Pengaruh Konsep Diri Terhadap Prestsi Akademik Pada Mahasiswa Angkatan 2010 Fakultas Psikologi Universitas "X" di Kota Bandung.

(1)

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang mencoba untuk mengetahui seberapa kuat atau lemah pengaruh konsep diri terhadap prestasi akademik pada mahasiswa angkatan 2010 jurusan Psikologi di Universitas "X" Bandung. Peneliti menggunakan konsep teori konsep diri yang dikembangkan oleh Fitts (1971) dan prestasi akademik yang dilihat dari perolehan IPK responden.

Alat ukur yang digunakan untuk variabel konsep diri adalah quesioner yang disusun oleh peneliti sendiri melalui proses penggabungan dimensi internal dan dimensi eksternal dari konsep diri berdasarkan teori Fitts (1971). Peneliti telah melakukan try out untuk alat ukur yang digunakan. Dari 72 item, diperoleh 44 item yang memiliki validitas sebesar 0.31-0.76 setelah diolah dengan rumus Rank Spearman dan reliabilitas sebesar 0.884 setelah diolah dengan menggunakan Alpha Cronbach. Untuk prestasi akademik peneliti melihat berdasarkan perolehan IPK responden. Teknik penarikan sampel untuk penelitian ini, digunakan teknik accidental sampling.Penghitungan data menggunakan bantuan dari program SPSS 20.0 for windows.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini bahwa konsep diri dan IPK pada responden memiliki koefisien korelasi sebesar 0.921. Artinya, terdapat hubungan signifikan antara konsep diri dengan prestasi akademik pada mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Psikologi Universitas "X" di kota Bandung. Dari hasil ini terlihat pula bahwa pengaruh konsep diri sebesar 60,5% terhadap prestasi akademik responden. Dengan begitu diperoleh hasil bahwa konsep diri memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap perolehan prestasi akademik pada mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Psikologi Universitas "X" di Bandung.

Disarankan untuk penelitian selanjutnya, konsep diri diteliti tidak hanya melalui kuesioner saja namun juga menyertakan wawancara pada orang-orang terdekat responden untuk memastikan data hasil kuesioner sesuai dengan penilaian orang lain. Hal tersebut dikarenakan konsep diri merupakan hasil dari penilaian lingkungan terhadap individu yang kemudian individu tersebut menilai dirinya sendiri.


(2)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN l.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Maksud Penelitian ... 6

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 6

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 6

1.5 Kerangka Pemikiran ... 7


(3)

Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diri ... 23

2.1.1 Definisi Konsep Diri ... 23

2.1.2 Perkembangan Konsep Diri ... 24

2.1.3 Pembentukan Konsep Diri ... 26

2.1.4 Dimensi-dimensi Konsep Diri ... 27

2.1.5 Faktor-faktor yang Memengaruhi Konsep Diri ... 31

2.1.6 Jenis-jenis Konsep Diri ... 31

2.1.7 Aspek-aspek Konsep Diri ... 33

2.1.8 Konsep Diri dan Kepribadian ... 34

2.1.9 Konsep Diri dan Tingkah Laku ... 35

2.2 Prestasi Akademik ... 37

2.2.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Prestasi Akademik ... 39

2.3 Perkembangan Dewasa Awal ... 47

2.3.1 Faktor-faktor yang Berpengaruh Pada Dewasa Awal ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 53

3.1.1 Bagan Rancangan Penelitian ... 53

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 54

3.2.1 Variabel Penelitian ... 54


(4)

Universitas Kristen Maranatha

3.3 Alat ukur penelitian ... 57

3.3.1 Alat Ukur Konsep Diri ... 57

3.3.1.1 Gambaran Alat Ukur ... 58

3.3.2 Alat Ukur Prestasi Akademik ... 60

3.3.3 Data Pribadi ... 60

3.3.4 Data Penunjang ... 60

3.3.5 Pengujian Alat Ukur... 60

3.3.5.1 Validitas Alat ukur ... 60

3.3.5.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 62

3.4 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 63

3.4.1 Populasi Sampel ... 63

3.4.2 Karakteristik Populasi ... 63

3.4.3 Teknik Penarikan Sampel ... 64

3.5 Teknik Analisis Data ... 64

3.6 Hipotesis ... 69

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden ... 70

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan IPK ... 70

4.2 Hasil Penelitian ... 71


(5)

Universitas Kristen Maranatha

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 79

5.2 Saran ... 79

5.2.1 Saran Bagi Penelitian Lanjutan ... 79

5.2.2 Saran Guna Laksana... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

DAFTAR RUJUKAN ... 83 LAMPIRAN


(6)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

3.1 Tabel Skor Item ... 58

3.2 Tabel Gambaran Alat Ukur ... 58

4.1. Tabel Gambaran Responden Berdasarkan IPK ... 70

4.4.1 Tabel Hasil Regresi Konsep Diri dengan Tingkat IPK (model summary) ... 71

4.4.2 Tabel Hasil Regresi Konsep Diri dan Tingkat IPK (anova) ... 71


(7)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

1.1 Bagan Kerangka Pemikiran ... 21 3.1 Bagan Rancangan Penelitian ... 53


(8)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I: Kuesioner Try Out

Lampiran II: Kuesioner Pengambilan Data Lampiran III: Validitas, Reliabilitas Item Lampiran IV: Tabulasi Hasil Pengambilan Data


(9)

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, masyarakat Indonesia menganggap pendidikan menjadi sesuatu yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas kehidupan, terutama dalam hal mencapai kesuksesan di masa depan. Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan menjadi salah satu kriteria yang menentukan dalam proses seleksi calon pekerja. Lapangan pekerjaan yang tersedia di Indonesia pada umumnya menuntut para calon pelamarnya memiliki tingkat pendidikan minimal SLTA, D3, hingga S1 guna menunjang kualitas sumber daya manusia di era globalisasi agar bisa bersaing dengan sumber daya dari Negara-negara lain. Untuk mendukung hal ini, perguruan tinggi sebagai pelaksana pendidikan yang kelak menghasilkan lulusan untuk dilepas ke dunia kerja harus dapat meningkatkan kualitas lulusannya.

Sejalan dengan peningkatan kualitas pendidikan ini pihak pemerintah telah mengeluarkan peraturan pemerintah RI nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan dengan harapan kualitas sistem pendidikan di Indonesia akan meningkat, baik sarana, prasarana, dan tenaga pendidik sehingga pendidikan sebagai sarana mencerdaskan bangsa dapat terwujud. Pada pasal 26 (4) dalam peraturan pemerintah tersebut dinyatakan standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota


(10)

Universitas Kristen Maranatha

masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian dan sikap untuk menentukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni yang bermanfaat bagi kemanusiaan (http://sunartombs.com).

