T1 802009081 BAB III

(1)

30 A. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Sugiyono (2012) menjelaskan bahwa metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi atau gabungan. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting).

Menurut Denzin dan Lincoln (dalam Moleong, 2010) metode penelitian kualitatif adalah penelitian yansg menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Strauss dan Corbin (2003) mengemukakan penelitian kualitatif sebagai sebuah penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lain.

Metode penelitian kualitatif dapat digunakan untuk mengungkap dan memahami sesuatu dibalik fenomena yang sedikit pun belum diketahui atau mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang baru sedikit diketahui serta memberi rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit diungkap oleh metode kuantitatif (Strauss & Corbin, 2003). Moleong (2010) menyatakan bahwa penelitian kualitatif bermanfaat pada upaya pemahaman penelitian perilaku dan penelitian motivasional, memahami isu-isu rinci tentang


(2)

situasi dan kenyataan yang dihadapi seseorang, memahami isu-isu yang sensitif serta untuk meneliti sesuatu secara mendalam.

Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Sugiyono, 2012), terdapat beberapa karakteristik dalam metode penelitian kualitatif yang dapat digunakan untuk membantu tercapainya tujuan penelitian. Karakteristik tersebut antara lain:

1. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi yang alami. Kondisi yang alami adalah dengan mendatangi langsung lingkungan tempat tinggal sumber data guna pengumpulan data penelitian. 2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Setelah proses

pengumpulan data selesai dilakukan, data yang telah terkumpul akan diolah sehingga akan menghasilkan data penelitian yang berbentuk kata-kata, bukan angka-angka.

3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau outcome. Proses memperoleh data terdiri dari tiga tahap yaitu orientasi, reduksi dan seleksi yang dilakukan secara berulang dengan berbagai cara dan sumber.

4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif. Pengumpulan data tidak dipandu oleh teori tetapi oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan. Fakta-fakta yang ditemukan selama proses pengambilan data kemudian akan dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori.

5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak.

Secara khusus, penelitian ini menggunakan desain penelitian studi kasus (case study). Menurut Bungin (2007), studi kasus adalah


(3)

salah satu strategi dan metode analisis data kualitatif yang menekankan pada kasus-kasus khusus yang terjadi pada objek analisis. Studi kasus bisa berupa orang, peristiwa, program, periode waktu, insiden kritis atau komunitas. Menurut Patton (2006) studi kasus berguna ketika orang perlu memahami suatu problem atau situasi tertentu dengan amat mendalam dan dimana orang dapat mengidentifikasi kasus yang kaya dengan informasi. Bungin (dalam Herdiansyah, 2010) mengungkapkan beberapa kelebihan studi kasus sebagai berikut:

1. Dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan antar variabel serta proses-proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas.

2. Memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan mengenai konsep-konsep dasar perilaku manusia.

3. Dapat menyajikan data-data dan temuan-temuan yang sangat berguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan bagi perencanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini untuk mengetahui gambaran kepuasan pernikahan pada wanita yang menikah di usia remaja awal. Kepuasan pernikahan menurut Fowers dan Olson (1993) merupakan sebuah evaluasi menyeluruh mengenai hubungan pernikahan yang dijalani. Hal-hal yang ingin diungkap dalam penelitian adalah kepuasan pernikahan dalam beberapa aspek yaitu komunikasi, aktivitas waktu luang, orientasi agama, penyelesaian konflik, managemen keuangan,


(4)

intimasi seksual, keluarga dan teman-teman, anak dan pengasuhan, masalah yang berkaitan dengan kepribadian serta kesetaraan peran.

Berkaitan dengan banyaknya remaja putri yang menikah di usia remaja awal, penulis memilih lokasi penelitian yang akan dilakukan di Pemalang, Jawa Tengah. Adapun lokasi penelitian berada di dua desa berbeda yakni desa Guci, Gunung Jaya dan desa Jurang Jero, Kuta.

C. Sumber Data Penelitian

Penelitian kualitatif merupakan pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang alami, sumber data primer dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi, wawancara dan dokumentasi (Sugiyono, 2012). Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Selain sumber data primer, terdapat sumber data sekunder yaitu sumber data tidak langsung diberikan kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono).

Pada penelitian ini, penulis menggunakan sumber data primer yaitu wanita yang menikah di usia remaja awal. Dalam penelitian, penulis menyebut sumber data sebagai partisipan penelitian. Partisipan dalam penelitian ini penulis peroleh dari informan yang tinggal di Pemalang.

D. Partisipan Penelitian

Lincoln dan Guba (dalam Sugiyono, 2012) mengemukakan bahwa dalam penentuan sampel penelitian kualitatif sangat berbeda dengan penentuan sampel kuantitatif. Penentuan sampel dalam


(5)

penelitian kualitatif tidak didasarkan perhitungan statistik. Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan.

