PENERAPAN AKUNTANSI LINGKUNGAN DI RUMAH

PENERAPAN AKUNTANSI LINGKUNGAN DI
RUMAH SAKIT UMUM MEDIKA LESTARI

Venny Margareta S
Jln. Kh Syahdan no 13
08174940484
venny.margareta90@yahoo.com
Dosen Pembimbing Herlin Tundjung Setijaningsih, SE., M.Si., AK.

ABSTRAK
Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang bergerak pelayanan jasa dalam bidang
kesehatan. Dalam kegiatan pelayanan kesehatan ini, rumah sakit dianggap sebagai organisasi
yang dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat. Selain memberikan keuntungan rumah
sakit juga dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat, karena hasil usaha dari rumah sakit
yang sebagian besar mengandung zat-zat bahaya dan beracun. Untuk itu rumah sakit
harusnya bisa melakukan kontrol lingkungan, agar rumah sakit tahu apakah limbah-limbah
tersebut tidak memberikan dampak negatif bagi lingkungan sekitar dan apa kekurangannya.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan pada RSU Medika
Lestari yang merupakan organisasi kesehatan yang melayani masyarakat. Bertujuan untuk
mengetahui pengelolaan limbahnya, penempatan biaya, dan juga memberikan rekomendasi
berupa sustainability report yang berguna bagi rumah sakit. Metodologi penelitian yang

digunakan adalah wawancara dengan pihak terkait, observasi, penelusuran dokumen yang
terkait dengan penempatan biaya lingkungannya, dan studi kepustakaan. Berdasarkan hasil
evaluasi atas penerapan akuntansi lingkungan di RSU Medika Lestari, bisa disimpulkan
bahwa RSU Medika Lestari telah melaksanakan pengendalian lingkungan atas limbah-limbah
hasil usaha sudah cukup baik, namun masih terdapat beberapa kelemahan diantaranya :
rumah sakit belum memiliki mesin pengolah limbah padat sendiri atau incinerator, kurang
jelasnya struktur organisasi dan uraian tugas serta tanggung jawabnya, dan pencatatan biaya
lingkungan yang tidak secara khusus, dalam arti pencatatan biaya masih digabungkan dengan
pos-pos lain yang serupa. Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang didapat, maka penulis
memberikan saran diantaranya : perusahaan bisa membeli atau menempatkan alat incinerator
pada rumah sakit tanpa menggunakan pihak ketiga lagi, karena dengan adanya incinerator
maka rumah sakit telah mengikuti peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah,
pembagian tugas secara jelas, agar tiap-tiap karyawan tahu tugasnya masing-masing, yang
ketiga dengan mencatat biaya-biaya lingkungan secara khusus pada laporan keuangan dan
dapat memberikan sedikit keterangan atas biaya-biaya lingkungan tersebut.
Kata Kunci :

Akuntansi Lingkungan,
Pengolaan Limbah


Sustainability

Report,

Rumah

Sakit,

PENDAHULUAN
Rumah sakit sebagai salah satu sarana atau bantuan kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peranan yang sangat strategis dalam
mempercepat peningkatan kesehatan masyarakat. Rumah sakit di dalam lingkungan
masyarakat memiliki sebuah legitimasi untuk bisa melaksanakan kegiatannya, namun
lama kelamaan karena posisi rumah sakit menjadi amat vital dalam kehidupan masyarakat
maka dampak yang ditimbulkan juga akan menjadi sangat besar. Dampak yang muncul
dalam setiap kegiatan operasional rumah sakit ini dipastikan akan membawa akibat
kepada lingkungan di sekitar organisasi tersebut. Dalam pengorganisasian suatu sistem,
seperti rumah sakit tidak akan terlepas dari keinginan melakukan kontrol terhadap apa
yang dilakukan rumah sakit secara sistematis sehingga tidak menimbulkan dampak
negatif misalnya polusi udara, limbah produksi, kesenjangan sosial, dan lain sebagainya