Di Indonesia sendiri, tahapan pendidikan formal tediri atas SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi. Setiap jenjnag pendidikan, sebenarnya, memberikan bekal kurikuler berkesinambungan. Prestasi yang dicapai akan menjadi tolok ukur untuk meraih pencapaian yang lebih tinggi dari jenjang-jenjang pendidikan yang harus dilewati. Bagi mahasiswa indeks prestasi akan menjadi parameter bagi terbukanya peluang untuk memeroleh kesempatan kerja.

Jenjang pendidikan tinggi memberikan suasana pembelajaran yang berbeda dibandingkan jenjang pendidikan sebelumnya. Melalui sistem Satuan Kredit Semester (SKS), setiap mahasiswa dapat menentukan rencana studinya sesuai kurikulum dan aturan yang berlaku di perguruan tinggi setempat.

Perguruan Tinggi menyediakan beragam jurusan yang dapat dipilih, sebagaimana juga yang tersedia di Universitas "X" Bandung. Mengacu pada kurikulum pendidikan tinggi, program pendidikan Strata 1 sekurang-kurangnya harus menyelesaikan 144 SKS hingga sebanyak-banykanya 160 SKS dengan masa tempuh studi berkisar delapan semester hingga 14 semester. (http://www.dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=578&I temid=230).

Menurut tokoh pendidikan, proses pendidikan memunyai ukuran terstandararisir dalam menilai sejauhmana pengetahuan dan keterampilan


(11)

Universitas Kristen Maranatha

mahasiswa tercapai (Tilaar, 2006). Harahap (2006) mengatakan bahwa mahasiswa dalam kaitannya dengan dunia pendidikan merupakan salah satu substansi yang perlu diperhatikan, karena mahasiswa merupakan penerjemah dinamika ilmu pengetahuan dan melaksanakan tugas mendalami ilmu pengetahuan tersebut. Mahasiswa secara umum merupakan subjek yang memiliki potensi untuk mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam keseluruhan bentuk aktifitas dan kreatifitasnya sehingga diharapkan mampu menunjukkan kualitas daya yang dimilikinya (Baharuddin & Makin, 2004).

Kualitas mahasiswa dapat terukur dari prestasi akademik yang diraihnya. Prestasi akademik merupakan perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku atau kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu yang tidak disebabkan oleh proses pertumbuhan, melainkan oleh adanya situasi belajar sehingga dipandang sebagai bukti usaha yang telah dilakukan mahasiswa (Sobur, 2006). Fakultas Psikologi Universitas "X" memiliki situasi belajar bersifat kompleks dan menyeluruh yang melibatkan interaksi beberapa komponen, sehingga tidak mengherankan sering ditemukan mahasiswa yang tidak dapat meraih prestasi akademik setara dengan kecerdasannya. Pada dasarnya prestasi akademik merupakan hasil interaksi dari pelbagai faktor yang berbeda antara satu individu dengan individu lainnya (Baiquni, 2007).

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi akademik individu. Menurut Rola (2006) terdapat empat faktor yang mempengaruhi prestasi akademik, yaitu pengaruh keluarga dan kebudayaan, peranan konsep diri,


(12)

Universitas Kristen Maranatha

pengaruh dari peran jenis kelamin, dan pengakuan dari prestasi. Peranan konsep diri menurut Rola merupakan faktor yang memengaruhi IPK.

Penelitian yang dilakukan di Amerika, melibatkan 342 mahasiswa dari Colombia University, menemukan bahwa keberhasilan akademik dipengaruhi oleh konsep diri yang positif (Ginzberg, 2003). Hasil penelitian lain tentang pengaruh konsep diri dalam pencapaian prestasi belajar, dengan subjek 109 mahasiswa ilmu komunikasi Universitas Padjajaran yang diterima melalui SPMB menunjukkan bahwa konsep diri diperlukan dalam mencapai prestasi yang tinggi (Fahrozi, 2003). Kedua penelitian tersebut mengindikasikan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi mahasiswa dalam perolehan prestasi akademiknya adalah konsep diri.

Menurut Calhoun dan Acocella (1990), dalam perkembangannya konsep diri terbagi menjadi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang tahu betul siapa dirinya sehingga dirinya menerima segala kelebihan dan kekurangan, evaluasi terhadap dirinya menjadi lebih positif serta mampu merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas. Individu yang memiliki konsep diri negatif terdiri dari dua tipe, tipe pertama yaitu individu yang tidak tahu siapa dirinya dan tidak mengetahui kekurangan dan kelebihannya, sedangkan tipe kedua adalah individu yang memandang dirinya dengan sangat teratur dan stabil.

Hasil kajian literatur yang dilakukan beberapa ahli menunjukkan bahwa dari berbagai karakteristik mahasiswa yang tidak mampu mencapai prestasi akademik yang tinggi, ternyata erat hubungannya dengan masalah rendahnya


(13)

Universitas Kristen Maranatha

konsep diri. Rola (2006) menyatakan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi prestasi individu adalah konsep diri. Jika mahasiswa menganggap dirinya mampu melakukan sesuatu maka akan berusaha untuk mencapai apa yang diinginkannya, sehingga terdapat hubungan yang positif antara konsep diri terhadap prestasi akademik yang dimilikinya.

Berikut pernyataan-pernyataan para tokoh psikologi mengenai hubungan konsep diri dengan prestasi akademik, Pudjiyogyanti (1993) memberikan pernyataan senada bahwa konsep diri memunyai peranan yang akan menentukan prestasi belajar, sebab dengan evaluasi diri mengenai kemampuan dan perilaku maka seseorang akan lebih optimistis untuk menunjukkan prestasinya.

Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa pentingnya konsep diri bagi raihan prestasi akademik mahasiswa. Oleh karena itu, melalui penelitian ini penulis tertarik mengetahui secara empiric sejauhmanakah pengaruh konsep diri terhadap prestasi akademik mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Psikologi Universitas "X" Bandung.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka masalah yang akan diteliti adalah seberapa besar pengaruh konsep diri terhadap prestasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2010 Universitas "X" di kota Bandung.