Teknik yang digunakan untuk menentukan partisipan penelitian yaitu purposive sampling. Sugiyono (2012) menjelaskan purposive sampling sebagai teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya, orang tersebut dianggap paling tahu apa yang diharapkan peneliti atau mungkin dianggap sebagai penguasa sehingga akan memudahkan untuk meneliti objek atau situasi sosial tertentu.

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran kepuasan pernikahan yang dirasakan oleh wanita yang menikah di usia remaja awal, maka partisipan pada penelitian ini adalah wanita yang sudah menikah. Pernikahan pertama terjadi saat partisipan berada pada masa remaja awal yakni berusia 12 hingga 15 tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Mönks dkk. (2002) yang membagi usia remaja menjadi tiga tahap yakni remaja awal usia 12 hingga 15 tahun, remaja tengah berusia sekitar 15 hingga 18 tahun dan remaja akhir berusia 18 sampai 21 tahun.

Karakteristik lain dari partisipan penelitian adalah usia pernikahan partisipan kurang dari lima tahun. Penentuan usia pernikahan sampai dengan lima tahun menikah dikarenakan semakin lama usia pernikahan maka intensitas timbulnya berbagai masalah

rumah tangga juga akan meningkat (“Time, sex and money: The first

five years of marriage”, n.d.). Pembatasan usia pernikahan maksimal lima tahun juga dimaksudkan untuk menghindari adanya faktor


(6)

keterbiasaan diri terhadap kehidupan pernikahan yang sudah dijalani (Newby, 2010).

E. Metode Pengumpulan Data

Menurut Moleong (2010), teknik pengumpulan data yang paling utama dalam penelitian kualitatif adalah melalui wawancara dan observasi.

1. Wawancara

Menurut Moleong (2010), wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Melakukan wawancara secara mendalam meliputi menanyakan pertanyaan dengan format terbuka, mendengarkan dan merekamnya kemudian menindaklanjuti dengan pertanyaan tambahan yang terkait (Patton, 2006).

Wawancara dalam penelitian ini termasuk dalam jenis wawancara semi terstruktur dimana dalam pelaksaannya lebih bebas daripada wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta mengutarakan pendapat dan ide-idenya (Sugiyono, 2012). Menurut Herdiansyah (2010), beberapa ciri dari wawancara semi terstruktur yaitu:

a. Pertanyaan terbuka namun ada batasan tema dan alur pembicaraan.


(7)

b. Kecepatan wawancara dapat diprediksi.

c. Fleksibel, tanpa terkontrol (dalam hal pertanyaan atau jawaban).

d. Ada pedoman wawancara yang dijadikan patokan dalam alur, urutan dan penggunaan kata.

e. Tujuan wawancara adalah untuk memahami suatu fenomena. Selama wawancara berlangsung, penulis akan menggunakan alat bantu berupa handphone untuk merekam percakapan antara penulis dengan partisipan. Penggunaan alat perekam dengan seizin partisipan dilakukan untuk membantu penulis membuat verbatim.

2. Observasi

Merupakan aktivitas mencatat suatu gejala dengan bantuan-bantuan instrumen dan merekamnya demi tujuan-tujuan ilmiah atau tujuan lain (Mortis dalam Denzin & Lincoln, 2009). Menurut Adler dan Adler (dalam Denzin & Lincoln), kelebihan pada teknik ini adalah kemudahan bagi peneliti untuk mengakses setting karena metode ini bersifat tidak mencolok atau tersamar dan tidak menuntut interaksi langsung dengan subjek. Observasi langsung bila digabung dengan metode lain akan menghasilkan temuan-temuan mendalam dan memiliki cakupan yang lebih luas sehingga dapat mengukuhkan konsistensi dan validitas temuan. Kelebihan lain dari observasi dikemukakan oleh Herdiansyah (2010) yaitu:

a. Data yang dikumpulkan melalui observasi cenderung mempunyai keandalan yang tinggi karena biasanya peneliti sendiri yang mengamati secara saksama setiap detail perilaku


(8)

yang batasan perilaku yang diobservasi sudah ditentukan sebelumnya.

b. Dapat melihat langsung apa yang sedang dikerjakan oleh subjek hingga kepada hal yang detail, pekerjaan-pekerjaan rumit yang kadang sulit untuk diterangkan tetapi dengan menggunakan metode observasi, hal tersebut mampu diungkap.

c. Dapat menggambarkan lingkungan fisik dengan lebih detail. d. Dapat mengukur tingkat suatu pekerjaan, dalam hal waktu

yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu unit pekerjaan tertentu.