dan dampak semacam inilah yang dinamakan Externality. Adanya tuntutan yang sudah
pernah terjadi tentang masalah Corporate Social Responsibility atau yang lebih dikenal
dengan CSR, maka akuntansi bukan hanya merangkum informasi data keuangan antara
pihak perusahaan dengan pihak ketiga namun juga mengatasi hubungan dengan
lingkungan. Akuntansi lingkungan dibuat agar para perusahaan dan organisasi tahu dan
dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya terhadap sosial khususnya lingkungan.
Berkembangnya perusahaan atau organisasi baik itu milik pemerintah ataupun swasta
yang dalam pelaksanaan operasinya menimbulkan kerusakan ekosistem karena adanya
limbah produksi perusahaan yang tentu memerlukan alokasi biaya penanganan khusus.
Atas dasar semua itu Rumah Sakit Umum Medika Lestari dipilih untuk menjadi objek
penelitian ini dan mencoba mengangkat masalah akuntansi lingkungan tersebut dalam
penelitian yang akan mengungkapkan penerapan akuntansi lingkungan pada sebuah
rumah sakit yang sangat berpotensi menghasilkan limbah produksi, yaitu limbah medis,
dan bagaimana rumah sakit selaku organisasi kesehatan bisa bertanggungjawab untuk
mencegah ataupun menanggulangi dampak yang buruk yang bisa menyebabkan
kerusakan lingkungan dan juga merugikan masyarakat sekitar rumah sakit.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksploratoria dengan pendekatan case study.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan metode studi pustaka dan

metode penelitian lapangan. Dalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data
dengan cara membaca, mencari dan mempelajari data-data serta informasi dari berbagai
media seperti artikel, buku, materi kuliah dan media elektronik seperti internet. Penelitian
ini mencari bahan-bahan dan data mengenai pembahasan yang terkait yaitu
penanggulangan lingkungan serta pertanggngjawaban sosial perusahaan. Penulis
melakukan penelitian langsung ke perusahaan dengan cara wawancara, memberikan
daftar pertanyaan kepada pejabat terkait atas kegiatan penjualan dan penerimaan kas,
pengamatan langsung, dan data arsip.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Rumah Sakit Umum Medika Lestari sebagai perusahaan yang bergerak di bidang
pelayanan jasa kesehatan kepada masyarakat, dalam melaporkan biaya lingkungannya
diakui sebagai biaya administrasi dan umum.
Berdasarkan dengan keadaan lingkungan di Indonesia yang masih buruk, tidak
menutup kemungkinan bagi perusahaan jasa untuk mengungkapkan aktivitas lingkungan
yang terkait erat dengan limbah medik dan non medik sebagai laporan tambahan
melengkapi laporan keuangan yang telah diwajibkan, namun kecenderungan yang terjadi
di Indonesia adalah perusahaan sangat jarang memasukkan aktivitas lingkungannya ke
dalam laporan tambahan yang disajikan bersama dalam laporan keuangan perusahaan.
RSU Medika Lestari dalam mengelola lingkungannya terutama masalah penanganan

limbahnya dilakukan sepenuhnya oleh Unit Sanitasi Lingkungan yang merupakan bagian
dari Sarana Panunjang Medis. Unit ini memiliki instalasi pengolahan limbah (IPAL)
mulai beroperasi pada bulan Maret 1999 dan menjadi bagian yang penting dalam menjaga
keadaan lingkungan agar tetap sesuai dengan peruntukannya.
Pelaporan keuangan di neraca bertujuan untuk memberikan informasi mengenai
sumber daya ekonomi (aktiva), kewajiban (utang), dan modal sendiri (modal atau donasi)
dari suatu entitas atau perusahaan. Neraca dengan demikian meringkaskan posisi
keuangan perusahaan pada tanggal tertentu dengan menampilkan aktiva, utang, dan
modal serta hubungan antar akun tersebut.
Seiring perkembangan jaman, perusahaan dituntut untuk melakukan operasi usaha
yang ramah lingkungan maka tidak menutup kemungkinan bagi RSU Medika Lestari
untuk mengungkapkan modal lingkungan sebagai pelayanan yang ramah dan bersahabat
dengan lingkungan. Atas dasar itulah, RSU Medika Lestari dapat menerapkan akuntansi
lingkungan dengan memperluas akuntansi konvensional dengan cara mengungkapkan
modal lingkungan disamping modal saham di neraca.
Laporan laba rugi merupakan laporan ringkasan dari hasil kegiatan perusahaan selama
satu periode akuntansi sehingga laporan ini dipandang sebagai laporan yang paling
penting dalam laporan tahunan. Laporan laba rugi RSU Medika Lestari meliputi:
Pendapatan, Biaya Usaha, dan Biaya Lain lain. Pos-pos tersebut di dalam laporan laba
rugi secara eksplisit tidak menunjukkan adanya elemen yang berkaitan dengan