(14)

Universitas Kristen Maranatha

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh konsep diri terhadap prestasi akademik pada mahasiswa angkatan 2010 Universitas "X" di kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh konsep diri terhadap prestasi akademik pada mahasiswa angkatan 2010 Universitas "X" di kota Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

1. Menambah pemahaman bagi kajian psikologi pendidikan mengenai pengaruh konsep diri terhadap prestasi akademik.

2. Sumber informasi bagi peneliti lain yang berminat mendalami konsep diri dan pengaruhnya terhadap prestasi akademik.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada pihak institusi pendidikan, dalam hal ini fakultas psikologi Universitas "X" mengenai seberapa besar pengaruh konsep diri pada prestasi akademik, sehingga dapat ditindaklanjuti dalam membantu mahasiswa yang bermasalah dalam hal prestasinya.


(15)

Universitas Kristen Maranatha

2. Memberikan informasi kepada mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Psikologi Universitas "X" di kota Bandung mengenai pengaruh konsep diri terhadap prestasi akademik sehingga bisa membantu dalam merencanakan strategi belajar dalam hal meningkatkan perolehan prestasi akademik mereka.

3. Memberikan informasi pada orangtua dan keluarga mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Psikologi Universitas "X" di kota Bandung, yang nantinya dapat membantu anak mereka dalam pencapaian prestasi akademiknya. 4. Memberikan informasi pada dosen wali dan dosen pengajar sehingga bisa

mengambil tindakan yang tepat apabila terjadi hal-hal yang kurang memuaskan terkait prestasi akademik ini.

1.5 Kerangka Pikir

Perguruan Tinggi merupakan lembaga pendidikan, tempat mahasiswa menjalani proses pendidikan formal seusai jenjang pendidikan SLTA. Salah satu perguruan tinggi swasta yang menjadi pilihan mahasiswa untuk memeroleh gelar sarjana di kota Bandung adalah Universitas "X".

Dilihat dari masa perkembangan yang sedang dijalani, mahasiswa pada umumnya berada pada masa dewasa awal. Untuk mahasiswa baru, transisi dari sekolah menengah atas menuju universitas melibatkan gerakan menuju satu struktur sekolah yang lebih besar, interaksi dengan teman sebaya dari daerah yang lebih beragam dan kadang lebih beragam latar belakang etniknya; dan


(16)

Universitas Kristen Maranatha

peningkatan terhadap prestasi dan penilaiannya (Belle dan Paul, 1989, dalam Santrock, 2002).

Mahasiswa berkesempatan untuk lebih dewasa, memilih mata kuliah di luar mata kuliah wajib berdasarkan peminatannya, memiliki banyak waktu untuk dihabiskan bersama kelompok sebaya dengan aktivitas yang konstruktif, banyak kesempatan untuk mengeksplorasi pelbagai gaya hidup dan nilai-nilai, menikmati kemandirian lebih luas yang jauh dari pengawasan orangtua, dan tertantang secara intelektual oleh tugas akademik dibandingkan tingkat pendidikan sebelumnya.

Dilihat dari perkembangan fisik pada masa dewasa awal, seorang mahasiswa berada pada puncak dari kemampuan fisik yang dimilikinya (Santrock 2002). Selain itu, dari segi kognitif pada masa dewasa awal, seseorang mungkin merencanakan dan membuat hipotesis tentang masalah-masalah seperti remaja, tetapi mereka menjadi lebih sistematis ketika mendekati masalah sebagai seorang dewasa. (Santrock 2002). Kemampuan kognitif seseorang sangat baik selama masa dewasa awal, dan juga menunjukan adaptasi dengan aspek pragmatis dari kehidupan. Akan tetapi, masalah yang ada, bahwa pada beberapa tahun pertama di perguruan tinggi, sebagian besar mahasiswa tidak dapat secara akurat merencanakan jalur karir mereka di masa dewasa. Banyak mahasiswa yang mengubah bidang minatnya ketika di perguruan tinggi, menyadari bahwa pekerjaan setelah kuliah tidak langsung berhubungan dengan bidang utama mereka di universitas, dan mengubah karir ketika dewasa (Rothstein, 1980, dalam Santrock 2002). Selain itu, fase mencapai prestasi adalah fase di masa dewasa awal yang menurut Schaie, melibatkan penerapan intelektualitas pada situasi yang


(17)

Universitas Kristen Maranatha

memiliki konsekuensi besar dalam mencapai tujuan jangka panjang, seperti pencapaian karir dan pengetahuan. (Santrock 2002).

Dari pernyataan di atas yang menjelaskan tentang masa perkembangan dewasa awal, salah satunya adalah meraih prestasi optimal. Mahasiswa memiliki keinginan berprestasi lebih besar dibandingkan saat berada pada jenjang-jenjang pendidikan sebelumnya. Prestasi pada jenjang pendidikan tinggi akan berkonsekuensi terhadap masa depan, khususnya dalam pencapaian karir pasca kelulusan dari jenjang pendidikan S1.

Di lain pihak bagi perguruan tinggi sendiri, prestasi akademik dipandang sebagai salah satu tolok ukur mutu pendidikan yang diselenggarakannya. Kualitas lulusan perguruan tinggi bisa ditunjukkan melalui prestasi akademik yang dicapai. Ini berarti, usaha meningkatkan mutu pendidikan pada dasarnya tidak lain dari upaya meningkatkan prestasi akademik mahasiswa. Prestasi akademik adalah gambaran dari pengetahuan, keterampilan atau sikap yang diperoleh mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Psikologi Universitas "X" (selanjutnya dijelaskan sebagai responden) dalam mengikuti proses pembelajaran. Prestasi akademik juga merupakan gambaran pengetahuan yang diperoleh atau ketrampilan yang dikembangkan dalam perkuliahan di perguruan tinggi dan ditunjukkan dengan nilai yang ditetapkan dalam perguruan tinggi tersebut. Setiap responden mengharapkan prestasi akademik yang memuaskan. Dengan adanya tuntutan tersebut menjadikan mahasiswa memiliki standar „berprestasi‟ yang juga berbeda-beda.


(18)

Universitas Kristen Maranatha

Prestasi akademik responden dinilai sebagai perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku, atau kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu dan tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi belajar. Perwujudan bentuk hasil proses belajar tersebut dapat berupa pemecahan lisan maupun tulisan, dan keterampilan serta pemecahan masalah langsung dapat diukur atau dinilai dengan menggunakan tes yang terstandar (Sobur, 2006).