F. Metode Analisis Data

Moleong (2010) menjelaskan analisis data sebagai sebuah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Masih dalam Moleong, Bogdan dan Biklen menjelaskan bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari serta memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Menurut Sugiyono (2012) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara


(9)

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

McDurry (dalam Moleong, 2010) membagi beberapa tahapan dalam proses analisis data kualitatif yaitu:

1. Membacakan atau mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam kata

2. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data

3. Menuliskan model yang ditemukan 4. Koding yang telah dilakukan.

Moleong (2010) menguraikan beberapa tahap dalam melakukan analisis data yaitu:

1. Menelaah seluruh data yang tersedia

Data yang tersedia dapat berupa wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya.

2. Melakukan reduksi data

a. Identifikasi satuan (unit). Pada mulanya diidentifikasikan adanya satuan yaitu bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian.

b. Membuat koding. Menurut Moleong, koding adalah proses untuk membuat kategorisasi data kualitatif dan juga untuk menguraikan implikasi dan rincian dari kategori-kategorinya. Membuat koding berarti memberikan kode pada setiap satuan


(10)

agar tetap dapat ditelusuri data atau satuannya berasal dari sumber mana.

3. Melakukan kategorisasi

a. Menyusun kategori. Kategorisasi adalah upaya memilah-milah setiap satuan ke dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan.

b. Setiap kategori diberi nama yang disebut ‘label’.

4. Penafsiran data

Salah satu tujuan penafsiran data menurut Schaltzman dan Strauss (dalam Moleong) adalah deskripsi analitik. Deskripsi analitik merupakan rancangan organisasional dikembangkan dari kategori-kategori yang ditemukan dan hubungan-hubungan yang disarankan atau yang muncul dari data.

Berdasar berbagai tahap analisis data yang sudah penulis kemukakan, penulis mengacu pendapat Moleong yang membagi tahap analisis data menjadi empat tahapan. Pada tahap pertama, dilakukan penelaahan seluruh data yang sudah terkumpul kemudian mereduksi data tersebut. Selanjutnya adalah melakukan kategorisasi. Langkah terakhir dalam analisis data adalah penafsiran data. Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini, akan digunakan teknik triangulasi. Moleong menjelaskan teknik triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.

G. Kriteria Keabsahan Data

Menurut Moleong (2010), yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi:


(11)

1. Mendemonstrasikan nilai yang benar

2. Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan

3. Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya.

Hal penting lain yang dapat meningkatkan generabilitas dan kredibilitas penelitian adalah melakukan triangulasi. Triangulasi mengacu pada upaya mengambil sumber-sumber data yang berbeda, dengan cara berbeda, untuk memperoleh kejelasan mengenai suatu hal tertentu (Poerwandari, 2007). Wiersma (dalam Sugiyono, 2012) menyatakan triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Terdapat empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori (Denzin dalam Moleong, 2010).

Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton dalam Moleong, 2010). Triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui berbagai sumber (Sugiyono, 2012).

Menurut Patton (dikutip oleh Moleong, 2010), pada triangulasi dengan metode, terdapat dua strategi yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.


(12)

Teknik triangulasi jenis ketiga yakni triangulasi dengan memanfaatkan penggunaan penyidik. Triangulasi ini dilakukan dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data (Moleong, 2010).

Pada triangulasi dengan teori, menurut Lincoln dan Guba (dalam Moleong, 2010), berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber dilakukan dengan membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil observasi. Setelah melakukan triangulasi sumber, selanjutnya peneliti akan melakukan member check. Menurut Sugiyono (2012), member check merupakan proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data.

Tujuan dari member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh pemberi data berarti data tersebut data valid, sehingga semakin kredibel. Apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya serta harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.


(1)

b. Kecepatan wawancara dapat diprediksi.

c. Fleksibel, tanpa terkontrol (dalam hal pertanyaan atau jawaban).

d. Ada pedoman wawancara yang dijadikan patokan dalam alur, urutan dan penggunaan kata.

e. Tujuan wawancara adalah untuk memahami suatu fenomena. Selama wawancara berlangsung, penulis akan menggunakan alat bantu berupa handphone untuk merekam percakapan antara penulis dengan partisipan. Penggunaan alat perekam dengan seizin partisipan dilakukan untuk membantu penulis membuat verbatim.