pembiayaan lingkungan.Pembiayaan yang dilakukan Unit Sanitasi Lingkungan di dalam
rencana strategis perusahaan, Rencana Anggaran Unit Sanitasi dimasukkan sebagai
program kerja yang diposting sebagai biaya pemeliharaan.
Laporan laba rugi yang dibuat oleh RSU Medika Lestari tidak selengkap laporan laba
rugi di atas, karena RSU Medika Lestari memang tidak melaporkan dan menempatkan
biaya-biaya lingkungan secara khusus. Seharusnya pihak rumah sakit juga menambahkan
akun-akun baru dalam laporan laba ruginya tersebut agar bisa terbaca dengan jelas.
Posisi keuangan dari Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik adalah aset, kewajiban dan ekuitas. Sedangkan untuk kinerja keuangan dari SAK
ETAP adalah pendapatan dan beban. Aset diakui jika manfaat ekonomi di kemudian hari
besar kemungkinan akan mengalir kepada entitas dan nilainya dapat diukur secara andal.
Laporan Neraca dan Laba Rugi Rumah Sakit Medika Lestari sudah disusun sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. Hasil

laporan dari Rumah Sakit sudah dengan benar melaporkan keuangannya dengan standar
ini karena Rumah Sakit Medika Lestari berbentuk Perseroan Terbatas dan tidak go public.
Hanya saja Rumah Sakit masih kurang terperinci dalam mencantumkan akun-akun yang
ada yang berhubungan dengan lingkungan.
Analisis yang akan dilakukan berikut ini akan memperbandingkan kembali tahaptahap yang telah dilakukan oleh RSU Medika Lestari dengan prinsip yang berlaku secara
umum :

1. Pengidentifikasian
Identifikasi yang dilakukan oleh RSU Medika Lestari dalam melakukan tahapantahapan perlakuan biaya lingkungan khususnya pengelolaan limbah diperlakukan
sebagai biaya pemeliharaan. Biaya pemeliharaan artinya biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan dalam menangani pengelolaan lingkungan yang tidak diperlakukan secara
khusus dalam rekening laporan keuangan. RSU Medika Lestari mengidentifikasikan
semua kegiatan medis dan non medis memiliki potensi menimbulkan pengaruh
lingkungan.
2. Pengakuan
RSU Medika Lestari mengakui elemen biaya tersebut sebagai biaya pada saat biaya
tersebut digunakan untuk operasional pengelolaan lingkungan. Meskipun pada awal
periode akuntansi, unit sanitasi telah menerima dana anggaran untuk satu tahun,
namun pada dasarnya kas tersebut adalah sebagai penyisihan alokasi anggaran dan
belum dapat disebut sebagai biaya sebab pembiayaan pengelolaan lingkungan tersebut
dilakukan setiap bulan dan akan dijumlah total pada akhir periode akuntansi untuk
dilaporkan dalam laporan keuangan.
3. Pengukuran
RSU Medika Lestari dalam mengukur nilai dan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
pembiayaan lingkungan ini dengan acuan realisasi anggaran periode sebelumnya.
RSU Medika Lestari mengasumsikan bahwa realisasi anggaran periode yang lalu
merupakan pelajaran pengalaman yang valid untuk dijadikan sebagai acuan dalam