Pada kenyataannya, prestasi akademik tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan, tetapi juga oleh variabel non kognitif seperti konsep diri sebagai seperangkat sikap yang dinamis dan memotivasi seseorang (Burns, 1993, h. 356). Selain itu, Soemanto (2006) menyatakan faktor yang memengaruhi prestasi akademik dan tingkah laku individu dalam belajar adalah konsep diri, locus of control, kecemasan, dan motivasi belajar. Konsep diri dan prestasi akademik berkaitan secara erat (Burns 1993, h. 357). Konsep diri yang positif dapat membantu responden untuk meningkatkan kepercayaan terhadap dirinya sehingga dapat memotivasi mereka untuk dapat menjadi lebih baik lagi. Dengan begitu, dalam kegiatan akademik, konsep diri memiliki peranan penting, seperti yang diungkapkan oleh para ahli psikologi dan pendidikan.

Konsep diri merupakan cara pandang responden mengenai dirinya atau mengenai bagaimana mereka menilai lingkungan memandang dirinya. Konsep diri merupakan bagian penting dalam perkembangan kepribadian seseorang. Oleh karena itu, konsep diri juga berhubungan dengan bagaimana responden memandang prestasi akademik dan seberapa yakin akan pencapaiannya. Seorang


(19)

Universitas Kristen Maranatha

mahasiswa yang merasa yakin dengan kemampuannya dan memiliki orientasi yang besar dalam berprestasi akan lebih optimistis.

Konsep diri itu sendiri didefinisikan sebagai keseluruhan kesadaran atau persepsi tentang diri yang diobservasi, dialami dan dinilai oleh responden (Fitts, 1971). Konsep diri adalah aspek penting dalam diri responden karena merupakan frame of preference dalam berinteraksi dengan lingkungan. Konsep diri awalnya muncul dari persepsi diri responden. Konsep diri muncul pada usia 6 atau 7 bulan dan akan terus berkembang seiring dengan bertambahnya nilai-nilai yang diperoleh responden melalui interaksinya dengan lingkungan (Taylor, dalam Fitts 1971).

Konsep diri berguna bagi individu untuk menilai dirinya sendiri, yang merupakan hasil dari berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Konsep diri menurut Fitts (1971) dibagi menjadi dua dimensi yaitu dimensi internal dan dimensi eksternal.

1. Dimensi internal adalah penilaian responden terhadap diri sendiri berdasarkan dunia dalamnnya atau batinnya sendiri, dimensi ini terdiri dari diri identitas (identity self), diri penilai (judging self), dan diri pelaku (behavior self). 2. Dimensi eksternal yaitu penilaian responden tentang dirinya sebagai hasil

interaksi dengan dunia di luar dirinya, termasuk pengalaman individu dan hubungan interpersonal, yang terdiri dari diri fisik (physical self), diri moral etik (moral ethical self), diri pribadi (personal self), diri social (social self) diri keluarga (family self) dan diri akademik (academic self).


(20)

Universitas Kristen Maranatha Identity self adalah aspek diri paling mendasar. Konsep ini mengacu pada

pernyataan “siapa saya”?, dimana didalamnya tercakup label dan simbol yang

diberikan pada diri mahasiswa sendiri untuk membentuk identitasnya. Penilaian-penilaian yang positif terhadap diri mereka sendiri akan mengembangkan konsep diri yang positif pula. Hal ini nantinya bisa membentuk suatu kepercayaan diri dan rasa optimis akan kemampuan yang dimiliki untuk mencapai prestasi yang diharapkan.

Judging self memberikan nilai terhadap responden mengenai rasa puas dan tidak puas akan pencapaian prestasi akademiknya. Seperti yang diungkapkan di atas, penilaian-penilaian yang positif terhadap diri akan membuat seseorang lebih percaya diri dan optimis dalam mencapai target. Namun sebaliknya penilaian-penilaian yang negatif terhadap diri akan mengakibatkan rasa pesimis dan kurang percaya diri dalam mencapai target.

Behavior self adalah gambaran responden mengenai tingkah lakunya. Baik itu tingkah laku yang dipertahankan ataupun tingkah laku yang diabaikan. Diri identitas sangat berkaitan erat dengan diri pelaku, karena diri identitas akan mempengaruhi tingkah laku apa yang dimunculkan. Terutama dalam menghadapi tugas-tugas, ujian tengah semester, ujian akhir semester, dan ketika berinteraksi dengan teman ataupun dosen dalam tujuan pencapaian prestasi akademik.

Physical self adalah mengenai persepsi responden mengenai keadaan fisiknya. Hal ini akan mempengaruhi juga kepercayaan diri mahasiswa terutama mengenai hal-hal yang mengharuskannya tampil di tempat umum, seperti ketika presentasi dan kerja kelompok.


(21)

Universitas Kristen Maranatha Moral ethical self adalah mengenai persepsi responden terhadap hubungannya dengan Tuhan, kepuasan mengenai kehidupan agamanya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang meliputi batasan baik dan buruk. Penilai-nilaian ini akan berpengaruh pada perilaku mahasiswa dalam berinteraksi dengan dosen ataupun mahasiswa, dan dalam mengerjakan tugas-tugas serta ujian.

Personal self adalah merupakan perasaan atau persepsi responden tentang keadaan pribadinya. Merasa bangga dan puas terhadap apa yang dimilikinya dan menganggap dirinya tepat memilih jurusan merupakan gambaran tentang konsep diri yang positif dan sebaliknya. Pada mahasiswa yang merasa pilihannya kurang tepat atau karena paksaan akan membuat konsep dirinya menjadi lebih negatif.

Social self adalah yang menyangkut kesesuaian responden dalam berinteraksi dengan masyarakat atau lingkungan sosial. Konsep ini akan berpengaruh terhadap sejauh mana keterbukaan mahasiswa dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial. Ini akan menjadi penting, mengingat psikologi merupakan ilmu sosial yang mengharuskan seseorang berinteraksi dengan orang lain. Namun, dalam pencapaian prestasi akademik akan lebih berpengaruh ketika mahasiswa mendapatkan tugas praktikum yang mengharuskan mereka berinteraksi dengan lingkungan sosial.

Family self berisi tentang hubungan pribadi responden dengan keluarga serta perasaannya sebagai anggota keluarga. Hubungan mahasiswa dengan keluarga akan mempengaruhi motivasi dan usaha mahasiswa mencapai prestasi yang diharapkan. Sejauh mana mahasiswa merasa keluarganya mendukung


(22)

Universitas Kristen Maranatha

perkuliahannya menjadi salah satu bagian penting dalam pencapaian prestasi akademik mereka.

Bagian terakhir dari dimensi eksternal adalah Academic self yaitu bagaimana keyakinan responden mengenai kemampuannya dalam akademik ini akan menjadi faktor yang sangat penting dalam pencapaian prestasi yang nantinya juga akan dipengaruhi keseluruhan dimensi yang ada dalam konsep diri mahasiswa.