2. Observasi

Merupakan aktivitas mencatat suatu gejala dengan bantuan-bantuan instrumen dan merekamnya demi tujuan-tujuan ilmiah atau tujuan lain (Mortis dalam Denzin & Lincoln, 2009). Menurut Adler dan Adler (dalam Denzin & Lincoln), kelebihan pada teknik ini adalah kemudahan bagi peneliti untuk mengakses setting karena metode ini bersifat tidak mencolok atau tersamar dan tidak menuntut interaksi langsung dengan subjek. Observasi langsung bila digabung dengan metode lain akan menghasilkan temuan-temuan mendalam dan memiliki cakupan yang lebih luas sehingga dapat mengukuhkan konsistensi dan validitas temuan. Kelebihan lain dari observasi dikemukakan oleh Herdiansyah (2010) yaitu:

a. Data yang dikumpulkan melalui observasi cenderung mempunyai keandalan yang tinggi karena biasanya peneliti sendiri yang mengamati secara saksama setiap detail perilaku


(2)

yang batasan perilaku yang diobservasi sudah ditentukan sebelumnya.

b. Dapat melihat langsung apa yang sedang dikerjakan oleh subjek hingga kepada hal yang detail, pekerjaan-pekerjaan rumit yang kadang sulit untuk diterangkan tetapi dengan menggunakan metode observasi, hal tersebut mampu diungkap.

c. Dapat menggambarkan lingkungan fisik dengan lebih detail. d. Dapat mengukur tingkat suatu pekerjaan, dalam hal waktu

yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu unit pekerjaan tertentu.

F. Metode Analisis Data

Moleong (2010) menjelaskan analisis data sebagai sebuah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Masih dalam Moleong, Bogdan dan Biklen menjelaskan bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari serta memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Menurut Sugiyono (2012) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara


(3)

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

McDurry (dalam Moleong, 2010) membagi beberapa tahapan dalam proses analisis data kualitatif yaitu:

1. Membacakan atau mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam kata

2. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data

3. Menuliskan model yang ditemukan 4. Koding yang telah dilakukan.

Moleong (2010) menguraikan beberapa tahap dalam melakukan analisis data yaitu:

1. Menelaah seluruh data yang tersedia

Data yang tersedia dapat berupa wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya.

2. Melakukan reduksi data

a. Identifikasi satuan (unit). Pada mulanya diidentifikasikan adanya satuan yaitu bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian.

b. Membuat koding. Menurut Moleong, koding adalah proses untuk membuat kategorisasi data kualitatif dan juga untuk menguraikan implikasi dan rincian dari kategori-kategorinya. Membuat koding berarti memberikan kode pada setiap satuan


(4)

agar tetap dapat ditelusuri data atau satuannya berasal dari sumber mana.

3. Melakukan kategorisasi

a. Menyusun kategori. Kategorisasi adalah upaya memilah-milah setiap satuan ke dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan.

b. Setiap kategori diberi nama yang disebut ‘label’. 4. Penafsiran data

Salah satu tujuan penafsiran data menurut Schaltzman dan Strauss (dalam Moleong) adalah deskripsi analitik. Deskripsi analitik merupakan rancangan organisasional dikembangkan dari kategori-kategori yang ditemukan dan hubungan-hubungan yang disarankan atau yang muncul dari data.

Berdasar berbagai tahap analisis data yang sudah penulis kemukakan, penulis mengacu pendapat Moleong yang membagi tahap analisis data menjadi empat tahapan. Pada tahap pertama, dilakukan penelaahan seluruh data yang sudah terkumpul kemudian mereduksi data tersebut. Selanjutnya adalah melakukan kategorisasi. Langkah terakhir dalam analisis data adalah penafsiran data. Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini, akan digunakan teknik triangulasi. Moleong menjelaskan teknik triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.

G. Kriteria Keabsahan Data

Menurut Moleong (2010), yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi:


(5)

1. Mendemonstrasikan nilai yang benar

2. Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan

3. Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya.

Hal penting lain yang dapat meningkatkan generabilitas dan kredibilitas penelitian adalah melakukan triangulasi. Triangulasi mengacu pada upaya mengambil sumber-sumber data yang berbeda, dengan cara berbeda, untuk memperoleh kejelasan mengenai suatu hal tertentu (Poerwandari, 2007). Wiersma (dalam Sugiyono, 2012) menyatakan triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Terdapat empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori (Denzin dalam Moleong, 2010).

Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton dalam Moleong, 2010). Triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui berbagai sumber (Sugiyono, 2012).

Menurut Patton (dikutip oleh Moleong, 2010), pada triangulasi dengan metode, terdapat dua strategi yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.


(6)

Teknik triangulasi jenis ketiga yakni triangulasi dengan memanfaatkan penggunaan penyidik. Triangulasi ini dilakukan dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data (Moleong, 2010).

Pada triangulasi dengan teori, menurut Lincoln dan Guba (dalam Moleong, 2010), berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber dilakukan dengan membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil observasi. Setelah melakukan triangulasi sumber, selanjutnya peneliti akan melakukan member check. Menurut Sugiyono (2012), member check merupakan proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data.

Tujuan dari member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh pemberi data berarti data tersebut data valid, sehingga semakin kredibel. Apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya serta harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.