menentukan nilai dan jumlah biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan lingkungan
dalam satu periode tersebut.
4. Penyajian
RSU Medika Lestari melakukan penyajian alokasi biaya lingkungan tersebut secara
bersama-sama dengan biaya unit-unit lain yang serumpun. Penyajian tersebut
dilakukan bersama sebagai sub-sub biaya dalam rekening biaya pemeliharaan. Hal ini
dilakukan oleh RSU Medika Lestari sebab biaya pengelolaan lingkungan tersebut
dianggap sebagai bagian dari sarana penunjang medis sehingga tidak perlu melakukan
penyajian secara khusus.
5. Pengungkapan
RSU Medika Lestari mengungkapkan pembiayaan akuntansi lingkungan di dalam
laporan keuangan menganut model normatif, artinya pengungkapan biaya lingkungan
tersebut seolah-olah diungkapkan sebagaimana biaya overhead dalam perusahaan
manufaktur sehingga tidak memerlukan penyajian secara khusus dalam laporan
keuangan. Penyajian dalam laporan keuangan dilakukan dengan menggabungkan
biaya yang serumpun yakni biaya pemeliharaan dan lain-lain.

Dampak yang ditimbulkan oleh tidak adanya laporan lingkungan yang berupa
pencantuman biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menunjang lingkungan agar tidak
berbahaya dan merugikan semua pihak atau disebut juga biaya lingkungan adalah

shareholder yang tidak bisa melihat dengan jelas berapa biaya lingkungan yang
dikeluarkan dan apakah berpengaruh terhadap laba yang ada atau tidak.
Dampak lain yang ditimbulkan adalah sulitnya pihak rumah sakit untuk mengajukan
perluasan pangsa pasar dan perluasan wilayah kepada pemerintah, karena seperti yang
diketahui RSU Medika Lestari masih belum memenuhi syarat yang dikeluarkan
pemerintah tentang keberadaan incinerator, karena menurut syarat PP RI No. 18 tahun
1999, semua rumah sakit yang telah berkembang seperti RSU Medika Lestari ini harus
sudah memiliki alat incenerator sendiri. Oleh karena itu pemerintah masih belum boleh
mengeluarkan surat ijin untuk RSU Medika Lestari dalam perluasan wilayahnya, karena
takut meresahkan masyarakat sekitar dan juga merugikan pihak-pihak lain.
RSU Medika Lestari masih belum menerapkan tanggung jawab sosial dengan baik,
karena dapat dilihat rumah sakit tidak memiliki visi dan misi tanggung jawab sosial yang
seharusnya dimiliki setiap perusahaan ataupun organisasi. Rumah sakit ini hanya
memiliki visi dan misi umum yang sudah tertera di bab III. Visi dan misi tanggung jawab
sosial ini dibuat agar perusahaan bisa mengetahui strategi apa yang seharusnya digunakan
untuk bisa menanggulangi dampak negatif dari kegiatan operasi usaha yang sesuai dengan
peraturan pemerintah, selain untuk menanggulangi dampak negatif dari kegiatan usaha,
apalagi seperti yang diketahui bahwa kegiatan rumah sakit merupakan kegiatan yang
menghasilkan limbah berbahaya.
Rumah sakit juga kurang memberikan perhatian kepada masyarakat dan

karyawannya, karena sampai sekarang rumah sakit hanya memberikan tenggang waktu
pembayaran pada masyarakat yang kurang mampu, dan membuat pamphlet atau poster
yang berisikan tentang perilaku hidup sehat, HIV/AIDS, dan Gizi yang dilakukan secara
berkala, agar pasien ataupun masyarakat yang melihatnya bisa menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Tetapi rumah sakit tidak mengadakan kegiatan-kegiatan sosial
lainnya yang lebih berguna bagi masyarakat yang tidak mampu, misalnya saja seperti
pengobatan gratis, imunisasi gratis, seminar tentang HIV/AIDS, dan sebagainya.
Upaya pengelolaan limbah yang dilakukan RSU Medika Lestari dalam rangka
mengurangi dampak negatif dari kegiatan hasil usaha rumah sakit terhadap lingkungan
dan masyarakat telah dilakukan cukup baik namun masih ada kekurangan dari pihak
rumah sakit dalam melakukan pengelolaan limbah yang ada. Dalam masalah pengelolaan
limbah, RSU Medika Lestari masih sedikit belum lengkap dalam pembagian dan
pemusnahan limbah secara benar dan tepat.
Sejalan dengan rencana induk pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan
dalam bidang kesehatan, RSU Medika Lestari berusaha untuk mengendalikan dampak
lingkungan akibat kegiatan usaha yang dijalankannya. Mengingat rumah sakit bergerak di
bidang kesehatan dan hampir seluruh kegiatan usahanya menggunakan bahan-bahan
kimia ataupun benda-benda yang mudah terinfeksi maka rumah sakit dituntut untuk
memiliki lingkungan yang bersih baik lingkungan internal maupun lingkungan
eksternalnya dan bertanggung jawab atas pengelolaan limbahnya sendiri.