Peneliti melihat pentingnya interaksi antara dimensi eksternal dan dimensi internal untuk mengetahui bagaimana konsep diri mahasiswa secara keseluruhan. Untuk itu dilakukan penggabungan antara dimensi internal dan dimensi eksternal yang hasilnya, yaitu :

1. physical identity adalah seberapa besar penghayatan responden mengenai gambaran dirinya dan pembentukan dirinya terhadap keadaan fisik, mencakup penilaian terhadap kesehatan, penampilan, keadaan tubuh dan gerakan motorik. Disini akan tergambar sejauhmana mahasiswa menghayati keadaan fisiknya, misalnya ketika mahasiswa menentukan cara berpakaian dan memperlihatkan kepercayaan diri atau ketidakpercayaan diri dalam berpenampilan.

2. Physical judgement adalah seberapa besar rasa puas dan kebanggaan responden tentang keadaan dirinya secara fisik, mengenai kesehatan, penampilan, keadaan tubuh, dan gerakan motoriknya. Disini akan terlihat sejauh mana perasaan puas yang dimiliki mahasiswa terhadap keadaan fisik


(23)

Universitas Kristen Maranatha

yang dimilikinya. Misalnya mahasiswa merasa keadaan fisiknya sesuai atau tidak dengan yang diharapkannya.

3. Physical behavior adalah seberapa besar responden menilai gambaran tingkah laku yang berkaitan dengan keadaan fisik mencakup keadaan kesehatan, penampilan, keadaan tubuh dan gerakan motoriknya. Ini akan mempengaruhi bagaimana mahasiswa berpenampilan dan berperilaku di dalam ataupun diluar kampus. Misalnya bagaimana mahasiswa tersebut melakukan perawatan terhadap keadaan fisiknya.

4. Moral ethical identity adalah seberapa besar penghayatan responden mengenai keadaan moral, etika, dan agama yang meliputi batasan baik dan buruk. Mahasiswa akan menghayati sebaik atau seburuk apa moral, etika dan agama yang dimilikinya. Misalnya sejauh mana mahasiswa menghayati dirinya sebagai orang yang memeluk agama tertentu atau merasa bermoral atau tidak. 5. Moral ethical judgement adalah seberapa besar rasa puas dan kebanggaan

responden mengenai keadaan moral, etika, dan agama yang meliputi batasan baik dan buruk. Dalam hal ini, mahasiswa akan terlihat puas atau tidak terhadap moral, etik, dan agama yang dimilikinya sehingga dapat memengaruhi perilakunya. Misalnya, sejauh mana mahasiswa merasa bangga atas moral dan agama yang dianutnya.

6. Moral ethical behavior adalah bagaimana responden melihat gambaran tingkah laku mereka mengenai keadaan moral, etika, dan agama yang meliputi batasan baik dan buruk. Disini, moral dan etika yang tadi dihayati dan dinilai


(24)

Universitas Kristen Maranatha

akan muncul menjadi pemikiran tentang bagaimana seharusnya tingkah laku mahasiswa sesuai dengan moral dan etika yang dimilikinya. Misalnya sejauh mana mahasiswa menghayati dirinya sebagai orang yang taat beragama dan melakukan kegiatan yang benar atau tidak.

7. Personal identity adalah seberapa besar penghayatan responden tentang keadaan pribadinya, hal ini dipengaruhi oleh sejauhmana mereka merasa puas terhadap pribadinya. Menghayati dirinya dan mengetahui apa yang dapat mendukung pencapaian prestasi akademik akan sangat membantu mahasiswa dalam belajar. Misalnya sejauh mana mahasiswa mengenal dirinya, mengetahui kelebihan dan kekurangannya, bisa juga sejauhmana mereka merasa keberadaannya berarti bagi orang lain dan lingkungan.

8. Personal judgement adalah seberapa besar rasa puas dan kebanggaan responden tentang keadaan pribadinya yang dipengaruhi oleh sejauhmana mereka merasa puas terhadap pribadinya. Kebanggaan yang dimiliki dengan keadaan dirinya sebagai orang yang memiliki kemampuan untuk meraih prestasi yang diharapkan merupakan gambaran dari konsep diri yang positif yang membantu mahasiswa dalam pencapaian prestasi akademik. Misalnya, bagaimana mahasiswa merasa dirinya sesuai atau tidak dengan yang diinginkannya.

9. Personal behavior adalah bagaimana reponden melihat tingkah laku dirinya berkaitan dengan keadaan pribadinya, yang akan dipengaruhi oleh sejauhmana mereka merasa puas terhadap pribadinya. Cara memandang perilaku yang dimunculkan mahasiswa dalam proses belajar mengajar membantu mereka


(25)

Universitas Kristen Maranatha

untuk memiliki motivasi dalam usaha meraih prestasi akademik yang diharapkan. Misalnya, bagaimana mahasiswa memegang prinsip yang dimilikinya, mudah berubah atau tidak.

10.Family identity adalah bagaimana penghayatan responden terhadap keluarganya dan kedudukannya sebagai anggota keluarga yang didasarkan pada peran dan fungsinya sebagai anggota keluarga. Mengahayati bahwa keluarga sebagai pendukung mereka untuk meraih prestasi akademik yang baik akan membantu mereka untuk mencapai hal tersebut. Misalnya, bagaimana mahasiswa memandang keadaan keluarganya dan menyukai atau tidak hubungannya dengan keluarga.

11.Family judgement adalah penilaian mengenai seberapa besar rasa puas dan kebanggaan responden tentang keadaan keluarganya dan kedudukannya sebagai anggota keluarga yang didasarkan pada peran dan fungsinya sebagai anggota keluarga. Merasa bangga dan puas akan keluarga yang dimiliki dan kepuasan sebagai bagian dari anggota keluarga dengan peran dan fungsinya akan membuat mahasiswa lebih merasa memiliki dukungan dan motivasi dalam belajar. Misalnya, puas atau tidak mahasiswa terhadap keluarganya. 12.Family behavior adalah bagaimana responden menilai tingkah laku berkenaan

dengan keluarga dan kedudukannya sebagai anggota keluarga yang didasarkan pada peran dan fungsinya sebagai anggota keluarga. Hal ini akan mempengaruhi pola perilaku mahasiswa dalam belajar, jika penilaian terhadap dirinya berkenaan dengan kedudukannya sebagai anggota keluarga adalah baik, maka dalam belajar pun merasa nyaman dan tidak merasa ada gangguan


(26)

Universitas Kristen Maranatha

dari masalah keluarga. Misalnya, seberapa aktif mahasiswa dalam kegiatan dalam keluarganya.

