini tidak boleh diinterfere atau diganggu oleh orang lain. Jadi kebebasan pertama adalah
kebebasan anda menyatakan ekspresi anda, kemudian menjadi suatu
informasi, informasi ini harus sesuai dengan diri anda tidak boleh
diintervensi orang lain. Tetapi pada saat informasi dikomunikasikan
kepada orang lain ini wilayah lain bukan hukum informasi lagi tapi
hukum terhadap komunikasinya.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details lagi dalam menjelaskan tentang
paper di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya
dapat dipertanggung jawabkan.
Untuk itu saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa
untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah
dijelaskan.

DAFTAR PUSTAKA
Bambang Sutiyoso, “Manajemen Etika dan Hukum Teknologi
Informasi”, UII Press Yogyakarta, Yogyakarta, 2015
Didik M. Arif Mansur dan Elisa Gultom, “Cyber Law : Aspek Hukum
Teknologi Informasi”, PT. Refika Adita, Bandung, 2005.
Sinta Dewi, “Cyber Law : Perlindungan Privasi atas Informasi
Pribadi dalam E-Commerce Menurut Hukum Internasional”, Widya
Padjadjaran, Bandung, 2009
Sinta Dewi, “Cyber Law : Praktik negara-negara dalam mengatur
privasi dalam E-Commerce”, Widya Padjadjaran, Bandung, 2009
https://sites.google.com/site/eptikdataforgery/ (Diakses pada tanggal 8
Mei 2017 Jam 20.24 WIB)