RSU Medika Lestari masih belum melakukan pencatatan biaya yang dikeluarkan
untuk lingkungan secara baik, karena seperti yang ketahui setiap organisasi kesehatan
yang telah melakukan pengelolaan limbah dengan cukup baik, maka akan mempunyai

biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan lingkungannya. Akan tetapi pihak rumah
sakit masih menganggap biaya tersebut sebagai biaya umum, yang tidak memerlukan
pencatatan secara khusus.
Tanggung jawab RSU Medika Lestari sebagai badan usaha yang bergerak di bidang
pelayanan jasa kesehatan telah mencoba membuktikan tanggung jawabnya walaupun
masih kurang sempurna. Pada pertengahan tahun 2009, saat pembangunan perluasan RSU
Medika Lestari ini, menimbulkan keresahan bagi warga sekitar karena takut akan limbah
dari rumah sakit akan membahayakan mereka dalam aktivitas sehari-hari. Maka
terjadilah demo untuk menutup Rumah Sakit tersebut, tetapi setelah pihak RSU Medika
Lestari berjanji dan meyakinkan para masyarakat bahwa RSU Medika Lestari telah
menjalankan proses pengelolaan limbah sesuai prosedur yang berlaku di Indonesia, maka
masyarakat pun pada akhirnya bisa menerima perluasan RSU Medika Lestari ini.
Program kemitraan bertujuan untuk membangun dan mendapatkan kepercayaan dari
masyarakat sehingga program yang berjalan di rumah sakit didukung oleh warga sekitar.
Program kemitraan bertujuan juga untuk meningkatkan kerja sama yang sudah terjalin
dengan pihak ketiga agar hubungan kerja sama yang ada dapat dijaga dengan baik, dan
membangun hubungan kerja sama yang baru dengan pihak ketiga dalam hal pemberian
kesehatan, seminar gratis, dan lain sebagainya.

SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dalam RSU Medika Lestari yang telah
tertera di bab IV, bisa disimpulkan bahwa RSU Medika Lestadi telah berusaha melakukan
pengelolaan lingkungannya dengan cukup baik, akan tetapi masih ada kelemahan RSU
dalam penempatan biaya lingkungan yang tidak disajikan secara khusus dalam laporan
laba rugi dna neraca, dan juga kurangnya kontrol tanggung jawab sosial yang dilakukan
RSU pada masyarakat, karyawan, dan lingkungan. Saran kepada pihak RSU Medika
Lestari adalah bisa membuat laporan-laporan seperti Sustainability Report yang sangat
berguna bagi rumah sakit dalam melihat kinerja perusahaan pada setiap tahunnya, selain
itu pihak rumah sakit diharapkan sadar untuk menjaga lingkungan. Selain itu ada baiknya
juga jika pihak rumah sakit bisa mengadakan kegiatan-kegiatan sosial yang bertujuan
untuk lingkungan, misalnya melakukan penghijauan, dan perbaikan lingkungan yang
telah rusak, dan juga melakukan penyuluhan terhadap masyarakat sekitar agar bisa
menjaga lingkungan hidup dengan sebaik-baiknya dan memberitahu mereka dampak yang
akan timbul jika tidak bisa merawat lingkungan. RSU Medika Lestari juga harusnya bisa
membeli alat pemusnah limbah padat atau yang sering disebut dengan incinerator.
Karena dengan kondisi rumah sakit sekarang ini yang tidak memiliki alat incinerator ini
membuat kerugian pada pihak rumah sakit. RSU Medika Lestari juga sebaiknya bisa
menindaklanjuti kepedulian mereka terhadap lingkungan dengan mencatat biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk lingkungan secara khusus, bukan hanya secara umum. Setelah
mempertegas kebijakan penting di bidang lingkungan, pihak rumah sakit bisa
menyempurnakannya dengan membuat catatan atas laporan keuangan sebagai tambahan
melengkapi laporan keuangan rumah sakit, di samping memberikan catatan-catatan
akuntansi mengenai kebijakan lingkungan yang telah dijalani, laporan atas catatan
akuntansi juga bisa memberikan informasi yang lebih rinci tentang dari mana saja biaya
itu dicatat.