13.Social identity adalah seberapa besar penghayatan responden dalam kaitan dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya, yang dipengaruhi oleh penilaian dan interaksinya dengan orang lain. Merasa diterima di dalam lingkungan sosialnya akan membuat mahasiswa menjadi lebih percaya diri dalam berinteraksi. Ini akan membantu pencapaian prestasi akademik terutama dalam interaksi yang mendukung, seperti dengan dosen, OP dalam pengambilan data praktikum dan teman sekelompok dalam pengerjaan tugas kelompok. Misalnya, sejauhmana mahasiswa merasa keberadaannya penting bagi lingkungannya atau tidak.

14.Social judgement adalah seberapa besar rasa puas dan kebanggaan responden dalam kaitan dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya, yang dipengaruhi oleh penilaian dan interaksinya dengan orang lain. Puas dan bangga akan kemampuaannya dalam berinteraksi akan membuat mahasiswa merasa mendapat dukungan dalam memperoleh prestasi akademik. Misalnya, puas atau tidak mahasiswa terhadap lingkungannya dan merasa diterima atau tidak oleh lingkungannya.

15.Social behavior adalah bagaimana responden menilai tingkah laku dalam kaitan dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya, yang dipengaruhi oleh penilaian dan interaksinya dengan orang lain. Berbaur dengan orang lain dan mudah akrab dengan orang lain, tanpa memikirkan dampak negatif dari penilaian orang lain merupakan ciri dari mahasiswa yang memiliki penilaian


(27)

Universitas Kristen Maranatha

yang baik terhadap hubungan interaksinya dengan lingkungan sosial. Misalnya, apakah mahasiswa mendekat atau menjauh dari lingkungan sosialnya.

16.Academic identity adalah seberapa besar penghayatan diri responden terhadap keyakinan akan kemampuannya dalam bidang akademik. Disini mahasiswa menghayati tingkat kemampuan yang dimiliki dalam pencapaian prestasi akademik. Sejauhmana mereka menilai dirinya mampu untuk mencapai target akan membuat mereka lebih optimis, dan sebaliknya. Misalnya, seberapa yakin mahasiswa bisa mencapai prestasi akademik yang diharapkannya. 17.Academic judgement seberapa puas dan bangga responden terhadap

kemampuannya dalam bidang akademik. Merasa bangga dan puas terhadap kemampuannya akan membuat mahasiswa lebih semangat mengejar targetnya. Misalnya, seberapa puas mahasiswa terhadap pencapaian prestasi akademik yang diperolehnya.

18.Academic behavior adalah bagaimana responden memandang tingkah lakunya sehubungan dengan keyakinan akan kemampuannya dalam bidang akademik. Mereka yang belajar dengan sungguh-sungguh dalam mencapai prestasi dibidang akademik merupakan gambaran konsep diri yang positif. Misalnya, seberapa keras usaha yang dilakukan mahasiswa untuk memeroleh prestasi akademik yang diharapkan, menurutnya.

Dari penjabaran diatas, dapat ditangkap bahwa konsep diri akan memengaruhi pandangan mengenai dirinya dan kemampuan yang dimiliki


(28)

Universitas Kristen Maranatha

mahasiswa, dengan begitu akan berguna dalam menentukan target atau sejauh mana harapan yang dibuat untuk perolehan prestasi akademik mereka. Mereka yang memiliki konsep diri yang positif adalah mereka yang mempunyai penilaian positif terhadap dirinya yang didasarakan pada penghayatannya sendiri dan juga berdasarkan hasil interaksi dengan lingkungannya, yang lalu merasa mendapatkan apresiasi atau penerimaan dilingkungan sekitarnya yang pada akhirnya merasa puas akan dirinya sendiri. Sedangkan mereka yang mempunyai konsep diri yang negatif adalah mereka yang mempunyai penilaian negatif terhadap diri sendiri didasarkan pada penghayatannya sendiri dan juga berdasarkan hasil interaksi dengan lingkungan, lalu merasa tidak mendapatkan penerimaan atau apresiasi dari lingkungan sekitarnya dan mereka yang sulit untuk menerima keadaan dirinya (Fitts, 1971).

Prestasi akademik merupakan hasil dari interaksi faktor-faktor yang berbeda antara satu mahasiswa dengan mahasiswa lainnya (Baiquni, 2007). Berdasarkan asumsi dan pernyataan peneliti-peneliti sebelumnya, dapat dilihat bahwa konsep diri memiliki hubungan dengan prestasi akademik yang pada gilirannya dapat memengaruhi pencapaian prestasi akademik yang diharapkan.


(29)

Universitas Kristen Maranatha Self concept

Faktor-faktor yang memengaruhi prestasi akademik :

a. Lingkungan rumah b. Lingkungan sekolah

Mahasiswa angkatan 2010 fakultas psikologi Universitas”X” Bandung Prestasi akademik (IPK) __________

1.1Bagan Kerangka Pikir Interaksi antara Dimensi Eksternal dan Dimensi Internal

 Physical Identity  Physical Judgement  Physical Behavior  Moral Ethical Identity  Moral Ethical Judgement  Moral Ethical Behavior  Personal Identity  Personal judgement  Personal Behavior  Family Identity  Family Judgement  Family Behavior  Social Identity  Social Judgement  Social Behavior  Academic Identity

 Academic Judgement


(30)

Universitas Kristen Maranatha

1.6. Hipotesis

Ho : Konsep diri tidak berpengaruh terhadap prestasi akademik pada mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Psikologi UKM Bandung.

H1 : Terdapat pengaruh konsep diri terhadap prestasi akademik pada mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Psikologi UKM Bandung.


(31)

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1) Konsep diri responden berpengaruh terhadap prestasi akademik yang diraihnya.

2) Faktor lingkungan rumah dan lingkungan kampus berkaitan dengan prestasi akademik mahasiswa selain konsep diri.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Bagi Penelitiaan Lanjutan

1) Disarankan untuk meneliti pengaruh konsep diri terhadap prestasi akademik dengan menyertai faktor-faktor lain yang memengaruhi prestasi akademik mahasiswa.

2) Disarankan untuk penelitian selanjutnya mengenai konsep diri proses pengambilan datanya dilakukan dengan wawancara pada keluarga, saudara, teman ataupun orang yang berhubungan dengan responden selain dengan kuesioner.


(32)

Universitas Kristen Maranatha

5.2.2 Saran Guna Laksana

1) Hasil penelitian ini memberi masukan kepada dosen wali, dosen pengajar, dan dekan Fakultas Psikologi Universitas "X" tentang pentingnya konsep diri dalam proses pembelajaran mahasiswa, sehingga dapat ditindaklanjuti dengan penyusunan program-program peningkatan konsep diri mahasiswa bagi kepentingan akademiknya.

2) Disarankan para mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Psikologi Universitas "X" untuk membuat strategi dalam meningkatkan konsep diri mereka ke arah positif, dengan cara mengikuti pelatihan ataupun seminar mengenai konsep diri, dan membaca buku-buku mengenai konsep diri agar pencapaian prestasi akademik mereka dapat sesuai yang diharapkan.


(33)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Mudzakir. (1997). Psikologi Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia. Arikunto, S., 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi

V, Jakarta: Rineka Cipta.

Baharuddin & Makin, M. 2004. Pendidikan Humanistik. Jakarta: AR – RUZZ Media.

Burns, R. B. 1979. The Self Concept in Theory Measurement, Development and Behavior. London. Longman Group UK Ltd.

Burns, R. B. 1993. Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku (terjemahan). Jakarta: Penerbit Arcan.

Calhoun, J.F. Acocella, J.R. 1990. Psychology of Adjustment and Human Relationship. New York: McGraw-Hill, Inc.

Dewa Ketut Sukardi. 1983. Pedoman Praktis Bimbingan Penyuluhgan Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Fitts, Williams H. 1971. The Self Concept and Self Actualization. Los Angeles, California: Western Psychological Sevice Publisher and Distribution. Gagne Robert M. 1992. Essential og Learning for Instructioan. Terjemahan

Abdillah Hanafi dan Abdul Manan. Surabaya: Usaha Nasional.

Harahap, S. 2006. Penegakan Moral Akademik Didalam dan Luar Kampus. Jakarta: Raja Grafindo.

Irwanto. 1997. Psikologi Umum. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kaplan, Robert M dan Saccuzo Dennis P. 2005. Psychological Testing: Principles applications and Psychological Testing: Principles, applications and issues. Belmont, CA : Thomson Wadsworth Cengage Learning.

Kumar, N., 2005. Assessing the Learning Culture and Performance of Educational Institutions, Performance Improvement, Vol.44, No.9.


(34)

Universitas Kristen Maranatha

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2006 Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurkencana. 2005. Evaluasi Hasil Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional. Pudjijogjanti, C. 1993. Konsep Diri Dalam Pendidikan. Jakarta: Arcan

Santrock, John W. 2002. Life Span Development Perkembangan Masa Hidup Jilid Dua : Jakarta: Erlangga.

Sia, Tjundjing. (2001). Hubungan Antara IQ, EQ, dan QA dengan Prestasi Studi Pada Siswa SMU. Jurnal Anima Vol.17 no.1

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sobur, A. 2006. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Soemanto, W. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono, (2003). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suryabrata, Sumadi, 1987, Pengantar Psikologi Pendidikan, Jakarta : Raja Wali. Sutrisno Hadi. (2000). Statistik 2. Yogyakarta : Andi Offset.

Syaiful Bakrie D. (1994). Prestasi belajar dan kompetensi guru. Surabaya : Usaha Nasional.

Tampubolon, D. P. 2001. Perguruan tinggi bermutu., Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Tilaar, H. 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional. Jakarta : Rineka Cipta.

Winkel, W.S. 1997. Bimbingan dan konseling di Institusi pendidikan (Edisi rev). Jakarta: PT. Gramedia.


(35)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Baiquni. 2007. Intelegensia Bukan Satu – Satunya. Dapat dibuka pada situs http://www.e-psikologi.com/intelegensia/ma30/html.

http://sunartombs.com ( Diakses tanggal 13 November 2010 )

http://www.psikologizone.com/faktor-yang-mempengaruhi-prestasi-belajar-anak ( Diakses tanggal 6 Oktober 2010 )

http://fandi4tarakan.wordpress.com/2010/01/03/teori-multiple-intelligence/ ( Diakses tanggal 23 September 2010 )

http://onnyrudianto.files.wordpress.com/2009/09/intelegensi-vs-prestasi-belajar.pdf .

( Diakses tanggal 24 Oktober 2010 )

http://www.konsepdiri.com/webmaster-Ari.2007/html. ( Diakses tanggal 9 September 2010 )

http://www.e-psikologi.com/intelegensia/acs34/html. ( Diakses tanggal 11 Agustus 2010 )

http://www.indoskripsi.com/giznberg-uc/html. ( Diakses tanggal 6 Oktober 2010 )

http://www.konsepdiri.com/webmaster-Gunawan/html. ( Diakses tanggal 23 September 2010 )

http://www.prestasi.com/belajarnews/0544/Saq/html. ( Diakses tanggal 10 November 2010 )

http://www.prestasi+akademik /belajarnews/235/saq8/html. ( Diakses tanggal 9 November 2010 )

http://www.pend-tinggi.com/nilai098+akademik/html. ( Diakses tanggal 3 November 2010 )

Jurnal Model Pembelajaran Terpadu. www.dikdasmen.depdiknas.go.id . 2003 (diakses tanggal 7 Oktober 2010)


(36)

Universitas Kristen Maranatha

Naam Saputra, Hubungan konsep diri dengan prestasi akademik mahasiswa S1 Keperawatan Semester III Kelas ekstensi PSIK FK USU medan, 2009. (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4072/1/047017016.pdf) (Diakses tanggal 4 Agustus 2010 )

Poerwanto. 1986. “Pengertian Prestasi Belajar”. Tersedia pada

http://sunartombs.wordpress.com( diakses tanggal 14- 12 – 2010 )

Retnawati Siregar, Pengaruh IPK dan persepsi mahasiswa akuntansi kota medan mengenai beberapa faktor tertentu terhadap pilihan karir, 2006.

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456766/4072/1/047017116.pdf) ( Diakses tanggal 4 Agustus 2010 )

Rola, F. 2006. Hubungan Konsep Diri Dengan Motivasi Berprestasi Pada Remaja.

Dapat dibuka pada http://www.Digitizedlibrary.usu.ac.id/psikologi/html www.rumahbelajarpsikologi.com ( Diakses tanggal 11 November 2010 )


(1)

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1) Konsep diri responden berpengaruh terhadap prestasi akademik yang diraihnya.

2) Faktor lingkungan rumah dan lingkungan kampus berkaitan dengan prestasi akademik mahasiswa selain konsep diri.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Bagi Penelitiaan Lanjutan

1) Disarankan untuk meneliti pengaruh konsep diri terhadap prestasi akademik dengan menyertai faktor-faktor lain yang memengaruhi prestasi akademik mahasiswa.