REFERENSI
Ardianto, Elvinaro., Machfudz. Dindin., M. (2011). Efek Kedermawanan Pebisnis dan
CSR. Jakarta : PT. Elex Media Kimputindo.
Carter, William K., Milton F Usry. Alih Bahasa oleh Krisna. (2006). Akuntansi Biaya.
Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Ellyana, Rosita., Permana, Yollan., Agusman., Irawan, Michael Erwin., Jusup, Al
Haryono., Krismasanto, Cahyo., et al. (2011). Pedoman Akuntansi Rumah Sakit
Anggota Perdhaki. Jakarta : Penerbit Nera Pustaka.
Harsanti, Ponny. (2011). Corporate Social Responbility dan Teori Legitimasi (h.9). Jurnal
Akuntansi Universitas Muria Kudus. diakses tanggal 15 Maret 2012.
Horngren, Charles T. Srikant M Datar. George Foster. Alih Bahasa oleh Lestari, P. A.
(2008). Akuntansi Biaya dengan Penekanan Manajerial. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Ikatan Akuntansi Indonesia (2009). Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Ikhsan, Arfan. (2008). Akuntansi Lingkungan dan Pengungkapannya. Yogyakarta :
Penerbit Graha Ilmu.
Islahuzzaman. (2012). Istilah-istilah Akuntansi & Auditing. Jakarta : Penerbit PT. Bumi
Aksara.
Kotler, Philip and Nancy Lee. 2005. Corporate Social Responsibility. New Jersey : John
Wiley and Sons, Inc.
Suaryana, Agung. Implementasi Akuntansi Sosial Dan Lingkungan Di Indonesia (h.10).
Jurnal Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Diakses tanggal 20 June
2012.
Sukma,
Devani
(2011).
Akuntansi
Lingkungan.
http://www.keuanganlsm.com/article/apa-itu-akuntansi-lingkungan/. Diakses
tanggal 05 Februari 2012.
Susadhana, Lilis. (2009). Akuntansi Lingkungan Sebagai Informasi Sosial Pada
http://lilisusadhana.wordpress.com/2009/01/10/akuntansiRumah Sakit.
lingkungan-sebagai-informasi-sosial-pada-rumah-sakit/. Diakses tanggal 5
februari 2012.
Warren, Carl S. James M Reeve. Philip E Fess. Alih Bahasa oleh Farahmita, Aria.,
Amanungrahani., Taufik, Hendrawan., Wuriarti, Palupi. (2006). Pengantar Akuntansi.
Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Widilestariningtyas, Ony. et al. (2012). Akuntansi Biaya. Jakarta : Penerbit Graha Ilmu.
Yakhou, Mehenna. Dorweiler, Vernon P. Environmental Accounting : An Essential
Component Of Business Strategy (2004).

http://www.antam.com/images/stories/joget/file/annual/2011/SR_PKBL/Sustainability_R
eport_Antam_2011.pdf. Diakses pada tanggal 19 Juli 2012
http://ilubis.files.wordpress.com/2008/09/laporan-keuangan.pdf. Diakses tanggal
13 Juni 2012.
http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/info_pm/pedoman_penyajian_lk/L
ampiran%2003-Rumah%20Sakit.pdf. Diakses tanggal 13 Juni 2012.
http://www.menlh.go.id/. Diakses tanggal 31 Mei 2012.
RIWAYAT PENULIS
Venny Ms lahir di kota Jakarta pada 10 September 1990. Penulis menamatkan
pendidikan S1 di Bina Nusantara University dalam bidang Akuntansi pada tahun 2012.