2) Disarankan untuk penelitian selanjutnya mengenai konsep diri proses pengambilan datanya dilakukan dengan wawancara pada keluarga, saudara, teman ataupun orang yang berhubungan dengan responden selain dengan kuesioner.


(2)

Universitas Kristen Maranatha

5.2.2 Saran Guna Laksana

1) Hasil penelitian ini memberi masukan kepada dosen wali, dosen pengajar, dan dekan Fakultas Psikologi Universitas "X" tentang pentingnya konsep diri dalam proses pembelajaran mahasiswa, sehingga dapat ditindaklanjuti dengan penyusunan program-program peningkatan konsep diri mahasiswa bagi kepentingan akademiknya.

2) Disarankan para mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Psikologi Universitas "X" untuk membuat strategi dalam meningkatkan konsep diri mereka ke arah positif, dengan cara mengikuti pelatihan ataupun seminar mengenai konsep diri, dan membaca buku-buku mengenai konsep diri agar pencapaian prestasi akademik mereka dapat sesuai yang diharapkan.


(3)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Mudzakir. (1997). Psikologi Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia. Arikunto, S., 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi

V, Jakarta: Rineka Cipta.

Baharuddin & Makin, M. 2004. Pendidikan Humanistik. Jakarta: AR – RUZZ Media.

Burns, R. B. 1979. The Self Concept in Theory Measurement, Development and Behavior. London. Longman Group UK Ltd.

Burns, R. B. 1993. Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku (terjemahan). Jakarta: Penerbit Arcan.

Calhoun, J.F. Acocella, J.R. 1990. Psychology of Adjustment and Human Relationship. New York: McGraw-Hill, Inc.

Dewa Ketut Sukardi. 1983. Pedoman Praktis Bimbingan Penyuluhgan Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Fitts, Williams H. 1971. The Self Concept and Self Actualization. Los Angeles, California: Western Psychological Sevice Publisher and Distribution.

Gagne Robert M. 1992. Essential og Learning for Instructioan. Terjemahan Abdillah Hanafi dan Abdul Manan. Surabaya: Usaha Nasional.

Harahap, S. 2006. Penegakan Moral Akademik Didalam dan Luar Kampus. Jakarta: Raja Grafindo.

Irwanto. 1997. Psikologi Umum. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kaplan, Robert M dan Saccuzo Dennis P. 2005. Psychological Testing:

Principles applications and Psychological Testing: Principles,

applications and issues. Belmont, CA : Thomson Wadsworth Cengage Learning.

Kumar, N., 2005. Assessing the Learning Culture and Performance of Educational Institutions, Performance Improvement, Vol.44, No.9.


(4)

Universitas Kristen Maranatha

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2006 Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurkencana. 2005. Evaluasi Hasil Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional. Pudjijogjanti, C. 1993. Konsep Diri Dalam Pendidikan. Jakarta: Arcan

Santrock, John W. 2002. Life Span Development Perkembangan Masa Hidup Jilid Dua : Jakarta: Erlangga.

Sia, Tjundjing. (2001). Hubungan Antara IQ, EQ, dan QA dengan Prestasi Studi Pada Siswa SMU. Jurnal Anima Vol.17 no.1

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sobur, A. 2006. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Soemanto, W. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono, (2003). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suryabrata, Sumadi, 1987, Pengantar Psikologi Pendidikan, Jakarta : Raja Wali. Sutrisno Hadi. (2000). Statistik 2. Yogyakarta : Andi Offset.

Syaiful Bakrie D. (1994). Prestasi belajar dan kompetensi guru. Surabaya : Usaha Nasional.

Tampubolon, D. P. 2001. Perguruan tinggi bermutu., Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Tilaar, H. 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional. Jakarta : Rineka Cipta.

Winkel, W.S. 1997. Bimbingan dan konseling di Institusi pendidikan (Edisi rev). Jakarta: PT. Gramedia.


(5)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Baiquni. 2007. Intelegensia Bukan Satu – Satunya. Dapat dibuka pada situs http://www.e-psikologi.com/intelegensia/ma30/html.

http://sunartombs.com ( Diakses tanggal 13 November 2010 )

http://www.psikologizone.com/faktor-yang-mempengaruhi-prestasi-belajar-anak ( Diakses tanggal 6 Oktober 2010 )

http://fandi4tarakan.wordpress.com/2010/01/03/teori-multiple-intelligence/ ( Diakses tanggal 23 September 2010 )

http://onnyrudianto.files.wordpress.com/2009/09/intelegensi-vs-prestasi-belajar.pdf .

( Diakses tanggal 24 Oktober 2010 )

http://www.konsepdiri.com/webmaster-Ari.2007/html. ( Diakses tanggal 9 September 2010 )

http://www.e-psikologi.com/intelegensia/acs34/html. ( Diakses tanggal 11 Agustus 2010 )

http://www.indoskripsi.com/giznberg-uc/html. ( Diakses tanggal 6 Oktober 2010 )

http://www.konsepdiri.com/webmaster-Gunawan/html. ( Diakses tanggal 23 September 2010 )

http://www.prestasi.com/belajarnews/0544/Saq/html. ( Diakses tanggal 10 November 2010 )

http://www.prestasi+akademik /belajarnews/235/saq8/html. ( Diakses tanggal 9 November 2010 )

http://www.pend-tinggi.com/nilai098+akademik/html. ( Diakses tanggal 3 November 2010 )

Jurnal Model Pembelajaran Terpadu. www.dikdasmen.depdiknas.go.id . 2003 (diakses tanggal 7 Oktober 2010)


(6)

Universitas Kristen Maranatha

Naam Saputra, Hubungan konsep diri dengan prestasi akademik mahasiswa S1 Keperawatan Semester III Kelas ekstensi PSIK FK USU medan, 2009. (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4072/1/047017016.pdf) (Diakses tanggal 4 Agustus 2010 )

Poerwanto. 1986. “Pengertian Prestasi Belajar”. Tersedia pada

http://sunartombs.wordpress.com( diakses tanggal 14- 12 – 2010 )

Retnawati Siregar, Pengaruh IPK dan persepsi mahasiswa akuntansi kota medan mengenai beberapa faktor tertentu terhadap pilihan karir, 2006.

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456766/4072/1/047017116.pdf) ( Diakses tanggal 4 Agustus 2010 )

Rola, F. 2006. Hubungan Konsep Diri Dengan Motivasi Berprestasi Pada Remaja.

Dapat dibuka pada http://www.Digitizedlibrary.usu.ac.id/psikologi/html www.rumahbelajarpsikologi.com ( Diakses tanggal 11 November 2010 )